• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANCASILA SEBAGAI IDIOLOGI BANGSA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PANCASILA SEBAGAI IDIOLOGI BANGSA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PANCASILA SEBAGAI IDIOLOGI

BANGSA

DISUSUN OLEH ;

Nama

: Fery Cristian

NIM

: 11.12.5848

Kelompok

: I . NUSA

Program Studi

: S1

Jurusan

: Sistim Informasi

Dosen Pembimbing

: Drs.Muhammat Idris P.MM

SEKOLAH TINGGI MANAGENMEN INFORMATIKA

(2)

PERANAN PANCASILA BAGI BANGSA

Saat ini banyak terdapat tauran antar suku,sekolah,masarakat dan klompok. yang berlatar belakangan perbedaan ras,pendapat dan agama.

Ini semua tak lain di akipatkan karena perbedaan pikiran antara ke dua belah pihak.. sehingga mengakibatkan perselisihan.

Sebaiknya kita sebagai bangsa yang memiliki keberaganman suku,adat istiadat dan agama seharusna bangga.. Namun, kurangnya kesadaran masyarakat terhadap arti penting Pancasila sebagi alat untuk pemersatu bangsa ini

menyebabkan perbedaan yang ada sebagai sebuah pembatas, bukan sebagai pelengkap antar satu dengan yang lainnya.

(3)

PENDAHULUAN

1.

Latar Belakang Masalah

Perbedaan, Apa yang terpikirkan oleh kita jika mendengar kata PERBEDAAN? Tentu saja kita berpikir bahwa ini adalah dua pendapat atau prilaku yang saling bertolak belakang..

Namun pemahaman seperti ini adalah salah, seharusnya kita bias menyikapi bahwa dengn adanya perbedaanlah kita dapat bersatu. Yaitu dengan cara saling melengkapi antar satu sama lain.

Sama halnya dengan bangsa kita yang mempunyai banyak sekali aspek perbedaan, entah dalam aspek suku, agama, kelompok, warna kulit, kebudayaan dan lain-lain.

Tentu saja, ada saat di mana dua kelompok yang berbeda tersebut, tidak satu pendapat, dan perbedaan ini bias mengarah pada tindakan anarkis..

Dan bagai mana kita bias mempersatukan keberagaman ini??

Nah inilah peranan pancasila bagi bangsa kita.. yaitu untuk pemersatu berbagai perbedaan antar satu dengan yang lain..

(4)

2.

Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini adalah; Mengapa panca sila sebagai idiologi bangsa ?

Mengapa bangsa Indonesia tidak menggunakan masing-masing agama yang dipeluk masyarakatnya sebagai tali pengikat antar perbedaan tersebut?

Bagaimana peranan Bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu bangsa?

(5)

HISTORIS PANCASILA

Pada tahun 1945, menjelang proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 dr. Radjiman, ketua Badan Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) mengajukan pertanyaan yang fundamental : Indonesia merdeka yang akan kita dirikan apa dasarnya? Karena dasar negara yang kita hendaki haruslah dasar negara yang mampu mempersatukan unsur-unsur bangsa dan negara yang begitu heterogen.

Bung Karno menjawab pertanyaan dr. Radjiman pada tanggal 1 Juni 1945. Jawaban itu disampaikan dalam suatu pidato tanpa teks. Pidato itu dinilai oleh para pengamat sangat baik. Para anggota BPUPKI memberikan tanggapan penuh semangat,yang dianggap tanda persetujuan terhadap substansi uraiannya. Pidato Bung Karno 1 Juni 1945 mengandung sintesis nilai-nilai atau unsur-unsur budaya yang lengkap dan memiliki sifat-sifat universal, mulai dari kebangsaan, kemanusiaan, kerakyatan, kesejahteraan, dan ketuhanan. Semua itu

menunjukkan betapa luas dan mendalamnya pengetahuan dan wawasan Bung Karno. Meski demikian Bung Karno sadar akan perlunya penyempurnaan. Sampai sekarang masih diperdebatkansiapa sebenarnya pencetus gagasan dasar negara Pancasila pertama kali, Soekarno atau M.Yamin. Mereka yang pro-Yamin mendasarkan pendapatnya atas dasar dokumen Yamin yang berjudul Asas dan Dasar Negara Kebangsaan RI bertanggal 29 Mei 1945. Teks Yamin itu termuat dalam buku himpunannya yang berjudul naskah Persiapan UUD 1945 jilid I (1959).

