• Tidak ada hasil yang ditemukan

Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Dr. Ir. Hasil Sembiring, M.Sc NIP KATA PENGANTAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Dr. Ir. Hasil Sembiring, M.Sc NIP KATA PENGANTAR"

Copied!
166
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i

KATA PENGANTAR

Permintaan padi (beras) terus meningkat seiring dengan laju pertambahan

penduduk. Laju pertumbuhan jumlah penduduk masih lebih tinggi bila

dibandingkan dengan laju pertumbuhan produksi padi nasional, di sisi lain

luas baku lahan sawah dan kualitasnya cenderung menurun akibat konversi

lahan dan faktor faktor lainnya. Oleh karena upaya peningkatan produksi

padi harus terus dilakukan melalui berbagai terobosan peningkatan produksi

dan produktivitas.

Menyadari strategisnya komoditas beras tersebut, maka pemerintah terus

berupaya untuk mewujudkan peningkatan produksi padi. Guna mendorong

pencapaian tersebut diperlukan strategi, langkah operasional, kerja keras dan

cerdas serta dukungan instansi terkait. Sehubungan dengan hal tersebut maka

diperlukan

“Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Padi Tahun 2017”

untuk

mengoperasionalkan kegiatan tersebut di daerah (Provinsi dan atau

Kabupaten/Kota).

Pedoman pelaksanaan ini disusun untuk dijadikan sebagai acuan bagi

seluruh pihak yang akan melaksanakan kegiatan padi tahun 2017 Dengan

diterbitkannya Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Padi Tahun 2017 ini,

diharapkan semua pihak terkait dapat saling berkoordinasi, bersinergi dan

menyusun strategi, langkah operasional serta jadwal pelaksanaan sehingga

kegiatan tersebut dapat berjalan tepat waktu dan pada akhirnya sasaran

produksi padi tahun 2017 dapat tercapai.

Selanjutnya kepada semua pihak yang telah berkontribusi pada penyusunan

Pedoman Pelaksanaan ini, disampaikan penghargaan dan ucapan terima

kasih.

Jakarta, 30 Desember 2016

Direktur Jenderal Tanaman Pangan,

Dr. Ir. Hasil Sembiring, M.Sc

NIP 196002101988031001

(3)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

...

i

DAFTAR ISI

...

ii

DAFTAR LAMPIRAN

...

iv

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

...

vi

I.

PENDAHULUAN

...

1

A.

Latar Belakang ...

1

B.

Dasar Hukum ……… ...

5

C.

Tujuan dan Sasaran ……… ...

8

D.

Pengertian-Pengertian ...

10

II. KERAGAAN, TANTANGAN DAN PELUANG

PENINGKATAN PRODUKSI PADI TAHUN 2017

………… ...

22

A.

Keragaan Produksi ……….. ...

22

B.

Sasaran Produksi Padi Tahun 2017 ……… ....

23

C.

Tantangan, Peluang dan Peningkatan Produksi ……… ... .

24

III. STRATEGI DAN UPAYA PENCAPAIAN PRODUKSI PADI

TAHUN 2017

……… ...

27

A.

Strategi Pencapaian Produksi Padi 2017 ……… ...

27

B.

Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Padi 2017 ……… ...

30

IV. PELAKSANAAN KEGIATAN TAHUN 2017

………..

35

A.

Kriteria Calon Petani (CP) Penerima Bantuan ……….. ...

35

B.

Kriteria Calon Lokasi (CL) Penerima Bantuan ……… ...

39

C.

Bantuan/Fasilitasi Pelaksanaan Kegiatan ……… ...

46

V. PENGORGANISASIAN DAN OPERASIONALISASI

………… ...

72

A.

Pengorganisasian ………. ...

72

(4)

iii

VI. BIMBINGAN/PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN

……… ...

79

VII. PENGENDALIAN, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

81

A.

Pengendalian Kegiatan ... …....

81

B.

Monitoring ... ...

……

83

C.

Evaluasi ... ...

……

84

D.

Pelaporan ……….. ... .

84

VIII. PENUTUP

... ... .

88

LAMPIRAN

...

…….

90

(5)

iv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Panen, Produksi dan

Produktivitas Padi Tahun 2017 versi UPSUS……… 91

Lampiran 2. Sasaran Luas Tanam Bulanan Tahun 2017 (MT 2016/2017

dan MT. 2017) versi UPSUS ... .

92

Lampiran 3. Sasaran Produksi Bulanan Tahun 2017 (versi UPSUS) ...

… 93

Lampiran 4. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Panen, Produksi dan

Produktivitas Padi Tahun 2017 per Kabupaten (UPSUS) …….. 94

Lampiran 5. Kebutuhan Benih Padi Bulanan Tahun 2017(MT 2016/2017

dan MT 2017)… ... … 114

Lampiran 6. Kebutuhan Pupuk Urea Bulanan untuk Padi Tahun 2017(MT

2016/2017 dan MT 2017)… ... … 115

Lampiran 7. Kebutuhan Pupuk NPK Bulanan untuk Padi Tahun 2017(MT

2016/2017 dan MT 2017)… ... … 116

Lampiran 8. Kebutuhan Pupuk SP-36 Bulanan untuk Padi Tahun 2017(MT

2016/2017 dan MT 2017)… ... .

117

Lampiran 9. Kebutuhan Pupuk Organik Bulanan untuk Padi Tahun

2017(MT 2016/2017 dan MT 2017) … ... .

118

Lampiran 10. Rekapitulasi Alokasi Kegiatan Serealia (Padi) Tahun 2017

119

Lampiran 11. Alokasi Kegiatan Serealia (Padi) Tahun 2017 Per Provinsi

dan Per Kabupaten/Kota ...

120

Lampiran 12. Daftar Calon Petani dan Calon Lokasi Penerima Bantuan

Pemerintah Tahun 2017 ...

137

Lampiran 13. Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota

atau Provinsi ...

140

Lampiran 14. Rencana Usaha Kelompok (RUK) Bantuan Pemerintah

Tahun 2017 ...

143

Lampiran 15. Blanko RUK Unit Pengolah Pupuk Organik (UPPO) ...

144

Lampiran 16. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) ...

145

(6)

v

Lampiran 18. Rincian Bantuan Pemerintah Tahun 2017 ...

147

Lampiran 19. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Tahun 2017 ...

148

Lampiran 20. Blanko Laporan Monitoring Bulanan Kecamatan Realisasi

Kegiatan Tahun 2017 ...

149

Lampiran 21. Blanko Laporan Monitoring Bulanan Kabupaten Realisasi

Kegiatan Tahun 2017 ...

150

Lampiran 22. Blanko Laporan Monitoring Bulanan Provinsi Realisasi

Kegiatan Tahun 2017 ...

151

Lampiran 23. Check List Pengendalian Kegiatan ...

152

Lampiran 24. Surat Pernyataan Penyelesaian Pekerjaan ...

156

Lampiran 25. Contoh Berita Acara Pemeriksaan Hasil Pekerjaan Bantuan

Pemerintah ...

157

Lampiran 26. Contoh Berita Acara Serah Terima Pengelolaan Bantuan

(7)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi

Tahun 2011 - 2016 ...

22

Tabel 2. Persentase Kenaikan Angka Sasaran 2017 Terhadap Sasaran

2016 ...

24

Tabel 3. Skenario Pencapaian Produksi Padi Tahun 2017 ...

33

DAFTAR GAMBAR

(8)

1

I. PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Komoditas tanaman pangan memiliki peranan pokok sebagai

pemenuh kebutuhan pangan, pakan dan industri dalam negeri

yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan

pertambahan jumlah penduduk dan berkembangnya industri

pangan dan pakan sehingga dari sisi Ketahanan Pangan

Nasional fungsinya menjadi amat penting dan strategis.

