• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. wilayah kerja (Depkes, 2004). Pusksesmas juga sebagai unit pelaksana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. wilayah kerja (Depkes, 2004). Pusksesmas juga sebagai unit pelaksana"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

1. Puskesmas

1.1 Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Depkes, 2004). Pusksesmas juga sebagai unit pelaksana pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya, dan merupakan suatu organisasi pelayanan kesehatan mandiri yang bertanggung jawab pada wilayah kerjanya, menentukan pelayanan yang akan dilaksanakan, namun tidak termasuk dalam pembiayaan kegiatan (Amir, 2003).

Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dalam mewujudkan komitmen peningkatan mutu pelayanan kesehatan memerlukan acuan pelaksana jaminan mutu. Penerapan metode ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas tenaga kesehatan dalam upaya memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu (Depkes, 2003). Dalam undang undang kesehatan (1960) puskesmas menjalankan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat di samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat pada masing-masing wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.

(2)

1.2 Visi dan Misi Puskesmas

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat. Kecamatan Sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni maysarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Indikator kecamatan sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama yakni lingkungan sehat, prilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu serta derajat kesehatan penduduk kecamatan. Rumusan visi untuk masing-masing puskesmas harus mengacu pada visi pembangunan kesehatan puskesmas di atas yakni terwujudnya kecamatan sehat yang harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah kecamatan setempat (Trihono, 2005).

Puskesmas sebagai unit organisasi pelayan terdepan mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayan kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat yang tinggal di suatu wilayah kerja tertentu (Muninjaya, 1999). Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas yaitu mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya, mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat du wilayah kerjanya, memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan

(3)

meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya (Trihono, 2005). Setiap Puskesmas dapat menambah misinya sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat setempat dan potensi yang dapat digali dari masyarakat dan lembaga lain di wilayah kerjanya (Muninjaya, 2004).

1.3 Tujuan Puskesmas

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010 (Trihono, 2005).

1.4 Konsep dan Program Pokok Puskemas

Pada tahun 1968 diperkenalkan konsep puskesmas sebagai hasil yang telah dicapai. Angka kematian bayi telah berhasi diturunkan dan sementara itu umur hidup rata – rata bangsa Indonesia telah meningkat secara bermakna (Depkes, 2004). Dari konsep puskesmas ini maka lahirlah kegiatan pokok dan kegiatan terintegrasi program puskesmas. Kegiatan pokok puskesmas dilaksanakan sesuai kemampuan tenaga maupun fasilitasnya, karena kegiatan pokok di setiap puskesmas dapat berbeda-beda. Namun demikian kegiatan

(4)

pokok puskesmas yang dilaksanakan perawat Puskesmas berdasarkan upaya kesehatan wajib Puskesmas menurut Depkes (2004) dapat dibedakan seperti pada tabel di bawah ini :

Tabel 1. Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas dan Kegiatan Perawat Puskesmas untuk mendukung tercapainya indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Pelayanan Indikator SPM

Kegiatan Perawat Puskesmas Upaya Kesehatan Perorangan Upaya Kesehatan Masyarakat Promosi Kesehatan 65% rumah tangga sehat - Penemuan rumah tidak sehat pada keluarga binaan - Pendidikan kesehatan pada keluarga/kelompok/m asyarakat binaan tentang PHBS - Merujuk masalah kesehatan yang ditemukan pada keluarga/kelompok/ masyarakat binaan 80% bayi yang mendapat ASI eksklusif - Penemuan buteki baru tidak memberikan asi eksklusif di Poliklinik Puskesmas/Pustu/ Pusling - Pendidikan/penyulu han - kesehatan bumi buteki tentang ASI eksklusif di Poliklinik Puskesmas/Pustu/ Pusling - Konseling tentang ASI eksklusif - Penemuan buteki baru tidak memberikan ASI eksklusif di keluarga/kelompok/ masyarakat binaan - Pendidikan kesehatan - tentang ASI eksklusif

di keluarga/ kelompok/ masyarakat binaan - Pemantauan pemberian MP ASI di keluarga/kelompok/ masyarakat binaan 90% desa dengan garam -- Penemuan keluarga tidak mengkonsumsi garam yodium pada

(5)

beryodium keluarga binaan - Pendidikan kesehatan pada keluarga/kelompok/m asyarakat tentang penanggulangan gondok endemik di daerah endemik KIA/KB 100% bumil risti yang dirujuk - Penemuan kasus bumil risiko tinggi baru di Poliklinik Puskesmas/ Pustu/Pusling - Merujuk kasus bumil risti ke petugas KIA - Penemuan kasus bumil risti baru di keluarga/kelompok/ masyarakat binaan - Merujuk kasus bumil

risti ke bidan di desa/petugas KIA 90% cakupan kunjungan neonatus - Penemuan neonatus baru di Poliklinik Puskesmas/ Pustu/Pusling - Merujuk neonatus baru ke petugas KIA - Penemuan neonatus baru di keluarga/kelompok/m asyarakat binaan - Merujuk neonatus baru ke bidan di desa/petugas KIA 90% cakupan kunjungan bayi - Penemuan bayi baru di Poliklinik Puskesmas/ Pustu/Pusling - Merujuk bayi baru

ke petugas KIA

- Penemuan bayi baru di

keluarga/kelompok/ masyarakat binaan - Merujuk bayi baru ke

bidan di desa/petugas KIA 100% cakupan bayi BBLR yang ditangani - Penemuan bayi BBLR baru di Poliklinik Puskesmas/Pustu/P usling - Merujuk bayi BBLR baru ke petugas KIA - Tindakan keperawatan di ruang rawat inap Puskesmas - Penemuan bayi BBLR baru di keluarga/kelompok/m asyarakat binaan - Merujuk bayi BBLR baru ke bidan di desa/petugas KIA GIZI 100% balita gizi buruk mendapat perawatan - Penemuan balita gizi buruk baru di Poliklinik

Puskesmas/Pustu/

- Penemuan balita gizi buruk baru di keluarga/ kelompok/ masyarakat binaan

(6)

Tabel. 1 (Lanjutan) Tabel 1.(Lanjutan)

Pusling - Penyuluhan

kesehatan pada ibu balita di Poliklinik Puskesmas/ Pustu/Pusling - Tindakan

keperawatan di ruang rawat inap Puskesmas

- Merujuk balita gizi buruk baru ke dokter/RS

- Pendidikan kesehatan tentang gizi pada :

oKeluarga dengan kasus

oKelompok (Posyandu) oMasyarakat di

daerah rawan gizi

<15% balita BGM (Bawah Garis Merah) - Penemuan balita BGM baru di Poliklinik Puskesmas/Pustu/P usling - Penyuluhan kesehatan pada ibu balita BGM di Poliklinik Puskesmas/ Pustu/Pusling - Tindakan keperawatan di ruang rawat inap Puskesmas - Merujuk balita gizi

