III - 1
RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KAPUAS HULU
B
BA
AB
B III
R
RE
E
N
N
CA
C
AN
NA
A
P
P
E
E
MB
M
BA
AN
N
GU
G
U
N
N
A
A
N
N
W
W
I
I
L
L
AY
A
Y
A
A
H
H
KA
K
AP
P
U
U
AS
A
S
HU
H
U
L
L
U
U
3.1. Skenario Pengembangan Wilayah Kabupaten Kapuas Hulu Berdasarkan Rencana Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Strategi pengembangan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kapuas Hulu meliputi
strategi pengembangan sektor-sektor perekonomian yang berbasis pada sektor
pertanian, sebagai pedoman dalam pelaksanaan otonomi daerah, penyeimbang
pertumbuhan antar wilayah, strategi pelestarian lingkungan hidup dan
peningkatan kualitas penduduk lokal.
1. Pengembangan sektor-sektor perekonomian yang berbasis pada sektor
pertanian dengan penajaman komoditi yang tangguh terhadap perubahan
pasar global dan dapat mendorong peningkatan perekonomian daerah
serta mengurangi ketergantungan pada trickle down effect pusat pertumbuhan
berbasis sektor industri dan sektor tersier di kawasan perkotaan serta
pilihan basis perekonomian pada sektor pertanian dengan penajaman
komoditi yang tangguh terhadap perubahan pasar global.
2. Sebagai pedoman dalam pelaksanaan otonomi daerah yang membawa
implikasi terhadap posisi dan fungsi rencana tata ruang dalam
perkembangan pembangunan menurut hirarki pemerintahan, rencana tata
ruang wilayah Kabupaten Kapuas Hulu perlu diposisikan secara tepat pada
arah kebijaksanaan tersebut, sehingga mampu berperan sebagai instrumen
III - 2
RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KAPUAS HULU
3. Ketidak-seimbangan pertumbuhan (imbalance growth) antar wilayah terutama
antara daerah sepanjang jalur lintas selatan, pesisir Sungai Kapuas dengan
daerah pedalaman (bagian selatan dan utara). Ketidakseimbangan
pertumbuhan akan mempertajam kesenjangan kesejahteraan dan sosial -
ekonomi yang dapat mengganggu ketertiban proses pembangunan. Asas
demokratisasi ruang dan sinergi wilayah perlu melandasi RTRW
Kabupaten Kapuas Hulu dalam mengatasi kesenjangan antar wilayah.
4. Sebagai salah satu kabupaten yang berbatasan langsung dengan Negara
Malaysia (Sarawak), Kapuas Hulu memiliki polensi besar untuk meraih
pasar global terutama untuk Asia Pasifik. Posisi Kapuas Hulu yang berada
di ujung timur Kalimantan Barat, tanpa ada aksesibilitas menerus ke arah
Kalimantan Timur dan Tengah membuat kabupaten ini relatif kurang
menarik untuk investasi di luar sektor primer. Oleh karena itu,
pengembangan akses melalui PLB Badau merupakan salah satu keputusan
penting untuk merangsang terjadinya economic generation di kawasan ini.
5. Pelestarian lingkungan hidup merupakan isu yang perlu dipertimbangkan
dalam RTRW Kabupaten Kapuas Hulu, terutama menyangkut pengelolaan
kawasan lindung dan masalah pencemaran Kapuas Hulu yang merupakan
kawasan dimana Sungai Kapuas, yaitu sungai terpanjang di Indonesia dan
melintasi hampir semua wilayah kabupaten di Kalimantan Barat, berhulu.
Ini berarti kualitas air Sungai Kapuas sangat ditentukan oleh bentuk
pengelolaan lingkungan di kawasan ini.
