• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Pembelajaran 1. Pembelajaran Bahasa - ANALISIS PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA PADA ASPEK MEMBACA NYARING BERDASARKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI SMA N 1 PURWOKERTO 2009/2010 - re

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Pembelajaran 1. Pembelajaran Bahasa - ANALISIS PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA PADA ASPEK MEMBACA NYARING BERDASARKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI SMA N 1 PURWOKERTO 2009/2010 - re"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Pembelajaran

1. Pembelajaran Bahasa

Pembelajaran adalah kegiatan belajar mengajar (KBM) bahasa Indonesia/ secara riil di dalam kelas. Proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan guru (dalam hal tertentu juga siswa) mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian program pengajaran. Kegiatan tersebut melibatkan sejumlah komponen yaitu siswa, guru, tujuan, bahan, metode, strategi, media, dan evaluasi (Tarigan, 1986:7).

Pembelajaran diartikan sebagai proses belajar (Depdikbud, 1994:14) yang mempunyai aspek penting yaitu bagaimana siswa dapat aktif mempelajari materi pelajaran yang disajikan, sehingga dapat dikuasainya dengan baik. Guru harus memahami dan mengetahui prinsip dan karakteristik siswa dalam belajarnya agar tujuannya dapat tercapai secara optimal.

(2)

12

Tahap persiapan merupakan tahap guru mempersiapakan segala sesuatu yang berkaitan dengan pembelajaran. Hal-hal yang termasuk dalam tahap ini adalah mempersiapkan ruang belajar, alat dan bahan, media, sumber belajar, dan mengkondisikan lingkungan belajar sedemikian rupa sehingga peserta didik siap belajar.

Tahap penyajian merupakan tahap guru menyajikan informasi, menjelaskan cara kerja baik keseluruhan proses maupun masing-masing gerakan yang dilakukan dengan cara demonstrasi. Melalui demonstrasi guru memperlihatkan suatu proses, peristiwa, atau cara kerja suatu alat kepada peserta didik. Demonstrasi dapat dilakukan dengan berbagai cara dari yang sekedar memberikan pengetahuan yang sudah diterima begitu saja oleh peserta didik, sampai pada cara agar peserta didik, dapat memecahkan suatu masalah (Mulyasa, 2008:99).

Tahap aplikasi atau praktek ialah tahap peserta didik diberi kesempatan melakukan sendiri kegiatan belajar yang ditugaskan. Kegiatan guru lebih terkonsentrasi kepada pengawasan dan pemberian bantuan secara perseorangan maupun kelompok.

Tahap penilaian ialah tahap guru memeriksa hasil kerja dengan menyertakan peserta didik untuk menilai kualitas kerja serta waktu yang dipergunakan dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut.

(3)

interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam diri individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan. Siswa yang dari awalnya tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak aktif menjadi aktif dan kreatif serta inovatif. Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. Jika hal tersebut tidak terjadi berarti proses pembelajaran dianggap gagal.

2. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia

Tarigan dan Tarigan Djago (1986: 23) menjabarkan karakteristik keterampilan berbahasa, antara lain: pertama, keterampilan berbahasa bersifat mekanistik. Keterampilan ini dapat dikuasai melalui latihan atau praktik terus-menerus. Keterampilan berbahasa erat kaitannya dengan pengalaman atau belajar melalui pengalaman. Kedua, pengalaman bahasa. Ketiga, jenis pertanyaan aplikasi sangat cocok untuk mengembangkan keterampilan berbahasa.

(4)

14

dan menulis, pasti melakukan pilihan kata, frasa, dan kalimat. Dalam berbicara digunakan lafal, tekanan, dan intonasi dengan tepat, sedangkan dalam menulis dituntut untuk menggunakan tata tulis dan ejaan secara benar yang disimak, dibaca, diceritakan dan didiskusikan, atau ditulis dalam bentuk karya fiksi atau nonfiksi.

a. Pembelajaran Menyimak

Menyimak adalah proses kegiatan mendengarkan lambang-lambahg lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. (Tarigan, 1986-28).

