RINGKASAN
Vebriani Ziliwu, Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nasabah Dalam Menggunakan Tabungan Syariah Plus Pada Bank BNI Syariah Di Jakarta (dibimbing oleh Jaenal Effendi).
Pertumbuhan industri perbankan syariah hingga tahun 2007 semakin pesat. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan perbankan syariah di Indonesia khususnya sejak tahun 1992 hingga tahun 2007, banyaknya bank konvensional yang membuka layanan unit usaha syariah, dan beberapa bank umum yang berdiri sebagai Bank Umum Syariah. Perbankan syariah telah mengalami peningkatan yang sangat pesat, pada tahun 1998 hingga 2007 mengalami peningkatan dari Rp 479 milyar hingga Rp 36,537 milyar. Dana pihak ketiga dalam bentuk tabungan syariah juga meningkat, yakni Rp 392 milyar dari tahun 1998 hingga tahun 2002 sebesar Rp 2,917 milyar, tahun 2004 hingga 2007 dana pihak ketiga mengalami peningkatan yang drastis sebesar Rp 3,263 milyar hingga Rp 9,454. (Sumber: Bank Indonesia)
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bank BNI Syariah menunjukkan bahwa pertumbuhan dana pihak ketiga dalam tabungan syariah plus mengalami peningkatan yang cukup pesat. Pada tahun 2002 hingga Maret 2005 dana pihak ketiga (tabungan syariah plus) mencapai Rp 113, 92 milyar hingga Rp 3.847,92 milyar. Namun, pada Juni 2005 jumlah tabungan syariah plus mengalami penurunan sebesar Rp 3.704,87 milyar. Walaupun jumlah tabungan syariah plus pada periode Juni 2005 mengalami penurunan, periode berikutnya tabungan syariah plus mengalami peningkatan dari September 2005 hingga September 2007 yaitu sebesar Rp 3.915,22 hingga Rp 6.631,38 milyar.
Melihat pertumbuhan produk tabungan syariah plus pada Bank BNI Syariah yang sempat mengalami penurunan, menjadi sangat menarik untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi nasabah dalam menggunakan tabungan syariah plus pada Bank BNI Syariah di Jakarta. Dengan demikian, diharapkan dengan adanya penelitian ini memberikan informasi baru kepada Bank BNI Syariah, untuk lebih meningkatkan kinerjanya dalam memberikan pelayanan yang baik untuk nasabah, sehingga banyak masyarakat yang menabung di Bank BNI Syariah.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kesesuaian sistem bagi hasil yang diterapkan Bank BNI Syaria di Jakarta dengan syariah Islam, dan mengetahui respon masyarakat terhadap adanya Tabungan Syariah Plus di Bank BNI Syariah, dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nasabah dalam menggunakan Tabungan Syariah Plus pada Bank BNI Syariah di Jakarta,
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data sekunder (time series) dalam runtun waktu 1998 hingga 2007 yang diperoleh dari Laporan Tahunan dan Bulanan Bank Indonesia untuk melihat perkembangan perbankan syariah di Indonesia, Laporan Tahunan dan bulanan Bank BNI Syariah selama kurun waktu tahun 2002 hingga 2007 mengenai perkembangan produk syariah khususnya tabungan syariah plus. Data primer diperoleh dari Bank BNI Syariah di Jakarta, melalui pengisian kuesioner oleh nasabah yang dimulai dari
bulan Februari hingga Maret 2008. Total sampel nasabah pada penelitian ini sebanyak 144 nasabah yang memiliki produk tabungan syariah plus. Dengan demikian data primer yang digunakan adalah data cross-section.
Pengolahan data primer menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dengan software E-Views 4.1 menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi nasabah dalam menggunakan Tabungan Syariah Plus pada Bank BNI Syariah di Jakarta adalah variabel ekonomi (X1), pelayanan (X2), dan motivasi (X3). Ketiga variabel tersebut mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan nasabah menggunakan produk tabungan syariah plus di Bank BNI Syariah Jakarta.
Hasil deskriptif dengan menggunakan software SPSS 15.0 for Windows, menunjukan bahwa Bank BNI Syariah menerapkan sistem bagi hasil yang sesuai dengan syariah Islam. Selain itu, masyarakat menabung di bank syariah, khususnya di Bank BNI Syariah Jakarta, dikarenakan Bank BNI Syariah menawarkan produk tabungan syariah plus yang sesuai dengan syariah Islam .
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
NASABAH DALAM MENGGUNAKAN
TABUNGAN SYARIAH PLUS
PADA BANK BNI SYARIAH
DI JAKARTA
Oleh Vebriani Zilliwu
H14104012
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Vebriani ZiliwuNomor Registrasi Pokok : H14104012
Program Studi : Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nasabah Dalam Menggunakan Tabungan Syariah Plus Pada Bank BNI Syariah di Jakarta.
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor Menyetujui, Dosen Pembimbing, Jaenal Effendi, MA NIP. 132 317 142 Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Ir. Rina Oktaviani, MS.,Ph.D. NIP. 131 846 872
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN
Bogor, Mei 2008
Vebriani Ziliwu H14104012
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Vebriani Ziliwu lahir pada tanggal 1 Februari 1987 di Gunung Sitoli (Kabupaten Nias), sebuah pulau kecil yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Penulis anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Syafrin Zliwu, SH. dan Surya Caniago. Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan, penulis menamatkan sekolah dasar pada SDN 060812 Medan, kemudian melanjutkan ke Pondok Pesantren MTs Puteri Aisyiyah Medan dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMU Plus Muhammadiyah Medan dan lulus pada tahun 2004.
Pada tahun 2004 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB). Penulis masuk IPB melalui Undangan Seleksi Mahasiswa Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dibeberapa organisasi seperti Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) TPB, SES-C FEM, HMI Komisariat FEM, dan Organisasi Mahasiswa Daerah Ikatan Mahasiswa Muslim Asal Medan (OMDA IMMAM).
KATA PENGANTAR
Puji Syukur atas ke hadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Penyayang yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan nikmatnya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Sripsi dengan judul “ Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nasabah Dalam Menggunakan Tabungan Syariah Plus Pada BNI Syariah di Jakarta” ini merupakan karya ilmiah akhir bagi penulis dalam rangka menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Ilmu Ekonomi, Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Jaenal Effendi, MA selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis hingga skripsi ini selesai. 2. Tanti Novianti, M.Si selaku Dosen Penguji Utama Skripsi.
3. Irfan Syauqi Beik, M.Sc selaku Dosen Penguji Komisi Pendidikan.
4. Ketua Departemen Ilmu Ekonomi dan Dosen-dosen Ilmu Ekonomi serta keluarga besar Institut Pertanian Bogor.
5. Keluarga besar BNI Syariah Jakarta dan Pak Nadratuzzaman Hosen (Direktur Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah).
6. Ayahanda Syafrin Ziliwu, SH dan Ibunda Surya Caniago, serta kedua adik Benny dan Endang.
7. Teman-teman Ilmu Ekonomi angkatan 41 dan Pihak-pihak yang membantu penulis, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Terima kasih atas bimbingan, arahan, dan motivasi yang diberikan kepada penulis saat penelitian hingga skripsi ini selesai. Penulis menyadari bahwa skripsi ini banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, namun harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat kepada penulis khususnya, dan pembaca sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan referensi dalam penerapan Ekonomi Islam kedepannya. Terima kasih.
