• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indonesian Digital Journal of Mathematics and Education Volume 2 Nomor 3 Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Indonesian Digital Journal of Mathematics and Education Volume 2 Nomor 3 Tahun 2015"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR

MEMBANDINGKAN PECAHAN

MENGGUNAKAN MEDIA GARIS BILANGAN

LIMBAH TRIPLEK PADA SISWA KELAS 3

SDN BATOK 01 KECAMATAN GEMARANG

KABUPATEN MADIUN

Mohamad Ridwan

SDN Batok 01, Kec. Gemarang Kab. Madiun, Email : ridwan.poerbo.sapoetro@gmail.com

Abstrak, Hasil belajar matematika pada siswa kelas III SDN Batok 01 Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun, materi membandingkan pecahan semester II tahun pelajaran 2013/2014, pada kondisi awal masih banyak dibawah KKM. Hasil belajar siswa yang dilihat dari nilai rata-rata kelas tes individu menunjukan bahwa dari siswa 15 anak, sebanyak 11 anak tidak tuntas, dan hanya 4 anak tuntas. Hal ini disebabkan karena kurangngya pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, tidak adanya media belajar yang tepat, siswa masih pada tahap operasional konkret, aktifitas siswa dan guru yang kurang optimal dalam proses pembelajaran dan penggunaan model pembelajaran yang masih konvensional. Dengan menggunakan media belajar berupa media garis bilangan yang terbuat dari limbah triplek, maka dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai upaya peningkatan hasil belajar terhadap materi pelajaran tersebut. Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran melalui PTK selama 2 siklus, maka hasil belajar siswa dari instrumen tes individu mengalami peningkatan. Pada siklus I nilai rata-rata kelas dari tesindividu sebesar dengan rincian 7 siswa tuntas, dan 8 Siswa tidak tuntas. Meningkat lagi pada siklus II dengan nilai rata-rata kelas sebesar 88,67 sebanyak 13 siswa tuntas dan 2 siswa tidak tuntas. Dengan demikian media garis bilangan dari limbah triplek dapat meningkatkan hasil belajar membandingkan pecahan

Kata Kunci: PTK, Media Pembelajaran, Hasil Belajar.

1.

Pendahuluan

Lahirnya Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, mengubah paradigma baru dalam proses pembelajaran di sekolah, khususnya bagi guru atau pendidik yang mengajar di dalam kelas. Jika sebagian besar proses pembelajaran masih menggunakan model pembelajaran konvensional, yaitu pembelajaran terpusat pada guru, siswa hanya diam mendengarkan, mencatat dan mengerjakan tugas yang diberikan, maka dengan lahirnya UU dan perkembangan zaman, paradigma baru telah muncul yaitu dengan model pembelajaran modern yang berorintasikan sebuah proses pembelajaran yang terpusat pada siswa. Dalam model pembelajaran modern ini, guru atau pendidik hanya bersifat sebagai fasilitator saja dalam proses pembelajaran.

Kegiatan atau proses belajar mengajar di dalam kelas, tidak lepas dari berbagai masalah yang ada. Dimuai dari keadaan kelas, psikis siswa, hingga pada hasil bekajar siswa terhadap suatu materi pelajaran yang dismpaikan oleh guru kepada siswa. Perubahan paradigma baru

(2)

tersebut, tentunya tidak semudah membalikan telapak tangan. Perlu adanya pendekatan atau model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran yang disampaikan kepada diswa. Pemilihan sebuah model, metode, atau media belajar yang menarik dan mudah dipahami oleh siswa, tentunya akan membawa dampak yang baik pula terhadap hasil belajar siswa di dalam kelas dalam memahami dan mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru.

Beberapa mata pelajaran yang disampaikan kepada siswa tentunya mempunyai struktur dan karakteristik yang berbeda antara pelajaran satu dan lainnya. begitu juga dengan karakteristik siswa yang berbeda jika dilihat dari segi tingkat satuan pendidikan. Anak susia SD tentu berbeda dengan abak seusia SMP atau SMA. Pada anak usia SD yang masih diselimuti usia anak-anak khususnya pada kelas rendah ( kelas 1 -3 ) masih pada tahap operasional konret. Yang artinya, proses pembelajaran masih perlu bantuan atau bimbingan dengan memberikan contoh-contoh konkret yang mudah dipahami. Berbeda dengan anak usia SMP dan SMA yang telah masuk pada tahap operasional abstrak.