Pengembangan sektor tanaman pangan merupakan salah satu

strategi kunci dalam memacu pertumbuhan ekonomi pada masa

yang akan datang. Selain berperan sebagai sumber penghasil

devisa yang besar, juga merupakan sumber kehidupan bagi

sebagian besar penduduk Indonesia.

Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di

Indonesia, telah memunculkan kerisauan akan terjadinya

keadaan “rawan pangan” di masa yang akan datang. Selain itu,

dengan semakin meningkatnya tingkat pendidikan dan

kesejahteraan masyarakat, terjadi pula peningkatan konsumsi

per-kapita untuk berbagai jenis pangan, akibatnya Indonesia

membutuhkan

tambahan

ketersediaan

pangan

guna

mengimbangi laju pertambahan penduduk yang masih cukup

tinggi.

(9)

2

Dalam upaya mendukung pencapaian sasaran produksi padi

tahun 2017 melalui dana APBN telah dialokasikan di daerah

(Kabupaten/Kota/Provinsi) kegiatan padi meliputi : 1) Budidaya

Padi Inbrida (sawah/tadah hujan/lahan kering), 2) Budidaya Padi

Hibrida, 3) Budidaya Padi Teknologi Hazton, 4) Budidaya Padi

Teknologi Salibu, 5) Budidaya Mina Padi, 6) Budidaya Padi Jajar

Legowo (Jarwo) Super, 7) Budidaya Padi Organik/Desa Pertanian

Organik Padi, 8) Budidaya Padi/Beras Khusus, dan 9)

Pengembangan Unit Pengelola Pupuk Organik (UPPO).

Mengingat sasaran produksi yang akan dicapai pada tahun 2017

lebih besar dari tahun 2016 namun fasilitasi atau stimulan yang

diberikan pemerintah melalui Kegiatan Padi tahun 2017 tidak

sebesar pada tahun 2016 baik dari sisi fisik (luas areal) maupun

non fisik (dukungan manajemen) maka dalam pelaksanaan

kegiatan, calon penerima bantuan dan calon lokasi (CP/CL) harus

benar-benar diidentifikasi dengan baik sehingga nantinya mampu

memberikan kontribusi terhadap peningkatan produksi secara

siginifikan.

Calon

penerima

bantuan

budidaya

padi

diperkenankan

Poktan/Gapoktan yang telah mendapat bantuan pada tahun 2016,

namun calon lokasi diutamakan/difokuskan pada lokasi/areal

peningkatan indeks pertanaman (PIP) pada tahun 2016, dan atau

lokasi perluasan areal tanam (PAT) pada berbagai ekosistem.

Untuk lokasi kegiatan PAT, dimungkinkan/diperkenankan untuk

(10)

3

menerima bantuan pemerintah sebanyak 2 (dua) kali dalam tahun

anggaran yang sama (tahun 2017) guna menjamin keberlanjutan

usahaninya. Selanjutnya untuk beberapa Provinsi/Kabupaten/Kota

yang arealnya sangat-sangat terbatas dan tidak memungkinkan

pelaksanaan kegiatan pada lokasi PIP dan atau PAT, maka

dimungkinkan kegiatan tersebut di alokasikan pada areal eksisting

namun hal tersebut dan penjelasannya dicantumkan dalam

Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) yang disusun oleh Provinsi dan

atau dalam Petunjuk Teknis (Juknis) yang disusum oleh

Kabupaten/Kota. Namun secara umum, pada lokasi eksisting

(peningkatan produktivitas) kebutuhan benihnya diarahkan dan

didorong untuk memanfaatkan/menggunakan benih bersubsidi

yang disediakan pemerintah pada tahun 2017 (Fasilitasi yang ada

yaitu Padi Inbrida untuk seluas 4 juta ha dan Padi Hibrida untuk

seluas 100 ribu ha).

Untuk lokasi pelaksanaan pengembangan UPPO tahun 2017,

diarahkan pada lokasi/desa organik yang difasilitasi pada tahun

2016, rencana tahun 2017 dan 2018, desa organik yang difasilitasi

melalui APBD/Swadaya, lokasi peningkatan produksi Padi, Jagung

dan Kedelai (PAJALE) atau lokasi lainnya yang direkomendasikan

oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota/Provinsi.

Kegiatan padi tahun 2017 diharapkan dapat memberikan

kontribusi produksi pada tahun 2017, kecuali untuk kegiatan

budidaya padi inbrida (tadah hujan/lahan kering) disesuaikan

(11)

4

dengan kondisi di lapangan. Untuk itu strategi, langkah

operasional dan jadwal pelaksanaan kegiatan menjadi suatu hal

yang sangat penting untuk disusun dan disosialisasikan kepada

para calon penerima bantuan dan pihak terkait lainnya.

Teknologi tanam jajar legowo yang telah diwajibkan untuk

diterapkan pada tahun 2016 dan memberikan hasil positif dalam

peningkatan produksi, maka pada tahun 2017 perlu terus

disosialisasikan dan sekaligus diterapkan dalam budidaya padi

dengan memanfaatkan alat tanam/alat bantu tanam yang telah

tersedia pada tahun 2016 baik melalui APBN Tahun 2016, APBD,

swadaya atau sumber-sumber lainnya.

Dengan beragamnya kegiatan padi pada tahun 2017 ini dan dalam

upaya pencapaian sasaran, maka perlu disusun

“Pedoman

Pelaksanaan Kegiatan Padi Tahun 2017” sebagai acuan bagi

semua pihak yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan tersebut

di lapangan.

Dengan adanya pedoman pelaksanaan ini, semua pihak terkait

diharapkan berkontribusi secara positif sehingga akhirnya

kegiatan ini menjadi salah satu kegiatan yang berkontribusi

positif terhadap pencapaian sasaran produksi padi. Mengingat

tingginya keberagaman kondisi di masing-masing daerah dan

kemampuan adopsi inovasi teknologi, maka

Pedoman

Pelaksanaan ini agar dilengkapi oleh Dinas Pertanian

Provinsi dalam bentuk Petunjuk Pelaksanaan (JUKLAK),

(12)

5

sehingga kegiatan tersebut dapat dilakukan tepat waktu dan

tepat sasaran, dan selanjutnya

dirinci secara teknis dalam

bentuk Petunjuk Teknis (JUKNIS) oleh Dinas Pertanian

Kabupaten/Kota sesuai dengan kondisi spesifik lokasi

agar

lebih operasional sesuai kebutuhan di lapangan dan tidak

multitafsir.

Apabila terdapat perubahan dan belum diatur dalam Pedoman

Pelaksanaan ini, akan diatur lebih lanjut. Mekanisme

perubahan melalui usulan dari Kepala Dinas Kabupaten/Kota

yang ditujukan kepada Kepala Dinas Pertanian Provinsi dan

selanjutnya disampaikan ke Pusat (Direktur Jenderal Tanaman

Pangan).

B.

Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem

Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor

46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478);

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara

Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4421);

3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2016 tentang Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2017

(Lembaran Negara Tahun 2016 Nomor 240);

(13)

6

4. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;

5. Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang

Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja;

6. Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang

Perubahan keempat atas Peraturan Presiden Nomor 54

Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012

tentang Tata Cara Pembayaran dalam rangka Pelaksanaan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015

tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan

Pemerintah Pada Kementerian/Lembaga;

9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 173/PMK.05/2016

tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan

Pemerintah Pada Kementerian/Lembaga; perubahan atas

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015

tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan

Pemerintah Pada Kementerian/Lembaga;

10. Peraturan

Menteri

Pertanian

Nomor

48/Permentan/

OT.140/10/2006 tentang Pedoman Budidaya Tanaman

(14)

7

11. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 31 Tahun 2010 tentang

Pedoman Sistem Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan

Pembangunan Pertanian;

12. Peraturan

Menteri

Pertanian

Nomor

64/Permentan/

OT.140/5/2013 tentang Sistem Pertanian Organik;

13. Peraturan

Menteri

Pertanian

Nomor

19/Permentan/

OT.140/3/2013 tentang Pedoman Administrasi Keuangan

Kementerian Pertanian;

14. Peraturan

Menteri

Pertanian

Nomor

19/Permentan/

OT.140/4/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian

Pertanian Tahun 2015-2019;

15. Peraturan

Menteri

Pertanian

Nomor

43/Permentan/

OT.010/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kementerian Pertanian;

16. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 135/Permentan/

OT.140/12/2013 tentang Pedoman Sistem Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah;

17. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 62/Permentan/RC.110/

12/2016 tentang Pedoman Umum Pengelolaan dan

Penyaluran Bantuan Pemerintah Lingkup Kementerian

Pertanian Tahun Anggaran 2017;

18. Keputusan

Menteri

Pertanian

Nomor

43/Kpts/

(15)

8

Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai Melalui

Program

Perbaikan

Jaringan

Irigasi

dan

Sarana

Pendukungnya;

19. Keputusan

Menteri

Pertanian

Nomor

1397/RC.110/C/12/2016

tentang

Petunjuk

Teknis

Penyaluran

Bantuan

Pemerintah

Lingkup

Direktorat

Jenderal Tanaman Pangan Tahun Anggaran 2017;

20. Daftar Isian Pelaksanaan dan Anggaran (DIPA) Direktorat

Jenderal

Tanaman

Pangan

Nomor

SP-DIPA-018.03.1.23825/2017 tanggal 7 Desember 2017;

C.

Tujuan dan Sasaran

1. Tujuan

a. Menyediakan acuan pelaksanaan kegiatan padi yang

meliputi: 1). Budidaya Padi Inbrida (sawah/tadah hujan/

lahan kering), 2). Budidaya Padi Hibrida, 3). Budidaya Padi

Teknologi Hazton, 4). Budidaya Padi Teknologi Salibu,

5). Budidaya Mina Padi, 6). Budidaya Padi Jajar Legowo

Super, 7). Budidaya Padi Organik/Desa Pertanian Organik

Padi,

8).

Budidaya

Padi/Beras

Khusus,

dan

9). Pengembangan Unit Pengelola Pupuk Organik (UPPO);

bagi Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten/Kota

dalam rangka mendukung peningkatan produksi padi

tahun 2017.

(16)

9

b. Mendorong dan mempercepat penerapan berbagai

teknologi

budidaya

padi

dalam

meningkatkan

produktivitas dan produksi.

c. Mendorong

tumbuh

dan

berkembangnya

sistem

pertanian organik untuk komoditi padi sesuai dengn SNI

6729:2016 dan Permentan No. 64 Tahun 2013.

d. Menyediakan fasilitas Unit Pengolah Pupuk Organik

(UPPO) mendukung sub sektor tanaman pangan

e. Meningkatkan produktivitas dan produksi padi, dan

minapadi serta pendapatan petani.

2. Sasaran

a. Tersedianya acuan pelaksanaan kegiatan padi tahun

2017 bagi Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten/Kota,

dalam rangka mendukung peningkatan produksi padi

tahun 2017.

b. Meningkatnya penerapan berbagai teknologi budidaya

padi dalam meningkatkan produktivitas dan produksi.

c. Terbangunnya sistem pertanian organik untuk komoditi

padi sesuai SNI 6729:2016 dan Permentan No. 64

Tahun 2013.

d. Tersedianya Unit Pengolah Pupuk Organik (UPPO)

mendukung sub sektor tanaman pangan.

(17)

10

e. Meningkatnya produktivitas dan produksi padi dan mina

padi serta pendapatan petani dan keluarganya.

D.

Pengertian-Pengertian

1. Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT)

adalah

suatu

pendekatan

inovatif

dalam

upaya

meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani melalui

perbaikan sistem/pendekatan dalam perakitan paket

teknologi yang sinergis antar komponen teknologi,

dilakukan secara partisipatif oleh petani serta bersifat

spesifik lokasi. PTT merupakan inovasi baru untuk

memecahkan berbagai permasalahan dalam peningkatan

produktivitas padi. Teknologi intensifikasi padi bersifat

spesifik lokasi, bergantung pada masalah yang akan diatasi

(

demand driven technology

). Komponen teknologi PTT

ditentukan bersama-sama petani melalui analisis kebutuhan

teknologi (

need assessment

). Komponen teknologi PTT

dasar/

compulsory

adalah teknologi yang dianjurkan untuk

diterapkan di semua lokasi. Komponen teknologi PTT

pilihan adalah teknologi pilihan disesuaikan dengan kondisi,

kemauan, dan kemampuan. Komponen teknologi PTT

pilihan dapat menjadi

compulsory

apabila hasil KKP (Kajian

Kebutuhan dan Peluang) memprioritaskan komponen

teknologi yang dimaksud menjadi keharusan untuk

(18)

11

pemecahan masalah utama suatu wilayah, demikian pula

sebaliknya bagi komponen teknologi dasar.

2. Sistem Tanam Jajar Legowo Padi

adalah pola bertanam

padi yang berselang-seling antara dua atau lebih (biasanya

dua atau empat) baris tanaman dan satu baris kosong.

Istilah legowo diambil dari bahasa jawa yaitu “lego” yang

berarti luas dan “dowo” yang berarti panjang. Legowo juga

diartikan sebagai cara tanam padi yang memiliki beberapa

barisan dan diselingi satu barisan kosong. Dalam hal ini

populasi rumpun padi pada baris yang kosong diletakkan/

disisipkan pada baris disebelahnya, sehingga cara Jajar

Legowo ini tidak mengurangi jumlah populasi tanaman,

namun cara tanam dengan menciptakan semua baris

tanaman berada pada “Barisan Tepi”.

3. Peningkatan Produktivitas (Intensifikasi) adalah upaya

untuk

meningkatkan

hasil

pertanian

dengan

cara

mengoptimalkan lahan pertanian yang sudah tersedia

(existing). Dalam pelaksanaan intensifikasi pertanian akan

fokus

pada

upaya

penanganan

masalah

terkait:

pengelolaan

tanah,

penggunaan

benih

bermutu,

penanaman, pemupukan, pemberantasan hama dan

penyakit, pemanenan dan kegiatan selama pascapanen

serta inovasi teknologi.

(19)

12

4. Perluasan Areal Tanam (PAT)

adalah upaya untuk

menambah luas areal pertanaman padi di lahan sawah,

lahan sawah non irigasi, lahan pertanian bukan sawah dan

lahan sementara tidak diusahakan (termasuk lahan sawah

yang terkena bencana).

5. Indeks Pertanaman (IP) adalah frekuensi penanaman padi

pada sebidang lahan pertanian untuk memproduksi bahan

pangan dalam kurun waktu 1 (satu) tahun.

6. Padi Inbrida adalah tanaman padi yang menyerbuk sendiri

(

self-pollination

) sehingga secara alami kondisinya adalah

homozigot-homogen dan cara perbanyakannya dengan

benih keturunan.

7. Padi Hibrida adalah tanaman padi hasil keturunan pertama

(F1) dari persilangan antar dua varietas yang berbeda.

Pengembangan hibrida didasari oleh gejala heterosis atau

vigor hibrida.

Heterosis merupakan fenomena biologis yang

menunjukan kecenderungan F1 untuk tampil lebih unggul

dibandingkan dua tetuanya.

