• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH

DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG

KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN

JURNAL

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu (S1)

Oleh:

MISEL HENDRI EKA PUTRA

NPM 10060125

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG

(2)

PROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH

DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG

KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN

Oleh:

Misel Hendri Eka Putra

Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh fenomena awal remaja yang putus sekolah biasanya cenderung tidak memiliki teman, susah bergaul, tidak percaya diri karena tidak bersekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) Profil penyesuaian diri remaja yang putus sekolah dilihat dari aspek pribadi. (2) Profil penyesuaian diri remaja yang putus sekolah dilihat dari aspek sosial.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Populasi dalam penelitian seluruh remaja yang putus sekolah di Kampung Kayu Gadang Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan yang berjumlah 38 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data dengan teknik persentase.

Hasil penelitian ini mengungkapkan (1) Profil penyesuaian diri remaja yang putus sekolah dilihat dari aspek pribadi, pada tahap awal berada pada kriteria baik, (2) Profil penyesuaian diri remaja yang putus sekolah dilihat dari aspek sosial. pada tahap inti berada pada kriteria baik.

Penelitian ini menemukan, Profil penyesuaian diri remaja yang putus sekolah dilihat dari aspek pribadi remaja berada pada kategori baik. Sedangkan profil penyesuaian diri remaja yang putus sekolah dilihat dari aspek sosial berada pada kategori baik. Berdasarkan temuan penelitian ini direkomendasikan kepada remaja yang putus sekolah agar dapat menyesuaikan dirinya dengan teman sebaya.

Kata Kunci : Penyesuaian Diri, remaja,Putus Sekolah Pendahuluan

Setiap anak dilahirkan dalam keadaan baik dengan berbagai potensi yang dimilikinya. Pendidikan yang diberikan terhadap anak, semata-mata untuk menjadikan anak tersebut mampu memainkan peran sebagai makhluk individual dan makhluk sosial sesuai

dengan potensi yang dimilikinya.

Lingkungan yang pertama dan utama yang dikenal remaja adalah keluarga. Pemahaman remaja tentang diri dan lingkungan diperoleh pertama-tama melalui interaksi dengan keluarga.

Menurut Willis (2010:32) masa remaja adalah suatu masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Remaja merasa bukan kanak-kanak lagi, akan tetapi belum mampu memegang tugas sebagai orang dewasa. Masa kanak-kanan adalah masa yang penuh dengan ketergantungan,

sedangkan masa dewasa adalah masa hidup tidak tergantung kepada siapapun. Karena itu remaja hidup diantara rasa ketergantungan, dengan rasa ketidak tergantungan. Hal ini menyebabkan tingkah lakunya labil, tidak mampu menyesuaikan diri secara sempurna terhadap lingkungan. Sebagai manusia, remaja mempunyai berbagai kebutuhan yang menuntut untuk dipenuhi, dan

merupakan sumber dari timbulnya

berbagai problem di dalam dirinya, terutama dalam rangka penyesuaian diri terhadap lingkungannya.

Problem tersebut sering disebut

dengan problem masyarakat, yang

dimaksud dengan problem remaja yaitu masalah-masalah yang dihadapi para

remaja sehubungan dengan adanya

kebutuhan-kebutuhan mereka dalam

rangka penyesuaian diri terhadap lingkungan dimana remaja itu hidup dan berkembang.

(3)

Masa remaja merupakan salah satu periode dalam rentangan kehidupan manusia. Periode remaja adalah periode di mana individu meninggalkan masa anak-anaknya dan mulai memasuki masa dewasa. Oleh karena itu periode remaja dapat dikatakan periode transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

Pada masa ini para remaja memiliki kesempatan yang sebesar-besarnya untuk mengalami hal baru, serta menemukan sumber yang baru dari kekuatan bakat, serta kemampuan yang ada pada dirinya.

