• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. dengan orang lain. Kekurangan ini boleh diartikan sebagai kebodohan, kejahilan,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. dengan orang lain. Kekurangan ini boleh diartikan sebagai kebodohan, kejahilan,"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoretis

2.1.1 Hakikat Perilaku Malu A. Pengertian Perilaku Malu

Secara umumnya, malu merupakan perasaan rendah diri ataupun berasa segan terhadap kekurangan yang ada pada diri sendiri apabila dibandingkan dengan orang lain. Kekurangan ini boleh diartikan sebagai kebodohan, kejahilan, tidak sertimpal, tidak seperti, maupun tidak setaraf. Individu yang mengalami perasaan begini menganggap dirinya lebih kecil dan hina daripada orang lain yang dianggapnya mempunyai serba kelebihan pula.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, malu bisa berarti: 1) merasa sangat tidak enak hati (hina, rendah, dan sebagainya) karena berbuat sesuatu yang kurang baik (kurang benar, berbeda dengan kebiasaan,mempunyai cacat atau kekurangan, dan sebagainya); 2) segan melakukan sesuatu karena ada rasa hormat,agak takut, dan sebagainya; dan 3) kurang senang (rendah, hina, dan sebagainya). (Marzuki, 2001:1).

Sedang malu dalam bahasa Belanda, seperti diungkapkan YB Mangunwijaya dalam http://tafany.wordpress.com/2007/07/19/malu-sebagai-human-nature (diunduh tanggal 26 Oktober 2013), adalah oost indisch doof. Secara harfiah diartikan sebagai tuli gaya Hindia Timur yaitu biasanya ditujukan kepada seseorang, yang sebenarnya sadar bahwa dirinya dipanggil, namun pura-pura tidak mendengar.

(2)

Herman Elia dalam http://www.fimela.com/read/2013/06/14/rasa-malu-tanda-kita-tahu-diri (diunduh tanggal 26 Oktober 2013), menggambarkan rasa malu akibat rendah diri sebagai perasaan tidak nyaman, yang biasanya berkaitan dengan membuka diri kepada orang lain. “Timbul perasaan seolah sedang disoroti atau dinilai negatif oleh orang lain atau merasa kurang berharga dibandingkan yang lain, sehingga membuat kita cenderung menutup diri,” jelasnya. Namun, ada malu yang disebabkan oleh faktor lain. “Bisa karena rasa bersalah, atau terlalu peka sehingga lebih mudah malu,” tambah Herman.

Lebih lanjut Zen (2010:107) menjelaskan, ada ahli yang mengatakan bahwa pemalu adalah suatu sifat bawaan atau karakter yang terberi sejak lahir. Ahli lain mengatakan bahwa pemalu adalah perilaku yang merupakan hasil belajar atau respond terhadap suatu kondisi tertentu. Secara definitif, pemalu sebagai suatu keadaan dalam diri seseorang dimana orang tersebut sangat peduli dengan penilaianorang lain terhadap dirinya dan merasa cemas karena penilaian sosial tersebut, sehingga cenderung untuk menarik diri.

Menurut Kemendiknas (2010:60) mengemukakan bahwa pemalu adalah suatu sifat bawaan atau karakter yang terberi sejak lahir. Ahli lain mengatakan bahwa pemalu adalah perilaku yang merupakan hasil belajar atau respond terhadap suatu kondisi tertentu. Secara definitif, penulis menjabarkan pemalu sebagai suatu keadaan dalam diri seseorang dimana orang tersebut sangat peduli dengan penilaian orang lain terhadap dirinya dan merasa cemas karena penilaian sosial tersebut, sehingga cenderung untuk menarik diri.

(3)

Dari beberapa pendapat para ahli diatas, maka penulis menarik kesimpulan yaitu pemalu adalah suatu sifat bawaan atau karakter yang terberi sejak lahir yang terjadi karena rendah diri sebagai perasaan tidak nyaman yang biasanya berkaitan dengan membuka diri kepada orang lain.