6. Peningkatan kualitas penduduk lokal perlu dilakukan baik melalui jalur
pendidikan formal maupun non formal, agar dapat memperoleh pekerjaan
III - 3
RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KAPUAS HULU
3.1.1 Strategi Pengembangan Kawasan Lindung
Pemantapan kawasan lindung sejalan dengan Keppres No. 32 Tahun 1990,
dalam pelaksanaannya di lapangan mengacu pada ketentuan-ketentuan
sebagaimana disebutkan dalam RTRWN (PP No. 47/1997) yaitu mencakup
perihal :
• Pemeliharaan kelestarian lingkungan;
• Penanganan kegiatan budidaya (termasuk kawasan permukiman) yang telah ada di dalam kawasan lindung; dan
• Pengembangan prasarana dasar di kawasan lindung.
Untuk memelihara kelestarian lingkungan, ditetapkan strategi sebagai berikut:
a) Secara bertahap mengembalikan fungsi kawasan lindung yang telah
terganggu;
b) Mengupayakan kawasan lindung yang berada di daerah perbatasan wilayah
administrasi membentuk suatu kesatuan yang selaras;
c) Melarang semua kegiatan budidaya yang akan di kembangkan dalam
kawasan lindung, kecuali jika di tentukan lain dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku; seperti diatur dalam UU No. 5/90 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (pada Pasal 17),
dan Kepres No. 32/90 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung (pada Pasal
37 dan Pasal 38) ;
d) Pada setiap wilayah kota, perlu ditetapkan ruang terbuka hijau (RTH)
berupa hutan kota, jalur hijau, taman kota, rekreasi, lapangan olah raga,
pemakaman umum, pertanian, dan pekarangan dengan luas keseluruhan
lebih dari 30 %;
III - 4
RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KAPUAS HULU
3.1.2 Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya
Terhadap kegiatan budidaya yang telah ada didalam kawasan lindung,
ditetapkan strategis sebagai berikut
a) Mengeluarkan kegiatan budidaya dari kawasan lindung secara bertahap
melalui program pembangunan terpadu; kegiatan budidaya yang sudah ada
di kawasan lindung yang mempunyai dampak penting terhadap lingkungan
hidup dikenakan ketentuan yang berlaku sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan, bersamaan dengan diundangkannnya Peraturan
Daerah ini.
b) Membatasi perkembangan kegiatan budidaya yang telah ada di dalam
kawasan lindung dengan memperkenankan penerapan konsep-konsep
ekonomi lingkungan;
c) Kawasan permukiman perdesaan yang berada dalam kawasan lindung
perlu segera ditata batas dalam masa rencana jika kawasan permukiman
perdesaan tersebut tidak memungkinkan untuk dipindahkan secara terpadu
dengan program transmigrasi.
Untuk pengembangan prasarana dasar di kawasan lindung ditetapkan strategi
sebagai berikut:
a) Apabila dibutuhkan, jaringan prasarana dasar seperti jaringan transportasi,
jaringan kelistrikan, jaringan telekomunikasi, prasarana dan sarana
distribusi air bersih, pos keamanan (termasuk pos jagawana), serta
bangunan pengendali bencana alam dapat dibangun dengan tetap
mempertahankan fungsi kawasan lindung;
b) Untuk pembangunan prasarana sebagimana disebutkan di atas pada
kawasan lindung, diperbolehkan melakukan penelitian pendahuluan
III - 5
RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KAPUAS HULU
Adapun strategi pengembangan kawasan budidaya dapat dijabarkan dalam
sepuluh langkah sebagai berikut :
1. Kawasan budidaya dikembangkan secara terpadu dengan upaya
meningkatkan daya dukung lingkungan dan pengembangan prasarana
wilayah;
2. Pengembangan pariwisata dilakukan secara terpadu sehingga terbentuk
paket-paket wisata dimana pada setiap paket memiliki keunggulan,
kekhasan, dan kelengkapan jenis wisata dengan prioritas pengembangan
pada obyek-obyek wisata di kawasan-kawasan pariwisata potensial yang
telah ditunjang dengan keberadaan prasarana dan sarana pendukung yang
memadai dan merupakan ciri khas Kapuas Hulu;
3. Pengembangan kegiatan pertambangan melalui eksplorasi dan eksploitasi
sumber daya mineral untuk memacu tumbuhnya industri yang berorientasi
ekspor dan substitusi impor.
