• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEPENDENT CARE PADA PASIEN STROKE DI BANDA ACEH DEPENDENT CARE FOR STROKE PATIENTS IN BANDA ACEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DEPENDENT CARE PADA PASIEN STROKE DI BANDA ACEH DEPENDENT CARE FOR STROKE PATIENTS IN BANDA ACEH"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

DEPENDENT CARE PADA PASIEN STROKE DI BANDA ACEH

DEPENDENT CARE FOR STROKE PATIENTS IN BANDA ACEH

Khairi Rizkana1; Ahyana2

1Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2Bagian Keilmuan Medikal Bedah Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

e-mail: khairi.rizkana@yahoo.com; ahyana_arjad@yahoo.com

ABSTRAK

Stroke merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya tinggi di dunia. Pasien stroke memerlukan perhatian khusus karena masa pemulihannya akan berlangsung lama, dan juga seringkali pasien mengalami gejala seperti kelumpuhan, gangguan bicara, gangguan menelan dan disfungsi kandung kemih. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dependent care pada pasien stroke. Metode penelitian survei deskripitif dengan pendekatan cross sectional study. Populasinya merupakan seluruh pasien stroke yang dirawat di ruang Rawat Inap Penyakit Saraf Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling, sebanyak 34 pasien. Penelitian ini menggunakan indeks Barthel sebagai alat pengumpulan data. Hasil penelitian ini dengan menggunakan analisa univariat didapatkan dari 34 pasien, sebanyak 50% mengalami ketergantungan total, 32,4% ketergantungan berat, 5,9% ketergantungan sedang, dan 11,8% ketergantungan ringan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ketergantungan yang paling banyak dialami pasien yang dirawat di ruang Rawat Inap Penyakit Saraf adalah ketergantungan total. Pemberi perawatan perlu mengkaji ketergantungan pasien stroke untuk memberikan intervensi yang tepat.

Kata kunci : dependent care, stroke

ABSTRACT

Stroke is one of the diseases that is highly prevalent in the world. Stroke patients require special attention because their recovery time will be long and the patients often experience some symptoms such as paralysis, speech disorders, swallowing disorders and bladder dysfunction. The purpose of this research was to determine the dependent care for stroke patients. This research used descriptive survey method with cross sectional study approach. The population of the research was all stroke patients treated in the Neurology Inpatient Ward of dr. Zainoel Abidin General Hospital of Banda Aceh. The sampling technique used in this research was purposive sampling technique with total samples of 34 patients. This research used the Barthel index as a means of data collection. The results of univariate data analysis showed that 50% of the patients had total dependence, 32.4% of the patients had heavy dependence, 5.9% of the patients had moderate dependence, and 11.8% of the patients had mild dependence. It can be concluded that most of the patients treated in neurology inpatient ward had total dependence. It is expected that care providers need to assess the dependence of stroke patients to provide appropriate interventions.

(2)

2 PENDAHULUAN

Stroke atau juga disebut dengan cedera serebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer & Bare, 2001, p.2131). Stroke diklasifikasikan kedalam stroke hemoragik dan iskemik ditambah gejala stroke yang timbul dapat mempengaruhi tingkat ketergantungan pasien.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, provinsi Aceh menempati urutan pertama untuk diagnosis stroke dengan prevalensi 10,4 per 1000 penduduk, sedangkan pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 6,6 per 1000 penduduk dengan urutan ke-14 di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa ada penurunan tingkat penyakit stroke di daerah Aceh, namun usaha pemerintah tidak cukup sampai disini saja, pemerintah dan pihak pemberi layanan kesehatan harus terus berusaha dalam menurunkan nilai prevalensi stroke seminimal mungkin untuk meningkatkan kualitas kesehatan di daerah Aceh dan menurunkan angka kecacatan yang disebabkan oleh stroke (Riskesdas, 2007, 2013).

Pasien pascastroke memerlukan perhatian yang lebih dibandingkan pada pasca penyakit lainnya karena masa pemulihan akan berlangsung lama. Seringkali ketika pulang, pasien masih mengalami gejala sisa, misalnya dengan keadaan: kehilangan motorik (hemiplegi), bedrest total, kehilangan komunikasi atau kesulitan berbicara (disatria), gangguan persepsi kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik, disfungsi kandung kemih dan pemasangan alat Naso Gastrium Tube (NGT) (Agustina dkk, 2009).

