i
EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP
TINGKAT PENGETAHUAN P3K PADA GURU
SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN
PURING
SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Derajat Sarjana Keperawatan
Minat Utama Program Studi Ilmu Keperawatan
Diajukan oleh
Septi Triani
NIM : A11300939
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
vi PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong Skripsi, Juni 2017
Septi Triani1),Isma Yuniar2),Wuri Utami3)
Efektivitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan P3K Pada Guru Sekolah Dasar Di Kecamatan Puring
ABSTRAK
Latar belakang: Angka kejadian cedera di sekolah masih banyak terjadi yaitu 4,3%. Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan yang baik tentang P3K. Ini penting dalam penanganan cedera yang tepat supaya tidak memperparah situasi dan kondisi korban. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang P3K.
Tujuan:Mengetahui efektivitas pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan P3K pada guru sekolah dasar
Metode: Penelitian ini menggunakan metode quasy eksperimen dengan pre-test and post-test menggunakan control group design. Sampel penelitian ini adalah 68 responden guru sekolah dasar di Kecamatan Puring. Analisis data menggunakan Uji Paired t test, Uji Wilco-xon test danUji Mann Whitney test.
Hasil:Uji Paired t-test didapatkan hasil (p=0,001) untuk kelompok leaflet dan Uji Wilco-xontest didapatkan hasil (p=0,000) untuk kelompok ceramah. Sedangkan uji perbedaan efektivitas dengan menggunakan Uji Mann Whitney test didapatkan hasil (p=0,000)
Simpulan: Pendidikan kesehatan tentang P3K efektif untuk meningkatkan pengetahuan. Pendidikan kesehatan menggunakan metode ceramah lebih efektif untuk meningkatkan pengetahuan.
Rekomendasi: Instansi kesehatan diharapkan menjalin kerjasama dengan sekolah untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang P3K secara berkala.
Kata kunci: Pendidikan Kesehatan, Pengetahuan P3K
vii
S1 PROGRAM OF NURSING DEPT
Muhammadiyah Health Science Institute of Gombong Mini-thesis, July 2017
Septi Triani1), Isma Yuniar2), Wuri Utami3)
ABSTRACT
The Effectiveness of Health Education on Knowledge Level About First Aid Kit of Elementary School Teachers in Puring Sub District
Background: About 4,3% incidence of injuries usually happens at school. This encourages the teachers to have good knowledge about First Aid Kit so that they are able to handle the injuries appropriately. This can make the situation and condition of the victim better. One of the efforts is by providing health education on First Aid Kit.
Objective: To determine the effectiveness of health education on the knowledge level of elementary school teachers about first aid kit.
Method: This research uses experimental quasy method with pre-test and post-test using
control group design. The samples are 68 respondents of elementary school teachers in Puring sub district. Data was analyzed by using Paired t test, Wilco-xon test and Mann Whitney test.
Result:Paired t test yields (p=0,001) for leaflet group. Wilco-xon got result (p=0,000) for lecturing group. Meanwhile the effectiveness difference test using Mann Whitney test
resulting in (p=0,000)
Conclusion: Health education is effective to improve the knowledge level of elementary teachers in Puring sub-district about first aid kit.
Recommendation: Health institutions are suggested to collaborate with schools in providing health education about first aid.
Keywords:Health education,knowledgelevel, first aid kit
viii
MOTTO
Barangsiapa menempuh jalan dalam rangka menuntut ilmu, niscaya Allah akan memudahkan
baginya jalan menuju surga (HR. Muslim). Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian
berbuat baik bagi diri kalian sendiri (QS. Al Isra:7).
Barang siapa yang membantu seorang muslim dan menghilangkan kesulitan yang ada pada dirinya dari kesulitan-kesulitan dunia, maka
Allah akan hilangkan baginya kesulitan dari kesulitan-kesulitan di hari kiamat kelak (HR.
Muslim).
Janganlah berdoa untuk hidup yang mudah tetapi berdoalah untuk menjadi manusia yang
tangguh.
Bukan tentang apa yang dikatakan, tapi tentang apa yang dilakukan.
Bangunlah, dan mulailah mewujudkan mimpi. Berproseslah, seperti kepompong yang akan
ix
HALAMAN PERSEMBAHAN
Alhamdulillah..Alhamdulillah..Alhamdulillahirobbil’alamin...
Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikanku kekuatan, menjadikanku manusia yang senantiasa berpikir serta membekaliku dengan ilmu. Atas karunia serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal bagiku untuk meraih cita-cita. Ku persembahkan skripsi untuk: 1. Kedua orang tuaku tercinta. Dalam setiap langkahku aku selalu berusaha untuk
mewujudkan impian-impian yang kalian harapkan. Betapa hati ini ingin selalu menjadi yang terbaik untuk mu, ingin menjadi yang kalian banggakan. Terimakasih atas pengorbanan, doa, cinta, kasih sayang dan segala dukunganmu selama ini. Tanpa kalian aku takkan mungkin bisa sejauh ini. 2. Mas Arif, Mba Endah dan Mba Anna. Terimakasih atas doa dan support yang
telah kalian berikan.
3. Sahabat ku tercinta Teti terimakasih telah bersedia menjadi asisten selama penelitian, Nining, Ipeh, Novi, Mbak Mumut, Galih terimakasih atas semangat yang selalu kalian berikan ketika aku mulai lelah. Terimakasih karena telah menjadi sahabat terbaikku dan tiada henti-hentinya aku ucapkan terimakasih atas segala bantuan yang kalian berikan selama kuliah, dan terimakasih atas canda dan tawa bersama kalian selama 4 tahun. Tetap semangat kawan, semoga segala harapan dan impian kita segera terwujud. Aamiin...
4. Herniyatun, M.Kep, Sp.Mat selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.
5. Isma Yuniar, M.Kep selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan dan Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan memberikan masukkan guna penyusunan Skripsi ini sehingga skripsi ini dapat selesai tepat waktu.
x
7. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama menjadi mahasiswa di STIKES Muhammadiyah Gombong.
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufiq, hidayah, serta inayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan SKRIPSI dengan judul “EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN P3K PADA GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PURING”.
Dalam menyusun dan menyelesaikan Skripsi ini, penulis tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan penuh keikhlasan hati, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Herniyatun, M.Kep, Sp.Mat selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.
2. Isma Yuniar, M.Kep selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan dan Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan memberikan masukkan guna penyusunan Skripsi ini.
3. Wuri Utami, M.Kep selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan memberikan masukkan guna penyusunan Skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama menjadi mahasiswa di STIKES Muhammadiyah Gombong.
