Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan
Pemberantasan Korupsi mewajibkan seluruh instansi pemerintah untuk
mengimplementasikan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) sebagai salah satu syarat pencapaian tata pemerintahan yang baik. SAKIP menekankan penerapan sistem manajemen yang berorientasi pada hasil, sehingga pelaksanaannya akan membantu mewujudkan instansi pemerintah yang beroperasi secara efisien, efektif, transparan dan responsif terhadap aspirasi masyarakat dan lingkungan.
Penerapan SAKIP dilakukan dengan membuat Rencana Strategis (Renstra), Rencana Kerja Tahunan (RKT), Penetapan Kinerja (PK), serta laporan pertanggungjawaban kinerja LAKIP. Penyampaian perkembangan dan hasil usaha secara tertulis dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(LAKIP) adalah bentuk pelaksanaan akuntabilitas yang berupa penyampaian
informasi fakta kinerja yang dihasilkan organisasi dengan harapan
terkomunikasikannya pencapaian tujuan organisasi kepada seluruh stakeholder dan
terlaksananya mekanisme kontrol oleh publik.
Dalam rangka mempertanggungjawabkan dan melaporkan kinerja selama tahun 2014, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) menyusun LAKIP yang mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (RB) Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan tersebut akan disampaikan kepada Presiden melalui Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi sebagaimana telah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya.
Laporan ini merupakan bentuk perwujudan tanggungjawab terhadap pemberi mandat terhadap keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan selama tahun 2014. Selain itu, laporan ini juga merupakan umpan balik untuk memicu perbaikan kinerja KLH (Kementerian
penyempurnaan dokumen perencanaan, pelaksanaan program dan kegiatan pada periode yang akan datang, dan penyempurnaan berbagai kebijakan yang diperlukan.
1.2. Kedudukan, Tugas dan Fungsi
Pasal 46 Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010, tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara, menyatakan bahwa Kementerian
Lingkungan Hidup berada di bawah koordinasi Kementerian Koordinasi Bidang Kesejahteraan Rakyat. Kementerian Lingkungan Hidup dipimpin oleh Menteri
Negara Lingkungan Hidup, berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden (Pasal 573 Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010).
Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pemerintah telah memperbaiki struktur organisasi Kementerian Lingkungan Hidup sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup .
Struktur baru tersebut diharapkan dapat lebih efektif mendukung pencapaian
sasaran Prioritas Nasional Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana dalam
RPJMN 2010-2014, yaitu "konservasi dan pemanfaatan lingkungan hidup
mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan yang berkelanjutan, disertai penguasaan dan pengelolaan resiko bencana untuk mengantisipasi perubahan iklim".
Dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun 2012, ditekankan kembali bahwa KLH adalah salah satu unsur pelaksana Pemerintah dalam rangka penajaman, koordinasi, dan sinkronisasi program pemerintah. KLH dipimpin oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada presiden.
Dalam melaksanakan mandatnya, Kementerian Lingkungan Hidup mengacu pada peraturan perundangan Undang-undang No 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang memuat paradigma perlindungan dan pengelolaan LH, antara lain:
a. Tanggungjawab kelestarian dan pengelolaan lingkungan merupakan
tanggungjawab kolektif, yang dilaksanakan melalui kesadaran dan penguatan kordinasi seluruh pihak, terutama dalam hal menyamakan persepsi tentang definisi pencemaran lingkungan;
b. Pengaturan yang jelas antara kewenangan pusat dan daerah dalam hal
pengawasan LH;
c. Adanya pendayagunaan pendekatan ekosistem (eco region), yang dapat
menjadi jembatan antara perencanaan pembangunan, penataan ruang, dan pertimbangan lingkungan hidup;
d. Adanya penegakan hukum perdata, administrasi, dan pidana secara lebih
jelas. Ditunjang pula dengan penguatan kelembagaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang lebih efektif dan responsive.
Selain UU No 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kementerian LH juga mengacu pada beberapa peraturan perundangan sebagai berikut :
a. Peraturan Perundangan terkait substantif Lingkungan Hidup
b. Ratifikasi Undang-Undang Internasional
c. Peraturan Pemerintah dan Peraturan lain terkait upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.
