• Tidak ada hasil yang ditemukan

INFEKSI NEMATODA SALURAN PENCERNAAN PADA KAMBING KACANG YANG DIPELIHARA SECARA SEMI INTENSIF DENGAN PEMBERIAN PAKAN TAMBAHAN ALJANOFRI YUSE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INFEKSI NEMATODA SALURAN PENCERNAAN PADA KAMBING KACANG YANG DIPELIHARA SECARA SEMI INTENSIF DENGAN PEMBERIAN PAKAN TAMBAHAN ALJANOFRI YUSE"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

INFEKSI NEMATODA SALURAN PENCERNAAN PADA KAMBING

KACANG YANG DIPELIHARA SECARA SEMI INTENSIF

DENGAN PEMBERIAN PAKAN TAMBAHAN

ALJANOFRI YUSE

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Infeksi Nematoda Saluran Pencernaan pada Kambing Kacang yang Dipelihara Secara Semi Intensif dengan Pemberian Pakan Tambahan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepadaInstitut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Aljanofri Yuse

(4)
(5)

ABSTRAK

ALJANOFRI YUSE. Infeksi Nematoda Saluran Pencernaan pada Kambing Kacang yang Dipelihara Secara Semi Intensif dengan Pemberian Pakan Tambahan. Dibimbing oleh MUHAMAD BAIHAQI dan YUSUF RIDWAN.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tingkat infeksi cacing nematoda saluran pencernaan pada kambing kacang yang dipelihara secara semi intensif dengan perbedaan jenis pakan tambahan. Penelitian ini menggunakan kambing kacang sebanyak 10 ekor dengan pakan tambahan P1 (konsentrat dan limbah tauge) dan P2 (gamal/Gliricidia sepium). Rancangan yang digunakan pada penelitian ini yaitu rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial 2x3. Hasil penelitian menunjukan bahwa kambing kacang terinfeksi oleh nematoda kelompok Strongylida, Stongyloides sp, dan Trichuris sp. Rataan jumlah telur cacing nematoda saluran pada kambing yang diberi pakan P1 nyata lebih tinggi (P<0.05) dibandingkan dengan kambing yang diberikan pakan P2, yaitu 703 vs 365 telur g-1 tinja.

Kata kunci : kambing kacang, nematoda saluran pencernaan, semi intensif

ABSTRACT

ALJANOFRI YUSE. Infection of Gastrointestinal Nematode of Kacang Goat Maintained in Semi Intensive With Additional Feed. Supervised by MUHAMAD BAIHAQI and YUSUF RIDWAN.

The objective of this research was to investigate infection of gastrointestinal nematode of goat in semi intensive with different kind of additional feed. This research used 10 kacang goats with additional feed P1 (concentrate and waste bean sprouts) and P2 (Gliricidiasepium leaf). The experimental design was

completely randomized design (CRD) with factorial 2x3. Kacang goat in research infected by nematode groups Strongylida, Stongyloides sp, and Trichuris sp. Total of fecal egg count (FEG) of kacang goat with P1 was significantly high different (P<0.05) than P2, with 703 vs 365 egg g-1feces.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

INFEKSI NEMATODA SALURAN PENCERNAAN PADA KAMBING

KACANG YANG DIPELIHARA SECARA SEMI INTENSIF

DENGAN PEMBERIAN PAKAN TAMBAHAN

ALJANOFRI YUSE

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Infeksi Nematoda Saluran Pencernaan pada Kambing Kacang yang Dipelihara Secara Semi Intensif dengan Pemberian Pakan Tambahan

Nama : Aljanofri Yuse

NIM : D14100106

Disetujui oleh

Muhamad Baihaqi, SPt MSc Pembimbing I

Dr.drh Yusuf Ridwan, Msi Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Muladno, MSA Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini dengan judul Infeksi Nematoda Saluran Pencernaan pada Kambing Kacang yang Dipelihara Secara Semi Intensif dengan Pemberian Pakan Tambahan. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW besertakeluarganya.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Muhamad Baihaqi, SPt MSc dan Bapak Dr drh Yusuf Ridwan, MSi selaku dosen pembimbing serta Bapak Dr Jakaria, SPt Msi selaku dosen pembimbing akademik. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada pegawai kandang di laboratorium lapang ruminansia kecil fakultas peternakan (Mang Aher dan Mang Amir) atas bantuanya selama penelitian ini dilaksanakan. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada ayah (Setrizal), ibu (F.Yuwiarni), kakak (Afis), adik (Anja, Nila, Nana, dan Aisyah) dan seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya. Selain itu, terima kasih kepada teman kelompok penelitian (Slamet, Vinny, dan Yoni) dan para sahabat (Hengki, Alul, Odik, Oki, Rizko, Okin, Cahya Mukti, Edwin, Mpy, Irene, Bima, Shabrun, Sahid, Amilin, Egha, Azel, Tito, Budi, Olga dan Rodexs) serta teman-teman, khususnya IPTP 47 atas bantuan dan dukungannya. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Bogor, September 2014

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL ix DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR LAMPIRAN ix PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 1

Ruang Lingkup Penelitian 2

METODE 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 2

Bahan 2

Alat 2

Prosedur 2

Desain Penelitian 2

Persiapan Kandang 3

Penanganan Ternak Datang 3

Pemeliharaan Kambing Secara Semi Intensif 3

Pengambilan Sampel Tinja 3

Pemeriksaan Telur Cacing Nematoda dengan Metoda McMaster 4

Rancangan Percobaan dan Analisa Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Keadaan Umum Penelitian 5