B. Ciri-Ciri Anak Pemalu

Swallow dalam Zen (2010:107) seorang psikiater anak, membuat daftar hal-hal yang biasanya dilakukan/dirasakan oleh anak yang pemalu: a) menghindari kontak mata; b) tidak mau melakukan apa-apa; c) terkadang memperlihatkan perilaku mengamuk/temper tantrums (dilakukan untukmelepaskan kecemasannya); d) tidak banyak bicara, menjawab secukupnya saja seperti "ya", "tidak", "tidak tahu", "halo"; e) tidak mau mengikuti kegiatan-kegiatan di kelas; f) tidak mau meminta pertolongan atau bertanya pada orang yang tidak dikenal; g) mengalami demam panggung (pipi memerah, tangan berkeringat, keringat dingin, bibirterasa kering) di saat-saat tertentu; h) menggunakan alasan sakit agar tidak perlu berhubungan dengan orang lain (misalnya agattidak perlu pergi ke sekolah);i) mengalami psikosomatis; dan j) merasa tidak ada yang menyukainya.

Hal ini diamini oleh Sugiarto dalam Wibowo (2010:4), ciri-ciri anak pemalu (rendah diri) yang dapat kita amati adalah: sering menghindari kontak mata (menunduk / membuang pandangan ke arah lain), sering mengamuk untuk melepaskan kecemasan, tidak banyak bicara (sering menjawab secukupnya bila ditanya, seperti: “ya” atau “tidak”, bahkan hanya mengangguk atau menggelengkan kepala), tidak mau mengikuti kegiatan-kegiatan di kelas maupun

(4)

di luar kelas (pasif), tidak mau meminta pertolongan atau bertanya pada orang yang belum dikenal dengan baik, mengalami demam panggung di saat-saat tertentu, misalnya saat diminta maju ke depan kelas, sulit berbaur dengan lingkungan / situasi baru (butuh waktu yang cukup lama untuk menyesuaikan diri).

Menurut Rosmala dalam Nursin (2010:2-3) bahwa ciri anak pemalu adalah sebagai berikut: a) Kurang berani berbicara dengan guru dan teman lain. Anak yang pemalu, selalu gugup dalam berkata-kata sehingga cenderung jadi seorang pendiam dan kurang berbicara orang lain yang dikenalnya; b) Sifat pemalu anak juga dapat dilihat dari keberaniannya mengadakan kontak dengan orang lain. Anak pemalu selalu berusaha menghindari bertatapan mata dengan lawan bicaranya. Saat berkomunikasi dengan orang lain, anak tersebut memilih untuk menunduk atau mengalihkan pandangan ke arah lain; c) Situasi di sekolah terkadang mengharuskan anak untuk melakukan sesuatu yang diperintahkan gurunya, misalnya bernyanyi, bercerita atau mengucap syair. Anak yang pemalu cenderung bersikap pasif atau menolak perintah yang mengharuskan dia menjadi objek perhatian, sehingga dia selalu menolak ketika mendapat giliran untuk tampil di depan kelas; d) Karena merasa diri banyak kekurangan seorang yang pemalu sering memilih untuk melakukan aktivitas sendiri. Kecenderungan ini menyebabkan dia selalu menolak ajakan orang lain untuk bergabung bersama; e) Anak yang memiliki sifat pemalu, tidak suka bertutur panjang lebar dalam berkomunikasi dengan orang lain ia lebih suka berbicara seperlunya saja; dan f) Sifat pemalu dapat pula disebabkan

(5)

oleh rasa kurang percaya diri atau merasa dirinya sangat jauh dari kesempurnaan. Hal ini menyebabkan dia takut untuk berterus terang atau terbuka dengan masalah yang dihadapinya. Sehingga segala sesuatu yang menjadi beban pikirannya seringkali disimpannya dalam hati, atau dipecahkannya sendiri.

Adapun ciri-ciri orang yang menderita rasa malu menurut Maris dalam http://bimbingan-konseling.page.tl/Rasa-Malu.htm (di unduh tanggal 26 Oktober 2013), menjelaskan: a) mempunyai semangat tinggi dan sekaligus rendah; b) mempunyai niat yang kuat dan sekaligus lemah; c) daya juang antara ada dan tiada; d) ada dorongan untuk melakukan hal-hal yang baik dan perlu; dan e) tidak dapat bertingkah wajar, berbicara enak dan berprestasi normal. Lebih lanjut menurut Maris dalam http://bimbingan-konseling.page.tl/Rasa-Malu.htm (diunduh tanggal 26 Oktober 2013), ciri-ciri orang yang menderita rasa malu dalam pergaulan : a)menjadi obyek permainan dan tertawaan; b) dibiarkan sendiri atau malah dianggap sepi sama sekali; c) hak milik dan kepentingan sendiri mudah dirugikan; d) tidak mampu melawan tindak curang dan tipu daya; e) dalam bisnis jarang menang, f) bila jadi bawahan sulit berhubungan dengan atasan dan terlalu mudah dihinggapi rasa salah; dan g) bila jadi pimpinan sulit untuk menuntut bawahan dan menegakkan ketertiban di tempat kerja.