5. Kepala Sekolah yang telah memberikan izin penelitian kepada peneliti serta bapak dan ibu guru Sekolah Dasar di Kecamatan Puring yang telah bersedia menjadi responden penelitian.
6. Ayah, ibu, kakak, keluarga dan sahabat terbaikku tercinta yang telah
memberikan semangat, do’a, kasih sayang dan dorongan moril maupun materiil yang tiada henti-hentinya bagi penulis selama penulis mengikuti proses pembelajaran.
xii
Semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.
Akhir kata, penulis menyadari sepenuhnya bahwa Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna karena terbatasnya kemampuan penulis, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaannya Skripsi ini, semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.
Gombong, Juni 2017
xiii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERNYATAAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iv
HALAMAN PENGESAHAN ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
MOTTO ... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... ix
KATA PENGANTAR ... xi
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Keaslian Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
xiv
1. Pengertian Pendidikan Kesehatan ... 9
2. Tujuan Pendidikan Kesehatan ... 9
3. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan ... 10
4. Metode Pendidikan Kesehatan ... 12
5. Media Pendidikan Kesehatan ... 15
6. Proses Pendidikan Kesehatan ... 18
7. Pendidikan Kesehatan Di Sekolah ... 18
8. Faktor-faktor Keberhasilan Penyuluhan ... 20
B. Pengetahuan ... 20
1. Proses Adopsi Perilaku ... 21
2. Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif ... 21
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 23
4. Kriteria Tingkat Pengetahuan ... 24
C. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) ... 24
1. Pengertian Pertolongan Pertama ... 25
2. Macam-macam Penolong ... 25
3. Kewajiban Seorang Penolong ... 25
4. Tujuan Pertolongan Pertama ... 26
5. Etika Penolong ... 26
6. Penatalaksanaan Pertolongan Pertama ... 27
a. Cara Mengatasi Perdarahan... 27
b. Tindakan Pada Luka Tertutup ... 28
xv
d. Pingsan ... 29
e. Keracunan ... 30
f. Mimisan ... 31
g. Bantuan Hidup Dasar ... 33
h. Cedera Muskuloskeletal ... 41
i. Luka Bakar ... 44
D. Kerangka Teori... 46
E. Kerangka Konsep ... 47
F. Hipotesa... 48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 49
A. Metode Penelitian... 49
B. Populasi dan Sampel ... 50
C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 50
D. Variabel Penelitian ... 50
E. Instrumen Penelitian... 52
F. Kisi-kisi kuesioner ... 53
G. Definisi Operasional... 54
H. Teknik Pengumpulan Data ... 55
I. Pengolahan Data... 55
J. Analisa Data ... 56
K. Validitas dan Reabilitas Instrumen ... 57
L. Uji Normalitas ... 59
xvi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 62
A. Hasil Penelitian ... 62
B. Pembahasan ... 67
C. Keterbatasan Penelitian ... 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 76
A. Kesimpulan ... 76
B. Saran ... 76 DAFTAR PUSTAKA
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi kuesioner pengetahuan P3K Tabel 3.2 Definisi Operasional
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden pada guru sekolah dasar di Kecamatan Puring pada bulan Maret-April 2017 pada kelompok kontrol (metode leaflet) (n=34)
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden pada guru sekolah dasar di Kecamatan Puring pada bulan Maret-April 2017 pada kelompok intervensi (metode ceramah) (n=34)
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi pengetahuan P3K pre-test dan post-test diberikan Pada guru sekolah dasar di Kecamatan Puring pada bulan Maret-April 2017 kelompok kontrol (metode leaflet) (n=34)
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi pengetahuan P3K pr-test dan post-test diberikan Pada guru sekolah dasar di Kecamatan Puring pada bulan Maret-April 2017 kelompok intervensi (metode ceramah) (n=34)
Tabel 4.5 Uji t paired efektivitas pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan P3K pada guru sekolah dasar di Kecamatan Puring pre-test dan post-test pada bulan Maret-April 2017 kelompok kontrol (metode leaflet) (n=34)
Tabel 4.6 Uji Wilco-xon efektivitas pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan P3K pada guru sekolah dasar di Kecamatan Puring pre-test dan post-test pada bulan Maret-April 2017 kelompok intervensi (metode leaflet) (n=34)
xviii
DAFTAR GAMBAR
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Surat Ijin Penelitian Untuk KESBANGPOL
Lampiran II : Surat Balasan Ijin Penelitian Dari KESBANGPOL Untuk BP3DA Lampiran III : Surat Balasan Pemberitahuan Ijin Penelitian Dari BP3DA
Lampiran IV : Surat Keterangan Lolos Uji Etik
Lampiran V : Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran VI : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran VII : Kuesioner Penelitian Tingkat Pengetahuan P3K Lampiran VIII : Satuan Acara Penyuluhan
Lampiran IX : Lembar Balik Lampiran X : Leaflet
1 BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Setiap orang dalam hidupnya hampir semua pernah mengalami kecelakaan baik kecelakaan yang ringan sampai kecelakaan berat. Kecelakaan ringan misalnya tergores. Kecelakaan berat misalnya kecelakaan yang menyebabkan fraktur, perdarahan berat, cedera kepala, luka bakar, menimbulkan kecacatan bahkan kematian. Kecelakaan adalah kejadian yang menyebabkan cedera dan menimbulkan sakit atau kematian terjadi. Yang dimaksud sakit adalah terjadi kelainan fisik atau mental yang teridentifikasi bertambah buruk karena kegiatan kerja atau yang lainnya (OHSAS 180001, 2007).
Kecelakaan dapat terjadi kapan saja dan dimana saja seperti di rumah, di jalan raya, ditempat kerja, di sekolah. Anak usia sekolah adalah sekelompok umur yang rawan terjadi masalah kesehatan. Anak dengan usia sekolah mempunyai masalah kesehatan yang sangat penting untuk menentukan kualitas kesehatannya di masa mendatang. Anak usia sekolah merupakan aset yang sangat berharga dimasa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan, dan dilindungi terutama dalam hal kesehatannya. Ada beberapa kecelakaan yang sering terjadi pada anak sekolah seperti: luka gores, mimisan, pingsan, terkilir sehingga membutuhkan pelayanan kesehatan yang ada di sekolah (Kumoratih, 2012).
2
didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik mampu belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan setinggi-tingginya menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Ayat 2 menjalaskan bahwa, kesehatan sekolah sebagaimana dimaksud ayat (1) diselenggarakan melalui sekolah formal dan informal atau melalui lembaga pendidikan (Depkes, 2009).
