PROSIDING
SEMINAR NASIONAL
DALAM RANGKA MEMPERINGATI HARI GURU
PENGUATAN KOMPETENSI GURU DALAM MEMBANGUN KARAKTER KEWARGANEGARAAN DI ERA GLOBAL
Editor: Halking Ramsul Nababan Zaka Hadikusuma Ramadhan
Fandi Setiawan
KERJASAMA ANTARA:
Asosiasi Profesi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Indonesia (AP3KnI) Wilayah Sumut dan
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL
DALAM RANGKA MEMPERINGATI HARI GURU
TEMA :
PENGUATAN KOMPETENSI GURU DALAM MEMBANGUN KARAKTER KEWARGANEGARAAN DI ERA GLOBAL
Gedung Digital Library Universitas Negeri Medan Sabtu, 28 November 2015
Editor: Halking Ramsul Nababan Zaka Hadikusuma Ramadhan
Fandi Setiawan
Penyelenggara : KERJASAMA ANTARA
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL
DALAM RANGKA MEMPERINGATI HARI GURU
KERJASAMA ANTARA AP3KnI SUMUT dengan IMAPENDAS PPs UNIMED
Gedung Digital Library Unimed – Medan Sabtu, 28 November 2015
TEMA :
PENGUATAN KOMPETENSI GURU DALAM MEMBANGUN KARAKTER
KEWARGANEGARAAN DI ERA GLOBAL
Editor: Halking Ramsul Nababan Zaka Hadikusuma Ramadhan
Fandi Setiawan
Diterbitkan oleh :
Asosiasi Profesi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Indonesia (AP3KnI) Wilayah Sumut
Sekretariat AP3KnI Sumut FIS Unimed Jln. Willem Iskandar Psr V
Medan Estate 20222 Email: ap3knisumut@gmail.com
Laman: www.ap3knisumut.org Contact person : 082277255267
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI...
MAKALAH UTAMA
Pengembangan Kompetensi Guru Dalam Meningkatkakn Daya Saing di Era Global
Sapriya, ... Implementasi Pendidikan Karakter di Era Global.
Deny Setiawan, ...
MAKALAH PENDAMPING
Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Pembangunan Karakter Bangsa di Era Global.
Halking, ...
Pengembangan Kemampuan Scientific Thinking Menyambut Satu Abad Indonesia.
Nirwana Anas, ...
Pengembangan Nilai Budaya Lokal Dalam Membangun Pendidikan Karakter di Sekolah. Nanik Hindaryatiningsih, ...
Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.
Syahrum, ...
Efektifitas Penerapan Pendidikan Karakter di Indonesia Dalam Membangun Bangsa Yang Maju dan Beradab.
Hodriani, Sri Hadiningrum, ...
Membangun Budaya Demokrasi di Lingkungan Sekolah.
Nilasari Siagian, ...
Revitalisasi Kompetensi Guru Bidang Studi PPKn Dalam Mengajarkan Materi Pendidikan Hak Asasi Manusia Pada Matapelajaran PPKn.
Parlaungan Gabriel Siahaan, . ...
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Simulasi Mini Pemilu Pada Materi Budaya Demokrasi Dalam Menyambut Pilkada Serentak Tahun 2015.
Fandi Setiawan, . ... ...
Permasalahan dan Penataan Pendidikan Islam Menuju Pendidikan Yang Bermutu.
Manaon Batubara, ... ...
Proses Enkulturasi dan Pola Pendidikan Anak Masyarakat Etnis Cina di Medan Sumatera Utara.
Agung Suharyanto, ... ...
Penerapan Metode Pembelajaran Cooperative Learning Team Game (TGT) Untuk Menuntaskan Hasil Belajar Pendidikan Sejarah.
Subadi, ... ...
Bingkai Multikulturalisme Dalam Pendidikan Seni.
Wiflihani, ... ...
Demokrasi Sebagai Bentuk Kehidupan Bersama Dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara.
Anastasia Reni Widyastuti, ...
Profesionalisasi Guru Dalam Mengembangkan Otoritas Pembelajaran Untuk Membangun Karakter.
Daitin Tarigan, ... Penerapan Pendidikan Bilingual Sebagai Proses Penyerapan Bahasa Kedua Pada
Pembelajaran di Kelas.
Sri Henni Br Saragih, ...
Pembauran Pelbagai Bahasa Dalam Suatu Wilayah (Monolingual, Bilingual, Multilingual). Wahiddin Hasibuan, ...
Tantangan Pendidikan Islam di Era Global.