BGM baru ke dokter/RS - Penemuan balita BGM baru di keluarga/ kelompok/ masyarakat binaan - Pendidikan kesehatan

tentang gizi pada : oKeluarga dengan

kasus oKelompok

(Posyandu) oMasyarakat di

daerah rawan gizi

90% cakupan balita mendapat kapsul vitamin A 2x /tahun - Penemuan balita di Poliklinik Puskesmas/ Pustu/Pusling - Penyuluhan

kesehatan pada ibu balita di Poliklinik Puskesmas/ Pustu/Pusling - Penemuan balita di keluarga/ kelompok/ masyarakat binaan - Pendidikan kesehatan

tentang gizi pada : oKeluarga yang

mempunyai balita oKelompok

(Posyandu) oMasyarakat di

daerah rawan gizi 100% cakupan pemberian MP ASI bagi - Penemuan bayi keluarga miskin di Poliklinik Puskesmas/Pustu/P

- Penemuan bayi baru di keluarga miskin/ kelompok/

(7)

keluarga miskin

usling - Penyuluhan

kesehatan pada ibu bayi keluarga miskin tentang MP ASI di Poliklinik Puskesmas/Pustu/P usling - Pendidikan kesehatan tentang gizi pada :

oKeluarga miskin dengan kasus oKelompok

(Posyandu) oMasyarakat di

daerah rawan gizi 90% cakupan bumil mendapat tablet Fe - Penemuan kasus anemi bumil di Puskesmas/ Pustu/Pusling - Pendidikan kesehatan pada bumil di Puskesmas /Pustu/Pusling - Melakukan tindakan keperawatan pada bumil di Puskesmas/Pustu /Pusling - Merujuk kasus ke petugas gizi puskesmas - Penemuan kasus anemi bumil di keluarga/ kelompok/ masyarakat - Pendidikan kesehatan tentang gizi pada keluarga dengan kasus/kelompok /masyarakat di daerah rawan gizi 80% cakupan WUS belum mendapat kapsul yodium - Penemuan WUS belum mendapat kapsul yodium di Puskesmas/Pustu/ Pusling - Pendidikan kesehatan pada WUS di Puskesmas /Pustu/Pusling - Merujuk kasus ke petugas gizi puskesmas - Penemuan WUS belum mendapat kapsul yodium di Posyandu keluarga/ kelompok/masyarakat - Pendidikan kesehatan

tentang gizi pada keluarga dengan kasus/kelompok/ masyarakat di daerah rawan gizi P2M 85% kesembuhan penderita TBC BTA (+) - Penemuan suspek & kasus baru TB paru BTA (+) melalui Kunjungan Puskesmas/Pustu/ Pusling - Pendidikan kesehatan pada penderita TB di Puskesmas/Pustu/P

- Penemuan kasus baru melalui Peneriksaan kontak serumah Penderita BTA (+) - Pendidikan kesehatan pada : oKeluarga dengan kasus BTA (+) oKelompok/masyara

kat risti TB a.l. Tabel 1. (Lanjutan)

(8)

usling - Melakukan tindakan keperawatan pada penderita TB di Poliklinik Puskesmas/Pustu/P usling - Merujuk kasus-kasus : oSusupek TB paru ke laboratorium untuk penegakan diagnosa oKlien TB dengan gizi kurang ke petugas gizi - Pengobatan sesuai kewenangan - Pemantauan : o Kepatuhan makan obat o Efek samping obat - Konseling keperawatan kasus TB daerah kumuh/padat, rutan/lapas - Menetapkan dan memberikan penjelasan tentang PMO kepada keluarga/kelompok/ masyarakat - Melakukan tindakan keperawatan pada keluarga dengan anggota TB Paru BTA (+) Balita ISPA 100% cakupan balita dengan pneumonia yang ditangani - Penemuan suspek & kasus balita pneumonia melalui kunjungan poliklinik Puskesmas/ Pustu/ Pusling - Pendidikan kesehatan pada orangtua penderita di Puskesmas/Pustu/ Pusling - Melakukan tindakan keperawatan suportif pada balita pneumonia di Poliklinik Puskesmas/Pustu/P usling - Merujuk kasus - Penemuan suspek balita gizi buruk & kasus di keluarga binaan/kelompok/ masyarakat

- Pendidikan kesehatan pada keluarga dengan balita penderita pneumonia - Melakukan tindakan keperawatan pada keluarga dengan kasus - Merujuk kasus masalah desehatan di keluarga /masyarakat ke dokter/ petugas kesehatan penanggung jawab program Tabel 1. (Lanjutan)

(9)

balita ke dokter/RS - Memberikan konseling keperawatan/keseh atan HIV-AIDS 100% klien yang mendapatkan penanganan HIV/AIDS - Penemuan suspek melalui poliklinik Puskesmas/ Pustu/ Pusling berdasakan infeksi oportunistik (diare kronis, oral candidiasis, TB paru) - Merujuk kasus ke RS rujukan HIV/AIDS untuk mengikuti voluntary counseling & testing (VCT) - Penyuluhan kesehatan tentang HIV/AIDS di keluarga/kelompok/ masyarakat 100% infeksi menular seksual yang diobati - Penemuan suspek & kasus melalui kunjungan di poliklinik Puskesmas/ Puskesmas/Pustu/ Pusling - Pendidikan kesehatan pada penderita di Puskesmas/Pustu/P usling - Melakukan tindakan keperawatan pada klien di Poliklinik Puskesmas Puskesmas/Pustu/ Pusling - Merujuk kasus ke dokter untuk penegakan diagnosa - Memberikan konseling keperawatan/keseh atan terkait

- Penemuan suspek & kasus di keluarga binaan di daerah risiko PMS

- Pendidikan kesehatan pada keluarga dengan risiko PMS - Merujuk masalah kesehatan di kelompok/masyarakat ke pengelola program untuk dilakukan promkes - Melakukan tindakan keperawatan pada keluarga dengan kasus

(10)

Tabel. 1 (Lanjutan) HIV/AIDS DBD 100% penderita DBD yang ditangani - Penemuan suspek & kasus melalui kunjungan BP Puskesmas/Pustu/ Pusling - Pendidikan kesehatan pada penderita di Puskesmas/Pustu/ Pusling - Melakukan tindakan keperawatan pada klien di Poliklinik Puskesmas Puskesmas/Pustu/P usling - Merujuk kasus ke dokter/RS - Memberikan konseling keperawatan/keseh atan

- Penemuan suspek & kasus di keluarga binaan/ kelompok/ masyarakat di daerah endemis - Merujuk kasus ke dokter/RS - Pendidikan kesehatan pada keluarga dengan kasus - Merujuk masalah DBD di kelompok/masyarakat ke petugas penanggung jawab - Melakukan tindakan keperawatan pada keluarga dengan suspek kasus Malaria 100% penderita malaria yang diobati - Penemuan suspek & kasus melalui kunjungan Poliklinik Puskesmas/ Puskesmas/Pustu/ Pusling - Pendidikan kesehatan pada penderita di Poliklinik Puskesmas/ Pustu/Pusling - Melakukan tindakan keperawatan pada klien di BP/Pustu/Pusling - Merujuk ke dokter : oSuspek kasus ke laboratorium untuk penegakan diagnosa

