• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang selanjutnya disebut BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan. Jaminan kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Manfaat Jaminan Kesehatan mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis yang diperlukan dan dilakukan oleh penyelenggara pelayanan kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan (BPJS Kesehatan, 2014b). Puskesmas merupakan salah satu fasilitas kesehatan tingkat pertama yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan yang berfungsi menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi peserta JKN (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013b).

2.2 Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)

Fasilitas Kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah pusat,

(2)

pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) adalah pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat non spesialistik (primer) meliputi pelayanan rawat jalan dan rawat inap (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013b).

Fasilitas kesehatan tingkat pertama memiliki 4 fungsi, yaitu: a. Kontak pertama pelayanan (First Contact)

Fasilitas kesehatan tingkat pertama merupakan tempat pertama yang dikunjungi peserta setiap kali mendapat masalah kesehatan.

b. Pelayanan berkelanjutan (Continuity)

Hubungan fasilitas kesehatan tingkat pertama dengan peserta dapat berlangsung secara berkelanjutan/kontinyu sehingga penanganan penyakit dapat berjalan optimal

c. Pelayanan paripurna (Comprehensiveness)

Fasilitas kesehatan tingkat pertama memberikan pelayanan yang komprehensif terutama untuk pelayanan promotif dan preventif.

d. Koordinasi pelayanan (Coordination)

Fasilitas kesehatan tingkat pertama melakukan koordinasi pelayanan dengan penyelenggara kesehatan lainnya dalam memberikan pelayanan

(3)

Gambar 2.1 Fungsi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan No. 69 Tahun 2013 tentang standar tarif pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama dalam penyelenggaraan program jaminan kesehatan yaitu berdasarkan tarif kapitasi dan non kapitasi. Tarif kapitasi adalah besaran pembayaran per bulan yang dibayar dimuka oleh BPJS kesehatan kepada fasilitas tingkat pertama berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan dan diperuntukan bagi pasien rawat jalan (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013a).

Peraturan Presiden No.32 tahun 2014 tentang penggelolaan dan pemanfaatan dana kapitasi jaminan kesehatan nasional pada fasilitas kesehatan tingkat pertama milik pemerintah daerah, pada pasal 12 ayat 1 tertulis dana kapitasi JKN di FKTP

(4)

dimanfaatkan seluruhnya untuk jasa pelayanan kesehatan dan dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan, dan pada ayat 4 tertulis jasa pelayanan kesehatan di FKTP ditetapkan sekurang-kurangnya 60% dari total penerimaan dana kapitasi JKN dan sisanya dimanfaatkan untuk dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan (Peraturan Presiden RI, 2014).

2.3 Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas

Pelayanan kefarmasian di puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan penting dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Standar Pelayanan kefarmasian di Puskesmas meliputi standar pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai dan pelayanan farmasi klinik. Pelayanan farmasi klinik merupakan bagian dari pelayanan kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan obat dan bahan medis habis pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pelayanan farmasi klinik meliputi:

a. Pengkajian resep, penyerahan obat, dan pemberian informasi obat

Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien. Kegiatan penyerahan (dispensing) dan pemberian informasi obat merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap menyiapkan/meracik obat, memberikan label/etiket, menyerahan sediaan farmasi dengan informasi yang memadai disertai pendokumentasian.

(5)

b. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas, dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya, dan pasien.

c. Konseling

Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat pasien rawat jalan dan rawat inap, serta keluarga pasien. Tujuan dilakukannya konseling adalah memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien/keluarga pasien antara lain tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan obat, efek samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan obat.

d. Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat (ESO)

Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis.

e. Pemantauan Terapi Obat (PTO)

Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan terapi obat yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan efikasi serta meminimalkan efek samping.

(6)

f. Evaluasi Penggunaan Obat

Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan obat secara terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman, dan terjangkau (rasional).

(Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2014b)

2.4 Harapan dan Persepsi

Harapan merupakan sesuatu yang diharapkan seseorang sebagai hasil dari pengubahan perilaku atau imbalan dari apa yang individu tersebut pikirkan (Bensley dan Jodi, 2003).

Persepsi adalah proses bagaimana individu memilih, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan masukan serta informasi untuk menciptakan gambaran yang memiliki arti (Rangkuti, 2006). Dengan persepsi individu dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya maupun tentang hal yang ada dalam diri individu yang bersangkutan (Sunaryo, 2004).

