• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPON PETANI ATAS PROGRES PENGGEMUKAN TERNAK SAPI DI DESA TOBU, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RESPON PETANI ATAS PROGRES PENGGEMUKAN TERNAK SAPI DI DESA TOBU, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

DI DESA TOBU, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN Didiek AB dan Sophia Ratnawaty

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTT ABSTRAK

Sistem pengemukan sapi dengan pendekatan kandang kelompok dilaksanakan di Desa Tobu melalui program Prima Tani yang dimulai tahun 2007. Untuk mengetahui dampak adanya introduksi teknologi diperlukan studi menyangkut respon petani terhadap introduksi teknologi tersebut. Studi ini bertujuan untuk mengetahui respon petani terhadap kegiatan penggemukan sapi dengan pendekatan kandang kelompok yang merupakan bagian dari program Prima Tani. Metode yang digunakan adalah monitoring dan evaluasi bulanan selama tahun 2007 pada kelompoktani penggemukan sapi. Pengambilan data melibatkan 37 petani pemilik sapi yang dikandangkan pada 4 kelompok tani. Data dan informasi yang dikumpulkan berasal dari hasil monitoring setiap bulan dimana dilakukan penimbangan dan monitoring kesehatan ternak serta diskusi antar kelompok tani. Data yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif. Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa : a) Progres penggemukan sapi secara kandang kelompok sudah dilaksanakan petani namun belum optimal, b) Respon petani terhadap teknologi penggemukan dengan pendekatan kandang kelompok sangat positip yang ditunjukkan dengan “minat” yang tinggi dan “tindakan” yang sedang.

Kata Kunci: Respon petani, progres penggemukan, ternak sapi, desa Tobu

PENDAHULUAN

Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan wilayah kepulauan dengan 3 pulau besar yang didominasi lahan kering dan beriklim kering. Usahapencaharian penduduk adalah dari sektor pertanian engan komoditas utama adalah jagung sebagai bahan makanan utama bukan sebagai pendapatan rumah tangga. Sedangkan untuk mendapatkan uang banyak, masyarakat memelihara ternak (ayam, babi dan sapi) untuk dijual pada saat memerlukan uang. Menjual ayam, babi biasanya untuk keperluan sehari-hari sedangkan sapi biasanya untuk keperluan yang lebih besar seperti pesta pernikahan, kebutuhan anak sekolah.

Ternak, khususnya ternak besar merupakan bagian integral dari sistem pertanian di Desa Tobu. Petani/peternak di Desa Tobu masih memelihara ternak sapi secara tradisional yaitu dengan sistem ikat pindah (untuk sapi induk dan anak) dan sistem palang (untuk sapi jantan/penggemukan). Sistem pemeliharaan yang masih sederhana ini akan memberikan hasil atau output yang rendah, karena waktu pemeliharaan (penggemukan) yang panjang dapat mencapai 3-4 tahun.

Mulai tahun 2007, Desa Tobu, Kecamatan Mollo Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) merupakan Desa Prima Tani. Selain komoditas jeruk dan jagung yang dikembangkan, sapi sebagai ternak unggulan merupakan komoditas yang mempunyai prospek yang baik sebagai penghasil pendapatan petani yang cukup besar.

Masalah yang sering ditemui dalam pengembangan usaha peternakan ruminansia besar di NTT khususnya di Desa Tobu adalah antara lain kurangnya usaha pengembangan tanaman pakan ternak berkualitas serta diversifikasi pakan. Di Desa Tobu pola pemberian pakan yang masih perlu ditingkatkan karena umumnya petani hanya memberikan satu jenis pakan pada ternaknya sementara kombinasi pemberian pakan pada ternak sapi sangat diperlukan dalam upaya mempercepat pertumbuhan dan perkembangan ternak sapi (Anonymous, 2006).

Penggemukan sapi dalam kandang kelompok merupakan hal yang baru bagi petani Desa Tobu. Walaupun baru, teknologi penggemukan sapi sistem kandang kelompok ini diyakini akan diadopsi oleh petani karena teknologi ini telah sukses diterapkan di Amarasi-Kupang maupun di Kabupaten TTU.

Makalah ini membahas respon petani terhadap introduksi teknologi penggemukan ternak sapi dengan menggunakan pendekatan kandang kelompok, serta permasalahan dan kendala yang dihadapi petani selama kegitan berjalan.

(2)

TUJUAN

Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui respon petani terhadap kegiatan penggemukan sapi dengan pendekatan kandang kelompok yang merupakan bagian dari program Prima Tani.

METODE

Kegiatan ini merupakan salah satu komponen kegiatan PRIMA TANI yang dilaksanakan di Desa Tobu, Kecamatan Mollo Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan tahun 2007.