Ramli, ... Legenda Dapat Dijadikan Media Membangun Karakter Peserta Didik.
Suratno, ...
Peningkatan Hasil Belajar Dengan Tema Lingkungan Melalui Pendekatan Pembelajaran Tematik.
Donny Erikson Kaban, ...
Literasi Bahasa Indonesia Dalam Perspektif Pendidikan di Indonesia.
Zaka Hadikusuma Ramadan, ... Strategi Kepala Sekolah Dalam Melestarikan Lingkungan Hidup Melalui
Pendekatan Budaya Kearifan Lokal Sebagai Sumber Prestasi.
Ismawati Wahab, ...
Efektifitas Pelaksanaan Supervisi Klinis Dalam Meningkatkan Profesional Kepala Sekolah dan Guru.
Ainun Mardhiah, Teuku Salfiyadi, Rina Hafni Lubis ... Peranan Pendekatan Saintifik Dalam Membangun Karakter Bangsa.
Ridwan Syahputra, ...
Penerapan Model Pembelajaran Problem Posing Secara Berkelompok Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tentang Pemberian Pakan dan Air Minum Unggas Pedaging.
Hasnawati, ...
Esensi Pendidikan dan Pembelajaran.
Syarbaini Saleh, ... Analisis Perencanaan Pembelajaran Ditinjau Dari Pendekatan Pembelajaran Saintifik. Syahidan Nurdin, ...
Peran Kompetensi Guru Dalam Membangun Karakter Bangsa Dalam Menjawab Tantangan di Era Globalisasi.
Atmawarni, ...
Metakognisi (Suatu Strategi Dalam Keberhasilan Belajar Peserta Didik.
Parlindungan Lubis, ...
Inovasi Kemampuan Guru Dalam Kegiatan Belajar Mengajar di Sekolah Dasar.
Lailatun Nur Kamalia, ... Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa Program
Studi Pendidikan Ekonomi Universitas HKBP Nommensen.
Osco Parmonangan Sijabat, ... Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus Melalui Model Pendidikan Inklusi.
Eva Astuti Mulyani, Siti Quratul Ain ...
Peran Lesehan Kreativitas Dalam Penanggulangan Krisis Karakter Terhadap Anak Jalanan di Kota Medan.
Rizki Nurjehan, ... Penerapan Literasi Media Sebagai Perantara Penanaman Pendidikan Karakter Pada
Anak Sekolah Dasar.
Febrina Dafit, Elvina ...
Melestarikan Keterampilan Menulis Narasi Dengan Menggunakan Strategi Picture And Picture di Kelas IV Sekolah Dasar.
Faisal, ... Pengembangan Nilai Karakter Pada Anak Sekolah Dasar Sesuai Pancasila Sila
Kedua Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.
Maulana Arafat Lubis, ...
Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan Kesehatan Lingkungan.
Kasad, Elfida ...
Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Demokrasi Yang Berkarakter.
Roso Saputro, ... Penghasilan Dalam Perspektif Akuntansi Pajak dan Ekonomi.
Sotarduga Sihombing, ...
Pengaruh Volume Ekspor dan Impor Terhadap Peningkatan Pelemahan Nilai Tukar Mata Uang Lokal.
Parimin, M. Umar Maya Putra, Rosida Sitompul ...
Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Biologi.
Rukmini, ...
Analisis Implementasi Penanaman Karakter Dalam Kurikulum 2013.
Helminsyah, ...
Penerapan Model Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI) Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar.
Evi Dahliani Nasution, Tiurmaida Situmeang, Ermaliana Waruhu ...
Penggunaan Strategi Belajar Aktif Tipe Trading Place Untuk Meningkatkan Aktifitas Belajar Siswa Pada Matapelajaran PPKn.
Isma Yunita, ... Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di SMA Kabupaten Aceh Utara 2015.
Reca, Siti Aisyah Hanim, Bustami, ...
Konsep Masyarakat Madani dan Pemerintahan Dalam Sistem Demokrasi.
Waliyul Maulana Siregar ... Perbedaan Kemampuan Menulis Narasi Dengan Strategi Pembelajaran Think
Talk Write dan Strategi Pembelajaran Langsung.
Faqih Hakim Hasibuan, ...
Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru.
Cut Aja Nuraskin, Hera Yanti, Fajriansyah ...
Implementasi Pendidikan Anti Korupsi Melalui Habituasi dan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Membangun Karakter Siswa.
Apiek Gandamana ...
Kebebasan Berpendapat di Muka Umum Sebagai Wujud Pelaksanaan Demokrasi Dalam Kehidupan Bermasyarakat.