Bogor, 27 Mei 2008 Penulis,
Vebriani Ziliwu H14104012
DAFTAR TABEL
KATA PENGANTAR ...i
DAFTAR TABEL...vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
I. PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang ...1
1.2 Perumusan Masalah ...10
1.3 Tujuan Penelitian ...11
1.4 Manfaat Penelitian ...11
1.5 Ruang Lingkup Penelitian...12
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN...13
2.1 Pengertian Bank Syariah...13
2.1.1 Prinsip Perbankan Syariah ...13
2.2 Jenis-jenis Transaksi Bank Syariah...14
2.2.1 Al-Mudharabah...14
2.2.1.1. Pengertian Al-Mudharabah...14
2.2.1.2 Landasan Syariah ...15
2.2.1.3 Jenis-jenis Al-Mudharabah...16
2.2.1.4 Aplikasi dalam Perbankan...16
2.2.1.5 Manfaat Mudharabah...17
2.2.2 Al-Murabahah...20
2.2.2.1. Pengertian Al-Murabaah...20
2.2.2.2 Landasan Syariah ...21
2.2.2.3 Syarat Al-Murabahah...21
2.2.2.4 Manfaat al- Murabahah ...21
2.2.2.5 Murabahah dalam Perbankan Islam ...22
2.2.3 Al-Musyarakah...23
2.2.3.1 Pengertian Al-Musyarakah...23
2.2.3.2 Landasan Syariah ...24
2.2.3.3 Manfaat Al-Musyarakah...24
2.3 Sistem Operasional Perbankan Syariah ...25
2.3.1 Penghimpunan Dana ...25
2.3.2 Penyaluran Dana ...26
2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Nasabah ...28
2.5 Penelitian Terdahulu ...30
2.6 Kerangka Pemikiran...32
2.7 Hipotesis...33
III. METODE PENELITIAN...35
3.1 Karakteristik Penelitian...35
3.1.1 Jenis dan Sumber Data...35
3.1.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...35
3.1.3 Populasi dan Sampel Penelitian ...35
3.3 Metode Analisis ...37
3.3.1 Pembuatan Alat Ukur Kusioner ...37
3.3.1.1 Skala Likert ...37
3.3.1.2 Uji Validitas ...38
3.3.1.3 Uji Reliabilitas ...39
3.4 Pengujian Model ...39
3.4.1 Pelanggaran Asumsi Klasik ...39
3.4.1.1 Uji Multikolineritas...39
3.4.1.2 Uji Heterokedastisitas ...41
3.4.1.3 Uji Autokorelasi...43
IV HASIL DAN PEMBAHASAN...44
4.1 Gambaran Umum Bank BNI Syariah ...44
4.1.1 Sejarah Bank BNI Syariah ...46
4.1.2 Visi BNI Syariah...46
4.1.3 Misi BNI Syariah ...46
4.1.4 Struktur Organisasi Perusahaan ...46
4.1.5 Sistem Manajemen BNI Syariah...47
4.1.6 Produk Bank BNI Syariah...49
4.2 Gambaran Umum Responden yang diteliti...53
4.2.1 Karakteristik Pada Variabel Demografi...53
4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama...54
4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Menabung...54
4.2.4 Penggunaan ProdukMudharabah pada Bank BNI Syariah di Jakarta ...55
4.2.5 Penggunaan Produk pada Bank BNI Syariah di Jakarta ...55
4.2.6 Alasan responden dalam Pemilihan Produk
Tabungan Syariah Plus...56
4.2.7 Pengetahuan Nasabah Terhadap Sistem Syariah ...56
4.3 Hasil Deskriptif Variabel Penelitian ...56
4.3.1 Variable Ekonomi ...56
4.3.2 Variabel Motivasi...58
4.3.3 Variabel Pelayanan ...60
4. 4 Hasil Estimasi Variabel yang mempengaruhi Responden dalam Menggunakan Tabungan Syariah Plus pada Bank BNI Syariah di Jakarta ...61
4. 5 Uji Asumsi Klasik Pada Variabel Keputusan Responden...62
4.5.1 Uji Mutikolinearitas ...62
4.5.2 Uji Heterokedastisitas ...63
4.5.3 Uji Autokorelasi...63
4.5.3 Uji Normalitas...64
V. KESIMPULAN DAN SARAN...65
5. 1 Kesimpulan ...65
5.2 Saran...66
DAFTAR PUSTAKA ...67
LAMPIRAN...68
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Pada Tabungan
Syariah Plus...10
Tabel 4.1 Variabel Demografi Responden...53
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama ...54
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Nasabah Menabung...54
Tabel 4.5 Alasan Responden Memilih Produk Tabungan Syariah Plus Pada Bank BNI Syariah di Jakarta ...56
Tabel 4.6 Respon Nasabah dalam Mengetahui Sistem Syariah yang diterapkan di Bank BNI Syariah di Indonesia...56
Tabel 4.7 Variabel Ekonomi Yang Mempengaruhi Nilai Tabungan Syariah Plus...57
Tabel 4.8 Tabulasi antara Pendapatan dan Pekerjaan Responden ...58
Tabel 4.9 Motivasi Responden dalam Menggunakan Produk Tabungan Syariah Plus...59
Tabel 4.10 Pengaruh Pelayanan Terhadap Keputusan Nasabah ...60
Tabel 4.11 Hasil Estimasi Tabungan Syariah Plus ...61
Tabel 4.12 Uji Multikolinearitas...62
Tabel 4.13 Uji Heteroskedastisitas...62
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Produk dan Jasa Bank Syariah ...2 Gambar 2. Kerangka Pemikiran...33 Gambar 3. Penggunaan Produk Mudharabah pada
Bank BNI Syariah ...55 Gambar 4. Hasil Uji Normalitas ...64
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Fatwa MUI...69
Lampiran 2. Kuesioner...76
Lampiran 3. Perkembangan dan pertumbuhan Aset Perbankan Syariah Di Indonesia ...76
Lampiran 4. Komposisi Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah (Tabungan)...81
Lampiran 5. Data Mentah Variabel Yang Mempengaruhi Tabungan...82
Lampiran 6. Hasil Estimasi Tabungan Syariah Plus...86
Lampiran 7. White Heteroskedasticity Test...87
Lampiran 8. Breusch-Godfrey Correlation LM Test ...88
Lampiran 9.1 Hasil Uji Validitas Variabel Ekonomi...89
Lampiran 9.2. Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi...90
Lampiran 9.3 Hasil uji Validitas Variabel Pelayanan...91
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang perizinan kepada bank konvensional untuk membuka unit usaha syariah sesuai prinsip syariah Islam, mendorong bank konvensional untuk mendirikan layanan syariahnya. Hal yang mendasari banyak berdirinya perbankan syariah di Indonesia dipelopori oleh keberadaan Bank Muamalat yang menggunakan konsep ekonomi Islam yaitu sistem bagi hasil dan tetap mempertahankan kinerja perbankannya sehingga terhindar dari guncangan ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997/1998, dimana pada masa itu, Bank Indonesia menetapkan capital adequacy ratio (CAR) yang jauh lebih tinggi yakni 12 persen (Bank Indonesia, 2008).
Data yang diperoleh dari Bank Indonesia membuktikan bahwa perbankan syariah di Indonesia mengalami akselerasi pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, yaitu pada tahun 1992 hingga 1998 hanya ada satu bank syariah yang berdiri di Indonesia, maka pada Desember 2007 jumlah bank syariah mengalami peningkatan yang terdiri atas 3 Bank Umum Syariah (Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mega Indonesia, dan Bank Syariah Mandiri) dan 26 Unit Usaha Syariah. Selain itu, jumlah Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) telah mencapai 114 unit pada periode yang sama. Dengan perkembangan yang pesat, bank syariah mampu menghasilkan produk-produk syariah yang memotivasi nasabahnya atau konsumennya menggunakan produk-produk bank syariah di Indonesia (Bank Indonesia, 2008). Produk dan jasa yang dimiliki Bank Syariah di Indonesia adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Produk dan Jasa Bank Syariah Sumber: Bahan kuliah Effendi (2007)
Merujuk pada gambar 1, dapat dilihat bahwa bank syariah berusaha untuk memberikan produk terbaik kepada nasabah, agar nasabah merasa puas dalam pelayanan yang diberikan oleh bank syariah. Hal ini telah dibuktikan dari data yang diperoleh dari Bank Indonesia, bahwa perkembangan aset perbankan syariah telah mengalami peningkatan yang sangat pesat, yaitu pada tahun 1998 dengan nominal Rp 479 milyar hingga 2005 Rp 17.743 milyar dan pada tahun 2007 perkembangan aset perbankan syariah di Indonesia mengalami peningkatan sebesar Rp 36.537 milyar (Bank Indonesia, 2008).
Perkembangan perbankan syariah yang cukup besar dari tahun 1998 hingga 2007, menyebabkan nilai dana pihak ketiga dalam bentuk tabungan syariah juga meningkat, yakni Rp 392 milyar dari tahun 1998 hingga tahun 2002 sebesar Rp 2.917 milyar. Namun, pada tahun 2003 dana pihak ketiga mengalami penurunan
Penghimpunan Penyaluran
Produk dan Jasa Bank Syariah
Jasa Keuangan Prinsip Wadiah Giro Mudharabah Deposito Tabungan
Prinsip Jual Beli
Mudharabah
Istishna
Salam Prinsip Sewa
Ijarah
Prinsip bagi Hasil
Musyarakah Mudharabah Wakalah Kafalah Hiwalah Rahn Sharf
sebesar Rp 1.610 milyar. Penurunan dana pihak ketiga ini tidak terus berlangsung, tahun 2004 hingga 2007 dana pihak ketiga ini mengalami peningkatan yang drastis sebesar Rp 3.263 milyar hingga Rp 9.454.