4. Pengembangan kegiatan kehutanan dengan prinsip-prinsip konservasi dan
kelestarian, melalui sistem tebang pilih dan tanam, serta pemberian label
pada komoditas ekspor hasil pengolahan sumber daya alam yang
berwawasan lingkungan (ecolabelling).
5. Pengembangan HTI pada kawasan hutan produksi yang tidak berhutan
atau merupakan lahan kritis.
6. Pengembangan kegiatan perkebunan dan agroindustri sesuai dengan
potensi wilayah dan prospek pemasaran, melalui intensifikasi,
ekstensifikasi, dan optimalisasi lahan bagi lahan-lahan yang telah diarahkan.
7. Optimalisasi dalam pemanfaatan dan pengelolaan lahan pertanian tanaman
padi, dan dalam rangka menunjang swasembada pangan sub regional
Kapuas Hulu.
8. Pengembangan kawasan industri manufaktur, pengolahan hasil hutan, hasil
pertanian, perkebunan, hortikultura, perikanan, peternakan, serta
III - 6
RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KAPUAS HULU
9. Pengembangan kawasan permukiman didasarkan pada pertimbangan
kondisi sebaran pusat-pusat permukiman yang telah ada, strategi dasar
pengembangan struktur tata ruang, rencana pengembangan sistem
transportasi (jalur lintas sentra produksi dan lintas pusat-pusat
permukiman utama), serta kawasan yang potensial berkembang menjadi
kawasan permukiman baru atas dasar rencana pengembangan kawasan
lindung dan budidaya.
10. Pusat-pusat permukiman yang dikembangkan diutamakan pada
pusat-pusat permukiman yang dilintasi jalur antar sentra produksi dan antar
pusat permukiman utama (PKL dan sub PKL) dalam rangka penyelarasan
upaya peningkatan produksi dan produktifitas dengan upaya
memperlancar pemasaran.
3.1.3 Strategi Pengembangan Sistem Kota-Kota
Kedudukan dan fungsi Kabupaten Kapuas Hulu dalam konteks struktur tata
ruang Propinsi Kalimantan Barat dapat ditinjau dari empat aspek utama yaitu :
1. Fungsi dan peranan Kabupaten Kapuas Hulu seperti yang digariskan
melalui sistem pembagian Wilayah Pembangunan yang tertuang dalam
Pola Dasar Pembangunan Provinsi Kalimantan Barat.
2. Struktur kawasan lindung dan budidaya yang telah ditetapkan dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Kalimantan Barat.
3. Sistem kota-kota di Kalimantan Barat, baik kondisi eksisting maupun
rencana pola pengembangan sistem kota-kota yang telah ditetapkan
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP) Kalimantan
Barat.
4. Keterkaitan sistem transportasi yang ada dan rencana pengembangan
III - 7
RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KAPUAS HULU
Sesuai dengan Pola Dasar Pembangunan Daerah Tingkat I Kalimantan
Barat maka Kabupaten Kapuas Hulu telah ditetapkan sebagai bagian Wilayah
Pembangunan D bersama-sama dengan Kabupaten Sintang dengan Pusat
Pengembangan di Kota Sintang. Kota Putussibau sebagai ibukota Kabupaten
Kapuas Hulu (Kabupaten sebagai salah satu subpusat pengembangan
disamping Kota Hulu). Nanga Merakai dan Nanga Pinoh (Kabupaten Sintang).
Ini berarti secara makro, Kabupaten Kapuas Hulu dinilai relatif erat kaitannya
dengan Kabupaten Sintang yang secara fisik maupun ekonomis lebih
berkembang.
