DASAR HUKUM
Undang-Undang No. 21 Tahun 1997
tentang
Bea Perolehan Hak
Atas Tanah dan Bangunan
sebagaimana telah diubah denganUndang-Undang No.20 Tahun
2000
tentang
Perubahan Atas
Undang-Undang No.21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.
KETENTUN PELAKSANA
KEP-269/PJ/2001 Jo. 168/PMK.03/2007
PP No. 112 Th 2000 (Hak Pengelolaan)
PP No. 111 Th 2000 (Hibah Wasiat)
91/PMK.03/2006 (Pengurangan BPHTB)
Ps 16,17,18 UU BPHTB
(Keberatan&Banding)
14/PMK.03/2009 (NPOPTKP)
DST
TIDAK PUNYA : 1. WARISAN T &/ B 2. UANG UNTUK MEMBELI ATAU MENYEWA T/B 3. T &/B HIBAHAN 4. T &/ B YANG DIMANFAATKAN BELI
TANAH dan atau BANGUNAN
KENA BPHTB
MEMANFAATKAN TANAH dan atau
BANGUNAN
KENA PBB
JUAL
TANAH dan atau BANGUNAN
KENA PPh FINAL
KAS NEGARA
OBJEK BPHTB TERUTANG LAIN-LAIN SUBJEK NPOP NPOP TKP NPO PKP DASAR HUKUM
YANG MENJADI OBJEK PAJAK
ADALAH:
PEROLEHAN HAK ATAS
TANAH DAN BANGUNGAN
YANG MELIPUTI :
(1) PEMINDAHAN HAK,
DAN1)
jual beli;2)
tukar-menukar;3)
hibah;4)
hibah wasiat;5)
waris;6)
pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya;7)
pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan; 8) penunjukan pembeli dalam lelang; 9) pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap; 10) penggabungan usaha; 11) peleburan usaha; 12) pemekaran usaha; dan 13) hadiah.
Kelanjutan pelepasan hak; dan
Di luar pelepasan hak.1)
hak milik;2)
hak guna usaha;3)
hak guna bangunan;4)
hak pakai;5)
hak milik atas satuan rumah susun;6)
hak pengelolaan. Khusus berkaitan denganhak atas tanah, maka hak atas tanah sebagaimana dimaksud adalah meliputi:
1) Perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan
asas perlakuan timbal balik;
2) Negara untuk penyelenggaraan pemerintahan
dan atau untuk pelaksanaan pembangunan
guna kepentingan umum;
Objek pajak yang tidak dikenakan
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah objek pajak yang diperoleh:
3) badan atau perwakilan organisasi
internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri dengan syarat tidak menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan lain di luar fungsi dan tugas badan atau perwakilan organisasi
tersebut;
4) orang pribadi atau badan karena
konversi hak atau karena perbuatan hukum lain dengan tidak adanya
perubahan nama;
5) orang pribadi atau badan karena wakaf; 6) orang pribadi atau badan yang
Subyek pajak dari BPHTB adalah
orang pribadi atau badan
yang memperoleh hak
atas tanah dan atau bangunan
Subjek pajak sebagaimana dimaksud di atas
adalah Wajib Pajak yang berkewajiban membayar
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
sehubungan dengan
Sesuai dengan azas kesederhanaan, dalam
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
diberlakukan tarif tunggal
Tarif pajak (BPHTB)
ditetapkan sebesar
Dasar pengenaan pajak adalah
Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP)
Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP) dari suatu
harta berupa tanah dan atau bangunan,
dalam hal :
1)
jual beli
adalah
harga transaksi
;
2) tukar-menukar
adalah
nilai pasar
;
3)
hibah wasiat
adalah
nilai pasar
;
4)
waris
adalah
nilai pasar
;
5)
pemasukan dalam perseroan atau
badan hukum lainnya
adalah
nilai pasar
;
6)
pemisahan hak yang mengakibatkan
peralihan
adalah
nilai pasar
;
7)
peralihan hak karena pelaksanaan
putusan hakim yang mempunyai
kekuatan hukum tetap
adalah
nilai pasar
;
8)
pemberian hak baru atas tanah sebagai
kelanjutan dari pelepasan hak
adalah
nilai pasar
;
9) pemberian hak baru atas tanah di luar
pelepasan hak
adalah
nilai pasar
;
10)
penggabungan usaha
adalah
nilai
pasar
;
11)
peleburan usaha
adalah
nilai pasar
;
12)
pemekaran usaha
adalah
nilai pasar
;
13)
hadiah
adalah
nilai pasar
;
14)
penunjukan pembeli dalam lelang
adalah
harga transaksi yang
Apabila Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP),
berupa harga transaksi atau nilai pasar tidak diketahui atau lebih rendah daripada NJOP PBB pada tahun terjadinya
perolehan, maka dasar pengenaan pajak (NPOP) yang dipakai untuk BPHTB adalah NJOP PBB
BILA
NPOP
HARGA TRANSAKSI NILAI PASAR TIDAK DIKETAHUI ATAU LEBIH KECILNJOP
PBB
Wajib Pajak “A” membeli tanah dan
bangunan dengan NPOP (harga transaksi) Rp 70.000.000,00 , NJOP PBB yang digunakan dalam pengenaan PBB adalah sebesar Rp 75.000.000,00 maka yang digunakan sebagai dasar pengenaan BPHTB adalah Rp 75.000.000,00 bukan Rp 70.000.000,00.