Menurut hasil wawancara pada tanggal 22 Februari 2016 dengan 5 orang keluarga pasien di ruang Rawat Inap Penyakit Saraf (Geulima I) Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin mereka mengatakan bahwa pasien mengalami kelumpuhan total sebanyak 3 pasien, sedangkan 2 pasien lainnya mengalami kelumpuhan pada salah satu sisi ekstermitas. Pada pasien yang mengalami kelumpuhan total dalam melakukan aktivitas seperti makan, berpakaian, berdandan dan aktivitas lainnya harus dibantu, dan juga pasien ketika dimiringkan tubuhnya disokong dengan

menggunakan bantal. Sedangkan pada pasien yang mengalami kelumpuhan sebagian (hemiplegia) mereka masih mampu menggunakan salah satu sisi tubuhnya yang tidak mengalami kelumpuhan untuk melakukan aktivitas seperti makan, berpakaian, berdandan, dan berjalan. Meskipun mereka belum dapat mandiri menggunakan salah satu sisi tubuhnya, tapi mereka mulai belajar menggunakannya.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait dengan deskripsi dependent care pada pasien stroke di ruang Rawat Inap Penyakit Saraf RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui dependent care pada pasien stroke di ruang Rawat Inap Penyakit Saraf (Geulima I) RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh 2016.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif dengan pendekatan cross sectional study melalui wawancara terpimpin. Sampel dalam penelitian ini yaitu semua pasien stroke yang sedang dirawat di ruang Rawat Inap Penyakit Saraf RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

Alat pengumpulan data menggunakan indeks Barthel menilai kebutuhan dependent care yang dikembangkan dari teori Self Care Defisit Nursing Theory (SCDNT) Orem yang terdiri dari 10 item pertanyaan meliputi tentang kebutuhan akan makan, mandi, berdandan, berpakaian, BAB, BAK, menggunakan toilet, berpindah dari tempat tidur ke kursi (sebaliknya), mobilisasi dan naik turun tangga.

Penilaian kuesioner dengan memberikan skor pada setiap item pertanyaan. Lima alternatif jawaban yakni: mandiri dengan nilai indeks Barthel 20, ketergantungan ringan 12-19, ketergantungan sedang 9-11, ketergantungan berat 5-8 dan ketergantungan total 0-4.

HASIL

Didapatkan 34 orang yang memenuhi kriteria inklusi. Pada tabel 1 diperlihatkan distribusi frekuensi dependent care pasien stroke bahwa tingkat ketergantungan total paling banyak dibandingkan dengan

(3)

3 ketergantungan lainnya sebanyak (n= 17,

50%) pasien.

Tabel 1. Dependent Care Pada Pasien Stroke Tingkat Ketergantungan f % Ringan 4 11,8 Sebagian 3 5,9 Berat 10 32,4 Total 17 50 Total 34 100

Pada tabel 2 diperlihatkan distribusi frekuensi dependent care pada pasien stroke dalam melakukan aktivitas makan. Sebanyak (n=16, 47,1%) pasien stroke mengalami ketergantungan total.

Tabel 2. Dependent Care Pada Pasien Stroke Dalam Melakukan Aktivitas Makan

Tingkat Ketergantungan f % Total 16 47,1 Sebagian 12 35,3 Mandiri 6 17,6 Total 34 100

Pada tabel 3 diperlihatkan distribusi frekuensi dependent care pada pasien stroke dalam melakukan aktivitas mandi. Sebanyak (n=31, 91,2%) pasien stroke mengalami ketergantungan total.

Tabel 3. Dependent Care Pada Pasien Stroke Dalam Melakukan Aktivitas Mandi

Tingkat

Ketergantungan f % Total 31 91,2 Mandiri 3 8,8 Total 34 100

Pada tabel 4 diperlihatkan distribusi frekuensi dependent care pada pasien stroke dalam melakukan aktivitas berdandan. Sebanyak (n=32, 94,1%) pasien stroke mengalami ketergantungan total.

Tabel 4. Dependent Care Pada Pasien Stroke Dalam Melakukan Aktivitas Berdandan

Tingkat

Ketergantungan f % Total 32 94,1 Mandiri 2 5,9 Total 34 100

Pada tabel 5 diperlihatkan distribusi frekuensi dependent care pada pasien stroke dalam melakukan aktivitas berpakaian. Sebanyak (n=22, 64,7%) pasien stroke mengalami ketergantungan total.