Dalam melaksanakan mandat tersebut Kementerian Lingkungan Hidup, sesuai dengan Peraturan Presiden No. 24 tahun 2010, tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara, Kementerian LH menyelenggarakan fungsi : (a) perumusan dan penetapan kebijakan di bidang lingkungan hidup; (b) koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang lingkungan hidup; (c) pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggungjawab Kementerian LH; (d)
penyelenggaraan fungsi teknis pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan undang-undang di bidang lingkungan hidup.
Implementasi penyelenggaraan fungsi KLH berdasarkan PermenLH Nomor 16 Tahun 2010 dilaksanakan dalam struktur sebagai berikut :
Tabel 1.1. Penyelenggaraan Fungsi Eselon 1 KLH dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi
ESELON I SELAKU
FUNGSI DALAM PELAKSANAAN TUGAS SATUAN KERJA
Sekretaris Kementerian (a) Koordinasi kegiatan KLH; (b) koordinasi dan penyusunan
rencana dan program KLH; (c) pembinaan dan pemberian
dukungan administrasi yang meliputi ketatausahaan, kepegawaian,
keuangan, kerumahtanggaan, arsip dan dokumentasi KLH (pasal
7, Bab III PermenLH Nomor 16 Tahun 2010)
Deputi Bidang Tata (a) Penyiapan perumusan kebijakan di bidang tata lingkungan; (b)
Lingkungan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang tata lingkungan; (c)
pelaksanaan fungsi teknis perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup di bidang tata lingkungan; (d) pemantauan,
analisis, evaluasi dan pelaporan tentang masalah atau kegiatan di
bidang tata lingkungan; dan (e) pelaksanaan tugas lain yang
diberikan oleh MENLH (pasal 65, Bab IV PermenLH Nomor 16
Tahun 2010).
Deputi Bidang Pengendalian (a)penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengendalian
Pencemaran Lingkungan pencemaran lingkungan; (b) koordinasi pelaksanaan kebijakan di
Hidup bidang pengendalian pencemaran lingkungan; (c) pelaksanaan
fungsi teknis perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di
bidang pengendalian pencemaran lingkungan; (d) pemantauan,
analisis, evaluasi dan pelaporan tentang masalah atau kegiatan di
bidang pengendalian pencemaran lingkungan; dan (e) pelaksanaan
tugas lain yang diberikan oleh MENLH (pasal 117, Bab V
PermenLH Nomor 16 Tahun 2010).
Deputi Bidang Pengendalian (a)penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengendalian
Kerusakan LH dan kerusakan lingkungan dan perubahan iklim; (b) koordinasi
Perubahan Iklim pelaksanaan kebijakan di bidang pengendalian kerusakan
lingkungan dan perubahan iklim; (c) pelaksanaan fungsi teknis
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di bidang
pengendalian kerusakan lingkungan dan perubahan iklim; (d)
pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan tentang masalah
atau kegiatan di bidang pengendalian kerusakan lingkungan dan
perubahan iklim; dan (e) pelaksanaan tugas lain yang diberikan
oleh MENLH (pasal 189, Bab VI PermenLH Nomor 16 Tahun
2010).
Deputi Bidang Pengelolaan (a)penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengelolaan B3 dan
B3, Limbah B3, dan Sampah Limbah B3, dan sampah; (b) koordinasi pelaksanaan kebijakan di
bidang pengelolaan B3 dan Limbah B3, dan sampah; (c)
pelaksanaan fungsi teknis perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup di bidang pengelolaan B3 dan Limbah B3, dan
sampah; (d) pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan tentang
masalah atau kegiatan di bidang pengelolaan B3 dan Limbah B3,
dan sampah; dan (e) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh
Deputi Bidang Penaatan (a)penyiapan perumusan kebijakan di bidang penaatan hukum
Hukum Lingkungan lingkungan; (b) koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang
penaatan hukum lingkungan; (c) pelaksanaan fungsi teknis
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di bidang penaatan hukum lingkungan (d) pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan tentang masalah atau kegiatan di bidang penaatan hukum lingkungan; dan (e) pelaksanaan tugas lain yang diberikan
oleh MENLH (pasal 336, Bab VIII PermenLH Nomor 16 Tahun
2010).
Deputi Bidang Komunikasi (a)penyiapan perumusan kebijakan di bidang komunikasi
Lingkungan dan lingkungan dan pemberdayaan masyarakat; (b) koordinasi
Pemberdayaan Masyarakat pelaksanaan kebijakan di bidang komunikasi lingkungan dan
pemberdayaan masyarakat; (c) pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan tentang masalah atau kegiatan di bidang komunikasi
lingkungan dan pemberdayaan masyarakat; dan (d) pelaksanaan
tugas lain yang diberikan oleh MENLH (pasal 386, Bab IX
PermenLH Nomor 16 Tahun 2010).