C. Faktor yang Mempengaruhi Anak Pemalu

Menurut Amril dalam http://blog.umy.ac.id/amril/2011/12/06/fakta-anak-pemalu-dan-penyebabnya/ (diunduh tanggal 26 Oktober 2013), adapun faktor-faktor yang menyebabkan anak merasa malu yaitu :

(6)

a) Unsur Keturunan

Hal ini merupakan faktor yang tidak langsung dan belum pasti. Sejak lahir anak tersebut terlihat agak sensitif dan kemungkinan hal itu terjadi karena pembawaan saat ibu yang ketika sedang mengandung mengalami tekanan jiwa maupun fisik. Namun ini juga belum dapat menjadi suatu bukti yang kuat apakah kelak anak yang sensitif itu akan menjadi seorang pemalu.

b) Masa Kanak-kanak Kurang Gembira

Ada sebagian anak yang mengalami hal-hal yang kurang menyenangkan pada masa kanak-kanaknya. Misalnya orangtua sering berpindah- pindah, orangtua bercerai, orangtua meninggal, dipaksa pindah sekolah atau dihina oleh teman dan sebagainya. Semua pengalaman itu mengakibatkan terganggunya hubungan sosial mereka dengan lingkungan, suka menghindar atau mundur, dan tidak berani bergaul dengan orang yang tidak dikenal.

c) Kurang Bermasyarakat

Sifat pemalu akan terjadi bila anak hidup dengan latar belakang di mana ia diabaikan oleh orangtuanya, atau dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang mengasingkan diri, terlalu dikekang sehingga mereka tidak dapat mengalami hubungan sosial yang normal dengan masyarakat.

d) Perasaan Rendah Diri

Mungkin perasaan malu itu timbul karena anak bertubuh pendek, bersikap kaku atau punya kebiasaan yang jelek, lalu berusaha untuk menutupinya dengan cara menyendiri atau menghindari pergaulan dengan orang lain.

(7)

Karena kurang rasa percaya diri dan beranggapan dirinya tidak sebanding dengan orang lain, ia tidak suka memperlihatkan diri di keramaian.

e) Pandangan Orang Lain

Banyak anak yang menjadi pemalu karena pandangan orang lain yang telah merasuk ke dalam dirinya sejak kecil. Mungkin orang dewasa sering mengatakan bahwa ia pemalu, bahkan guru dan teman-teman juga berpendapat sama, sehingga akhirnya ia benar-benar menjadi seorang pemalu.

Ditambahkan oleh Enung, (2006:7), faktor-faktor yang Mempengaruhi Malu yaitu :

a. Keadaan anak

Keadaan individu pada anak, misalnya cacat tubuh ataupun kekurangan pada diri anak akan sangat mempengaruhi perkembangan emosional, bahkan akan berdampak lebih jauh pada kepribadian anak. Misalnya: rendah diri, mudah tersinggung, atau menarik diri dari lingkunganya.

b. Faktor belajar

Pengalaman belajar anak akan menentukan reaksi potensial mana yang mereka gunakan untuk marah. Pengalaman belajar yang menunjang perkembangan perilaku malu antara lain:

 Belajar dengan coba-coba : Anak belajar dengan coba-coba untuk mengekspresikan keinginnya dalam bentuk perilaku yang memberi pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberi kepuasan.

 Belajar dengan mempersamakan diri : Anak meniru reaksi anak orang lain yang tergugah oleh rangsangan yang sama dengan rangsangan yang telah

(8)

membangkitkan rasa malunya orang yang ditiru. Disini anak hanya meniru orang yang dikagumi.

