• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Permasalahan yang sering terjadi diantaranya seperti kesiapan dari dosen yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Permasalahan yang sering terjadi diantaranya seperti kesiapan dari dosen yang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

Implementasi kurikulum baru tidaklah mudah, banyak permasalahan yang dapat muncul sebagai tantangan yang harus dihadapi oleh institusi pendidikan. Permasalahan yang sering terjadi diantaranya seperti kesiapan dari dosen yang belum optimal, kurangnya pengetahuan dan keterampilan untuk menerapkan perubahan yang diusulkan, serta rendahnya peran pengajar dan staf lainnya yang merasa tidak memiliki tanggung jawab dalam penerapan kurikulum baru (Glatthorn, 1981, Hord, 1987, 1992; Gwele, 2005; Uys, 2005). Perubahan kebutuhan masyarakat, kemajuan pengetahuan dan teknologi serta inovasi dalam metode pembelajaran dan desain kurikulum pendidikan keperawatan membutuhkan perubahan konstan dan terus berevolusi untuk memberikan pendidikan terbaik bagi peserta didik. Akan tetapi mengimplementasikan perubahan kurikulum untuk menggabungkan inovasi ini seringkali menjadi tantangan yang cukup sulit, sehingga diperlukan evaluasi proses perubahan dan mengartikulasikan faktor penghambat sebagai upaya perubahan kurikulum baru (Bland et.al., 2000).

Perubahan kurikulum pendidikan keperawatan di Inggris didorong oleh pergeseran kebijakan perawatan kesehatan pemerintah Inggris yang jauh dari perawatan primer dan perawatan masyarakat (Department of Health [DH], 2001,

(2)

2003, 2008). Perubahan kurikulum memerlukan manajemen strategis dan penyesuaian yang luas, baik di dalam akademisi maupun dalam pengaturan praktek (Nursing and Midwifery Council [NMC], 2010). Jenis perubahan kurikulum yang harus dipersiapkan termasuk dalam menetapkan visi, mengubah filosofi, memperkenalkan metode baru dalam belajar dan mengajar, serta pengembangan keterampilan dan keahlian pada akademisi.

Perubahan kurikulum pendidikan tinggi di Indonesia telah mengalami proses perubahan dari masa ke masa, pada tahun 1994 ditetapkan Kurikulum Berbasis Isi sebagai kurikulum nasional yang mengutamakan ketercapaian penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada tahun 2000 Indonesia merekonstruksi konsep kurikulum yang ada yaitu dari Kurikulum Berbasis Isi menjadi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Rekonstruksi ini berdasarkan amanah dari UNESCO sebagai wujud usaha dalam mendekatkan pencapaian kompetensi yang sesuai dengan kondisi kebutuhan pasar kerja dan industri. Semakin tingginya dorongan perkembangan global yang menuntut adanya pengakuan atas capaian pembelajaran yang telah berstandar internasional serta telah dikembangkan oleh KKNI, pada tahun 2012 kurikulum mengalami pergeseran ke arah penyetaraan capaian pembelajaran yang masih berdasarkan pada pencapaian kemampuan lulusan (AIPNI, 2015).

Penyusunan kurikulum tahun 2015 disusun berlandaskan kepada peraturan-peraturan terkini yang ada di Indonesia, dengan mempertimbangkan

(3)

kebutuhan pemangku kepentingan, dan tuntutan dari organisasi profesi yang mengharapkan lulusan berstandar internasional dan sesuai dengan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) level 7 (AIPNI, 2015). Capaian pembelajaran yang harus dipenuhi oleh lulusan program pendidikan profesi sesuai dengan KKNI level 7 terdiri atas 4 komponen yaitu komponen sikap, kemampuan kerja umum dan khusus, penguasaan pengetahuan, serta kewenangan dan tanggung jawab. Capaian pembelajaran dirancang berdasarkan Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT) sebagai acuan dalam menetapkan komponen sikap dan kemampuan kerja umum untuk seluruh lulusan pendidikan tinggi di Indonesia, sedangkan KKNI level 7 bidang keperawatan yang telah disepakati oleh tim penyusun KKNI Dikti yang melibatkan organisasi profesi Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) dan AIPNI merupakan acuan untuk komponen penguasaan pengetahuan, kemampuan kerja khusus, dan kewenangan dan tanggung jawab (AIPNI, 2015).

Kurikulum Inti Pendidikan Ners di Indonesia telah disusun secara bersama-sama oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI), dan Asosiasi Institusi Pendidikan Vokasi Keperawatan Indonesia (AIPVIKI) dengan mengacu pada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Kurikulum nasional yang disusun nantinya akan dikembangkan oleh masing-masing institusi pendidikan ners yang

(4)

sesuai visi dan misi institusi dengan tetap mengacu pada standar nasional (AIPNI, 2015).