8. Teknologi Hazton

adalah

adalah cara bertanam padi

dengan menggunakan bibit tua (25 – 30 hari) setelah semai

dengan jumlah bibit padat (20

– 30 batang) per lubang

tanam. Teknologi padi hazton mengarah kepada pertanian

organik, dimana penggunaan pupuk kimia sedapat mungkin

dikurangi, salah satunya melalui pemanfaatan jerami untuk

(20)

13

bahan organik dengan bantuan dekomposer. Pemanfaatan

pupuk hayati, pupuk organik dan agensia hayati menjadi ciri

pengembangan padi dengan Teknologi Hazton. Komponen

yang lain kurang lebih sama dengan Pengelolaan Tanaman

dan

Sumberdaya

Terpadu

(PTT)

Padi

yang

direkomendasikan

oleh

Badan

Penelitian

dan

Pengembangan Pertanian.

9. Desa Pertanian Organik Padi adalah desa yang di

dalamnya telah dikembangkan sehamparan lahan pertanian

organik padi atau lebih yang menerapkan sistem pertanian

organik sesuai SNI 6729:2016 dan Permentan No.

10. Konversi (transisi) adalah proses perubahan suatu sistem

pertanian dari pertanian non organik menjadi pertanian

organik.

11. Teknologi Salibu adalah teknologi budidaya padi dengan

memanfaatkan batang bawah setelah panen sebagai

penghasil tunas/anakan yang akan dipelihara. Tunas

berfungsi sebagai pengganti bibit pada sistem tanam

pindah (ta-pin).

12. Pengembangan Budidaya Padi/Beras Khusus adalah

upaya budidaya padi

/

beras dengan memanfaatkan varietas

tertentu/khusus, antara lain padi/beras Japonica, Basmati,

Thai Hom Mali, Ketan Hitam, Beras Kukus, Taiken, dll guna

(21)

14

memenuhi kebutuhan/segmen pasar beras tertentu melalui

produksi dalam negeri.

13. Teknologi Jajar Legowo Super

merupakan teknologi

budidaya terpadu padi sawah irigasi berbasis sistem tanam

jajar legowo 2:1. Bagian penting dari teknologi jajar legowo

super adalah : 1) Varietas unggul baru (VUB) potensi hasil

tinggi, 2) Biodekomposer yang diberikan bersamaan saat

pengolahan tanah, 3) Pupuk Hayati yang diaplikasikan

melalui

seed treatment

dan pemupukan berimbang

berdasarkan PUTS, 4) Pengendalian OPT menggunakan

pestisida nabati dan pestisida anorganik berdasarkan

ambang batas, dan 5) Alat dan mesin pertanian, khususnya

untuk tanam (

jarwo transplanter

) dan panen (

combine

harvester

).

14. Budidaya Mina Padi

adalah

budidaya terpadu ikan dan

padi

dalam

satu

hamparan

sawah

yang

dapat

meningkatkan produktivitas lahan sawah, yaitu selain tidak

mengurangi hasil padi juga dapat menghasilkan ikan.

15. Caren adalah parit di sekeliling petakan sawah yang dibuat

dengan cara menggali pelataran sawah yang ada dan

galiannya digunakan untuk meninggikan pematang sawah.

Caren

pada

budidaya

minapadi

berfungsi

untuk:

a) perlindungan ikan sewaktu air berkurang; b) tempat

bergerak ikan saat mencari makan; c) tempat berlindung

(22)

15

ikan dari serangan predator; dan d) memudahkan

pemanenan ikan.

16. Pengembangan Unit Pengolah Pupuk Organik (UPPO)

adalah upaya memperbaiki kesuburan lahan untuk

meningkatkan produktivitas pertanian, melalui fasilitasi

pembangunan Unit Pengolah Pupuk Organik (UPPO) yang

dilengkapi dengan: rumah kompos, alat pengolah pupuk

organic, ternak, kandang komunal, bak fermentasi dan

kendaraan roda 3.

17. Pupuk Organik adalah pupuk yang berasal dari tumbuhan

mati, kotoran hewan dan/atau bagian hewan/atau limbah

organik lainnya yang telah melalui proses rekayasa,

berbentuk padat atau cair, dapat diperkaya dengan bahan

mineral dan/atau mikroba, yang bermanfaat untuk

meningkatkan kandungan hara dan bahan organik tanah

serta memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.

18. Pupuk

Hayati

adalah

pupuk

yang

mengandung

mikroorganisme hidup yang ketika diterapkan pada benih,

permukaan tanaman, atau tanah, akan mendiami rizosfer

atau bagian dalam dari tanaman dan mendorong

pertumbuhan dengan meningkatkan pasokan nutrisi utama

dari tanaman.

(23)

16

19.

Biodekomposer

adalah

makhluk pengurai pada ekosistem

dan merupakan makhluk hidup (komponen biotik) yang

menguraikan tubuh organisme yang sudah mati dan dapat

mengubah zat-zat organik terurai kembali menjadi bahan

anorganik.

20.

Pestisida Nabati

adalah

ramuan alami pembasmi hama

yang bahan-bahan aktifnya berasal dari alam seperti

ekstrak tanaman tertentu yang sudah diketahui efek

positifnya dalam membasmi hama tertentu

.

21. Benih Bina

adalah benih dari varietas unggul yang telah

dilepas produksi dan peredarannya diawasi.

22. Benih Varietas Unggul Bersertifikat

adalah benih bina

yang telah disertifikasi.

35. Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari

Anggaran Pendapatan Belanja Negara yang dilaksanakan

oleh Gubernur sebagai Wakil Pemerintah yang mencakup

semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka

pelaksanaan Dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang

dialokasikan untuk instansi vertikal Pusat di daerah.

37. Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal dari

Anggaran

Pendapatan

dan

Belanja

Negara

yang

dilaksanakan oleh daerah yang mencakup semua

penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan

tugas pembantuan.

(24)

17

38. Bantuan

Pemerintah

adalah

bantuan

yang

tidak

memenuhi kriteria bantuan sosial yang diberikan oleh

Pemerintah kepada perseorangan, kelompok masyarakat

atau lembaga pemerintah/nonpemerintah. Bentuk Bantuan

Pemerintah meliputi:

Pemberian penghargaan; Beasiswa;

Tunjangan Profesi Guru dan Tunjangan Lainnya; Bantuan

Operasional;

Bantuan

Sarana

Prasarana;

Bantuan

Rehabilitasi/Pembangunan

Gedung/Bangunan;

dan

Bantuan lainnya yang memiliki Karakteristik Bantuan

Pemerintah yang ditetapkan oleh Pengguna Anggaran

(PA).

39. Petani, adalah perorangan warga negara Indonesia beserta

keluarganya atau korporasi yang mengelola usaha di

bidang

pertanian,

wanatani,

minatani,

agropasture,

penangkaran satwa dan tumbuhan, di dalam dan di sekitar

hutan, yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri,

pemasaran, dan jasa penunjang.

40. Kelompok Tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun

yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan;

kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi, sumber

daya; kesamaan komoditas; dan keakraban untuk

meningkatkan serta mengembangkan usaha anggota.

Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)

adalah kumpulan

beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerja sama

untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha.

(25)

18

41. Rencana Usahatani Kelompok (RUK)

adalah rencana

kerja usahatani dari kelompok tani untuk satu periode

musim tanam yang disusun melalui musyawarah dan

kesepakatan bersama dalam pengelolaan usahatani

sehamparan wilayah kelompok tani yang memuat uraian

kebutuhan saprodi yang meliputi: jenis, volume, harga

satuan dan jumlah uang yang diajukan untuk pembelian

saprodi sesuai kebutuhan di lapangan (spesifik lokasi),

pengeluaran lainnya, dan lain sebagainya.

42. Pemandu Lapangan (PL) adalah Penyuluh Pertanian,

Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT),

Pengawas Benih Tanaman (PBT)yang telah mengikuti

pelatihan SL-PTT dan berperan sebagai pendamping dan

pengawal pelaksanaan kegiatan.