Salah satu mata pelajaran yang mempunyai karakteristik dan ciri khusus yang memerlukan contoh – contoh konkret adalah matematika. Mata pelajaran matematika, baik yang diberikan pada tingkat dasar mauun menengah, memerlukan pemahaman dan logika berpikir yang lebih optimal. Sesuai dengan salah sau cirinya, bahwa matematika terdiri dari angka, simbol abstrak dan sebagainya, maka tidak heran jika mata pelajaran matematika untuk sebagian besar siswa merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit dan menakutkan. Kondisi demikian berujung pada hasil belajar siswa yang masih rendah dan tidak sedikit terjadi angka mengulang kelas, terutama pada siswa tingkat sekolah dasar. Sesuai dengan kenyataan di lapangan, bahwa matematika dirasa sulit dan menakutkan bagi siswa terutama untuk siswa SD, maka guru sebagai pendidik hendaknya mempunyai suatu strategi pembelajaran, baik berupa model, metode atau media pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran matematika yang akan disampaikan kepada siswa.

Hasil belajar siswa kelas III SDN Batok 01 Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun semester II tahun pelajaran 2013/2014 pada mata pelajaran matematika materi membandingkan pecahan yang dinilai dari tes individu, sebagian besar masih dibawah KKM yang ditentukan yaitu nilai 70, baik secara individu maupun nilai rata-rata kelas. Setelah dilakukan rekapitulasi terhadap nilai tes individu, maka didapatkan nilai rata-rata kelas sebesar 62,67, dengan perincian bahwa dari 15 siswa kelas III, sejumlah 4 siswa telah memenuhi standart KKM yang ditetapkan. Namun, sebanyak 11 siswa masih mendapatkan nilai dibawah KKM.

Berdasarkan kondisi awal nilai hasil belajar siswa tersebut, maka peneliti melakukan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas (PTK) pada mata pelajaran matematika materi membandingkan pecahan dengan alternatif pemecahan masalah menggunakan media garis bilangan dari limbah triplek. Materi membandingkan pecahan yang terdapat pada mata pelajaran matematika kelas III SD yang akan diteliti adalah membandingkan pecahan sederhana mulai dari pecahan sampai dengan pecahan . Pada

(3)

pemahaman konsep materi pelajaran kepada siswa, guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional dalam mengajar. Lebih lanjut, materi membandingkan pecahan ini, perlu diberikan media belajar yang konkret agar siswa dapat memahami materi sehingga hasil belajar siswa akan meningkat.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah dalam penelitian ini, yaitu , (1) pembelajaran yang bersifat konvensional atau tradisional. Pembelajaran terpusat pada guru, (2) tidak digunakannya media belajar yang konkret dalam penyampaian materi pelajaran, (3) kinerja guru yang kurang maksimal dalam proses pembelaaran, (3) aktifitas siswa yang kurang terlibat pada proses pembelajaran di dalam kelas, (4) rendahnya minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika khususnya materi membandingkan pecahan, dan (5) rendahnya nilai belajar siswa pada materi pelajaran membandingkan pecahan tesebut. Dari beberapa identifikasi masalah diatas, dapat ditarik beberapa analisis masalah yang dijadikan acuan dalam penelitian tindakan kelas ini, yaitu (1) model pembelajaran yang konvensional dalam proses pembelajaran, (2) media belajar yang belum ada dalam proses pembelajaran, (3) aktifitas siswa yang kurang maksimal, dan (4) hasil belajar siswa pada materi membandingkan pecahan.