Henny Saida Flora, ... Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran Bagi Siswa Autis di SDIT Bintang Cendekia
Pekan Baru.
Otang Kurniaman, Melisa Indah Puspita ...
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Bervariasi Pada Bidang Studi PKn Pokok Bahasan Sistem Pemerintahan Desa.
Supiyansyah ... Peningkatan Hasil Belajar Melalui Pendekatan Realistik Pada Siswa Sekolah Dasar.
Ermaliana Waruhu, Evi Dahliani Nasution, Tiurmaida Situmeang ...
Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa.
PENGEMBANGAN NILAI BUDAYA LOKAL DALAM MEMBANGUN
PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH
Oleh:
Nanik Hindaryatiningsih
Universitas Halu Oleo Kendari e-mail: nani_unhalu@yahoo.co.id
Abstract
This study aimed to describe the cultural values of society Buton and development in building character education in schools. This study is a qualitative research approach of case studies conducted in communities and schools Buton in Southeast Sulawesi Baubau City in the year 2015. The data were collected through the study of documents, observation, in-depth interviews and field observations. Data analysis was performed through activity, data reduction, data display, inference, and verification. Examination of the validity of the data using triangulation techniques and discussions with colleagues. The result show findings of this study indicate that the value of culture in society culture Buton, is the value of respect, values of responsibility, the value of awareness are citizens, the value of fairness, honesty, concern, willingness to share the values, and the value of the trust. Buton community cultural values developed in schools in an effort to build character education through the intervention process and habituation.
Keywords:character education, schools, local cultural values.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai budaya masyarakat Buton dan pengembangannya dalam membangun pendidikan karakter di sekolah. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang dilakukan pada masyarakat Buton dan sekolah-sekolah di Kota Baubau Sulawesi Tenggara pada Tahun 2015. Data dikumpulkan melalui studi dokumen, observasi, wawancara mendalam, dan pengamatan lapangan.
Analisis data dilakukan melalui kegiatan, reduksi data, display data,
penyimpulan, dan verifikasi. Pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik triangulasi dan diskusi dengan teman sejawat. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa nilai budaya dalam budaya masyarakat Buton adalah nilai
penghormatan, nilai tanggung jawab, nilai kesadaran berwarga negara, nilai keadilan, kejujuran, nilai kepedulian kemauan berbagi, dan nilai kepercayaan. Nilai budaya masyarakat Buton dikembangkan di sekolah dalam upaya membangun pendidikan karakter melalui proses intervensi dan habituasi.
A. Pendahuluan
Saat ini karakter bangsa Indonesia
se-dang menjadi sorotan dan diperbincangkan
oleh berbagai kalangan dalam masyarakat
karena dianggap mengalami degradasi.
Ge-jala degradasi karakter ditampakkan
me-lalui munculnya perilaku-perilaku yang
ti-dak sesuai dengan nilai-nilai budaya
bang-sa yang telah mentradisi di masyarakat
ber-abad-abad lamanya. Yang ditampakkan
oleh sebagian kalangan masyarakat adalah
perilaku yang jauh dari perilaku bangsa
yang bermartabat. Perilaku yang seakan
akan sudah tidak ada tatanan hukum positif.
Situasinya sesuai dengan istilah dalam ilmu
sosiologi, yaitu “anomie” (memudarnya
nilai-nilai yang berlaku dan tidak adanya
norma-norma/ nilai-nilai bersama
(Soe-kanto, 1993: 26). Memperhatikan kondisi
karakter bangsa yang memprihatinkan itu,
maka betapa makin disadari pentingnya
ka-rakter dalam upaya membangun dan
me-ngembangkan sumber daya manusia suatu
bangsa. Berbagai kajian dan fakta
menun-jukkan bahwa bangsa yang maju adalah
bangsa yang memiliki karakter kuat.
Nilai-nilai karakter tersebut adalah Nilai-nilai-Nilai-nilai
yang digali dari khasanah budaya yang
selaras dengan karakteristik masyarakat
se-tempat dan bukan “mencontoh” nilai-nilai
bangsa lain yang belum tentu sesuai dengan
karakteristik dan kepribadian bangsa
ter-sebut. Jepang menjadi bangsa yang maju
berkat keberhasilannya menginternalisasi
semangat nilai bushido yang digali dari
semangat nenek moyangnya (kaum
sa-murai). Korea Selatan menjadi bangsa yang
disegani di kawasan Asia, bahkan di dunia
berkat keberhasilannya menggali nilai-nilai
luhur yang tercermin dalam semangat
semaul undong. Demikian halnya China
dengan semangat confusianisme, dan
Jer-man denganprotestan ethicsnya.