Usaha kesehatan sekolah adalah perpaduan antara dua upaya dasar, yaitu upaya pendidikan dan kesehatan, yang pada akhirnya nanti diharapkan UKS dapat menjadi usaha untuk meningkatkan kesehatan anak usia sekolah pada setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan. UKS tidak hanya dilaksanakan di Indonesia, tetapi dilaksanakan diseluruh dunia. Organisasi kesehatan dunia (WHO) telah mencanangkan konsep sekolah sehat atau Health Promoting School ( Sekolah yang mempromosikan kesehatan ) (Dermawan, 2012). Untuk meningkatkan kesadaran hidup sehat dan derajat kesehatan siswa, perlu dilakukan upaya penanaman prinsip hidup sehat sedini mungkin melalui pendidikan kesehatan, pembinaan lingkungan sekolah sehat dan pelayan kesehatan yang dikenal sebagai tiga program pokok (trias) UKS (Efendi & Makhfudli, 2013).
Pendidikan kesehatan adalah serangkaian upaya yang ditujukkan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok, keluarga, maupun masyarakat agar terlaksananya perilaku hidup sehat. Pendidikaan kesehatan merupakan proses belajar pada individu, kelompok, atau masyarakat agar lebih tahu mengenai nilai kesehatan, dan dari tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri menjadi mandiri. Dengan demikian pendidikan kesehatan merupakan usaha/kegiatan untuk membantu individu, kelompok, dan masyarakat dalam meningkatkan kemampuan baik dari segi pengetahuan, sikap, maupun keterampilan untuk mencapai hidup yang sehat secara optimal (Widyanto, 2014).
3
tahan tubuh siswa sekolah, kegiatan pemutusan mata rantai penyakit, dan penghentian proses penyakit sedini mungkin, serta kegiatan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) untuk mencegah kecacatan akibat proses penyakit atau untuk meningkatkan kemampuan peserta didik yang cedera agar dapat berfungsi secara optimal. Di sekolah guru mempunyai peran penting untuk memberikan P3K kepada siswa yang mengalami cedera/kecelakaan. Dengan demikian guru perlu meningkatkan keterampilan P3K agar dapat memberikan pertolongan pertama yang tepat jika menemui siswa yang cedera/kecelakaan di sekolah (Efendi & Makhfudli, 2013).
Pertolongan pertama merupakan pemberian pertolongan, perawatan atau pengobatan segera kepada penderita yang sakit atau cedera/kecelakan yang membutuhkan penanganan medis dasar sebelum ditangani oleh petugas medis yang lebih berpengalaman, pertolongan pertama dapat dilakukan oleh siapa saja yang mempunyai kemampuan (Kumoratih, 2012).
Pemberian pertolongan pertama adalah untuk menyelamatkan jiwa penderita, mencegah cacat, memberi perasaan nyaman, dan menunjang proses penyembuhan untuk seseorang yang mengalami cedera atau kecelakan. Namun tanpa pengetahuan yang cukup mengenai pertolongan pertama pada kecelakaan tidak jarang malah justru memperparah situasi dan kondisi korban. Untuk itu setiap warga sekolah diharapkan mampu melakukan praktik pertolongan pertama yang benar bagi siswa/korban yang mengalami cedera agar tidak terjadi kondisi yang lebih buruk (Kumoratih, 2012).
4
simulasi mempunyai nilai lebih tinggi dibandingkan keterampilan kelompok ceramah.
Kegiatan penyuluhan kesehatan yang dilakukan di Provinsi Jawa Tengah dibagi menjadi penyuluhan massa dan penyuluhan kelompok. Penyuluhan kelompok pada tahun 2012 sebanyak 369.784 kali, dengan penyuluhan paling banyak dilakukan di Kabupaten kendal yaitu 112. 764 kali, paling sedikit dilakukan di Kabupaten Blora sebanyak 66 kali, dan Kabupaten Kebumen pernah melakukan penyuluhan sebanyak 20.679 kali. Sedangakan penyuluhan massa telah dilakukan 15.116 kali, paling banyak dilakukan di Kota Pekalongan yaitu 1.556 kali dan paling sedikit di Kabupaten temanggung sama sekali tidak pernah dilakukan penyuluhan massa. Untuk Kabupaten Kebumen telah melakukan penyuluhan massa sebanyak 485 kali (Profil Kesehatan Jateng, 2012).
Di Amerika Serikat, cedera yang tidak disengaja merupakan masalah kesehatan utama bagi anak-anak usia 1 sampai 16 tahun. Menurut Dewan Keamanan Nasional, cedera ini menyebabkan lebih banyak kematian anak-anak dari pada gabungan seluruh penyakit dan merupakan penyebab utama dari kecacatan. Setiap tahun, diperkirakan 600.000 anak masuk rumah sakit diakibatkan karena cedera, dan hampir 16 juta anak mendapatkan perawatan di bagian gawat darurat. Lembaga Pusat Pengendalian Penyakit memperkirakan bahwa setiap tahun, lebih dari 30.000 anak menderita cacat yang menetap akibat dari kecelakaan. Cacat ini mempunyai dampak buruk yang luar biasa terhadap perkembangan anak serta produktivitas dimasa depannya, pada keuangan, dan emosi keluarga (Jones & Bartlett, 2006).
5
cedera yang dialami penduduk adalah luka lecet/memar (70,9%), terkilir (27,5%) dan luka robek (23,2%). Adapun urutan proporsi terbanyak untuk tempat terjadinya cedera, adalah di jalan raya (42,8%), rumah (36,5%), area pertanian (6,9%) dan sekolah (5,4%) (Riskesdas, 2013).
Prevalensi cedera secara provinsi adalah 7,7 persen. Penyebab cedera terbanyak yaitu jatuh (42,1%) dan kecelakaan sepeda motor (40,1%), adapun penyebab cedera yang lain meliputi terkena benda tajam/tumpul (6,7%), transportasi darat lain (8,1%) dan kejatuhan (1,6%). Persentase jenis cedera di Provinsi Jawa Tengah di dominasi oleh luka lecet/memar sebesar 72,6 persen. Jenis cedera terbanyak ke dua adalah terkilir, rata-rata di Provinsi Jawa Tengah 26,6 persen. Luka robek menduduki urutan ketiga jenis cedera terbanyak, yaitu 16,7. Jenis cedera lainnya persentasenya kecil, patah tulang 6,2 persen, anggota tubuh terputus, cedera mata dan geger otak masing-masing persentasenya di Provinsi Jawa Tengah 0,2, 0,5 dan 0,4 persen. Secara provinsi, cedera paling banyak terjadi di jalan raya yaitu 43,7 persen selanjutnya di rumah (36,5%), area pertanian (7,0%) dan sekolah (4,3%) (Riskesdas, 2013).
