• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DENGAN MODEL WATERFALL PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS VII

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DENGAN MODEL WATERFALL PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS VII"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DENGAN MODEL

WATERFALL PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS VII

I Made Prasetia Aryawan

1

, A. A. Gede Agung

2

,I Wyn Romi Sudhita

3

1,2,3

Jurusan Teknologi Pendidikan

UniversitasPendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: prasetia.aryawan@gmail.com

1

, agung2056@yahoo.co.id

2

,

WR-sudhita@undiksha.ac.id

3

Abstrak

Sampai saat ini rata-rata nilai IPA kelas VII di SMPN 2 Mendoyo masih belum memuaskan. Siswa hanya mampu mencapai rata-rata 65 sedangkan KKM untuk mata pelajaran IPA adalah 75. Salah satu faktor penyebab rendahnya hasil belajar tersebut diduga kurangnya penggunaan media dalam proses pembelajaran. Maka dari itu, pada penelitian ini dikembangkan multimedia interaktif sebagai solusi untuk permasalahan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan desain pengembangan multimedia interaktif, (2) mengetahui validitas multimedia interaktif yang dikembangkan berdasarkan hasil review para ahli dan uji coba produk, dan (3) menguji efektivitas multimedia interaktif yang dikembangkan terhadap hasil belajar IPA siswa kelas VII semester genap di SMP Negeri 2 Mendoyo tahun pelajaran 2014/2015. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan

menggunakan model pengembangan waterfall. Pengambilan data dilakukan dengan

menggunakan pencatatan dokumen, metode kuesioner dan tes. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif, deskriptif kuantitatif dan statistik inferensial.Hasil dari penelitian ini adalah (1) deskripsi desain pengembangan multimedia interaktif dibuat rancangan berupa flowchart dan storyboard produk yang

digunakan sebagai pedoman dalam mengembangkan multimedia interaktif; (2)

validitas multimedia interaktif menurut review ahli isi mata pelajaran diperoleh persentase tingkat pencapaian 84,61% berada pada kualifikasi baik, review ahli media diperoleh tingkat pencapaian 89,33% berada pada kualifikasi baik, review ahli desain pembelajaran tingkat pencapaian diperoleh 81,33% berada pada kualifikasi baik, berdasarkan uji coba perorangan diperoleh persentase tingkat pencapaian 90,29% berada pada kualifikasi sangat baik, uji coba kelompok kecil diperoleh tingkat pencapaian 91,21% berada pada kualifikasi sangat baik, dan uji coba lapangan diperoleh tingkat pencapaian 90,06% berada pada kualifikasi sangat baik; (3) efektivitas multimedia interaktif diperoleh hasil t hitung lebih besar daripada harga t tabel, menunjukan thitung (6,219) > ttabel (2,000). Dengan demikian, H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara yang menggunakan multimedia interaktif dan yang tidak menggunakan multimedia interaktif pada mata siswa kelas VII semester genap di SMP Negeri 2 Mendoyo tahun pelajaran 2014/2015. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa multimedia yang dikembangkan ini efektif meningkatkan hasil belajar IPA siswa Kelas VII di SMPN 2 Mendoyo.

(2)

Abstract

Until now the average value of science class VII in SMPN 2 Mendoyo still not satisfactory. Student are only able to achieve an average of 65, while KKM for science subjects is 75. One factor that suspected as the cause of this problem was the lack of the use media in learning process. So that, this reseach was deal with the development of interactive multimedia as a solution for the problem. This research was conducted to (1) describe to design of interactive multimedia development, (2) determine the validity of interactive multimedia to develop based on result review of the expert and product trial, and (3) test the effectiveness of interactive multimedia develop learning outcomes by the seventh of science grade students in SMP Negeri 2 Mendoyo in the academic year of 2014/2015. This type of research is the development research use waterfall development model. Data collection was collect by using the recording documents, questionnaires and test methods. Analysis of the data used is descriptive and qualitative analysis, quantitative descriptive and inferential statistics. The result of this research were (1) a description of design interactive multimedia development made in the project of a flowchart and storyboard design product to use as guidelines in develop interactive multimedia; (2) validity of interactive multimedia based on the expert result review content of achievement 84.61% in the good qualification, obtained media expert result review of achievement 89.33% in the good qualifications, instructional design expert result reviews of achievement 81.33 % in the good qualification, based on individual test of achievement of 90.29% in the excellent qualifications, test a small group 91.21% of achievement is at a very good qualification and field trials obtained of achievement 90, 06% in very good qualification; (3) the effectiveness of interactive multimedia result tcount is more than ttable, refer to count (6.219)> ttable (2,000). Thus, H0 is reject and H1 accept. This means, there is a significant difference between the results of learning science using interactive multimedia and did not use interactive multimedia to the seventh of science grade students in SMP Negeri 2 Mendoyo in the academic year of 2014/2015. Thus, we can conclude that multimedia is developed effectively improve learning outcomes IPA Class VII student at SMPN 2 Mendoyo.