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah proses kegiatan memahami gagasan yang disampaikan oleh pihak lain baik secara langsung maupun secara tidak langsung yang bertujuan untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, memahami makna komunikasi, dan melakukan apa yang dimaksudkan oleh si pembicara.

b. Pembelajaran Berbicara

“Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari. Berbicara berhubungan erat dengan perkembangan kosakata yang diperoleh oleh sang anak melalui kegiatan menyimak dan membaca” (Tarigan, 1986: 3-4).

(5)

pertemuan umum di lapangan. Ketiga, pembelajaran. berbicara tidak dapat mencakup semua variasi atau tipe pertemuan lisan itu. Keempat, pembelajaran berbicara hams bersifat fungsional. Dari uraian tersebut, dapat ditegaskan bahwa kemampuan berbicara seseorang dapat berkembang dengan disertai penambahan kosakata.

Dari dua pengertian berbicara di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan gagasan kepada pihak lain secara lisan yang berkembang pada kehidupan anak yang hanya didahului keterampilan menyimak. Berbicara juga berhubungan erat dengan menyimak dan membaca.

c. Pembelajaran Membaca

Parera (1996: 34-35) mengemukakan prinsip pembelajaran membaca. Pertama, membaca bukanlah hanya mengenal huruf dan membunyikannya, pembelajaran bahasa harus melampaui pengenalan huruf dan bunyi. Kedua, membaca dan menguasai bahasa terjadi serempak. Ketiga, membaca dan berpikir terjadi serempak. Orang tidak dapat membaca tanpa menggunakan pikiran dan perasaannya. Keempat, membaca menghubungkan lambang tulis dengan ide dan rujukan yang ada di belakang lambang huruf. Kelima, membaca berarti memahami. Hal ini berarti bahwa pembelajaran membaca pada pemahaman.

(6)

16

lambang-lambang tertulis untuk memperoleh makna dari suatu bacaan. Selain itu, membaca juga meminta perhatian pada tanda-tanda baca (pungruasi) dalam tulisan.

Membaca terbagi menjadi dua aspek, yaitu: membaca intensif dan membaca ekstensif. Membaca intensif terdiri dari: telaah bahasa, telaah isi, dalam hati. Dalam membaca ekstensif terdapat pola membaca nyaring dengan intonasi, artikulasi, lafal, dan jeda yang terstruktur.

Dari beberapa pengertian membaca di atas dapat disimpulkan bahwa membaca adalah proses memahami gagasan yang disampaikan melalui tulisan yang dilakukan untuk memperoleh pesan dan informasi yang hendak disampaikan penulis dari media kata-kata atau bahasa tulis dan bacaan.

d. Pembelajaran Menulis

Menurut Tarigan (1986: 21) menulis berarti menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut.

(7)
(8)

18 dengan intonasi , lafal, dan sikap membaca yang baik penjelasan guru tentang

a. Pengertian berita b. Perbedaan berita

di TV dan Radio c. Cara melafalkan

naskah berita d. Intonasi

Kegiatan inti Kegiatan

Apersepsi Siswa sec individu membacakan naskah berita dan dinilai oleh

(9)

Berbicara untuk melaporkan

Berbicara secara kekeluargaan

Berbicara untuk

Ketrampilan Produktif

Ketrampilan

Ketrampilan Respektif

(10)

20

3. Komponen-komponen Utama dalam Pembelajaran Keterampilan

Berbahasa

Dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbahasa terdapat beberapa komponen yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Menurut Tarigan (1986: 7) komponen-komponen itu adalah siswa, guru, tujuan, materi, metode, strategi, media, dan evaluasi.

a. Siswa

Faktor siswa turut menentukan jenis kegiatan belajar serta bahan belajar yang dipilih. Perbedaan latar belakang kebahasaan, sosial, ekonomi, budaya, minat, bakat, kemampuan, dan Iain-lain akan mernpengaruhi proses belajar siswa.

Siswa merupakan komponen utama dalam setiap proses belajar mengajar karena siswa adalah subjek dan bukan objek pembelajaran (Tarigan, 1986: 8). Siswa pada hakikatnya adalah peserta aktif dalam belajar mengajar, bukan peserta pasif yang menunggu untuk disuapi. Dalam diri siswa terdapat daya kreatif yang dapat dikembangkan lewat kegiatan berinteraksi, baik dengan guru, bahan pelajaran, maupun teman, dan lingkungan sekolah. Hal-hal mengenai siswa yang perlu mendapatkan perhatian para pengajar dalam proses belajar mengajar, antara lain bakat, minat, kesiapan, dan kesulitan-kesulitan yang di hadapi siswa.