6
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Efektivitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan P3K Pada Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Puring” B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah, “Adakah Perbedaan Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan P3K Pada Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Puring”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Efektivitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan P3K Pada Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Puring. 2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui efektivitas pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan P3K pada guru Sekolah Dasar di Kecamatan Puring pada kelompok kontrol
b. Mengetahui efektivitas pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan P3K pada guru Sekolah Dasar di Kecamatan Puring pada kelompok intervensi
c. Mengetahui perbedaan efektivitas pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan P3K pada guru Sekolah Dasar di Kecamatan Puring pada kelompok kontrol dan intervensi
D. Manfaat penelitian
1. Aspek pengembangan ilmu pengetahuan
Bagi aspek pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam meningkatkan pengetahuan mengenai P3K.
2. Aspek manfaat praktis a. Bagi guru
7
b. Bagi siswa
Agar mendapatkan pertolongan pertama yang tepat saat mengalami cedera sebelum petugas medis datang.
c. Bagi Puskesmas
Menjadi bahan masukan agar melakukan pendidikan kesehatan P3K secara berkala di sekolah dasar.
DAFTAR PUSTAKA
Adnani, H. (2011). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Nuha Medika. Alamsyah, D., & Muliawati, R. (2013). Pilar Dasar: Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Balitbang Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI.
Benih, A. (2014). Sosiologi Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Brigitta. (2012). Penggunaan Ceramah dan Leaflet Terhadap Pengetahuan Anak Sekolah Dasar Mengenai Penanganan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan. Jurnal Keperawatan Ilmiah.
Dahlan, M.S., (2014). Statistik Utun Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat, Dan Multivariat Dilengkapi Aplikasi Menggunakan SPSS, 6th ed, 1. Jakarta: Epidemiologi Indonesia
Darmasto. (2015). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Pertolongan Pertama Epitaksis Terhadap Pengetahuan Guru Dalam Penanganan Pertama Epitaksis Pada Siswa SDN Kelurahan Jatisari Sambi Boyolali. Jurnal Keperawatan Ilmiah.
Depkes RI. (2007). Penanggulangan Kegawatdaruratan sehari-hari & Bencana.
Jakarta.
Dermawan, D. (2012). Buku Ajar Keperawatan Komunitas. Yogyakarta : Gosyeng Publishing
Dharma, K. K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta: CV. Trans Info Medika.
DINKES. (2012). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Efendi, F., & Makhfudli. (2013). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Prektik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Galuh. (2017). Efektivitas Pendidikan Kesehatan Dengan Media Leaflet Dan Flipchart Terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang HIV-AIDS Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Tawangsari. Jurnal Keperawatan Ilmiah.
Hardisman. (2014). Gawat Darurat Medis Praktis. Yogyakarta: Pustaka Baru. Hastuti. (2010). Perbedaan Pengaruh Pedidikan Kesehatan Gigi Dalam
Meningkatkan Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi Pada Anak Di Sd Negeri 2 Sambi Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali. Jurnal Keperawatan Ilmiah.
Hidayat, A. A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta : Salemba Medika.
Kristanto, N. (2016). Efektivitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Pengetahuan dan Keterampilan P3K pada Siswa PMR. Jurnal keperawatan Ilmiah.
Kumoratih, A. (2012). Panduan Praktis P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan). Surakarta: Mahkota Kita.
Machfoedz, I., Winarti, S. A., Wahyuningsih, H. P., & Widyasih, H. (2007).
Pertolongan Pertama: di Rumah, Tempat Kerja, atau di Perjalanan.
Yogyakarta: Fitramaya.
Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W. I., & Setiowulan, W. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Mubarak, W. I., & Chayatin, N. (2009). Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.
Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. _____________. (2007). Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta.
_____________. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. _____________. (2012). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nova. (2016). Efektivitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Pengetahuan Dan Keterampilan P3k Pada Siswa Pmr Di Sma Negeri 3 Sukoharj. Jurnal Keperawatan Ilmiah
Pusbankes 118. (2016). Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD).
Yogyakarta: Tim Pusbankes 118 - Persi DIY.
Raras. (2010). Studi efektivitas leaflet terhadap skor pengetahuan remaja putri tentang dismenorea di smp kristen 01 purwokerto kabupaten banyumas. Jurnal Keperawatan Ilmiah.
Riwidikdo. (2007). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Bina Pustaka. Rosdahi, C. B., & Kowalski, M. (2014). Buku Ajar Keperawatan Dasar. Jakarta :
EGC.
Santjaka, A. (2011). statistik Untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Setiyarini. (2016). Efektivitas Pendidikan Kesehatan Menggunakan Media Leaflet Dan Penyuluhan Individual Terhadap Pengetahuan Pencegahan Kekambuhan Asma. Jurnal Keperawatan Ilmiah.
Sugiyono. (2010). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Swasanti, N., & Putra, W. S. (2014). Pertolongan Pertama Pada Kedaruratan P3K. Yogyakarta: Katahati.