Data yang diperoleh dari Dokumen Kurikulum Inti Pendidikan Ners Indonesia 2015 yang diterbitkan oleh AIPNI, bahwa beberapa tahun terakhir telah dilaksanakan evaluasi terhadap implementasi Kurikulum Pendidikan Ners 2010, hasil evaluasi tersebut diantaranya menunjukkan bahwa institusi-institusi keperawatan belum mempunyai persepsi yang sama tentang pemahaman dan penerapan Kurikulum Pendidikan Ners 2010, masih banyak pula ditemukan kendala dalam implementasi Kurikulum Pendidikan Ners 2010 terkait dengan sumber daya manusia (SDM) dan sarana prasarana. Berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan, tersusunlah Kurikulum Inti Pendidikan Ners Indonesia yang mengacu pada capaian pembelajaran ners tahun 2015 yang dapat dijadikan pedoman dalam pengembangan kurikulum institusional di berbagai institusi penyelenggara Program Studi Pendidikan Ners di seluruh Indonesia, dengan tahapan dan langkah yang diharapkan dapat menjamin kualitas lulusan sehingga mampu berkompetisi secara nasional maupun global (AIPNI, 2015).

Beberapa Institusi Keperawatan di Yogyakarta sedang memulai mengimplementasikan Kurikulum AIPNI 2015. Salah satu Institusi Keperawatan yang sudah mengimplementasikan adalah Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta (UNISA). Implementasi Kurikulum Pendidikan Ners UNISA 2016 dilaksanakan pada tahun

(5)

ajaran 2016/2017, sehingga saat ini telah memasuki semester yang kedua. Waktu yang dibutuhkan dalam proses pengembangan hingga tahap implementasi tidak singkat, banyak hal yang menjadi pertimbangan baik dari kesiapan institusi, kebijakan pemerintah, dan waktu evaluasi kurikulum sebelumnya. Konsekuensi implementasi kurikulum baru bukan suatu hal yang mudah, sehingga evaluasi yang terstruktur dan berkelanjutan dapat meningkatkan kualitas kurikulum yang dijalankan.

Penyusunan kurikulum baru harus mempertimbangkan serta melibatkan segala elemen yang ada dalam institusi pendidikan tersebut. Dornan (2011), menyampaikan bahwa pembuatan kurikulum sebaiknya melibatkan berbagai elemen dalam institusi, baik pelaku kurikulum maupun subjek dalam kurikulum tersebut. Perubahan-perubahan kurikulum keperawatan yang terjadi harus dapat diimplementasikan secara tepat dan sesuai dengan ketetapan yang telah direncanakan, untuk itu implementasi kurikulum membutuhkan pengawasan serta evaluasi terhadap tujuan pembelajaran, proses, dan konten (Williams et.al., 2015). Evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pembelajaran telah dicapai oleh peserta didik (Purwanto, 2006).

Pengembangan kurikulum hingga tahap implementasi membutuhkan evaluasi secara terus menerus dan sistematis. Evaluasi kurikulum yang dilakukan secara sistematis dapat membantu dalam menilai efektifitas program dan

(6)

memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan yang ditinjau dari berbagai kriteria, yaitu efisiensi, relevansi, dan kelayakan program (Ibrahim, 2006). Hal ini diperkuat oleh pendapat Kelly (2004), bahwa evaluasi kurikulum perlu dijelaskan karena merupakan proses dimana suatu institusi dapat mengukur nilai dan efektifitas atau ketercapaian dari setiap bagian yang ada pada kegiatan kurikulum tertentu di institusi pendidikan.

Penelitian ini menjelaskan tentang evaluasi implementasi Kurikulum Inti Pendidikan Ners Indonesia 2015 di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta (UNISA). Analisis dan evaluasi kurikulum yang dilaksanakan menggunakan model evaluasi BEKA (Benchmarking, Evidencing, Knowing dan Applying) oleh Catherine E.A. Hall (2014). Penelitian ini dilakukan dengan analisis dokumen dan wawancara. Tujuan dari proses ini adalah untuk melakukan analisis secara mendalam baik konten maupun seluruh isi kurikulum, serta mempertimbangkan bahwa kurikulum yang telah diimplementasikan telah sesuai dengan standar dan kompetensi yang diharapkan.

I.2 Perumusan Masalah

Pengembangan kurikulum nasional maupun kurikulum institusi tidak terlepas dari unsur evaluasi, oleh karena itu evaluasi perlu dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam pengembangan kurikulum baik dilihat dari penyusunan dokumen kurikulum maupun proses

(7)

implementasi dari kurikulum tersebut, sehingga dapat segera dilakukan perbaikan dan penyusunan kembali hal apa saja yang masih kurang tepat. Analisis dan evaluasi implementasi kurikulum nasional yaitu Kurikulum Inti Pendidikan Ners Indonesia 2015 yang diterbitkan oleh AIPNI ke dalam kurikulum institusi keperawatan dengan menggunakan model evaluasi BEKA (benchmarking, evidencing, knowing, applying) yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kesesuaian dokumen kurikulum institusi dengan standar nasional dan bagaimana kesesuaian implementasi kurikulum dengan yang terdapat dalam dokumen kurikulum yang telah disusun belum pernah dilakukan.