Kondisi Lingkungan 5

Kondisi Padang Pengembalaan 5

Infeksi Nematoda Saluran Pencernaan Pada kambing kacang 5

Tingkat Infeksi nematoda saluran Pencernaan 7

Pengaruh Infeksi Nematoda saluran pencernaan Terhadap Pertambahan

Bobot Badan Kambing 8

SIMPULAN DAN SARAN 10

DAFTAR PUSTAKA 10

LAMPIRAN 12

(12)

DAFTAR TABEL

1 Rataan suhu dan kelembaban lingkungan kandang pemeliharaan kambing

kacang 5

2 Rataan jumlah telur cacing nematoda saluran pencernaan pada kambing

kacang yang dipelihara secara semi intensif 7

3 Rataan PBB dan PBBH kambing kacang yang dipelihara secara semi

intensif 8

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil analisis ragam jumlah telur cacing nematoda saluran pencernaan 12 2 Data pengukuran suhu dan kelembaban didalam kandang 12 3 Data pengukuran suhu dan kelembaban di luar kandang 12 4 Kambing, alat dan kandang yang digunakan dalam penelitian (a) kambing

jantan, (b) kambing betina, (c) kamar hitung McMaster, (d) kandang

individu 12

5 Pakan tambahan yang digunakan dalam penelitian (a) limbah tauge (b)

konsentrat (c) gamal 13

6 Pemeliharan kambing secara semi intensif (a) pengembalaan (b)

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kambing kacang merupakan kambing asli Indonesia. Kambing Kacang sangat cepat berkembang biak, pada umur 15-18 bulan sudah bisa menghasilkan keturunan. Kambing ini memiliki postur tubuh yang relatif kecil, cocok sebagai penghasil daging, bersifat prolifik dan tahan terhadap berbagai kondisi serta mampu beradaptasi dengan baik di berbagai lingkungan yang berbeda termasuk dalam kondisi pemeliharaan yang sangat sederhana (Pamungkas et al. 2009).

Kambing kacang mampu beradaptasi pada lingkungan yang berbeda dan sederhana memberikan kemudahan kepada peternak untuk menentukan manajemen dan sistem pemeliharaan. Sistem pemeliharaan secara semi intensif dinilai merupakan salah satu metode pemeliharaan yang dapat diterapkan pada kambing kacang. Di daerah Jawa Barat masih terdapat peternak yang menerapkan sistem pemeliharan secara semi intensif pada kambing dan domba (Suhardono 2001). Keunggulan dari sistem pemeliharaan secara semi intensif diantaranya biaya produksi yang rendah serta tenaga kerja yang dibutuhkan juga sedikit. Selain itu dengan sistem pemeliharaan ini ternak dapat mengekspresikan tingkah laku alaminya (Animut et al. 2005), namun dalam penerapan sistem pemeliharan ini, ternak sangat rentan terserang oleh pengakit parasitik.

Salah satu penyakit parasitik yang sering menjadi permasalahan pada ternak kambing adalah penyakit cacingan yang disebabkan oleh nematoda saluran pencernaan (gastrointestinal nematodes) (Hanafiah et al. 2002). Parasit cacing saluran pencernaan dari golongan nematoda merupakan masalah utama yang menyebabkan gangguan kesehatan pada ternak khususnya ruminansia kecil. Kambing dan domba merupakan ternak yang mudah terinfeksi oleh parasit cacing dibandingkan dengan ternak yang lain karena kebiasaannya merumput (Schoenian 2003). Faktor lain seperti pakan juga dapat menyebabkan infeksi nematoda saluran pencernaan, hal ini dikarenakan perkembangan nematoda saluran pencernaan terjadi diluar tubuh inang dan nematoda hidup sementara pada berbagai jenis rumput dan tumbuhan. Mengingat infeksi nematoda saluran pencernaan merupakan masalah utama penyebab gangguan kesehatan pada kambing yang dipelihara secara semi intensif, sehingga perlu kiranya dilakukan penelitian untuk mengetahui tingkat infeksi dari nematoda saluran pencernaan pada kambing kacang yang diberikan berbagai jenis pakan tambahan yang berbeda

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tingkat infeksi cacing nematoda saluran pencernaan kambing kacang yang dipelihara secara semi intensif dengan pemberian jenis pakan tambahan yang berbeda.

(14)

2

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang Lingkup Penelitian ini meliputi pengaruh pemeliharaan secara semi intensif dan pemberian jenis pakan tambahan yang berbeda (limbah tauge, konsentrat dan gamal) terhadap peningkatan jumlan telur cacing nematoda saluran pencernaan kambing kacang pada bulan pertama, kedua dan ketiga selama penelitian.

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Ruminansia Kecil, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pemeriksaan tinja untuk mengetahui tigkat infeksi nematoda dilakukan di Laboratorium Helminthologi, Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan, yaitu dari bulan Januari 2014 sampai Maret 2014.

Bahan

Ternak yang digunakan pada penelitian ini adalah kambing kacang sebanyak 10 ekor (8 ekor betina dan 2 ekor jantan), dengan kisaran umur 1-2 tahun dengan bobot badan 13.83 ± 3.08 kg. Kambing kacang yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari peternak di daerah Ciampea, Kabupaten Bogor. Sedangkan bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu tinja kambing kacang segar, larutan pengapung (campuran garam dan gula) dan aquades.

Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu mikroskop cahaya, sentrifiuse, saringan teh, kamar hitung McMaster, alat penghitung, pipet gelas, gelas objek, gelas penutup, tabung reaksi, gelas ukur, gelas plastik, sendok plastik, spoit, ose, plastik steril penyimpan tinja, masker, sarung tangan, timbangan digital dan lembaran pencatatan.

