• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dampak tayangan di televisi. Analisis ini menunjukkan bahwa televisi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dampak tayangan di televisi. Analisis ini menunjukkan bahwa televisi"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1.1 Latar Belakang Masalah

Sepanjang sejarah pertelevisian, keprihatinan utamanya adalah kemungkinan dampak tayangan di televisi. Analisis ini menunjukkan bahwa televisi menghidangkan menu tayangan yang banyak sekali. Serangkaian angka menunjukkan bahwa menjelang usia 10 tahun, rata-rata anak telah akan menyaksikan berbagai macam episode film kartun yang di hidangkan di televisi.1

Televisi dianggap sebagai salah satu budaya populer. Berbagai tayangan dapat kita saksikan, tayangan untuk orang dewasa hingga anak-anak, berita, hiburan, dan pendidikan dapat disaksikan hingga kepelosok desa. Semakin berkembangnya jaman, semakin bertambah pula stasiun televisi dengan segmen-segmen tertentu yang menjadi pijakannya, seperti Metro TV yang cenderung menayangkan berita, SCTV dengan tayangan sinetronnya, dan Global TV yang lebih banyak menayangkan film kartun.2

Film kartun banyak digemari oleh anak-anak, hingga beberapa stasiun televisi menayangkannya pada malam hari. Dampak tersebut secara tidak disadari telah merasuki cerita dalam film kartun. Hingga saat ini banyak film kartun yang

1 Werner J.Severin, James W.Tankard, Jr, Teori Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2007), hal 338

2 http://arsip.televisiana.net/?p=70

(2)

ditayangkan di beberapa stasiun televisi dan memiliki peminat yang jumlahnya sangat banyak, terutama di kalangan anak-anak. Film kartun yang mengandung unsur meniru dan sering ditayangkan di televisi adalah Tom and Jerry, Naruto, Dragon Ball, Ultraman, dan lain-lain.

Awal masa kanak menjadi masa yang amat penting. “Masa kanak-kanak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan, yakni kira-kira usia dua tahun sampai saat anak matang secara seksual, kira-kira-kira-kira tiga belas tahun untuk wanita dan empat belas tahun untuk pria” (Hurlock, 1980). Pada kisaran umur inilah penggemar film kartun berada.

Film animasi, yang mayoritas merupakan produk impor, dalam tayangan televisi senantiasa berlabel SU (Semua Umur) dan masuk dalam kategori sebagai tayangan anak-anak. Parahnya, media menggiring opini orangtua untuk berjamaah mengamini pelabelan tersebut Akibatnya? Sungguh luar biasa. Berkembang toleransi, permisivisme besar, atau asyik-asyik aja terhadap film-film itu untuk di konsumsi

anak-anak.

Sebuah penelitian dilaksanakan untuk sebuah panitia khusus yang ditunjuk oleh Kepala Dinas Kesehatan untuk menyelidiki dampak tayangan ditelevisi. Penelitian tersebut berkenaan dengan anak-anak kecil dan rangkaian dari tayangan televisi dan arena agak di buat-buat, sebab eksperimen itu di laksanakan dalam setting

(3)

laboraturium.3

Akan tetapi, apabila secara jujur kita renungkan, maka film animasi adalah satu faktor penyebab tumbuhnya paradigma seperti meniru yang menjangkiti masyarakat kita dewasa ini. Tidak ada paradigma maupun pola perilaku yang mendadak lahir tanpa proses panjang. Paradigma maupun pola perilaku berkembang dari proses transfer nilai yang kompleks dan multidimensi.

Contoh lain yang belakangan ini sangat di minati anak-anak adalah film kartun Naruto yang saat ini di tayangkan di stasiun televisi Global tv. Film kartun yang satu ini ceritanya di kemas sangat menarik. Khususnya bagi anak-anak yang dalam transmisi dari anak-anak menjelang remaja, dan sedang dalam pencarian pengetahuan, sikap dan perilaku.

Film ini mendapat sambutan hangat oleh masyarakat, baik anak-anak, remaja, bahkan orang dewasa sekalipun sangat tertarik dengan film kartun Naruto ini. Film ini menceritakan Uzumaki Naruto, seorang bocah bocah ninja dari Konoha. Di kisahkan suatu ketika seekor monster rubah ekor sembilan bernama kyuubi menyerang Konoha, sebuah desa shinobi (desa ninja) yang terletak di negara api. Kekacauan terjadi di desa tersebut dan korban banyak berjatuhan sampai akhirnya ada seseorang bernama Yondaime Hokage, Hokage ke 4 atau Namikaze Minato berhasil mengalahkan monster tersebut dan dia memenjarakan atau menyegel monster Kyuubi itu ke tubuh putranya sendiriyang bernama Uzumaki Naruto.