Evaluasi kurikulum merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan, sehingga harapan dan tujuan pendidikan keperawatan untuk mencetak lulusan perawat yang professional dan berkompeten dapat tercapai. Oleh karena itu, hal yang ingin peneliti eksplorasi dalam melakukan analisis dan evaluasi kurikulum tersebut adalah: Bagaimana: 1) standar yang digunakan dalam pengembangan kurikulum; 2) kesesuaian dokumen kurikulum institusi dengan standar yang digunakan; 3) pemahaman penyusun, pelaksana, dan pengguna kurikulum tentang implementasi kurikulum baru; dan 4) implementasi kurikulum di institusi.

(8)

I.3 Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengevaluasi implementasi Kurikulum Inti Pendidikan Ners Indonesia tahun 2015 yang di terbitkan oleh Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia di Institusi Keperawatan.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui standar yang digunakan dalam implementasi kurikulum baru di institusi keperawatan.

b. Untuk membandingkan dokumen kurikulum baru institusi keperawatan dengan standar yang digunakan.

c. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman sumber daya manusia (penyusun dan pelaksana kurikulum) tentang implementasi kurikulum baru.

d. Untuk mengetahui implementasi kurikulum baru pada tingkat mikro yang telah dilaksanakan.

I.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi AIPNI, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan positif dan bahan rekomendasi dalam mengembangkan dan melengkapi dokumen Kurikulum Inti Pendidikan Ners Indonesia 2015.

2. Bagi Institusi Keperawatan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan positif dan rekomendasi dalam mengembangkan dan

(9)

mengimplementasikan Kurikulum Inti Pendidikan Ners Indonesia 2015 yang diterbitkan oleh AIPNI.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rekomendasi dalam melakukan analisis dan evaluasi kurikulum institusi maupun kurikulum nasional.

I.5 Keaslian Penelitian

Di dalam keaslian penelitian ini, penulis akan menjabarkan beberapa kesamaan dalam penelitian ini dari beberapa jurnal yang peneliti temukan sebagai berikut:

(10)

Tabel 1: Keaslian Penelitian

Hasil penelitian pada tabel 1 menunjukkan bahwa penelitian tentang analisis dan evaluasi kurikulum terdapat berbagai macam model dan metode Peneliti Judul

Penelitian

Perbedaan Persamaan Metode Hasil

Hall (2014) Toward a model of curriculum analysis and evaluation —Beka: A case study from Australia Menganalisis kurikulum dengan empat langkah: benchmarking, evidencing, knowing dan applying (BEKA). Menganalisis dan mengevaluasi kurikulum keperawatan Studi kasus Studi kasus BEKA adalah alat analisis dan evaluasi kurikulum yang dapat berguna dan kuat dalam meningkatkan pemahaman proses pembelajaran, cakupan isi, dan penilaian, serta hubungan antara teori dan praktek. Chowthi et.al., (2016) Evaluation of how a curriculum change in nurse education was managed through the application of a business change management model: A qualitative case study Mengevaluasi bagaimana perubahan kurikulum pendidikan perawat dikelola melalui penerapan model bisnis manajemen. Mengevaluasi kurikulum pendidikan keperawatan. Studi kasus Studi kasus Kepemimpinan penting dalam memulai suatu program dan pembimbingan dalam mengelola tim perubahan kurikulum.

(11)

yang dapat digunakan. Perbedaan penelitian-penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus dengan menggunakan model analisis dan evaluasi BEKA yang telah dikembangkan oleh Hall (2014), peneliti mencoba mengimplementasikan BEKA untuk menganalisis dan mengevaluasi implementasi kurikulum nasional ke dalam kurikulum institusi keperawatan melalui analisis dokumen dengan menggunakan panduan kerangka pertanyaan berdasar analyzing the curriculum oleh Posner tahun 2004 dan in depth interview kepada penyusun, pelaksana, dan pengguna kurikulum institusi keperawatan.

Gambar

Tabel 1: Keaslian Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah.. 5.7 Memahami presentasi video 3.1

20 Tahun 2001 Tentang Pemilikan Saham Dalam Perusahaan yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing yakni dalam rangka lebih mempercepat peningkatan dan perluasan kegiatan

Tabel item-total statistik menunjukan hasil perhitungan reabilitas untuk 10 pernyataan.Menentukan besarnya r tabel dengan ketentuan tingkat kepercayaan (degree of

Pada bendung bertangga dengan kondisi aliran tenggelam, aliran yang melimpas pada anak-anak tangga berkembang dan berputar membentuk pusaran air pada sumbu horizontal

• Punggung jari harus menyentuh bucooklusal gigi yang terakhir, lalu jarumdimasukkan kira- kira pada pertengahan lengkung kuku dari sisi rahang yang tidak dianestesi yaitu

Weber-Shandwick pasti mempunyai strategi yang dijalankan untuk menciptakan hubungan baik tersebut, strategi yang dilakukan tentu saja berkaitan dengan proses media

setelah ujicoba skala kecil maupun besar, agar dapat menghasilkan media yang berkualitas. Data kevalidan didapatkan dari dosen ahli media dan materi sebagai validator dari

Oleh karena itu perbandingan optimum ditinjau dari uji kuat tekan dan uji lindi tidak sesuai sehingga penambahan komposisi limbah fly ash yang optimum dalam pembentukan