Namun dalam kenyataannya pada

kehidupan sehari-hari seringkali benturan antara remaja yang bersekolah dan tidak sekolah. Dalam pergaulan seringkali remaja yang tidak sekolah kurang percaya diri untuk berteman dengan remaja yang bersekolah, baik untuk remaja awal yang baru berusia antara 13-17 tahun maupun remaja akhir yang berusia antara 18-25 tahun. Mereka tidak bisa menyesuaikan diri satu dengan yang lain.

Menurut Sundari (2005:43-44)

penyesuaian diri terbagi dua yaitu penyesuaian diri yang positif dan

penyesuaian diri yang negatif.

Penyesuaian yang positif dilihat dari

setiap pertemuan menyediakan

kemungkinan untuk meningkatkan

pemahaman dan kesadaran budaya dan dari segi negatif pertemuan bisa memperteguh stereotip-stereotip (citra yang dimiliki sekelompok orang tentang orang lain) budaya yang negatif tentang budaya orang lain.

Remaja memerlukan ruang yang besar untuk melakukan penyesuaian diri dengan diri sendiri masyarakat dan lingkungan sosial mereka. Penyesuaian diri adalah suatu proses dan salah satu ciri pokok dari kepribadian yang sehat. Kepribadian yang sehat mentalnya ialah kepribadian yang memiliki kemampuan untuk mengadakan penyesuaian diri secara harmonis baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya.

Menurut Willis (2010:46-50)

kebutuhan sosial ialah kebutuhan yang berhubungan dengan orang lain atau ditimbulkan oleh orang lain, hal-hal di luar diri. Kebutuhan manusia ada empat yaitu:

a) Kebutuhan untuk dikenal b) Kebutuhan kelompok c) Habbit (kebiasaan)

d) Akuntabilitas diri

e) Kebutuhan akan pengetahuan f) Kebutuhan akan persaudaraan g) Kebutuhan akan motivasi h) Kebutuhan terhadap kebebasan i) Kebutuhan terhadap koreksi.

Fatimah (2008: 207-208)

keberhasilan penyesuaian diri pribadi ditandai oleh tidak adanya rasa benci, tidak adanya keinginan untuk lari dari kenyataan, atau tidak percaya dengan potensi dirinya. Sebaliknya, kegagalan penyesuaian diri pribadi ditandai oleh

adanya kegoncangan dan emosi,

kecemasan, ketidak puasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya, sebagai akibat adanya jarak pemisah antara kemampuan individu dan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungannya.

Dari observasi yang dilakukan pada tanggal 11 Maret 2014 ada beberapa remaja yang putus sekolah sekitar 38 orang. Observasi sementara dilakukan di Desa Kayu Gadang Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan. Berdasarkan hasil pengamatan sementara di Kampung kayu kadang tidak adanya remaja yang saling merendahkan satu dengan yang lain. Mereka saling menghargai satu sama lain, dibanding dengan Desa yang lain yang juga memiliki remaja yang tidak bersekolah. Remaja yang putus sekolah biasanya cenderung tidak memiliki teman, susah bergaul, tidak percaya diri karena tidak bersekolah. Remaja yang putus sekolah kurang percaya diri, merasa minder, merasa terabaikan di dalam pergaulannya, merasa dirinya kurang cocok bergaul, sulit bersosialisasi dalam masyarakat karena merasa kurangnya wawasan dibandingkan remaja yang bersekolah di Kampung Kayu Gadang Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan.

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalaha a) Profil penyesuaian diri remaja yang putus sekolah dilihat dari aspek pribadi. b) Profil penyesuaian diri remaja yang putus sekolah dilihat dari aspek sosial.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap: a) Profil penyesuaian diri remaja yang putus sekolah dilihat dari aspek pribadi. b) Profil penyesuaian diri remaja yang putus sekolah dilihat dari aspek sosial.

Adapun rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah: “Bagaimana profil penyesuaian diri remaja yang putus sekolah

(4)

dengan teman sebaya di Kampung Kayu Gadang, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan” ?