(4)

Isinya menceritakan tentang seorang “NINJA” yang melindungi kampungnya dari serangan musuh dan di beri tugas untuk membantu kampung-kampung lain dalam menghadapi masalah. Dalam film kartun Naruto ini seorang ninja selalu bersama-sama dalam menghadapi setiap masalah dan menjalin persahabatan yang begitu kuat satu dengan yang lainnya.

Karena rasa ketertarikan masyarakat yang begitu besar pada film ini, menimbulkan kekhawatiran orang tua pada anak-anaknya, mereka takut anak mereka akan meniru adegan dalam film tersebut yang disebabkan rasa keingintahuan anak tentang apa yang ditontonnya sehingga mencoba untuk melakukannya dan ingin menjadi ninja seperti yang ada didalam film tersebut.

Alasan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap film kartun Naruto tersebut adalah banyaknya tanggapan dari banyak orangtua yang pro dan kontra terhadap tayangan tersebut, berikut tulisan dari media massa menaggapi film kartun tersebut :

Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA), disebutkan daftar acara yang masuk dalam kategori aman, hati-hati, dan bahaya untuk anak. Ingin tahu? Berikut ini adalah daftar acara yang termasuk kategori bahaya : Tom & Jerry, Crayon Sinchan, Si Entong, Popeye Original, Oggy & The Cockroaches, dan Detektif Conan.

Dalam hal ini orang tua harus dapat lebih ekstra dalam mengawasi anak-anaknya, sebab perubahan perilaku anak dapat di sebabkan faktor-faktor seperti Media, teman sepermainan, keluarga, dan lingkungan. Berdasarkan penelitian,

(5)

“Media” merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi perubahan perilaku anak karena dapat diperoleh atau di dapat dimana saja.

Terutama media “audiovisual” yang saat ini menyajikan film kartun anak-anak yang kebanyakan tidak layak untuk dilihat dan jam tayang yang tidak tepat, yang menimbulkan kecederungan untuk terus menerus menonton tv sehingga membuat anak malas belajar, yang berpengaruh pada psikolog anak dan adanya perubahan perilaku anak untuk menirukan beberapa adegan yang mengarah dalam film tersebut.

Berdasarkan uraian diatas, melihat pentingnya pengawasan orang tua pada anak. Sehingga orangtua mengetahui apa saja yang dilakukan, dan yang diterima anak mereka, yang dapat mempengaruhi perubahan perilaku anak. Hal ini membuat peneliti merasa tertarik untuk permasalah dalam “Dampak Film Kartun Naruto Terhadap Perilaku Pada Anak”.

Dalam dunia broadcast juga ada peraturan-peraturan UU penyiaran. Yang tugasnya memantau apakah sebuah program di televisi layak/ mendidik untuk disiarkan kepada khalayak.

Setelah undang-undang penyiaran disahkan pada tahun 2002, jumlah televisi baru di Indonesia diperkirakan akan terus bermunculan, khususnya didaerah, yang terbagi dalam empat kategori yaitu, televisi publik, swasta, berlangganan dan

(6)

komunitas.4

Misalnya dalam tayangan kartun Naruto yang belakangan ini marak diperbincangkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Dan pada seketika Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) memanggil pihak Global TV terkait dengan penayangan film animasi ‘Naruto’. Sebagaimana dipublikasikan pihak KPI melalui situs internet www.kpi.go.id, langkah ini ditempuh sebagai tindak lanjut dari laporan masyarakat yang masuk ke lembaga negara independen tersebut.5

Melalui websitenya, KPI juga menginformasikan bahwa lembaga ini telah mengirim tim investigasi ke Semarang, Jawa Tengah untuk mencari tahu penyebab kematian Revino Siahaya, anak berusia 10 tahun, yang di sinyalir bunuh diri akibat meniru gaya dalam film kartu Naruto.

Berdasarkan hasil penyelidikan pihak yang berwajib, memang tidak ada indikasi adanya pengaruh film tersebut terhadap kematian Revino. Tetapi menurut KPI kasus ini menimbulkan keresahan dari masyarakat akan sinyalemen bahwa film kartun Naruto mempunyai pengaruh buruk terhadap perilaku anak.

Kasus Naruto tersebut menambah panjang catatan ihwah film animasi kartun televisi yang mendapat protes masyarakat. Kita tentu masih ingat, beberapa waktu silam film animasi kartun Sinchan dan Doraemon, banyak mendapat kritik bagi masyarakat karena dinilai kurang edukatif dan tidak sesuai untuk anak-anak.