Prosedur Desain Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah RAL pola factorial 2 x 3. Pada penelitian ini diterapkan sistem pemeliharaan secara semi intensif. Kambing kacang sebanyak 10 ekor dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan pemberian pakan P1 (konsentrat dan limbah tauge) dan P2 (gamal). Selama penelitian dilakukan pengambilan tinja sebanyak 3 kali (bulan ke-1,2,3)

(15)

3 untuk mengetahui infeksi nematoda saluran pencernaan pada kambing kacang. Pemeriksaan tinja dilakukan dengan metode McMaster.

Persiapan Kandang

Kandang yang digunakan pada penelitian ini adalah kandang individu dengan sistem panggung yang berukuran 1.5 m x 0.75 m serta dilengkapi dengan tempat pakan dan minum. Lantai kandang terbuat dari bambu sedangkan dinding pembatas terbuat dari besi dan kawat. Sebelum kandang digunakan dibersihkan terlebih dahulu. Kotoran yang terdapat pada kandang dibuang dan kemudian dibersihkan dengan air. Tempat pakan dan minum dibersihkan dan dibilas dengan air.

Penanganan Ternak Datang

Penanganan kambing yang baru datang diawali dengan mengistirahatkan kambing selama satu minggu. Kambing yang baru datang dikandangkan pada kandang kelompok dan diberi pakan berupa rumput. Setelah masa istirahat dilakukan penimbangan pada kambing, kemudian dilakukan identifikasi ternak (umur, jenis kelamin dan pemberian nomor) serta pemberian obat cacing, vitamin dan antibiotik.

Pemberian obat cacing pada kambing dilakukan dengan cara mencekokkan obat cacing terhadap kambing sedangkan untuk pemberian vitamin dan antibiotik dilakukan dengan cara penyuntikan. Kambing dimasukkan kedalam kandang individu dan dilakukan proses adaptasi. Proses adaptasi terhadap pakan tambahan P1 dan P2 dilakukan selama tiga minggu. Setelah masa adaptasi berakhir, kambing ditimbang menggunakan timbangan gantung untuk mengetahui bobot awal.

Pemeliharan Kambing Secara Semi Intensif

Kambing digembalakan setiap hari selama pemeriharaan, kambing dikeluarkan dari kandang sekitar jam 10 pagi sampai jam 4 sore. Pada sore hari kambing dikandangkan kembali secara individu. Pemberian pakan tambahan P1 dan P2 diberikan sebanyak 50% dari kebutuhan pakan harian yang diberikan 2 kali sehari yaitu pada jam 7 pagi (25%) dan jam 4 sore (25%), sedangkan 50% sisanya didapatkan kambing pada saat pengembalaan. Air minum diberikan secara adlibitum. Pemeliharan ini berlangsung setiap harinya selama 3 bulan penelitian.

Pengambilan Sampel Tinja

Tinja kambing diambil pada pagi hari untuk mengetahui infeksi nematoda saluran pencernaan. Pengambilan tinja dilakukan dengan cara parektal (langsung dari rektum) untuk menghindari kontaminasi dari lingkungan. Tinja kambing yang telah diambil, di simpan dalam plastik steril yang telah disiapkan. Sampel tinja yang telah diambil diberi label sesuai dengan penomoran kambing. Pengambilan tinja dilakukan sebanyak 3 kali selama penelitian yaitu pada awal, tengah dan akhir penelitian (dilakukan setiap bulan) untuk mengetahui tingkat infeksi nematoda saluran pencernaan pada kambing kacang yang dipelihara.

(16)

4

Pemeriksaan Telur Cacing Nematoda dengan Metode McMaster

Tinja ditimbang sebanyak 4 gram, kemudian dimasukkan ke dalam gelas plastik dan ditambahkan dengan 56 ml air. Tinja dihancurkan, disaring dan dihomogenkan. Campuran tinja yang telah homogen dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 10 ml menggunakan spoit, lalu disentrifius dengan kecepatan 2 500 rpm selama 10 menit. Setelah di sentrifuse supernatan dibuang dengan hati-hati agar endapan tidak terbuang. Kedalam tabung reaksi yang berisi endapan ditambahkan larutan pengapung sebanyak 6 ml lalu dihomogenkan. Campuran tinja dan larutan pengapung yang telah dihomogenkan diambil dengan menggunakan pipet tetes dan diteteskan sampai memenuhi kamar hitung McMaster dan didiamkan selama 3 menit. Diamati dan hitung jumlah telur nematoda saluran pencernaan yang terlihat di bawah mikroskop dengan perbesaran 100 kali.

Perhitungan jumlah telur dalam tiap gram tinja (TTGT): TTGT = n/bt x Vtotal/Vhitung

Keterangan :

n : Jumlah telur cacing yang ditemukan dalam kamar hitung bt : Berat tinja/tinja (gram)

Vtotal : Volume total larutan pengapung ditambah volume tinja (ml) 1 gram tinja = 1 ml volume tinja

Vhitung : Volume campuran yang dimasukkan ke dalam kamar hitung (ml)

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial 2x3 dengan 5 kali ulangan. Faktor pertama perlakuan adalah pakan P1(limbah tauge dan konsentrat) dan P2 (gamal), sedangkan faktor kedua adalah waktu pemeriksaan (bulan ke 1, 2 dan 3) dan untuk ulangan adalah kambing. Model matematika menurut Matjik dan Sumertajaya (2002) adalah sebagai berikut:

Yij = µ + Ai + Bj + (AB)ij +

ε

ijk

Keterangan:

Yijk : Nilai pengamatan perlakuan ke-i (P1 dan P2) dan bulan ke-j(1, 2 dan 3) µ : Nilai tengah umum pengamatan cacing nematode saluran pencernaan Ai : Pengaruh pemberian pakan pada taraf ke-i (P1 dan P2)

Bj : Pengaruh waktu pemeriksaan sampel bulan ke-j (1, 2, dan 3)

(AB)ij : Interaksi antara pemberian pakan pada taraf ke-I (P1 dan P2) dan waktu pemeriksaan sampel bulan ke-j(1, 2 dan 3)

εijk : Pengaruh galat percobaan

Data yang diperoleh dianalisis ragam (Analysis of Variance/ANOVA) untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati. Jika perlakuan berpengaruh nyata terhadap peubah yang diamati maka akan dilanjutkan dengan uji Tukey untuk mengetahui perbedaan di antara perlakuan tersebut. Disebabkan beberapa data memiliki pencilan yang cukup tinggi sehingga untuk pengolahan data hanya dilakukan 4 kali ulangan saja.