Dengan adanya berbagai permasalahan yang melatarbelakangi penelitian ini, maka dapat dirumuskan masalah yaitu, apakah menggunakan media garis bilangan dapat meningkatkan hasil belajar membandingkan pecahan pada siswa kelas III SDN Batok 01 Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014?. Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki kinerja dan aktfitas guru dalam proses pembelajaran dikelas, menumbuhkembangkan minat belajar siswa melalui model, metode dan media belajar yang interaktif dan menarik. Selain itu, tujuan pokok dari penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar membandingkan pecahan pada siswa kelas III SDN Batok 01 Kecamaan Gemarang Kabupaten Madiun pada semester II tahun pelajaran 2013/2014 sesuai atau lebih besar dari KKM yang ditetapkan.

Lebih lanjut, penelitian tindakan kelas ini pada akhirnya dapat bermanfaat bagi siswa khususnya siswa kelas 3 SD antara lain, memberikan sajian proses pembelajaran yang menarik, melatih siswa untuk aktif terlibat serta melatih siswa untuk lebih kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran. Bagi guru penelittian ini dapat meningkatkan profesionalitasnya sebagai seorang pendidik, meningkatkan kinerjanya dalam mengajar siswa, mengenbangkan ide dan gagasan serta kreativitasnya dalam mengajar, khususnya di SDN Batok 01 kecamaan Gemarang kabupaten Madiun. Sedangkan bagi sekolah, sebagai tolok ukur dalam meningkatkan kemajuan pendidikan di sekolah, sebagai sarana dalam meningkatkan kemampuan dan kreatifitas para gurunya, serta dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian lainnya. Indikator keberhasilan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah, (1) jika nilai tes individu setiap siswa lebih besar atau sama dengan KKM (70) maka dinaytakan tuntas, (2) nilai rata – rata kelas lebih besar atau sama dengan KKM 70, maka pembelajaran dinyatakan tuntas, dan (3) tingkat ketuntasan seluruh kelas > 75 %.

(4)

2.

Kajian Teori

2.1.

Media belajar

Media belajar dapat digunakan berbagai alat peraga sesuai dengan materi dan mata pelajaran yang ingin disampaikan. Media belajar dapat berupa buku teks pelajaran, alat peraga, atau audio visual. Tergantung bagaima guru memilih dan menerapkan media tersebut untuk pembelajaran di dalam kelas. Alat peraga merupakan bagian dari media pembelajaran yang diartikan sebagai semua benda (dapat berupa manusia, objek atau benda mati) sebagai perantara di mana digunakan dalam proses pembelajaran (Sitanggang, 2013:4).

Lebih lanjut Sukayati dan Suharjana (2009) menyatakan bahwa media pembelajaran diartikan sebagai semua benda yang menjadi perantara dalam terjadinya pembelajaran. Berdasar fungsinya media dapat berbentuk alat peraga dan sarana. Dalam penyampaian suatu mata pelajaran di kelas, masih banyak guru yang tidak menggunakan alat perga sebagai media pembelajaran. Masih banyak juga guru yang menggunakan pengelolaan kelas secara klasikal. Artinya, semua siswa diperlakukan sama untuk menerima materi pembelajaran. Dari uraian dan pendapat beberapa ahli diatas, maka media pembelajaran atau media belajar adalah suatu alat bantu yang digunakan oleh guru dalam memyampaikan sebuah materi pelajaran agar siswa mampu menerima materi pelajaran dengan baik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

2.2.

Hasil Belajar

Oemar Hamalik dalam Isriyanto (2010) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seseorang guru sebagai pengajar. Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduannya itu terjadi interaksi dengan guru. Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja harus bisa mendapatkan hasil dan bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa adanya intervensi orang lain sebagai pengajar.

Oleh karena itu hasil belajar yang dimaksud disini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima perlakukan dari guru, Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil penilaian guru terhadap siswa setelah siswa menjalani berbagai uji kompetensi terkait hasil pembelajaran yang telah disampaikan oleh guru, sedangkan hasil belajar siswa bisa berupa instrumen tes tulis baik kelompok maupun individu, tes lisan, observasi dan sebagainya. Dalam penelitian ini, maka hasil belajar siswa didasarkan pada perolehan penilaian atau skor akhir dari tes tertulis yang diberikan oleh peneliti atau guru setelah menyampaikan materi pembelajaran matematika

(5)

2.3.