(7)

2.5 Mutu Sistem Pelayanan Kesehatan

Terdapat 5 dimensi mutu pelayanan, yaitu sebagai berikut: Tabel 2.1 Dimensi Mutu Pelayanan (Umar, 2005)

No. Dimensi Penjelasan

1 Tangibles

(berwujud)

penampilan fisik seperti gedung dan ruangan, tersedianya tempat parkir, kerapian dan kenyamanan ruangan, kebersihan, dan penampilan petugas

2 Reliability

(kehandalan)

kemampuan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan janji yang ditawarkan

3 Assurance

(jaminan)

kemampuan petugas mencakup pengetahuan terhadap produk secara tepat, kualitas keramahtamahan, keterampilan dalam memberikan informasi, kemampuan dalam memberikan rasa aman didalam memanfaatkan jasa yang ditawarkan, dan kemampuan menanamkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan

4 Emphaty

(empati)

memberikan perhatian secara individual kepada pelanggan yang menyangkut kemudahan pelanggan dalam memanfaatkan jasa

5 Responsiveness

(daya tanggap)

respon atau kesigapan karyawan membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap

2.6 Kuesioner

Kuesioner adalah daftar pernyataan yang telah disusun untuk memperoleh data sesuai yang diinginkan peneliti. Pengumpulan data dengan kuesioner ini ada dua macam, yaiu kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup. Pada kuesioner terbuka, responden secara bebas menjawab pertanyaan yang telah disediakan oleh peneliti dengan ungkapan sesuai menurut responden. Di pihak lain, pada kuesioner tertutup, jawaban sudah disediakan sehingga responden hanya memilih sesuai dengan pendapatnya. Skala likert adalah salah satu bentuk kuesioner tertutup. Sebuah item positif memiliki skor untuk setiap pilihan, yaitu sangat setuju = 5, setuju = 4, netral = 3, tidak setuju = 2, dan sangat tidak setuju = 1. Item

(8)

negatif juga memiliki skor untuk setiap pilihan, yaitu sangat setuju = 1, setuju = 2, netral = 3, tidak setuju = 4, dan sangat tidak setuju = 5 (Wasis, 2006).

Dalam perancangan kuesioner, peneliti perlu memperhatikan layout atau format kuesioner yang baik supaya memotivasi responden untuk manjawab. Pada dasarnya, kuesioner memuat 4 bagian, yaitu:

a. Pengantar yang menjelaskan tujuan riset, identitas periset, cara menjawab, dan permohonan kepada responden untuk berpartisipasi dalam riset.

b. Pertanyaan-pertanyaan utama yang berisi daftar pertanyaan yang berhubungan dengan masalah riset.

c. Pertanyaan yang berkaitan dengan karakteristik atau identitas responden. d. Penutup yang berisi ucapan terima kasih dan cara mengembalikan

kuesioner.

(Istijanto, 2005) 2.7 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

a. Uji validitas kuesioner

Uji validitas kuesioner dilakukan dengan menggunakan korelasi product

moment yang dikemukakan oleh Pearson yang dapat dihitung menggunakan

formula program Microsoft Excel, SPSS atau rumus sebagai berikut:

 

  2 2 2 Y) ( Y ][N X [N Y) X ( XY) N( r Keterangan:

r : koefisien korelasi product moment X : skor tiap pernyataan/item

Y : skor total

N: jumlah responden

(9)

Kuesioner dinyatakan valid jika koefisien korelasi product moment (r hitung) lebih besar dari r tabel (0,361) untuk 30 responden dengan taraf signifikan 5% (Gumilar, 2007; Djaali dan Muljono, 2007).

b.Uji reliabilitas instrumen kuesioner

Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan model Cronbach Alpha yang dapat dihitung menggunakan formula program Microsoft Excel, SPSS atau rumus berikut ini:

Keterangan:

r11: reliabilitas kuesioner

k: banyaknya butir pernyataan Σ𝜎𝑏2 : jumlah variansi butir

𝜎12 : variansi total

(Juliandi, dkk., 2014) Kuesioner dikatakan reliabel jika memiliki nilai r hitung Cronbach Alpa > 0,600 (Gumilar, 2007).

Gambar

Gambar 2.1 Fungsi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

Referensi

Dokumen terkait

- Surat pernyataan kesanggupan memenuhi aspek keselamatan dan kesehatan kerja dan pengelolaan lingkungan hidup. - Surat pernyataan kesanggupan memenuhi aspek pengembangan masyarakat

Pasal 27 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 menyatakan bahwa Rancangan Renja PD disusun dengan mengacu rancangan awal RKPD. Oleh sebab itu sebelum

Disarankan kepada Puskesmas Petisah : (1) memberikan edukasi dini kepada ibu rumah tangga, sehingga mengetahui pentingnya melakukan deteksi dini kanker serviks melalui

Pengetahuan mempengaruhi perilaku menstimulasi perkembangan anak dapat dilihat dari hasil tabulasi silang penelitian yaitu sebagian besar ibu yang perilakunya kurang sebanyak

Oleh karena legitimasi jabatan tersebut ditentukan oleh rakyat dengan agenda politik yang disebut dengan pemilihan kepala daerah secara langsung (Pilkadasung), maka gereja juga

Penggunaan beberapa pengaturan data forward dalam centralized authentication bisa memberikan kemudahan terhadap jalur distribusi data pada Controled Access Point

Hubungan keyakinan diri (self efficacy) dengan perilaku nyeri pada pasien dengan nyeri kronis di RSUP Haji Adam Malik Medan.. Diakses pada tanggal 17 November 2016

Tingkat kerentanan di suatu wilayah menurut Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal (2006) menjadi suatu hal penting untuk diketahui sebagai salah satu