- Penemuan suspek & kasus di keluarga binaan/ kelompok/ masyarakat di daerah endemis

- Pendidikan kesehatan pada keluarga dengan kasus/ kelompok/masyarakat - Melakukan tindakan keperawatan pada keluarga dengan kasus malaria - Merujuk masalah kesehatan di kelompok/masyarakat ke petugas penanggung jawab

(11)

oKasus berat - Pengobatan sesuai kewenangan - Pemantauan : o Kepatuhan makan obat o Efek samping obat - Memberikan konseling keperawatan/keseh atan Diare 100% balita diare ditangani - Penemuan kasus berat melalui kunjungan Poliklinik Puskesmas/ Puskesmas/Pustu/ Pusling - Pendidikan kesehatan pada orangtua penderita di Puskesmas/ Pustu/Pusling - Melakukan tindakan keperawatan suportif pada penderita di Poliklinik Puskesmas/ Pustu/Pusling - Merujuk kasus diare dengan dehidrasi berat ke dokter/RS - Memberikan konseling keperawatan/keseh atan

- Penemuan kasus baru balita diare (gizi buruk) di keluarga binaan/kelompok/ masyarakat - Melakukan tindakan keperawatan pada keluarga dengan kasus diare - Pendidikan kesehatan pada keluarga dengan kasus balita diare - Merujuk masalah kesehatan di kelompok/masyarakat ke petugas penanggung jawab Kesehatan Lingkungan >95% rumah bangunan bebas jentik nyamuk Aedes - Penemuan rumah bangunan yang ada jenti nyamuk Aedes pada saat kunjungan rumah

(12)

keluarga/kelompok /masyarakat - Merujuk masalah kesehatan (jentik aedes) yang ditemukan di keluarga kepada petugas penanggung jawab pencegahan, pemberantasan penyakit DBD (3M+T) Pengobatan 15% cakupan rawat jalan - Pendidikan kesehatan sesuai masalah kesehatan /penyakit pada individu - Tindakan keperawatan pada klien di Poliklinik Puskesmas/Puskes mas/ Pustu/ Pusling - Pengobatan sesuai kewenangan - Rujukan kasus ke dokter /petugas kesehatan lain - Pendidikan kesehatan bagi kelompok yang memerlukan

pengobatan rawat jalan

- Rujuk kasus yang ditemukan di keluarga/ kelompok /masyarakat 15% cakupan rawat inap - Pendidikan kesehatan pada kasus/penderita di ruang rawat inap sesuai masalahnya - Melakukan tindakan keperawatan pada pasien di ruang rawat inap - Pengobatan sesuai kewenangan - Pendidikan kesehatan bagi kelompok yang memerlukan pengobatan rawat inap 90% sarkes dengan kemampuan pelayanan gawat darurat BLS/P3 pada kasus-kasus - Melakukan tindakan keperawatan pada klien di Poliklinik/Pustu - Pengobatan sesuai kewenangan - Pendidikan kesehatan bagi kelompok yang memerlukan

pengobatan Tabel. 1 (Lanjutan)

(13)

yang memerlukan pelayanan Kesehatan Kerja - Penemuan suspek kasus penyakit akibat kerja melalui kunjungan Poliklinik Puskesmas Puskesmas/Pustu/P usling - Pendidikankesehata n bagi penderita di Puskesmas/Pustu/P usling - Melakukan tindakan keperawatan pada klien di Poliklinik Puskesmas Puskesmas/Pustu/P usling - Merujuk suspek kasus ke dokter untuk penegakan diagnosa - Memberikan konseling keperawatan/keseh atan

- Penemuan suspek & kasus di keluarga binaan di daerah kawasan industri - Pendidikan kesehatan

pada keluarga dengan kasus akibat verja yang ditemukan di keluarga/kelompok /masyarakat - Melakukan tindakan keperawatan pada keluarga dengan kasus penyakit akibat kerja - Merujuk masalah kesehatan di kelompok/masyarakat ke petugas penanggung jawab program

1.5 Peran dan Fungsi Puskesmas

Peran puskesmas dalam konteks otonomi daerah saat ini, puskesmas mempunyai peran sangat vital sebagai institusi pelaksanaan teknis, dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk ikut serta menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan realisize, tata laksana kegiatan yang tersusun rapi serta system evaluasi dan pemantauan yang akurat. Rangkaian manajerial di atas

(14)

bermanfaat dalam penentuan skala prioritas daerah dan sebagai bahan kesesuaian dalam menetukan RAPBD yang berorientasi kepentingan masyarakat. Adapun ke depan, puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu (Hatmoko, 2007).

Fungsi puskesmas sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektoral termasuk masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Disamping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggara setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan,upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan (Trihono, 2005).

Menurut Azwar (1999) ada 3 fungsi pokok puskesmas, yaitu sebagai pusat pembangunan kesehatan masayarakat di wilayahnya, membina peran serta masyarakat di wilayah kerjannya dalam rangkan meningkatkan kemampuan hidup sehat, memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya. Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama di Indonesia pegelolaan program kerja puskesmas berpedoman pada empat asas pokok yakni asas pertanggungjawaban wilayah, asas peran serta masyarakat, asas keterpaduan dan asas rujukan.

(15)

meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat. Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama masyarakat, keluarga dan massyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat termasuk sumber pembayaannya serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat (Trihono, 2005).

Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya. Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (Trihono, 2005). Menurut Hatmoko (2007) dalam melaksanakan fungsinya, puskesmas melaksanakan dengan beberapa cara yaitu :

a. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri.

b. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien

c. Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan.

(16)

e. Bekerjasama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program puskesmas

1.6 Pelayanan Puskesmas

Bentuk pelayanan Puskesmas bersifat menyeluruh yaitu pelayanan kesehatan yang meliputi aspek promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan penyakit dan pemulihan dari penyakit. Prioritas pelayanan yang dikembangkan puskesmas lebih diarahkan ke bentuk pelayanan kesehatan dasar yang lebih mengutamakan upaya promosi kesehatan dan pencegahan penyakit (Muninjaya, 1999)

Puskesmas bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan di tingkat kecamatannya sendiri yang meliputi upaya pelayanan keseahatan perorangan (UKP) dan upaya pelayanan kesehatan masyarakat (Kepmenkes, 2006).