Pada tahun 1992 hingga 1998 hanya ada satu bank syariah yang berdiri di Indonesia, maka pada Desember 2007 jumlah bank syariah mengalami peningkatan yang terdiri atas 3 Bank Umum Syariah (Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mega Indonesia, dan Bank Syariah Mandiri) dan 26 Unit Usaha Syariah. Selain itu, jumlah Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) telah mencapai 114 unit pada periode yang sama (Bank Indonesia, 2008).
Berdasarkan perkembangan perbankan syariah di Indonesia yang cukup pesat penulis ingin menganalisis perkembangan bank syariah di Indonesia. Pada penelitian ini memfokuskan produk unit usaha syariah yang dinaungi oleh Bank Negara Indonesia (Bank BNI). Hal ini disebabkan oleh:
1. Bank BNI merupakan pelopor dalam pengembangan bank syariah di Indonesia, berdasarkan Undang-undang No. 10 tahun 1998.
2. Laporan Tahunan Bank Indonesia dan Bank BNI Syariah memperlihatkan semakin berkembangnya kantor cabang Bank BNI Syariah di Indonesia, seperti:
a. Pada tanggal 29 April 2000 kantor cabang Bank BNI Syariah berdiri dibeberapa kota, seperti: Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara, dan Banjarmasin.
b. Tahun 2001 kantor cabang Bank BNI Syariah berdiri di kota-kota besar di Indonesia, seperti: Jakarta (2 cabang), Bandung, Makasar, dan Padang.
c. Tahun 2002 kantor cabang Bank BNI Syariah berdiri di kota Medan dan Palembang.
d. Tahun 2003 kantor cabang Bank BNI Syariah berdiri di kota Bulak Sumur, Bekasi, Jakarta Pusat, Bogor, Tangerang.
e. Tahun 2004 kantor cabang Bank BNI Syariah berdiri di kota Prima Jakarta, Prima Surabaya, Tegal, Cianjur, Bukit Tinggi, Sisingamaraja, Lubuk Linggau.
f. Tahun 2005 kantor cabang Bank BNI Syariah berdiri di kota Pekan Baru, Cirebon, Bogor, Surakarta, Balikpapan, UIN Syarif Hidayatullah, Pasar Koja, Pasuruan, Godean.
3. Semakin pesatnya jumlah dana pihak ketiga khususnya tabungan syariah plus di Bank BNI Syariah, dan banyaknya prestasi yang diperoleh oleh Bank BNI Syariah, seperti:
a. The Most Profitable Islamic Bank(tahun 2003) b. Perbankan Syariah Terbaik oleh MUI (tahun 2004) c. The Most Profitable(tahun 2004)
d. The Widest Coverage(tahun 2004) e. The Biggest Marketshare(tahun 2004)
f. The Most Profitable, 1st Rank for Commercial Bank (window & unit) category (International Islamic Banking Awards 2005)
g. Indonesia Bank Loyality Champion category Sharia Bank dari Mark Plus dan Infobank (tahun 2006)
h. Unit Usaha Syariah terbaik kategori aset diatas Rp 500 M versi Majalah Investor (tahun 2006)
i. Indonesia Sharia Bank Loyality Index (ISBLI 2006-2007) – 1 st rank for Customer Satisfaction Index (tahun 2007)
j. The Most Market Share Expansion Sharia Bank 2007, Acceleration Award, Bank Indonesia (tahun 2007)
k. The Most Earning Asset Expansion/ Sharia Division-Asset lebih besar Rp 500 miliar (tahun 2007)
l. The Most Third Party Fund Expansion/ Sharia Division-Asset lebih besar 500 M (tahun 2007)
Unit usaha syariah yang didirikan oleh Bank BNI adalah Bank BNI Syariah yang sesuai dengan sistem syariah Islam, yaitu sistem bagi hasil. Adapun produk Bank BNI Syariah, antara lain:
1. Produk Dana
a. Giro Wadiah
Giro Wadiah merupakan simpanan dana dalam bentuk giro dengan prinsip wadiah yad dhamanah untuk mendukung aktivitas usaha masyarakat. Masyarakat dapat menitipkan dananya ke Bank dan sewaktu-waktu dapat ditarik kembali, dan dana tersebut dapat di operasikan oleh bank, dimana keuntungan yang diperoleh bank dapat diberikan kepada pemilik dana berupa bonus, namun tidak ada perjanjian dimuka.
b. Tabungan Syari’ah Plus
Tabungan Syari’ah Plus adalah simpanan dalam bentuk tabungan dengan prinsip mudharabah mutlaqah yang dapat disetor
dan diambil kapan saja on-line di seluruh cabang Bank BNI, dan juga dapat memanfaatkan fasilitas ATM BNI di seluruh Indonesia. c. Deposito Mudharabah
Deposito Mudharabah adalah investasi berjangka pemilik dana (shahibul maal) baik secara individu maupun perusahaan. Dengan deposito, yakni; 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan.
d. THI Mudharabah
Tabungan Haji Indonesia (THI) Mudharabah adalah produk yang dimiliki oleh Bank BNI Syariah yang telah terdaftar di Departemen Agama dengan menggunakan sistem pengoperasian dana sesuai syariah Islam.
2. Produk Giro USD
Poduk Giro USD merupakan produk dengan pemakaian mata uang USD, apabila nasabah ingin membuka rekening giro dengan mata uang USD, maka dapat menggunakan produk Giro USD. Produk ini juga dapat digunakan untuk keperluan menunaikan haji dengan menyimpan dananya dalam bentuk USD.
3. Produk Pembiayaan
a. Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan Murabahah adalah pembiyaan dengan prinsip jual beli barang pada harga asal dengan penambahan keuntungan yang telah disepakati dengan pihak bank sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Produk pembiayaan murabahah ini
memiliki prosedur yang sederhana dan memiliki perhitungan yang jelas.
b. Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan Mudharabah adalah pembiayaan atas dasar prinsip bagi hasil sesuai dengan kesepakatan antara bank dan nasabah. Pembiayaan ini dapat digunakan diberbagai usaha, seperti; perdagangan, perindustrian, pertanian, dan jasa.
c. Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan Musyarakah adalah pembiayaan yang memakai sistem bagi hasil sesuai porsi yang telah disepakati bersama. Pembiayaan ini diberikan kepada pengusaha yang mengalami permasalahan dalam pengelolaan usahanya sehingga memerlukan dana untuk mengembangkan usahanya.
d. Pembiayaan Ijarah
Pembiayaan ini adalah pembiyaan berdasarkan prinsip sewa beli. Pembiayaan ini cocok bagi mereka yang menginginkan tambahan aset yang diperoleh melalui sewa yang pada akhirnya bertujuan untuk pengalihan pemilikan aset tersebut kepada mereka sendiri.
4. Produk Jasa
a. Kiriman Uang
Dengan teknologi on-line BNI Syariah akan mendapatkan kemudahan dalam pengiriman uang seketika, baik antara sesama kantor cabang BNI Syariah ataupun dengan kantor cabang BNI
lain. Bagi pemegang rekening tabungan syariah plus, pengiriman uang juga dapat dilakukan melalui fasilitas open transfer via ATM BNI.
b. Inkaso
Jasa ini diperuntukan bagi mereka yang membutuhkan penagihan cepat dan aman.
c. Garansi Bank
Jasa ini diperuntukan bagi mereka yang membutuhkan pinjaman kepada rekanan bisnis untuk keperluan tender proyek, pelaksanaan proyek dan lain sebagainya.
5. Produk Lainnya
a. Produk Gadai Emas Syariah (Rahn)
Produk Gadai Emas Syariah ini adalah produk yang memberikan pinjaman uang kepada nasabah dengan jaminan emas atau perhiasan.
b. BNI Syariah Money Changer
Merupakan layanan transaksi jual beli valuta asing (valas), seperti USD, SGD, SAR. Transaksi jual beli valas ini menggunakan akad Al-Sharf, yaitu jual beli mata uang dengan menggunakan kurs yang berlaku saat transaksi.