Buku itu mendapat kata pengantar tulis tangan dari Presiden Soekarno,

bertanggal 22 April 1959. Berdasarkan 2 dokumen itu muncullah pendapat yang menyatakan bahwa Yaminlah pecetus gagasan dasar negara pertama, meskipun tidak memberi nama Pancasila. Pendapat itu menganggap pengantar tulis tangan dari Presiden Sukarno sebagai endorsement (pengukuhan) atas pendapat pro-Yamin itu.

Tetapi mereka yang mau cermat akan menghadapi kesukaran karena dalam karya-karya Yamin yang lain, justru ia mengakui Bung Karnolah penggali pertama gagasan dasar negara Pancasila. Karya-karya Yamin itu adalah :

1. Sistema Filsafah Pancasila (1958)

2. Tinjauan Pancasila terhadap Revolusi Fungsionil (1959) 3. Naskah Persiapan UUD 1945 jilid II

4. Lima uraian tentang UUD 1945 (1960) 5. Pembahasan UUD 1945

Sekedar contoh pernyataan Yamin dikutipkan dari Naskah Persiapan UUD 1945 jilid II (hal 649) berikut ini: “ Setelah dimajukan hasil penggalian dan Penemuan Bung Karno yang diberi nama ajaran Pancasila dan golongan fungsionil itu,

marilah pula dengan ringkas meminta perhatian kepada cetusan Bung Karno pula bernama Demokrasi Terpimpin.

Contoh kedua diambilkan dari sistema Filsafah Pancasila (hal 7), sbb: “ Untuk penjelasan ingatlah beberapa tanggal sebagai pagangan sejarah: 1 Juni 1945 diucapkan pidato yang pertama tentang Pancasila dalam suatu rapat di gedung

(6)

Kementerian Luar Negeri yang sekarang ini ” (dulu gedung BPUPKI).

Kecuali pengakuan Yamin dalam karya-karyanya tsb,pendapat yang pro Bung Karno, 1 Juni 1945 juga didukung oleh para saksi, yaitu anggota BPUPKI yang menyaksikanpidato Lahirnya Pancasila pada tanggal tsb. Mereka itu adalah Ki Hajar Dewantara, KH Masykur, RP Suroso, Prof Rooseno dan dr. Radjiman sendiri. Dr. Radjiman pulayang memberi kata pengantar untuk penerbitan pertama lahirnya Pancasila.

Seperti sudah dikemukakan pidato Bung Karno Mendapat sambutan hangat disertai tepuk tangan bertubi-tubi. Hal itu diartikan sebagai persetujuan para peserta sidang. Namun perlu dibahas dan dirumuskan kembali sehingga lebih runtut dan bernada filosofis.Untuk itu BPUPKI membentuk Panitia Sembilan yang anggotanya antara lain Bung Karno (ketua), Hatta (wakil ketua), M.Yamin, Kh Agus Salim, Kahar Muzzakkir, Maramis, Wachid Hasyim, Ahmad Soebardjo, dan Abi Kusno Tjokrosujoso.

Lewat pengkajian yang mendalam Panitia Sembilan menghasilkan dokumen yang disebut Piagam Jakarta, 22 Juni 1945. Pengkajian itu diteruskan oleh PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang menghasilkan, antara lain Pembukaan UUD 1945. Lewat tahap pengkajian 22 Juni gagasan Bung Karno Dirumuskan kembali menjadi:

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan

5. Keadilan sosisal bagi seluruh rakyat Indonesia

Tahap berikutnya adalah merumuskan sila pertama. Sebelum sidang PPKI 17 Agustus 1945 petang, Bung Hatta didatangi utusan dari Kaigun Indonesia Timur. Wakil rakyat daerah itu mengusulkan agar sila pertama diubah,sehingga sebagai norma dasar, Pembukaan UUD tidak memuat ketentuan yang diskriminatif. Keesokan harinya sebelum sidang PPKI 18 Agustus bermula, Hatta melobi tokoh-tokoh Islam, yaitu Ki Bagus Hadikusumo, Kasman Singadimeja, Wahid Hasyim dan Teuku Moh Hasan. Mereka sepakat untuk berkompromi, sila pertama menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan kompromi itu sesuatu dapat menimbulkan perpecahan bangsa dapat dicegah.