Tabel 5. Dependent Care PadaPasien Stroke Dalam Melakukan Aktivitas Berpakaian

Tingkat Ketergantungan f % Total 22 64,7 Sebagian 9 26,5 Mandiri 3 8,8 Total 34 100

Pada tabel 6 diperlihatkan distribusi frekuensi dependent care pada pasien stroke dalam mengontrol BAB. Sebanyak (n=20, 58,8%) pasien stroke mampu mengontrol BAB dengan mandiri.

Tabel 6. Dependent Care Pada Pasien Stroke Dalam Melakukan Aktivitas Mengontrol BAB Tingkat Ketergantungan f % Total 11 32,4 Sebagian 3 8,8 Mandiri 20 58,8 Total 34 100

Pada tabel 7 diperlihatkan distribusi frekuensi dependent care pada pasien stroke dalam mengontrol BAK. Sebanyak (n=20, 58,8%) pasien stroke mampu mengontrol BAK dengan mandiri.

Tabel 7. Dependent Care Pada Pasien Stroke Dalam Melakukan Aktivitas Mengontrol BAK. Tingkat Ketergantungan f % Total 11 32,4 Sebagian 3 8,8 Mandiri 20 58,8

(4)

4 Total 34 100

Pada tabel 8 diperlihatkan distribusi frekuensi dependent care pada pasien stroke dalam menggunakan toilet. Sebanyak (n=29, 85,3%) pasien stroke mengalami ketergantungan total.

Tabel 8. Dependent Care Pada Pasien Stroke Dalam Menggunakan Toilet

Tingkat

Ketergantungan f % Total 29 85,3 Sebagian 5 14,7 Total 34 100

Pada tabel 9 diperlihatkan distribusi frekuensi dependent care pada pasien stroke dalam melakukan aktivitas berpindah. Sebanyak (n=21, 61,8%) pasien stroke mengalami ketergantungan total.

Tabel 9. Dependent Care Pada Pasien Stroke Dalam Melakukan Aktivitas Berpindah

Tingkat

Ketergantungan f % Total 21 61,8 Sebagian dibantu alat 9 26,5 Sebagian dibantu orang 3 8,8 Mandiri 1 2,9 Total 34 100

Pada tabel 10 diperlihatkan distribusi frekuensi dependent care pada pasien stroke dalam melakukan aktivitas mobilisasi. Sebanyak (n=23, 67,6%) pasien stroke mengalami ketergantungan total

Tabe 10. Dependent Care PadaPasien Stroke Dalam Melakukan Aktivitas Mobilisasi

Tingkat

Ketergantungan f % Total 23 67,6 Sebagian dibantu alat 8 23,5 Sebagian dibantu orang 3 8,8 Total 34 100

Pada tabel 11 diperlihatkan distribusi frekuensi dependent care pada pasien stroke dalam melakukan aktivitas naik turun tangga.

Sebanyak (n=27, 79,4%) pasien stroke mengalami ketergantungan total.

Tabel 11. Dependent care pasien stroke dalam melakukan aktivitas naik turun tangga

Tingkat Ketergantungan f % Total 27 79,4 Sebagian 7 20,6 Total 34 100 PEMBAHASAN

Berdasarkan tabel 1 Dependent care pada 34 pasien stroke di ruang Rawat Inap Penyakit Saraf berdasarkan indeks Barthel bahwa 17 (50%) pasien tersebut mengalami ketergantungan total, dan diikuti oleh ketergantungan berat (n=10, 32,4%).

Penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2015) tentang hubungan status fungsional dengan konsep diri pasien stroke di RSUP Haji Adam Malik Medan penelitian tersebut dilakukan pada 33 pasien yang dirawat inap dengan mengobservasi langsung terhadap status fungsional pasien stroke menggunakan indeks Barthel bahwa mayoritas tingkat ketergantungan pada pasien stroke berada pada kategori total (69,7%).