43. Pengawalan dan Pendampingan oleh Petugas Dinas

adalah kegiatan yang dilakukan oleh petugas Dinas

Pertanian Provinsi dan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota

termasuk Penyuluh, POPT, PBT, Mantri Tani dan atau

petugas lainnya sesuai dengan kebutuhan di lapangan

dalam melakukan pengawalan dan pendampingan, guna

lebih mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan.

44. Pengawalan dan Pendampingan oleh Aparat

adalah

kegiatan yang dilakukan oleh TNI-AD beserta jajarannya

(Babinsa), Camat, Kades dan atau petugas lainnya sesuai

(26)

19

dengan

kebutuhan

di

lapangan

dalam

melakukan

pengawalan, pendampingan dan membantu pelaksanaan

pencapaian target tanam (produksi) padi di lapangan.

Dalam pelaksanaannya Babinsa secara berkala hadir di

lokasi kegiatan. Dalam rangka pemberdayaan kelompok

tani, Babinsa bersama penyuluh lapangan melaporkan

pelaksanaan tanam sampai produksi di wilayah

masing-masing.

45. Pengawalan dan Pendampingan oleh Peneliti

adalah

kegiatan yang dilakukan oleh peneliti Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian (BPTP) didukung oleh peneliti UK/UPT

Lingkup Badan Litbang Pertanian gunameningkatkan

pemahaman dan akselerasi adopsi PTT dengan menjadi

narasumber

pada

pelatihan,

penyebaran

informasi,

melakukan uji adaptasi varietas unggul baru, demplot, dan

supervisi penerapan teknologi.

46. Pengawalan dan Pendampingan oleh Penyuluh

adalah

kegiatan yang dilakukan oleh Penyuluh guna meningkatkan

penerapan teknologi spesifik lokasi sesuai rekomendasi

BPTP dan secara berkala hadir di lokasi kegiatan dalam

rangka

pemberdayaan

kelompok

tani

sekaligus

memberikan bimbingan kepada kelompok tani dalam

penerapan teknologi.

(27)

20

47. Pengawalan dan Pendampingan oleh POPT (Pengendali

Organisme Pengganggu Tumbuhan)

adalah kegiatan

pendampingan oleh Pengawas OPT dalam rangka

pengendalian hama terpadu (PHT).

48. Pengawalan dan Pendampingan oleh PBT (Pengawas

Benih Tanaman)

adalah kegiatan pendampingan oleh

Pengawas Benih dalam rangka pengawasan mutubenih.

49. Swadaya

adalah semua upaya yang dilakukan petani

dengan sumber pembiayaan yangberasal dari modal petani

sendiri.

50. Dinas

Pertanian

Provinsi/Kabupaten/Kota

adalah

Dinas

yang

membidangi

tanaman

pangan

yang

mempunyai tugas dan fungsi sebagai pembina dan

pelaksana program pembangunan sektor pertanian di

tingkat provinsi/kabupaten/kota.

51. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi/Kabupaten/

Kota adalah Dinas yang membidangi perikanan dan

kelautan yang mempunyai tugas dan fungsi sebagai

pembina dan pelaksana program pembangunan sektor

perikanan dan kelautan di tingkat provinsi/kabupaten/kota.

52. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA

adalah Menteri/Pimpinan Lembaga yang bertanggung

jawab atas penggunaan anggaran pada Kementerian

Negara/Lembaga yang bersangkutan.

(28)

21

53. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut

KPA adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk

melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawab

penggunaan anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga

yang bersangkutan.

54. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut

PPK adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh

PA/Kuasa PA untuk mengambil keputusan dan/atau

tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran atas

beban APBN.

(29)

22

II. KERAGAAN, TANTANGAN DAN PELUANG

PENINGKATAN PRODUKSI PADI TAHUN 2017

A. Keragaan Produksi

Produksi padi dalam 5 tahun terakhir meningkat rata-rata

3,90% per tahun, dari 65,75 juta ton GKG pada tahun 2011

menjadi sebesar 79.514.492 ton GKG (ARAM II), dengan

perkiraan luas tanam 15.460.151 ha, luas panen 15.035.736

ha dan produktivitas 52,88 ku/ha, sedangkan laju peningkatan

produktivitas mencapai rata-rata 1,23% per tahun dan luas

panen meningkat rata-rata 2,66% per tahun, seperti yang

terlihat dalam Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan

Produksi Padi Tahun 2011-2016

Ha

%

Ku/Ha

%

TON

%

2011

13,203,643

49.80

65,756,904

2012

13,445,524

1.83

51.36

3.13

69,056,126

5.02

2013

13,835,252

2.90

51.52

0.31

71,279,709

3.22

2014

13,797,307

(0.27)

51.35

(0.33)

70,846,465

(0.61)

2015

14,116,638

2.31

53.41

4.01

75,397,841

6.42

2016*

15,035,736

6.51

52.88

(0.99)

79,514,492

5.46

2.66

1.23

3.90

LUAS PANEN

TAHUN

PRODUKTIVITAS

PRODUKSI

RATA-RATA

(30)

23

B. Sasaran Produksi Padi Tahun 2017

Untuk memenuhi permintaan beras dari produksi dalam negeri

telah ditetapkan sasaran produksi padi tahun 2017

berdasarkan RKP (Rencana Kerja Pemerintah) adalah

78.132.000 ton gabah kering giling (GKG), sementara untuk

sasaran UPSUS 2017 sebesar 85.573.888 ton GKG. Sasaran

produksi tahun 2017 (UPSUS) tersebut meningkat 12,26%

dibanding dengan sasaran produksi tahun 2016 (RKP) sebesar

76.226.000 ton gabah kering giling (GKG). Guna mendorong

pencapaian tersebut diperlukan strategi, langkah operasional,

kerja keras dan cerdas serta dukungan instansi terkait,

mengingat fasilitasi/stimulan yang diberikan pemerintah melalui

APBN Tahun 2017 tidak sebesar pada Tahun 2016.

Pada tahun 2016, berbagai upaya peningkatan produksi baik

melalui kegiatan peningkatan produktivitas, peningkatan

indeks pertanaman dan atau peningkatan luas tanam yang

disertai dengan kewajiban penerapan teknologi jajar legowo,

dukungan sarana dan prasarana yang memadai serta iklim

yang kondusif telah terbukti dapat meningkatkan kinerja

produksi. Produksi padi tahun 2016 diperkirakan akan

mencapai 79.514.492 ton gabah kering giling, meningkat

5,46% dibanding produksi tahun 2015 atau meningkat 1,77%

dibanding sasaran tahun 2016 (RKP).

(31)

24

Adapun perbandingan sasaran luas tanam, luas panen,

produktivitas

dan

produksi

tahun

2016

dan

2017,

dikemukakan pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Persentase Kenaikan Angka Sasaran 2017

(UPSUS) Terhadap Sasaran 2016

Secara rinci sasaran tanam, panen, produktivitas dan produksi

padi tahun 2017 per Provinsi disajikan pada

Lampiran 1,

sasaran tanam dan produksi per bulan per provinsi, disajikan

pada

Lampiran 2 dan Lampiran 3,

sedangkan sasaran

tanam, panen, produkrivitas dan produksi per Kabupaten pada

Lampiran 4, selanjutnya kebutuhan benih dan kebutuhan

pupuk per provinsi per bulan pada Lampiran 5, 6, 7, 8 dan 9.

C. Tantangan dan Peluang Peningkatan Produksi

Kendala dalam peningkatan produksi tanaman pangan

terutama komoditas padi yang semakin kompleks karena

berbagai perubahan dan perkembangan lingkungan strategis

diluar sektor pertanian berpengaruh dalam peningkatan

produksi tanaman pangan.