(11)

memperhatikan intonasi, artikulasi, dan jeda. Secara tegas dapat dikatakan bahwa pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia pada aspek membaca nyaring berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan juga menuntut peran aktif siswa dalam pembelajaran. Siswa harus kretatif dan inovatif mampu mengungkapkan ide dan gagasan dalam membaca nyaring serta berinteraksi dengan lingkungan. b. Guru

Guru merupakan salah satu syarat adanya proses belajar mengajar di sekolah formal ataupun nonformal. Tanpa guru, proses belajar di sekolah tersebut akan terhambat. Hal ini sesuai dengan pendapat Sanjaya, (2008:20-30) bahwa guru sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing, motifator, dan evaluator.

Guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator dalam proses pembelajaran. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat, berefleksi, dan bebas merekontruksi pemikiran secara individu atau melalui diskusi yang diiringi dengan keberanian bertanggung jawab Arifin dalam (Direktorat Tenaga Kependidikan, 2007:34).

(12)

22

satu-satunya pusat sumber belajar atau sumber pengetahuan tentang membaca nyaring sehingga guru harus memanfaatkan lingkungan dan media yang ada untuk menunjang proses pembelajaran menjadi efektif. Keterampilan dasar mengajar bagi guru diperlukan agar guru dapat melaksanakan perannya dalam pengelolaan proses pembelajaran sehingga pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien. Beberapa keterampilan dasar tersebut sebagai berikut ini:

1. Keterampilan Dasar Bertanya a. Beberapa petunjuk teknis

1) Tunjukan keantusiasan dan kehangatan

2) Berikan waktu secukupnya kepada siswa untuk berpikir 3) Atur lalu lintas tanya jawab

4) Hindari pertanyaan ganda b. Meningkatkan kualitas pertanyaan

1) Berikan pertanyaan secara berjenjang 2) Gunakan pertanyaan-pertanyaan melacak 2. Keterampilan Dasar Memberikan Reinforcement

a. Penguatan verbal b. Penguatan nonverbal

▪ Kehangatan dan keantusiasan

▪ Kebermaknaan

▪ Gunakan penguat yang bervariasi

(13)

3. Keterampilan Variasi Stimulus

a. Variasi pada waktu melaksanakan proses pembelajaran 1) Penggunaan variasi suara (teacher voice)

2) Pemusatan perhatian (focusing) 3) Kebisuan guru (teacher silence)

4) Mengadakan kontak pandang (eye contact) 5) Gerak guru (teacher movement)

b. Variasi dalam penggunaan media dan alat pembelajaran c. Variasi dalam berintaraksi

4. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran a. Tujuan membuka pelajaran

1) Menarik perhatian siswa

2) Menumbuhkan motivasi belajar siswa

3) Memberikan acuan atau rambu-rambu tentang pelajaran yang akan dilakukan

b. Tujuan menutup pelajaran

1) Merangkum atau membuat garis-garis besar persoalan yang dibahas

2) Mengonsolidasi perhatian siswa terhadap hal-hal pokok 3) Mengoorganisasikan kegiatan yang telah dilakukan. 4) Memberikan tindak lanjut serta saran-saran

5. Keterampilan Mengelola Kelas

(14)

24

c. Memusatkan perhatian

d. Memberikan petunjuk dan tujuan yang jelas e. Memberikan teguran dan penguatan

c. Tujuan Pembelajaran

Tujuan merupakan apa yang yang harus dikuasai, diketahui atau dapat dilakukan oleh peserta didik setelah mereka selesai melakukan kegiatan belajar mengajar (Tarigan, 1986: 8). Tujuan dapat berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Tujuan pendidikan dari yang bersifat umum sampai kepada tujuan khusus itu dapat diklasifikasikan menjadi empat, yaitu:

 Tujuan Pendidikan Nasional (TPN)  Tujuan Istitusional (TI)

 Tujuan Kurikuler (TK)

 Tujuan Instruksional atau Tujuan Pembelajaran (TP) Arah pengembangan dan pencapaian tujuan pendidikan

Bagan 1.2 Tujuan Pendidikan

Tujuan Istitusional

Tujuan Kurikuler

Tujuan Pembelajaran Arah

pencapaian tujuan

(15)

Tujuan pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh anak didik setelah mereka mempelajari bahasa tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan Sanjaya (2008:66).

