• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Meningkatnya pembangunan, selain memberikan kesejahteraan bagi manusia, juga menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan lingkungan dan pemberantasan penyakit berbasis lingkungan di seluruh nusantara perlu dikembangkan, sehingga unit-unit balai teknik kesehatan lingkungan perlu dikembangkan pula untuk dapat mencegah dan mengendalikan masalah-masalah kesehatan lingkungan yang terjadi tersebut. Melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 392/MENKES/SK/IV/1998 dibentuklah BTKL Medan, Batam, Ujung Pandang dan Banjarmasin. Pada tanggal 5 September 1998, BTKL Banjarmasin diresmikan oleh Gubernur KDH Tk. I Provinsi Kalimantan Selatan dengan wilayah kerja regional Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur (Profil BBTKLPP Banjarbaru, 2013).

Seiring dengan perkembangan masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat, terjadi beberapa kali perubahan organisasi sampai pada akhirnya melalui Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor.2349/MENKES/PER/XI/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja UPT di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit, BTKL Banjarmasin berubah menjadi Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Banjarbaru. Adapun tugas pokoknya adalah melaksanakan pelayanan teknis pemecahan masalah di bidang kesehatan lingkungan melalui pengkajian dampak kesehatan lingkungan, penapisan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) kesehatan lingkungan, dan pengembangan teknologi tepat guna (TTG) di bidang kesehatan lingkungan. Fungsinya adalah pelaksanaan surveilans epidemiologi; pelaksanaan analisis dampak kesehatan lingkungan (ADKL); pelaksanaan laboratorium rujukan, pelaksanaan pengembangan model dan teknologi tepat guna; pelaksanaan uji kendali mutu dan kalibrasi; pelaksanaan penilaian dan respon cepat; kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB/wabah dan bencana; pelaksanaan pendidikan dan pelatihan; pelaksanaan kajian dan pengembangan

(2)

teknologi pengendalian penyakit, kesehatan lingkungan dan kesehatan matra; pelaksanaan katatausahaan dan kerumahtanggaan BBTKLPP (Profil BBTKLPP Banjarbaru, 2013).

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dalam hal ini sebagai laboratorium rujukan, BBTKLPP Banjarbaru telah melakukan pelayanan, baik kepada instansi pemerintah, swasta maupun masyarakat secara perorangan di wilayah kerjanya, yaitu Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Selain itu, program internal instansi berdasarkan tugas pokok dan fungsinya, mengamanahkan kegiatan berbasis laboratorium. Saat ini terdapat 3 laboratorium di bawah koordinasi Bidang Pengembangan Teknologi Laboratorium sesuai dengan bidang pengujiannya yaitu Laboratorium Biologi, Laboratorium Kimia serta Laboratorium Kimia Fisika Gas (Profil BBTKLPP Banjarbaru, 2013).

Sejalan dengan perkembangan teknologi dan munculnya kompetitor menuntut untuk selalu mengikuti setiap perubahan metode yang mutakhir serta senantiasa mencari terobosan baru guna memberikan kualitas pelayanan terbaik kepada pelanggan. Sebagai jaminan mutu pelayanan, BBTKLPP Banjarbaru telah mendapatkan Sertifikat Akreditasi pada tanggal 21 Oktober 2010 sebagai Laboratorium Penguji dengan menerapkan ISO/IEC 17025:2008 termasuk standard operating procedure (SOP) pemeriksaan sampel uji oleh tenaga analis laboratorium (Profil BBTKLPP Banjarbaru, 2013).

Sebagai laboratorium yang terakreditasi dan dalam tugasnya melakukan pengujian sampel, BBTKLPP Banjarbaru memiliki komitmen bahwa penyelesaian pengujian sampel di laboratorium selama 17 hari kerja per sampel. Namun, pada kenyataannya, penyelesaian sampel berkisar antara 1 sampai dengan 72 hari kerja, terutama di Laboratorium Kimia (Instalasi Yantek, 2014). Sampel yang diuji pada laboratorium biologi berupa air minum, air bersih, air badan air, makanan, usap alat dan lantai sertaTPC (total plate count) udara. Pada laboratorium kimia berupa air minum, air bersih, air badan air, air limbah dan padatan, sedangkan pada laboratorium kimia fisika gas berupa sampel udara ambien (fisik, debu dan gas), kebisingan dan pencahayaan. Berikut jumlah penerimaan sampel yang

(3)

diterima oleh laboratorium BBTKLPP Banjarbaru selama 3 tahun terakhir dari tahun 2012 – 2014 (Tabel 1).