Luas Tanam (jt Ha)

15,026

16,594

10.44

Luas Panen (jt Ha)

14,275

16,020

12.22

Produktivitas (Ku/Ha)

53,40

53,42

0.04

Produksi (jt Ton GKG)

76,226

85,574

12.26

URAIAN

KOMODITAS

PADI

SASARAN

2016

SASARAN

2017

%

(32)

25

Tantangan utama yang dihadapi dalam upaya peningkatan

produksi

tanaman pangan

adalah:

1).

Meningkatnya

permintaan beras sesuai dengan peningkatan jumlah

penduduk;

2).

Terbatasnya

ketersediaan

beras;

dan

3). Kecenderungan meningkatnya harga pangan.

Disamping tantangan, upaya peningkatan produksi tanaman

juga dihadapi oleh sejumlah permasalahan, yaitu antara lain:

1). Meningkatnya kerusakan lingkungan dan perubahan iklim

global; 2). Terbatasnya ketersediaan infrastruktur; 3). Belum

optimalnya sistem perbenihan nasional; 4). Terbatasnya akses

petani terhadap permodalan dan masih tingginya suku bunga

usaha tani; 5). Masih lemahnya kapasitas kelembagaan petani

dan penyuluh; 6). Meningkatnya alih fungsi lahan pertanian ke

penggunaan non pertanian; serta 7). Kurang harmonisnya

koordinasi kerja antar sektor terkait pembangunan pertanian.

Disamping itu, pembangunan pertanian selama ini masih

dilaksanakan tersekat-sekat oleh batasan administratif serta

berorientasi pada kegiatan-kegiatan yang tidak mampu

menjadi faktor pengungkit untuk pencapaian sasaran

pembangunan pertanian.

Disamping tantangan dan permasalahan yang dihadapi dalam

upaya peningatan produksi tanaman pangan, terdapat

sejumlah peluang yang apabila dimanfaatkan dengan baik

akan memberikan kontribusi pada upaya peningkatan

(33)

26

produksi.

Peluang tersebut antara lain : 1). Kesenjangan hasil

antara potensi dan kondisi di lapangan masih tinggi;

2). Tersedia teknologi untuk meningkatkan produktivitas;

3). Potensi sumberdaya lahan sawah, rawa/lebak, lahan

kering

(perkebunan,

kehutanan)

yang

masih

luas;

4). Pengetahuan/Keterampilan SDM (Petani, Penyuluh/PPL,

Pengendali

Organisme

Pengganggu

Tumbuhan/POPT,

Pengawas Benih Tanaman/PBT, dan Petugas Pertanian

Lainnya) masih dapat dikembangkan; 5). Tersedianya potensi

pengembangan produksi berbagai pangan pilihan selain

beras;

6).

Dukungan

Pemerintah

Daerah;

dan

(34)

27

III. STRATEGI DAN UPAYA PENCAPAIAN

PRODUKSI PADI TAHUN 2017

Mengingat komoditas padi/beras merupakan komoditas pangan

strategis yang masih terus mendapatkan perhatian khusus dari

pemerintah maka upaya meningkatkan produksi dan produktivitas

padi terus dilakukan, antara lain dilakukan melalui program

intensifikasi dan ekstensifikasi. Program tersebut dilakukan

melalui penyediaan input, penyediaan teknologi, sarana air,

pemasaran hasil dan lain sebagainya yang memungkinkan untuk

lebih menggairahkan para petani berusahatani yang lebih optimal,

sehingga pada akhirnya peningkatan produksi dan produktivitas

padi dapat dicapai. Untuk kegiatan padi inbrida khususnya,

dititikberatkan/diutamakan pada peningkatan indeks pertanaman

dan perluasan areal tanam dengan menggunakan teknologi tanam

jajar legowo.

A. Strategi Pencapaian Produksi Padi 2017

a.1. Peningkatan Produktivitas (Intensifikasi)

Peningkatan produktivitas padi merupakan usaha yang

dilakukan untuk meningkatkan produksi padi dengan cara

mengoptimalkan lahan pertanian yang sudah tersedia. Dalam

pelaksanaan kegiatan intensifikasi padi akan fokus pada

(35)

28

upaya pananganan masalah terkait: pengelolaan tanah,

penggunaan benih bermutu, penanaman, pemupukan,

pemberantasan

hama

dan

penyakit

pada

tanaman,

pemanenan dan kegiatan selama pascapanen.

Peningkatan produktivitas padi dilakukan melalui peningkatan

penggunaan benih varietas unggul bermutu spesifik lokasi

dengan produktivitas tertinggi termasuk benih padi hibrida,

peningkatan jumlah populasi tanaman dengan teknologi

tanam jajar legowo, pemupukan sesuai rekomendasi spesifik

lokasi serta berimbang, pemakaian pupuk organik dan pupuk

bio-hayati, pengelolaan pengairan dan perbaikan budidaya

lainnya yang disertai dengan peningkatan pengawalan,

pendampingan, pemantauan dan koordinasi. Strategi ini

terutama dilaksanakan di wilayah dimana perluasan areal

sudah sulit dilakukan, sehingga dengan penerapan teknologi

spesifik

lokasi

diharapkan

masih

dapat

ditingkatkan

produktivitasnya.

a.2. Perluasan Areal Tanam (Ekstensifikasi)

Permasalahan substantif yang dihadapi dalam peningkatan

produksi padi adalah berkurangnya luas areal lahan sawah

akibat alih fungsi dari lahan pertanian ke peruntukan di luar

pertanian.

Berdasarkan

permasalahan

tersebut,

dalam

upaya

(36)

29

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan melalui APBN TA. 2017,

kegiatannya dititikberatkan/diutamakan pada perluasan areal

tanam (ektensifikasi) dan peningkatan indeks pertanaman

padi pada lahan yang masih berpotensi untuk ditingkatkan,

antara lain lahan kering, lahan tadah hujan, lahan hutan,

lahan gambut, lahan rawa, lahan marginal, lahan yang tidak

diusahakan dan lahan-lahan lainnya.

Guna mendukung hal tersebut, maka kegiatan dilaksanakan

melalui pemberian bantuan prasarana dan sarana pertanian

yang terdiri dari : benih padi, alat dan mesin pertanian baik pra

panen

maupun

pasca

panen

serta

infrastruktur

air

irigasi/jaringan irigasi sesuai kebutuhan lahan dan didukung

oleh potensi sumber daya alam yang tersedia di lokasi

sebagai stimulan.

a.3. Percepatan Tanam untuk Meningkatkan Indeks

Pertanaman (IP)

Percepatan tanam merupakan salah satu strategi untuk dapat

mencapai sasaran tanam tahun 2017, hal ini didukung dengan

prediksi cuaca pada tahun 2017 yang akan berlangsung

normal. Untuk mendukung strategi percepatan tanam

diperlukan:

1) Memobilisasi alat mesin pertanian untuk pengolahan tanah

dan tanam, seperti traktor tangan, dan mesin tanam

(transplanter);

(37)

30

2) Penyediaan sarana produksi, seperti benih, pupuk, dan

pestisida, dalam jumlah dan kualitas yang mencukupi dan

tepat waktu.

Untuk benih, selain dipilih varietas yang tahan

hama dan penyakit, juga harus berumur genjah. Hal ini

dimaksudkan agar umur panen bisa dipersingkat untuk

mengejar musim tanam selanjutnya;

3) Manajemen air irigasi

Terbatasnya volume air irigasi di awal musim hujan jadi

kendala dalam pengolahan dan penanaman. Oleh karena

itu, diperlukan sistem irigasi yang tertata dan teratur sesuai

kemampuan dan perhitungan debit air yang tersedia,

misalnya melalui menggiring dan mendorong percepatan

tanam dari Golongan I dan Gol III/IV sehingga tanam akhir

berada diantara Gol II/III.