Pada pembelajaran membaca nyaring, yang harus dikuasai oleh siswa adalah siswa mampu membaca nyaring (membaca berita) dengan memperhatikan lafal, intonasi, tekanan, dan jeda. Empat komponen pokok yang harus tampak dalam merumuskan tujuan atau indikator hasil belajar membaca nyaring, yaitu:

1. Siapa yang belajar atau yang diharapkan dapat mencapai tujuan atau hasil belajar membaca nyaring itu?

2. Tingkah laku atau hasil belajar yang bagaimana yang diharapkan dapat dicapai siswa setelah membaca nyaring?

3. Dalam kondisi yang bagaimana hasil belajar membaca nyaring dapat ditampilkan?

4. Seberapa jauh hasil belajar membaca nyaring bisa diperoleh? Tujuan pembelajaran merupakan hal terpenting dalam kegiatan belajar mengajar, tanpa tujuan pembelajaran yang jelas maka kegiatan pembelajaran tidak terarah dan tidak sistematis.

d. Materi atau Bahan Pembelajaran

(16)

26

harus sesuai dengan taraf perkembangan dan kemampuan siswa, menarik dan merangsang serta berguna bagi siswa baik untuk mengembangkan pengetahuannya maupun untuk keperluan tugasnya di lapangan. Kemampuan guru dalam menyusun bahan pelajaran sangat berpengaruh pula terhadap pencapaian tujuan intruksional.

Sujana (1995: 10) mengatakan bahwa materi pembelajaran adalah uraian atau pokok bahasan, yakni penjelasan lebih lanjut makna dan setiap konsep yang ada di dalam pokok bahasan. Materi pelajaran yang diberikan pada siswa harus dipilih dan ditetapkan dengan memperhatikan masalah-masalah serta pertimbangan-pertimbangan tertentu.

Suryobroto (1986: 13) mengatakan bahwa materi pelajaran itu dipilih dan ditetapkan dengan pertimbangan dan memperhatikan masalah-masalah antara lain:

1. tujuan yang akan dicapai agar relevan,

2. tingkat berpikir murid, sehingga mudah dipahami,

3. ruang lingkup serta unit-unitnya perlu disusun agar sitematis dan jelas,

4. waktu dan perlengkapan juga perlu untuk diperhatikan,

Ada beberapa kriteria dalam memilih dan mengembangkan materi pelajaran:

1. sesuai dengan kemampuan murid, yang juga berarti sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai,

2. bermakna, yang artinya sesuai dengan pengalaman murid dan bermanfaat baginya,

3. menarik, sehingga murid tertarik mempelajarinya,

4. disusun dari yang sederhana atau konkret ke arah yang komplek atau abstrak.

(17)

Berdasarkan kriteria pemilihan materi yang ada, pada pembelajaran membaca nyaring materi yang cocok adalah membaca berita yang sesuai denag standar kompetensi yaitu membacakan berita dengan intonasi, lafal, dan sikap membaca yang baik. Agar pembelajaran menjadi menarik perhatian siswa maka penyajian materi menggunakan contoh langsung pembacaan berita yang diambil dari penayangan TV.

e. Metode Pembelajaran

Hastuti (1992: 23) memberikan pengertian metode adalah cara penyajian materi pelajaran secara sistematik pada siswa, sesuai dengan seleranya dan sifat materi pelajaran yang disampaikan. Lebih lanjut Parera (1996: 43-66) mengungkapkan metode merupakan satu rancangan menyeluruh untuk menyajikan secara teratur bahan-bahan bahasa, tak ada bagian-bagiannya yang saling bertentangan, dan semuanya berdasarkan pada asumsi pendekatan. Matode, cara, atau teknik pengajaran merupakan komponen pembelajaran yang banyak menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Guru harus dapat memilih, mengkombinasikan, serta mempraktikan berbagai cara penyampaian bahan yang sesuai dengan situasi.