4 Morissan, Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio dan Televisi, (Jakarta: Ramdina Prakarsa

2005), hal 10

(7)

Film Naruto pada dasarnya memang cukup menarik. Bercerita tentang petualangan seorang bocah dari perkampungan ninja bernama Konoha. Film animasi kartun ini menampilkan hal yang berbeda dari sosok ninja pada umumnya. Tokoh-tokoh ninja dalam kisah Naruto tampil lebih terbuka, fashionable, lepas dari mainstream figur ninja klasik yang cenderung berpenutup wajah dan misterius.

Begitu pula dengan persenjataan. Kalau ninja klasik banyak mengandalkan kepiawaian dalam memainkan jurus samurai, tombak dan senjata rahasia, maka Naruto dan kawan-kawan digambarkan lebih hebat dari itu. Mereka tidak lagi tergantung pada senjata konfensional karena memiliki kesaktian luar biasa.

Dengan menggunakan teknis animasi modern, ilmu-ilmu yang ditampilkan menjadi tampak hebat, dramatik, dan heroik. Wajar apabila banyak disukai oleh anak-anak. Tapi, di lain sisi, harus diakui, sepanjang film ini selalu tak lepas dari adegan kekerasan. Pertempuran yang tak jarang berujung pada pembunuhan, selalu menjadi pilihan dalam menyelesaikan setiap masalah, yang diangkat sebagai inti cerita. Tidak berlebihan apabila orangtua menjadi khawatir.6

Bila kita cermati, sebenarnya memang banyak film animasi kartun di televisi yang menampilkan adegan kekerasan. Ironisnya, animasi kartun di televisi bagi sebagian besar masyarakat masih dianggap sebagai film anak-anak. Padahal kita tidak tahu, film impor tersebut di negara asalnya apakah memang jelas-jelas untuk

6 http://www.suaramedia.com/berita-nasional/13/561-kpiempat-tayangan-tv-bermasalah-di-antaranya-film-kartun-naruto-.html

(8)

konsumsi anak-anak, atau tidak. 1.2. Perumusan masalah

Berdasarkan gambaran latar belakang tersebut, maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah Bagaimana Dampak Film Kartun Naruto Terhadap Perilaku Pada Anak SDN KEBON JERUK 12 PAGI JAKARTA BARAT? 1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Dampak Film Kartun Naruto Terhadap Perilaku Pada Anak SDN KEBON JERUK 12 PAGI JAKARTA BARAT.

1.4. Signifikansi Penelitian 1.4.1. Signifikansi Akademis

Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai ilmu komunikasi di bidang Broadcasting dalam konsep dampak film kartun

Naruto yang berkaitan pada anak. Di samping itu penelitian ini merupakan suatu kajian di bidang penyiaran yang di harapkan dapat melengkapi literatur tentang bagaimana dampak film kartun Naruto terhadap perilaku pada anak.

1.4.2. Signifikansi Praktis

Dari penelitian ini di harapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan masukan pada anak tentang dampak tayangan film kartun Naruto.

Referensi

Dokumen terkait

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Pemerintah Propinsi Sumatera Utara yang telah memberikan beasiswa kepada penulis sebagai mahasiswa Sekolah

bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Sleman Nomor 4 Tahun 1981 tentang Terminal dan Retribusi Terminal Mobil Angkutan Penumpang Umum Non Bus, Antar Kota dan Dalam Kota

Seseorang muslim harus berakhlak yang mulia seperti yang di ajarkan oleh Rasullullah. Akhlak yang baik di landasi oleh ilmu,iman,amal dan taqwa. Itu merupakan

Pesan utama yang akan disam- paikan adalah pemanfaatan VUB-PTR yang memiliki potensi besar untuk menghasilkan produksi padi dalam situasi ekosistem yang rawan

Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui (QS. Maka siapa di antara kamu meminum airnya; bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada meminumnya, kecuali

Sihombing (2009) melakukan suatu penelitian pengujian sudu lengkung turbin air terapung pada aliran sungai dimana dari hasil pengukuran diperoleh kecepatan air masuk 1,75

Kajian aspek teknis dibatasi pada pengangkutan sampah dari Tempat Penampungan Sementara (TPS) ke Tempat Pemrosean Akhir (TPA) Aertembaga yang berlokasi di Kecamatan Aertembaga

Fungsi uang sebagai penyimpan kekayaan I penyimpan nilai ini, secara sedarhana dapat digambarkan jikalau suatu saat seseorang mempunyai uang, yang telah