Dengan landasan yang sama berbagaipersoalan hidup kenegaraan, kebangsaan dan kerakyatan dapat dimusyawarahkan dengan penylesaian yang manusiawi, berkeadilan dan berkebudayaan.

(7)

Landasan Sosiologis

Bangsa Indonesia memiliki budaya yang beragam dan multikultur berdasarkan etnis dan Bahasa. Masyarakat Indonesia mengakui dan menghargai lintas budaya, betapa pun kecilnya. Perbedaan ini harus dipandang sebagai potensi kekuatan bangsa.

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, keragaman ini diikat dalam norma dan aturan untuk menjaga harmoni kehidupan untuk mewujudkan kesadaran moral dan hukum.

Arus informasi yang berdampak pada goyahnya jati diri bangsa, diperlukan komitmen kebangsaan untuk mewujudkan cinta tanah air, kesadaran bela negara, persatuan nasional dalam suasana saling menghargai keberagaman. Persatuan dalam keberagaman budaya, adat istiadat, tradisi harus dibina dan ditingkatkan secara demokratis, terpola dan terus-menerus.

Landasan Yuridis

Pendidikan kewarganegaraan bertujuan membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.

Rasa ini diwujudkan dalam bentuk bela negara, seperti yang tercantum dalam UUD 1945 hasil Amandemen, yaitu pasal 27 ayat 3, Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.

Ditegaskan kembali pada pasal 30 ayat 1, bahwa Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan keamanan negara

(8)

PEMBAHASAN MASALAH

1.

Mengapa bukan agama yang menjadi idiologi?

Pancasila adalah ideologi negara, karena pencapaian masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila merupakan cita-cita yang senantiasa diupayakan pelaksanaannya dalam keseharian hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Pancasila sebagai ideologi ,yaitu norma atau pedoman untuk bertindak/ berbuat. Dan sesuai dengan dalil bahwa segala sesuatu harus bertindak menurut

kodrat masing-masing (Noblesse oblige!), maka manusia pun harus bertindak

menurut kodrat rasionalnya karena manusia adalah makhluk jasmani-rohani

yang berakal budi. Manusia adalah baik sebagai manusia apabila dia selalu

bertindak secara rasional. Dengan akal budinya manusia dapat mengenal kodratnya dan norma-norma yang mengikatnya sebagai manusia. Manusia yang menaati norma-norma itu disebut baik, baik sebagai manusia atau baik dari segi moral (morally good). Norma-norma itu disebut moral kodrati (natural morals), karena dijabarkan dari kodrat manusia.”

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pancasila hanya berperanan sebagai ideologi negara jika segala tindakan individual maupun sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, yang mencakup aspek-aspek politik, sosial, ekonomi, kebudayaan dan lain-lain, dilaksanakan secara rasional berdasarkan Pancasila.

Suatu bangsa selalu memiliki dasar Negara, sebab dengan adanya dasar ini akan menjadi penentu tujuan bangsa itu sendiri. Begitu juga dengan panca sila. Pancasila adalah sebagai alat pemer satu bangsa kita dari

perbedaan-perbedaan yang ada.

Bangsa Indonesia adalah negara yang sangat beragam, yaitu suku bangsa,agama,adat istiadat,bahasa, dan menempati daerah dan kepulauan yang sangat luas. Dengan adanya perbedaan ini maka di bentuklah Panca sila sebagai alat pemersatu bangsa Indonesia .

Penggunaan agama sebagai alat pemersatu di rasakan tidak efisien, karena pemahaman orang-orang dalam satu agama pun berbeda-beda. Dan tidak jarang pemahaman yang keliru itu justru mencelakakan para pemeluk agama lain. Contoh yang paling mudah adalah terbentuknya kelompok FPI

(9)

yang beranggapan agama lain itu musrik, Jika itu uterus berlanjut maka bangsa Indonesia akan hanya d jadikan sama, yaitu agama,kebiasaan dan sikap,

padahal negara kita terdiri dari banyak agama..

Maka dari itulah pancasila lah yang menjadi pemer satu bangsa kita.. karna di setiap sila silanya tertanam makna makna yang sangat mendalam.. panca sila mengajarkan bahwa perbedaan adalah suatu kekayaan yang d miliki negara kita.

2.