(18)

28

Empat macam metode pembelajaran 1. Ceramah

Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melaluui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung. 2. Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan.

Metode demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan lisan dan dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.

3. Diskusi

Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan.

Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan secara bersama-sama.

4. Simulasi

(19)

Keberhasilan dalam melaksanakan proses pembelajaran sebagaian besar ditentukan oleh pilihan bahan dan pemakaian metode yang tepat. Pada pembelajaran membaca nyaring, metode yang digunakan adalah metode ceramah dan diskusi.

Dari pendapat di atas, disimpulkan bahwa metode merupakan cara atau prosedur yang didasarkan pada pendekatan tertentu yang digunakan oleh guru pada saat berlangsungnya pembelajaran. Oleh karena itu, sebaiknya guru lebih memperhatikan kemampuan dan kemauan siswa, guru tidak hanya terpaku pada bahan yang sudah dipersiapkan sebelumnya, tetapi siap untuk menyesuaikan din dengan minat, kebutuhan siswa, dan keadaan kelas.

f. Strategi Pembelajaran

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1994: 964), kata strategi mengandung makna ’rencana yang tepat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus’. Tarigan (1995: 4) mengatakan bahwa strategi merupakan prosedur-prosedur yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sanjaya (2008:124) menyatakan bahwa strategi digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan.

(20)

30

sekolah sesuai dengan tolak ukur akan pencapaian tingkat keberhasilan. Jenis-jenis strategi pembelajaran:

1. Strategi Pembelajaran Ekspositori (SPE)

Merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal Sanjaya (2008:177).

2. Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI)

Merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berfikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa, Sanjaya (2008:194). 3. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM)

Merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah, Sanjaya (2008:212).

4. Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK)

(21)

g. Media Pembelajaran

Secara umum media merupakan kata jamak dari ”medium” yang berarti perantara atau pengantar. Menurut Gerlach dalam (Sanjaya, 2008:161) media pembelajaran adalah seluruh alat, bahan, orang, dan kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Manfaat menggunakan media, diantaranya:

1. Menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tersebut. 2. Memanipulasi keadaan, peristiwa atau objek tertentu. 3. Menambah gairah dan motivasi belajar siswa.

Dalam penggunaan dan pemilihan media guru harus memperhatikan hal-hal tertentu antara lain (1) media harus sesuai dan diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran, (2)media harus sesuai dengan materi pembelajaran, (3) media harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kondisi siswa, (4) media harus memperhatikan efektivitas dan efisien, (5) media harus sesuai dengan kemampuan guru mengoperasikannya.

(22)

32

h. Evaluasi Pembelajaran

Penilaian merupakan salah satu kegiatan yang tidak mungkin dipisahkan dari kegiatan pendidikan dan pembelajaran secara umum. Menurut Nurgiyantoro (1995: 5) penilaian adalah suatu proses untuk mengukur kadar pencapaian tujuan.

Evaluasi dapat membantu untuk mengetahui sejauh mana kualitas program maupun keberhasilan kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakan. Bagi guru, penilaian merupakan alat bantu dalam memperbaiki pendidikan siswa di dalam kelasnya.

(23)

B. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (BSNP, 2006:3). Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan, dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.

Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa Indonesia yang berlaku pada saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP pasal 1 ayat 15) dikemukakan bahwa KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan (Mulyasa, 2006:19).

Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Menurut Mulyasa (2006:20), KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1 dan 2 sebagai berikut:

1) Pengembangan kurikulum mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional.

(24)

34

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi. KTSP merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum, yang memberikan otonomi luas pada setiap satuan pendidikan, dan melibakan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses belajar-mengajar di sekolah. Otonomi diberikan agar setiap satuan pendidikan dan sekolah memiliki keleluasaan dalam mengelola sumber belajar dan mengalokasikannya sesuai prioritas kebutuhan serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakkan pada posisi yang paling dekat dengan pembelajaran, yakni sekolah dan satuan pendidikan. Pemberdayan sekolah dan satuan pendidikan dengan memberikan otonomi yang lebih besar, di samping menunjukan sikap tanggap pemerintah terhadap tuntunan masyarakat juga merupakan sarana peningkatan kualitas, efisiensi, dan pemerataan pendidikan.