Esensi kemajuan yang dicapai ber
-bagai bangsa tersebut menunjukkan bahwa
pembangunan karakter suatu bangsa di ma
-sa yang akan datang tidak dapat dilepaskan
dari aspek budaya yang selaras dengan
karakteristik masyarakat bangsa itu sendiri.
Budaya yang digali dari nilai-nilai budaya
bukanlah penghambat kemajuan dalam era
global, namun justru menjadi filter budaya
dan kekuatan transformasional yang luar
biasa dalam meraih kejayaan bangsa. Mem
-bangun karakter suatu bangsa di masa men
-datang dapat di mulai dari lingkup per
-sekolahan mengingat di lingkup generasi
muda mulai terjadi pergeseran nilai yang
cenderung jauh dari nilai budayanya. Upa
-ya menggali nilai-nilai buda-ya lokal meru
-pakan upaya strategis dalam membangun
karakter siswa dalam lingkup persekolahan.
Salah satu nilai budaya lokal yang
berkembang dan potensial dikembangkan
untuk membangun pendidikan karakter di
sekolah di Kota Baubau adalah nilai budaya
masyarakat Buton., Penelitian ini berupaya
-dung dalam budaya masyarakat Buton se
-bagai dasar dalam pembentukan karakter
bangsa pada umumnya dan landasan
mem-bangun pendidikan karakter pada khu
-susnya, dengan cara mengembangkan
nilai budaya lokal di sekolah menjadi
nilai-nilai karakter di sekolah.
B. Kajian Teori.
1. Nilai-nilai Budaya Lokal.
Istilah nilai-nilai budaya dapat di
-maknai sebagai keyakinan dan pandangan
hidup yang diakui bersama oleh suatu ke
-lompok masyarakat yang mencakup cara
berpikir, perilaku, sikap, pengetahuan, ke
-percayaan, adat istiadat, dan kebiasaan-ke
-biasaan lain yang dapat mempengaruhi si
-kap dan perilaku seseorang dan kelompok.
Colquit et.all. (2009: 292), mendefinisikan
tentang nilai-nilai budaya, “cultural values,
defined as shared beliefs about desirable
end states or modes of conduct in a given
culture”.
Nilai-nilai budaya merupakan salah
satu wujud dari kebudayaan. Budaya secara
universal, wujudnya sangat beraneka
ma-cam, ada yang merinci budaya sebagai
pe-ngetahuan, kepercayaan, nilai-nilai,
pan-dangan hidup, adat istiadat, kebiasaan, dan
perilaku yg saling berbagi dalam
masya-rakat tertentu. Kroeber dan Kluckhon
(2011), merinci bahwa dalam setiap budaya
mengandung tradisi, ide-ide, dan nilai-nilai
yang mengikat suatu masyarakat. Sistem
budaya di satu sisi digunakan sebagai
pro-duk tindakan dan di sisi lain digunakan
untuk rujukan melakukan tindakan
selan-jutnya. Nilai yang terkandung dalam
se-buah budaya tidak semua dapat dipandang
sama kedudukannya. Rahim (2011: 81),
membedakan berdasarkan sifat yakni ada
nilai utama dan tidak utama. Nilai-nilai
uta-ma tersebut banyak jumlahnya, tetapi tidak
semua nilai utama tersebut dapat di-anggap
penting. Mu’in (2011:211-212),
memeta-kan enam nilai utama. Enam nilai uta-ma
pada diri manusia yang dapat digunakan
untuk mengukur dan menilai karakter dan
perilakunya, terdiri: “(1) respect
(penghor-matan), (2) responsibility (tanggung
ja-wab), (3) citizenship-civic duty (kesadaran
berwar-ganegara), (4) fairness (keadilan
dan kejujuran), (5) caring (kepedulian dan
kemauan berbagi), (6) trustworthiness
(ke-percayaan)”. Dengan demikian, nilai-nilai
inti dari budaya dapat dijadikan sebagai
rujukan membangun pendidikan karakter
di sekolah.
2. Pengembangan Nilai Budaya Lokal Sebagai Landasan Membangun Pendidikan Karakter di Sekolah.
Nilai budaya lokal merupakan modal
untuk membangun dan membentuk
karak-ter luhur suatu masyarakat. Karakkarak-ter luhur
perlu dibentuk dan dibangun sejak usia
dini. Karakter luhur adalah watak bangsa
yang senantiasa bertindak dengan penuh
kesadaran, dan pengendalian diri. Menurut
berat-kan pada pembentuberat-kan kepribadian melalui
pengetahuan tentang moral, perasaan, dan
perilaku bermoral. Pembentukan karakter
siswa dapat dilakukan melalui pendidikan
karakter.