Dalam rencana pemantapan kawasan lindung yang tertuang dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP) Kalimatan Barat, telah
ditetapkan bahwa ± 44 % kawasan berfungsi lindung di Kalimantan Barat
berada di wilayah Kabupaten Kapuas Hulu. Jenis kawasan yang dilindungi yang
cukup luas adalah Hutan Suaka Alam/Taman Nasional Betung Kerihun. Hutan
Lindung dan Daerah Resapan Air. Hal ini tidak terlepas dari kondisi
geomorfologis Kabupaten Kapuas Hulu dimana sebagian besar daerah dengan
kemiringan di atas 40% dan ketinggian di atas 500 m (kriteria utama penentuan
kawasan hutan lindung) berada di kabupaten ini. Dengan demikian,
keselamatan dan kelestarian lingkungan di Kalimantan Kabupaten Kapuas
Hulu. Dengan sistem pengelolaan sumber daya alam yang ada dalam konteks
propinsi, Kabupaten Kapuas Hulu berfungsi dan berperanan besar sebagai
wilayah konservasi demi menjaga keselamatan dan kelestarian lingkungan baik
Kabupaten Kapuas Hulu sendiri maupun wilayah lain terutama daerah
sepanjang aliran Sungai Kapuas.
Berdasarkan kriteria penentuan pusat-pusat pertumbuhan yang berlaku
bagi seluruh wilayah propinsi Kalimantan Barat, tercatat 38 pusat pertumbuhan
utama di Kalimantan Barat, tiga diantaranya terdapat di Kabupaten Kapuas
Hulu yaitu Putussibau, Selimbau dan Semitau, sedangkan ibukota kecamatan
III - 8
RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KAPUAS HULU
dengan skala pelayanan maksimal wilayah kecamatannya masing-masing). Letak
geografis ketiga pusat tersebut, dapat dikatakan bahwa Putussibau merupakan
pusat pertumbuhan wilayah timur kabupaten, Semitau sebagai pusat
pertumbuhan wilayah barat kabupaten sedangkan Selimbau merupakan pusat
pertumbuhan diantara kedua wilayah timur dan barat.
Dalam skala propinsi, Kota Putussibau diidentifikasikan sebagai pusat
pertumbuhan orde ketiga, Semitau sebagai Pusat pertumbuhan orde keempat
sedangkan Selimbau diidentifikasikan sebagai pusat pertumbuhan orde kelima.
Ini berarti, dalam skala kabupaten, Putussibau dapat dianggap sebagai pusat
pertumbuhan orde kesatu, Semitau kedua dan Selimbau ketiga.
Kota Putussibau, seperti hasil identifikasi skala propinsi, merupakan
pusat orde pertama dalam skala Kabupaten Kapuas Hulu. Kota ini memiliki
hampir semua fungsi yang ditelaah. Indeks Sentralitas kota tersebut sebesar
218,0 yang jauh di atas kota-kota lainnya. Kota ini memiliki fungsi sebagai:
• Pusat permukiman,
• Pusat pemasaran dan perdagangan,
• Pusat perhubungan dan telekomunikasi,
• Tempat kegiatan usaha jasa dan produksi, dan
• Tempat pelayanan sosial, seperti pendidikan, kesehatan. dan rekreasi.
Melihat fungsinya yang relatif kompleks, dapat dikatakan bahwa kota
Putussibau merupakan pusat pelayanan utama wilayah Kapuas Hulu atau
sebagai Pusat Pelayanan Regional. Sementara, sebagai kota orde kedua adalah
Semitau dengan Indeks Sentralitas sebesar 123,3. Di kota orde kedua ini semua
jenis fasilitas yang ditelaah telah ada, sama dengan di Kota Putussibau, hanya
fasilitas kesehatan yang di Putussibau sudah pada tingkat Rumah Sakit, di
Semitau hanya berupa Puskesmas. Dengan demikian dapat dikatakan, untuk
kondisi saat ini kota Semitau lebih merupakan wakil Putussibau untuk melayani
III - 9
RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KAPUAS HULU
Kota-kota orde ketiga memiliki Indeks Sentralitas di atas 90 yaitu Nanga
Tepuai dan Kedamin. Jika dalam analisis skala propinsi, kota yang
diidentifikasikan sebagai kota orde ketiga skala Kabupaten Kapuas Hulu (atau
orde kelima skala propinsi) adalah Kota Selimbau. Akan tetapi, dalam analisis
skala kabupaten ternyata Kota Selimbau hanya menduduki hirarkhi ke empat.