2.1.2 Hakikat Token Economic A. Pengertian Token Economic

Token economic adalah sebuah program dimana sekelompok individu bisa mendapatkan token untuk beberapa perilaku yang diharapkan muncul, dan token yang dihasilkan bisa ditukar dengan back up reinforcer. Token economic dibuat berdasarkan prinsip conditioning reinforcement. Conditioning reinforcement adalah stimulus yang tidak secara langsung menguatkan perilaku, namun stimulus tersebut bisa menjadi penguat jika dipasangkan dengan reinforcer lain. (http://elisa1.ugm.ac.id/files/neila_psi/zibFuhyy/Token Economic.doc di unduh tanggal 10 Agustus 2013)

Teknik token ekonomi adalah suatu cara untuk penguatan tingkah laku yang ditujukan seorang anak yang sesuai dengan target yang telah disepakati dengan menggunakan hadiah untuk penguatan yang simbolik. Dalam token ekonomi tingkah laku yang diharapkan muncul bisa diperkuat dengan sesuatu yang diinginkan oleh anak, sehingga hasil perilaku yang diharapkan oleh kita bisa ditukar dengan sesuatu yang diinginkan oleh anak. Token ekonomi merupakan salah satu contoh dari perkuatan ekstrinsik yang menjadikan seseorang melakukan sesuatu untuk diraihnya yakni bisa meningkatkan perhatiannya baik dari tingkat tenasitas maupun dari tingkat vigilitas, tujuannya adalah mengubah motivasi yang ekstrinsik menjadi motivasi yang instrinsik, dengan cara ini diharapkan bahwa

(9)

perolehan tingkah laku yang diinginkan dapat menjadi ganjaran untuk memelihara tingkah laku yang baru. (Tarbox dan Wilson dalam Mulyani, 2013:39)

Token economy merupakan salah satu bentuk penguatan (reinforcement) positif. Token economy adalah suatu sistem dalam modifikasi perilaku melalui penguatan positif yang berasal dari dasar operant conditioning. Respons dalam operant conditioning, terjadi tanpa didahului stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri sesungguhnya adalah stimulus yang dapat meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu (Syah dalam A’isah dkk, (2008:4).

B. Langkah-Langkah Dilaksanakan Untuk Implementasi Token Economic Dalam http://elisa1.ugm.ac.id/files/neila_psi/zibFuhyy/Token Economic. doc (di unduh tanggal 10 Agustus 2013), adapun Langkah-langkah yang dapat dilaksanakan untuk Implementasi Token Economic yaitu

1. Menentukan Perilaku Target

Semakin homogen individu kelompok yang akan dikenai token economic, maka akan semakin mudah menstandardisasikan aturan-aturan yang berlaku dalam token economic.

2. Mencari Garis Basal

Yakni memperoleh data sebelum melakukan penanganan, biasanya melalui pengamatan selama dua minggu terhadap perilaku target. Sesudah program dimulai, kita bisa membandingkan data dengan data yang diperoleh saat menentukan garis basal, sehingga dapat menentukan efektivitas program.

(10)

3. Memilih Back up Reinforcer

Perlu diperhatikan bagaimana karakteristik peserta program dan apa saja ikira-kira barang yang dibutuhkannya. Barang yang menjadi pengukuh pendukung haruslah barang yang dapat digunakan atau consumable. Perlu diperhatikan pula tempat penyimpanan, dan dana yang dibutuhkan untuk melaksanakan program. 4. Memilih Tipe Token Yang Akan Digunakan

Secara umum, tipe token haruslah menarik, ringan, mudah dipindahkan, tahan lama, mudah dipegang, dan tidak mudah dipalsukan. Beberapa contoh yaitu stiker, keping logam, koin, check-mark, poin, poker chip, stempel yang dicap di buku, tanda bintang, kartu, dll.

5. Mengidentifikasi Sumber-sumber Yang Bisa Membantu

Beberapa sumber yang bisa membantu adalah staf, relawan, mahasiswa, residen, orang yang akan dikenai token itu sendiri.

6. Memilih Lokasi Yang Tepat.

Token dapat diberikan dimana saja, asal diberikan setelah perilaku target muncul.

7. Menyiapkan Manual / pedoman Token Economic Pada Klien Dan Staf.

Dalam token ekonomi terdapat beberapa komponen didalamnya (Miltenberger dalam Mulyani, 2013:39). Pertama, mendefinisikan sasaran perilaku yang bertujuan untuk menjamin bahwa klien tahu perilaku apa yang diharapkan dari mereka, mereka tahu apa yang harus dilakukan supaya menerima token. Banyaknya token diberikan atau yang diambil untuk masing-masing perilaku tertentu juga ditetapkan dan dijelaskan sebelumnya. Kedua,