Tabel 1. Data penerimaan sampel untuk Laboratorium Biologi, Kimia dan Kimia Fisika Gas tahun 2012 – 2014

Sumber : data diolah dari Instalasi Pelayanan Teknik BBTKLPP Banjarbaru

Jumlah sampel pada Tabel 1 di atas berdasarkan nomor sampel. Dalam 1 nomor sampel bisa terdiri lebih dari 1 parameter pengujian. Parameter lengkap untuk pengujian sampel air minum sebanyak 27 parameter, air bersih 21 parameter, air badan air 29 parameter serta air limbah 25 parameter, sedangkan parameter lengkap untuk sampel kimia fisika udara dan gas sebanyak 21 parameter. Selain akreditasi, tarif pengujian untuk tiap parameter juga menjadi daya tarik bagi konsumen. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.21 Tahun 2013 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak, yang berlaku pada Kementerian Kesehatan relatif lebih rendah dibandingkan dengan kompetitor yang ada (Instalasi Pelayanan Teknik, 2014).

Berdasarkan wawancara dengan Manajer Teknik, saat ini jumlah pegawai di BBTKLPP sebanyak 70 orang, 16 di antaranya merupakan tenaga fungsional pranata laboratorium dengan rincian: Laboratorium Kimia 9 orang (1 penyelia, 8 analis), Laboratorium Biologi 4 orang (1 penyelia, 3 analis) serta Laboratorium Kimia Fisika Gas 3 orang (1 penyelia, 2 analis). Masing-masing analis mempunyai tanggung jawab terhadap parameter uji yang berbeda, terutama pada Laboratorium Kimia yang paling banyak macamnya.

Bulan Lab. Biologi Lab. Kimia Lab. Kimia Fisika Gas

2012 2013 2014 2012 2013 2014 2012 2013 2014 Januari 89 137 86 7 266 287 24 53 84 Februari 170 117 63 38 345 318 39 31 78 Maret 164 192 21 91 421 284 51 32 8 April 335 137 79 161 575 554 51 27 2 Mei 526 893 5 86 529 558 38 53 0 Juni 273 336 0 1173 291 416 53 51 25 Juli 275 557 0 87 375 183 48 28 7 Agustus 202 213 187 84 449 222 32 70 28 Sepetember 256 721 235 570 254 169 34 26 50 Oktober 274 226 1133 210 615 29 36 58 94 November 268 165 134 579 146 98 40 46 39 Desember 267 163 494 136 74 151 26 8 13 Jumlah 3099 3857 2437 3222 4340 3269 472 483 428

(4)

Selain pengujian sampel, tenaga analis juga melaksanakan tugas lain, yaitu pengambilan serta penanganan sampel di lapangan sampai ke laboratorium. Mengingat lokasi yang beragam di wilayah kerja, kegiatan pengambilan sampel ini memerlukan waktu 1 hingga 5 hari kerja. Dalam kurun waktu 1 bulan, seorang analis mendapatkan tugas tersebut 2 sampai 3 kali atau rata-rata 6 hari kerja per bulan. Khusus untuk laboratorium kimia fisika gas, pengambilan sampel berupa gas, partikel dan kebisingan harus dilakukan oleh tenaga BBTKLPP Banjarbaru dikarenakan prosedur serta peralatan yang komplek dan spesifik (wawancara dengan Manajer Teknik).

Dalam rangka menjaga mutu pelayanan, BBTKLPP Banjarbaru selalu mengikuti perkembangan yang ada termasuk pemutakhiran metode pengujian. Setiap tahun paling sedikit 2 orang tenaga analis, penyelia maupun manajemen mengikuti pelatihan untuk meningkatkan kompetensi. Kegiatan ini memerlukan waktu 3 – 5 hari setiap pelatihan. Selain sebagai peserta, tenaga analis juga diperlukan sebagai instruktur pada kegiatan magang mahasiswa setempat serta pelatihan yang diselenggarakan oleh instansi lintas program maupun lintas sektor. Hal ini juga menambah beban kerja bagi tenaga analis laboratorium (wawancara dengan Manajer Mutu).

Dalam manajemen sumber daya manusia kegiatan penerimaaan dan penempatan pegawai mutlak harus dilakukan di dalam suatu unit organisasi, baik organisasi pemerintah maupun swasta. Kegiatan manajemen sumber daya manusia adalah kegiatan untuk mendapatkan landasan guna penerimaan dan penempatan pegawai yang terlebih dahulu dilakukan analisis jabatan (job analysis), yang berarti suatu kegiatan untuk memberikan gambaran tentang syarat-syarat jabatan (job specification) yang diperlukan bagi setiap pegawai yang akan diterima dalam menduduki suatu jabatan di dalam suatu organisasi (Moekijat, 2011).