Menurut Elkind dan Sweet (2004),
“Pendidikan karakter adalah segala sesuatu
yang dilakukan guru, yang mampu
mempe-ngaruhi karakter peserta didik. Guru
mem-bantu membentuk watak peserta didik”. Hal
ini mencakup keteladanan bagaimana
peri-laku guru, cara guru berbicara atau
me-nyampaikan materi, bagaimana guru
ber-toleransi, dan berbagai hal terkait lainnya.
Jika menilik dari tujuannya maka
pen-didikan karakter memiliki esensi yang sama
dengan pendidikan moral dan pendidikan
akhlak (Ramli dalam Aunillah, 2011:22).
Tujuan pendidikan karakter adalah
mem-bentuk pribadi peserta didik, supaya
men-jadi manusia, warga masyarakat, dan warga
negara yang baik sesuai dengan nilai-nilai
budaya masyarakat dan bangsannya. Oleh
karena itu, hakikat dari pendidikan
karak-ter dalam konteks pendidikan di Indonesia
adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan
nilai-nilai luhur yang bersumber dari
buda-ya bangsa Indonesia. Pendidikan dan
kebu-dayaan memiliki keterkaitan yang sangat
kuat. Tilaar (2000: 56) menjelaskan bahwa
”Pendidikan merupakan proses pembu
-dayaan”.
Pendidikan karakter merupakan
ba-gian sangat penting dari keseluruhan
tata-nan sistem pendidikan nasional, untuk itu
harus dikembangkan dan dilaksanakan
se-cara holistik dalam tiga lingkungan
pendi-dikan, yakni satuan pendidikan (sekolah,
perguruan tinggi), keluarga, dan
masya-rakat. Setiap lingkungan pendidikan
meru-pakan suatu entitas pendidikan yang
me-ngembangkan nilai-nilai (nilai ideal, ni-lai
instrumental, dan nilai praksis) melalui
pro-ses intervensidanhabituasi (Budimansyah,
2010: 62).
C. Metode
Metode penelitian ini adalah pene
-litian kualitatif dengan pendekatan studi
kasus yaitu suatu penelitian empiris yang
menyelidiki fenomena didalam konteks
ke-hidupan nyata di suatu tempat. Penelitian
dilakukan pada dilakukan pada masyarakat
Buton dan Sekolah-Sekolah di Kota
Bau-bau Sulawesi Tenggara pada Tahun 2015.
Data yang diperoleh berupa informasi
ber-bentuk kata atau kalimat dan aktivitas atau
tindakan dari orang-orang yang menjadi
informan. Data dan informasi dikumpulkan
melalui wawancara mendalam dengan para
informan, melakukan observasi partisipan,
focus group discusion, dan studi
doku-mentasi. Sumber data adalah (1) dokumen
berupa data budaya dan pendidikan melalui
Dinas Pariwisata dan Dinas Pendidikan
Kota Baubau, dan (2) 25 orang informan,
terdiri atas pejabat dan staf Kantor Dinas
Pariwisata dan Dinas Pendidikan, tokoh
di Kota Baubau, para pengawas, kepala
sekolah, guru, orang tua murid, komite
se-kolah, dan siswa. Analisis data dilakukan
dengan teknik analisis yang dianjurkan
Miles dan Huberman, meliputi reduksi
da-ta, display dada-ta, penyimpulan, dan
verifi-kasi. Pengecekan keabsahan data
menggu-nakan teknik triangulasi dan diskusi dengan
teman sejawat. Pemeriksaan keabsahan
da-ta menggunakan beberapa kriteria, yaitu:
(1) validitas, (2) transferbilitas, (3)
depen-dalitas, dan (4) konfirmabilitas.
D. Hasil dan Pembahasan
1. Nilai Budaya Masyarakat Buton
Berdasarkan hasil wawancara,
ob-servasi, FGD dan analisis dokumen,
Ma-syarakat Buton memiliki budaya yang di
dalamnya mengandung banyak nilai, antara
lain: (1) penghormatan, (2) tanggung
ja-wab, (3) kesadaran berwarga negara, (4)
keadilan dan kejujuran, (5) kepedulian dan
kemauan berbagi, dan (6) kepercayaan.