Perlu dilakukan mobilisasi pompa air antar daerah dan

antarpetak irigasi dengan mengaktifkan peran dari

Gabungan Kelompok Tani/Gapoktan dan Perkumpulan

Petani Pemakai Air /P3A.

B. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Padi Tahun 2017

Fokus Utama pencapaian sasaran produksi padi tahun 2017

adalah peningkatan produksi padi inbrida dan padi hibrida

melalui berbagai penerapan teknologi. Sejalan dengan hal

tersebut, maka pada tahun 2017 upaya peningkatan produksi

padi diutamakan/dititikberatkan pada peningkatan indeks

(38)

31

pertanaman (PIP) dan atau perluasan areal tanam (PAT).

Selanjutnya seluruh kegiatan padi diwajibkan menerapkan

teknologi tanam jajar legowo sesuai kondisi di masing-masing

lokasi. Rekapitulasi alokasi kegiatan budidaya padi tahun

2017 disajikan pada

Lampiran 10 sedangkan rincian per

Provinsi dan Kabupaten/Kota disajikan pada Lampiran 11.

Sasaran tanam seluas 16.594.178 ha, akan tercapai dan

didukung dengan program dan kegiatan sebagai berikut:

1. Pengembangan Lahan

: 292.240 ha

2. Pengembangan Produktivitas Lahan : 1. 370.000 ha

3. Subsidi Benih

: 4.100.000 ha

4. Subsidi Pupuk dan Pembinaan

Teknologi Pada Lahan Swadaya

: 10.832.738 ha

Program dan kegiatan Tahun 2017 mendukung sasaran

produksi padi tahun 2017 melalui Anggaran APBN Bagian

Anggaran 18 maupun bagian anggaran subsidi meliputi:

1.

Program Peningkatan Produksi dan Mutu Hasil

Tanaman Pangan seluas: 1.370.000 ha, meliputi:

a. Padi inbrida seluas : 731.925 ha

b. Padi hibrida seluas : 60.000 ha

c. Mina Padi seluas : 4.000 ha

d. Padi Salibu seluas : 10.000 ha

(39)

32

f.

Pengembangan Jarwo Super seluas : 10.000 ha

g. Pengembangan Desa Pertanian Organik seluas :

4.000 Ha

h. Pengembangan Padi/Beras Khusus : 75 ha

i.

Bantuan Benih Pusat seluas : 500.000 ha.

2. Program Benih Bersubsidi Seluas 4.100.000 ha,

meliputi :

a. Benih subsidi inbrida seluas : 4.000.000 ha

b. Benih subsidi hibrida seluas : 100.000 ha

3. Program Pupuk Bersubsidi, meliputi:

a. Urea sebanyak

: 4.100.000 ton

b. SP-36 sebanyak

: 850.000 ton

c. NPK sebanyak

: 2.550.000 ton

d. Organik sebanyak

: 1.000.000 ton

4. Dukungan Program Lainnya.

a. Alsin Pra Panen, meliputi:

Traktor Roda 2 sebanyak

: 30.000 unit

Traktor Roda 4 sebanyak

: 4.000 unit

Pompa Air sebanyak

: 23.960 unit

Rice Transplanter sebanyak

: 3.733 unit

b. Alsin Pasca Panen, meliputi:

Combine Harvester Besar sebanyak

: 2.702 unit

Combine Harvester Sedang sebanyak : 672 unit

(40)

33

Vertical Dryer

: 2 unit

RMU (wilayah Perbatasan)

: 20 unit

RMU Beras Organik

: 1 unit.

c. Penyuluhan.

d. Dan lain sebagainya.

Adapun skenario pencapaian produksi padi tahun 2017,

dijabarkan seperti pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Skenario Pencapaian Produksi Padi Tahun 2017

(UPSUS)

No.

Kegiatan

Volume

Kegiatan (Ha)

Luas Tanam

(Ha)

Luas Panen

(ha)

Produktivi

tas (ku/ha)

Produksi

(ton)

I

Tambahan Pengembangan Lahan

198.500

292.240

277.599

1.411.350

1

Pertambahan luas tanam dari Bendungan

Jati Gede

87.840

83.439

62,00

517.323

2

Sodetan sungai Cibuni Kec. Cijati

Kabupaten Cianjur

1.400

1.330

62,00

8.245

3

Rehap Jaringan Irigasi Tersier

100.000

100.000

94.990

54,00

512.946

4

Embung

500

5.000

4.750

45,00

21.373

5

Irigasi Rawa

10.000

10.000

9.499

40,00

37.996

6

Perluasan sawah PSP 2017

88.000

88.000

83.591

37,50

313.467

II

Pengembangan Produktivitas Lahan

1.370.000

1.369.200

1.300.603

7.218.036

1

Padi inbrida (DIPA TP 2017)

731.925

731.925

695.256

54,00

3.754.380

2

Padi hibrida (DIPA TP 2017)

60.000

60.000

56.994

80,00

455.952

3

Mina padi (DIPA TP 2017)

4.000

3.200

3.040

62,00

18.846

4

Padi salibu (DIPA TP 2017)

10.000

10.000

9.499

52,00

49.395

5

Padi Suboptimal/hazton (DIPA TP 2017)

50.000

50.000

47.495

65,00

308.718

6

Pengembangan jarwo super (DIPA TP 2017)

10.000

10.000

9.499

74,00

70.293

7

Pengembangan desa pertanian organik

padi (DIPA TP 2017)

4.000

4.000

3.800

50,40

19.150

8

Bantuan benih padi pusat (DIPA TP 2017)

500.000

500.000

474.950

53,50

2.540.983

9

Pengembangan beras khusus (DIPA TP 2017)

75

75

71

45,00

321

III Dukungan Lainnya

4.100.000

14.932.738

14.441.817

76.944.502

1

Benih subsidi inbrida

4.000.000

4.000.000

3.799.600

53,50

20.327.860

2

Benih subsidi hibrida

100.000

100.000

94.990

80,00

759.920

4

Reguler/swadaya petani

10.832.738

10.547.227

52,96

55.856.722

5.668.500

16.594.178

16.020.019

53,42

85.573.888

Total

(41)

34

Sejalan dengan fasilitasi bantuan yang diberikan pemerintah

pada tahun 2017, maka luas areal budidaya padi khususnya

padi inbrida (sawah/tadah hujan/lahan kering) sebesar

731.925 ha dan merupakan areal terbesar pada kegiatan padi

tahun 2017.

Agar upaya ini dapat berhasil maka dukungan dari berbagai

pihak sangat diperlukan melalui gerakan yang luar biasa

antara lain : (1). gerakan pengolahan tanah; (2). gerakan

tanam dan panen serentak; (3). gerakan pemupukan

berimbang; (4). gerakan penerapan teknologi; (5). gerakan

pengendalian OPT; (6). gerakan penanganan panen dan

pasca panen; dan (7). gerakan lainnya melalui dukungan

APBN, APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota serta dana

masyarakat dan

stakeholders

.

Penyuluh Pertanian/PPL, POPT, PBT, Aparat (TNI-AD) tetap

melakukan pengawalan dan pendampingan pada areal tanam

di luar program. Pada prinsipnya semua dana yang ada, dan

dikelola oleh Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten/Kota

dan Bakorluh/Bapeluh ditujukan untuk meningkatkan produksi

padi baik di areal program maupun di luar areal non program.

