KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPSI MAHASISWA SEMESTER II PROGRAM STUDI BAHASA INDONESIA
MUHAMMAD BAKRI ABSTRAK
Tulisan ini bertujuan mengkaji kemampuan menulis paragraf deskripsi mahasiswa semester II Program Studi Bahasa Indonesia FKIP Universitas 45 Makassar. Fokus penelitian ini dilihat tiga tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian proses dalam upaya meningkatkan prestasi belajar menulis paragraf deskripsi melalui penilaian berbasis kelas.
Hasil penelitian menulis paragraf deskripsi pada aspek penggunaan ejaan dan tanda baca, kesatuan dan kepaduan paragraf, keefektifan kalimat, pilihan kata, dan kesesuaian objek yang ditulis menunjukkan peningkatan. Pada siklus pertama mahasiswa yang mencapai KKM sebanyak 24 mahasiswa atau 77.42% dan 7 mahasiswa atau 22.58% yang belum mencapai KKM 75. Pada siklus II mahasiswa yang mencapai KKM 28 orang atau 90.32% dan 3 orang atau 9.68% yang belum mencapai KKM 75. Dengan demikian, pendekatan penilaian berbasis kelas dapat meningkatkan prtestasi menulis paragraf deskripsi pada mahasiswa semester II Program Studi Bahasa Indonesia FKIP Universitas 45 Makassar.
Kata kunci :
Menulis paragraf deskripsi*(Dosen DPK. FKIP Universitas 45 Makassar)
PENDAHULUAN
Tujuan pendidikan Nasional adalah membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beretika (beradab, dan berwawasan budaya bangsa Indonesia), memiliki nalar
(maju, cakap, cerdas, kreatif,
inovatif, dan bertanggung jawab), berkemampuan komunikasi sosial (tertib dan sadar hukum, kooperatif dan kompetitif, demokratis), dan berbadan sehat sehingga menjadi
manusia mandiri. Untuk
mewujudkan tujuan pendidikan
Nasional maka, pemerintah
memprogramkan kurikulum sebagai
pedoman atau acuan dalam
pelaksanaan pendidikan.
Proses pembelajaran
merupakan suatu sistem yang terdiri atas beberapa komponen yang berkaitan dan saling berinteraksi
dalam pencapaian tujuan.
Kurikulum, proses pembelajaran, dan penilaian merupakan tiga komponen penting dalam proses
tersebut. Kurikulum menjadi
landasan program pembelajaran. Proses pembelajaran menentukan keberhasilan pencapaian tujuan yang dirumuskan dalam kurikulum.
Adapun hasil penilaian dapat
digunakan untuk memperbaiki
proses pembelajaran khususnya pembelajaran bahasa Indonesia dan penyempurnaan kurikulum bahasa Indonesia.
Belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi, baik lisan maupun
tulis (Depdiknas, 2006).
Kemampuan berkomunikasi tulis ialah kemampuan mengunkapkan pikiran, gagasan, ide, pendapat,
persetujuan, keinginan, dan
informasi tentang suatu peristiwa. Sedangkan kemampuan bahasa lisan adalah memberitahukan dan menyebarkan berita, pengetahuan,
pikiran, dan lain-lain secara
langsung dengan maksud untuk menggugah partisivasi agar hal-hal yang diberikan itu dapat diketahui bersama.
Menulis merupakan aktivitas kompleks yang dapat melibatkan berbagai faktor, baik faktor dari dalam diri maupun faktor dari luar. Selain itu menulis dapat pula
dikatakan salah satu jenis
kemampuan menulis sebagai
produk belajar dari lingkungannya dan bukan merupakan kemampuan naluri yang dibawa sejak lahir.
Keterampilan menulis adalah proses
produksi yang mengungkapkan
pengetahuan dan pengalaman yang
dapat digunakan untuk
berkomunikasi secara tidak
langsung.