(17)

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Penelitian Kondisi Lingkungan

Penelitian dilakukan pada kondisi curah hujan dan kelembaban yang cukup tinggi. Diketahui bahwa rata-rata intensitas curah hujan selama penelitian mencapai 30 mm-100 mm per hari (BMKG 2014). Selama penelitian juga dilakukan pengukuran suhu dan kelembaban di dalan dan di luar kandang menggunakan termometer bola basah dan bola kering. Rataan kondisi suhu dan kelembaban lingkungan kandang disajikan pada tabel 1.

Tabel 1 Rataan suhu dan kelembaban lingkungan kandang pemeliharaan kambing kacang

Lokasi Pengukuran Suhu

(oC)

Kelembaban (%)

Dalam Kandang 26.96 ± 1.739 85.69 ± 6.804

Luar Kandang 30.30 ± 2.597 73.44 ± 9.69

Kondisi Padang Pengembalaan

Luas padang pengembalan yang digunakan pada penelitian ini yaitu ± 1.5 ha. Pada padang pengembalaan ini tersebar bermacam-macam vegetasi rumput, legum dan gulma yang dapat dimanfaatkan kambing sebagai bahan pakan. Beberapa vegetasi tersebut terdiri atas rumput Brachiaria humidicola ( BH) dan

Paspalum cartilageneum, leguminosa gamal atau Gliricidia sepium (gamal) dan gulma Melastoma affine D. Don (harendong), Cyperus sp (teki badot), dan

Chromolaena odorata (ki rinyuh). Vegetasi tersebut tersebar di beberapa titik di padang penggembalaan.

Infeksi Nematoda Saluran Pencernaan Pada Kambing Kacang

Cacing nematoda saluran pencernaan merupakan sekelompok cacing yang berbentuk bulat panjang dengan salah satu ujungnya meruncing dan menginfeksi saluran pencernaan ternak (Soulsby 1987). Beberapa genus nematoda saluran pencernaan yang ditemukan pada kambing dan domba diantaranya yaitu

Strongyloides sp, Trichuris sp, dan kelompok stongyloida yaitu Gaigeria sp,

Bunostomun sp, Oesophagustomun sp, Haemonchus sp, dan Chabertia sp (Hanifah et al. 2002).

Nematoda saluran pencernaan berkembang biak dengan cara bertelur yang dihasilkan oleh cacing betina. Telur yang dihasilkan oleh cacing betina keluar bersama dengan tinja. Telur cacing menetas menjadi larva stadium pertama (L1), kemudian berkembang ke stadium kedua (L2) dengan membentuk selubung larva (kutikula) sebagai perlindungan. Larva L2 berkembang menjadi L3 dengan membentuk selubung lagi dari kutikula sebelumnya. L3 mempunyai dua lapis selubung (kutikula) yang merupakan tahap larva infektif yang masuk kedalam saluran pencernaan melalui rumput yang dimakan oleh ternak. Larva L3 di dalam

(18)

6

saluran pencernaan berkembang menjadi stadium keempat (L4) berkembang menjadi cacing dewasa yang tinggal di saluran pencernaan (L5). Periode perkembangan larva ini berlangsung sekitar 3 minggu atau 1-24 hari (Hansen dan Perry 1990).

Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan tinja kambing sebanyak 30 sampel yang diambil dari 10 ekor kambing kacang yang dipelihara selama 3 bulan. Hasil pemeriksaan tinja kambing kacang yang dilakukan pada penelitian ini ditemukan tiga jenis telur nematoda menginfeksi kambing kacang yang dipelihara secara semi intensif yakni kelompok Strongylida, Stongyloides sp, dan

Trichuris sp, seperti yang disajikan pada Gambar 1.

1. Strongyloides sp.

2. Strongylida 3. Trichuris sp.

Gambar 1 Bentuk telur cacing nematoda yang menginfeksi kambing kacang yang dipelihara secara semi intensif 1. Strongyloides sp 2. Strongylida 3.

Trichuris sp

Jenis nematoda saluran pencernaan yang ditemukan pada penelitian ini sama dengan beberapa jenis nematoda yang ditemukan oleh Hanifah et al. (2002). Dari hasil pemeriksaan sampel diketahui ada kambing terinfeksi tunggal, ganda, maupun infeksi campuran. Kambing terinfeksi tunggal apabila hanya ditemukan satu jenis telur yang terdeteksi pada tinja saat pemeriksaan, terinfeksi ganda apabila ditemukan dua jenis telur cacing pada tinja kambing dan infeksi campuran apabila ditemukan lebih dari dua jenis telur cacing pada tinja kambing.

Berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui bahwa sebanyak 17 sampel yang diperiksa terinfeksi tunggal oleh kelompok Strongylida dan 1 sampel terinfeksi tunggal oleh Strongyloides sp. Sedangkan untuk infeksi ganda diketahui bahwa 5 sampel terinfeksi oleh kelompok Strongylida dan Srongyloides sp serta 1 sampel terinfeksi oleh kelompok Strongylida dan Trichuris sp. Serta sebanyak 5 sampel terinfeksi campuran oleh ketiga jenis cacing yang ditemukan pada sampel yang diperiksa. Adanya infeksi tunggal, ganda dan infeksi campuran pada satu ekor kambing disebabkan oleh sifat cacing yakni infeksi cacing tidak menyebabkan kematian terhadap inang namun hanya menyebabkan penurunan sistem imun inang sehingga memungkinkan terjadinya infeksi sekunder oleh jenis cacing lainnya (Desi et al. 2013).

Hasil dari pemeriksaan tinja kambing kacang pada penelitian ini juga diketahui bahwa sampel yang diperiksa ada yang tidak terinfeksi oleh nematoda saluran pencernaan. Tidak ditemukannya nematoda saluran pencernaan pada salah satu sampel yang diperiksa pada bulan ketiga diduga disebabkan jumlah telur cacing yang didapatkan setelah penghitungan TTGT kurang dari 30 telur g-1 tinja, dimana pada lembar hasil pemeriksaan terdapat keterangan bahwa jika telur cacing yang ditemukan <30 telur g-1 tinja maka telur dianggap tidak ada.

(19)

7 Ditemukannya infeksi Srongyloides sp pada penelitian ini kemungkinan disebabkan oleh kondisi kandang yang kurang bersih. Larva cacing ini secara teoritis dapat menginfeksi ternak di kandang atau bahkan autoinfeksi karena telur cacing sudah berisi larva dan cepat sekali menetasnya (Suhardono et al. 2001). Penularan cacing juga dapat terjadi melalui pakan dan minum yang tercemar oleh tinja ternak yang terinfeksi cacing (Pratiwi 2010). Ditemukannya infeksi oleh kelompok Strongylida pada kambing kacang kemungkinan disebabkan oleh faktor pemeliharaan secara semi intensif yang terinfeksi disaat pengembalaan. Sedangkan ditemukannya Trichuris sp pada kambing kacang dapat terjadi didalam kandang dan pada saat pengembalaan. Cacing ini bersifat soil borne desease atau penularannya berasal dari tanah yang tercemar oleh telur infektif (Olsen 1974).

Tingkat Infeksi Nematoda Saluran Pencernaan

Telur yang ditemukan pada tinja kambing yang diperiksa dapat dijadikan sebagai indikasi bahwa kambing tersebut terinfeksi nematoda saluran pencernaan. Semakin banyak jumlah telur yang ditemukan maka semakin tinggi tingkat infeksi nematoda saluran pencernaan pada kambing. Thienpont et al. (1995) menyatakan ternak terinfeksi ringan jika ditemukan jumlah telur 1-499 telur per gram tinja, infeksi sedang ditunjukkan jika jumlah telur 500–5000 telur per gram tinja dan infeksi berat ditunjukkan jika telur yang ditemukan > 5000 telur per gram tinja ternak. Rataan jumlah telur nematoda saluran pencernaan yang didapatkan pada penelitian ini disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Rataan jumlah telur cacing nematoda saluran pencernaan pada kambing kacang yang dipelihara secara semi intensif

Pakan Ulangan Jumlah telur cacing gram -1

tinja

Rataan Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3

P1 4 990 ± 707 460 ± 139 660 ± 256 703 ± 460 a P2 4 180 ± 85 503 ± 422 413 ± 298 365 ± 308 b

Rataan 585 ± 792 481 ± 280 536 ± 277

Keterangan : P1 (limbah tauge dan konsentrat), P2 (gamal) ; Angka pada kolom atau baris sama diikuti oleh huruf berbeda (a, b) untuk (P<0.05)

Rataan total jumlah telur nematoda saluran pencernaan yang ditemukan pada kambing kacang yang diberi pakan P1 (limbah tauge dan konsentrat) dan P2 (gamal) menunjukkan infeksi sedang dan ringan, dengan rataan jumlah telur cacing yang ditemukan sebanyak 703 dan 365 telur g-1 tinja. Rataan jumlah telur nematoda saluran pencernaan pada kambing kacang yang diberi pakan P1 nyata lebih tinggi (P<0.05) dibandingkan dengan kambing kacang yang diberikan pakan P2. Hal ini diduga karena adanya kandungan tanin pada pakan P2 (gamal) yang dapat menurunkan tingkat infeksi cacing pada kambing kacang. Max et al. (2009) menyatakan kandungan tanin pada pakan dapat menurunkan jumlah infeksi cacing pada kambing dan domba.

Tanin mengandung sifat antihelmintik (anti cacing) yang dapat menurunkan tingkat infeksi cacing pada ternak. Namun untuk pemberian pakan yang mengandung tanin pada ternak harus dibatasi karena tanin mengandung zat

(20)

8

antinutrisi bagi ternak. Adanya kandungan zat antinutrisi pada bahan pakan dapat menurunkan tingkat penyerapan protein oleh tubuh, sehingga dapat menurunkan performa dari ternak. Batasan pemberian tanin yang terkondensasi dalam ransum adalah 2%-4% dari bahan kering (Preston dan Leng 1987). Diketahui bahwa kandungan tanin pada gamal berkisar antara 0.34%-2.97% (Putra 2006). Karena kandungan tanin pada gamal cukup tinggi, maka pemberian gamal pada kambing perlu pengwasan dan pembatasan.