Manfaat penulisan yang akan

dilaksanakan di Kampung Kayu Gadang Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan

adalah membeberikan masukan bagi

berbagai pihak di antaranya: 1. Orangtua

Dapat membantu permasalahan

yang dihadapi remaja yang muncul dalam kehidupan keseharian khususnya tentang penyesuaian diri.

2. Wali nagari

Dapat mengetahui permasalahan

yang muncul dalam lingkungan

masyarakat dan mengetahui dampak yang akan timbul dari remaja tersebut. 3. Remaja yang putus sekolah

Dapat menyesuaiankan diri dengan lingkungan sekitar baik dengan remaja yang bersekolah dan dengan remaja lainnya di lingkungan sekitar, agar tidak merasa minder dengan pergaulan sehari-hari.

4. Program studi BK

Sebagai pedoman dalam

memberikan layanan pada remaja yang terkait dengan penyesuaian diri. 5. Peneliti selanjutnya

Dapat menjadikan sumber inspirasi

dan informasi untuk melakukan

penelitian yang akan datang dengan dimensi dan aspek yang berbeda. 6. Manfaat teoritis

Untuk memperkuat peneliti tentang apa yang diteliti, agar dalam penelitian tidak ada yang bersifat manipulasi.

Penyesuaian diri prbadi adalah

kemampuan seseorang untuk menerima diri demi tercapainya hubungan yang harmonis antara dirinya dan lingkungan sekitarnya.

Remaja menyatakan sepenuhnya siapa

dirinya sebenarnya, apa kelebihannya dan apa kekurangannya dan mampu bertindak objektif sesuai dengan kondisi dan potensi dirinya.

Menurut Fatimah (2008: 207-208) keberhasilan penyesuaian diri pribadi ditandai oleh tidak adanya rasa benci, tidak adanya keinginan untuk lari dari kenyataan, atau tidak percaya dengan potensi dirinya. Sebaliknya, kegagalan penyesuaian diri pribadi ditandai oleh adanya kegoncangan dan emosi, kecemasan, ketidak puasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya, sebagai akibat adanya jarak pemisah antara kemampuan individu dan tuntutan yang

diharapkan oleh lingkungannya. Hal ini yang menjadi sumber terjadinya konflik yang kemudian terwujud dalam rasa takut dan kecemasan, sehingga untuk meredakannya, individu harus melakukan penyesuaian diri.

Menurut Fatimah (2008: 207-208) dalam kehidupan di masyarakat terjadi proses saling mempengaruhi satu sama lain silih berganti. Dari proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang mereka patuhi, demi mencapai penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup sehari-hari. Dalam bidang ilmu psikologi sosial, proses ini dikenal dengan proses penyesuaian sosial.

Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain.

Hubungan-hubungan tersebut mencakup

hubungan dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas secara umum.

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif, yaitu penelitian yang menggambarkan suatu keadaan atau situasi

tertentu sebagaimana adanya secara

sistematis, aktual, akurat dan ditentukan hubungan antar variabel yang akan diteliti serta penelitian yang memusatkan penelitian pada permasalahan dan pemecahan masalah

yang berlangsung saat ini. Waktu

pelaksanaan penelitian ini adalah tanggal 09 Maret – 11 Maret 2015 di Kampung Kayu Gadang, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan dan yang menjadi subjek penelitian adalah remaja di Kampung Kayu

Gadang Kecamatan Sutera Kabupaten

Pesisir Selatan dengan populasi sebanyak 38 orang.

Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan teknik pengambilan sampel dengan teknik total sampling. Maka sampel penelitian ini adalah semua remaja yang ada di Kampung kayu Gadang, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan sebanyak 38 orang remaja, terdiri dari laki-laki 17 orang dan perempuan 21 orang remaja.

Data diolah dengan menggunakan rumus persentase yang dikemukakan oleh Yusuf (2005:365) dengan rumus sebagai berikut:

P = x 100 Keterangan:

(5)

F = Frekuensi jawaban n = Jumlah angka mutlak Hasil dan Pembahasan Penelitian

1.