Keenam nilai ini diacu dalam tata
ke-hidupan masyarakat Bu-ton yang biasanya
dikaitkan dengan adat-istiadatnya.
Adapun ke enam nilai dijabarkan:
(1)pertamanilai penghormatan.; (2)kedua,
nilai tanggung Jawab; (3) ketiga, nilai
ke-sadaran dan sikap berwarga negara; (4)
keempat, nilai keadilan dan kejujuran; (5)
kelima, nilai kepedulian dan kemauan
ber-bagi; (6) keenam, nilai kepercayaan.
Dika-takan nilai utama karena telah bersinergi
dan menyatu dengan kebudayaan Buton
se-hingga dapat digunakan sebagai acuan
da-lam membangun pendidikan karakter di
sekolah (Rahim, 2011: 81). Keenam nilai
ini oleh Mu’in (2011: 211-212) dianggap
sebagai enam pilar penting karakter
manusia.
2. Pengembangan Nilai-nilai Budaya Buton dalam Pembangunan Pen-didikan Karakte di Sekolah
Hasil temuan di lapangan
pengemba-ngan ke enam nilai-nilai budaya lokal
masyarakat Buton ditransformasi untuk
di-gunakan sebagai nilai-nilai karakter di
se-kolah-sekolah di Kota Baubau dilakukan
dengan cara menginternalisasikan nilai
da-lam setiap program intrakurikuler seperti
menginternalisasikan dalam kegiatan
bela-jar mengabela-jar (KBM) di kelas dengan cara
mengintegrasikan nilai-nilai tersebut dalam
mata pelajaran yaitu menggali nilai sesuai
materi ajar atau isi kurikulum. Dalam
proses pembelajaran para guru
menggu-nakan media pembelajaran dalam
menyam-paikan pengetahuan nilai, seperti media
film, media gambar, nyanyian, puisi-puisi
yang berisi nasehat dan pesan-pesan
mo-ral). Selanjutnya para siswa diminta untuk
mengidentifikasi nilai-nilai yang
terkan-dung dalam media tersebut. Untuk lebih
jelasnya nilai-nilai budaya Buton yang
di-kembangkan di sekolah-sekolah Kota
\
Gambar 1. Alur Pengembangan Nilai-Nilai Budaya Masyarakat Buton dalam
Membangun Pendidikan Karakter di Sekolah Di Kota Baubau
Falsafah“Man Arafa Nafsahu Faqad
Arafa Rabbahu”
(Nilai Tanggung Jawab)
Nafsahu/kemanusiaan
(Falsafah bhinci-bhinciki kuli )
Rabbahu(Ketuhanan)
Falsafah hukum jihad fiy sabilillah
PENGEMBANGAN NILAI-NILAI KARAKTER DI SEKOLAH
Nilai tanggung
jawab KeadilanNilai
Kejujuran
Nilai Kepedulian
Dan mau Berbagi
Nilai Kepercayaan
Nilai Kesadaran
Berwarga Negara
Ekstrakurikuler, Pengkondisian lingkungan sekolah, kegiatan rutin, kegiatan spontanitas, dan pembiasaan keteladanan
Nilai Penghormatan
NILAI-NILAI BUDAYA LOKAL
Pandangan Hidup Masyarakat Buton
Kepercayaan dan Upacara Tradisi Masyarakat Buton
•Upacara Siklus Hidup Manusia
•Upacara tradisi Kepercayaan
•Upacara tradisi Agama Islam
Falsafah Gau
Sistem Nilai
Adat-Istiadat Masyarakat Buton
Nilai Penghormatan Nilai Kesadaran
Bernegara
Nilai Keadilan dan Kejujuran
Nilai Kepercayaan
Falsafah Pombala
Sistem Politik Sistem Kemasyarakatan
Nilai Kepedulian dan Kemauan berbagi
Intrakurikuler Intervensi
Dari hasil temuan di lapangan
dipe-roleh kesimpulan bahwa nilai-nilai budaya
Buton dikembangkan dalam upaya
mem-bangun pendidikan karakter di sekolah
me-lalui proses Intervensi dan habituasi.
Ke-giatan intervensi dilakukan oleh guru
dengan menginternalisasikan nilai pada
materi pelajaran melalui media seperti
nyanyian, syair, puisi, dan cerita.