Hal yang menarik disini adalah terjadinya pergeseran peranan Kota Nanga
Tepuai yang menggantikan posisi Kota Selimbau dan Nanga Bunut yang pada
tahun 1990 masih merupakan kota orde ketiga. Hal ini lebih disebabkan oleh
pesatnya pertumbuhan Kota Nanga Tepuai sebagai akibat besamya peranan
jalur lintas selatan yang melaluinya. Sedangkan Kota Kedamin teridentifikasi
sebagai kota orde ketiga lebih disebabkan oleh kedekatannya dengan Kota
Putussibau.
Interaksi merupakan indikator tingkat kemampuan suatu wilayah dalam
memiliki keuntungan internal yang dapat terus berlangsung di dalamnya dan
kcmampuan untuk ikut berpartisipasi dalam interaksi terhadap wilayah luar
(eksternal atau perekonomian regional dan nasional). Interaksi terutama
ditentukan oleh jumlah interaksi yang timbul diantara pusat-pusat permukiman
dalam suatu wilayah. Jumlah interaksi dalam suatu sistem spasial tergantung
pada tingkat artikulasi dalam hirarkhi
Fungsi pusat-pusat kegiatan wilayah tersebut di atas ditentukan
berdasar-kan arahan pengembangan kawasan budidaya pada wilayah-wilayah
pe-layanannya. Pusat-pusat dengan hirarkhi yang sama belum tentu memiliki
fungsi yang sama, tergantung pada potensi wilayah yang dilayaninya.
Secara umum terdapat empat jenis fungsi pusat-pusat selain fungsi utamanya
sebagai pusat pengembangan wilayah pedalamannya, yaitu:
1) Sebagai pusat permukiman penduduk (residential subcentre);
2) Sebagai pusat pelayanan sosial ekonomi dan administrasi wilayah belakang
III - 10
RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KAPUAS HULU
3) Sebagai pusat komunikasi antar wilayah (interregional communication); dan
4) Sebagai pusat kegiatan manufaktur (good processing/manufacturing).
Sebagai pusat pelayanan sosial ekonomi dan administrasi wilayah belakang
ditentukan berdasarkan keberadaan pusat diharapkan dapat menyediakan
berbagai fasilitas pemerintahan, utilitas umum, fasilitas perdagangan dan
jasa-jasa lain yang dibutuhkan wilayah belakangnya. Sebagai pusat komunikasi antar
wilayah di lihat dalam konteks aksesibilitas pusat tersebut dengan pusat lain
baik dalam orde yang sama maupun pusat pertumbuhan yang lebih tinggi.
Sebagai pusat kegiatan manufaktur ditentukan dengan melihat potensinya
untuk menyediakan berbagai fasilitas pengolahan atau sebagai sentra industri
untuk menampung produksi sektor primer di wilayah belakangnya. Sedangkan
sebagai pusat permukiman, hanya ditinjau dari fungsinya sebagai wilayah
pemusatan tempat tinggal penduduk sedangkan kegiatan usahanya berada pada
wilayah lain.