Penyesuaian Diri Remaja Dilihat dari Aspek Pribadi

Profil penyesuaian diri remaja yang putus sekolah dengan teman sebaya secara umum berada pada kategori baik dengan frekuensi 25 orang responden, (65,79%).

a.

Tidak Adanya Rasa Benci

Dilihat dari segi tidak adanya rasa benci, dari 38 orang responden, pada tingkat pada tingkat klasifikasi 61%-80% berada dikategori baik dengan frekuensi 17 responden, jika

dipersenkan (44,74%) artinya

sebanyak 17 orang dari 38 orang responden, berada pada kategori baik.

Kesimpulan penyesuaian diri remaja dilihat dari aspek pribadi termasuk ke dalam kategori baik. b) Tidak Ada Keinginan Untuk Lari

dari Kenyataan

Dilihat dari segi tidak ada keinginan untuk lari dari kenyataan, dari 38 orang responden, tingkat klasifikasi 61%-80% berada dikategori baik dengan frekuensi 23

responden (0,53%), artinya

sebanyak 23 orang dari 38 orang responden, berada pada kategori baik.

Kesimpulan penyesuaian diri remaja yang putus sekolah dilihat dari aspek pribadi termasuk ke dalam kategori baik.

Menurut Fatimah (2008: 207-208) keberhasilan penyesuaian diri pribadi ditandai oleh tidak adanya rasa benci, tidak

adanya keinginan untuk lari dari

kenyataan, atau tidak percaya dengan potensi dirinya. Sebaliknya, kegagalan penyesuaian diri pribadi ditandai oleh

adanya kegoncangan dan emosi,

kecemasan, ketidak puasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya, sebagai akibat adanya jarak pemisah antara kemampuan individu dan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungannya.

2. Penyesuaian Diri Remaja Dilihat dari Aspek Sosial

Profil penyesuaian diri remaja yang putus sekolah dengan teman sebaya secara umum berada pada kategori baik

dengan frekuensi 25 orang responden jika dipersenkan (65,79%).

a. Kemauan ntuk Mematuhi

Norma-norma

Dilihat dari segi kemauan untuk mematuhi norma-norma, berada pada tingkat klasifikasi 61%-80% berada dikategori baik dengan frekuensi 25

responden (65,79%), artinya

sebanyak 25 orang dari 38 orang responden, berada pada kategori baik.

Kesimpulan bahwa mengenai

penyesuaian diri remaja yang putus sekolah dilihat dari aspek pribadi termasuk ke dalam kategori baik. b. Peraturan Sosial Kemasyarakatan

Dilihat dari segi peraturan sosial

kemasyarakatan Pada tingkat

klasifikasi 61%-80% berada

dikategori baik dengan frekuensi 21

responden (55,26%), artinya

sebanyak 21 orang dari 38 orang responden, berada pada kategori baik. Menurut Fatimah (2008: 207-208) dalam kehidupan masyarakat terjadi proses saling mempengaruhi satu sama lain silih berganti. Dari proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang mereka patuhi, demi untuk mencapai penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup sehari-hari. Dalam bidang ilmu psikologi sosial, proses ini dikenal dengan proses penyesuaian sosial.

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan

1.Profil penyesuaian diri remaja yang putus sekolah dengan teman sebaya terkait aspek pribadi dilihat dari segi tidak adanya rasa benci dapat diketahui dari frekuensi 38 orang remaja yang mengalami penyesuaian diri remaja yang putus sekolah dengan teman sebaya, berada pada kategori baik, dari aspek tidak ada keinginan untuk lari dari kenyataan dapat diketahui dari frekuensi 17 orang remaja yang mengalami penyesuaian diri remaja yang putus sekolah dengan teman sebaya, berada pada kategori baik.