Key words: development, interactive multimedia, waterfall model

PENDAHULUAN

Majunya suatu negara berawal dari pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas berawal dari pembelajaran yang berkualitas dan pembelajaran berkualitas dimulai dari pengajar (guru) yang berkualitas pula. Guru bertanggung jawab melaksanakan sistem pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai dengan baik dan pembelajaran menjadi berkualitas. Salah satu penyebab rendahnya kualitas pendidikan dikarenakan lemahnya kemampuan para guru dalam menggali potensi siswa selama proses pembelajaran dan kurangnya upaya guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Teknologi pendidikan merupakan suatu bidang yang mencakup penerapan proses yang kompleks dan terpadu dalam menganalisis dan memecahkan masalah-masalah pembelajaran (Miarso, 2004). Brudel (dalam Seels dan Richey, 1994:7)

mengingatkan bahwa “teknologi bukannya sekedar aplikasi ilmu pengetahuan, melainkan juga perbaikan proses serta sarana yang memungkinkan suatu generasi menggunakan pengetahuan generasi sebelumnya sebagai dasar bertindak”.Salah satu upaya mengatasi permasalahan pembelajaran di sekolah adalah dengan cara memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan motivasi belajar siswa.

Maka perlu bagi seorang guru untuk meningkatkan kemampuannya dalam mengelola kelas sehingga pembelajaran yang efektif dapat terwujud.Suprijono (2009:46) mengemukakan bahwa “melalui model pembelajaran yang inovatif di dalam kelas guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir dan mengekspresikan ide”. Penerapan model pembelajaran yang relevan dengan mata pelajaran yang

(3)

bersangkutan akan sangat membantu peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Secara tidak langsung karena kemudahan yang didapatkan oleh siswa, maka akanberdampak baik untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar adalah nilai akhir yang telah dicapai oleh siswa selama mengikuti proses pembelajaran yang diperoleh dari hasil tes akhir.Hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara keseluruhan baik itu perubahan menjadi lebih baik atau sebaliknya namun bukan hanya mencakup satu aspek kemampuan saja tetapi secara keseluruhan.

Seorang guru harus mampu memilih model penyaji materi yang mampu menarik minat peserta didik untuk mengikuti pembelajaran. Model pembelajaran diterapkan pada hampir semua mata pelajaran dan pemilihan model pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran itu sendiri. Hal ini juga berlaku pada mata pelajaran IPA. Mempelajari IPA tidak cukup dengan menghapal dan sekedar mendengarkan penjelasan guru saja. Melainkan perlu pemahaman dan praktek melalui langkah-langkah ilmiah yang cukup agar peserta didik mampu mengaplikasikannya dengan baik dalam kehidupan sehari-hari.

Pada kenyataan, isu yang sedang berkembang di Indonesia, mata pelajaran IPA tidak begitu diminati dan kurang diperhatikan. Apalagi melihat kurangnya pendidik yang menerapkan konsep IPA. Permasalahan ini terlihat pada cara pembelajaran IPA serta kurikulum yang diberlakukan sesuai atau malah mempersulit pihak sekolah dan siswa didik, masalah yang dihadapi oleh pendidikan IPA sendiri berupa materi atau kurikulum, guru, fasilitas, peralatan siswa dan komunikasi antara siswa dan guru.

Dari hasil wawancara yang dilakukan padatanggal 28 April 2015 dengan Bapak I Wayan Sutharjana, S.Pd selaku guru mata pelajaran IPA kelas VII, ditemukan beberapa permasalahan yang dihadapi saat proses pembelajaran berlangsung. Pertama, siswa sering terlihat bosan dalam mengikuti pembelajaran yang masih menggunakan

metode konvensional (ceramah) dan mengerjakan soal-soal LKS.Kedua, kurangnya partisipasi aktif dari siswa yang dilihat dari kurangnya kemauan siswa dalam mengajukan pertanyaan maupun menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh gurunya. Ketiga, pada saat guru menjelaskan materi beberapa siswa terlihat bercanda dengan siswa lainnya dan tidak memperhatikan penjelasan guru. Keempat, kurangnya penggunaan media dalam proses pembelajaran sehingga guru terlihat kurang kreatif. Hal itu disebabkan karena guru merasa direpotkan untuk mengajak siswa berpindah ruangan yang tersedia fasilitas LCD. Kelima, pengelolaan kelas kurang variatif sehingga pembelajaran terlihat kurang menarik. Keenam, cukup banyak siswa yang mendapatkan rata-rata nilai IPA 65 sementara KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) untuk mata pelajaran IPA adalah 75.

