• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKUITAS MEREK DAN KEPUTUSAN PEMBELIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EKUITAS MEREK DAN KEPUTUSAN PEMBELIAN"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

vii

EKUITAS MEREK DAN KEPUTUSAN PEMBELIAN

(Studi Tentang Korelasi Ekuitas Merek Rokok LA Lights Terhadap

Keputusan Pembelian di Kalangan Mahasiswa Perokok S1 Komunikasi

Transfer Fisip UNS Angkatan 2008 dan 2009)

Diajuan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Persyaratan Guna

Mencapai

Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

DISUSUN OLEH :

Fajar Aditya Tri Utama

D 1208560

S1 SWADANA TRANSFER ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

2

PERSETUJUAN

Skripsi Berjudul :

EKUITAS MEREK DAN KEPUTUSAN PEMBELIAN (Studi Tenatng Korelasi Ekuitas Merek Rokok LA Lights Terhadap Keputusan Pembelian di Kalangan Mahasiswa Perokok S1 Komunikasi

Transfer Fisip UNS Angkatan 2008 dan 2009)

Karya :

Fajar Aditya Tri Utama

D 1208560

Disetujui untuk dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi

Jurusan Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, Januari 2011

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Tanti Hermawati, S.Sos, M.Si Mahfud Anshori, S.Sos, M.Si

(3)

commit to user

(4)

commit to user

4 MOTTO

v Life is not perfect but you’ve got to move on !

v Suatu kehidupan yang penuh kesalahan tak hanya lebih berharga

namun juga lebih berguna dibandingkan hidup tanpa melakukan

apapun

v Jangan pernah menyerah pada keadaan karena orang yang berhasil

di dunia adalah orang yang bangkit dan mencari keadaan yang

mereka inginkan, dan kalau mereka tak menemukannya, mereka

akan menciptakannya

v Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila

kamu telah selesai ( dari sesuatu urusan ), kerjakanlah dengan

sungguh-sungguh ( urusan ) yang lain, dan hanya kepada

Tuhanmulah hendaknya kamu berharap

v Saya selalu ingin menjadi orang yang berarti. Seandainya berhasil,

maka itu sebagian adalah karena saya cukup berani menerima

cobaan selama perjalanan hidup ini, dan sebagian lagi karena banyak

(5)

commit to user

5

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan dan ucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak dan Ibu tersayang, untuk do’a

dan semangatnya selama ini.

2. Spesial buat sesorang yang selalu

menjadi penyemangatku (LFH). I

Love You Forever. Bawalah aku ke

dalam mimpimu, aku takkan

kecewakan kamu walaupun itu

semua hanya sebatas mimpi.

Jadikan aku kekasih hatimu, aku

menginginkan kamu, Sunguh2

merasa ku jatuh cinta pada dirimu.

(For LFH)

3. Teman-teman yang mengenal aku

terima kasih atas dukungan dan

semangatnya

4. Kawan-kawan di Komunikasi

(6)

commit to user

6

KATA PENGANTAR

Assalamua’alaikum Wr. Wb,

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala

berkah, rahmat dan segala karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun skripsi

ini. Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan kelulusan penyelesaian studi

pada Jurusan Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penyeleseaian skripsi ini tentunya tidak akan memberikan hasil

yang memuaskan apabila tidak disertai dengan bimbingan dan bantuan baik moril

dan materiil kepada penulis. Untuk itu pada kesempatan ini penulis sampaikan

ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. H. Supriyadi, SN. SU selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ibu Dr. Prahastiwi Utari, M.Si selaku Ketua Jurusan Komunikasi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah

memberikan bantuan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Tanti Hermawati, S.Sos., M.Si selaku Pembimbing I yang telah banyak

(7)

commit to user

7

4. Bapak Mahfud Anshori, S. Sos., M.Si selaku Pembimbing II yang juga telah

banyak membantu memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan

skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Komunikasi yang telah memberikan bimbingan

serta ilmunya selama masa perkuliahan demi kelancaran penulis dalam

penyusunan skripsi ini.