Matematika

Musetyo (2013) menyatakan bahwa matematika mempunyai ciri – ciri yaitu a) abstrak, b) dedukif, c) konsisten, d) hierarkis dan d) logis. Lebih jauh Sumardyono (2004) menyebutkan bahwa matemtika mempunyai karakteristik sebagai a) memiliki kajian objek yang abstrak, b) bertumpu pada kesepakatan, c) berpola pikir deduktif, d) konsisten dalam sistemnya, e) memiliki simbol yang kosong dari arti, f) memperhatikan semesta pembicaraan.

Dengan demikian maka matemtika dapat disimpulkan sebagai mata pelajaran yang bersifat abstrak, konsisten, deduktif, konsiten dan memiliki simbol–sombol dari arti. Sehingga pada pembelajaran matemtika khususnya di jenjang sekolah dasar memerlukan sebuah strategi dan model pembelajaran yang mudah diserap dan dipahami oleh peserta didik. Dalam penelitian ini, fokus penelitian pada materi membandingkan bilangan pecahan sederhana pada mata pelajaran matematika kelas III sekolah dasar.

2.4.

Media Garis Bilangan Limbah Triplek

Media belajar ini merupakan modifikasi dan pengembangan dari cara membandingkan pecahan menggunakan garis bilangan. Jika menggunakan garis bilangan yang terdapat pada buku ataupun siswa membuat, menggambar garis bilangan masih banyak kelemahan, maka media ini membantu siswa untuk memahami konsep sekaligus meningkatkan hasil belajarnya pada materi membandingkan pecahan sederhana. Media Garis Bilangan pecahan ini terbuat dari limbah triplek dengan ukuran 20 cm x 2,5 cm. Dengan disertai gambar geometri, maka media ini merupakan bentuk konkret dari garis bilangan untuk membandingkan pecahan.

Penggunaan media garis bilangan limbah triplek ini dengan menysuun dua atau lebih garis bilangan sesuai dengan pecahan yang akan dibandingkan. Kemudian menbandingkan pecahan dengan ketentuan jika pecahan berada di sebelah kiri pecahan lain, maka pecahan bernilai lebih kecil dengan simbol ” < “, sedangkan bila berada si belah kanan pecahan lainnya maka pecahan tersebut bernilai lebih besar “> “, dan apabila pecahan tersebut sejajar lurus ke bawah dengan pecahan lain, maka bernilai sama besar dengan simbol “=”.

(6)

3.

Metode

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SDN Batok 01 Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun, dengan populasi seluruh siswa kelas III sejumlah 15 anak terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan. Waktu pelaksanaan penelitian yaitu selama 3 bulan dimulai pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret tahun 2014, pada kurun waktu semester II tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 1 x pertemuan masing-masing pertemuan menggunakan alokasi waktu 3 x 35 menit ( 3 jam pelajaran ). Agar tidak mengganggu kegiatan proses belajar mengajar di sekolah, maka pelaksanaan setiap siklus disesuaikan dengan jadwal yang sudah ada. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 17 Februari 2014 dan siklus II pada tanggal 06 Maret 2014.

PTK yang dilakukan adalah PTK Kolaboratif yakni peneliti bekerjasama dengan teman sejawat yang bertindak sebagai observer. Observer membantu peneliti dalam melaksanakan penelitian termasuk didalamnya memantau, mengamati dan memberikan masukan serta kesimpulan di setiap siklus penelitian. PTK yang dilaksanakan ini mengacu pada jenis PTK Kemmis & Mc Taggart (1998), yang terdiri dari empat tahapan untuk setiap siklusnya yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi dari hasil penelitian setiap siklus untuk dijadikan tolok ukur dan tindak lanjut serta mengambil kesimpulan dari hasil penelitian. Instrumen dalam pengumpulan data yang digunakan dalam peneneitian ini berupa lembar observasi dan lembar tes individu. Lembar observasi digunakan oleh observer untuk mengamati, memantau dan mencatat serta memberikan masukan terkait proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.terdiri dari beberapa indikator yang telah disesuaikan dan disepakati bersama dengan observer. Lembar tes individu digunakan untuk mengukur dan melihat hasil belajar siswa setiap siklusnya. Hasil nilai dari tes ini, akan dibandingkan dengan indikator kberhasilan sebelumnya, untuk selanjutnya diambil kesimpulan terhadap proses pembelaaran berlangsung. Tes individu berisi 20 soal isian dimana jawaban yang akan digunakan hanya berupa tanda > (lebih besar), = (sama dengan) atau < (lebih kecil) diantara dua pecahan yang disajikan dalam soal.