Mengingat pentingnya pelajaran IPA bagi siswa untuk penerapan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam pembelajaran, maka diperlukan upaya untuk peningkatan kemampuan siswa. Untuk mencapai tujuan itu dapat dilakukan dengan penggunaan media pembelajarandengandibantudengan model pembelajan. Sehingga pada akhirnya pembelajaran yang dilaksanakan tidak hanya terbatas pada penggunaan produk tetapi lebih mementingkan proses penyampaian pengetahuan kepada siswa

.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka adapun permasalahan yang muncul untuk dijadikan dasar pada penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut.(1) Bagaimanakah rancang bangun multimedia interaktif dengan model waterfall pada mata pelajaran IPA kelas VII semester genap di SMP Negeri 2 Mendoyo tahun pelajaran 2014/2015? (2) Bagaimanakah hasil validasi multimedia interaktif yang dikembangkan dengan model waterfall pada mata pelajaran IPA menurut review para ahli dan uji coba produk? (3) Bagaimana efektivitas multimedia interaktif yang dikembangkan dengan model waterfall dalam pembelajaran IPA kelas

(4)

VII di SMP Negeri 2 Mendoyo tahun pelajaran 2014/2015?

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan rancang bangun multimedia interaktif pada mata pelajaran IPA kelas VII di SMP Negeri 2 Mendoyo tahun pelajaran 2014/2015, (2) mengetahui validitas multimedia interaktif yang dikembangkan dengan model waterfall pada mata pelajaran IPA menurut review para ahli dan uji coba produk, (3) mengetahui efektivitas multimedia interaktif yang dikembangkan dengan model waterfall pada mata pelajaran IPA kelas VII di SMP Negeri 2 Mendoyo tahun pelajaran 2014/2015.

METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan. Model pengembangan yang digunakan dalam pengembangan multimedia interaktif ini adalah model waterfall. Model waterfall merupakan model desain pembelajaran yang tersusun secara terprogram dengan urutan-urutan kegiatan yang sistematis. Model Waterfall terdiri dari lima tahap yaitu (1) analisis kebutuhan investigation), (2) desain system, (3) implementasi,(4) integrasi dan pengujian dan (5) operasi dan pemeliharaan. Model ini dipandang sesuai untuk mengembangkan produk multimedia interaktif.

Penelitian ini menggunakan tiga metode pengumpulan data yaitu (1) metode pencatatan dokumen, (2) metode kuesioner dan (3) metode tes. Metode pencatatan dokumen merupakan cara memperoleh data dengan jalan mengumpulkan segala macam dokumen dan melakukan pencatatan secara sistematis (Agung, 2014:106). Dokumen yang dikumpulkan adalah tentang rancang bangun produk. Pada penelitian ini pencatatan dokumen dilakukan dengan membuat laporan tentang tahap-tahap yang telah dilakukan dalam mengembangkan produk multimedia interaktif. Pada penelitian ini, metode pencatatan dokumen menggunakan instrumen pengumpulan data berupa agenda kerja. Hasil dari agenda kerja adalah laporan pengembangan produk.Laporan perkembangan produk,

digunakan untuk mengumpulkan data tentang rancang bangun multimedia interaktif mulai dari faseinvestigasi awal/analisis kebutuhan hingga fase desain yang menghasilkan flowchart dan

storyboard yang digunakan sebagai

pedoman dalam pengembangan produk multimedia interaktif.

Metode kuesioner merupakan cara memperoleh atau mengumpulkan data dengan mengirimkan suatu daftar pertanyaan/pernyataan-pernyataan

kepada responden/subjek penelitian (Agung, 2014:99). Instrumen pengumpulan data yang digunakan berupa angket. Instrumen yang digunakan antara lain instrumen untuk mengumpulkan data hasil review dari ahli isi bidang studi atau mata pelajaran, ahli desain dan ahli media pembelajaran, siswa uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil dan uji coba lapangan.

Metode tes merupakan cara untuk mengetahui pengetahuan, ketrampilan, inteligensi atau kemampuan yang dimiliki oleh siswa dengan menggunakan serentetan pertanyaan (Agung, 2014:240). Instrumen pengumpulan data yang digunakan berupa lembar soal. Lembar soal yang digunakan yaitu soal objektif. Metode tes digunakan untuk mengukur efektifitas multimedia interaktif dalam pelajaran IPA. Soal tes pilihan ganda digunakan untuk mengumpulkan data nilai hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan multimedia interaktif.

Dalam penelitian pengembangan ini digunakan tiga teknik analisis data, yaitu (1) teknik analisis deskriptif kuantitatif, (2) teknik analisis deskriptifkualitatif dan (3) teknik analisis statistik inferensial/uji t.

Analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk mengolah data yang diperoleh melalui angket dalam bentuk skor.

Analisis deskriptif kualitatif dilakukan dengan mengelompokkan informasi dari data kualitatif yang berupa masukan, tanggapan, kritik dan saran perbaikan yang terdapat pada angket. Hasil analisis ini kemudian digunakan untuk merevisi produk yang dikembangkan.