Syah, M. (2002). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Wawan, & Dewi. (2011). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
Lampiran XI
FORM CHEK LIST OBSERVASI
EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN P3K PADA GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN
PURING Identitas Responden
1. Nomor :
2. Umur :
3. Jabatan :
4. Pendidikan terakhir :
No Prosedur Pelaksanaan Dilakukan Tidak
Dilakukan Tahap Pelaksanaan
1. Membuka dengan salam 2. Memperkenalkan diri 3. Menjelaskan tujuan 4. Disampaikan dengan jelas 5. Menggunakan media
6. Memotivasi keterlibatan responden Tahap Evaluasi
1. Melakukan evaluasi pada responden 2. Evaluasi sesuai tujuan
Jadwal Penelitian
No Jadwal Penelitian Nov’16 Des’16 Jan’17 Feb’17 Mar’17 April’17 Mei’17 Jun’17
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 1. Studi pendahuluan
2. Penyusunan proposal 3. Ujian proposal 4. Pelaksanaan
Lampiran VII
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG Jl. Yos Sudarso No. 461, Telp./Fax (0287)472433, 473750, Gombong, 54412
Website : www.stikesmuhgombong.ac.id E-mail : stikesmuhgombong@yahoo.com
KUESIONER PENELITIAN
EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN P3K PADA GURU SEKOLAH DASAR
DI KECAMATAN PURING
KUESIONER TINGKAT PENGETAHUAN P3K A.Identitas Responden
1. Nomor : (diisi oleh peneliti)
2. Umur :
3. Jabatan :
4. Pendidikan terakhir :
Berilah tanda (√) pada kolom yang sudah tersedia sesuai dengan pendapat anda
No Pernyataan Benar Salah
1. Hal pertama yang dilakukan untuk mengatasi luka lecet adalah menggunakan betadine
2. Setelah membersihkan luka lecet tutup luka tersebut dengan kassa steril yang kering kemudian plester
3. Untuk mengatasi perdarahan letakkan bagian yang luka lebih rendah dari badan
4. Menekan langsung menggunakan kain bersih untuk menghentikan perdarahan
6. Jaw Trust termasuk teknik pemberian bantuan napas 7. Untuk mengurangi kekuatan racun, berikan air putih
sebanyak-banyaknya pada korban yang keracunan
8. Usahakan untuk memuntahkanya jika menemukan orang keracunan makanan dengan cara memasukkan jari pada kerongkongan leher
9. Mimisan sering disebabkan karena benturan
10. Duduk, agar posisi hidung lebih tingggi dari jantung merupakan pertolongan pertama pada mimisan
11. Bidai adalah benda yang digunakan untuk membalut luka 12. Fraktur tertutup (closed), adalah terputusnya kontinuitas
tulang bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar
13. Akronim RICE R : Rest (istirahat), I : Ice (es), C : Compression (kompresi), E : Elevation (elevasi, posisikan bagian tubuh yang cedera tetap lebih tinggi dari jantung jika memungkinkan) merupakan prosedur darurat untuk mengatasi terkilir dan cedera regang
14. Memplester jari bersamaan (buddy tapping) tidak efektif untuk mengimmobilisasi bagian jari yang mengalami fraktur
15. Fraktur (patah tulang) adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang pada umumnya disebabkan oleh rudapaksa
16. Pada penanganan fraktur cruris (tulang kering) jika tidak menemukan bidai satupun korban tidak perlu dibidai 17. Fraktur (patah tulang) dibagi menjadi 2 yaitu fraktur
18. Pingsan adalah suatu keadaan tidak sadarkan diri seperti orang tertidur yang diakibatkan karena sakit, kecelakaan, kekurangan oksigen, kekurangan darah, lapar, haus, kondisi fisik lemah dan sebagainya.
19. Menggunakan bau-bauan yang menyengat untuk mengembalikan kesadaran orang yang pingsan
20. Jika wajah orang yang pingsan terlihat pucat buat kepalanya lebih tinggi dari badan dengan disanggah sesuatu
21. Menggunakan daun sirih sangat aman untuk menolong seseorang yang mimisan
22. Kompres dingin (es) digunakan untuk membantu menghilangkan rasa sakit dan mengurangi pembengkakan.
23. Kompres es efektif untuk menangani memar
24. Pasta gigi efektif untuk mengolesi area tubuh yang terkena benda panas
Lampiran X
Disusun Oleh: Septi Triani
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
2017
Luka
1. Pada luka lecet : Cuci menggunakan air bersih terlebih dahulu, kemudian berikan antiseptic lalu tutup luka dengan kassa steril
2. Jika luka perdarahan tekan langsung pada sumber perdarahan, hingga perdarahan berhenti.
3. Jika luka memar kompres dengan es.
Mimisan
Penyebab Mimisan:
Benturan atau kebiasaan mengorek hidung.
Udara yang kering dan panas
Pilek dan alergi
Mencium bahan kimia
Pingsan
Dislokasi (pergerseran tulang dari sendi)
Ingat akronim RICE dalam prosedur darurat untuk mengatasi terkilir dan cedera regang:
R = Rest (Istirahat) I = Ice (Es)
C = Compression (kompresi, seperti dengan perban gulung)
E = Elevation (elevasi, posisikan bagian tubuh yang cedera tetap lebih tinggi dari jantung jika memungkinkan)
Penanganan:
Duduk, agar posisi hidung lebih tinggi dari jantung
Fraktur
Fraktur (patah tulang): terputusnya kontinuitas jaringan tulang. Fraktur cruris (tulang kering) dapat dibidai dengan kaki sebelahnya jika tidak menemukan bidai. Bidai adalah alat yang digunakan untuk mengimmobilisasi bagian tubuh yang fraktur atau terkilir. Fraktur dapat dibagi menjadi:
Fraktur tertutup (closed) tidak ada perlukaan pada kulit
Fraktur terbuka (open/compound) ada perlukaan pada kulit
Penatalaksanaan Fraktur:
Fraktur cruris (tulang kering) dapat dibidai dengan kaki sebelahnya jika tidak menemukan bidai. Usahakan untuk mengistirahatkan dua sendi.
Buddy tapping (memplester jari bersamaan) lebih efektif untuk mengimobilisasi jari yang fraktur
Pingsan
Pingsan adalah keadaan tidak sadarkan diri yang diakibatkan karena sakit.
Bau-bauan yang menyengat dapat digunakan untuk mengembalikan kesadaran seseorang yang pingsan.
Bantuan Hidup Dasar
Survei Primer : yang dapat dilkukan oleh setiap orang (yang sudah dilatih BHD). A = airway (jalan nafas) : pemeriksaan jalan napas, membuka jalan napas menggunakan teknik head tilt/Chin lift dan jaw trust
B = breathing (bantuan napas) C = circulation (bantuan sirkulasi)
Luka bakar
1. Hentikan proses luka bakar dengan memindahkan sumber panas
2. Sirami area luka dengan air dingin ( Bukan es). Jangan mengolesi dengan pasta gigi!!
3. Jika luka baka berlebihan tutupi dengan kain kering, tidak lengket dan steril
Keracunan
Racun adalah sesuatu yang meskipun dalam jumlah sedikit namun apabila masuk ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan jaringan tubuh, sehingga mengganggu kesehatan.
TERIMAKASIH
SEMOGA BERMANFAAT...
Untuk mengurangi kekuatan racun, berikan air sebanyak-banyaknya
Lampiran IX
Disusun oleh:
Septi Triani
NiM: A11300939
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
LUKA
A.
CARA MERAWAT LUKA GORES ATAU TERSAYAT. JIKA LUKA
TERSEBUT ADALAH LUKA YANG BARU, TINDAKAN YANG HARUS
DILAKUKAN ADALAH:
1.
MENCUCI LUKA DENGAN AIR BERSIH DAN SEGERA BERI OBAT
ANTISEPTIK YANG TERSEDIA.
2.
TUTUP LUKA DENGAN KASA STERIL YANG KERING DAN PLESTER
B.
Tindakan pada luka tertutup (memar)
Memar kecil pada umumnya tidak memerlukan
perawatan. Bila memar dirasa cukup besar maka
berikan
kompres
dingin
untuk
membantu
menghilangkan
rasa
sakit
dan
mengurangi
C.