6. Sesorang yang selalu menjadi penyemangat yang telah banyak memberi

inspirasi kepada penulis (LFH).

7. Ayah dan Ibu yang telah memberikan segalanya, doa dan kesabaran yang amat

berarti untuk penulis, serta kebahagiaan untuk mereka yang menjadi semangat

utama penulis dalam menyeleseikan skripsi ini.

8. Semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung

yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Untuk itu penulis hanya bisa memanjatkan doa semoga Allah SWT akan

membalas semua budi baik yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis pun menyadari bahwa dalam membuat Skripsi, tidak terlepas dari

kelemahan dan kekurangan. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang bersifat

membangun sangat penulis harapkan sebagai masukan yang sangat berarti.

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

Surakarta, Januari 2011

(8)

commit to user

8

DAFTAR ISI

HALAMAN

JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

ABSTRACT ... xv

ABSTRAK ... xvi

(9)

commit to user

9

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Landasan Teori ... 6

1. Komunikasi ... 8

2. Komunikasi Pemasaran ... 14

3. Ekuitas Merek ... 19

4. Komunikasi Pemasaran dan Ekuitas Merek ... 40

5. Kepututsan Pembelian ... 41

6. Hubungan antara Ekuitas Merek dengan Keputusan Pembelian ... 45

F. Diagram Hubungan Antar Variabel ... 45

G. Hipotesa ... 46

H. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional... 47

1. Definisi Konseptual ... 47

2. Definisi Operasional ... 50

I. Metodologi Penelitian... 57

(10)

commit to user

10

2. Metode Penelitian ... 57

3. Lokasi Penelitian ... 58

4. Populais dan Sampel ... 58

5. Jenis Data ... 59

6. Tehnik Pengumpulan Data ... 59

7. Analisis Data ... 60

BAB II. DEBKRIPSI LOKASI DAN OBJEK PENELITIAN A. Gambaran umum Fisip UNS ... 66

B. LA Lights ... 78

BAB III. PENYAJIAN DATA A. Variabel Independen Ekuitas Merek ... 79

B.Variabel Dependen Keputusan Pembelian ... 104

(11)

commit to user

11

B. Hubungan antara Brand association dengan Keputusan Pembelian ... 123

C. Hubungan antara Perceived quality dengan Keputusan Pembelian ... 128

D. Hubungan antara Brand Loyalty dengan Keputusan Pembelian ... 134

E. Uji Validitas... 140

F. Uji Realibilitas ... 143

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 145

B. Saran ... 146

DAFTAR PUSTAKA

(12)

commit to user

12

DAFTAR TABEL

TABEL

Tabel 3.1 Top Of Mind ... 25

Tabel 3.2 Brand Recall ... 44

Tabel 3.3 Brand recognition ... 45

Tabel 3.4 Brand Unaware ... 46

Tabel 3.5 Kesan responden mengenai Kualitas LA Lights ... 46

Tabel 3.6 LA Lights dapat Memenuhi Kebutuhan Konsumsi ... 47

Tabel 3.7 harga LA Lights untuk isi 16 batang yaitu Rp. 9.500 ... 54

Tabel 3.8 Tagline LA Lights “Enjoy Aja” dengan Gaya Hidup Responden .. 55

Tabel 3.9 Responden Berpersepsi Bagus terhadap Kualitas LA Lights ... 55

Tabel 3.10 Ketahanan Kualitas LA Lights ... 56

Tabel 3.11 Keandalan Rasa dan Aroma LA Lights ... 57

Tabel 3.12 Responden berpindah ke rmerek lain karena pengaruh harga ... 58

Tabel 3.13 Responden berpindah ke rokok merek lain mencari variasi ... 59

(13)