Upaya pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan kesehatan yang bersifat pribadi dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit serta pemulihan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan kesehatan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan tersedianya fasilitas rawat inap. Sedangkan pelayanan kesehatan masyarakat merupakan pelayanan kesehatan yang bersifat publik dengan tujuan utama untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan

(17)

kesehatan masyarakat tersebut antara lain adalah promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, kesehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program kesehatan lainnya. Fungsi pelayanan Puskesmas dituntut lebih memiliki nilai-nilai efisiensi, efektif dan produktif baik dari sisi tenaga pelayanan maupun yang dilayani pada masa yang akan datang (Darmadi, 2006)

2. Perawat Puskesmas

2.1 Defenisi Perawat Puskesmas

Perawat kontemporer menuntut perawat yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam berbagai bidang. Pada waktu lampau peran perawat inti adalah memberikan perawatan dan kenyamanan karena menjalankan fungsi perawat spesifik, namun hal ini telah berubah, peran perawat menjadi luas dengan penekanan pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, juga memandang klien secara komprehensif (Potter & Perry, 2005).

Menurut The American Public Health Association perawat kesehatan masyarakat adalah praktek dari promosi dan perlindungan populasi dengan menggunakan pengetahuan keperawatan, ilmu sosial dan kesehatan masyarakat (Stanhope & Lancaster, 2000). Dalam Kepmenpan No. 94 (2001) Upaya keperawatan kesehatan masyarakat adalah pelayanan profesional yang terintegrasi dengan pelayanan kesehatan di puskesmas yang dilaksanakan oleh perawat. Perawat Puskesmas mempunyai tugas pokok memberikan pelayanan

(18)

keperawatan dalam bentuk asuhan keperawatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Untuk mencapai kemandirian masyarakat baik di sarana pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas.

Perawat Kesehatan di Puskesmas adalah semua perawat di puskesmas yang menjabat sebagai pejabat fungsional perawat dan bekerja di Puskesmas yang disebut dengan Perawat Puskesmas (Depkes, 2004). Pelaksana utama kegiatan keperawatan kesehatan masyarakat adalah semua perawat fungsional keperawatan di Puskesmas. Sebagai pelaksana keperawatan kesehatan masyarakat di Puskesmas, perawat minimal mempunyai enam peran dan fungsi, yaitu (1) sebagai penemu kasus (case finder), (2) sebagai pemberi pelayanan (care giver), (3) sebagai pendidik/penyuluh kesehatan (health teacher/educater), (4) sebagai koordinator dan kolaborator, (5) pemberi nasehat (counseling), (6) sebagai panutan (role model) (Kepmenkes, 2006).

2.2 Elemen Peran Perawat Profesional

Menurut pendapat Doheny (1982, dalam Mubarok, 2005) ada beberapa elemen peran perawat professional antara lain : care giver, client advocate, conselor, educator, collaborator, coordinator change agent, consultant dan interpersonal proses.

Care Giver, Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses penyembuhan. Proses penyembuhan lebih dari sekedar sembuh dari penyakit tertentu, sekalipun keterampilan tindakan yang meningkatkan kesehatan fisik

(19)

Pada peran ini perawat harus mampu memberikan pelayanan kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai masalah yang kompleks. Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan klien, perawat harus mampu memperhatikan klien berdasarkan kebutuhan signifikan dari klien. Perawat menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifikasi diagnosis keperawatan mulai dari masalah fisik sampai pada masalah psikologis (Mubarok, 2005).

Client Advocate, sebagai pembela klien tugas perawat disini adalah bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform consent) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan. (Mubarok, 2005).

Perawat adalah tim kesehatan yang paling lama kontak dengan klien, sehingga diharapkan perawat harus mampu membela hak-hak klien. Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk didalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien Hak-hak Klien antara lain, Hak atas pelayanan yang sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menetukan nasibnya sendiri dan hak untuk

(20)

menerima ganti rugi akibat kelalaiam tindakan. Sedangkan Hak-hak Tenaga Kesehatan antara lain, Hak atas informasi yang benar, hak untuk bekerja sesuai standar, hak untuk mengakhiri hubungan dengan klien, hak untuk menolak tindakan yang kurang cocok, hak atas rahasia pribadi dan hak atas balas jasa. (Disparty, 1998, dalam Mubarok, 2005).

Conselor, peran konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tekanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Didalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual (Mubarok, 2005)

Educator, yaitu sebagai pendidik klien sejalan dengan proses keperawatan dalam fase pengkajian seorang perawat mengkaji kebutuhan pembelajaran bagi pasien dan kesiapan untuk belajar. Selama perencanaan perawat membuat tujuan khusus dan strategi pengajaran. Selama pelaksanaan perawat menerapkan strategi pengajaran dan selama evaluasi perawat menilai hasil yang didapat. Perawat membantu pasien meningkatkan kesehatannya melalui pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan tindakan medik sehingga pasien dan keluarganya dapat menerimanya (Gartinah, dkk, 1999).

Collabolator, peran perawat sebagai kolabolator dapat dilaksanakan dengan cara bekerja sama dengan tim kesehatan yang lain, baik perawat dengan dokter, perawat dengan ahli gizi, perawat dengan ahli radiology dan lain-lain dalam kaitannya membantu mempercepat proses penyembuhan klien

(21)

keluarga dalam menentukan rencana maupun pelaksanaan asuhan keperawatan guna memenuhi kesehatan pasien (Gartinah, dkk, 1999)

Coordinator, perawat koordinator merupakan pelayanan dari semua anggota tim kesehatan, karena klien menerima pelayanan dari banyak profesional. Peran perawat disini adalah mengarahkan, merencanakan dan mengorganisir. Sebagai perawat koordinator kesehatan masyarakat di Puskesmas bertanggung jawab kepada Kepala Puskesmas terhadap keberhasilan upaya perkesmas di puskesmas, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan serta penilaian (Kepmenkes, 2006)

Change Agent (Pembawa Perubahan/Pembaharu), pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang berinisiatif merubah atau yang membantu orang lain membuat perubahan pada dirinya atau pada sistem. (Kemp, 1986). Peningkatan dan perubahan adalah komponen esensial dari perawatan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat membantu klien unutk merencanakan, melaksanakan dan menjaga perubahan seperti : pengetahuan, keterampilan, perasaan dan perilaku yang dapat meningkatkan kesehatan klien tersebut.

Consultant, sebagai konsultan perawat berperan sebagai tempat konsultasi bagi pasien terhadap masalah yang dialami oleh pasien atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Menurut CHS (1989) peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelajaran pelayanan keperawatan.

(22)

Berdasarkan hasil lokakarya nasional keperawatan (1983) bahwa peran perawat di bagi menjadi empat yaitu :

1) Perawat sebagai pelaksana pelayanan keperawatan

Perawat bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan keperawatan dari yang bersifat sederhana sampai yang paling kompeks, secara langsung atau tidak langsung kepada klien sebagai individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Ini merupakan peran utama dari perawat dimanan perawat dapat memberikan asuhan keperwatan yang profesional, menerapkan ilmu atau teori, prinsip, konsep dan menguji kebenarannya dalam situasi yang nyata, apakah kriteria profesi dapat ditampilkan sesuai dengan harapan penerimaan jasa keperawatan. Masyarakat mengharapkan perawat mempunyai kemampuan khusus untuk menanggulangi masalah-masalah masyarakat. Perawat harus menguasai konsep-konsep dalam lingkup kesehatan dan melatih diri sehingga dapat memiliki kemampuan tersebut. Kemampuan ini diperoleh selama masa pendidikan dan dimantapkan saaat menjalankan tugasnya di sarana pelayanan kesehatan (Lokakarya, 1983).