Berdasarkan tabel 2 dapat disimpulkan bahwa mayoritas pasien mengalami ketergantungan total dalam melakukan aktivitas makan (47,1%). Pasien tidak mampu makan sendiri karena kondisi kelemahan motorik dan kelumpuhan kedua sisi tubuh, dan juga sebagian pasien mengalami gangguan menelan. Oleh karena itu, pasien sangat membutuhkan bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas makan untuk memenuhi nutrisi tubuh.

Penelitian yang dilakukan oleh Qamariah (2015) pada 50 pasien post stroke di poliklinik saraf RSUDZA bahwa (n=30, 60%) tingkat ketergantungan dalam melakukan aktivitas makan berada pada kategori ketergantungan sebagian.

Berdasarkan tabel 3 diperoleh bahwa hampir seluruh pasien berada pada kategori ketergantungan total dalam melakukan aktivitas mandi (91,2%). Kondisi pasien tidak mampu berjalan ke kamar mandi, sehingga pasien stroke membutuhkan bantuan dari keluarga untuk membantu membersihkan tubuhnya. Dari hasil observasi peneliti selama penelitian, keluarga pasien selalu

(5)

5 membersihkan tubuh pasien dengan menyeka

tubuhnya menggunakan handuk basah setiap hari.

Penelitian Qamariah (2015) tentang Activity daily living pada 50 pasien post stroke iskemik di Poliklinik Saraf RSUDZA bahwa (n=42, 84%) pasien mengalami ketergantungan total dalam melakukan aktivitas mandi karena adanya kelemahan dan kelumpuhan pada anggota gerak. Hasil penelitian Sari (2013) di poli saraf RS Abdoer Rahem Situbondo bahwa 16 dari 30 pasien stroke tidak mampu melakukan aktivitas mandi secara mandiri karena mengalami keterbatasan dalam bergerak.

Berdasarkan tabel 4 dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh pasien mengalami ketergantungan total dalam melakukan aktivitas berdandan seperti membersihkan wajah, menyisir rambut dan menggosok gigi.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan terhadap 56 pasien setalah 1 tahun mengalami stroke, pasien membutuhkan bantuan dalam hal berdandan. Pada 56 pasien, (34%) membutuhkan bantuan ringan sampai sedang dan (2%) pasien membutuhkan bantuan total dalam merawat diri (Maeir, Soroker, Ring, Avni, & Katz, 2007).

Berdasarkan tabel 5 dapat disimpulkan bahwa pasien berada pada kategori ketergantungan total dalam melakukan aktivitas berpakaian (64,7%). Sehingga pasien membutuhkan bantuan untuk mengambil pakaian, mengenakannya, dan pada saat mengancingkan pakaiannya.

Penelitian oleh Qamariah (2015) tentang Activity daily living pasien post stroke iskemik yang dilakukan pada 50 pasien di Poliklinik Saraf RSUDZA bahwa tingkat ketergantungan dalam melakukan aktivitas berpakaian paling banyak berada pada kategori ketergantungan sebagian yaitu (84%) pasien.

Berdasarkan tabel 6 dapat disimpulkan bahwa mayoritas pasien berada pada kategori mampu mengontrol BAB secara mandiri (58,8%). Pasien yang sedang dirawat mampu mengontrol BAB dan tidak mengalami konstipasi, mereka menyadari keinginan untuk melakukan BAB, namun mereka tidak mampu bergerak menuju kamar mandi, oleh karena itu mereka menggunakan alat bantu untuk BAB.

Penelitian yang dilakukan oleh Qamariah (2015) tentang Activity Daily Living Pasien Post Stroke Iskemik yang dilakukan pada 50 pasien di Poliklinik Saraf RSUDZA bahwa tingkat ketergantungan pasien post stroke iskemik dalam mengontrol BAB berada pada kategori ketergantungan mandiri yakni sebanyak (n=47, 94%) pasien. Sama halnya dengan penelitian Sari (2013) di poli saraf RS Abdoer Rahem Situbondo bahwa kemandirian aktivitas pasien stroke sebanyak 22 dari 30 pasien terpenuhi saat mengontrol BAB.

Berdasarkan tabel 7 dapat disimpulkan bahwa mayoritas pasien berada pada kategori mampu mengontrol BAK secara mandiri (58,8%). Pasien sadar ketika ingin berkemih, namun pasien tidak mampu berjalan ke toilet karena mengalami kelemahan anggota gerak, sehingga pasien menggunakan alat bantu untuk BAK.