Analisis statistik inferensial/uji t digunakan untuk mengetahui tingkat

(5)

keefektivitasan produk terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas VII di SMP Negeri 2 Mendoyo, tingkat efektivitas diukur dengan melakukan tes sebelum dan sesudah menggunakan produk pengembangan multimedia interaktif. Data uji coba kelompok sasaran dikumpulkan dengan menggunakan pre-test dan post-test terhadap materi pokok yang diuji cobakan. Hasil pre-test dan post-test kemudian dianalisis menggunakan uji t untuk mengetahui perbedaan antara hasil pre-test dan post-test. Pengujian hipotesis digunakan uji t berkorelasi dengan penghitungan manual. Sebelum melakukan uji hipotesis (uji t berkorelasi) dilakukan uji prasyarat (normalitas dan homogenitas).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rancang bangun pengembangan multimedia interaktif yang dikembangkan telah dilakukan dengan metode pencatatan dokumen. Pencatatan dokumen dilakukan dengan mencatat tahap-tahap yang telah dilakukan sesuai dengan prosedur pengembangan. Berdasarkan pencatatan dokumen yang telah dilakukan, menghasilkan laporan pengembangan produk. Laporan pengembangan produk dirancang sesuai dengan tahap pada model pengembangan waterfall. Dalam laporan pengembangan produk, terdapat bagian yang menjelaskan rancang bangun multimedia interaktif yaitu berupa flowchart dan storyboard.

Flowchart dan storyboard digunakan

sebagai pedoman dalam memvisualisasikan alur kerja produk mulaidari awal hingga akhir dan mempermudah pengaturan tata letak konten di dalammedia. Dengan melakukan tahap pembuatan flowchart dan

storyboard akan memudahkan

pengembang media mengembangkan multimedia pembelajaran interaktif mata pelajaran IPA.

Produk multimedia interaktif telah melewati tahap evaluasi menurut beberapa ahli yaitu (1) evaluasi ahli isi mata pelajaran sebesar 84,61% dengan kualifikasi baik, (2) evaluasi ahli media pembelajaran sebesar 89,33% dengan kualifikasi baik,(3) evaluasi ahli desain

pembelajaran sebesar 81,33% dengan kualifikasi baik, Setelah produk tersebut direvisi sesuai saran dan masukan dari para ahli, maka produk tersebut dapat diuji cobakan ke siswa. Uji coba yang dilakukan yaitu (1) uji coba perorangan, (2) uji coba kelompok kecil, (3) uji coba lapangan.

Uji coba yang dilakukan pertama yaitu uji coba perorangan dengan jumlah responden sebanyak 3 orang yang terdiri dari 1 orang siswa dengan prestasi belajar tinggi, 1 orang siswa dengan prestasi belajar sedang, dan 1 orang siswa dengan prestasi belajar rendah. Dari analisis data dan analisis komentar yang diberikan responden saat uji coba perorangan, diperoleh hasil uji perorangan sebesar 90,29 % dengan kualifikasi sangat baik.

Pada uji coba kelompok kecil, subjek coba dalam penelitian ini adalah 12 (dua belas) orang siswa siswa yang terdiri dari dari empat orang siswa dengan prestasi belajar tinggi, empat orang siswa dengan prestasi belajar sedang dan empat orang siswa dengan prestasi belajar rendah. Dari data yang diperoleh, persentase tingkat pencapaian multimedia interaktif pada saat uji coba kelompok kecil memperoleh skor sebesar sebesar 91,21% dengan kualifikasi sangat baik. Selanjutnya produk multimedia interaktif yang telah direvisi berdasarkan masukan dari ahli isi mata pelajaran, ahli media pembelajaran, ahli desain pembelajaran,uji coba perorangan dan uji coba kelompok kecil, selanjutnya diberikan kepada 30 orang siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Mendoyo untuk melaksanakan uji coba lapangan. Multimedia pembelajaran interaktif ini ditayangkan kepada 30 orang siswa dan langsung memberikan penilaian melalui angket, hasil uji coba lapangan mendapat skor sebesar 90,06% dengan kualifikasi sangat baik.

Efektivitas pengembangan multimedia interaktif IPA telah dilakukan dengan metode tes. Dalam penelitian ini di ukur dengan memberikan lembar soal pilihan ganda terhadap 37 orang peserta didik kelas VII A SMP Negeri 2 Mendoyo melalui pretest dan posttest. Nilai rata-rata pretest sebesar 23,27 dan nilai rata-rata posttest sebesar 24,95. Berdasarkan nilai

(6)

pretest dan posttest 37 siswa tersebut, maka dilakukan uji-t untuk sampel berkolerasi. Sebelum pengujian hipotesis penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians.