CARA MENGATASI PERDARAHAN AKIBAT LUKA:
LETAKKAN BAGIAN YANG LUKA LEBIH TINGGI DARI BADAN.(
JIKA MEMUNGKINKAN)
GUNAKAN SEPOTONG KAIN BERSIH UNTUK MENEKAN LANGSUNG PADA
SUMBER PERDARAHAN.
LAKUKAN PENEKANAN SAMPAI TERFIKSASI SEHINGGA TAK ADA LAGI
PERDARAHAN.
JIKA DENGAN PENEKANAN PERDARAHAN TIDAK BERHENTI, LAKUKAN
PENGIKATAN LUKA DENGAN KAIN TIPIS DI SEBELAH LUKA BAGIAN YANG
PEMBERIAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA
LUKA BAKAR
:
1.
SIRAMI AREA LUKA DENGAN AIR DINGIN YANG MENGALIR.
(BUKAN ES)
2.
JIKA PAKAIAN MELEKAT PADA LUKA BAKAR GUNTING
PAKAIAN DI SEKITARNYA YANG TIDSK MENEMPEL, &
JANGAN MEMAKSA UNTUK MELEPASNYA
3.
JIKA LUKA BAKAR BERLEBIHAN TUTUPI DENGAN KAIN
KERING, TIDAK LENGKET DAN STERIL
KERACUNAN
RACUN ADALAH SESUATU YANG MESKIPUN DALAM JUMLAH SEDIKIT NAMUN APABILA MASUK
KE DALAM TUBUH DAPAT MENYEBABKAN KERUSAKAN JARINGAN TUBUH, SEHINGGA
MENGGANGGU KESEHATAN, MENYEBABKAN KECELAKAAN, BAHKAN DAPAT MEMBAWA
KEMATIAN.
PERTOLONGAN PERTAMA PADA KERACUNAN MAKANAN:
UNTUK MENGURANGI KEKUATAN RACUN, BERIKAN AIR PUTIH SEBANYAK-BANYAKNYA
JIKA KORBAN DALAM KONDISI SADAR, USAHAKAN UNTUK MEMUNTAHKANNYA. LAKUKAN
DENGAN MEMASUKKAN JARI PADA KERONGKONGAN LEHER DAN POSISI BADAN LEBIH
TINGGI DARI KEPALA UNTUK MEMUDAHKAN KONTRAKSI.
PINGSAN
PINGSAN ADALAH SUATU KEADAAN TIDAK SADARKAN DIRI SEPERTI ORANG TERTIDUR YANG
DIAKIBATKAN KARENA SAKIT, KECELAKAAN, KEKURANGAN OKSIGEN, KEKURANGAN DARAH,
KERACUNAN, TERKEJUT/KAGET, LAPAR, HAUS, KONDISI FISIK LEMAH, DAN SEBAGAINYA
.
Yang harus dilakukan untuk membantu orang yang pingsan antara lain:
1)
Untuk mengembalikan kesadaran orang yang pingsan dapat menggunakan bau-bauan yang
menyengat dan merangsang
2)
Buat badannya lebih tinggi dari kepala dengan disanggah sesuatu agar darah dapat mengalir ke
kepala korban.
3)
Longgarkan aksesoris dan pakaian korban yang mengganggu jalan pernafasan.
4)
Beri minuman manis bila korban sudah sadar , jangan memberi minum pada saat kesadaran
BANTUAN HIDUP DASAR
SURVEI PRIMER (PRIMARY SURVEY)
DAPAT
DILAKUKAN
OLEH
SETIAP ORANG (YANG SUDAH DILATIH BHD)
A = AIRWAY (JALAN NAFAS)
B = BREATHING (BANTUAN NAPAS)
C = CIRCULATION (BANTUAN SIRKULASI)
DISLOKASI
DISLOKASI ADALAH PERGESERAN TULANG DARI SENDI.
INGAT AKRONIM RICE DALAM PROSEDUR DARURAT UNTUK MENGATASI
TERKILIR DAN CEDERA REGANG:
R
= REST (ISTIRAHAT)
I
= ICE (ES)
C = COMPRESSION (KOMPRESI, SEPERTI DENGAN PERBAN GULUNG)
FRAKTUR
Fraktur (patah tulang) adalah terputusnya terputusnya kontinuitas jaringan tulang
dan atau tulang rawan yang pada umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Fraktur
dapat dibagi menjadi:
a.
Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar.
b.
Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar karena terdapat perlukaan pada kulit.
Fraktur cruris (tulang kering) dapat
dibidai dengan kaki sebelahnya jika
tidak menemukan bidai. Usahakan
untuk mengistirahatkan 2 persendian
Bidai
adalah alat yang digunakan
untuk mengimmobilisasi bagian tubuh
yang fraktur atau terkilir
Buddy tapping (memplester jari
MIMISAN
Penyebab:
Benturan
atau
kebiasaan
mengorek hidung.
Udara yang kering dan panas
Pilek dan alergi
PERTOLONGAN PADA MIMISAN:
a.
DUDUK, AGAR POSISI HIDUNG LEBIH TINGGI DARI JANTUNG.
b.
BADAN MEMBUNGKUK SEDIKIT, DAN BERNAFAS MELALUI MULUT.
c.
JANGAN TIDUR TERLENTANG. KARENA ALIRAN DARAH KE HIDUNG AKAN BERTAMBAH DERAS, DAN DARAH DAPAT
TERTELAN.
d.
TEKAN HIDUNG SELAMA 5 MENIT. YANG DITEKAN ADALAH SELURUH BAGIAN DEPAN CUPING HIDUNG, TEPAT DI
ATAS LUBANG HIDUNG.
e.
TANGAN YANG LAIN DAPAT DIGUNAKAN UNTUK MEMBERI KOMPRES DINGIN MENGGUNAKAN ES PADA TULANG
HIDUNG, UNTUK MEMPERLAMBAT ALIRAN DARAH KE HIDUNG.
f.
BILA SETELAH 5MENIT MASIH BERDARAH, TEKAN LAGI SELAMA 10 MENIT.
g.
KALAU MASIH TETAP BERDARAH BAWA KE RUMAH SAKIT
Penggunaan daun sirih untuk mimisan
kurang baik. Daun sirih merupakan
astrigent, yang berfungsi mengecilkan
pembuluh
darah.
Daun
sirih
dapat
menolong, tetapi sterilisasinya kurang
terjaga.
Jangan-jangan
mimisannya
sembuh tapi malah terjadi infeksi. Tekan
Lampiran V
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada :
Yth. Bpk/Ibu Calon Responden
Assalamu’alaikum, Wr. wb.
Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Mahasiswa tingkat 4 prodi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Gombong
Nama : Septi Triani
NIM : A11300939
Dengan ini memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden
dalam penelitian saya guna penyusunan skripsi, yang berjudul “EFEKTIVITAS
PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN P3K
PADA GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PURING”.