Terjadinya peningkatan dan penurunan telur cacing selama periode penelitian diduga disebabkan oleh faktor pemeliharan secara semi intensif dan pakan pakan yang diberikan. Ternak yang digembalakan pada padang pengembalaan memiliki peluang yang besar terinfeksi parasit cacing. Parasit cacing dapat ditularkan melalui tanah dan makanan berupa hijauan atau buah-buahan yang terkontaminasi telur cacing nematoda. Telur-telur cacing akan berkembang menjadi larva infektif bila telah jatuh ke tanah, dan apabila telur atau larva itu tertelan tanpa sengaja oleh inang maka inang menjadi terinfeksi oleh parasit tersebut (Harjopranjoto et al. 1998). Beriajaya dan Suhardono (1998) menyatakan bahwa ternak yang terlalu lama digembalakan di satu lokasi akan menyebabkan infeksi cacing yang terus menerus.

Selain faktor pemeliharaan secara semi intensif dan pakan, faktor lain yang mendukung meningkatnya infeksi cacing nematoda saluran pencernaan adalah kelembaban dan curah hujan yang tinggi. Kumamihardja (1992) menyatakan bahwa resiko kecacingan dapat juga dipengaruhi kelembaban dan tingginya curah hujan pada suatu daerah yakni daerah yang memiliki curah hujan dan kelembaban tinggi akan menyebabkan infeksi cacing lebih tinggi dibandingkan pada daerah yang memiliki curah hujan dan kelembaban yang rendah.

Kelembaban dan curah hujan selama penelitian dilakukan tergolong cukup tinggi. Hasil pengukuran suhu dan kelembaban selama penelitian yang terdapatpada tabel 1. diketahui bahwa kelembaban Diperkirakan faktor ini sangat mendukung pertumbuhan cacing nematoda saluran pencernaan pada kambing kacang. Faktor ini juga memungkinkan terjadinya peningkatan dan penurunan jumlah telur cacing yang ditemukan pada saat pemeriksaan.

Pengaruh Infeksi Nematoda Saluran Pencernaan Terhadap Pertambahan Bobot Badan Kambing

Cacing nematoda saluran pencernaan dapat menimbulkan banyak kerugian bagi para peternak yakni berupa kekurusan, tenaga kerja menurun dan kematian pada ternak muda dan dewasa. Cacing nematoda saluran pencernaan dapat menurunkan bobot badan pada kambing dan domba sebesar 5 kg-1ekor-1 per penderita sedangkan untuk sapi dan kerbau sebesar 10 kg-1ekor-1 per penderita per tahun. Adanya infeksi oleh cacing saluran pencernaan pada ternak akan mengakibatkan terjadi gangguan-gangguan yang berupa terhambatnya tingkat pertumbuhan, rendahnya produktifitas dan bertambahnya tingkat kematian pada ternak, terutama pada ternak muda (Beriadjaja dan Stevenson 1986).

Gejala klinis yang timbul akibat infeksi ini adalah kehilangan berat badan, kurang nafsu makan, menurunnya daya penyerapan makanan di usus, pucat (anemia) karena kehilangan darah yang menyebabkan kehilangan protein darah sehingga oedema di rahang bawah, leher dan perut bagian bawah (Beriajaya et al.

(21)

9 1995). Rataan pertambahan bobot badan dan bobot badan harian kambing kacang yang dipelihara disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Rataan PBB dan PBBH kambing kacang yang dipelihara secara semi intensif

Pakan Rataan Bobot Badan (Kg) Rataan BB (Kg)

Rataan PBBH (Gram) Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3

P1 12.22±2.31 13.12±2.68 14.04±3.20 13.13±2.72 18.57±10.03 P2 14.14±3.20 14.8±3.73 15.37±3.68 14.77±3.45 12.59±8.93

Keterangan : P1 (limbah tauge dan konsentrat), P2 (gamal)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa infeksi cacing nematoda saluran pencernaan pada kambing kacang tidak mempengaruhi pertambahan bobot badan kambing. Namun pertambahan bobot badan kambing pada penelitian ini tergolong rendah dengan rataan pertambahan bobot badan harian pada kambing kacang yang diberikan pakan P1 sebesar 18.57 g-1ekor-1 dan P2 sebesar 12.59 g-1ekor-1. Hasil penelitian Martawidjaja et al. (1999) pada kambing kacang yang diberi pakan R1 (rumput gajah dan konsentrat dengan PK 21%), R2 (rumput gajah dan konsentrat dengan PK 17%) dan R3 (rumput gajah dan konsentrat dengan PK 12%) didapatkan pertambahan bobot badan harian kambing sebesar 65.5, 55.6 dan 43.3 g-1ekor-1 pada kambing betina dan 78.3, 70.9 dan 61.6 g-1ekor-1 pada kambing jantan.

Pertambahan bobot badan harian kambing kacang yang diberi pakan P1 lebih baik dibandingkan dengan kambing kacang yang diberi pakan P2, sedangkan berdasarkan hasil pemeriksaan pada tabel 1. tingkat infeksi cacing untuk kambing yang diberi pakan P1 lebih tinggi dibandingkan dengan yang diberi pakan P2. Hal ini diduga disebabkan oleh pakan P1 mengandung nutrisi yang lebih baik dari pakan P2. Pakan P1 merupakan pakan yang terdiri dari limbah tauge dan konsentrat yang memiliki nutrisi yang lebih baik dari pakan P2 yang berupa gamal, sedangkan pakan P2 mengandung zat antinutrisi berupa tanin yang dapat menghambat proses penyerapan protein (Min et al. 2000)

Kandungan total protein kasar pada pakan P1 yaitu 23.63% yang berasal dari protein kasar limbah tauge 13.63% (Rahayu et al. 2010) dan protein konsentrat 14%. Sedangkan dari hasil pengujian proksimat total protein kasar yang terkandung pada pakan P2 adalah 19.75%. Sehingga jumlah protein yang dikonsumsi oleh kambing P1 lebih banyak dibandingkan dengan kambing P2. Protein yang dikonsumsi sebagian akan dimanfaatkan oleh ternak untuk menghasilkan antibodi yang berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh kambing terhadap terhadap berbagai jens penyakit termasuk infeksi dari nematoda saluran, sehingga kambing lebih kuat meskipun terinfeksi oleh nematoda saluran pencernaan.