Berdasarka hal tersebut
dirumuskan masalah dalam tulisan
ini, yaitu bagaimanakah
meningkatkan prestasi belajar
menulis paragraf deskripsi melalui penilaian berbasis kelas. Dengan demikian, rumusan masalah dalam tulisan ini adalah bagaimanakah
perencanaan pembelajaran
penulisan paragraf deskripsi,
pelaksanaan kegiatan pembelajaran menulis paragraf deskriptif, dan penilaian berbasis kelas?
PEMBAHASAN
Keterampilan menulis
merupakan salah satu keterampilan dari empat keterampilan berbahasa. Keempat keterampilan berbahasa tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, dan saling
berhubungan satu sam lain.
Keterampilan menulis sangat
penting dalam dunia pendidikan, karena dapat melatih mahasiswa dalam mengembangkan ide-ide
atau gagasan dalam bentuk tulisan. Menurut D’Angelo (dalam Tarigan, 1988), bahwa salah satu prinsip menulis yang penting harus dikuasai oleh penulis adalah penemuan,
penyusunan, dan gaya
memaparkan ide dalam bentuk tulis. Menulis merupakan salah satu alat berkomunikasi tidak
langsung untuk menyampaikan
pesan kepada pembaca dengan menggunakan bahasa tulis sebagai medianya. Pesan yang disampaikan berupa isi atau muatan yang terkandung dalam bentuk tulis. Bahasa tulis merupakan sistem
berkomunikasi antara sesame
manusia dengan menggunakan simbol atau lambang bahasa tulis yang dapat dilihat atau disepakati oleh pemakainya. Menulis adalah mengembangkan gagasan menjadi informasi untuk dikomunikasikan
dengan menerapkan kaidah
struktur, sehingga tersusun sebuah untaian kalimat yang baik, dan
benar dalam bentuk tulisan
(Sunardji dkk, 1989).
Tulisan yang baik bebas dari kekeliruan, koheren, dan memiliki satu ide. Pola penulisan yang baik memperhatikan tiga hal berikut ini.
Pertama, tujuan difokuskan pada menulis untuk memberi informasi,
mempengaruhi, menggambarkan
sesuatu untuk lainnya. Kedua,
memperhatikan pendengar dan
pembaca difokuskan pada siapa
yang akan mendengar dan
membaca tulisan kita, apakah orang
terpelajar, orang awam, atau
lainnya. Ketiga, memperhatikan tujuan atau maksud difokuskan pada apa yang akan disampaikan,
apakah tentang kesehatan,
pendidikan, keluarga, peristiwa, dan sebagainya.
Menulis mempunyai
beberapa manfaat yaitu, pesan
yang dibuat dapat diperbaiki
sebelum disampaikan kepada
pembaca, pesan yang disampaikan dapat dibaca berulang-ulang, sekali membuat pesan banyak pembaca yang dapat mengikuti pesan itu, dan
mengembangkan ciri utama
peradaban modern yang ditandai oleh kegiatan menulis. Menulis juga
bermanfaat untuk memberikan
petunjuk manusia dalam kehidupa sehari yaitu, menyusun jadwal kegiatan sehari-hari, membuat surat baik surat pribadi, niaga, dan resmi, menginformasikan cara membuat
program kerja untuk bekerja dan menggunakan pesawat telepon, memberikan petunjuk kepada orang lain agar tidak tersesat atau keliru dalam melakukan sesuatu.
Tujuan menulis adalah untuk mengungkapkan fakta, pesan sikap, dan isi pikiran secara jelas dan efektif, termasuk menulis paragraf.
Menulis paragraf adalah
pengembangan pikiran utama atau ide pokok yang ada pada kalimat
utama dengan kalimat-kalimat
penjelas yang merupakan ide penjelas baik secara deduktif, induktif, maupun secara sebab akibat atau akibat sebab. Hal tersebut dapat dikatakan dengan cara membuat kata-kata kunci, kemudian kata kunci itu disusun dengan sedemikianrupa menjadi
kalimat, dan kalimat-kalimat
tersebut disusun menjadi sebuah
paragraf dan pada akhirnya
membuat sebuah wacana.