Analisis data terhadap instrumen yang ada, menggunakan teknik analisis data kalitatif dan kuantitatif. Tehnik analissi data kualitatif digunakan pada lembar observasi yang ada dengan memberikan tanda ceklist (√ ) pada kolom yang sudah disediakan. Selanjutnya, observer akan memberikan kesimpulan terhadap PTK yang dilakukan dengan memberikan catatan atau komentar deskriptif. Sedangkan teknik analisisi tes ini, berupa teknik analisis data kuantitif dimana pengolahan dan penyajian data menggunakan perhitungan dan kriteria penilaian berupa tes indiviu didasarkan pada skor yang diperoleh terhadap beberapa soal pertanyaan tersebut. Setiap nomor atau jawaban benar maka mendapatkan nilai 1, sedangkan jawaban salah mendapatkan nilai nol ( 0 ). Nilai akhir (NA) yang digunakan sebagai tolok ukur ketuntasan siswa menggunakan rumus :

(7)

Selanjutnya untuk menghitung nilai rata – rata kelas digunakan rumus :

Dimana adalah rata-rata kelas, adalah jumlah nilai akhir seluruh siswa, adalah jumlah seluruh siswa kelas 3. Sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditentukan sebelumnya, maka jika NA≥70 maka siswa dinyatakan tuntas, jika > 70 maka proses pembelajaran dinyatakan tuntas dengan prosenstasi siswa tuntas minimal sebanyak 75 % dari seluruh siswa kelas III.

4.

Hasil dan Pembahasan

4.1.

Deskripsi per Siklus

Kondisi awal sebelum penelitian atau pra siklus, nilai rata-rata kelas hasil belajar yang diperoleh dari tes individu pada materi membandingkan pecahan sebesar 62,67 dengan perincian bahwa dari 15 siswa, sebanyak 4 siswa (27%) sudah tuntas dan sebanyak 11 siswa (73%) tidak tuntas. Dengan melihat hasil tersebut, maka perlu diadakan perbaikan pembelajaran menggunakan media garis bilangan dari limbah triplek.

Berdasarkan hasil pembelajaran pada kondisi awal tersebut (pra siklus), maka dilaksanakan perbaikan pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Penggunaan media garis bilangan limbah triplek diterapkan pada proses pembelajaran siklus I. Hasil belajar siklus I setelah menggunakan media garis bilangan limbah triplek, menunjukkan bahwa dari 15 siswa, sebanyak 7 siswa (47%) sudah tuntas dan sebanyak 8 siswa (53%) tidak tuntas. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh sebesar 68,33.

Hasil perbaikan pembelajaran pada siklus II dengan menggunakan media garis bilangan limbah triplek, nilai rata-rata kelas 88,67 dengan rincian sebanyak 13 siswa (87%) tuntas sesuai dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu > KKM. Sedangkan 2 siswa (23%) tidak tuntas karena memperoleh nilai dibawah KKM dan memang mempunyai prestasi rendah dan faktor lain yang tidak diteliti dalam PTK.

4.2.

Pembahasan

Hasil nilai belajar yang dilihat dari nilai rata-rata seluruh kelas mengalami peningkatan pada setiap siklusnya dibandingkan dengan nilai rata-rata pada kondisi awal atau pra siklus. Pada kondisi awal (pra siklus) nilai rata-rata kelas sebesar 62,67 dengan tingkat ketuntasan sebesar 27 % ( 4 siswa ). Tidak adanya media belajar sebagai alat bantu dalam memperjelas materi yang disampaikan merupakan faktor utama nilai hasil belajar siswa masih dibawah KKM selain kinerja guru yang kurang maksimal dan model pembelajaran yang masih konvensional tersebut. Setelah dilakukan kajian bersama dengan teman sejawat, maka akan dilakukan perbaikan pembelajaran selama dua siklus. Melalui empat tahapan dalam PTK yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi, maka hasil pembelajaran matematika materi membandingkan pecahan mengalami peningkatan.