(11)

mengidentifikasi item untuk digunakan sebagai token, dalam hal ini token diutamakan yang disukai, menarik, mudah untuk dibawa atau dibagikan, dan juga sulit untuk dipalsukan. Biasanya mengunakan materi termasuk chip poker, stiker, objek jumlah, kelereng atau uang mainan. Ketika individu menampilkan perilaku yang diinginkan, dia dengan segera diberi sejumlah token. Token tidak memiliki nilai berarti, namun token kemudian dikumpulkan dan dipertukarkan untuk suatu objek yang penuh arti. Ketiga, mengidentifikasi motif penguatan (back-up reinforcement). Suatu token ekonomi yang dirancang akan baik dengan penggunaan motifmotif penguat yang dipilih oleh individu sendiri dibanding oleh yang dipilihkan. Keempat, perlu menetapkan waktu dan tempat untuk menukar token. Terakhir, implementasi konsistensi token ekonomi oleh staf. Dalam suatu proses token ekonomi untuk berhasil, semua fasilitator yang dilibatkan harus memberi penghargaan perilaku-perilaku yang sama, menggunakan jumlah yang sesuai dari token, menghindari motif penguat dibagikan dengan bebas dan mencegah token dari pemalsuan, mencuri atau diperoleh secara tidak adil. Tanggung jawab staf dan ketentuan-ketentuan token ekonomi harus dijelaskan disuatu manual dan tertulis.

Lebih lanjut http://elisa1.ugm.ac.id/files/neila_psi/zibFuhyy/Token Economic. doc (di unduh tanggal 10 Agustus 2013) mengemukakan bahwa dalam teknik Token Economic dapat diterapkan serta memiliki kelemahan sebagai berikut :

Penerapan Token Economic

(12)

2. Menangani anak –anak dengan masalah antisocial 3. Treatment untuk pecandu alkohol

4. Menurunkan tingkat absent dan meningkatkan performa kerja 5. Mengurangi perilaku agresif tahanan.

6. Mengelola perilaku anak dalam keluarga. Kelemahan Token Economic

1. Kurangnya pembentukan motivasi intrinsik, karena token merupakan dorongan dari luar diri.

2. Dibutuhkan dana lebih banyak untuk penyediaan pengukuh pendukung /back up reinforcer

3. Adanya beberapa hambatan dari orang yang memberikan dan menerima token. 2.1.3 Peran Token Economic dalam meminimalkan perilaku malu pada

anak

Dalam kehidupan awal seorang anak, orangtua mempunyai arti penting bagi kehidupannya. Hubungan antara anak dan figur orangtua sangat menentukan perkembangan selanjutnya. Kelekatan figur orangtua dan anak merupakan sesuatu yang alami sifatnya karena kelekatan merupakan suatu ikatan emosional yang kuat yang dikembangkan anak melalui interaksinya dengan orang yang mempunyai arti khusus dalam kehidupannya.

Salah satu permasalahan muncul dihadapi orangtua dan anak saat anak pertama kali anak harus berpisah dalam waktu yang cukup lama dengan orangtua yang menjadi figur kelekatan, yang biasanya dialami saat anak menjalani pendidikan di taman kanak-kanak, yang ditandai adanya rasa cemas anak untuk

(13)

berpisah dari orangtua atau pengasuhnya. Hal ini wajar karena kedekatan anak dan orang tua terjalin sejak kecil saat anak terpenuhi kebutuhan dasarnya. Namun, perilaku anak menjadi tidak wajar ketika dalam memelihara kedekatannya dengan orang tua pada anak muncul rasa tidak aman yang disebabkan oleh perilaku ibu yang terlalu melindungi atau overprotektif atau suka mengatur segala hal, sehingga ibu tidak dapat mempercayakan pengasuhan kepada orang lain.

Banyak terjadinya stress pada anak usia dini ketika memasuki sekolah baru dan senantiasa meminta ibunya untuk menunggu ketika sekolah sampai selesai, bahkan terjadi aksi guling-mengguling dan menangis ketika harus berpisah dengan ibunya. Fenomena yang terjadi pada sebagaian besar anak yang akan memasuki bangkus taman kanak-kanak, sehingganya beberapa orangtua khususnya ibu banyak menghabiskan waktunya untuk menunggu putranya sekolah. Hasil wawancara dari salah satu guru di sekolah menunjukkan bahwa fenomena menunggu anak ketika sekolah terjadi kemungkinan karena kurang adanya aktivitas yang dimiliki seorang ibu kecuali mengurus anak dan keluarganya sehingga ibu senantiasa mengikuti sekolah ketika anak sekolah.