Penyam-paian nilai kepada siswa seperti itu relevan
dengan tradisi masyarakat Buton dalam
mendidik anak-anaknya. Masyarakat Buton
menggunakankhabanti. Khabantioleh
ada-lah syair atau puisi yang berisi nasehat
atau-pun pesan-pesan moral. Khabanti oleh
ma-syarakat Buton digunakan untuk menasehati
anaknya, dan memberi pemahaman tentang
hakekat hidup yang sebenarnya. Selain
syair, masyarakat Buton menggunakan
Nyanyian. Nyanyian ini oleh masyarakat
Buton sering diperdengarkan pada saat
upa-cara tradisi seperti nyanyian maludhu
di-nyanyikan pada pelaksanaan upacara
tradi-si Maulid Nabi Muhammmad. Masyarakat
Buton juga menggunakan cerita (tula-tula)
dalam mendidik anak-anak-nya. Tula-tula
ini digunakan sebagai pengantar tidur anak
-anak mereka.Tula-tulaadalah cerita
berte-makan pesan-pesan moral yang bersifat
mendidik. Dengan demikian, baikkhabanti,
nyanyiam ataupun tula-tula digunakan
sebagai media penenaman budi pekerti
ke-pada para generasi muda. Karena dalam
khabanti wolio, nyanyian, ataupun tula-tula
syarat berisi pesan-pesan moral dan nasehat
tentang hakekat hidup manusia.
Pengem-bangan nilai-nilai budaya masyarakat Buton
yang diadaptasi dalam pendidikan karakter
di sekolah dengan menggunakan media
baik puisi, nyanyian, cerita dapat
mencer-daskan kecerdasan moral siswa. Setiawan
(2013: 9-11), mengemukakan bahwa dalam
mening-katkan kecerdasan moral siswa,
gu-ru dapat mendesain model pendidikan
ka-rakter berbasis kecerdasan moral melalui
model pembelajaran VCT (Values Clari
-fication Technique). Model pembelajaran
VCT merancang pengkondisian moral (mo
-ral conditioning), aplikasi melatih moral
(moral training) dan aplikasi melatih moral
(moral training). Melalui VCT, peserta
didik dilatih untuk menentukan nilai-nilai
hidup yang tepat sesuai dengan tujuan
hi-dupnya dan menginternalisasikannya ke
da-lam pribadi sebagai pedoman dada-lam
ber-nalar, bersikap dan berperilaku moral.
Mo-del pembelajaran VCT memiliki peran yg
sangat besar dalam mencerdaskan
kecer-dasan moral anak. Nilai-nilai hidup yang
te-pat untuk peserta didik telah diidentifikasi
oleh Pusat Kurikulum. (2009: 9) sebanyak
18 nilai yang bersumber dari agama,
Pan-casila, budaya, dan tujuan pendidikan
na-sional yang dapat dikembangkan lewat
pen-didikan. Hasil identifikasi tersebut
menun-jukkan bahwa pendidikan karakter dapat
digali dari berbagai adat istiadat, dan sistem
seperti ke 6 (enam) nilai-nilai hidup yang
terdapat dalam budaya masyarakat Buton.
Ke enam nilai tersebut menurut Mu’in
(2011: 211-212) merupakan nilai penting
dalam membentuk karakter manusia.
De-ngan demikian, jelaslah upaya dalam
mem-bangun pendidikan karakter disekolah akan
lebih efektif jika nilai-nilai diadaptasi dari
budaya masyarakat lingkungan sekolah.
Nilai-nilai tersebut akan lebih mudah
dipa-hami peserta didik karena telah tumbuh dan
mengakar dalam lingkungan peserta didik.
Selain melalui proses intervensi,
pe-ngembangan nilai budaya Buton dilakukan
melalui habitualisasi yaitu melalui proses
penciptaan aneka situasi dan kondisi yang
berisi aneka penguatan yang
memung-kinkan peserta didik pada satuan
pendidi-kannya, di rumahnya, di lingkungan
masya-rakatnya, membiasakan berperilaku sesuai
nilai dan menjadikan perangkat nilai yang
telah diinternalisasi melalui proses olah
ha-ti, olah pikir, olah raga, dan olah karsa.
Wu-jud implementasinya bisa melalui kegiatan
ekstrakurikuler, kebiasaan rutin,
pengkon-disian, kegiatan spontan dan keteladanan.
Dengan membiasakan para siswa
berperi-laku baik, maka para siswa tersebut akan
senang untuk berbuat kebaikan. Seperti yg
dikemukakan oleh Lickona (1992: 60),
when people love the good, they take
pleasure in doing good.