Dalam perkembangannya, Bank BNI Syariah menunjukkan pertumbuhan yang pesat, hal ini dapat dilihat pada tabel 1 perkembangan dana pihak ketiga pada tabungan syariah plus. Tahun 2002 hingga Maret 2005 perkembangan dana pihak ketiga pada tabungan syariah plus mencapai Rp 113,92 milyar hingga Rp
3.847,92 milyar. Namun, Juni 2005 jumlah tabungan syariah plus mengalami penurunan yakni sebesar Rp 3.704,87 milyar hal ini dikarenakan adanya penurunan sistem manajemen perusahaan, sehingga diasumsikan banyak nasabah yang menarik tabungan syariah plusnya pada bank BNI Syariah. Walaupun jumlah tabungan syariah plus Juni 2005 mengalami penurunan, pada periode berikutnya tabungan syariah plus mengalami peningkatan dari September 2005 hingga September 2007 yaitu sebesar Rp 3.915,22 hingga Rp 6.631,38 milyar (Bank BNI Syariah, 2008)
Melihat perkembangan produk-produk pada Bank BNI Syariah khususnya tabungan syariah plus yang sempat mengalami penurunan Juni 2005, memberikan motivasi kepada penulis untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi nasabah dalam menggunakan tabungan syariah plus di bank BNI Syariah. Dengan demikian, diharapkan dengan penelitian ini memberikan informasi baru kepada Bank BNI Syariah, untuk lebih meningkatkan kinerjanya dalam memberikan pelayanan yang baik untuk nasabah, sehingga banyak masyarakat yang menabung di Bank BNI Syariah.
Tabel 1. Perkembangan Dana Pihak Ketiga pada Tabungan Syariah Plus No Periode Jumlah Tabungan (Juta Rp)
1 Des 2002 11.392 3 Maret 2003 126.507 4 Juni 2003 158.469 5 Sep 2003 158.397 6 Des 2003 200.657 8 Maret 2004 251.699 9 Juni 2004 273.075 10 Sep 2004 300.562 11 Des 2004 334.094 13 Maret 2005 384.792 14 Juni 2005 370.487 15 Sep 2005 391.549 16 Des 2005 397.469 18 Maret 2006 391.522 19 Juni 2006 414.584 20 Sep 2006 435.157 21 Des 2006 513.362 23 Maret 2007 554.313 24 Juni 2007 622.695 25 Sep 2007 663.138
Sumber: Bank BNI Syariah 2008
1.2 Perumusan Masalah
Bank BNI Syariah merupakan salah satu lembaga keuangan syariah yang berdiri di Indonesia dengan menggunakan dual banking system. Penurunan jumlah tabungan syariah pada Juni 2005, mendorong penulis untuk menganalisa apa saja faktor yang mempengaruhi tabungan syariah plus pada Bank BNI Syariah.
Berdasarkan uraian diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah produk Tabungan Syariah Plus yang digunakan Bank BNI Syariah sesuai dengan prinsip syariah Islam?
2. Bagaimana respon masyarakat terhadap adanya Tabungan Syariah Plus di Bank BNI Syariah?
3. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi nasabah dalam menggunakan Tabungan Syariah Plus pada Bank BNI Syariah?
1.3 Tujuan Penelitian
Mengacu pada permasalahan-permasalahan penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui kesesuaian produk Tabungan Syariah Plus yang digunakan Bank BNI Syariah sesusai dengan prinsip syariah Islam.
2. Mengetahui respon masyarakat terhadap adanya produk Tabungan Syariah Plus di Bank BNI Syariah.
3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nasabah dalam menggunakan Tabungan Syariah Plus pada Bank BNI Syariah.
1.4 Manfaat Penelitian
Penulis berharap, hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya, ataupun untuk masyarakat umumnya. Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini antara lain:
2. Memberikan pemahaman yang semakin dalam kepada penulis tentang produk produk perbankan pada Bank BNI Syariah khususnya.
3. Memberikan informasi baru kepada Bank BNI Syariah untuk meningkatkan kinerja perbankannya sehingga mendorong masyarakat untuk menabung di Bank BNI Syariah.
4. Memberikan sumbangan yang berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Selain itu diharapkan pula agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu literatur bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Tabungan Syariah Plus pada Bank BNI Syariah di Jakarta. Dalam penelitian ini hanya akan mengkaji sejauhmana kinerja Bank BNI Syariah dalam peningkatan unit usaha syariahnya khususnya dalam menarik perhatian dan mendorong masyarakat untuk menabung di Bank BNI Syariah.
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Pengertian Bank Syariah
Menurut Antonio (2001) terdapat perbedaan mendasar antara bank konvensional dengan bank syariah. (1) dari segi akad dan aspek legalitas: akad yang dilakukan bank syariah memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum Islam. Jika terjadi perselisihan antara nasabah dengan bank, maka bank syariah dapat merujuk kepada UU No.3 tahun 2006 yang memberikan kewenangan kepada Pengadilan Agama untuk menangani perkara perbankan syariah yang penyelesaiannya berdasarkan hukum Islam. (2) Struktur Organisasi: Bank Syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank konvensional. Tapi unsur yang membedakan adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi operasional bank dan produknya agar sesuai dengan garis-garis syariah. 3) Bisnis dan usaha yang dibiayai: Bisnis dan usaha yang dilakukan tidak terlepas dari saringan syariah. (4) Lingkungan kerja dan corporate culture: dalam hal etika sifat amanah dan shiddiq melandasi setiap karyawan sehingga tercipta profesionalisme yang berdasarkan Islam.
2.1.1 Prinsip Perbankan Syariah
Prinsip perbankan syariah merupakan aturan dasar yang berdasarkan hukum Islam, khususnya aturan muamalat yang mengatur hubungan antara bank dengan pihak lain dalam rangka penghimpunan dan penyaluran dana serta kegiatan perbankan syariah lainnya. Adapun prinsip operasional lain yang lazim
dilakukan oleh bank syariah dalam kegiatan usaha dengan prinsip syariah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta mendapat persetujuan Bank Indonesia dan Dewan Syariah Nasional (PKES, 2008).
2.2 Jenis-jenis Transaksi Bank Syariah 2.2.1 Al-Mudharabah
2.2.1.1 Pengertian Al-Mudharabah
Mudharabah berasal dari kata dharba-yadhribu-dharban, berarti memukul atau berjalan.Menurut istilah syara’, al-mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100 persen) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, apabila rugi ditanggungkan oleh pihak pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola, pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan (Adiwarman, 2004).
Dalam literatur fiqih Islam, istilah Mudharabah digunakan oleh mazhab Hanafiyah, Hanabilah, dan Zohiri, sedangkan dalam mazhab Syafi’iyah dan Malikiyah, mudharabah dikenal dengan istilah lain yaitu Qiradh. Mudharabah adalah salah satu bentuk kerja sama dalam lapangan ekonomi, yang berasal dari Qardh yang berarti Qath (potongan).
2.2.1.2 Landasan Syariah
Secara umum, landasan dasar syariah al-mudharabah lebih mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha (Antonio, 2001). Hal ini dapat diperjelas dalam beberapa arti dari ayat-ayat dan hadist berikut:
a. Al-Qur’an
1. Surat Al-Muzzamil: 20
“... dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah SWT...”
2. Surat Al-Jumu’ah: 10
“Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah SWT..”
3. Surat Al-Baqarah: 198
”Tidak ada dosa (halangan) bagi kamu untuk mencari karunia Tuhan Mu...”
Dari beberapa arti ayat diatas menjelaskan tentang melakukan suatu perjalanan usaha, dimana kata-kata teersebut sama artinya dengan kata bahasa arab yang berarti yadhribun.
b. Hadist
Diriwayatkan Dari Shalih bin Shuahib r.a. bahwa Rasullah Saw. bersabda, ”Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqharadah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual” (HR Ibnu Majah).
2.2.1.3 Jenis-jenis Al-Mudharabah
Secara umum, mudharabah terbagi menjadi dua jenis: mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayyadah (Antonio, 2001).
1. Mudharabah Mutlaqah
Mudharabah mutlaqah adalah bentuk kerjasama antara shohibul maal dan mudharib yang cakupannya luas dan tidak dibtasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.
2. Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah Muqayyadah disebut juga dengan istilah restricted mudharabah, dimana mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha.
2.2.1.4 Aplikasi dalam Perbankan Syariah
Al-mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan pendanaan (Antonio, 2001). Pada sisi penghimpunan dana, al-mudharabah diterapkan pada:
1. tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan khusus, seperti tabungan haji, tabungan kurban, dan sebagainya.