Penelitian yang dilakukan oleh Qamariah (2015) tentang Activity Daily Living Pasien Post Stroke Iskemik yang dilakukan pada 50 pasien di Poliklinik Saraf RSUDZA bahwa tingkat ketergantungan pasien post stroke iskemik paling banyak dalam mengontrol BAK berada pada kategori mandiri yakni sebanyak (94%) pasien.

Berdasarkan tabel 8 dapat disimpulkan bahwa mayoritas pasien berada pada kategori ketergantungan total dalam melakukan aktivitas menggunakan toilet (85,3%). Pasien tidak pernah menggunakan toilet yang ada diruang perawatannya, karena kondisi kelemahan motorik pasien dikhawatirkan akan mengalami cedera pada saat menggunakan toilet. Oleh karena itu, keterbatasan fisik yang dialami mengharuskan pasien untuk melakukan eliminasi di tempat tidur dengan menggunakan alat bantu.

Penelitian yang dilakukan oleh Qamariah (2015) tentang Activity daily living pasien post stroke iskemik yang dilakukan pada 50 pasien di Poliklinik Saraf RSUDZA bahwa mayoritas ketergantungan pasien post stroke iskemik berada pada kategori ketergantungan sebagian yaitu sebanyak (74%) pasien.

Berdasarkan tabel 9 dapat disimpulkan bahwa mayoritas pasien mengalami ketergantungan total dalam melakukan aktivitas berpindah (61,8%). Kelemahan anggota gerak yang dialami pasien membuat

(6)

6 mereka berisiko melakukan aktivitas

berpindah sendiri. Menurut hasil observasi peneliti, pasien yang mengalami kelumpuhan salah satu sisi tubuh mereka dapat berpindah dengan bantuan orang lain.

Penelitian yang dilakukan oleh Qamariah (2015) tentang Activity Daily Living Pasien Post Stroke Iskemik yang dilakukan pada 50 pasien di Poliklinik Saraf RSUDZA bahwa pasien tersebut dominan berada pada kategori ketergantungan sebagian dibantu orang yaitu (68%) pasien.

Berdasarkan tabel 10 dapat disimpulkan bahwa lebih dari setengah pasien mengalami ketergantungan total dalam melakukan aktivitas mobilisasi (67,6%). Menurut pengamatan peneliti pada saat penelitian bahwa sejumlah pasien yang mengalami kelemahan anggota gerak mereka menggunakan kursi roda untuk mobilisasi, dan mereka juga melakukan latihan berjalan dengan dibantu oleh seseorang, sedangkan tangannya memegang alat bantu berjalan yang ditempelkan pada dinding ruangan.

Penelitian yang dilakukan oleh Puspaningrum (2013) bahwa kemampuan mobilitas pasien stroke yang menjalani rawat inap di ruang Anggrek II RSUD Dr. Moewardi Surakarta adalah (n=56, 70%) pasien stroke mengalami ketergantungan total, hal ini dipengaruhi oleh usia dan status perkembangan pasien.

Berdasarkan tabel 11 dapat disimpulkan bahwa hampir semua pasien mengalami ketergantungan total dalam melakukan aktivitas naik turun tangga (79,5%). Hal ini berkaitan dengan mobilisasi pasien, jika pasien mampu melakukan mobilisasi, maka pasien akan mampu melakukan naik turun tangga, meskipun harus dibantu oleh orang lain.

Penelitian yang dilakukan oleh Qamariah (2015) ) tentang Activity daily living pasien post stroke iskemik yang dilakukan pada 50 pasien di Poliklinik Saraf RSUDZA bahwa dominan pasien tersebut berada pada kategori ketergantungan sebagian (64%).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitan dan pembahasan yang telah dilakukan maka kesimpulan yang didapatkan adalah Dependent care pada pasien stroke secara

keseluruhan yang paling banyak berdasarkan indeks Barthel yaitu berada pada kategori total. Dependent care pada pasien stroke dalam melakukan aktivitas makan berada pada kategori total, mandi berada pada kategori total, berdandan berada pada kategori total, berpakaian berada pada kategori total, mengontrol BAB berada pada kategori mandiri, mengontrol BAK berada pada kategori mandiri, menggunakan toilet berada pada kategori total, berpindah berada pada kategori total, mobilisasi berada pada kategori total,naik turun tangga berada pada kategori total.