Deputi Bidang Pembinaan (a)penyiapan perumusan kebijakan di bidang pembinaan sarana
Sarana Teknis Lingkungan teknis lingkungan dan peningkatan kapasitas; (b) koordinasi
dan Peningkatan Kapasitas pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan sarana teknis
lingkungan dan peningkatan kapasitas; (c) pelaksanaan fungsi
teknis perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di bidang pembinaan sarana teknis lingkungan dan peningkatan kapasitas (d) pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan tentang masalah atau kegiatan di bidang pembinaan sarana teknis lingkungan dan
peningkatan kapasitas; dan (e) pelaksanaan tugas lain yang
diberikan oleh MENLH (pasal 434, Bab X PermenLH Nomor 16
Tahun 2010).
1.3. Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Lingkungan Hidup mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang lingkungan hidup dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.
Adapun struktur organisasi Kementerian Lingkungan Hidup sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup, dapat dilihat pada gambar 1.1 di bawah ini.
STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP
PERATURAN MENTERI NEGARA LH NO. 16 TAHUN 2010 Menteri Negara Lingkungan Hidup
Staf Ahli
1. SA Bidang Lingkungan Global
2. SA Bidang Sosial, Budaya & Kesehatan Lingkungan
3. SA Bidang Energi Bersih & Terbarukan 4. SA Bidang Perekonomian dan
Pembangunan Berkelanjutan
5. SA Bidang Hukum & Hubungan Antar Lembaga
Sekretariat
Kementerian Lingkungan Hidup
Inspektorat
Biro Biro
Biro
Perencanaan dan Hukum dan
Umu m
KLN Humas
DEPUTI BIDANG DEPUTI BIDANG DEPUTI BIDANG
DEPUTI BIDANG TATA LINGKUNGAN Asdep Perencanaan Pemanfaatan SDA dan LH Asdep Kajian Kebijakan Wilayah dan sektor
Asdep Ekonomi Lingkungan Asdep Pengkajian Dampak Lingkungan DEPUTI BIDANG PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN Asdep Pengendalian Pencemaran Manufaktur, Prasarana dan Jasa Asdep Pengendalian Pencemaran Pertambangan, Energi dan Migas Asdep Pengendalian Pencemaran Agroindustri
dan Usaha Skala Kecil
Asdep Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Bergerak
DEPUTI BIDANG
PENGENDALIAN DEPUTI BIDANG KOMUNIKASI PEMBINAAN SARANA
PENGELOLAAN B3,
KERUSAKAN PENAATAN HUKUM LINGKUNGAN DAN TEKNIS LINGKUNGAN
LIMBAH B3, DAN
LINGKUNGAN DAN LINGKUNGAN PEMBERDAYAAN DAN PENINGKATAN
SAMPAH
PERUBAHAN IKLIM MASYARAKAT KAPASITAS
Asdep Asdep
Asdep Asdep
Asdep Pengaduan dan Penaatan Data dan Informasi
Kehati dan Pengendalian Pengelolaan B3 Hukum Administrasi Komunikasi Lingkungan Lingkungan
Kerusakan Lahan Lingkungan
Asdep Asdep Asdep Asdep
Pengendalian Kerusakan Penguatan Inisiatif Asdep
Verifikasi Pengelolaan Penyelesaian Sengketa
Ekosistem Perairan Darat Limbah B3 Lingkungan Masyarakat Kelembagaan Lingkungan
Asdep Asdep
Pengendalian Kerusakan Asdep Asdep Asdep
Pengelolaan Limbah B3
Lingkungan Pesisir dan Penegakan Hukum Peningkatan Peran Standardisasi dan
dan Pemulihan
Laut Pidana Lingk ungan Masyarakat Teknolog i
KontaminasiLimbah B3
Asdep
Asdep Asdep Pusat Sarana
Asdep Peningkatan Peran
Mitigasi dan Pelestarian Perjanjian Internasional Pengendalian Dampak
Pengelolaan Sampah Organisasi
Fungsi Atmosfer Lingkungan Kemasyarakatan Lingkungan
Asdep Pusat Pendidikan dan
Adaptasi Perubahan Iklim Pelatihan
Pusat Pengelolaan Pusat Pengelolaan Pusat Pengelolaan Pusat Pengelolaan Pusat Pengelolaan