Setelah dilakukan penghitungan diperoleh hasil t hitung sebesar 6,219. Selanjutnya harga t hitung dibandingkan dengan harga t tabel dengan db = n1 + n2 – 2 = 37 + 37 – 2 = 72. Harga t tabel untuk db 68 dan dengan taraf signifikansi 5% (α = 0,05) adalah 2,000. Dengan demikian, harga t hitung yaitu 6,219 lebih besar daripada harga t tabel sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar dengan menggunakan multimedia interaktif dan yang tidak menggunakan multimedia interaktif. Setelah dilihat dari konversi hasil belajar di kelas VII A SMP Negeri 2 Mendoyo, nilai rata-rata posttest siswa lebih besar dari pada nilai rata-rata pretest. Berdasarkan nilai rata-rata tersebut dapat dikatakan bahwa siswa yang belajar dengan multimedia interaktif mendapat nilai lebih baik dari pada siswa yang tidak menggunakan multimedia interaktif.

Pembahasan dalam penelitian pengembangan ini, membahas hasil-hasil pengembangan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian pengembangan multimedia pembelajaran interaktif pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam kelas VII di SMP Negeri 2 Mendoyo. Adapun pertanyaan ilmiah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : (1) Bagaimanakah rancang bangun multimedia interaktif dengan model waterfall pada mata pelajaran IPA kelas VII semester genap di SMP Negeri 2 Mendoyo tahun pelajaran 2014/2015? (2) Bagaimanakah hasil validasi multimedia interaktif yang dikembangkan dengan model waterfall pada mata pelajaran IPA menurut review para ahli dan uji coba produk? (3) Bagaimana efektivitas multimedia interaktif yang dikembangkan dengan model waterfall dalam pembelajaran IPA kelas VII di SMP Negeri 2 Mendoyo tahun pelajaran 2014/2015?

Pembahasan pertama, rancang bangun pengembangan multimedia interaktif pada mata pelajaran IPA ini menggunakan model waterfall. Model waterfall ini diawali dengan melakukan analisis kebutuhan dengan cara melakukan wawancara. Berdasarkan wawancara dengan guru IPA di SMP Negeri 2 mendoyo yaitu Bapak I Wayan Sutharjana, S.Pd selaku guru mata pelajaran IPA kelas VII, ditemukan beberapa permasalahan yang dihadapi saat proses pembelajaran berlangsung yaitu kurangnya penggunaan media dalam proses pembelajaran sehingga guru terlihat kurang kreatif. Hal itu disebabkan karena guru merasa direpotkan untuk mengajak siswa berpindah ruangan yang tersedia fasilitas LCD serta pengelolaan kelas kurang variatif sehingga pembelajaran terlihat kurang menarik.Dari permasalahan diatas menunjukkan bahwa memang cocok untuk dikembangkannya multimedia interaktif, hal ini di dukung dengan fasilitas yang dimilki sekolah seperti LCD proyetor yang memadai.

Kemudian dilakukan perancangan desain multimedia interaktif dengan langkah memilih dan menetapkan software/perangkat lunak yang digunakan yaitu dengan Flash 8, dan mengembangkan flow chart, dan storyboard untuk memvisualisasikan alur kerja produk mulai awal hingga akhir.

Selanjutnya dilakukan tahap implementasi dimana merupakan proses yang dilakukan untuk mewujudkan desain menjadi kenyataan dan akan menghasilkan produk sesuai dengan desain yang telah dibuat pada tahap desain dan menghasilkan produk yang seharusnya, maksudnya adalah mengembangkan multimedia interaktif sesuai dengan storyboard yang telah dibuat pada tahap sebelumnya.

Tahap selanjutnya yaitu pengujian, untuk memastikan bahwa semua bagian dari produk yang dihasilkan/dikembangkan sudah diuji. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir kesalahan (error) dan memastikan keluaran yang dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan.

(7)

Pada tahap akhir yaitu pemeliharaan produk. Produk yang sudah jadi dijalankan serta dilakukan pemeliharaan. Pemeliharaan termasuk dalam memperbaiki kesalahan yang tidak ditemukan pada langkah sebelumnya. Pemeliharaan yang dimaksud disini seperti contohnya menjaga CD multimedia interaktif agar tidak cepat rusak.

Pembahasan kedua, Validitas hasil pengembangan multimedia interaktif telah dilakukan dengan metode kuesioner. Berdasarkan uji coba yang telah dilakukan, menghasilkan instrumen berupa angket hasil evaluasi ahli isi, evaluasi ahli media pembelajaran, hasil evaluasi ahli desain pembelajaran, hasil, hasil uji coba perorangan, hasiluji coba kelompok kecil dan hasil uji coba lapangan.