(42)

35

IV. PELAKSANAAN KEGIATAN TAHUN 2017

Upaya peningkatan produksi padi tahun 2017 diutamakan pada

peningkatan indeks pertanaman (PIP) dan atau perluasan areal

tanam (ekstensifikasi). PIP dilaksanakan di eks kegiatan PAT

Tahun 2015 dan eks kegiatan PAT Tahun 2016. Oleh karena itu,

CPCL pada kegiatan tersebut diatas dapat diusulkan sebagai

penerima kegiatan tahun 2017. Sementara PAT, dilaksanakan di

lokasi yang benar-benar baru yang sebelumnya belum pernah

digunakan untuk pertanaman padi. Seluruh kegiatan wajib

menerapkan teknologi tanam jajar legowo sesuai kondisi di

masing-masing lokasi.

A. Kriteria Calon Petani (CP) Penerima Bantuan

Penerima bantuan pemerintah pada kegiatan budidaya padi

dan pengembangan UPPO adalah: Kelompok Tani/Gapoktan

yang memenuhi ketentuan sebagai berikut :

a. Kelompok tani/gapoktan sudah terdaftar di Badan

Pelaksana

Penyuluhan

Pertanian

Perikanan

dan

Kehutanan (BP4K) setempat atau sudah tercatat pada

surat Keputusan (SK) Bupati/Walikota atau diusulkan oleh

Kepala Unit Kerja terkait.

b. Kelompok tani/gapoktan merupakan kelompok yang

dinamis, pro aktif dan bertempat tinggal dalam satu

desa/wilayah yang berdekatan dan diusulkan oleh Kepala

(43)

36

Desa dan atau KCD dan atau Kepala UPTD dan atau

Petugas Lapangan/Penyuluh.

c. Kelompok tani/gapoktan mempunyai kepengurusan yang

lengkap yaitu minimal ada Ketua, Sekretaris dan

Bendahara serta memiliki lahan ataupun penggarap/

penyewa dan mau mengikuti seluruh rangkaian kegiatan.

d. Kelompok

tani/gapoktan

penerima

bantuan

dalam

pelaksanaan kegiatannya, diutamakan pada lahan PIP dan

atau PAT tanaman pangan (lahan sawah irigasi, lahan

sawah rawa, lahan sawah tadah hujan, dan lahan kering)

dan lahan non tanaman pangan seperti lahan inhutani,

lahan transmigrasi, dan lain-lain, sedangkan untuk beberapa

Provinsi/Kabupaten/Kota

yang

arealnya

sangat-sangat

terbatas dan tidak memungkinkan pelaksanaan kegiatan pada

lokasi PIP dan atau PAT, maka dimungkinkan kegiatan

tersebut dialokasikan pada areal eksisting dengan syarat

peningkatan produktivitas menjadi tujuan utama dan

memberikan kontribusi yang signifikan.

e. Kelompok tani/gapoktan pelaksana kegiatan/penerima

bantuan, diseleksi dan ditetapkan oleh PPK melalui Surat

Keputusan dan Surat Keputusan tersebut disahkan oleh

KPA (Satker Mandiri). Apabila Satker melekat di Provinsi

(TP Provinsi) maka penerima bantuan diusulkan oleh

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, lalu diseleksi dan

(44)

37

ditetapkan oleh PPK melalui Surat Keputusan dan Surat

Keputusan tersebut disahkan oleh KPA (PMK 173 Pasal 8).

f. Kelompok tani/gapoktan penerima bantuan bersedia

melaksanakan kegiatan dengan sebaik-baiknya dan

bersedia menambah biaya pembelian sarana produksi dan

biaya operasional/pendukung lainnya, bilamana bantuan

yang diberikan tidak mencukupi. Seluruh bantuan yang

telah diterima petani pelaksana kegiatan tidak untuk

diperjual belikan.

g. Kelompok

tani/gapoktan

penerima

bantuan

melalui

Mekanisme Transfer Uang, harus memiliki rekening yang

masih berlaku/masih aktif di Bank Pemerintah (BUMN atau

BUMD/Bank Daerah) yang terdekat. Rekening bank

diutamakan berupa rekening bank setiap kelompok tani

namun dapat pula rekening gabungan kelompok tani

(Gapoktan).

Jika

menggunakan

rekening

gapoktan,

mekanisme pengaturan antar kelompok tani agar diatur

lebih lanjut oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota

atau Kepala Dinas Pertanian Provinsi.

h. Kelompok tani/gapoktan penerima bantuan, membuat surat

pernyataan bersedia dan sanggup menggunakan bantuan

tersebut

sesuai

peruntukannya

dan

sanggup

(45)

38

pengembalian, sesuai peraturan perundangan yang

berlaku.

i. Kelompok tani/gapoktan pelaksana kegiatan membuat

Berita Acara (BA) apabila kegiatannya mengalami

Force

Majeure (ternak mati, puso akibat serangan OPT,

kebanjiran, kekeringan, dan lainnya) yang diketahui oleh

instansi berwenang.

j. Kelompok tani/gapoktan penerima bantuan kegiatan

bersedia untuk melanjutkan kegiatan tersebut pada musim

tanam berikutnya, jika kegiatan tersebut mencapai tujuan;

secara swadaya atau sumber pendanaan lainnya sesuai

peraturan perundangan.

k. Kelompok Tani/gapoktan penerima bantuan budidaya padi

organik/desa pertanian organik, harus memiliki komitmen

mengikuti proses sesuai dengan SNI 6729/2016 dan

Permentan No. 64 Tahun 2013 tentang Sistem Pertanian

Organik.

l. Kelompok tani/gapoktan penerima bantuan Unit Pengolah

Pupuk Organik (UPPO) diutamakan pada lahan Desa

pertanian Organik tahun 2016, 2017 dan rencana tahun

2018, Desa Organik Swadaya, Desa Organik di Daerah

Perbatasan, lokasi lainnya yang mendukung peningkatan

produksi padi, jagung dan kedelai (PAJALE) atau lokasi

Gambar

Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan  Produksi Padi Tahun 2011-2016
Tabel 2. Persentase Kenaikan Angka Sasaran 2017  (UPSUS) Terhadap Sasaran 2016
Tabel 3. Skenario Pencapaian Produksi Padi Tahun 2017  (UPSUS)

Referensi

Dokumen terkait

a posebno, u kontekstu teme ovog rada, redovne publikacije populacionih projekcija za prostor SFRJ u izdanju Centra za demografska istraživanja Instituta društvenih nauka i

Untuk akun ada yang aku pegang sendiri, kadang kalau yang kaya kemarin ke Papua itu mereka reporternya langsung, tapi tidak kesemua reporter karena mereka belum terbiasa ya,

Bilang isang mag-aaral, mapapaunlad ko ang aklat na ito sa pamamagitan ng pag- rekomenda sa iba pang mambabasa na tangkilikin o basahin ang aklat na ito na nilathala ni

Dalam menganalisis sumber daya kesehatan yang digunakan dan dibutuhkan, maka Dalam menganalisis sumber daya kesehatan yang digunakan dan dibutuhkan, maka harus dilakukan sebuah

14 SIMPANG PEUT Maya Julianti Nurmasyitah, SHI Surya Darma 12 ALUE KUMBANG Roby Wahyudi. Nurhafni Umi Taibah 13 SIMPANG ANEUH

Dalam intervensi ini juga dapat disimpulkan bahwa penerapan terapi kognitif melalui teknik restruktur- isasi kognitif dapat mengurangi atau mengatasi pemikiran- pemikiran irasional

Aktivitas siswi pada aspek listening activities adalah baik sekali dengan nilai 80, visual activities dengan kriteria baik sekali dengan nilai 80, motor

95 Kajian Waktu Fermentasi dan Warna Kulit Buah Kopi terhadap Karakteristik Fisik Biji Kopi Hasil Fermentasi pada Buah Kopi Jenis Robusta (Studi Kasus di Desa