2. deposito spesial, dimana dana yang dititipkan nasabah khusus untuk bisnis tertentu, misalnya murabahah atau ijarah saja.
2.2.1.5 Manfaat Al-Mudharabah
Al- Mudharabah memberi banyak manfaat kepada bank syariah dan nasabah. Salah satu diantaranya adalah adanya keuntungan sistem bagi hasil yang diperoleh bank dan nasabah (Antonio, 2001). Adapun manfaat al-Mudharabah antara lain:
1. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat.
2. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan/ hasil usaha bank sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread.
3. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/ arus kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah.
4. Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang benar-benar halal, aman, dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.
5. Prinsip bagi hasil dalam al-mudharabah/ al-musyarakah berbeda dengan prinsip bunga tetap dimana bank akan menagih penerima pembiayaan (nasabah) satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekali pun merugi dan terjadi krisis ekonomi.
2.2.1.6 Tabungan Mudharabah
Tabungan Mudharabah adalah simpanan pihak ketiga di bank Islam yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat atau beberapa kali sesuai dengan perjanjian. Dalam Hal ini bank Islam sebagai mudharib dan nasabah sebagai
shahib al maal. Bank sebagai mudharib akan membagi keuntungan kepada shahib al maal dengan nisbah yang telah disetujui bersama. Bank Syariah yang kapasitasnya sebagai mudharib, mempunyai kuasa untuk melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dalam mengembangkan uang nasabah. Namun, disisi lain bank syariah juga memiliki sifat sebagai wali amanah, yang berarti bank harus hati-hati atau bijaksana serta beritikad baik dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang timbul akibat kesalahan atau kelalaiannya (Adiwarman, 2001).
Dari hasil pembagian dana mudharabah, Bank Syariah akan membagikan hasil kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah disepakati bersama dan ditulis dalam akad pembukaan rekening. Dalam mengelola dana tersebut, bank bertanggung jawab terhadap kerugian yang bukan disebabkan oleh kelalaiannya, misalnya dalam menjalankan management (salah urus), bank bertanggung jawab penuh terhadap kerugian tersebut (Adiwarman, 2001).
Dalam mengelola harta mudharabah, bank menutup biaya operasional tabungan dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. Disamping itu, bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah penabung tanpa persetujuan yang bersangkutan. Perhitungan bagi hasil tabungan mudharabah dilakukan berdasarkan saldo rata-rata harian yang dihitung ditiap akhir bulan dan dibuka awal bulan berikutnya.
Adapun rumus perhitungan bagi hasil tabungan mudharabah (Adiwarman, 2001) adalah sebagai berikut:
an bersangkut yang kelender hari hasil bagi tingkat rata -rata saldo hasil bagi hari Mudharabah Tabungan
Dalam perhitungan bagi hasil tabungan mudharabah tersebut, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Hasil perhitungan bagi hasil dalam angka satuan bulat tanpa mengurangi hak nasabah;
a. Pembulatan keatas untuk nasabah b. Pembulatan kebawah untuk bank
2. Hasil perhitungan pajak di bulatkan keatas sampai puluhan terdekat.
Dalam hal pembayaran bagi hasil, Bank Syariah menggunakan metode akhir bulan, yaitu:
a. Pembayaran bagi hasil tabungan mudharabah dilakukan secara bulanan, yaitu pada tanggal tutup buku setiap bulan.
b. Bagi hasil bulan pertama dihitung secara proporsional hari efektif termasuk tanggal tutup buku, tapi tidak termasuk tanggal pembukaan tabungan.
c. Bagi hasil bulan terakhir dihitung secara proporsional efektif. Tingkat yang dibayarkan adalah tingkat bagi bagi hasil yang di bayarkan adalah tingkat bagi hasil tutup buku bulan terakhir. d. Jumlah hari sebualn adalah jumlah hari kalender bulan yang
bersangkutan (28 hari, 29 hari, 30 hari, dan 31 hari).
e. Bagi hasil bulanan yang diterima nasabah dapat diafiliasikan ke rekening lainnya sesuai permintaan nasabah.
Majelis Ulama Indonesia melalui Dewan Syari’ah Nasional mengeluarkan fatwa dari hasil Rapat Pleno DSN pada hari Sabtu, tanggal 1 April 2004 menetapkan bahwa ketentuan umum tabungan berdasarkan mudharabah adalah:
1. Dalam transaksi, nasabah bertindak sebagai shahibul mal atau pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.
2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah dan mengembangkannya, termasuk didalamnya mudharabah dengan pihak lain.
3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan piutang.
4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening.
5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
6. Bank tidak di perkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.
2.2.2 Al-Murabahah
2.2.2.1 Pengertian Al-Murabahah
Al-murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. dalam murabahah, penjual harus memberitahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya.
Al-murabahah dapat dilakukan untuk pembelian secara pesanan dan biasa disebut murabahah kepada pemesan pembelian (KKP) (Antonio, 2001)
2.2.2.2 Landasan Syariah a. Al-Qur’an
Sebagaimana surat Al-Baqarah: 275, yang artinya: “ ....Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...”
b. Al-Hadist
Dari Suhaib ar-Rumi r.a. Rasulullah Saw. Saw. bersabda; “ Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, muqharadah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah).
2.2.2.3 Syarat Al-Murabahah
Ada beberapa syarat terjadinya murabahah, yakni: a. Penjual memberitahu biaya modal kepada nasabah.
b. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan. c. kontrak harus bebas dari riba.
d. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian.
e. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.
2.2.2.4 Manfaat Al-Murabahah
Al-murabahah memberi banyak manfaat kepada bank syariah. Salah satu diantaranya adalah keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dari penjual
kepada nasabah. Sehingga dapat memudahkan penanganan administrasi di bank syariah (antonio, 2001).
2.2.2.5 Murabahah dalam Perbankan Islam
Bank-bank Islam umumnya mengadopsi murabahah untuk memberikan pembiayaan jangka pendek kepada para nasabah guna pembelian barang meskipun nasabah tidak memiliki uang untuk membayar. Murabahah sebagaimana yang digunakan dalam perbankan Islam, prinsipnya didasarkan pada dua elemen pokok: harga beli serta biaya yang terkait, dan kesepakatan atas mark-up (laba). Ciri dasar kontrak murabahah yakni: (1) si pembeli harus memiliki pengetahuan tentang biaya-biaya terkait dan tentang harga asli barang, dan batas laba (mark-up) harus ditetapkan dalam bentuk persentase dari total harga plus biaya-biayanya, (2) apa yang dijual adalah barang atau komoditas dan dibayar dengan uang, (3) apa yang diperjual belikan harus ada dan dimiliki oleh si penjual dan si penjual harus mampu menyerahkan barang itu kepada si pembeli, (4) Pembayarannya ditangguhkan (Antonio, 2001)
Bank-bank Islam pada umumnya telah menggunakan murabahah sebagai metode pembiayaan utama, yang meliputi tujuh lima persen dari total total kekayaan yang dimiliki bank. Angka persentase tersebut, sebanding dengan banyaknya bank-bank Islam yang dimiliki oleh sistem perbankan Islam seperti di Pakistan dan Iran. Sejak awal tahun 1984, di Pakistan, pembiayaan jenis murabahah mencapai sekitar delapan puluh tujuh persen dari total pembiayaan dalam investasi deposito PLS. Dalam kasus Dubai Islamic Bank, bank Islam berawal disektor swasta, pembiayaan murabahah mencapai delapan dua persen
dari total pembiayaan selama tahun 1989. Dan bagi Islamic Development Bank (IDB), selama dari sepuluh tahun periode pembiayaan, tujuh puluh tiga persen dari seluruh pembiayaan adalah murabahah, yaitu dalam pembiayaan dagang luar negeri.
Dalam konsepnya, murabahah memiliki makna yang banyak dalam perbankan Islam, antara lain; (1) murabahah adalah suatu mekanisme investasi jangka pendek, dan dibandingkan dalam Profit and Loss Sharing (PLS) cukup memudahkan. (2) mark-up dalam murabahah dapat ditetapkan sedemikian rupa sehingga memastikan bahwa bank dapat memperoleh keuntungan yang sebanding dengan keuntungan bank-bank berbasis bunga yang menjadi saingan bank-bank Islam. (3) murabahah menjauhkan ketidakpastian yang ada pada pendapatan dari bisnis-bisnis dengan sistem PLS. (4) murabahah tidak memungkinkan bank-bank Islam untuk mencampuri manajemen bisnis, karena bank bukanlah mitra si nasabah, sebab hubungan antara bank dan nasabah dalam murabahah adalah hubungan antara kreditur dan debitur (Antonio, 2001).