commit to user

13

Tabel 3.16 Kepuasan responden mengkonsumsi LA Lights ... 62

Tabel 3.17 Responden ikut mempromosikan LA Lights ... 63

Tabel 3.18 Membeli LA Lights karena pengaruh pihak eksternal ... 64

Tabel 3.19 Kebutuhan dan keinginan membeli LA Lights ... 65

Tabel 3.20 Pencarian informasi mengenai LA Lights ... 66

Tabel 3.21 Pencarian informasi LA Lights dari media ... 67

Tabel 3.22 Harga menjadi pertimbangan responden ... 68

Tabel 3.23 Dasar pertimbangan responden membeli LA lights ... 69

Tabel 3.24 Kepuasan responden setelah melakukan pembelian ... 70

Tabel 4.1 Hubungan antara Brand awareness dengan keputusan pembelian ... 72

Tabel 4.5 Hubungan antara Brand association dengan keputusan pembelian . 72 Tabel 4.9 Hubungan antara Perceived quality dengan keputusan pembelian ... 73

Tabel 4.13 Hubungan antara Brand loylty dengan keputusan pembelian ... 74

Tabel 4.18 Hasil Uji Validitas Ekuitas Merek dan Keputusan Pembelian ... 75

(14)

commit to user

14

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR

Gambar I Model Proses Komunikasi ... 14

Gambar II Proses Komunikasi berdasar Harold Lasswell ... 17

Gambar III Hubungan Antar Kategori Kesadaran Merek... 25

Gambar IV Proses Keputusan Pembelian ... 44

Gambar 1 Bagan Hubungan Antar Variabel ... 46

(15)

commit to user

15

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisioner

Lampiran 2 Tabel Kerja Untuk Menghitung Korelasi Variabel X1 dan Y

Lampiran 3 Tabel Kerja Untuk Menghitung Korelasi Variabel X2 dan Y

Lampiran 4 Tabel Kerja Untuk Menghitung Korelasi Variabel X3 dan Y

Lampiran 5 Tabel Kerja Untuk Menghitung Korelasi Variabel X4 dan Y

Lampiran 6 Tabel kerja Variabel Dependen Brand Awareness

Lampiran 7 Tabel kerja Variabel Dependen Brand Association

Lampiran 8 Tabel kerja Variabel Dependen Perceived Quality

Lampiran 9 Tabel kerja Variabel Dependen Brand Loyalty

(16)

commit to user

16 ABSTRAK

Fajar Aditya Tri Utama, D1208560, EKUITAS MEREK dan KEPUTUSAN PEMBELIAN (Studi Tentang Korelasi Ekuitas Merek Rokok LA Lights Terhadap Keputusan Pembelian di Kalangan Mahasiswa Perokok S1 Komunikasi Transfer Fisip UNS Angkatan 2008 dan 2009).

Skripsi ini berawal dari permasalahan yang menarik dari sebuah produk keluaran PT DJARUM KUDUS, yang merupakan produsen dari LA Lights. Tiap beberapa periode LA Lights mengalami perubahan dari bentuk gambar di kemasan serta warna kemasan yang menyertainya. Ini juga berhubungan dengan brand equity (ekuitas merek) yang menyertai LA Lights. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara elemen-elemen brand equity (ekuitas merek), (termasuk didalamnya brand awareness, brand association, perceived quality, dan brand loyalty) dengan keputusan pembelian yang dilakukan oleh Mahasiswa S1 Komunikasi Transfer Fisip UNS Angkatan 2008 dan 2009.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian penjelas (explanatory research), yang berusaha menjelaskan hubungan kausal antar variabel melalui pengujian hipotesa dan merupakan survei yaitu mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data pokok. Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel brand equity (ekuitas merek) sebagai variabel independen, dan variabel keputusan pembelian sebagai variabel dependen. Untuk mengetahui hubungan antar variabel, penelitian ini menggunakan analisa statistik Korelasi Tata Jenjang Spearman untuk data kembar.