2) Perawat sebagai pengelola pelayanan dan institusi keperawatan

Perawat bertanggung jawab dalam hal administrasi keperawatan di masyarakat maupun di dalam institusi dalam mengelola pelayanan keperawatan untuk masyarakat. Perawat juga bekerja sebagai pengelola suatu sekolah atau program pendidikan keperawatan. Sebagai administratif secara umum. Perawat sebagai tenaga kesehatan yang spesifik dalam sistem pelayanan kesehatan tetap bersatu dalam profesi lain dalam pelayanan

(23)

kelompoknya dan dapat mengatur, merencanakan, melaksanakan dan menilai tindakan yang diberikan, mengingat perawatan merupakan anggota profesional yang paling lama bertemu dengan klien maka perawat harus merencanakan, melaksanakan dan mengatur berbagai alternatif terapi yang harus diterima oleh klien. Tugas ini menuntut adanya kemampuan manajerial yang handal dari perawat (Lokakarya, 1983).

3) Perawat sebagai pendidik dalam keperawatan

Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan maupun tenaga kesehatan lainnya. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam keperawatan adalah aspek pendidikan, karena perubahan tingkah laku merupakan salah satu sasaran dari pelayanan keperawatan. Perawat harus bias berperan sebagai pendidik bagi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (Lokakarya, 1983).

4) Perawat sebagai peneliti dan pengembang pelayanan keperawatan

Seorang perawat diharapkan dapat menjadi pembaharu (innovator) dalam ilmu keperawatan karena ia memiliki kreatifitas, inisiatif, cepat tanggap terhadap rangsangan dari lingkungannya. Kegiatan ini dapat diperoleh melalui kegiatan riset atau penelitian. Penelitian pada hakikatnya adalah melakukan evaluasi, mengukur kemampuan, menilai dan mempertimbangkan sejauh mana efektifitas tindakan yang telah diberikan. Dalam hasil penelitian, perawat dapat mengerakkan orang lain untuk berbuat sesuatu yang baru

(24)

berdasarkan kebutuhan , perkembangan dan aspirasi individu, keluarga, kelompok atau masyarakat. Oleh karena itu perawat dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan, memanfaatkan media massa atau media informasi lain dari berbagai sumber. Selain itu perawat perlu melakukan penelititan dalam rangka : mengembangkan ilmu keperawatan dan meningkatkan praktek profesi keperawatan khususnya pelayanan keperawatan pendidikan keperawatan dan administrasi keperawatan. Perawat juga menunjang pengembangan di bidang kesehatan dengan berperan serta dalam kegiatan penelitian kesehatan (Lokakarya, 1983).

2.3 Fungsi Perawat

Fungsi adalah suatu pekerjaan yang harus dilakukan sesuai dengan perannya. Fungsi dapat berubah dari suatu keadaan ke keadaan lain. Menurut Mubarok (2005) fungsi perawat dalam melaksanakan perannya terbagi tiga yaitu :

1) Fungsi Independent yaitu fungsi dimana perawat melaksanakannya perannya secara mandiri, Tidak tergantung pada orang lain atau tim kesehatan lainnya. Perawat harus dapat memberikan bantuan terhadap adanya penyimpangan atau tidak terpenuhinya kebutuhan dasar masnusia baik bio-psiko-sosio/kultural maupun spiritual, mulai dari tingkat individu utuh, mencakup seluruh siklus kehidupan, sampai pada tingkat masyrakat yang juga mencerminkan pada tidak terpenuhinya kebutuhan dasar pada tingkat system organ fungsional sampai molecular. Kegiatan ini dilakukan dengan diprakarsai

(25)

rencana keputusan tindakannya.

2) Fungsi Dependent yaitu kegiatan yang dilakukan dan dilaksanakan oleh seorang perawat atas instruksi dari tim kesehatan lainnya (dokter, ahli gizi, radiologi dan lainnya.

3) Fungsi Interdependent, fungsi ini berupakerja tim yang sifatnya saling ketergantungan baik dalam keperawatan maupun kesehatan (Mubarok, 2005).

2.4 Pelayanan Perawat di Puskesmas

Suatu pelayanan kesehatan termasuk keperawatan memiliki berbagai persyaratan pokok. Syarat pokok hal ini dimaksudkan adalah persyaratan pokok tersebut dapat memberi pengaruh kepada masyarakat dalam menentukan pilihannya terhadap penggunaan jasa pelayanan kesehatan dalam hal ini puskesmas (Azwar, 1999).

Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada publik atau masyarakat harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut yang dikenal dengan istilah “Personality”, sebagaimana telah diterapkan pelayanan di dunia usaha. Pleasentess, berarti seorang petugas harus mamapu menyenangkan pelanggan, Eagernessto help others adalah seseorang memiliki keingingan yang kuat dari dalam dirinya untuk membantu dan menyukai pelanggan, dan Respect for other people merupakan seorang harus menghargai dan menghormati pelanggan. Sense of responbility, dimana seorang harus memiliki rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan dan perkataannya terhadap pelanggan.

(26)

Orderly mind for methodical and accurate work, seorang harus memiliki jalan pemikiran yang terarah dan terorganisasi untuk melakukan pekerjaan dengan metode baik dan tingkat ketepatan yang tinggi.

Sedangkan Neatness indicates pride in self and job, seorang harus memiliki kerapian dan bangga dengan pekerjaannya sendiri, dan Accurate in everything done, maknanya seseorang harus melakukan pekerjaan dengan keakuratan atau ketepatan/ketelitian, hal ini merupakan sebuah nilai yang sangat penting. Loyalty to both management and collagues, seorang harus bersikap setia kepada manajemen dan rekan kerja, merupakan kunci membangun kerja sama. Kemudian Intelligence use of common sense at all time, dimana seorang harus senantiasa menggunakan akal sehat dalam memahami pelanggan dari waktu ke waktu. Tact saying and doing the right thing at the right time, seorang harus memiliki kepribadian, berbicara bijaksana dan melakukan pekejaan secara benar, dan Yearning to be good service clerk and love of the work is essential, yang berarti seorang harus mempunyai keinginan menjadi pelayan yang baik serta mencintai pekerjaannya (Mubarok, 2005)

Selain itu dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat juga harus memperhatikan prinsip “Service”, yaitu Service for everyone dengan selalu senyum kepada setiap orang, Exellence in everything we do atau selalu melakukan yang terbaik dalam bekerja. Reaching out to every guest with puskesmas, artinya menghadapi tamu dengan puskesmas, Viewing every guest as special adalah perlakukan tamu sebagai orang istimewa, Inviting

(27)

atmosphere dengan menciptakan suasana kehangatan dan keakraban dengan tamu, Eye contact that shows we care, serta kontak mata dengan tamu sebagai wujud perhatian (Mubarok, 2005).