Berdasarkan hasil evaluasi ahli isi melalui instrumen berupa angket, kualitas media dari aspek ahli isi mendapat skor persentase tingkat pencapaian 84,61% dan berada berada pada kualifikasi baik. Perolehan kualitas media dengan kategori baik dikarenakan isi materi dalam multimedia pembelajaran interaktif pada mata pelajaran IPA sudah sesuai dengan konten materi dan juga Indikator, namun perlu ditambahkan/diperluas lagi materinya. Sehingga perlu direvisi sedikit.

Berdasarkan hasil evaluasi ahli media pembelajaran melalui instrumen berupa angket, kualitas media berdasarkan aspek media pembelajaran mendapat persentase tingkat pencapaian 89,33% dan berada pada kualifikasi baik. Perolehan kualitas media dengan kategori baik dikarenakan pengaturan layout dan warna sudah serasi dan menarik, penggunaan gambar, animasi,namun video sedikit error. Sehingga perlu direvisi sedikit.

Berdasarkan hasil evaluasi ahli desain pembelajaran melalui instrumen berupa angket, kualitas media dilihat dari aspek desain pembelajaran mendapat persentase tingkat pencapaian 81,33 % dan berada pada kualifikasi baik. Perolehan kualitas media dengan kategori baik dikarenakan kejelasan sasaran pengguna, kemudian produk memungkinkan interaksi antar pengajar

dan peserta didik, produk dapat menujang pembelajaran mandiri karena memliki petunjuk belajar dan petunjuk penggunaan yang jelas serta dilengkapi dilengkapi dengan pemberian evaluasi dan umpan balik yang dapat menarik minat dan motivasi siswa untuk belajar.

Kualitas multimedia pembelajaran interaktif IPA jika dilihat pada aspek (1) uji coba perorangan mencapai persentase tingkat pencapaian 90,29% dan berada pada kualifikasi sangat baik. (2) Pada aspek uji coba kelompok kecil mendapat persentase tingkat pencapaian 91,21% dan berada pada kualifikasi sangat baik. (3) Berdasarkan aspek uji coba lapangan mendapat persentase tingkat pencapaian 90,06% dan berada pada kualifikasi sangat baik. Perolehan tersebut dikarenakan materi yang mudah di pahami dan dimengerti, kemenarikan tampilan fisik dan kejelasan petunjuk belajar yang dapat memudahkan siswa untuk belajar.

Berdasarkan pembahasan kualitas multimedia pembelajaran interaktif pada mata pelajaran IPA kelas VII di SMP Negeri 2 Mendoyo, diketahuai tingkat pencapaian produk jika dikaji dari aspek uji coba perorangan,uji coba kelompok kecil dan uji coba lapangan berada pada kualifikasi sangat baik serta pada aspek isi mata pelajaran, media pembelajaran,desain pembelajaran berada pada kualifikasi baik.

Efektifitas produk multimedia pembelajaran interaktif di ukur dengan melakukan pretest dan posttest terhadap 37 orang siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Mendoyo. Berdasarkan nilai pretest dan posttest terhadap 37 orang siswa tersebut, maka dilakukan uji-t utuk sampel berkorelasi.

Rata-rata nilai pretest adalah 23,27 dan rata-rata nilai postest adalah 24,95. Setelah dilakukan perhitungan diperoleh hasil t hitung sebesar 6,219. Kemudian harga t hitung dibandingkan dengan harga t tabel dengan db = n1 + n2 – 2 = 37 + 37 – 2 = 72. Harga t tabel untuk db 72 dan dengan taraf signifikansi 5% (α = 0,05) adalah 2,000. Dengan demikian, harga t hitung yaitu 6,219 lebih besar daripada harga t tabel sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti, terdapat perbedaan

(8)

yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar dengan menggunakan multimedia interaktif dengan siswa yang tidak menggunakan multimedia interaktif.

Dilihat dari nilai rata-rata siswa pada saat postest yang lebih besar dari nilai rata-rata siswa pada saat pretest, dapat dikatakan bahwa multimedia pembelajaran interaktif pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam kelas VII di SMP Negeri 2 Mendoyo dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa.

SIMPULAN DAN SARAN

Adapun simpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

Rancang bangun pengembangan Multimedia Interaktif mata pelajaran IPA menggunakan model waterfall. Model waterfall ini diawali dengan melakukan analisis kebutuhan dengan cara melakukan wawancara. Hasil wawancara dengan guru IPA kelas VII di SMPN 2 Mendoyo yaitu bapak I Wayan Sutharjana, S.Pd., ditemukan beberapa permasalahan yang dihadapi saat proses pembelajaran berlangsung yaitu kurangnya penggunaan media dalam proses pembelajaran sehingga guru terlihat kurang kreatif. Dari permasalahan tersebut menunjukan bahwa memang cocok untuk dikembangkannya multimedia interaktif, hal ini didukung dengan fasilitas yang dimiliki sekolah seperti LCD proyektor. Kemudian dilakukan perancangan desain multimedia interaktif dengan langkah memilih dan menetapkan software/perangkat lunak yang digunakan yaitu dengan Flash 8, dan mengembangkan flow chart, dan storyboard untuk memvisualisasikan alur kerja produk mulai awal hingga akhir. Selanjutnya dilakukan tahap implementasi dimana merupakan proses yang dilakukan untuk mewujudkan desain menjadi kenyataan dan akan menghasilkan produk sesuai dengan desain yaitu mengembangkan multimedia interaktif sesuai dengan story board yang telah dibuat pada tahap sebelumnya.