Menentukan staf yang tepat di bagian laboratorium adalah salah satu keputusan yang penting yang dibuat oleh manajemen sumber daya manusia. Jika tingkat staf terlalu tinggi, maka laboratorium beroperasi tidak efisien, demikian juga jika tingkat staf terlalu rendah, maka akan meningkatkan potensi kesalahan

(5)

atau waktu penyelesaian yang lambat. Idealnya, beberapa pertimbangan masuk dalam keputusan manajemen seperti produktivitas staf teknis yang diharapkan, tingkat pengalaman, motivasi dan kemampuan, otomatisasi, pengujian khusus dan tuntutan lainnya, termasuk staf pengadaan dan pengajaran (Valenstein et al., 2005). Perencanaan kebutuhan pegawai suatu instansi mutlak diperlukan dalam rangka memenuhi kebutuhan pegawai yang tepat. Melalui studi analisis beban kerja yang dilakukan akan dapat memberikan gambaran pegawai yang dibutuhkan baik kuantitatif maupun kualitatif yang dirinci menurut jabatan dan unit kerja.

Analisis beban kerja adalah proses untuk menetapkan jumlah jam kerja orang yang digunakan atau dibutuhkan untuk merampungkan suatu pekerjaan dalam waktu tertentu, atau dengan kata lain analisis beban kerja bertujuan untuk menentukan jumlah personalia dan jumlah tanggung jawab atau beban kerja yang tepat dilimpahkan kepada seorang petugas. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 53 Tahun 2012, analisis beban kerja merupakan salah satu metode untuk menghasilkan perhitungan kebutuhan suber daya manusia yang sesuai dengan kualifikasi yang dipersyaratkan pada masing-masing jabatan. Hasil analisis beban kerja juga dapat digunakan sebagai tolok ukur bagi pegawai/unit organisasi dalam melaksanakan kegiatannya, yaitu berupa norma waktu penyelesaian pekerjaan, tingkat efisiensi kerja, dan standar beban kerja dan prestasi kerja, menyusun formasi pegawai, serta penyempurnaan sistem prosedur kerja dan manajemen lainnya. Selain itu, juga dapat dijadikan sebagai tolok ukur untuk meningkatkan produktivitas kerja serta pembinaan, penyempurnaan dan pendayagunaan aparatur negara, baik dari segi kelembagaan, ketatalaksanaan maupun kepegawaian.

Beban kerja dapat diukur dengan mengidentifikasi setiap aktivitas yang dijalankan setiap hari serta waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan aktivitas tersebut (Odendaal & Lewin, 2014; Kannan & Sarma, 2012). Beban kerja yang terlalu besar dapat mengurangi kepuasan pegawai. Hal ini sejalan dengan hasil kajian yang dilakukan oleh Lee dan Cummings (2008) pada manajer keperawatan lini depan di Canada, yang menyatakan bahwa kepuasan kerja manajer keperawatan lini depan dapat ditingkatkan dengan mengatasi masalah rentang pengawasan dan beban kerja. Selain kepuasan, beban kerja juga mempengaruhi

(6)

hasil kerja sejalan dengan pernyataan Blay et al. (2012) berdasarkan hasil kajiannya pada tenaga perawat di Australia, bahwa peningkatan permintaan pelayanan keperawatan memiliki efek negatif pada beban kerja keperawatan dan mempengaruhi hasil perawatan terhadap pasien.

Beban kerja tenaga analis kesehatan adalah semua aktivitas yang dilakukan tenaga analis kesehatan selama bertugas di laboratorium maupun di luar laboratorium. Beban kerja perlu diketahui untuk memberikan pelayanan yang berkualitas. Penelitian ini ingin melakukan pengukuran beban kerja tenaga analis kesehatan di laboratorium BBTKLPP Banjarbaru.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang diuraikan di atas yaitu jumlah parameter pengujian serta tugas-tugas selain pengujian sampel seperti pengambilan sampel lapangan, pelatihan tenaga analis serta instruktur pelatihan berkontribusi terhadap keterlambatan penyelesaian pengujian sampel, maka perumusan masalah penelitian ini adalah: Bagaimana gambaran beban kerja tenaga analis kesehatan laboratorium kimia selama bertugas di dalam maupun di luar laboratorium Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Banjarbaru?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengukur beban kerja tenaga analis kesehatan pada aktivitas di dalam dan di luar laboratorium kimia Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Banjarbaru.

2. Tujuan khusus

a. Mengukur beban kerja tenaga analis kesehatan pada aktivitas di dalam laboratorium kimia Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Banjarbaru.

b. Mengukur beban kerja tenaga analis kesehatan pada aktivitas di luar laboratorium kimia Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Banjarbaru.