Menulis sebagai suatu proses perlu adanya pendekatan proses,
Pendekatan proses adalah
pendekatan pembelajaran yang pada intinya berisi konsepsi bahwa pengalaman belajar yang bermakna
sesuatu yang dikaji atau yang dipelajari. Pendekatan proses dalam menulis paragraf dengan penilaian berbasis kelas meliputi tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap pascapenulisan. Jadi, menulis dengan menggunakan pendekatan
proses berbasis kelas dapat
menghasilkan paragraf yang baik. Paragraf yang baik harus memenuhi lima persyaratan, yaitu adanya kalimat topik, adanya
kalimat penunjang, adanya
keutuhan pikiran dalam paragraf, adanya keruntutan pikiran untuk memudahkan pembaca memahami ide dan pikiran penulis, dan adanya kalimat penyimpul.
Paragraf merupakan suatu piranti untuk berkomunikasi secara tertulis, yakni komunikasi antara
penulis dengan pembaca.
Seseorang penulis menyampaikan pikiran dan gagasannya dalam bentuk tulisan, sehingga seorang pembaca dapat mengerti dan memahami sedikit demi sedikit hingga keseluruhan kalimat dalam paragraf.
Suatu paragraf dianggap
sempurna, bermutu, dan efektif
mengkomunikasikannya gagasan
yang didukungnya apabila paragraf itu lengkap. Yang dimaksud dengan
lengkap apabila paragraf
mengandung pikiran utama dan pikiran penjelas. Paragraf sama halnya dengan kalimat, harus
memenuhi persyatan tertentu.
Syarat-syarat paragraf yang baik
adalah kohesi, koherensi
(kepaduan), den kelengkapan.
Paragraf yang lengkap apabila berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup menunjang kejelasan kalimat
topik atau pikiran utama.
Pengembangan pikiran utama
dalam paragraf harus saling
berhubungan antara kalimat utama dengan kalimat penjelas. Jadi,
penulisan paragraf yang baik
ditunjang oleh beberapa aspek termasuk penilaian berbasis kelas.
Penilaian berbasis kelas
adalah penilaian dalam arti
“assessment” yaitu mengukur
keberhasilan suatu program
pendidikan. Secara spesifik,
penilaian berbasis kelas dapat diartikan sebagai suatu proses
pengumpulan, pelaporan, dan
penggunaan data dan informasi tentang hasil belajar peserta didik
pencapaian dan penguasaan
terhadap tujuan yang telah
ditetapkan.
Menurut Sanjaya (2005),
penilaian berbasis kelas merupakan bagian integrasi dalam proses
pembelajaran yang dilakukan
sebagai pengumpulan dan
pemanfaatan informasi yang
menyeluruh tentang hasil belajar yang diperoleh untuk menetapkan tingkat pencapaian dan penguasaan kompetensi serta berbagai umpan
balik perbaikan proses
pembelajaran. Jadi, penilaian
berbasis kelas merupakan salah satu model evaluasi pembelajaran
yang diharapkan mampu
meningkatkan kompetensi yang memuaskan.
Hakikat penilaian berbasis kelas adalah untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran, bukan
semata-mata sebagai alat untuk mengetahui penguasaan materi pelajaran. Oleh karena itu, dalam
proses pelaksanaan penilaian
berbasis kelas perlu memperhatikan
prinsip-prinsip yaitu, motivasi,
validitasi, adil, terbuka,
berkesinambungan, bermakna,
menyeluruh, dan edukatif.
HASIL PENELITIAN
Perencanaan pembelajaran menulis paragraf deskripsi melalui penilaian berbasis kelas yang dilaksanakan secara lengkap dan terstruktur membantu dosen dalam
kegiatan pembelajaran secara
optimal dan mahasiswa juga dapat
melaksanakan kegiatan
pembeljaran secara efektif dan efisien. Perencanaan pembelajaran menulis paragraf deskripsi melalui penilaian berbasis kelas pada siklus I dikategorikan belum maksimal. Berbagai hambatan yang dihadapi oleh dosen dan mahasiswa dalam
pembelajaran. Kekurangan dan
hambatan itu disebabkan oleh dosen dalam merancang indicator tanpa memperhatikan urutan dari yang mudah ke yang sukar aspek penataanruang dan fasilitas belajar masih terabaikan, waktu yang dicantimkan belum terperinci.