Teknologi penggemukan sapi meliputi komponen-komponen teknologi :

- Kandang kelompok

- Pemilihan bakalan

- Pemberian pakan secara proporsional

- Penyediaan pakan hijauan

Pengambilan data melibatkan 37 petani pemilik sapi yang dikandangkan pada 4 kelompok tani yang melaksanakan teknologi penggemukan.

Data dan informasi yang dikumpulkan berasal dari hasil monitoring setiap bulan dimana dilakukan penimbangan dan monitoring kesehatan ternak serta diskusi antar kelompoktani. Data yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif.

Diharapkan melalui telaahan yang sederhana ini, dapat memberikan gambaran dan masukan bahwa introduksi teknologi penggemukan ternak sapi melalui pendekatan kandang kolektif mempunyai respon positif, serta dapat dijadikan sebagai peluang bagi peningkatan produktivitas ternak sapi di Desa Tobu khususnya, di masa yang akan datang.

HASIL DAN PEMBAHASAN Keberadaan Kelompok Tani Di Desa Tobu

Kehidupan berkelompok merupakan pengejawantahan dari sikap gotong royong yang melekat dan selalu ada dalam jiwa petani dari manapun mereka berasal.

Kemajuan pembangunan pertanian sangat dipengaruhi oleh adanya aktivitas petani yang tergabung dalam kelompoktani (poktan) yang terbentuk karena keinginan petani untuk berkelompok dalam upayanya untuk mengelola usataninya lebih baik.

Di Desa Tobu pada awalnya belum ada kelompoktani, hanya terdapat 20 RT (rumah tangga), walaupun ada kelompoktani tapi hanya nama saja karena terbentuknya bukan dari kepentingan petani tetapi berdasarkan proyek yang masuk desa. Dari 20 RT ini, melalui program Prima Tani tahun 2007 terbentuk 4 kelompoktani dewasa dan 2 kelompok wanita tani dan masih dalam proses pengukuhan.

Dalam rangka meyakinkan petani pada teknologi yang akan diintroduksikan maka beberapa upaya telah dilakuka seperti diskusi-diskusi dengan masyarakat dan pamong desa, tokoh masyarakat, kemudian pemutaran film-film pertanian, studi banding ke Kefa untuk melihat keberhasilan teknologi penggemukan sapi.

Selain itu, pendampingan teknologi dari tim Prima Tani baik dari BPTP maupun Pemda (penyuluh pertanian) sangat mendukung dalam berdayanya kelompoktani di Desa Tobu dalam mengikuti program Prima Tani. Adapun keberadaan kelompoktani yang tumbuh dan berkembang tersaji dalam Tabel 1. Tabel 1. Keberadaan kelompoktani (poktan) di Desa Tobu, tahun 2007

No Nama Poktan Terbentuk Ketua poktan Jumlah anggota Status poktan Kegiatan Ketera ngan 1 Monit Mei 2007 Hendrik

Oematan 10 Pemula Penggemukan sapi,jeruk, Jagung Tani dewasa 2 Tani

Bakti Mei 2007 Isaskar Leob 9 Pemula Penggemukan sapi, jeruk, jagung Tani dewasa 3 Debora Mei 2007 Essaul Tafui 11 Pemula Penggemukan sapi,

jeruk, jagung Tani dewasa 4 Bukit Harapan Agustus 2007

Simon Lake 7 Pemula Penggemukan sapi, jeruk, jagung

Tani dewasa

(3)

Muda Nomeni (jeruk,jagung,ubi) tani 6 Zaitun Juli 2007 Maria

Sunbanu

15 Pemula Pengolahan hasil (jeruk,jagung,ubi)

Wanita tani Sumber: Data Primer, 2006

Pada bulan Desember 2007, terbentuk Gabungan Kelompoktani (Gapoktan) dengan nama Tobu Mandiri yang diketuai oleh Essaul Tafui. Gapoktan ini akan mewadahi dan mengorganisir kegiatan kelompoktani-kelompoktani di Desa Tobu. Poktan yang ada dan Gapoktan masih dalam proses pengukuhan.

Progres Penggemukan Ternak Sapi Secara Berkelompok

Usaha penggemukan sapi dengan sistem kandang kelompok belum lama dilaksanakan oleh petani di Desa Tobu, berawal dari program PRIMA TANI, kandang kelompok yang dibangun dan digunakan pada bulan Mei 2007 dilaksanakan dengan inisiatif dan swadaya kelompok sendiri, yang dengan teknologi yang didampingi oleh BPTP NTT.