E. Simpulan dan Rekomendasi
Falsafah hidup, adat-istiadat, tradisi,
sistem kemasyarakatan, sistem politik
ma-syarakat Buton memiliki dimensi karakter
secara komprehensif terkait dengan
pem-bentukan karakter bangsa dalam
hu-bungannnya dengan Tuhan, manusia, dan
alam. Melalui pengembangan nilai-nilai
bu-daya lokal dalam membangun pendidikan
karakter di sekolah diharapkan tercipta
sistem pendidikan yang mampu
menyiap-kan sumberdaya manusia berkualitas dan
siap bersaing di era global, namun tetap
memiliki nilai-nilai karakter, kepribadian,
moral, dan etika yang sesuai dengan
nilai-nilai bangsanya. Di samping itu, melalui
pendidikan karakter berbasis nilai budaya
lokal di-harapkan potensi dan kekayaan
daerah dapat dikembangkan secara optimal
bagi kepentingan masyarakat. Menjadi
tugas lembaga pendidikan untuk
mengem-bangkan nilai-nilai budya lokal dalam
upa-ya membangun karakter generasi bangsa.
Namun peran ini tidak akan terealisasi
de-ngan baik jika tidak ada dukude-ngan dari
pemerintah daerah, untuk sama-sama
ber-jalan sinergis dalam pembangunan bangsa
melalui pembangunan budaya. Khusus di
Kota Baubau pembangunan budaya
meru-pakan pilar ke empat dari program
pem-bangunan Tampil Mesra. Peran strategis
tersebut akan memberikan dampak optimal
apabila disertai dengan strategi
pendidikan sebagai pranata utama
pengem-bangan sumberdaya manusia memiliki
tang-gungjawab dan peran strategis untuk
me-rumuskan strategi yang tepat dalam
meng-internalisasi nilai-nilai tersebut.
F. Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih disampaikan
ke-pada H. A.S Thamrin S.H., M.H, Dr. Roni
Muhtar, M.Pd, Drs. H.Masri, M.Pd, dan Dr.
Deny Setiawan, M.Si atas sumbangsih
pe-mikiran, masukan, dan dialog tentang
sepu-tar tema budaya Buton dan pendidikan
karakter sehingga tulisan ini dapat
berwu-jud menjadi sebuah artikel. Semoga kerja
sama itu dapat memberikan kebaikan dan
bermanfaat bagi dunia pendidikan.
G. Daftar Pustaka
Aunillah, I.N. 2011. Panduan Menerapkan
Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Laksana.
Budimansyah, D. 2010. Penguatan
Pendidikan Kewarganegaraan Untuk
Membangun Karakter Bangsa.
Bandung: Widya Aksara Press.
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Kementerian Pendidikan Nasional.
(2010). Desain Induk Pendidikan
Karakter.
Hall, B. 1973. Value Clarification as
LearningProcess. New York: Paulist Press.
Kesuma, dkk. 2011. Pendidikan Karakter
Kajian Teori dan Praktik Di Sekolah,. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Lickona, T. 1992. Educating Character:
How Our Schools Can Teach Respect
and Responsibility. New York:
Bantam Book.
Mu’in, F. 2011. Pendidikan Karakter:
Konstruksi Teoretik dan
Praktik.Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Rahim, A. R. 2011. Nilai-nilai Utama
Kebudayaan Bugis. Yogyakarta:
Penerbit Ombak.
Setiawan, D. 2013. Peran Pendidikan
Karakter dalam Pengembangan
Kecerdasan Moral. Jurnal Pendidikan
Karakter, Tahun III, Nomor 1, Februari.
Kementerian Pendidikan Nasional. 2009.
Pengembangan dan Pendidikan
Budaya dan Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah.
Soekanto, S. 1993. Kamus Sosiologi. Edisi
Baru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sumaatmadja, N. 2005. Manusia Dalam
Konteks Sosial Budaya dan
Lingkungan Hidup. Bandung:
Alfabeta.
Sugiharto, B. 2008. Humanisme Humaniora
Relevansinya Bagi Pendidikan.
Yogyakarta dan Bandung: Jalasutra.
Sujarwa. 1999. Manusia dan Fenomena
Budaya Menuju Perspektif Moralitas Agama. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan.
Turi, La Ode. 2007. Esensi Kepemimpinan
Bhinci-Bhinciki Kuli (Suatu
Tinjauan Budaya Kepemimpinan
Lokal Nusantara). Kendari:
Khazanah Nusantara.
Tilaar, H.A.R. 2000. Pendidikan,
Kebudayaan, dan Masyarakat
Madani Indonesia. Bandung:
Rosdakarya.
Zuhdi, S. 2010. Sejarah Buton yang
Terabaikan Labu Rope Labu Wana.