2.Profil penyesuaian diri remaja yang putus sekolah dengan teman sebaya terkait aspek sosial dilihat dari aspek kemauan untuk mematuhi norma-norma dapat diketahui dari frekuensi 25 orang remaja yang mengalami penyesuaian diri

(6)

remaja yang putus sekolah dengan teman sebaya, berada pada kategori baik, dari aspek peraturan sosial kemasyarakatan dapat diketahui dari frekuensi 21 orang remaja yang mengalami penyesuaian diri remaja yang putus sekolah dengan teman sebaya, berada pada kategori baik

Berdasarkan kesimpulan di atas maka dalam penelitian ini, saran peneliti adalah kepada :

Saran

1. Orangtua

Dapat membantu permasalahan yang dihadapi remaja yang muncul dalam kehidupan keseharian khususnya tentang penyesuaian diri.

2. Wali nagari

Dapat mengetahui permasalahan

yang muncul dalam lingkungan

masyarakat dan mengetahui dampak yang akan timbul dari remaja tersebut. 3. Remaja yang putus sekolah

Dapat menyesuaiankan diri dengan lingkungan sekitar baik dengan remaja yang bersekolah dan dengan remaja lainnya di lingkungan sekitar, agar tidak merasa minder dengan pergaulan sehari-hari.

4. Program studi BK

Sebagai pedoman dalam

memberikan layanan pada remaja yang terkait dengan penyesuaian diri. 5. Peneliti selanjutnya

Dapat menjadikan sumber inspirasi

dan informasi untuk melakukan

penelitian yang akan datang dengan dimensi dan aspek yang berbeda. 6. Manfaat teoritis

Untuk memperkuat peneliti tentang apa yang diteliti, agar dalam penelitian tidak ada yang bersifat manifulasi. Kepustakaan

Ali Mohammad, 2004, Psikologi Remaja, Jakarta: Bumi Aksara.

Fatimah Enung, 2008, Psikologi

Perkembangan (Perkembangan

Peserta Didik),CV Pustaka Setia

Sugiyono, 2012, Metode Penelitian

Kuantitatif, Bandung: CV Alfabeta Sundari, Siti, 2005,kesehatan mental, PT.

Rineka Cipta, jakarta.

Willis S Sofyan., 2010, Remaja dan

Masalahnya,Bandung : Alfabeta

Yusuf A, Muri, 2007, Metodelogi

Penelitian,Padang: UNP press Yusuf Syamsu dan Nani M.Sugandhi, 2011,

Perkembangan Peserta Didik,

jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Yusuf A, Muri, 2005, Metodelogi

Referensi

Dokumen terkait

- Sebelum melakukan pelatihan, maka dapat dilakukan terlebih dahulu analisis kebutuhan pelatihan pada tingkat pegawai dimana menurut Priansa (2014: 185), “Analisis

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh partisipasi anggaran terhadap budgetary slack di Telkom Merauke, untuk mengetahui budget emphasis

Model regresi Zero Inflated Negative Binomial (ZINB) adalah model regresi yang dapat digunakan untuk memodelkan data dengan variabel respon yang memiliki sebaran Poisson ,

Analisis Organisasi Ruang secara Mikro Kelompok Kegiatan Pengelola Dormitory of Atma Jaya Yogyakarta University... Analisis Organisasi Ruang secara Mikro Kelompok Kegiatan Hunian

Hasil analisis deskriptif data menunjukkan nilai rata-rata hasil belajar dari 29 peserta didik kelas X MIPA 4 di SMA Negeri 5 Sinjai yang diajarkan dengan penerapan

Kristalisasi Pelarut pada Temperatur Rendah/ Low Temperature Solvent Crystallization Low temperature solvent crystallization dapat meminimalisasi bahaya suhu tinggi pada proses

Di sebuah sungai yang ada di perkampungan nelayan tersebut Wasripin bertemu dengan Satinah, seorang penyanyi keliling bersama pamannya yang buta. Dari peristiwa

dan Madura digunakan di banyak tempat, sehingga umum bagi masyarakat di Kabupaten Jember menguasai dua bahasa daerah tersebut dan juga saling mempengaruhi