Ekoregion Ekoregion Ekoregion Ekoregion Ekoregion
Sumatera Jawa Bali dan Nusa Tenggara Kalimantan Sumapapua
Gambar 1.1 Struktur Organisasi Kementerian Lingkungan Hidup
1.4. Sumber Daya Manusia
Kementerian Lingkungan Hidup mempunyai aparatur/sumber daya manusia per 1 Januari 2014 secara keseluruhan berjumlah 1.111 orang yang disajikan dalam tabel 1.2 dan gambar 1.2 sebagai berikut:
Tabel 1.2 Distribusi SDM KLH berdasarkan Tingkat Pendidikan Per Januari 2014
No. Pendidikan Jumlah (orang) %
1 S3 11 0,99
2 S2 294 26,47
3 S1 533 48,02
4 <S1 273 24,57
Jumlah 1.111
Distribusi SDM berdasarkan Tingkat Pendidikan 11 273 294 533 S3 S2 S1 <S1
Gambar 1.2 Komposisi SDM KLH berdasarkan Tingkat Pendidikan Per Januari 2014
Dalam rangka peningkatan kapasitas SDM, KLH juga mengembangkan pola karir melalui pengembangan jabatan fungsional. Mekanisme pengembangan karir tersebut telah diatur melalui beberapa keputusan yang dituangkan dalam bentuk peraturan-peraturan Pemerintah. Saat ini KLH telah mengembangkan dua jabatan fungsional bidang lingkungan hidup, yaitu jabatan fungsional Pengendali Dampak Lingkungan (PEDAL) dan jabatan fungsional Pengawas Lingkungan Hidup.
Selain jabatan fungsional bidang lingkungan hidup, KLH juga telah menerapkan beberapa jabatan fungsional tertentu lainnya yang tugas dan fungsinya dapat dilaksanakan pada beberapa unit kerja yang ada di KLH.
Distribusi SDM KLH berdasarkan jabatan fungsional yang ada di Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dapat dilihat pada tabel 1.3 dan gambar 1.3 di bawah ini.
Tabel 1.3 Distribusi SDM KLH berdasarkan Jabatan Fungsional
No. Jabatan Fungsional Jumlah (orang) %
1 Pengendali Dampak Lingkungan 195 66,10
2 Pengawas LH 73 24,75
3 Widyaiswara 11 3,73
Perancang Peraturan
Perundang-4 1 0,34 undangan 5 Perencana 2 0,68 6 Penterjemah 2 0,68 7 Auditor Kepegawaian 1 0,34 9 Dokter 2 0,68 10 Auditor 8 2,71 Jumlah 295 100,00 100.00 Jumlah 295 2.71 Auditor 8 0.68 Dokter 2 0.34 Auditor Kepegawaian 1 0.68 Penterjemah 2 0.68 Perencana 2 0.34
Perancang Peraturan Perundang-undangan 1
3.73 Widyaiswara 11 24.75 Pengawas LH 73 66.10
Pengendali Dampak Lingkungan 195
0 50 100 150 200 250 300 350 % Jumlah (orang)
1.5. Sistematika Penyajian Laporan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Lingkungan Hidup Tahun 2014 disusun dengan sistimatika sebagai berikut :
(1) Ringkasan Eksekutif, yang secara integratif memberikan gambaran singkat tentang seluruh isi laporan;
(2) Pendahuluan, menjelaskan latar belakang, kedudukan, tugas pokok dan fungsi, struktur organisasi dan sumber daya manusia Kementerian Lingkungan Hidup;
(3) Perencanaan dan Perjanjian Kinerja, menjelaskan secara ringkas Rencana Strategis Kementerian Lingkungan Hidup 2010-2014, Rencana Kinerja Tahunan dan Penetapan Kinerja Tahun 2014;
(4) Akuntabilitas Kinerja, menjelaskan secara ringkas pencapaian kinerja Kementerian Lingkungan Hidup serta analisisnya didasarkan pada hasil pengukuran kinerja
(5) Penutup, yang isinya menyimpulkan isi Laporan Akuntabilitas Kinerja
Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2014 dan rekomendasi bagi perbaikan
Bab II
Perencanaan Kinerja
Amanat RPJP 2005 – 2025 untuk mewujudkan Indonesia yang asri dan lestari
menetapkan fokus kegiatan pada pengelolaan sumber daya alam secara
berkelanjutan dan pengelolaan lingkungan hidup (dengan penekanan pada
pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup). RPJP untuk mewujudkan Indonesia yang asri dan lestari mencakup upaya-upaya : mendayagunakan dan mengelola SDA terbarukan maupun tak terbarukan; menjaga dan melestarikan SDA air dan energi; mengembangkan potensi kelautan; menjaga, mengelola, dan meningkatkan nilai tambah SDA khas dan kehati; mitigasi bencana; mengendalikan pencemaran dan kerusakan lingkungan; serta meningkatkan kapasitas pengelolaan SDA dan LH. Secara umum upaya-upaya tersebut dapat dikelompokkan dalam dua subyek besar, yaitu pengelolaan sumberdaya alam dan pengelolaan lingkungan hidup dengan penekanan pada pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan. Hal ini mengimplikasikan diharuskannya kelembagaan di bidang lingkungan hidup untuk menangani pengelolaan sumberdaya alam dan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Potensi dan permasalahan yang terbentuk akibat perubahan lingkungan strategis internal maupun eksternal adalah kunci dalam menyusun perencanaan strategis. Perencanaan itu sendiri disusun dalam batas dan lingkup mandat yang diterima oleh Menteri Negara LH, dengan mengacu peraturan perundangan yang terkait secara substansial terkait dengan perlindungan dan pengelolaan LH, maupun dalam kaitan tatakelola kelembagaan.
Secara umum, permasalahan lingkungan hidup pada tahun 2010 – 2014, masih akan dihadapkan pada pencemaran air, udara, sampah, dan limbah B3, terutama yang bersumber dari kegiatan industri dan jasa, rumah tangga (limbah domestik) dan sektor transportasi; kerusakan lingkungan di Daerah Aliran Sungai (DAS) dan ekosistem-ekosistem sensitif lainnya; potensi bencana lingkungan, terutama akibat kebakaran hutan dan lahan; serta memburuknya dampak yang dirasakan akibat fenomena perubahan iklim.
2.1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014
Perencanaan kinerja KLH tahun 2014 disusun dari penetapan target-target tahunan dari keseluruhan sasaran program jangka menengah 2010-2014 yang diukur melalui indikator-indikator program dan kegiatan. Struktur perencanaan program dan manajemen kinerja KLH dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.2. Sasaran dan Indikator Prioritas Nasional yang memayungi Sasaran KLH (berdasarkan RPJMN 2010-2014)
Sebagaimana digambarkan diatas, maka Sasaran Prioritas Nasional "Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana" 2010-2014 yang diamanatkan kepada KLH adalah : a) terkendalinya pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup; b) terjaganya kelestarian dan kemampuan sumberdaya alam dan lingkungan hidup; serta c) peningkatan kapasitas pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup.
Sasaran nasional tersebut diukur ke dalam Indikator kinerja Sasaran
(outcomes) yaitu :
1) menurunnya tingkat pencemaran;
2) meningkatnya usaha pengendalian kerusakan lingkungan hidup; dan
3) meningkatnya kapasitas kelembagaan, partisipasi masyarakat, dan
ketersediaan data dan informasi pengelolaan lingkungan hidup.
Sasaran strategis nasional dan indikator-indikator di atas kemudian menjadi dasar dari pola pelaporan kinerja dalam bentuk LAKIP KLH, maupun rapor penilaian kinerja yang dilakukan oleh Unit Kerja Presiden Pengawasan dan Pengendalian
Pembangunan (UKP4). Laporan yang disampaikan secara keseluruhan
menggambarkan kinerja selama satu tahun sesuai dengan rencana target pencapaian.