Tahapan dalam proses penggemukan ternak sapi secara berkelompok di Desa Tobu meliputi : teknologi kandang kelompok, pemilihan bakalan, pemberian pakan secara proporsional, penyediaan pakan hijauan. Teknologi kandang kelompok, meliputi teknis pembuatan kandang yang sehat untuk 10 ekor sapi Bali, lantai dari ubin, tempat pakan, tempat pembuangan kotoran sapi (feses), kandang jepit sesuai dengan rekomendasi sehingga sapi dalam kandang menjadi nyaman. Pemilihan bakalan sapi, meliputi standar minimal berat badan sapi mulai masuk dalam kandang penggemukan, yaitu sapi jantan dengan berat badan minimal 150 kg/ekor dan sehat. Pemberian pakan hijauan secara proporsional, meliputi berapa banyak hijauan yang harus diberikan sesuai dengan berat sapi, jenis dan proporsi pakan hijauan rumput dan legum (60 : 40). Penyediaan pakan hijauan, meliputi anjuran penanaman rumput dan legume di lahan petani untuk kebutuhan penggemukan sapi.

Hasil kajian penggemukan ternak sapi di Desa Usapinonot, Kecamatan Insana, Kabupaten Timor Tengah Utara dilaporkan jumlah sapi yang telah digemukan dengan menggunakan kandang kolektif sejak dibuat pertengahan ahun 2003 sampai tahun 2005 adalah sebanyak 78 ekor dan rata-rata pertambahan bobot badan sebesar 0,39 kg/ekor/hari (Pohan, et al, 2006).

(4)

Tabel 2. Progres kelompok tani terhadap introduksi teknologi penggemukan ternak sapi pada 4 poktan di Desa Tobu.

No Komponen teknologi Progres

1 Pembuatan kandang kelompok

- Terbangun 4 kandang kelompok dan kelengkapannya (kandang jepit, tempat pakan, tempat pembuangan feses) masing-masing bisa memuat 10 ekor sapi

- Kandang sesuai dengan rekomendasi teknologi BPTP NTT 2. Pemilihan bakalan - Ternak yang masuk dalam kandang rata-rata masih

dibawah standar untuk penggemukan

- Masimg-masing poktan memasukkan 10 ekor bakalan ke kandang

3 Pemberian pakan (Rumput + Legum)

- Rata-rata petani memberikan pakan belum sesuai rekomendasi teknologi

- Pemberian hijauan terbanyak adalah rumput king grass - Selain king grass, petani menambah hijaun alam yang

biasa dimakan sapi (rumput alam, daun ubi jalar, batang pisang, daun bunga sepatu, dll)

4 Penyediaan pakan

hijauan ternak - Semua anggota kelompok telah menanam taramba pada kebun masing-masing - Semua poktan telah menanam beberapa jenis legume

lahan poktan untuk dikembangkan di semua anggota

Pertambahan bobot badan sapi selama pemeliharaan memberikan rata-rata pertambahan bobot badan (PBB) sapi sebesar 0,3 kg/ekor/hari. Hasil PBB ini masih rendah (minimal 0,5 kg/ekor/hari) karena pada tahun 2007 ini para petani masih dalam tahap awal melakukan teknologi penggemukan. Beberapa masalah petani adalah : pengambilan pakan hijauan jauh dari kandang, legume masih belum tersedia banyak di lapangan, banyaknya bulan hujan (8 bulan) dan suhu rendah cukup merepotkan petani dalam melakukan aktivitas. Upaya pemecahan masalah telah dilakukan dengan menganjurkan mendekatkan hijauan pakan dengan kandang dan menanam legume di lahan pekarangan dan kebun masing-masing petani yang dekat kandang.

Respon Petani

Respon petani terhadap teknologi penggemukan sapi secara kandang kelompok diukur dari ninat petani dan tindakan yang dilakukan. Pengamatan dilakukan setiap bulan melalui kegiatan penimbangan sapi dan diskusi dengan petani pada masing-masing kelompoktani dan hasil yang diperoleh berupa data kualitatif dan kuantitatif.

Respon petani dikategorikan sebagai respon yang tinggi, sedang dan kurang pada setiap komponen penggemukan sapi. Hasil yang diperoleh tersaji dalam Tabel 3.

Tabel 3. Respon petani terhadap penggemukan sapi secara kandang kelompok

No Komponen teknologi Respon

Minat Tindakan 1 Pembuatan kandang kelompok Tinggi Tinggi

2. Pemilihan bakalan Tinggi Sedang

3 Pemberian Pakan (Rumput + Legum) Tinggi Sedang 4 Penyediaan pakan hijauan ternak Tinggi Sedang

Respon petani cukup berbeda dalam minat dan tindakannya terhadap introduksi penggemukan sapi secara kandang kelompo. Untuk minat semua petani menyatakan “tinggi”, ini berarti bahwa harapan penggemukan sapi dan keberlanjutan berpotensi untuk dikembangkan. Sedangkan dalam tindakan menerapkan teknologi rata-rata menyatakan sedang, ini berarti bahwa petani belum siap dalam penggemukan sapi karena merupakan hal baru bagi petani dan masih rendah ketrampilannya, namun mempunyai peluang untuk ditingkatkan dari “sedang” ke “tinggi” karena didukung oleh “minat” petani yang tinggi terhadap penggemukan sapi secara kandang kelompok.