Strategi pengembangan kota-kota di Kabupaten Kapuas Hulu dapat
dijabarkan sebagai berikut :
1. Memantapkan Kota Putussibau, Nanga Badau, Nanga Tepuai dan
Semitau sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dengan fungsi sebagai
simpul utama transportasi regional, pusat kegiatan ekonomi (industri,
perdagangan dan jasa komersial), pusat permukiman utama, pusat
pelayanan fasilitas sosial skala lokal, dan pusat kegiatan pemerintahan
kabupaten (Putussibau). Dalam upaya memfungsikan peran kota-kota
tersebut diatas sebagai PKL, maka dalam pengembangannya perlu
didukung oleh pengembangan sarana dan prasarana pelayanan yang
berskala subregional. Dalam masa rencana keempat kota tersebut
dihubungkan dengan jalan arteri primer dan atau jalur penerbangan
III - 11
RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KAPUAS HULU
2. Kota Putussibau, Nanga Bunut, Mentebah, Nanga Tepuai, Nanga
Dangkan, Semitau, Nanga Silat, Nanga Badau, dan Lanjak, sebagai
Subpusat Kegiatan Lokal (Sub PKL) dengan fungsi sebagai pusat kegiatan
ekonomi, simpul tansportasi, dan pusat pelayanan sosial untuk satu atau
lebih kecamatan. Dalam upaya memfungsikan peran kota-kota tersebut
sebagai sub pusat kegiatan lokal serta untuk lebih meningkatkan
peranannya sebagai sebuah kota, maka dalam pengembangannya perlu
didukung dengan pengembangan sarana dan prasarana yang berskala
pelayanan lokal (kecamatan atau beberapa kecamatan).
3.1.4 Strategi Pengembangan Sistem Prasarana Wilayah
(a) Prasarana Transportasi :
(i) Memantapkan (rehabilitasi dan atau peningkatan) prasarana Bandara
Pangsuma sebagai bandara tersier pendukung sistem angkutan udara
Kalimantan Barat secara keseluruhan.
(ii) Peningkatan kerjasama dengan Sarawak dalam pengembangan pos
lintas batas negara (PLBN) di Nanga Badau disertai dengan
pemantapan jalan di sepanjang daerah perbatasan.
(iii) Pemantapan jaringan jalan PKW-PKL, antar-PKL, antara PKL-Sub
PKL, serta jalan antar negara.
(iv) Pengembangan dan pemantapan prasarana jalan pada sentra-sentra
pengembangan pertanian / perkebunan untuk mendukung agrobisnis
dan agroindustri.
(v) Memanfaatkan poros jalan pada jalur regional utama, terutama pada
wilayah-wilayah yang potensial berkembang.
(vi) Peningkatan dan pembangunan prasarana dan sarana penyeberangan
untuk memperlancar transportasi antar negara melalui Sintang –
Simpang Sejiram – Semitau – Nanga Kantuk – Nanga Badau – Lubuk
III - 12
RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KAPUAS HULU
(vii) Pengembangan sarana dan prasarana perhubungan sungai bagi
wilayah-wilayah yang sulit terjangkau jaringan transportasi darat.
(b) Prasarana Wilayah Lainnya;
(i) Mengembangkan sumber daya energi listrik pada pusat-pusat
pelayanan potensial, diupayakan pemanfaatan sumber daya alam
setempat (batubara dan tenaga air).
(ii) Pengadaan fasilitas telekomunikasi pada seluruh PKL dan sub PKL.
(iii) Peningkatan Pelayanan air bersih pada seluruh PKL dan Sub PKL.
(iv) Pengembangan fasilitas pemasaran dan peningkatan produksi, seperti
pasar permanen pada setiap PKL.
TABEL III-1
III - 13
RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KAPUAS HULU
3.1.5 Strategi Pengembangan Kawasan Prioritas
Kawasan prioritas adalah kawasan fungsional yang dianggap perlu
diprioritaskan pengembangan atau penanganannya serta memerlukan dukungan
penataan ruang segera dalam kurun waktu rencana. Kawasan prioritas yang
ditetapkan meliputi :
(a) Pengembangan kawasan tertentu, kawasan andalan, dan atau kawasan
pengembangan ekonomi terpadu yang telah ditetapkan secara nasional.
(b) Pengembangan kawasan sentra-sentra produksi yang bersifat lintas
kabupaten.
(c) Penanganan kawasan tertentu yang telah didukung keberadaan
prasarana wilayah.