Hasil validasi pengembangan multimedia pembelajaran interaktif telah dilakukan dengan metode kuesioner. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh

bahwa kualitas multimedia pembelajaran interaktif pada mata pelajaran IPA kelas VII di SMP Negeri 2 Mendoyo, diketahuai tingkat pencapaian produk ditinjau dari aspek (1) aspek desain pembelajaran berada pada kualifikasi baik, (2) isi mata pelajaran berada pada kualifikasi baik, (3) media pembelajaran berada pada kualifikasi baik, (4) uji coba perorangan berada pada kualifikasi sangat baik,(5) uji coba kelompok kecil berada pada kualifikasi sangat baik serta (6) uji coba lapangan berada pada kualifikasi sangat baik.

Pengukuran Efektivitas multimedia pembelajaran interaktif telah dilakukan dengan metode tes. Dalam penelitian ini di ukur dengan memberikan instrumen berupa lembar soal pilihan ganda terhadap 37 orang siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Mendoyo melalui pretest dan posttest. Rata-rata nilai pretest adalah 23,27 dan rata-rata nilai posttest adalah 24,95. Setelah dilakukan penghitungan secara manual diperoleh hasil thitung sebesar 6,219. Kemudian harga thitung dibandingkan dengan harga pada ttabel dengan db = n1 + n2 – 2 = 37 + 37 – 2 = 72. Harga ttabel untuk db 72 dan dengan taraf signifikansi 5% (α = 0,05) adalah 2,000. Dengan demikian, harga thitung lebih besar daripada harga ttabel sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara yang menggunakan multimedia interaktif dan yang tidak menggunakan multimedia interaktif pada siswa kelas VII semester genap di SMP Negeri 2 Mendoyo Tahun Pelajaran 2014/2015. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa multimedia interaktif yang dikembangkan di pembelajaran ini adalah efektif meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas VII di SMPN 2 Mendoyo. Berdasarkan simpulan, adapun saran yang disampaikan berkaitan dengan pengembangan multimedia interaktif ini adalah sebagai berikut.

Bagi siswa, dalam kegiatan belajar baik di sekolah maupun di rumah agar benar-benar mengoptimalkan penggunaan multimedia pembelajaran interaktif sebagai media pembelajaran sehingga materi yang dipelajari khususnya tentang

(9)

pengelolaan lingkungan dapat lebih mudah dipahami dan dikuasai secara optimal.

Bagi guru, disarankan agar lebih intensip menggunakan media pembelajran interaktif dalam proses pembelajaran, mengingat fasilitas pendukung di sekolah sudah sangat memadai dan siswa lebih tertarik serta termotivasi jika belajar dengan multimedia pembelajaran interaktif.

Bagi sekolah, disarankan membuat kebijakan untuk mengarahkan guru agar secara intensif menggunakan multimedia di dalam proses pembelajaran.

Bagi peneliti lain, peneliti lain disarankan agar menggunakan model Plomp dalam mengembangkan produk sejenis. Multimedia pembelajaran interaktif pada mata pelajaran IPA ini telah teruji validitas dan efektivitasnya dalam meningkatkan hasil belajar IPA, maka diharapkan bagi peneliti lain untuk melanjutkan penelitian ini dengan ruang lingkup yang lebih luas.

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam proses pembuatan skripsi ini, sangat banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini diucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dan setulus-tulusnya kepada yang terhormat :

1) Dr. I Nyoman Jampel, M.Pd., selaku Rektor Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA) yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan.

2) Drs. I Dewa Kade Tastra, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Teknologi Pendidikan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan.

3) Prof. Dr A. A. Gede Agung, M.Pd., selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, petunjuk, dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

4) Drs. I Wayan Romi Sudhita, M.Pd.,selaku Pembimbing II yang

telah banyak memberikan bimbingan, petunjuk, dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

5) Dr. Desak Putu Parmiti, M.S., selaku ahli media pembelajaran yang telah membantu memvalidasi multimedia interaktif yang dikembangkan.

6) Dr. I Made Tegeh, M.Pd. selaku ahli desain pembelajaran yang telah membantu memvalidasi multimedia interaktif yang dikembangkan.

7) Para Dosen di Jurusan Teknologi Pendidikan FIP Undiksha yang telah banyak memberikan motivasi dan masukan dalam penyusunan skripsi. 8) I Ketut Sunarianta, S.Pd., M.Pd.,

selaku Kepala SMP Negeri 2 Singaraja yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian di sekolah yang dipimpin.