(5)

ternyata anggota kelompok merasakan manfaat positif dari kelembagaan kandang kolektif karena mempunyai kinerja antara lain: dapat berkembang karena bermanfaat dan memudahklan pengontrolan dan pengobatan ternak, meningkatkan produksi ternak dengan cara pemisahan induk dengan anak dan perawatan dapat lebih baik, masyarakat berminat memanfaatkan kandang kolektif karena tidak merugikan, untuk bersama, efisien dan keamanan terjamin (Ratnada et al, 2004).

SIMPULAN

• Progres penggemukan sapi secara kandang kelompok sudah dilaksanakan petani namun belum optimal.

• Respon petani terhadap teknologi penggemukan dengan pendekatan kandang kelompok sangat positip yang ditunjukkan dengan “minat” yang tinggi dan “tindakan” yang sedang.

SARAN

• Perlu pendampingan yang lebih intensif dari petugas kepada kelompok untuk memotivasi kemampuan petani dalam berusahatani.

• Perlu peningkatan ketampilan teknis melalui pelatihan-pelatihan bagi petani penggemukan sapi di Desa Tobu.

• Perlu modal tambahan bagi kelompoktani untuk usaha pembibitan sapi untuk keberlanjutan penggemukan sapi.

PUSTAKA Anonymous. 2006. Laporan PRA PRIMA TANI Desa Tobu, 2006.

Budianto DA.1991. Tanggapan Petani Terhadap Media Penyuluhan Pertanian di Jawa Tengah. Tesis S2. UGM. Yogyakarta

Pohan, A, S. Ratnawaty dan H.H. Marawali. 2006. Perkembangan Penggemukan Sapi Bali Melalui Pendekatan Kandang Kolektif Di Kecamatan Insana, Kabupaten TTU. Prosiding Seminar Nasional, Komunikasi Hasil-Hasil Penelitian Bidang Tanaman Pangan, Perkebunan dan Peternakan Dalam Sistem Usahatani lahan Kering. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) Bogor, 2006.

Ratnada. M., S. Ratnawaty, dan J. Nulik. 2004. Kelembagaan Komunal Penggembalaan Ternak: Studi Kasus Di Timor Tengah Utara Nusa Tenggara Timur. Prosiding Seminar Sistem Dan Kelembagaan Usahatani Tanaman-Ternak. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

Maunder AH. 1972. Agricultural Extension. A Refference Mannual. FAO UN. Roma

Mudjijo PS. 1983. Pengukuran Parameter Bidang Penyuluhan dan Penilaian Program Penyuluhan. Makalah disampaikan dalam Pertemuan Pengkajian Manajemen Informasi Nasional 1983 di Yogyakarta. Yogyakarta.

Gambar

Tabel 2. Progres kelompok tani terhadap introduksi teknologi penggemukan ternak sapi               pada 4 poktan di Desa Tobu.

Referensi

Dokumen terkait

--- = tidak termasuk di dalam penelitian.. kerja yang tinggi. Selain itu, penduduk miskin di Indonesia sebagian besar bekerja pada sektor pertanian. Bidang pendidikan dan

Hasil lainnya yang diperoleh dari simulasi ini adalah kenaikan nilai temperatur udara primer sebesar 463°K dengan kondisi flowrate udara dan batubara pada nilai yang

Sehubungan dengan hal tersebut, kemampuan nelayan untuk memaksimumkan hasil tangkapan ikan ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain : (1) modal kerja atau investasi

Berdasarkan uraian di atas maka telah dilaksanakan kajian pembibitan dan penyediaan sapi bakalan dalam upaya mendukung swasembada daging sapi di Pulau Timor khususnya di Desa

Studi ini bertujuan untuk mengetahui respon petani terhadap program Prima Tani pada awal program (tahun pertama). Metode yang digunakan adalah observasi pada penerapan program

Jenis pakan yang dominan diberikan untuk ternak sapi adalah rumput Raja, karena iklim di Desa Tobu mendukung untuk penanaman jenis rumput tersebut disebabkan musim hujan yang

Ternak sapi di Desa Tobu merupakan komponen penting dalam sistem usahatani karena kehidupan petani tidak dapat dipisahkan dengan ternak, meskipun

(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut merupakan