Adapun penjabaran perencanaan kinerja KLH dengan mengacu pada mandat pencapaian sasaran strategis nasional diatas dapat dijabarkan sebagai berikut :
UU NO. 32 SASARAN NASIONAL INDIKATOR SASARAN
TAHUN 2009 2010-2014 (OUTCOMES)
VISI KLH
MISI KLH TUJUAN & SASARAN INDIKATOR KINERJA
STRATEGIS KLH UTAMA KLH STRATEGI KEBIJAKAN DAN PENDANAAN KLH PROGRAM TEKNIS DAN GENERIK KLH INDIKATOR PROGRAM
KEGIATAN INDIKATOR KEGIATAN
Gambar 2.3. Mandat RPJMN dan Perencanaan Kinerja KLH
2.2 Rencana Strategis (Renstra) 2.2.1. Visi dan Misi
Visi KLH yang tercantum dalam Rencana Strategis Kementerian Lingkungan Hidup 2010-2014 (ditetapkan dalam PermenLH Nomor Nomor 11 Tahun 2010)
adalah visi bersama yang dihayati seluruh jajaran organisasi KLH dalam rangka
mencapai satu tujuan yaitu :
“Terwujudnya Kementerian Lingkungan Hidup yang handal dan proaktif, serta berperan dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan,
Mewujudkan penurunan beban pencemaran, pengendalian kerusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup, dan peningkatan kapasitas dalam rangka
pelestarian fungsi lingkungan hidup, melalui :
1) Perumusan dan penetapan kebijakan pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan hidup terintegrasi, guna mendukung tercapainya pembangunan berkelanjutan, dengan menekankan pada ekonomi hijau;
2) Melaksanakan koordinasi dan kemitraan dalam rantai nilai proses
pembangunan untuk mewujudkan integrasi, sinkronisasi antara ekonomi dan ekologi dalam pembangunan berkelanjutan;
3) Melaksanakan praktek tatakelola pemerintahan yang baik serta
mengembangkan kapasitas kelembagaan dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup secara terintegrasi.
2.2.2. Tujuan dan Sasaran Strategis
Tujuan Strategis merupakan penjabaran dan implementasi dari pernyataan misi yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu satu sampai lima tahun. Dengan merumuskan tujuan strategis, maka Kementerian Lingkungan Hidup dapat secara tepat mengetahui apa yang harus dilaksanakan oleh organisasinya untuk memenuhi visi dan misi dalam kurun waktu satu sampai lima tahun ke depan, dengan mempertimbangkan sumber daya dan kemampuan yang dimiliki.
Perumusan tujuan strategis juga merupakan alat untuk mengukur sejauh mana visi dan misi organisasi telah dicapai. Untuk itu, pencapaian tujuan strategis harus dapat diukur berdasarkan indikator yang ditetapkan.
Tujuan Strategis KLH Tahun 2010-2014 sesuai visi dan misi tersebut di atas adalah :
“Terwujudnya pembangunan Indonesia berdasarkan pembangunan berkelanjutan dengan penekanan pada ekonomi hijau (green economy)
untuk menahan laju kemerosotan daya tampung, daya dukung, dan kelangkaan sumberdaya alam,
Sasaran strategis merupakan gambaran ranah dalam pencapaian tujuan. Penetapan sasaran strategis ini memperhatikan arahan sasaran strategis nasional yang tercantum dalam RPJMN 2010-2014. Secara umum sasaran strategis dan target kinerja dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu: sasaran strategis terkait substansi pengelolaan LH, dan sasaran strategis terkait dengan praktek tatakelola pemerintahan yang baik.
Sasaran strategis terkait substansi lingkungan pengelolaan SDA dan LH, meliputi :
1) Penurunan beban pencemaran lingkungan ; 2) Pengendalian kerusakan lingkungan hidup;
3) Peningkatan kapasitas pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup.
Sedangkan sasaran strategis terkait praktek tatakelola pemerintahan yang baik meliputi :
1) Pengelolaan keuangan kementerian, hingga memperoleh opini wajar tanpa pengecualian (WTP);
2) Percepatan implementasi reformasi birokrasi (RB).
Jadi dapat disimpulkan, outcome dari Kementerian Lingkungan Hidup adalah perbaikan kualitas lingkungan hidup dengan indikator kinerja utamanya adalah penurunan beban pencemaran lingkungan, pengendalian kerusakan lingkungan hidup, dan peningkatan kapasitas pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup.
2.3. Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Lingkungan Hidup
2.3.1 Arah Kebijakan
Kementerian Lingkungan Hidup menetapkan arah kebijakannya selaras dengan arah kebijakan nasional yang mengacu pada RPJMN 2010-2014. Kementerian Lingkungan Hidup menetapkan kebijakannya yang menjadi landasan operasional KLH dalam melaksanakan tugas pokok fungsinya, untuk dijadikan
a) Kebijakan Umum
1) Dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, seluruh jajaran Kementerian Lingkungan Hidup harus memperhatikan azas ketaatan dengan mengacu pada UU No. 32 Tahun 2009 mengenai Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
2) Melaksanakan sinergi antar Kementerian/Lembaga/Daerah untuk
menjamin implementasi program prioritas nasional.