(7)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

1. Bagi pengelola kepegawaian Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Banjarbaru, sebagai bahan masukan dalam pengelolaan pegawai, khususnya tenaga analis kesehatan, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam mengambil kebijakan tentang pengaturan dan pengorganisasian tenaga analis kesehatan, sehingga beban kerjanya sesuai dengan proporsi pekerjaan yang harus dilakukan dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan.

2. Bagi Bidang Pengembangan Teknologi Laboratorium Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Banjarbaru Banjarbaru, sebagai masukan untuk memahami beban kerja tenaga analis kesehatan, sehingga dapat dijadikan bahan untuk melakukan evaluasi terhadap tenaga analis kesehatan sesuai dengan kebutuhan masing-masing laboratorium. 3. Bagi tenaga analis kesehatan, untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan

pada masing-masing laboratorium, sehingga tercapai kepuasan pelanggan dan kepuasan bagi diri sendiri.

4. Bagi peneliti, dapat menerapkan pengetahuan tentang manajemen pegawai, khususnya yang terkait dengan analisis beban kerja tenaga analis kesehatan.

(8)

E. Keaslian Penelitian

Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya antara lain adalah :

Penulis (tahun)

Judul Tujuan Rancangan

penelitian Sampel Kannan & Sarma (2012) Operational Research of Workload Using Time and Motion of Health Workers in Kerala

Mengetahui waktu yang dibutuhkan untuk 2 aktivitas, yaitu kunjungan lapangan dan imunisasi Observasional Aktivitas keperawatan Valenstei n et al. (2005) Staffing Benchmarks for Clinical Laboratories Mengukur produktivitas staf teknik dan manajemen pada sejumlah besar laboratorium serta menentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan staffing ratio yang baik

Observasional Staf teknik dan manajemen di laboratorium klinis Spance et al. (2006) Measuring nursing workload in neonatal intensive care Untuk menentukan metode yang tepat dalam pengukuran beban kerja perawat di ruang NICU (neonatal intensive care) Observasional Perawat di ruang NICU (neonatal intensive care) Usubütün et al. (2011) Pathology Laboratories Staff Workload Evaluation in Turkey: A Survey Study mengetahui distribusi teritorial dan produktivitas laboratorium patologi dan untuk memperkirakan beban kerja staf Survei Laboratorium patologi dan stafnya Nopriant y (2012) Analisis beban kerja tenaga perawat pelaksana berdasarkan karateristik unit pelayanan di RSUD dr. H. Muhammad Rabain menghitung persentase beban kerja perawat dan waktu pencapaian untuk kegiatan keperawatan secara langsung, tidak langsung, dan non keperawatan

berdasarkan shift di ICU, rawat inap penyakit dalam, dan OK

Observasional Aktivitas perawat pelaksana

(9)

Perbedaan penelitian yang dilakukan ini dengan penelitian sebelumnya adalah sampelnya tenaga perawat, analis dan staf manajemen laboratorium klinis serta staf laboratorium patologi. Selain itu, juga ada perbedaan tujuan, yaitu mengukur produktivitas, menentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan staffing ratio, menentukan metode yang tepat dalam pengukuran beban kerja.

Persamaan penelitian yang dilakukan ini dengan penelitian sebelumnya adalah tentang pengukuran beban kerja pegawai. Rancangan penelitian yang digunakan juga observasional, yaitu melakukan pengamatan terhadap aktivitas objek penelitian. Sesuatu yang baru pada penelitian ini adalah objek penelitian, yaitu tenaga analis pada laboratorium lingkungan yang kegiatannya selain di dalam laboratorium juga di luar laboratorium.

Referensi

Dokumen terkait

 Biaya produksi menjadi lebih efisien jika hanya ada satu produsen tunggal yang membuat produk itu dari pada banyak perusahaan.. Barrier

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. © Putu Anastasya Nurfitri Matahari 2014

Emisi surat utang korporasi di pasar domestik selama Januari 2018 mencapai Rp7,67 triliun atau naik 2,84 kali dibandingkan dengan Januari 2018, berdasarkan data oleh

Syahbandar juga bertugas menaksir barang dagangan yang dibawak menarik pajak, serta menentukan bentuk dan jumlah persembahan yang harus diserahkan kepada pejabat kerajaan dengan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu pemaparan cuaca ( weathering ) terhadap karakteristik komposit HDPE–sampah organik berupa kekuatan bending dan

adalah sumber daya manusia dari organisasi atau perusahaan yang bergelut dalam aktivitas operasional perusahaan dan menjalankan tugas- tugas keseharian organisasi berdasarkan apa

FAKTJ'-TAS PtrTERNAI'{N UNIVERSITAS

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahasa Indonesia dalam publikasi tersebut belum memuaskan karena terdapat beberapa kesalahan, seperti kesalahan penulisan kata