2.2.3 Al-Musyarakah
2.2.3.1 Pengertian Al-Musyarakah
Al-Musyarakah adalah akad kerjasama dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan (Antonio, 2001).
2.2.3.2 Landasan Syariah a. Al-Qur’an
“ Dan, sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh.” (Shaad: 24)
b. Al-Hadist
Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda, “ Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman, ‘ Aku pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya tidak menghianati lainnya ‘” (HR. Abu Daud).
2.2.3.3 Manfaat Al-Musyarakah
Terdapat banyak manfaat dari pembiayaan secara musyarakah ini, diantaranya:
a. Bank akan menikmati peningkatan dalam jumlah tertentu pada saat keuntungan usa nasabah meningkat.
b. Bank tidak berkewajiban membayar dalam jumlah tertentu kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan /hasil usaha bank.
c. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/arus usaha nasabah, sehingga tidak memberatkan nasabah.
d. Bank akan lebih selektif dan hati-hati. mencari usaha yang benar-benar halal, aman, dan menguntungkan.
e. Prinsip bagi hasil dalam mudharabah/musyarakah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap dimana bank akan menagih penerima pembiayaan
(nasabah) satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang dihasilkan, bahkan sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.
2.3 Sistem Operasional Perbankan Syariah 2.3.1 Penghimpun Dana
Penghimpun dana di bank umum syariah dapat berbentuk giro, tabungan dan deposito, sedangkan BPRS hanya dapat melayani tabungan dan deposito. Prinsip operasional syariah yang telah diterapkan secara luas dalam penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip wadi’ah dan mudharabah (Antonio, 2001)
a. Prinsip Wadiah
Dalam kegiatan penghimpunan dana masyarakat di bank syariah prinsip wadi’ah yad dhamanah, bank dapat memanfaatkan dan menyalurkan dana yang dimpan serta menjamin dana tersebut dapat ditarik setiap saat oleh pemilik dana.
b. Prinsip Mudharabah
Dalam kegiatan penghimpunan dana masyarakat di bank syariah dengan prinsip mudharabah bank sebagai pengelola dana memberikan keuntungan kepada nasabah (pemilik dana) dalam bentuk sistem bagi hasil.
2.3.2 Penyaluran Dana
Dalam penyaluran dana bank syariah harus berpedoman kepada prinsip kehati-hatian. Sehubungan dengan hal itu bank diwajibkan untuk meneliti secara seksama calon nasabah penerima dana berdasarkan azas pembiayaan yang sehat. Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan prinsip syariah. Dengan menyalurkan dana kepada nasabah, secara garis besar terdapat 4 (empat) kelompok prinsip opersaional syariah, yaitu prinsip jual beli (bai’), sewa beli (ijarah wa itiqna), bagi hasil (syirkah) dan pembiayaan lainnya (Antonio, 2001)
1. Prinsip Jual Beli (Bai’)
Prinsip Jual Beli meliputi murabahah, salam, dan istishna: a. Murabahah
Prinsip Murabahah umumnya diterapkan dalam pembiayaan pengadaan barang investasi. Al-murabahah sangat berguna bagi seseorang yang membutuhkan barang secara mendesak tetapi kekurangan dana.
b. Salam
Kontrak dimana penjual produk pertanian (petani) dapat menjual produk pertaniannya pada awal musim tanam, kemudian mengirimkan hasil produknya kepada pembeli dimasa yang akan datang, dimana pembeli melakukan pembayaran dimuka.
c. Istishna
Merupakan transaksi penjualan sebuah produk manufaktur dimana pengusaha manufaktur diminta untuk memproduksinya sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan oleh pembeli.
2. Prinsip Sewa Beli (Ijarah Wa itiqna/Ijarah Muntahiyyah Bittamlik)
Ijarah Wa itiqna (Ijarah Muntahiyyah Bittamlik) adalah akad sewa menyewa suatu barang antara bank dengan nasabah dimana nasabah diberi kesempatan untuk membeli obyek sewa pada akhir akad yang dalam dunia usaha dikenal dengan financial lease, harga dan sewa beli ditetapkan bersama diawal perjanjian.
3. Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)
Prinsip Bagi hasil meliputi musyarakah, mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayyadah.
a. Musyarakah
Musyarakah dalam perbankan diaplikasikan untuk pembiayaan proyek dimana nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut. Semua modal dicampur untuk dijadikan model proyek musyarakah dan dikelola bersama-bersama.
b. Mudharabah Mutlaqah
Dalam prinsip ini jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola modal harus berupa uang tani dan apabila modal diserahkan secara bertahap, harus jelas tahapannya dan disepakati bersama.
c. Mudharabah Muqayyah
Mudharabah Muqayyah adalah penyediaan modal hanya untuk kegiatan tertentu dan dengan syarat yang sepenuhnya ditetapkan oleh bank.
2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Nasabah
Menurut pandangan Way (1973), tabungan dipengaruhi oleh tingkat kemampuan, kemauan, serta besarnya kesempatan yang ada pada setiap individu. Untuk melihat faktor yang mempengaruhi nasabah dalam menabung di perbankan, maka variabel ekonomi dan non ekonomi yang terlihat jelas sangat berpengaruh. Hal ini dapat dijelaskan secara sistematis, sebagai berikut:
S = f (A,W,O) Keterangan:
Saving(S) : Tabungan
Abilty (A) : Tingkat Kemampuan Willingness : Tingkat Kemauan Oppurtunity : Tingkat Kesempatan
Tingkat kemampuan untuk menabung tergantung pada faktor pendapatan, struktur populasi, dan kekayaan. Kemauan untuk menabung dipengaruhi oleh pembagian hasil yang diterapkan oleh suatu perbankan, dan faktor sosial. Dan kesempatan menabung dipengaruhi oleh ketersediaan lembaga intermediasi keuangan dan perbankan.
Setiadi (2003) juga mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam menabung di bank adalah kebudayaan, sosial, kepribadian, dan kejiwaan. Faktor kejiwaan dalam hal ini adalah variabel motivasi, persepsi, belajar, dan kepercayaan. Motivasi merupakan pendorong yang utama bagi manusia dalam mengambil keputusan. Sedangkan persepsi adalah proses yang timbul akibat adanya aktivitas manusia yang terlihat oleh indera mata kita, yang akan mempengaruhi kita dalam mengambil keputusan.
Dian dan El-Bdor (1989) mengkaji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penggunaan jasa perbankan Islam adalah kualitas pelayanan terhadap nasabah, pelayanan pembiayaan atau tabungan, adanya fasilitas pelayanan dan media informasi. Dalam hal ini, Erol dan El-Bdor membagi faktor-faktor tersebut kedalam indikator-indikator letak lokasi bank, efisiensi dan kecepatan layanan, pengaruh teman/saudara dalam penggunaan jasa bank, keramahan pegawai bank, bangunan bank, manajemen bank, jaminan kerahasiaan bank, jumlah cabang bank, dan penyediaan layanan konsultasi.
Dalam penelitian tersebut, faktor dominan yang mempengaruhi nasabah dalam penggunaan produk bank adalah hubungan interpersonal dan dorongan individual.
Penelitian TIM IPB yang bekerjasama dengan Bank Indonesia meneliti tentang Potensi, Preferensi, dan Perilaku Nasabah terhadap Bank Syariah di beberapa Provinsi Indonesia, menunjukkan bahwa terdapat banyak variabel yang mempengaruhi minat nasabah dalam menggunakan produk Bank Syariah, diantaranya:
1. Variabel Motivasi, 2. Variabel Pengetahuan, 3. Variabel Sikap,
4. Variabel Demografi.
Variabel demografi terdiri dari jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan. Sedangkan variabel ekonomi mempengaruhi penghasilan nasabah, jenis pekerjaan.
2. 5 Penelitian Terdahulu
Ilyda Sudardjat (2006) mengamati faktor yang mempengaruhi simpanan mudharabah pada Bank Syariah di Sumatera Utara yang menjelaskan tentang seberapa besar pengaruh mikro (psikologis) dan makro terhadap besar kecilnya total tabungan pada bank syariah di Sumatera Utara. Pada segi mikro, penelitian tersebut mengamati pengaruh persepsi dan motivasi terhadap pengambilan keputusan nasabah yang menjadi anggota bank syariah.