b) Kebijakan Bidang SDA dan LH
1) Seluruh upaya pencapaian sasaran kinerja baik terkait dengan prioritas nasional maupun prioritas bidang, harus dilaksanakan secara sinkron dan terintegrasi;
2) Melaksanakan kemitraan strategis dengan Kementerian/Lembaga maupun kerjasama bilateral dan multilateral yang berdasarkan prinsip kesetaraan; 3) Kinerja diukur dengan pencapaian sasaran strategis atau IKU yaitu
penurunan beban pencemaran, pengendalian kerusakan lingkungan hidup dan peningkatan kapasitas pengelolaan SDA dan LH.
c) Kebijakan Kewilayahan
1) Melaksanakan sinkronisasi pusat-daerah dan antar daerah dalam pencapaian sasaran strategis dari masing-masing program prioritas dengan memperhatikan potensi, fokus dan permasalahan tiap daerah; 2) Sinergi pusat-daerah dan antar-daerah dilakukan dalam seluruh proses
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi yang mencakup kerangka kebijakan, regulasi, anggaran, kelembagaan, dan pengembangan wilayah.
2.3.2 Strategi Kebijakan
Untuk mencapai visi dan menjalankan misi kelembagaan, dengan memperhatikan arah kebijakan yang ditetapkan, maka ditetapkan strategi yang penerapannya dilakukan sesuai dengan lingkup tugas pokok dan fungsi unit-unit kerja, dengan peran dan tanggungjawab yang diemban, sebagai berikut:
a) Strategi Umum
1) Memberikan arah berkaitan dengan bentuk aktivitas yang dapat dilakukan agar dapat memperoleh hasil yang optimal, dengan berpegang pada ruang lingkup perlindugan dan pengelolaan lingkungan hidup meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.
2) Melaksanakan koordinasi dengan Kementerian/Lembaga/Daerah terkait dalam upaya pencapaian program aksi prioritas nasional di bidang perubahan iklim, pengendalian kerusakan lingkungan, system peringatan dini, dan penanggulangan bencana.
b) Strategi Bidang SDA dan LH
1) Melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi dengan intra organisasi baik dengan unit organisasi struktural maupun organisasi afiliasi di bawah naungan Kementerian Lingkungan Hidup dalam upaya pencapaian sasaran strategis/Indikator Kinerja Utama;
2) Melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi inter organisasi dalam upaya pencapaian sasaran strategis/Indikator Kinerja Utama.
c) Strategi Kewilayahan
1) Upaya pencapaian strategis dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup berbasis pada asa ekoregion dengan memperhatikan karakteristik sumber daya alam, ekosistem kondisi geografis, budaya masyarakat setempat dan kearifan local;
2) Pusat Pengelolaan Ekoregion (PPE) menjalankan peran dan
tanggungjawab sebagai extended value chain bagi KLH, khususnya dalam
peningkatan kapasitas stakeholders di daerah;
3) Mempertajam dan merampingkan implementasi kegiatan dengan memfokuskan penyusunan kebijakan dan pelaksanaan bimbingan teknis oleh KLH, dan mendorong pelaksanaan teknis di lapangan kepada instansi lingkungan hidup Provinsi/Kabupaten/Kota;
5) Sinergi pusat-daerah dan antar daerah dilakukan melalui upaya:
• Mewujudkan sinergi kebijakan antar pemerintah pusat dan daerah dengan memperhatikan aspirasi daerah;
• Mendorong harmonisasi peraturan perundang-undangan;
• Mendorong penataan dan penguatan kerangka perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah melalui instrument pendanaan Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Dekonsentrasi untuk menjaga harmonisasi kepentingan nasional dan kebutuhan daerah dengan usulan rogram dan kegiatan yang mengacu pada sasaran strategis KLH;
• Menyempurnakan pengaturan kewenangan antar tingkat pemerintahan dengan penerapan anggaran berbasis kinerja scara bertanggungjawab dan meningkatkan kapasitas aparatur daerah.
2.4 Program dan Kegiatan
Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai Kementerian Lingkungan Hidup menetapkan program-programnya sesuai RPJMN periode 2010-2014. Perencanaan program dan Kegiatan dilakukan dengan mengikuti ketentuan dalam Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Strategis K/L.
2.4.1. Program Teknis : Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
Program ini bertujuan untuk meningkatkan perbaikan fungsi lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam dalam upaya mengendalikan perusakan
dan/atau pencemaran lingkungan hidup pada air, lahan, udara, dan
keanekaragaman hayati.