Wassalamu’alaikum Wr. wb.
Hormat saya,
Lampiran VI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Gombong, tentang “Efektivitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan P3K pada Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Puring tahun 2017”
Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak menimbulkan dampak negatif dan data mengenai diri saya dalam penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya oleh peneliti. Semua berkas yang mencantumkan identitas saya hanya akan digunakan untuk keperluan pengolahan data dan bila sudah tidak digunakan akan dimusnahkan. Hanya peneliti yang dapat mengetahui kerahasiaan data-data penelitian.
Demikian dengan sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun saya bersedia berperan serta dalam penelitian ini.
Gombong, ...2017 Responden
Lampiran VIII
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Pokok bahasan : Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
Sub Pokok Bahasan : Cara Mengatasi luka, Mengatasi mimisan, Mengatasi pingsan, Resusitasi Jantung Paru (RJP), Mengatasi luka bakar, Mengatasi dislokasi, Mengatasi Fraktur
Sasaran : Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Puring
Waktu : 15-30 menit
A.TIU (Tujuan Instruksional Umum)
Setelah diberikan penyuluhan pada guru sekolah dasar diharapkan pengetahuan P3K meningkat
B.TIK (Tujuan Instruksional Khusus)
No TIK Materi Media Metode Evaluasi
dislokasi,
Mengatasi Fraktur, dan Mimisan
Mengatasi luka bakar, Mengatasi dislokasi, Mengatasi Fraktur, dan Keracunan
Bantuan Hidup Dasar,
C.Jadwal Kegiatan Penyuluhan
Waktu Kegiatan Peneliti Guru Sekolah
Dasar 5 Menit Pembukaan 1. Mengucapkan Salam
2. Memperkenalkan Diri
3. Menjelaskan maksud dan tujuan
-Menjawab salam
20 Menit
Isi - Menjelaskan cara untuk
mengatasi luka lecet dan memar, mengatasi mimisan, mengatasi pingsan, Bantuan Hidup Dasar, mengatasi luka bakar, mengatasi dislokasi, mengatasi fraktur, Keracunan
-Menjawab dan mendengarkan
5 Menit Penutup Mengevaluasi guru sekolah dasar untuk menjelaskan cara mengatasi luka lecet dan memar, mengatasi mimisan, mengatasi pingsan, Bantuan Hidup Dasar, mengatasi luka bakar, mengatasi dislokasi, mengatasi fraktur, Keracunan
MATERI A.Cara merawat luka
1. Luka gores atau tersayat. Jika luka tersebut adalah luka yang baru, tindakan yang harus dilakukan adalah:
a. Mencuci luka dengan air bersih dan segera beri obat antiseptik yang tersedia.
b. Tutup luka dengan kasa sterilyang kering dan plester atau balut 2. Tindakan pada luka tertutup (memar)
Memar kecil pada umumnya tidak memerlukan perawatan. Bila memar dirasa cukup besar maka berikan kompres dingin untuk membantu menghilangkan rasa sakit dan mengurangi pembengkakan.
3. Tindakan mengatasi perdarahan akibat luka:
a. Letakkan bagian yang luka lebih tinggi dari badan.
b. Gunakan sepotong kain bersih untuk menekan langsung pada sumber perdarahan.
c. Lakukan penekanan 15-20 menit atau sampai terfiksasi sehingga tak ada lagi perdarahan.
d. Jika dengan penekanan perdarahan tidak berhenti, lakukan pengikatan luka dengan kain tipis di sebelah luka bagian yang mendekati tubuh. B.Mimisan dan cara Perawatannya
1. Penyebab Mimisan:
a. Penyebab paling sering adalah benturan atau kebiasaan mengorek hidung.
b. Udara yang kering dan panas mengakibatkan selaput lendir hidung kering dan pecah.
c. Bila hidung tersumbat terus dan berbau busuk, mungkin disebabkan anak memasukka benda ke dalam hidungnya.
e. Pilek dan alergi. Peradangan di rongga hidung dan membuang ingus terlalu keras dapat menyebabkan mimisan.
f. Mencium bahan kimia, misalnya: asam sulfat, bensin, ammonia.
g. Kadang-kadang mimisan adalah gejala dari penyakit darah, misalnya: kurang trombosit, kurang faktor pembekuan darah, leukimia dan lain-lain. Pada penyakit-penyakit tersebut, sering ada gejala lain misalnya: pucat, biru-biru di kulit, dan lain-lain.
h. Mimisan pada orang dewasa , dapat disebabkan karena merokok, hipertensi, konsumsi alkohol atau mengkonsumsi obat yang dapat mengencerkan darah.
i. Anak yang minum obat yang mengandung asetosal dan ibuprofen juga dapat mengalami mimisan karena darah menjadi kurang cepat membeku.
2. Pertolongan Pada Mimisan:
a. Duduk, agar posisi hidung lebih tinggi dari jantung. b. Badan membungkuk sedikit, dan bernafas melalui mulut.
c. Jangan tidur terlentang. Karena aliran darah ke hidung akan bertambah deras, dan darah dapat tertelan.
d. Tekan hidung selama 5 menit. Yang ditekan adalah seluruh bagian depan cuping hidung, tapat di atas lubang hidung.
e. Tangan yang lain dapat digunakan untuk memberi kompres dingin menggunakan es pada tulang hidung, untuk memperlambat aliran darah ke hidung.
f. Bila setelah 5menit masih berdarah, tekan lagi selama 10 menit. g. Kalau masih tetap berdarah bawa ke rumah sakit
Penggunaan daun sirih untuk mimisan kurang baik. Daun sirih merupakan astrigent, yang berfungsi mengecilkan pembuluh darah. Daun sirih dapat menolong, tetapi sterilisasinya kurang terjaga. Jangan-jangan mimisannya sembuh tapi malah terjadi infeksi. Tekan dengan jari akan lebih aman.
C.Pingsan
Pingsan adalah suatu keadaan tidak sadarkan diri seperti orang tertidur yang diakibatkan karena sakit, kecelakaan, kekurangan oksigen, kekurangan darah, keracunan, terkejut/kaget, lapar, haus, kondisi fisik lemah, dan sebagainya. Yang harus dilakukan untuk membantu orang yang pingsan antara lain:
1. Untuk mengembalikan kesadaran orang yang pingsan dapat menggunakan bau-bauan yang menyengat dan merangsang seperti minyak wangi, amoniak, durian, dll.
2. Jika wajah orang yang pingsan itu pucat sebaiknya buat badannya lebih ti nggi dari kepala dengan disanggah sesuatu agar darah dapat mengalir ke kepala korban.