Dari segi makro, Ilyda mengamati besarnya pengaruh tingkat bagi hasil deposito dan tabungan serta suku bunga bank deposito dan tabungan terhadap simpanan bagi hasil yang ada di Bank Syariah Sumatera Utara.
Hasil pengolahan data primer dengan menggunakan analisis regresi memperlihatkan adanya hubungan yang signifikan positif antara variabel motivasi dan persepsi dengan pengambilan keputusan responden untuk menjadi nasabah bank syariah. Dan hasil pengolahan data sekunder, dengan pendekatan model Partial Adjusment Model (PAM), bahwa variabel tingkat suku bunga tabungan yang bernilai negatif dan signifikan terhadap simpanan bagi hasil, sedangkan variable tingkat bagi hasil deposito, dan tingkat bagi hasil tabungan, dan suku bunga deposito tidak berpengaruh signifikan.
Hal ini juga dijelaskan dalam penelitian yang dilakukan oleh Rivai (2006) “Identifikasi Penentu Keputusan Nasabah dalam Memilih Jasa Perbankan: Bank Syariah versus Bank Konvensional”. Dalam penelitian tersebut menemukan perbedaan persepsi terhadap keberadaan bank syariah dibanding dengan bank konvensional. Jumlah responden bank konvensional yang memahami tentang prinsip bank syariah relatif kecil kira-kira sekitar 34,7 persen.
Hasil penelitian tersebut menjelaskan adanya pertimbangan responden di dalam memilih jasa bank syariah, seperti; (1) keyakinan bahwa bunga bank bertentangan dengan agama, (2) keramahan petugas bank syariah serta persepsi bahwa berurusan dengan bank syariah lebih cepat dan mudah, (3) persyaratan yang lebih ringan dibanding bank konvensional, (4) letak bank syariah yang strategis.
Penelitian Tim IPB dan Bank Indonesia (2000) tentang “ Potensi, Preferensi, dan Perilaku Masyarakat terhadap Bank Syariah di Jawa Barat” bekerjasama dengan Bank Indonesia yang dilakukan pada 10 wilayah kabupaten dan kota dengan total responden 1022 yang bertujuan untuk menganalisis karakteristik dan perilaku dari kelompok masyarakat yang digolongkan (a) hanya mau berhubungan dengan lembaga keuangan syariah saja, (b) yang mau berhubungan dengan bank syariah, (c) yang tidak berkeinginan untuk berhubungan dengan bank syariah, dan juga bertujuan untuk melihat pengembangan perbankan syariah.
Hasil analisis model logit menunjukkan bahwa bank syariah ternyata lebih diminati oleh kalangan yang berpenghasilan menengah kebawah. Variabel dominan yang dihasilkan dari proses pengolahan data primer dengan analisa logit memperlihatkan bahwa motif agama, lokasi bank syariah (dekat dengan pesantren) dan tokoh masyarakat sangat mempengaruhi masyarakat menjadi nasabah di bank syariah, bukan karena motif keuntungan.
Dari hasil penelitian juga menunjukkan model logit yang menunjukkkan bahwa variabel keagamaan yang terkait erat dengan aktivitas ekonomi, memperlihatkan 11 kabupaten/ kotamadya, seperti Kodya Bandung, Kabupaten
Bogor, dan Kabupaten Tangerang merupakan daerah yang pengembangan potensinya baik.
2.6 Kerangka Pemikiran
Dengan sejumlah permasalahan dan tujuan yang dirumuskan dalam penelitian ini, secara garis besar tahapan-tahapan dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2. Untuk menjawab permasalahan dan tujuan yang dirumuskan, maka sebagai langkah awal dilakukan studi literatur melalui berbagai sumber mengenai teori-teori ekonomi yang membahas tentang syariah dan hasil penelitian sebelumnya yang terkait dengan kecenderungan nasabah menabung di Bank BNI Syariah. Kemudian dilakukan hipotesis berdasarkan studi literatur tersebut.
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
2.6 Hipotesis
1. Terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antara variabel ekonomi, pelayanan, dan motivasi, terhadap jumlah tabungan syariah plus.
2. Variabel ekonomi, pelayanan dan motivasi, akan berpengaruh positif terhadap keputusan menabung nasabah pada bank BNI Syariah di Jakarta.
3. Tingkat tabungan syariah plus berpengaruh positif terhadap total jumlah Tabungan mudharabah.
Tabungan Syariah Plus
Respon Nasabah Produk Syariah Non Syariah Mudharabah Hipotesis Penelitian: 1. Variabel Ekonomi 2. Variabel Motivasi 3. Variabel Pelayanana Sistem Bagi Hasil
III.
METODE PENELITIAN
3.1 Karakterisik Penelitian 3.1.1 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Pada data sekunder dalam runtun waktu tahun 2000 hingga tahun 2007 diperoleh dari laporan tahunan dan bulanan Bank Indonesia dengan tujuan untuk melihat perkembangan perbankan syariah di Indonesia, dan laporan tahunan dan ulanan Bank BNI Syariah selama kurun waktu tahun 2000 hingga 2007 mengenai perkembangan produk syariah khususnya tabungan syariah plus.
Data primer diperoleh penulis dari Bank BNI Syariah di Jakarta, melalui pengisian kuesioner oleh nasabah yang menggunakan produk tabungan syariah plus. Dengan demikian data yang digunakan penulis merupakan data cross-section. Untuk menguji tujuan penelitian dan hipotesis penelitian, data yang digunakan adalah data primer.
3.1.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Bank BNI Syariah di Jakarta, yakni Bank BNI Syariah Jakarta Timur dan Bank BNI Syariah Jakarta Selatan. Pada Bank BNI Syariah Jakarta Timur, responden diperoleh dari kantor cabang BNI Syariah yang berlokasi di daerah Rawamangun dan beberapa kantor cabang pembantu BNI Syariah diantaranya, Kantor Cabang Pembantu Bank BNI Syariah Kalimalang dan Kantor Cabang Pembantu BNI Syariah Bekasi. Demikian pula Bank BNI Syariah Jakarta Selatan, responden diperoleh dari kantor cabang
pembantu BNI Syariah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan kantor cabang pembantu BNI Syariah (lantai 2) kantor besar BNI Sudirman.
Dalam penelitian ini, Waktu penelitian dimulai dari Februari 2008 hingga Maret 2008. Jadwal penelitian disesuaikan dengan hari banyaknya jumlah nasabah yang menabung pada Bank BNI Syariah di Jakarta. Informasi mengenai hari banyaknya jumlah nasabah yang menabung di Bank BNI Syariah diperoleh dari pegawai Bank BNI Syariah di setiap Cabang Jakarta.
3.1.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah nasabah Bank BNI Syariah di wilayah Jakarta yang berjumlah 150 orang dan merupakan nasabah yang menggunakan produk tabungan syariah plus pada Bank BNI Syariah. Pada penelitian, populasi diambil secara acak dan sesuai dengan nasabah yang menggunakan Tabungan Syariah Plus pada Bank BNI Syariah di Jakarta. Namun, tidak semuanya nasabah menjadi sampel dalam penelitian. Hal ini disebabkan kurang lengkapnya data yang diberikan nasabah dalam pengisian kuesioner, Oleh karena itu, sampel responden dalam penelitian ini hanya berjumlah 144 orang yang benar-benar sesuai dengan kriteria penelitian.
3.2 Model Analisis
Data penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah variabel-variabel yang berhubungan dengan hipotesis yang dirumuskan. Model dasar yang digunakan pada penelitian ini adalah:
Yi = β0 + β1 X1i + β2 X2i + β 3 X3i + ei Keterangan:
1. Variabel Ekonomi (X1i,)
2. Variabel Pelayanan (X2i)
3. Variable Motivasi (X3i)
4. Tabungan Syariah Plus (Yi)
Koefisien β1, β2, β3 menunjukkan nilai koefisien jangka pendek dari
variabel X1i, X2i, X3i. Model tersebut ditujukan untuk mengetahui tingkat
signifikansi dan nilai elastisitas perubahan masing-masing variabel penjelas yang akan mempengaruhi tabungan syariah plus.
3.3 Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan penulis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Ordinary Least Square (OLS) dan dengan alat bantu software E-Views 4.1 dan SPSS 15. Metode yang digunakan adalah metode survei dan analisis data dengan Regresi Linier dengan melihat adanya pengaruh ekonomi, pelayanan, dan motivasi yang mempengaruhi keputusan nasabah untuk menabung di Bank BNI Syariah di Jakarta.