Gangguan kecemasan berpisah merupakan bentuk kecemasan yang dialami anak-anak ketika mereka akan meninggalkan rumah dan keluarga mereka, untuk bergabung dengan teman-temannya di sekolah yang ia anggap sebagai orang asing. Kecemasan ini dapat mempengaruhi fungsi-fungsi kehidupan anak sehingga, anak tidak bisa mandiri. Hal inilah yang membuat anak sulit untuk bersosialisasi dangan anak lain ataupun guru.

(14)

Banyak pendekatan yang dapat digunakan untuk menangani anak yang mengalami perilaku malu tersebut antara lain menggunakan pendekatan kognitif, menggunakan analisis keluarga, menggunakan terapi perilaku, dan masih banyak lagi. Namun pendekatan tersebut kurang mendapatkan respon yang baik dari anak itu sendiri.

Token ekonomi telah banyak diteliti dan terbukti efektif diberbagai latar belakang, baik sekolah, mulai dari taman kanak-kanak sampai sekolah menenengah, klinik psikiatri serta lembaga rehibilitasi anak-anak dengan permasalahan perilaku, Token ekonomi merupakan intervensi yang paling banyak diteliti dan terbukti valid dalam setting sekolah (McLaughlin & Williams, dalam Hasanah, 2013:6). Token ekonomi yang telah terbukti efektif untuk meningkatkan ketrampilan akademik di sekolah umum diasumsikan mampu untuk mengurangi perilaku lekat di sekolah pada anak yang mengalami gangguan kecemasan berpisah ataupun malu bersosialisasi.

Adapun fungsi dari token ekonomi sendiri yakni token tersebut dapat diberikan langsung setelah perilaku yang diharapkan muncul dan kemudian ditukarkan untuk sebuah motif penguat (hadiah). Hal tersebut dapat digunakan untuk “menjembatani” penundaan yang sangat lama antara respon perilaku target dan hadiah, ketika terjadi kesulitan atau tidak mungkin untuk memberikan penguat cadangan (hadiah) secara langsung setelah perilaku target muncul. Dengan token juga, dapat mempermudah dalam mengelola konsistensi dan keefektifan penguat (hadiah) keika menangani sekelompok individu.

(15)

Tujuan akhir dari pemberian perlakuan ini adalah ketika perilaku yang diharapkan muncul. Perilaku diharapkan muncul akibat kebiasaan yang dilakukan dalam hal ini keberanian menggkapkan pendapat. Harapannya anak mampu mengungkapkan pendapat bukan atas dasar hadiah yang diperolehnya, melainkan perilaku tersebut telah terbentuk dengan sendirinya akibat dari kebiasaan yang dilakukan dalam proses pemberian perlakuan.

2.2 Hipotesis

Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu “Jika guru menggunakan teknik token economic maka perilaku malu berbicara pada anak kelompok A TK negeri pembina Ki Hadjar Dewantoro Kecamatan Dungingi dapat di minimalisir”

Referensi

Dokumen terkait

Metode ini tidak mengalami fragmentasi eksternal dan kita dapat menggunakan blok kosong yang terdapat dalam daftar ruang kosong untuk

Kehadiran kepemilikan saham oleh manajerial dapat digunakan untuk mengurangi agency cost karena dengan begitu manajer diharapkan merasakan langsung manfaat dari setiap

Bahwa hak konstitusional Pemohon yang dijamin oleh konstitusi yakni hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam

Keadaan tersebut di atas , khususnya pada sapi kontrol dan sapi yang mendapat injeksi bST harian telah terjadi mobilisasi cadangan lemak tubuh untuk mensuplai sintesis susu,

Biosekuriti yang dilakukan pada peternakan unggas sektor 4 terdiri dari 3 (tiga) kelompok besar yaitu: isolasi, pengawasan lalu lintas dan sanitasi (SC Ag- Watch 2006; FAO

Mengenai hal tersebut, Lembaga Amil Zakat PKPU menyalurkan dana zakat melalui salah satu program yaitu Program Sinergitas Pemberdayaan Ekonomi Komunitas, program ini

Banyaknya kriteria (multiple criteria) yang digunakan dalam proses penilaian kinerja karyawan menyulitkan pihak manajemen untuk memberi bobot setiap kriteria oleh karena

Pada tahap analisa sistem, akan dilakukan analisa dari suatu sistem yang sedang berjalan pada SMP Muhammadiyah 03 Medan untuk mengetahui permasalahan yang ada, kemudian akan