Diduga hal ini dapat menyebabkan pertambahan bobot badan harian kambing kacang yang diberi pakan P1 lebih baik dibandingkan kambing kacang yang diberi pakan P2, meskipun jumlah telur nematoda saluran pencernaan yang ditemukan lebih banyak dibandingkan dengan kambing yang diberi pakan P2. Hasil penelitian Martawidjaja et al. 1999 kambing kacang yang diberi pakan yang mengandung protein kasar 20% memiliki pertambahan bobot badan yang lebih baik dari kambing kacang yang diberi pakan dengan kandungan protein kasar 17% dan 12%.

(22)

10

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kambing kacang pada penelitian ini terinfeksi nematoda saluran pencernaan

Stongyloides sp, Trichuris sp dan kelompok Strongylida. Pemberian pakan P1(konsentat dan limbah tauge) dan P2 (gamal) berpengaruh terhadap tingkat infeksi kambing kacang yang dipelihara secara semi intensif. Kambing yang diberi pakan gamal mempunyai infeksi nematoda saluran pencernaan yang lebih rendah dibandingkan dengan pakan konsentrat dan limbah tauge. Pemberian pakan tambahan yang berbeda tidak berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan kambing kacang yang dipelihara secara semi intensif.

Saran

Penelitian lebih lanjut mengenai infeksi cacing nematoda saluran pencernaan pada kambing kacang yang dipelihara secara semi intensif perlu dilakukan. Hal ini untuk mendapatkan informasi lebih mengenai infeksi cacing jenis cestoda dan trematoda pada kambing kacang yang dipelihara secara semi intensif.

DAFTAR PUSTAKA

Animut G, Goetsch AI, Aiken GE, Puchala R, Detweiler G, Krehbiel CR, Merkel RC, Sahlu T, Dawsin LJ. 2005. Grazing behavior and energy expenditure by sheep and goats co-grazing grass forb pastures at three stocking rates.

Small Rumin Res. 59: 191-201.

Beriajaya, Suhardono. 1998. Penanggulangan nematodiasis pada ruminansia kecil secara terpadu antara manajemen, nutrisi dan obat cacing. Prosiding Inovasi Teknologi Pertanian. Bogor (ID) : Badan Penelitian dan Teknologi Pertanian.

Beriajaya, Stevenson P. 1986. Reduced productivity on small ruminants in Indonesia as a result of gastrointestinal nematode infections. Proc 5th Int Conf Lvstk DisTrop. 28-30.

Desi A, Fahrimal Y, Hasan M. 2013. Identifikasi parasit nematoda saluran pencernaan anjing pemburu (Canis Familiaris) Di Kecamatan Lareh Sago Halaban Provinsi Sumatera Barat. J Medik Vet. 7 (1) : 42-45.

Hanafiah M, Winaruddin, Rusli. 2002. Studi infeksi nematoda gastrointestinal pada kambing dan domba di rumah potong hewan Banda Aceh. J Sain Vet.

(23)

11 Hansen J, Perry B. 1990. The epidemiology, diagnosis and control of

gastro-intestinal parasites of ruminants in Africa. International Laboratory for Research on Animal Diseases, Nairobi, Kenya, pp. 13−21.

Harjopranjoto S, Sasmita RS, Partosoewignjo, Hariadi M, Soejoko RB, Sarmanu. 1988. Penyakit Satwa Liar. Simposium Nasional. Prosiding. Surabaya (ID) : Fakultas Kedokteran Hewan Airlangga dan Kebun Binatang Surabaya. Kusumamihardja S. 1992. Parasit dan Parasitosis pada Hewan Ternak dan

Hewan Piaraan di Indonesia. Bogor (ID) : Pusat Antar Universitas Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor.

Martawidjaja M, Setiadi B, Sitorus SS. 1999. The effect of protein-energy levels dietary on Kacang goats performances. J Ilmu Ternak dan Vet 4 (3): 167-172.

Matjik AA, Sumertajaya IM. 2002. Perancangan dan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Bogor (ID) : IPB Press.

Max RA, Kassuku AA, Kimambo AE, Mtenga LA, Wakelin D, Buttery PJ. 2009. The effect of wattle tannin drenches on gastrointestinal nematodes of tropical sheep and goats during experimental and natural infections. J Agric Sci. 147 : 1–8.

Min BR, Mcnabb WC, Barry TN, Peters JS. 2000. Solubilization and degradation of ribulose-1,5- bisphosphate carboxylase/oxygenase (EC 4.1. 1.39; Rubisco) protein from white clover (Trifolium repens) and Lotus corniculatus by rumen microorganisms and the effect of condensed tannins on these processes. J Agric Sci. 134 : 305–317.

Olsen OW. 1974. Animal Parasites. United State of America (US) : University Park Press.

Pamungkas FA, Batubara A, Doloksaribu M, Sihite E. 2009. Potensi Beberapa Plasma Nutfah Kambing Lokal Indonesia. Juknis (ID). Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.

Pratiwi U. 2010. Infestasi cacing parasitik pada harimau (Panthera tigris) di Taman Rekreasi Margasatwa Serulingmas, Kebun Binatang Bandung dan Taman Safari Indonesia [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Preston TR, Leng RA. 1987. Matching Ruminants Production System With

Available Resources In The Tropic. Armidale (UK) : Penambul Books. Putra S. 2006. Evaluasi kandungan dinding sel tanaman, tanin dan hcn pada

enam belas provenance gamal (Gliricidia sepium) yang ditanam pada lahan kering di Bali. J.Indon.Trop.Anim.Agric. 31 (2) : 90-92.