(25)

Pada sistem KTSP, sekolah memiliki “full authority and responsibility” dalam menetapkan kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan visi, misi, dan tujuan satuan pendidikan (Mulyasa, 2006:21). Untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuan tersebut, sekolah dituntut untuk mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam indikator kompetensi, mengembangkan strategi, menentukan prioritas, mengendalikan pemberdayaan berbagai potensi sekolah dan lingkungan sekitar, serta mempertanggungjawabkan kepada masyarakat dan pemerintah.

Secara umum diterapkannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah untuk mendirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melaksanakan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum (Mulyasa, 2006:22). Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk:

1) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.

2) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.

3) Meningkatkan kompetensi yang sehat antara satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai.

Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006:5), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

(26)

36

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntunan lingkungan. Memiliki posisi sentral berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik.

2) Beragam dan terpadu kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial, ekonomi dan jender. 3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk didalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha, dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan ketrampilan pribadi, ketrampilan berfikir, ketrampilan sosial, ketrampilan akademik, dan ketrampilan vokasional merupakan keniscayaan.

5) Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.

6) Belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, non formal, dan informal dengan memperhatikan kondisi dan tuntunan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.

(27)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) perlu didukung oleh iklim pembelajaran yang kondusif bagi terciptanya suasana yang aman, nyaman, dan tertib, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan tenang dan menyenangkan (enjoyble learning) Mulyasa (2006:33). Pada pembelajaran membaca nyaring iklim yang demikian akan mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan bermakna, yang lebih menekankan pada belajar mengetahui membaca berita (learning to know), belajar berkarya untuk dapat membacakan berita (learning to do), belajar menjadi diri sendiri dengan dapat membacakan berita dengan gaya sendiri (learning to be), dan belajar hidup bersama-sama untuk saling bertukar pendapat yang dapat memperkaya pengetahuan (learning to live together).

(28)

38

Persiapan yang matang dan suasana yang kondusif, KTSP berpeluang besar untuk menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi yang diharapkan. Tantangan bagi semua yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan adalah meningkatkan profesionalisme. Dalam kaitannya dengan bahasa Indonesia, maka guru perlu terus meningkatkan kemampuan dalam bidang pembelajaran dan berbahasa Indonesia.

Gambar

grafik yang menyatakan pemahaman suatu bahasa hingga orang lain

Referensi

Dokumen terkait

: Segala biaya yang dikeluarkan akibat pelaksanaan Surat Keputusan ini dibebankan pada dana yang tensedia di Politeknik Negeri Pontianak. : Surat Keputusan ini

mendukung operasi perusahaan, namun sistem akuntansi penjualan ekspor perusahaan masih memerlukan suatu pengembangan, (2) permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan sistem

PENGEMBANGAN PETA BENCANA LONGSORAN PADA RENCANA WADUK MANIKIN DI NTT.. PETA

Kelompok merupakan sekumpulan orang-orang yang terdiri atas tiga orang atau lebih yang memiliki keterkaitan psikologis terhadap sesuatu hal yang saling berinteraksi satu sama

supplier menggunakan Metode AHP dan TOPSIS didapatkan supplier bahan baku Merak Jaya Beton dengan performansi terbaik pada masing-masing bahan baku yaitu CV

Beberapa kebija- kan strategis yang dapat dilakukan adalah: (a) meningkatkan peran dan fungsi RPH di daerah sentra produksi sebagai unit pengolah daging sapi dan ikutannya

Ada terdapat beberapa masalah tentang asupan energi yang terjadi pada atlet remaja, seperti anak mengkonsumsi makanan yang mengandung energi dalam jumlah yang tidak dapat

Hal ini tidak sesuai dengan Peraturan Bupati Sidoarjo Nomor 13 Tahun 2016 tentang Izin Mendirikan Bangunan yang berisi ”Izin Mendirikan Bangunan yang selanjutnya