(d) Penanganan kawasan tertentu lainnya.
3.2 Skenario Pengembangan Bidang PU-Cipta Karya
Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Kapuas Hulu seperti yang
tercantum dalam Rencana Strategis Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Tahun
2013 menetapkan beberapa tujuan yang ingin dicapai, yaitu :
A. Meningkatkan kualitas permukiman baik gedung, perumahan maupun
bangunan umum lainnya serta kualitas lingkungan, dengan sasaran :
1. Terciptanya permukiman yang memadai dan sesuai dengan
kebutuhan, dengan indikator kinerja sasaran diantaranya.
- Terpeliharanya bangunan bersejarah,
- Tingkat pemenuhan kebutuhan gedung dan perumahan,
- Prosentase pemukanan yang tertatta dan sesuai dengan ketentuan,
III - 14
RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KAPUAS HULU
2. Terciptanya lingkungan yang sehat dan bersih dengan indikator kinerja
sasaran di antaranya :
- Prosentase air buangan yang telah dikelola secara memadai,
- Terlaksananya fasilitasi dan bimbingan teknis penyehatan lingkungan,
- Tingkat kecukupan/pemenuhan atas sarana air bersih,
- Tingkat cakupan masyarakat yang mendapatkan air bersih/air minum,
- Tingkat kecukupan/pemenuhan jaringan air minum/bersih,
- Tingkat kecukupan/pemenuhan jaringan instalasi air limbah/kotor/drainase.
Skenario pengembangan sektor Bidang Cipta Karya di wilayah Kabupaten
Kapuas Hulu mencakup beberapa hal pokok yang berkaitan dengan
kelangsungan beberapa aktifitas sosial-ekonomi penduduk yang sehat, nyaman
dan dengan dampak yang sekecil mungkin.
Strategi pengembangan sektor tersebut mencakup hal-hal yang dijelaskan
dibawah ini:
1. Strategi Pengembangan Jalan Lingkungan
Strategi pengembangan jaringan jalan diarahkan pada penentuan pola
sirkulasi dan sistem angkutan, yang dapat menghubungkan pusat-pusat
pelayanan dengan perumahan dan permukiman penduduk.
2. Strategi Pengembangan Air Bersih
Strategi pengembangan Air Bersih dengan usaha pengembangan pelayanan
air bersih dengan menambah kapasitas atau debit air maupun jaringan
perpipaan pada wilayah yang belum terlayani.
3. Strategi Pengembangan Drainase
Dalam pengembangan sistem drainase, strategi yang dapat dilakukan
III - 15
RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KAPUAS HULU
dan karakteristik lahan sesuai dengan peruntukannya dan diarahkannya
pada perbaikan jaringan drainase menjadi permanen.
4. Strategi Pengembangan Prasarana Air Limbah
Strategi pengembangan Prasarana Air Limbah meliputi pengembangan
sistem pengolahan air limbah diarahkan pada pengolahan air limbah
dengan menggunakan sistem on-site, pengembangan pengolahan air limbah
dengan menggunakan sistem offsite septic tank komunal dengan sasaran
perumahan penduduk di daerah terpencil.
5. Strategi Pengembangan Prasarana Persampahan
Strategi pengolahan persampahan meliputi pelaksanaan atau penyiapan
lahan untuk pengolahan persampahan (pembuatan Instalasi Pengolahan
Sampah Terpadu).
6. Strategi Pengembangan Prasarana Perumahan dan Permukiman
Strategi pengolahan prasarana terpusat pada pembangunan jalan antar
dusun ke desa, desa ke Kecamatan serta peningkatan jalan gang, gertak,
serta jembatan kayu.
7. Strategi Pengembangan Prasarana Bangunan Gedung dan Tata
Ruang.
Strategi yang dikembangkan dalam pembangunan meningkatkan pelayanan
masyarakat terhadap fasiltas pemerintah dalam mengemban kesejahteraan
masyarakat dengan membangun Kantor Kecamatan, Rumah Camat,