Pada siklus II perencanaan sudah dapat dimaksimalkan dengan mengantisipasi segala hambatan yang dialami pada siklus I, yaitu dosen telah merancang indicator dengan urutan yang mudah ke yang
sukar, dan telah disesuaikan
secara rinci sehingga perencanaan
pembelajaran yang disusun
mengalami peningkatan kategori dari baik menjadi sangat baik.
Pelaksanaan pembelajaran
menulis paragraf deskripsi melalui penilaian berbasis kelas pada siklus I dikategorikan sudah peningkatan tetapi belum signifikan. Kendala
yang dialami dosen adalah
keantusiasan mahasiswa dalam
menyusun kerangka karangan
masih kurang.
Pada siklus II terjadi
perubahan yang signifikan dengan mengantisipasi segala kendala dan merevisi kekurangan yang dihadapi pada siklus I. Pada siklus II,
mahasiswa lebih aktif dan
bersemangat dalam
mengembangkan kerangka
karangan menjadi karangan
deskripsi. Dengan demikian,
pelaksanaan pembelajaran menulis paragraf deskripsi pada siklus II
mengalami peningkatan yang
signifikan.
Hasil yang didapatkan
melalui tugas pratindakan yaitu 12 mahasiswa atau 38,71% yang
mampu memperoleh criteria
ketuntasan minimal yakni 75 dan
yang tidak mampu mencapai criteria minimal adalah 19 orang atau 61.29%. Pada siklus I mahasiswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 24 orang atau 77.42% dan 7 orang atau 22,58 tidak mampu mencapai nilai KKM 75. Pada siklus II mahasiswa yang mampu mencapai nilai KKM 75 ada 28 orang atau 90,32% dan ada 3 orang atau 9,68% yang belum mencapai nilai KKM. Dengan demikian, frekuensi
kenaikan persentase dalam
menggunakan kelima aspek menulis paragraf deskripsi ada peningkatan secara signifikan.
KESIMPULAN
Kekurangan dan
keterbatasan yang terjadi pada
siklus I disebabkan karena
perencanaan, pelaksanaan
tindakan, dan penilaian
pembelajaran masih belum berjalan dengan baik. Untuk mengatasi hal tersebut, maka perlu perbaikan pada seluruh aspek pembelajaran menulis paragraf deskripsi melalui penilaian berbasis kelas.
Pada siklus II perencanaan sudah dapat dimaksimalkan dengan mengantisipasi segala hambatan
yang dialami pada siklus I, yaitu dosen telah merancang indicator dengan urutan yang mudah ke yang
sukar, dan telah disesuaikan
dengan tujuan yang dicapai, serta waktu perkegiatan dicantumkan secara rinci sehingga perencanaan
pembelajaran yang disusun
mengalami peningkatan kategori dari baik menjadi sangat baik. Pada siklus II, mahasiswa lebih aktif dan
bersemangat dalam
mengembangkan kerangka
karangan menjadi karangan
deskripsi. Pada siklus II mahasiswa yang mampu mencapai nilai KKM 75 ada 28 orang atau 90,32% dan ada 3 orang atau 9,68% yang belum mencapai nilai KKM. Dengan
demikian, frekuensi kenaikan
persentase dalam menggunakan kelima aspek menulis paragraf deskripsi ada peningkatan secara signifikan.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Arikunto, Suharsimi.
2008. Evaluasi Program Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara. Depdikbud.
1989. Sistem Pendidikan Nasional
Undang-Undang RI. No. 2 Tahun
1989. Jakarta: Gunung Jati.
Depdiknas. 2006. Standar Isi Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Rofi’udin. 2002. Penilaian Tindakan Kelas. Jakarta: Gramedia. Salam. 2009. Pendidikan Penulisan Kreatif. Makassar: Badan Penerbit UNM. Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Strategi
Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana. Tarigan, H.G. 1987. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Zariah, Nurul. 2003. Penelitian
Tindakan Kelas Pendidikan dan Sosial. Malang: Bayu Media.