Pada siklus I, siswa diberikan media garis bilangan limbah triplek, guru menjelaskan tentang cara mempergunakan, dan berdiskusi mengerjakan soal kelompok, terlihat siswa semakin antusias dan berminat mengikuti proses pebelajaran matematika. Dengan bantuan media ajar

(8)

berupa garis bilangan limbah triplek tersebut, siswa semakin kreatif dan paham bagaimana membandingkan pecahan dengan memasangkan 2 buah garis bilangan pecahan yang akan dibandingkan. Namun demikian masih ada beberapa siswa yang kesulitan dalam menggunakan alat peraga, masih ada beberapa siswa yang ramai dan gaduh saat guru berkeliling membantu siswa atau kelompk lain, kinerja gurupun dalam membimbing siswa kurang maksimal, guru belum banyak melibatkan siswa dalam pemecahan masalah, pembelajaran masih dominan menggunakan ceramah dan guru banyak memberikan jawaban alternatif dibandingkan siswa yang menjawab pertanyaan. Peningkatan hasil belajar siswa dilihat dari nilai rata-rata kelas sebesar 9 % atau menjadi 68,33 dengan tingkat ketuntasan sebesar 47%. ( 7 siswa ). Sesuai dengan indikator keberhasilan, maka pembelajaran siklus I dinyatakan belum tuntas dan perlu perbaikan dan peningkatan pada siklus selanjutnya. Hasil refleksi yang telah dilakukan setelah pelaksanaan siklus I, maka proses perbaikan pembelajaran dilanjutkan pada siklus II. Pada siklus II ini tahapan proses pembelajaran mengacu pada RPP yang telah disusun sebelumnya, dan tidak berbeda dengan siklus I. Proses pembelajaran di dalam kelas, berdasarkan pengamatan observer sudah mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan pada kondisi awal (pra siklus) dan siklus I. Aktifitas siswa sudah terlihat meningkat dalam mengikuti semua proses pembelajaran di dalam kelas. Siswa semakin aktif dan antusias dalam menjawab pertanyaan atau soal yang diberikan. Hal ini dikarenakan siswa sudah mulai terbiasa dan mengerti bagaimana cara mempergunakan media belajar berupa media garis bilangan limbah triplek yang dibagikan oleh guru untuk setiap kelompoknya. Kinerja guru pada siklus II ini juga sudah mengalami peningkatan. Guru menjelaskan kepada siswa secara runtut, sesuai dengan tujuan pembelajaran. Guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator saja. Guru sudah banyak melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Siswa lebih banyak diminta mempraktekan ke depan kelas dengan menggunakan alat peraga media garis bilangan limbah triplek.

Lebih lanjut, guru menyampaikan kepada siswa jika dalam proses pembelajaran tidak ada alat peraga yang sejenis, siswa dapat menggunakan kertas berpetak karena pembagian dan garis bilangan yang dibuat akan lebih mudah dibagi atau dipecah. Hasil belajar siswa siklus II dilihat dari nilai rata-rata kelas tes individu, maka hasil yang didapat mengalami kenaikan sebesar 30% menjadi 88,67 dengan tingkat ketuntasan naik sebesar 86 % dari siklus I menjadi 86 % ( 13 siswa ). Berdasarkan hasil pembelajaran siklus II tersebut, maka sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditentukan, pembelajaran siklus II dinyatakan sebagai siklus pemantapan dan penelitian berhenti pada siklus II. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat perbandingan ketuntasan pada tabel dan grafik dibawah ini.

Tabel 1. Jumlah Ketuntasan per Siklus

No Ketuntasan Siklus Pra I II 1 Tidak Tuntas 11 8 2

2 Tuntas 4 7 13

(9)

Gmbar 2. Grafik Jumlah Ketuntasan per Siklus

Sedangkan nilai rata-rata kelas per siklus dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 2.