NPOTKP ditetapkan secara regional paling banyak
Rp 300.000.000,00
NILAI PEROLEHAN OBJEK PAJAK TIDAK KENA PAJAK
NPOPTKP ditetapkan Secara regional paling banyak Rp 60.000.000,00
kecuali dalam hal perolehan hak karena waris, atau hibah wasiat yang diterima orang pribadi yang
masih dalam hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat ke atas atau satu
derajat ke bawah dengan
pemberi hibah wasiat, termasuk suami/istri,
Yang dimaksud dengan
NPOPTKP ditetapkan secara regional adalah
penetapan NPOTKP untuk masing-masing
Kabupaten/Kota.
Ketentuan Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak sebagaimana dimaksud di atas diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah, dimana pokok-pokok muatan Peraturan Pemerintah tersebut, antara
lain :
1) NPOPTKP ditetapkan untuk masing-masing Kabupaten/ Kota dengan memperhatikan usulan Pemerintah Daerah; 2) NPOPTKP dapat diubah dengan mempertimbangkan
NPOPTKP untuk perolehan hak selain karena waris, atau hibah wasiat yang diterima orang pribadi
yang masih dalam hubungan keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat ke atas atau satu derajat ke bawah dengan
pemberi hibah wasiat, termasuk suami/istri,
untuk Kabupaten “AA”
ditetapkan
sebesar Rp 60.000.000,00
.
Pada tanggal 1 Februari 2013, Wajib Pajak “A”
membeli tanah yang terletak di Kabupaten “AA”
dengan NPOP Rp 50.000.000,00
NPOP < NPOPTKP, maka
NPOPTKP untuk perolehan hak selain karena waris, atau hibah
wasiat
untuk Kabupaten “AA”
ditetapkan
sebesar Rp 60.000.000,00
.
Pada tanggal 1 Februari 2013, Wajib Pajak “A”
membeli tanah yang terletak di Kabupaten “AA” dengan NPOP Rp 100.000.000,00 NPOP Rp 100.000.000,00 NPOPTKP Rp 60.000.000,00 NPOP > NPOPTKP
perolehan hak tersebut terutang
NPOPTKP untuk perolehan hak karena waris, atau hibah wasiat
untuk Kabupaten “AA”
ditetapkan
sebesar Rp 300.000.000,00
.
Pada tanggal 1 Februari 2013, Wajib Pajak “A”
memperoleh warisan
tanah dan bangunan
di Kabupaten “AA” dengan NPOP Rp 400.000.000,00 NPOP Rp 400.000.000,00 NPOPTKP WARIS Rp 300.000.000,00
Maka perolehan hak itu terutang
NPOPTKP untuk perolehan hak karena waris, atau hibah wasiat
untuk Kabupaten “AA”
ditetapkan
sebesar Rp 300.000.000,00
.
Pada tanggal 1 Februari 2013, Wajib Pajak “A”
memperoleh hibah wasiat tanah dan bangunan
di Kabupaten “AA” dengan NPOP Rp 250.000.000,00 NPOP Rp 250.000.000,00 NPOPTKP WARIS Rp 300.000.000,00
Maka perolehan hak karena waris itu tidak terutang BPHTB karena
Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak
adalah
Nilai Perolehan Objek Pajak
dikurangi dengan
Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena
Pajak
NPOPKP = NPOP - NPOPTKP
Waris Rp 400.000.000,00; NPOPTKP WARIS Rp 300.000.000,00 NPOP Rp 400.000.000,00 NPOPTKP WARIS Rp 300.000.000,00 NPOPKP Rp 100.000.000,00 NJOP PBB Rp 80.000.000,00; Nilai Perolehan Rp 100.000.000,00 ; NPOKTKP Rp 60.000.000,00 NPOP Rp 100.000.000,00 NPOPTKP Rp 60.000.000,00 NPOPKP RP 40.000.000,00 NPOP Rp 250.000.000,00 NPOPTKP WARIS Rp 300.000.000,00 NPOPTKP (-)
Besarnya pajak yang terutang dihitung dengan cara mengalikan Tarif Pajak dengan Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak
BPHTB = TARIF X NPOPKP
Wajib Pajak “A” membelitanah dan bangunan
dengan NPOP Rp 35.000.000,00 NPOPTKP Rp 30.000.000.00. NPOP...Rp 35.000.000,00 NPOPTKP...Rp 30.000.000,00 NPOPKP Rp 5.000.000,00 BPHTB = 5% x Rp 5.000.000,00 = Rp 250.000,00
SURAT KETETAPAN BPHTB
(SKB)
SKBLB
(SURAT KETETAPAN BEA
PEROLEHAN HAK ATAS TANAH
DAN BANGUNAN
LEBIH BAYAR
)
SKBN
(SURAT KETETAPAN BEA
PEROLEHAN HAK ATAS TANAH
DAN BANGUNAN
NIHIL
)
SKBKB
(SURAT KETETAPAN BEA
PEROLEHAN HAK ATAS TANAH
PENAGIHAN BPHTB
1. SKBKB
(Ps 11)
2%
/Bln/Max 24 Bln
DENDA
2. SKBKBT
(Ps 12)
DENDA
100%
3. SURAT TAGIHAN BPHTB
(STB)
PAJAK YANG TERUTANG KURANG BAYAR
SSB KURANG BAYAR KARENA
SALAH HITUNG
SANKSI ADMIN BUNGA/DENDA
SURAT SETORAN BEA (SSB)
HAK – HAK WAJIB PAJAK
KEBERATAN
(Ps 16)
SKBKB, SKBKBT, SKBLB, SKBN
PENGURANGAN
(PMK 91/PMK.03/2006
KONDISI OBJEK PAJAK KONDISI SUBJEK PAJAK