3. Jika muka orang yang pingsan itu merah maka sanggah kepalanya dengan bantal atau sesuatu agar darah di kepalanya bisa mengalir ke tubuh secara normal.
4. Apabila orang yang pingsan muntah, maka sebaiknya miringkan kepalanya agar muntahan korban bisa keluar dengan mudah sehingga jalur pernafasan korban bisa normal kembali.
5. Longgarkan aksesoris dan pakaian korban yang mengganggu jalan pernafasan.
6. Beri minuman hangat bila korban sudah sadar , jangan memberi minum pada saat kesadaran korban belum benar-benar pulih agar tidak tersedak. 7. Baringkan badan dalam posisi pemulihan sambil menunggu bnatuan
D.Bantuan Hidup Dasar
Bantuan hidup dasar merupakan bagian dari pengelolaan gawat darurat medik yang bertujuan:
1. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi.
2. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari korban yang mengalami henti jantung atau henti nafas melalui Resusitasi Jangtung Paru (RJP).
Resusitasi jantung paru (RJP) terdiri dari 2 tahap yaitu:
a. Survei Primer (Primary Survey), yang dapat dilakukan oleh setiap orang. b. Survei Sekunder (Secondary Survey), yang hanya dapet dilakukan oleh
tenaga medis dan paramedic terlatih dan merupakan lanjutan dari survey primer.
Dalam survei primer difokuskan pada bantuan nafas dan bantuan sirkulasi serta defibrilasi. Untuk dapat mengingat dengan mudan tindakan survei primer maka dirumuskan dengan abjad A, B, C yakni:
A = airway (jalan nafas) : pemeriksaan jalan napas, membuka jalan napas menggunakan teknik head tilt/Chin lift dan jaw trust
B = breathing (bantuan napas): dengan cara menarik nafas biasa lalu tempelkan bibir anda ke bibir korban dengan perantara alat pelindung diri (face mask, face shield) lalu hembuskan perlahan.
C = circulation (bantuan sirkulasi): Lakukan kompresi sebanyak 30x kemudian diselingi dengan nafas buatan sebanyak 2x. Ini merupakan satu siklus.
E. Pemberian pertolongan pertama pada luka bakar:
1. Hentikan proses luka bakar dengan memindahkan sumber panas. Pastikan pakaian yang terbakar supaya didinginkan. Jangan lepaskan kain atau benda lain yang terbakar, kecuali benda tersebut jatuh.
3. Jika penyelamat datang dalam waktu beberapa menit, sirami area luka dengan air dingin. Jangan memberikan es.
4. Sirami sebagian luka bakar akibat kimia denganair kran yang mengalir terus-menerus dan lembut sampai bantuan darurat tiba.
5. Selalu periksa wadah kimia untuk mendapatkan petunjuk penanganan darurat.
6. Awasi adanya menggigil jika menggunakan air untuk mendinginkan luka bakar yang menutupi lebihh dari 10% tubuh. Ganti ke balutan steril dan kering jika terjadi menggigil.
7. Jangan meletakkan apa pun selain air atau zat yang telah diprogramkan secara khusus untuk penanganan luka bakar.
8. Lepaskan perhiasan korban.
9. Pantau jalan napas, pernapasan dan sirkulasi individu. Bersiap untuk melakukan CPR.
10.Jika luka baka berlebihan tutupi dengan akin kering, tidak lengket dan steril. Jangan menggunakan kassa.
11.Pastikan balutan untuk tetap dingin dan basah. Pastikan untuk menjaga individu tetap hangat dan pantau adanya hipotermia.
12.Cegah kontaminasi luka sebisa mungkin.
13.Tangani syok bila trejadi. Nyeri, kehilangan cairan tubuh, dan ansietas berkontribusi pada terjadinya syok.
F. Cedera Muskuloskeletal
Cedera muskuloskeletal adalah cedera yang mengenai tulang, otot atau sendi. Setelah seseorang mengalami MVA atau jatuh, lihat kemungkinan masalah yang akan terjadi berikut ini:
1. Fraktur (patah tulang): terputusnya terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang pada umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Fraktur dapat dibagi menjadi:
b) Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena terdapat perlukaan pada kulit. Pertolongan Pertama pada fraktur
Membelat
Belat adalah alat yang digunakan untuk mengimmobilisasi bagian tubuh yang fraktur atau terkilir. Dapat menggunakan benda yang keras dan lurus. Belat darurat yang baik digunakan untuk lengan adalah majalah yang dililitkan membungkus lengan dan diikat. Setiap benda yang lurus dan panjang dapat digunakan sebagai pembelat sementara untuk tungkai. Jangan mengikat belat terlalu ketat karena dapat memutus sirkulasi darah ke ekstremitas.
Belat yang efektif digunakan untuk fraktur jari kaki adalah menggunakan jari yang berada di dekatnya, plester jari bersamaan (buddy taping). Hal yang sama juga dilakukan pada jari tangan jika mengalami fraktur.
2. Dislokasi: Pergeseran tulang dari sendi.
Terkadang sulit menentukan apakah seseorang terjadi kesleo atau fraktur. Jika ragu mengenai derajat cedera, asumsikan bahwa fraktur terjadi dan tangani korban dengan tepat hingga diagnosis yang pasti ditemukan. Gunakan es sebagai penanganan untuk fraktur atau kesleo hingga bantuan medis datang atau tersedia. Biasanya seseorang akan mengalami nyeri ketika bergerak atau mengangkat benda beratsetelah mengalami fraktur. Jangan menyuruh individu untuk berdiri atau berjalan pada bagian yang diduga mengalami fraktur untuk memeriksa nyeri, karena hal itu akan memprburuk keadaan atau cedera.
Ingat akronim RICE dalam prosedur darurat untuk mengatasi terkilir dan cedera regang:
R = Rest (Istirahat) I = Ice (Es)
E = Elevation (elevasi, posisikan bagian tubuh yang cedera tetap lebih tinggi dari jantung jika memungkinkan)
G.Keracunan
Racun adalah sesuatu yang meskipun dalam jumlah sedikit namun apabila masuk ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan jaringan tubuh, sehingga mengganggu kesehatan, menyebabkan kecelakaan, bahkan dapat membawa kematian. Pertolongan pertama pada keracunan makanan:
1. Untuk mengurangi kekuatan racun, berikan air sebanyak-banyaknya 2. Jika korban dalam kondisi sadar, usahakan untuk memuntahkannya.
Lakukan dengan memasukkan jari pada kerongkongan leher dan posisi badan lebih tinggi dari kepala untuk memudahkan kontraksi.