Mempererat Persatuan Dengan Berbahasa

Indonesia

Salah satu pemersatu bangsa kita adalah adanya bahasa Indonesia yang . dengan adanya bahasa Indonesia maka bangsa kita dapat bersatu karena jika tak ada bahasa pemersatu ini tak hayal akan terjadi kesulitan untuk mendapatkan informasi dari suku satu dengan yang lain..

Dari sini kita harus menjunjung tinggi bahasa Indonesia.. ini maksutnya adalah kita sebagai bangsa Indonesia harus selalu menggunakan bahasa pemersatu kuta dengan benar.

Missal,dalam kehidupan sehari-hari tak jarang kita selalu memggunakan bahasa masing-masing suku di dalam percakapan

kita,padahal di sekitar kita banyak orang yang tak memahami percakapan kita karna dia berasal dari suku lain.. , akan lebih baik jika pada saat itu kita menggunakan bahasa Indonesia, bukan bahasa daerah, meskipun kita terbiasa menggunakan bahasa daerah untuk berbicara dengan teman-teman.

(10)

Dengan demikian orang yang tak satu suku akan mudah memahami percakapan kita dan merasa d hormati sehingga dapat mempererat tali persaudaraan antar suku yang ada..

Seandainya kita tetap menggunakan bahasa masing-masing tentu saja teman kita bahkan kita sendiri akan merasa tak nyaman karena tak mengerti bahasa yang dia dengar. Dan pastinya dia akan sulit untuk bergaul dengan kita.

Oleh karena itu, biasakanlah berbahasa Indonesia dalam kegiatan-kegiatan formal yang menyangkut orang banyak dalam kehidupan sehari-hari sehingga maksud kita dapat tersampaikan walau kita berbeda suku atau daerah, sekaligus untuk mempererat tali persatuan antar

(11)

KESIMPULAN

Pancasila sangat tepat sebagai idiologi pemersatu bangsa kita Agama di rasa kurang pas untuk alat pemersatu bangsa Indonesia Pemakaian bahasa Indonesia yang terarah dapan mempererat persatuan bangsa kita

(12)

SARAN

Kita sebagai bangsa Indonesia harus memahami makna makna pancasila sehingga negara kita tetap dapat bersatu ..janganlah bertindak anarkis jika terjadi perbedaan. Dan selalu selesaikan lah masalah dengan

kekeluargaan,jangan sampai terjadi perpecahan antar bangsa Indonesia dan justru jadikan lah perbedaan menjadi kelebihan bangsa kita bukan menjadi pembatas antar masarakat Indonesia.

(13)

REFERENSI

http://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila.

http://id.wikipedia.org/wiki/Rumusan-rumusan Pancasila.

http://facebook.com/MENGHIDUPKAN PANCASILA KEMBALI (3) - SILA PERSATUAN INDONESIA.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini menyatakan bahwa usulan (Isi sesuai dengan bidang PKM) saya dengan judul: KRIM (KRIPIK METE) MAKANAN RINGAN YANG MEMPUNYAI GIZI TINGGI yang diusulkan untuk

faktor yang mendorong munculnya perhatian dan minat para penafsir masa kini untuk melakukan pembahasan dengan metode ini antara lain, al Qur’an merupakan kitab suci

kepada masyarakat, melihat peran Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) dalam menunjang pelayanan kesehatan di rumah sakit, mengetahui peran apoteker dalam. mengelola perbekalan

Adapun pendekatan analisis yang digunakan adalah descriptif analisis (analisis deskriptif). Sementara pendekatan penelitiannya adalah teologis normatif, yaitu suatu

Adapun pemilu legislatif ini dilaksanakan dengan sistem proporsional terbuka yang perhitungannya didasarkan pada sejumlah daerah pemilihan dan untuk pertama kalinya

Abstrak : Pola pikir itu tentunya tidak dapat kita hindari dari pengaruh tradisi ataupun budaya masyarakat itu sendiri.Dalam membentuk krakter pikir peserta

Kerangka pikir dalam penelitian pengembangan model pembelajaran MITRA berbasis problem solving untuk pemecahan masalah matematika SD ini yaitu dinyatakan bahwa kondisi

103 UK/UTN SM3T PGSD DWI WIDI ASTUTIK Universitas Negeri Malang PPG SM3T UTAMA TIDAK MENGULANG 104 UK/UTN SM3T PGSD ERY RIZKI PRATAMA Universitas Negeri Malang PPG SM3T UTAMA