3. Pencitraan Perawat Puskesmas 3.1 Defenisi pencitraan

Pengertian pencitraan adalah sesuatu penilaian yang abstrak (intangible) dan tidak dapat diukur dalam ukuran nominal tertentu. Ibarat angin yang bertiup maka citra mempunyai wujud yang dapat dirasakan dari hasil penilaian baik atau buruk, seperti tanggapan yang positif maupun negatif seperti sinis yang khususnya datang dari publik dan masyarakat pada umumnya. Menurut Sukatendel (1990, dalam Ardianto, 2004) Citra tersebut merupakan objek dari hubungan masyarakat telah menjadi kebutuhan dari institusi layaknya sumber daya yang telah ada seperti sumber daya manusia, sumber daya keuangan, sumber daya peralatan bahkan sumber daya pengetahuan. Sebuah institusi dengan publiknya sehingga tercipta pengertian bersama yang membawa terhadap penciptaan citra positif dan dukungan dari publik terhadap eksistensi institusi tersebut (Buana, 2005).

Pencitraan perawat merupakan upaya lunak yang ditimbulkan dari kegiatan seorang perawat dan diarahkan untuk membentuk kesan/penilaian baik dari kebanyakan masyarakat. Dan lebih lanjut pencitraan itu sebagai upaya membentuk karakter pribadi, membangun public majority opinion.

(28)

Membentuk karakter pribadi dalam suatu profesi, dalam arti, memberikan kesan dan penilaian, bahwa kegiatan profesi yang dilakukan adalah merupakan bagian dari agenda/kegiatan yang biasa dilakukan (Khomsin, 2008).

Kualitas hubungan seorang perawat dengan masyarakat dipengaruhi citra yang dimiliki perawat tersebut. Jika citranya baik di mata orang lain maka hubungan interpersonalnya pasti baik. Orang yang ingin memiliki citra baik di lingkungannya, maka ia harus bisa menunjukkan sebagai orang baik secara konsisten. Citra atau kesan terbangun melalui proses komunikasi interpersonal dimana orang banyak mempersepsikan kepada kita atau sebaliknya. Citra sangat dipersoalkan hanya pada seseorang yang secara sosial menonjol kedudukannnya (Cepys, 2007).

3.2 Jenis Pencitraan

Menurut Jefkins (1995) ada beberapa jenis citra (image) yaitu :

1. Citra Bayangan (Mirror Image). Citra jenis ini adalah citra yang diyakini oleh perusahaan bersangkutan terutama pihak manajemen yang tidak percaya “apa dan bagaimana” kesan pihak luar terhadap institusi yang dipimpinnya, tidak selamanya dalam posisi yang baik.

2. Citra Kini (Current Image). Citra yang sekarang dimiliki oleh pihak luar dalam memandang institusi tersebut. Ada kemungkinan ”citra kini” yang dimiliki oleh sebuah institusi adalah citra yang buruk atau negatif.

(29)

suatu insitusi yang hendak ditampilkan kepada publiknya. Idealnya citra sebuah insitusi adalah positif.

4. Citra Perusahaan (Corporate Image). Citra adalah citra yang berkaitan dengan sosok insititusi sebagai tujuan utamanya, bagaimana citra institusi yang positif lebih dikenal serta diterima oleh publiknya.

5. Citra Sebaneka (Multiple Image). Citra ini adalah komplimen (pelengkap) dari corporate image sebagai contoh pihak PR dapat menampilkan citra dari atribut logo, nama produk,tampilan gedung dan lain sebagainya.

6. Citra Penampilan (Performance Image). Citra ini lebih ditujukan kepada subyek yang ada pada institusi, bagaimana kinerja atau penampilan diri dari para profesional pada institusi yang bersangkutan sebagai contoh citra yang ditampilkan karyawan dalam menangani keluhan para pelanggan.

4. Komponen Pencitraan Perawat

Pencitraan perawat puskesmas yang dapat dinilai berdasarkan teori profesionalisme perawat dari perspektif klien yaitu diantaranya adalah sikap perawat dan keterampilan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan di puskesmas (Widyarini, 2005).

4.1 Sikap Perawat

Menurut Purwanto (2008, dikutip dari Gibson, 1997), menjelaskan sikap sebagai perasaan positif atau negatif atau keadaan mental yang selalu disiapkan, dipelajari dan diatur melalui pengalaman yang memberikan

(30)

pengaruh khusus pada respon seseorang terhadap orang, objek ataupun keadaan. Sikap lebih merupakan determinan perilaku sebab, sikap berkaitan dengan pandangan, kepribadian dan motivasi.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa sikap kerja perawat adalah tindakan yang diambil perawat dalam kegiatan pelayanan sesuai dengan etika dan wewenang profesi keperawatan sebagai wujud dari kecenderungan perasaan puas atau tidak puas terhadap pekerjaannya (Purwanto, 2008). Sikap yang terlihat pada profesionalisme adalah profesional yang bertanggung jawab dalam arti sikap dan pelaku yang akuntabel kepada masyarakat, baik masyarakat profesi maupun masyarakat luas. Beberapa ciri profesionalisme tersebut merupakan ciri profesi itu sendiri, seperti kompetensi dan kewenangan yang selalu sesuai dengan tempat dan waktu, sikap yang etis sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh profesinya dan khusus untuk profesi kesehatan ditambah dengan sikap altruis (rela berkorban) (Sianturi, 2004).

Profesionalisme perawat dalam perspektif klien (Widyarini, 2005) bahwa klien menilai sikap (afektif) dalam pelayanan yang diberikan meliputi tanggung jawab perawat, kepekaan terhadap klien, kepastian pelayanan yang diberikan (assurance) dan adanya empati dari perawat tersebut. Tanggung jawab merupakan aspek penting dalam etika perawat. Tanggung jawab adalah kesediaan seseorang untuk menyiapkan diri dalam menghadapi resiko terburuk sekalipun, memberikan kompensasi atau informasi terhadap apa-apa yang sudah dilakukannya dalam melaksanakan tugas. Tanggung jawab

(31)

terhadap kliennya (Yosep, 2001). Perawat juga bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (informed consent) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Selain itu mempertahankan dan melindungi hak-hak klien dengan pelayanan sebaik-baiknya harus dilakukan oleh perawat, karena klien yang sakit dan dirawat akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan (Mubarok, 2005).

Menurut Kozier (1983) beberapa cara dimana perawat dapat mengkomunikasikan tanggung jawabnya :

1. Menyampaikan perhatian dan rasa hormat pada klien (sincere intereset) Contoh : “Mohon maaf bu demi kenyamanan ibu dan kesehatan ibu saya akan mengganti balutan atau mengganti spreinya”.