Sasaran Strategis (outcomes) program teknis ini adalah :
1) Penurunan beban pencemaran;
2) Pengendalian kerusakan lingkungan hidup;
Berdasarkan sasaran strategis program teknis ini, fungsi Eselon 1 KLH dikelompokkan sebagai berikut :
Tabel 2.1. Pengelompokan Fungsi Eselon I dalam Program Teknis Berdasarkan Sasaran Strategis
Pengelompokan Fungsi Eselon I dalam Program Teknis berdasarkan Sasaran Strategis Kelompok Kegiatan
Program Sasaran Strategis Eselon I Pelaksana
Menurut Fungsi
Pengendalian Deputi Bidang
1. Penurunan beban pencemaran lingkungan Pengendalian Pencemaran
pencemaran hidup Lingkungan Hidup
2. Peningkatan kapasitas Deputi Bidang Pengelolaan
Pengelolaan B3, limbah
PSDA dan LH B3, Limbah B3, dan
B3, dan sampah
Sampah
Deputi Bidang Tata Penataan lingkungan
1. Pengendalian kerusakan Lingkungan
Program lingkungan Deputi Bidang
Pengelolaan Sumber 2. Peningkatan kapasitas Pengendalian kerusakan Pengendalian Kerusakan
Daya Alam dan PSDA dan LH lingkungan hidup dan Lingkungan dan Perubahan
perubahan iklim
Lingkungan Hidup Iklim
Penaatan hukum Deputi Bidang Penaatan
lingkungan Hukum Lingkungan
Pengembangan Deputi Bidang Komunikasi
komunikasi lingkungan
Peningkatan kapasitas Lingkungan dan
dan pemberdayaan
PSDA dan LH masyarakat Pemberdayaan Masyarakat
Deputi Bidang Pembinaan Pembinaan sarana teknis
Sarana Teknis Lingkungan lingkungan hidup
Hidup
Kegiatan yang termasuk dalam program ini di cluster berdasarkan kelompok
sasaran strategis (Indikator Kinerja Utama) dan Fungsi Eselon I sebagai berikut:
1) Kegiatan yang termasuk dalam upaya Penurunan Beban Pencemaran, meliputi : a. Pengendalian pencemaran manufaktur, prasarana dan jasa
b. Pengendalian pencemaran pertambangan, energi dan migas c. Pengendalian pencemaran agroindustri dan usaha skala kecil d. Pengendalian pencemaran udara sumber bergerak
e. Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3) f. Peningkatan verifikasi pengelolaan limbah B3
2) Kegiatan yang termasuk upaya Pengendalian Kerusakan Lingkungan, meliputi : a. Pengendalian kerusakan ekosistem perairan darat
b. Keanekaragaman hayati dan pengendalian kerusakan lahan c. Mitigasi dan pelestarian fungsi atmosfir
d. Kajian kebijakan wilayah dan sektor
e. Peningkatan instrumen ekonomi dalam pengelolaan lingkungan hidup f. Adaptasi perubahan iklim
g. Pengendalian kerusakan lingkungan pesisir dan laut h. Perencanaan pemanfaatan SDA dan LH
i. Peningkatan pelaksanaan kajian dampak lingkungan
3) Kegiatan yang termasuk upaya Peningkatan Kapasitas, meliputi : a. Pengaduan dan penaatan hukum administrasi lingkungan b. Penyelesaian sengketa lingkungan
c. Penegakan hukum pidana lingkungan
d. Peningkatan pengelolaan lingkungan hidup di daerah
e. Peningkatan data, informasi, dan infrastruktur sistem informasi lingkungan hidup
f. Pengembangan kapasitas kelembagaan pengelolaan lingkungan hidup g. Peningkatan peran masyarakat
h. Peningkatan kebijakan standarisasi, teknologi dan produksi bersih i. Peningkatan sarana teknis pengendalian dampak lingkungan j. Peningkatan komunikasi lingkungan
k. Peningkatan peran organisasi kemasyarakatan l. Penguatan inisiatif masyarakat
m. Perjanjian internasional lingkungan
n. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam pengelolaan lingkungan hidup
o. Pengelolaan Ekoregion Sumatera p. Pengelolaan Ekoregion Jawa
q. Pengelolaan Ekoregion Bali, Nusa Tenggara r. Pengelolaan Ekoregion Kalimantan