Rahayu S, Wadito DS, Ifafah WW. 2010. Survey potensi limbah tauge di Kota madya Bogor. Laporan Penelitian Fakultas Peternakan. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Schoenian S. 2003. Integrated Parasite Management (IPM) in Small Ruminants.

[Internet][diunduh pada 18 Juni 2014] : tersedia pada: http://www. sheepand goat. com/ articles/IPM. html.

Soulsby EJL. 1987. Helminths, Arthropods, and Protozoa of Domesticated Animals. London (UK): The English Language book Society and Bailliere Tindall.

Suhardono, Beriajaya, Yulistiani D. 2001. Gastro-intestinal infection in sheep reared extensively in high populated stock area in the province of West Java.

(24)

12

Prosiding Inovasi Teknologi Pertanian (ID) : Badan Penelitian dan Teknologi Pertanian

Thienpont D, Rochette F, Vanparijs OFJ. 1995. Diagnosing Helminthiasis Through Coprological Examination, Appleton Century Crofts, United State of America. Belgia (BE) : Jessen Research Foundation.

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil analisis ragam jumlah telur cacing nematoda saluran pencernaan

Source DB JK KT F P Pakan 1 686 817 686 817 0.034 0.042 Bulan 2 43 108 21 554 0.15 0.861 Pakan*Bulan 2 751 508 375 754 2.62 0.100 Error 18 2 577 750 143 208 Total 23 4 059 183 Ket : S = 378.429 R-Sq = 36.50% R-Sq(adj) = 18.86%

Lampiran 2 Data pengukuran suhu dan kelembaban didalam kandang

Waktu Suhu (oC) Kelembaban (%)

07.30 24.97 ± 0.75 87.63 ± 7.98

14.30 28.02 ± 2.60 84.38 ± 6.97

16.30 27.88 ± 1.86 85.06 ± 5.48

Rataan 26.96 ± 1.74 85.69 ± 6.80

Lampiran 3 Data pengukuran suhu dan kelembaban di luar kandang

Waktu Suhu (oC) Kelembaban (%)

11.00-12.00 29.15 ± 1.60 77.42 ± 8.18 12.00-13.00 31.48 ± 2.74 68.58 ± 11.38 13.00-14.00 30.87 ± 2.94 71.85 ± 11.93 14.00-15.00 30.23 ± 2.82 73.85 ± 11.22 15.00-16.00 29.75 ± 2.45 75.50 ± 10.78 Rataan 30.30 ± 2.60 73.44 ± 9.57

Lampiran 4 Kambing, alat dan kandang yang digunakan dalam penelitian (a) kambing jantan, (b) kambing betina, (c) kamar hitung McMaster, (d) kandang individu

(25)

13

(c) Kamar hitung McMaster (d) Kandang Individu

Lampiran 5 Pakan tambahan yang digunakan dalam penelitian (a) limbah tauge (b) konsentrat (c) gamal

(a) Limbah tauge (b) konsentrat (c) gamal

Lampiran 6 Pemeliharan kambing secara semi intensif (a) pengembalaan (b) dikandang

(26)

14

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 16 Januari 1990 di Ampang Gadang, Kec.Guguak, Sumatera Barat. Penulis adalah anak kedua dari 6 bersaudara pasangan Bapak Setrizal dan Ibu F Yuwiarni. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Kec Guguak, Kab 50 Kota, Sumatera Barat. Penulis lulus seleksi masuk IPB pada tahun 2010 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri dan diterima di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam berbagai organisasi, diantaranya anggota pengurus HIMAPROTER masa bakti 2012/2013, dan Organisasi KEPAL-D masa bakti 2012/2013. Penulis juga pernah menjadi asistem praktikum mata kuliah TPT Ruminasia Kecil pada tahun ajaran 2013. Dalam bidang non akademik, penulis pernah menjadi juara pada pertandingan sepak bola diajang OMI 2012 dan basket di kejuaraan Dekan Cup yang diselenggarakan Fakultas Peternakan pada tahun 2014.

Referensi

Dokumen terkait

berdasarkan penelitian terhadap observasi dan hasil wawancara kepada Kepala Desa, Sekretaris Desa atau Ketua Tim Pelaksana Alokasi Dana Desa dan Bendahara Desa di

Dalam penelitian ditemukan penggunaan meja dan kursi yang tidak ergonomis ditemukan pada kelas 1,2 dan 3, sementara untuk kelas 4,5 dan 6 menggunakan meja dan kursi yang

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian tentang “Pengaruh Pelatihan Pemberian Makan pada Bayi dan Anak terhadap Pengetahuan Kader di Wilayah Puskesmas Klaten

- Babak final diikuti oleh 10 (sepuluh) grup terbaik dengan membawakan lagu wajib dan 1 (satu) lagu pilihan yang berbeda dari yang telah dibawakan pada

Berdasarkan hal tersebut maka pertanyaan penelitian yang akan di jawab pada penelitian ini adalah: “Bagaimanakah hubungan antara komunikasi terapeutik

Kesimpulan Dari seluruh proses penelitian yang telah penulis lakukan mengenai Implementasi Penanaman Nilai-nilai Moral dan Kemandirian Sosial di Sekolah Dasar Plus Qurrota

Pemerintah melalui Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan memberikan penghargaan dan apresiasi kepada

Nusantara Surya Sakti cabang Manado, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa diduga variabel Kualitas Produk, Strategi Harga, dan Promosi secara bersama-sama