Nilai Rata-rata Kelas per Siklus

Nilai Rata-rata Kelas

Pra Siklus Siklus I Siklus II 62,67 68,33 88,67

Gambar 3. Perbandingan Nilai Rata-rata Kelas per Siklus

5.

Kesimpulan dan Saran

5.1.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan selama dua siklus, maka dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model , media dan metode pembelajaran yang menarik dapat membuat aktifitas belajar siswa tumbuh dan meningkat sehingga hasil belajar siswa sesuai dengan yang diharapkan. Lebih lanjut sesuai dengan tujuan penelitian maka media garis bilangan limbah triplek dapat meningkatkan hasil belajar

11 8 2 4 7 13 0 3 6 9 12 15 1 2 3

(1) Pra Siklus, (2) Siklus I, (3) Siklus II

Tidak Tuntas Tuntas 62.67 68.33 88.67 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00

(10)

membandingkan pecahan pada siswa kelas 3 SDN Batok 01 Kec. Gemarang Kab. Madiun semester II tahun pelajaran 2013/2014.

5.2.

Saran

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran matematika khusunya untuk tingkat SD, para guru atau pendidik dapat mempergunakan alat perga atau media belajar sebagai alat bantu dalam menyampaikan materi pelajaran, salah satunya dengan menggunaan media garis bilangan limbah triplek pada materimembandingkan pecahan kelas III Sekolah Dasar.

Daftar Pustaka

Dirjendikdas.(2009). Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SD. Jakarta. Depdiknas. Mujiyani Yustina, (2012). Peningkatan Prestasi Belajar Pecahan Menggunakan Media Garis

Bilangan Pecah pada Siswa Kelas III SD Tampirwetan Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang Tahun 2011–2012. Yogyakarta. Jurnal UNY Vol. I No. 1 Tahun 2012 Sitanggang, A. (2013). Alat Peraga Matematika Sederhana Untuk Sekolah Dasar. Sumatera Utara.

Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan.

Sukayati. (2003). Pecahan. Yogyakarta. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPG) Matematika.. Supinah, dkk (2009). Strategi Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Sleman. PPPTK

Matemtika.

Taufik, Agus. (2012). Pendidikan Anak di SD. Jakarta. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Untung. (2010). Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Dasar Bilangan Pecahan Menggunakan Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas III SD Negeri Guci 01, Kecamatan Bumijawa,Kabupaten Tegal Tahun Ajaran 2009/2010. Penelitian Tindakan Kelas. Surakarta. FIKIP UNS.

Gambar

Gambar 1. Contoh penggunaan media garis bilangan triplek pada pecahan
Tabel 1.  Jumlah Ketuntasan per Siklus
Tabel 2.   Nilai Rata-rata Kelas per Siklus

Referensi

Dokumen terkait

Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Balai Besar PPMB-TPH Tujuan pengukuran Kinerja Kegiatan Balai Besar PPMB-TPH adalah untuk mengetahui secara sistematis tingkat

Alat-alat bukti yang sah menurut hukum yang terungkap dalam persidangan atas perkara tersebut dan dilihat dari persesuaian antara alat bukti yang satu dengan

Elemen-elemen dari komunikasi pemasaran terpadu yang terdiri dari, iklan, penjualan personal, promosi penjualan, hubungan masyarakat dan publisitas, pemasaran langsung,

Dari hasil penelitian pengerjaan canai hangat pada suhu 300°C metode bolak-balik dapat disimpulkan bahwa proses canai hangat pada suhu 300°C menunjukkan semakin besar

Maslahah scorecard (MaSC) merupakan alat ukur yang dikembangkan oleh Ahmad Firdaus untuk mengukur kinerja suatu organisasi melalui dua tahap yaitu mengukur usaha dalam mencapai

Areal te- gakan puspa memiliki kekayaan jenis kelelawar tertinggi yang mencapai 57,89% dari total jenis ditemukan, sedangkan indeks keragaman jenis tertinggi ditemukan di

Nilai penyisihan COD dengan menggunakan oksidator KMnO4 optimum pada saat penambahan 0,6 mL dengan pH netral sehingga didapatkan nilai COD sebesar 58% dan penyisihan