Data primer dengan menyebarkan kuesioner kepada responden. Total responden yang diteliti sebanyak 144 orang adalah nasabah yang menggunakan produk Tabungan Syariah Plus. Tahapan-tahapan yang dilakukan untuk menyelesaikan penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.3.1 Pembuatan Alat Ukur Kuesioner 3.3.1.1 Skala Likert
Dalam pemberian skoring, setiap jawaban yang diberikan oleh responden diberi skor dengan menggunakan skala likert. Selanjutnya, dalam prosedur skala likert dengan menggunakan ukuran ordinal dan dengan bobot sesuai nilai dari 1 hingga 4, yaitu sangat setuju (4), setuju (3), ragu-ragu (2), tidak setuju (1) ; sangat tahu (4), tahu (3), kurang tahu (2), tidak tahu (1), sangat cepat (4), cepat (3), kurang cepat (2), tidak cepat (1), a (1), b (2), c (3), d (4), e (5). (Sugiyono, 1999). Variabel Ekonomi terdiri dari 2 pertanyaan dengan 5 pilihan (a, b, c, d, e). Variabel Pelayanan terdiri dari 3 pertanyaan dengan 4 pilihan (SS, S, R, TS). Variabel motivasi terdiri dari 3 pertanyaan dengan 4 pilihan (SS, S, R, TS).
3.3.1.2 Uji Validitas
Validitas sebagai alat pengumpul data menurut Sugiyono(1998), validitas konstruk merupakan metode yang digunakan untuk memberikan penilaian terhadap kuesioner, yaitu melalui korelasi produk momen, antara skor setiap butir pertanyaan dengan skor total. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
2 2 2 2 ( ) ( Y Y N X X N Y X XY N r Keterangan: r = Koefiisien reliabilitas X = Skor Pernyataan Y = Skor TotalDari hasil uji validitas memperlihatkan bahwa semua pertanyaan pada variabel ekonomi, variabel motivasi, dan variabel pelayanan adalh valid, berdasarkan kriteria uji validitas, yang menunjukkan nilai dari setiap pertanyaan lebih besar dari 0,3. Sehingga instrumen dari setiap variabel dapat digunakan untuk pengujian metode selanjutnya.
3.3.1.3 Uji Reliabilitas
Penelitian ini akan menggunakan pengujian reliabilitas varabel dengan teknik dari Spearman Brown dengan rumus (Sugiyono, 1999), adalah sebagai berikut: b b
r
r
r
1
2
Keterangan:ri : reliabilitas internal seluruh instrumen
rb : korelasi momen produk antara belahan pertama dengan kedua
Hasil uji reabilitas pada penelitian memperlihatkan bahwa hampir semua pertanyaan pada setiap variabel teruji reabilitasnya, karena lebih besar dari rtabel (144) = 0,1 dan ada satu pertanyaan dari variabel motivasi yang menunjukkan
bahwa pertanyaan tersebut tidak reliabel terhadap motivasi nasabah menabung di Bank BNI Syariah. Namun, instrumen tersebut dapat digunakan untuk menguji metode selanjutnya (Simamora, 2004).
3.3.1.4 Analisis Deskriptif
Analisis dekriptif adalah metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna (Walpole, 1995). Analisis deskriptif ini digunakan untuk keperluan analisis selanjutnya.
3.4 Pengujian Model
Suatu model dikatakan baik jika sesuai dengan kaidah statistik, ekonometrika dan ekonomi. Kriteria ekonometrika dapat dilihat dari pengujian terhadap asumsi klasik, yaitu tidak adanya autokorelasi, heterokedastisitas, dan normalitas dalam model (Gujarati, 2003).
3.4.1 Pelanggaran Asumsi Klasik 3.4.1.1 Uji Multikolonearitas
Multikolonearitas digunakan untuk melihat adanya hubungan linear antarvariabel independen dalam model regresi. Kondisi terjadinya multikolinear ditunjukkan oleh:
a. Nilai R2 yang tinggi, tetapi variabel yang independen banyak yang signifikan.
b. Menghitung koefisien korelasi antarvariabel independen. Apabila koefisien rendah, tidak terdapat multikolinearitas.
c. Dengan menggunakan regresi auxiliary untuk mengetahui hubungan antara dua variabel independen (misalnya X3 dan X2) yang secara bersama-sama mempengaruhi satu variabel indepen yang lainnya (misalnya X1) > 0.89 dan setiap persamaan dihitung nilai F-nya. Jika nilai Fhitung < Fkritis pada dan derajat kebebasan tertentu, maka model tidak
mengandung multikolinearitas.
3.4.1.2 Uji Heterokedastisitas
Suatu Fungsi dikatakan baik apabila memenuhi asumsi homokedastisitas (tidak ada heterokedastisitas) atau memiliki ragam error yang sama. Gejala adanya heterokedastisitas dapat ditunjukkan oleh Probability Obs*R-squared pada uji White Heterokedasticity.
Hipotesis: Ho : β = 0 H1 : β = 0 Kriteria Uji:
Probability Obs*R-squared < , maka tolak Ho Probability Obs*R-squared > , maka terima Ho
Jika Ho ditolak maka terdapat gejala heterokedastisitas pada model. Sebaliknya jika Ho diterima maka pada model tidak terdapat gejala heterokedastisitas.
3.4.1.3 Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah hubungan antara residual satu observasi dengan residual observasi lainnya. Autokorelasi lebih mudah timbul pada data yang bersifat runtun waktu, karena berdasarkan sifatnya, data masa sekarang dipengaruhi oleh data pada masa sebelumnya. Walaupun demikian, autokorelasi bisa terjadi pada data yang bersifat antarobjek (cross section).
Untuk mengidentifikasi ada tidaknya autokorelasi dalam suatu model, maka dapat dilakukan pengujian:
a. Uji Durbin-Watson
Uji Durbin-Watson merupakan salah satu uji yang digunakan untuk memperlihatkan ada atau tidaknya autokorelasi dalam suatu model (Gujarati). Uji ini dapat dilihat pada rumus berikut:
persamaan 1:
2 2 1 2 2 1 i i N i i i i e e e ddimana nilai D-W statistik adalah antara 0 hingga 4 Persamaan 2: i N i i i i t i e e e e e d
2 2 1 1 2 2 2Karena
e2t hanya berbeda satu observasi, maka
e2 t-1 =
e2t,persamaan 3:
i i i e e e d 2 1 2 1 Keterangan: d : Durbin Watson t : rasioDengan menggunakan Formulasi pada persamaan 1, maka untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi, dapat diuji dengan melihat D-Wstatistik dibandingkan dengan nilai D-W tabel dengan syarat berikut:
1. Bila 0 < D-W statistik dL maka tolak Ho yang menyatakan tidak ada
autokorelasi.
2. Bila dL D-W statistik dU maka tidak ada autokorelasi.
3. Bila 4 - dL < D-W statistik < 4 maka tolak Ho yang menyatakan tidak
ada autokorelasi.
4. Bila 4 - dU D-W statistik 4 - dU maka tidak ada autokorelasi.
b. Uji Breusch-Godfrey Correlation LM
Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi dalam suatu model, maka dapat dilakukan dengan melihat probability Obs*R-squared pada uji Breusch-Godfrey Correlation LM.
Hipotesis:
Ho : β = 0 H1 : β = 0
Kriteria Uji:
Probability Obs*R-squared < , maka tolak Ho Probability Obs*R-squared > , maka terima Ho
Jika Ho ditolak maka terjadi autokorelasi (positif atau negatif) dalam model. Sebaliknya jika Ho diterima maka tidak autokorelasi dalam model.
3.4.1.4 Uji Normalitas
Untuk dapat mengetahui normal atau tidaknya suatu model, maka dapat dilakukan dengan Jarque-Bera Test (J-B test). Uji ini menggunakan hasil estimasi residual dan Chi-square Probability Distribution, dengan membandingkan nilai J-B X2 hitung dengan nilai X2tabel (tabel Chi-square) dengan kriteria keputusan
sebagai berikut:
1. Bila nilai J-B (X2 hitung) > X2 tabel, maka hipotesis yang menyatakan bahwa
residual yang berdistribusi normal ditolak.
2. Bila nilai J-B (X2 hitung) < X2 tabel, maka hipotesis yang menyatakan bahwa