2. Bila perawat terpaksa menunda pelayanan, maka perawat bersedia memberikan penjelasan dengan ramah kepada kliennya (explanation about the delay). Misalnya ; Mohon maaf pak saya memprioritaskan dulu klien yang gawat dan darurat sehingga harus meninggalkan bapak sejenak”.

3. Menunjukan kepada klien sikap menghargai (respect) yang ditunjukkan dengan perilaku perawat. Misalnya mengucapkan salam, tersenyum, membungkuk, bersalaman dan sebagainya.

4. Berbicara dengan klien yang berorientasi pada perasaan klien (subjects the patiens desires) bukan pada kepentingan atau keinginan perawat, misalnya

(32)

“Coba ibu jelaskan bagaimana perasaan ibu saat ini”. Sedangkan apabila perawat berorientasi pada kepentingan perawat ; “ Apakah bapak tidak paham bahwa pekerjaan saya itu banyak, dari pagi sampai siang, mohon pengertiannya pak, jangan mau dilayani terus”.

5. Tidak mendiskusikan klien lain di depan pasien dengan maksud menghina (derogatory) misalnya “ pasien yang ini mungkin harapan sembuhnya lebih kecil dibanding pasien yang tadi”.

6. Menerima sikap kritis klien dan mencoba memahami klien dalam sudut pandang klien (see the patient point of view). Misalnya perawat tetap bersikap bijaksana saat klien menyatakan bahwa obatnya tidak cocok atau diagnosanya mungkin salah.

Kepekaan atau Responsiveness yang dimaksud yaitu kepekaan terhadap kebutuhan pasien yang diiringi dengan tindakan yang tepat sesuai dengan kebutuhan tersebut dan membantu memberikan pelayanan dengan tanggap tanpa membedakan unsur SARA (Suku, Agama, Ras dan Golongan) pasien (Hadjam, 2001). Kepastian pelayanan atau assurrance yaitu mengenai tata cara, rincian biaya layanan dan tata cara pembayarannya, jadwal waktu penyelesaian layanan tersebut. Hal ini sangat penting karena pelanggan tidak boleh ragu-ragu terhadap pelayanan yang diberikan (Ikhsan & Yogi, 2007). Selain itu juga mencakup kemampuan, pengetahuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki pada perawat, bebas dari bahaya, resiko, keragua-raguan, memiliki kompetensi, percaya diri dan menimbulkan keyakinan kebenaran (Tjiptono, 1996, dalam Fitri dan Kuntjoro, 2007).

(33)

psikologis pasien, yang dalam hal ini diperlukan upaya untuk memberikan kenyamanan kepada pasien (Hadjam, 2001). Kemampuan empati terkadang memang tidak dapat langsung muncul dari diri seorang perawat begitu saja, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan empati, yaitu: 1. Peduli, perhatian dari perawat kepada pasiennya, sejauh mana komunikasi dapat terbentuk sehingga pasien dapat merasa nyaman karena diperhatikan. 2. Berguru, dengan belajar kepada mereka yang telah nyata dianggap memiliki kemampuan empati yang tinggi, misalnya seorang rohaniawan, psikolog, maupun dokter di rumah sakit perawat tersebut mengabdi.

3. Berlatih, sepandai dan sepintar apapun kalau tidak pernah berlatih maka akan kalah dengan mereka yang masih pemula tetapi rutin untuk rajin berlatih mengasah kemampuan empatinya.

4. Berbagi pengalaman, ingatlah bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik dan melalui pengalaman kita dapat menjadi bijaksana, dengan berbagi pengalaman dengan sesama rekan sekerja maka diharapkan perawat akan lebih tangguh dan hebat (Kuswahyudi, 2008).

4.2 Ketrampilan Perawat

Ketrampilan adalah kemampuan praktis untuk mengaplikasikan pengetahuan teoritis dalam situasi khusus (Merril, 1994). Dalam kamus Oxford (2003) ketrampilan (Skills) didefinisikan sebagai kemampuan melakukan sesuatu dengan baik. Menurut Widyarini (2005) bahwa

(34)

ketrampilan yang dilakukan oleh seorang perawat yaitu dalam hal pengkajian dan intervensi, komunikasi, berpikir kritis, manajemen, kepemimpinan dan pengajaran. Pengkajian dan intervensi yaitu pengkajian yang meliputi pemeriksaan dasar dan memantau hasil rekam medik klien dan ketrampilan dalam melakukan tindakan keperawatan dengan perlindungan dan keamanan terhadap klien, maksudnya yaitu usaha untuk memberikan rasa aman dan bebas pada pelanggan dari adanya bahaya, resiko dan keragu-raguan. Jaminan keamanan yang perlu kita berikan berupa keamanan fisik, finansial dan kepercayaan pada diri sendiri (Ikhsan & Yogi, 2007).

Ketrampilan komunikasi yang dimaksud terbagi tiga yaitu ketrampilan oral, ketrampilan menulis dan ketrampilan menghitung/pemprosesan informasi. Adapun kompetensi dalam ketrampilan oral yaitu ketrampilan berbicara dan mendengarkan pasien sehingga tercipta interaksi yang baik antara perawat dengan klien, penjelasan treatment dan memberikan informasi hasil pemeriksaan dasar klien oleh perawat, dan sedangkan ketrampilan menulis yang dilakukan perawat yaitu ketrampilan membuat laporan klinik yang baik dan rencana perawatan yang sesuai dengan prosedur. Ketrampilan menghitung/pemprosesan informasi yaitu menghitung obat secara tepat dan mencari informasi yang dibutuhkan pasien (Widyarini, 2005).

Ketrampilan berpikir kritis yaitu ketrampilan perawat dalam hal evaluasi dengan mengintegrasikan data pasien dari berbagai sumber, pemecahan masalah misalnya mengenali kesalahan resep dan memberi alternatif mengatasi kesulitan pasien dan pengambilan keputusan yang tepat

(35)

menggunakan sumber daya secara efisien, efektif dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya (Muninjaya, 2004). Manajemen yang dilakukan oleh perawat puskesmas meliputi administrasi, koordinasi, perencanaan, pendelegasian dan supervisi.

Pelayanan administrasi yang dilakukan perawat seperti membuat catatan medik klien yang tepat dan jelas dan keberadaan perawat dan petugas administrasi di puskesmas saat dibutuhkan pasien juga prosedur administrasi yang tidak rumit dan berbelit-belit (Putri, 2009). Koordinasi dengan berbagi tugas dengan rekan kerja yang teratur, perencanaan dalam hal pembagian shift kerja sesuai dengan waktu yang ditentukan, pendelegasian tugas yang dilakukan antara perawat dengan baik sehingga tidak menggangu pelayanan keperawatan yang diberikan kepada klien, sedangkan supervisi yaitu pengawasan utama atau pengontrolan oleh perawat generalis terhadap pelaksanaan tugas rutin perawat (Widyarini, 2005).