Saran bagi peneliti selanjutnya untuk dapat melakukan penelitian tentang hal-hal yang dapat diajarkan kepada pasien stroke berdasarkan tingkat ketergantungan yang dialami pasien.

REFERENSI  Jurnal

Dinata, C.A., Safrita. Y., & Sastri, S. (2013). Gambaran faktor risiko dan tipe stroke pada pasien rawat inap penyakit dalam RSUD kabupaten solok selatan periode 1Januari 2010-31 Juni 2012. Jurnal kesehatan andalas. 2 (2). 57-61. Maeir, A. H., Soroker, N., & Katz, N. (2007).

Activities, participation, & satisfaction one year post stroke. Disability and rehabilitation. 29(7), 559-566.

Safitri, F. N., Agustina, H. R., & Amrullah, A. A. (2012). Resiko stroke berulang dan hubungannya dengan pengetahuan dan sikap keluarga. Retrieved from http://jurnal.unpad.ac.id/ejournal/articl e/viewFile/679/ 725.

 Buku

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Smeltzer, S. C., & Brenda, G. B. (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC.

 Artikel Online

Agustina, H.R. (2009). Kajian kebutuhan perawatan di rumah bagi klien dengan stroke di rumah sakit umum daerah

(7)

7 cianjur. diakses pada tanggal 11 Juni

2016 dari:

http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/u ploads/2010/05/kebutu han_ perawatan_di_rumah_pasien_stroke.pd f.

Darmanto, A. (2014). Hubungan antara hipertensi dengan kejadian stroke iskemik di bangsal dan poliklinik saraf RSUD DR. Soedarso Pontianak.

diakses melalui

http://eprints.umpo.ac.id/634/7/DAFT AR%20PUSTAKA.pdf

Jayanti, A. A.(2013). Hubungan hipertensi dengan kejadian stroke di Sulawesi Selatan tahun 2013. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.

Puspaningrum, Y. V. (2013). Hubungan antara status gizi dan mobilitas dengan risiko terjadinya dekubitus pada pasien stroke di Rumah Sakit Umum Daerah DR. Moewardi Surakarta. diakses melalui http://eprints.ums.ac.id /26162/12/02_NASKAH_PUBLIKASI .pdf.

Qamariah, N., (2015). Activity daily living pada pasien post stroke iskemik di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh: Unsyiah. Riset kesehatan dasar. (2013). Jakarta: Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Tahun 2013.

Sari, R. K. (2014). Kemandirian pemenuhan activity daily living (adl) pada penderita stroke di poli syaraf rumah sakit abdor rahem situbondo.

Gambar

Tabel 2. Dependent Care Pada Pasien Stroke  Dalam Melakukan Aktivitas Makan
Tabe 10. Dependent Care Pada Pasien Stroke  Dalam Melakukan Aktivitas Mobilisasi

Referensi

Dokumen terkait

Namun dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti adanya perbedaan yang signifikan dengan penelitian yang telah disebutkan diatas yaitu dengan penelitian yang

TERHADAP SIFAT MEKANIS BETON SERAT, Oktavianus Oshakhresna Despriputra., NPM 150215988 Tahun 2019, Bidang Peminatan Struktur, Program Studi Teknik Sipil, Fakultas

Akhir-akhir ini saya merasa tidak dapat mencapai tujuan akhir ketika beban pekerjaan yang diberikan kepada saya sangat

a) Yuwono (1995:3), mengemukakan bahwa pelestarian berarti suatu tindakan pengelolaan atau manajemen suatu satuan wilayah perkotaan atau perdesaan sebagai suatu

U svezi s konceptualnim ili strategijskim aspektom menadžerske percepcije ljudskih potencijala istraživanje je pokazalo da ispitanici/rukovoditelji raspolažu dostatno razvijenom

2 mudah sekali diidentifikasi seperti kekerasan dalam bentuk fisik yang merupakan bagian dari ancaman personal.Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa kekerasan akibat

Berdasarkan perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa dari segi dimensi communication iklan Indomie Mie Goreng Rendang (versi anak kost)masuk rentang skala efektif

Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberdayaan UKM di ekowisata hutan mangrove Wonorejo dilihat dari aspek pemungkinan yakni masyarakat kini dapat tambahan penghasilan dengan