9) I Wayan Sutharjana, S.Pd., selaku guru mata pelajaran ilmu pengetahuan alam yang telah membantu saya dalam melakukan penelitian dan membantu memvalidasi multimedia interaktif yang dikembangkan dari segi isi mata pelajaran

10) Semua siswa kelas VIII dan VII SMP Negeri 2 Mendoyo yang telah menjadi subyek dalam penelitian ini.

11) Rekan-rekan mahasiswa jurusan Teknologi pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah banyak memberikan dukungan dan bantuannya dalam pelaksanaan penelitian ini.

12) Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian skripsi ini

DAFTAR PUSTAKA

Agung, A.A. Gede. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan. Malang: Aditya Media Publishing. Arsyad, Azhar. 2002. Media

Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Daryanto dan Muljo. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Gava Media.

(10)

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Koyan, I Wayan. 2011. Assesmen Dalam Pendidikan. Singaraja:

Undiksha.

---, 2012. Statistik Pendidikan (Teknik Analisis Data Kuantitatif).

Singaraja: UNDIKSHA Press. Mahadewi, Luh Putu Putrini, dkk. 2014.

Pemrograman Berbasis Objek(Object-Oriented Programing).

Singaraja:UNDIKSHA. Miarso, Yusuf Hadi. 2004. Menyemai

Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.

Rusman. 2012. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer

(Mengembangkan Profesionalisme Guru Abad 21). Bandung:

ALFABETA.

Santyasa, I Wayan. 2006. Metodologi Penelitian Peningkatan Kualitas Pembelajaran (PPKP) Research for Instructional Improvement (RII). Makalah. Disajikan dalam Pelatihan Para Dosen Universitas PendidikanGanesha tentang Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian UntukPeningkatan Kualitas Pembelajaran Perguruan Tinggi Tanggal 2November 2006, di Universitas Pendidikan

Ganesha.

---. 2007. “Landasan Konseptual Media Pembelajaran”. Makalah. Disajikan dalam Workshop Media

Pembelajaran bagi Guru-Guru SMA Negeri Banjar Angkan, Klungkung, 10 Januari 2007. Suartama, I Kadek. 2012. Konsep Dasar

Multimedia. Singaraja: Undiksha.

Sutopo, Ariesto Hadi. 2012. Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam

Pendidikan. Yogyakarta:GRAHA

ILMU.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tegeh, I Made & I Made Kirna. 2010. Metode Penelitian Pengembangan

Pendidikan. Singaraja: UNDIKSHA

Press.

Udayana, PutuEka. 2014.Pengembangan

Multimedia Interaktif Model

Waterfall Mata Pelajaran Biologi Untuk Siswa Kelas XI di SMA Negeri 2 Singaraja. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Teknologi Pendidikan. Fakultas Ilmu Pendidikan. Undiksha.

Wibawa, Kadek Ari. 2014. “Pengembangan Multimedia Pembelajran Interaktif Pada Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas VIII Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014 di SMP Negeri 4 Singaraja”. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Teknologi Pendidikan, FIP, Undiksha.

Referensi

Dokumen terkait

menggunakan metode “fungsi”, fungsi yang dimaksud dalam metode ini adalah fungsi utama dari sebuah Gedung Olahraga Basket di Kabupaten Tabalong yang tidak hanya

Tinggi Hilal yang ditampilkan pada kedua gambar di atas dinyatakan sebagai ketinggian pusat piringan Bulan dari horizon-teramati dengan elevasi pengamat dianggap 0

Melalui uraian di atas, hal paling ideal dalam menentukan awal bulan adalah menggunakan hisab dan ruyat secara bersamaan. Hisab sebagai petunjuk tehnis dan rukyat

Transjakarta yang terdapat pada lokasi halte dan informasi bus transjakarta dilakukan dengan SIG pencarian rute dan data informasi dengan menggunakan android dan

Andaikata orang sepakat dengan hisab saja atau rukyat saja atau rukyat global, maka hasilnya tetap bisa berbeda secara teknis, yakni bila metode hitungan dan kriteria imkan

Jika penduduk negeri- negeri Timur jauh melihat bulan sabit Ramadhan, maka rukyat mereka wajib diikuti oleh kaum muslimin yang berada di negeri-negeri belahan Barat, tanpa

Pada Ru’yah Lokal, tiap penduduk melihat bulan sendiri-sendiri, sehingga tiap kota atau tiap negara merayakan hari Idul Fitri sendiri-sendiri bisa berbeda satu

Al-Hafidz al-Iraqy berkata: “hadits shalat malam nisfu Sya’ban adalah hadits palsu yang didustakan atas nama Rasulullah n.” Dan Imam An Nawawi dalam kitab Al Majmu’ juga