Ketrampilan dari sudut kepemimpinan seorang perawat yaitu dalam hal kolaborasi dengan dokter dan tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas yang tujuannya memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan menggabungkan keahlian unik profesional. Assertiveness yaitu tampil dengan ramah namun tetap tegas dengan disiplin tinggi, pengambilan resiko sebagai pemimpin terhadap pengambilan keputusan, kreativitas ketika berhadapan dengan pasien misalnya membujuk pasien yang bandel dengan sabar atau dapat juga dengan bercerita pengalaman unutk menghibur pasien,

(36)

akuntabilitas professional diartikan sebagai bentuk partisipasi perawat dalam membuat suatu keputusan dan belajar dengan keputusan itu konsekuensi-konsekuensinya dan perawat hendaknya memiliki tanggung gugat artinya bila ada pihak yang menggugat ia menyatakan siap dan berani menghadapinya, terutama yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan profesinya. Peran-peran behavioral dan penampilan yaitu kesesuaian antara prilaku perawat dan kinerja sehingga klien merasakan kepuasan menerima pelayanan kesehatan yang diberikan. Selain itu ketrampilan dalam pengajaran yang dapat dirasakan oleh klien adalah pengajaran dalam hal-hal petunjuk-petunjuk praktis dan promosi kesehatan dan pemulihan kesehatan, hal ini dapat dilakukan dengan mengajarkan kepada pasien atau keluarga pasien untuk dapat menggunakan alat-alat tertentu di rumah dalam rangka pemulihan kesehatan dan pencegahan traumatik pasien serta menjelaskan cara perawatan di rumah oleh anggota keluarga pasien (Widyarini, 2005).

5. Harapan Masyarakat terhadap Perawat Puskesmas

Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau dengan istilah lain saling berinteraksi. Kesatuan hidup yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontiniu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama (Kontjaraningrat, dalam Effendy, 1998). Pandangan yang positif terhadap mutu pelayanan keperawatan mengembangkan suatu kesadaran mutu sebagai elemen penting yang selalu meningkat dalam daya saing, pemahaman

(37)

tersebut akan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan (Rifai, 2005).

Masyarakat atau pasien mengharapkan perhatian yang diberikan tidak dibeda-bedakan antara pelanggan yang satu dengan yang lainnya. Seorang pelanggan akan mengharapkan bahwa ia seharusnya juga dilayani dengan baik apabila pelanggan lainnya dilayani dengan baik (Tjiptono, 1996, dalam Fitri dan Kuntjoro, 2007). Masyarakat juga menilai bahwa kedisiplinan terhadap penampilan kerja perawat adalah penting untuk mendukung pelayanan yang diberikan terhadap klien di puskesmas (Kuntjoro & Iriani, 2007).

Pada saat ini keperawatan nasional Indonesia mengalami reformasi total yang merupakan langkah sinergi dalam rangka mengupayakan perubahan secara total dalam dunia keperawatan yang meliputi aspek pelayanan, pendidikan, organisasi profesi, sumber daya manusia dan birokrasi pemerintahan. Salah satu usaha untuk mendukung reformasi total tersebut adalah membangun pandangan masyarakat terhadap citra profesi keperawatan (Muhammad, 2005). Perawat profesional tidak hanya dilihat dari kemampuan menjaga dan merawat klien saja, tetapi bagaimana dia mampu memberikan pelayanan secara menyeluruh baik dari aspek biologis, psikologis, sosial dan spiritual dengan penuh semangat dalam memberikan pelayanan yang diiringi dengan senyuman yang ikhlas dan tulus (Mubarak, 2005). Masyarakat dapat selalu memberikan kritik dan saran untuk membangun komunikasi kepada pihak manajemen puskesmas. Masyarakat dapat memposisikan diri sebagai salah satu kontrol dalam perubahan fungsi layanan

(38)

kesehatan termasuk profesi keperawatan agar selalu sesuai dengan kepentingan semua pihak atau masyarakat (Kuntjoro & Iriani, 2007).

Setiap pasien yang datang mengunjungi puskesmas tentu mempunyai keinginan atau harapan terhadap pelayanan yang diberikan. Puskesmas selayaknya memahami keinginan dan harapan pasien tersebut. Beberapa pakar mutu yang memperhatikan berbagai sudut pandang dapat dirangkum ada sembilan dilihat dari berbagai sudut pandang tersebut adalah Pelayanan yang diberikan menunjukkan manfaat dan hasil yang diinginkan sesuai dengan pelayanan prima.

Ketepatan pelayanan yang diberikan relevan dengan kebutuhan pasien sesuai dengan standar keprofesian yang diberikan oleh puskesmas. Ketersediaan pelayanan yang dibutuhkan tersedia dengan adanya peningkatan sarana dan prasarana puskesmas. Keterjangkauan pelayanan yang diberikan dapat dicapai dan mampu dibiayai oleh pasien dan biaya pengobatan terjangkau dan bermutu diberikan. Kenyamanan pelayanan yang diberikan dalam suasana nyaman. Kesinambungan pelayanan kesehatan yang diberikan dilaksanakan secara berkesinambungan, pasien yang memerlukan tindak lanjut, waktu pelayanan yang diberikan memperhatikan waktu tunggu pasien dan tepat waktu sesuai perjanjian, Legitimasi dan Akuntabilitas Pelayanan yang diberikan dapat dipertanggungjawabkan baik aspek medik maupun hukum. Hubungan interpersonal pelayanan yang diberikan memperhatikan komunikasi, rasa hormat, perhatian dan empati yang baik dengan laboratorium yang lengkap (Effendy, 1998).

Referensi

Dokumen terkait

Untuk membuat Modul ini penulis membuat struktur navigasi dan storyboard dengan menggunakan Macromedia Flash MX 2004 serta komponen-komponen lainnya yang mendukung proses

saling hapus dan nilai netonya disajikan dalam laporan posisi keuangan jika, dan hanya jika, terdapat hak yang berkekuatan hukum untuk melakukan saling hapus atas

Judul skripsi “ KATEKESE MODEL GROUP MEDIA SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN RASA SOLIDARITAS KAUM MUDA KATOLIK PAROKI ADMINISTRATIF SANTA MARIA RATU, BAYAT, KLATEN

Sedangkan pada metode Alkalimetri digunakan Oksalat sebagai larutan baku primer, dan NaOH sebahai larutan baku sekunder untuk menentukan konsentrasi dari HCl yaitu

Ambeien atau wasir sebenarnya bisa diatasi dengan mengonsumsi linkvazi obat ambeien herbal linkvazi, namun jika obat yang dikonsumsi tersebut tidak efektif maka

Pembelajaran Inovatif Berbasis Kerangka Kerja TPCK bagi Guru Kejuruan di SMK , diunduh dari :

dalam konteks pemikiran bahwa, Muhammad adalah tokoh historis yang harus dikaji dengan kritis, (sehingga tidak hanya menjadi mitos yang dikagumi saja, tanpa