(17)

commit to user

17 ABSTRACT

Aditya Fajar Tri Utama, D1208560, and DECREE BRAND EQUITY PURCHASES (Studies Correlation LA Lights Cigarette Brand Equity Purchase Decision Against Smokers Among University Students Transfer Communication S1 Fisip UNS Angkatan 2008 and 2009).

This thesis begins with an interesting problem from a product output PT DJARUM KUDUS, which is the producer of LA Lights. Every few periods LA Lights change from the form image on packaging and packaging that accompanies color. It is also associated with brand equity (brand equity) that accompany the LA Lights. The purpose of this study is to determine whether there is a significant relationship between the elements of brand equity (brand equity), (including brand awareness, brand association, perceived quality, and brand loyalty) with purchasing decisions made by Student Transfer Communication S1 Fisip UNS Angkatan 2008 and 2009.

This research is explanatory research, which seeks to explain the causal relationship between variables by testing the hypothesis and is a survey that was taking samples from a population and used a questionnaire to collect basic data. This study used two variables: the variable brand equity as independent variables, and variable purchasing decisions as the dependent variable. To determine the relationship between variables, this study uses statistical analysis Spearman Correlation Level Governance for twin data.

(18)

commit to user

18 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan dunia saat ini berjalan dengan pesat, yang menciptaan

suatu persaingan yang semakin ketat. Hal ini menuntut para produsen untuk

peka, kritis dan reaktif terhadap perubahan yang ada, politik sosial-budaya dan

ekonomi.

Pemasaran modern memerlukan lebih dari sekedar mengembangkan

produk yang baik, menawarkannya dengan harga yang menarik, dan

membuatnya mudah didapat oleh pelanggan sasaran. Salah satu strategi

komunikasi yang paling efektif adalah promosi. Promosi merupakan elemen

dalam marketing mix yang dipakai perusahaan untuk memasarkan

kebutuhannya. Promosi dipandang sebagai arus informasi atau persuasi satu

arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada

tindakan untuk menciptakan pertukaran dalam pemasaran. Jadi, promosi

merupakan salah satu aspek yang penting dalam manajemen pemasaran, dan

sering dikatakan sebagai “proses berlanjut” ini disebabkan karena promosi

dapat menimbulkan rangkaian kegiatan selanjutnya dari perusahaan.

Perusahaan-perusahaan selalu mencari cara-cara untuk mendapatkan efisiensi

dengan mengganti satu alat promosi dengan yang lain, bila keadaan

(19)

commit to user

19

Produk barang atau jasa yang sukses selalu memiliki merek yang kuat atau

dominan di pasar. Beberapa perusahaan yang peka terhadap nilai suatu merek

akan sepenuhnya menyadari bahwa merek menjadi identitas diri dari

perusahaan dan menjadi value added dalam menjual produknya. Merek

memang bukan sekedar nama, simbol, istilah, atau tanda saja, lebih dari itu

merek merupakan ‘janji’ perusahaan untuk secara konsisten memberikan

gambaran, semangat, dan pelayanan pada konsumen.

Produk yang berkualitas dengan harga bersaing merupakan kunci utama

dalam memenangkan persaingan, yang pada akhirnya akan dapat memberikan

nilai kepuasan yang lebih tinggi kepada pelanggan. Pelanggan kini memiliki

tuntutan nilai yang jauh lebih besar dan beragam karena pelanggan

dihadapkan pada berbagai pilihan produk, berupa barang maupun jasa yang

dapat mereka beli. Dalam hal ini penjual harus memberikan kualitas produk

yang dapat diterima, karena bila tidak, pelanggan akan segera beralih kepada

produk lain/pesaing. Perusahaan perlu memantau lingkungan yang terus

berubah secara terus-menerus dan menyesuaikan strategi pemasaran untuk

menjawab tantangan dan peluang-peluang baru. Perkembangan lingkungan

dapat menyebabkan perubahan pada kebutuhan dan keinginan

seseorang/selera konsumen. Demikian juga dengan berkembangnya produk

rokok yang beredar di Surakarta. Rokok merupakan kebutuhan yang sangat

populer dan sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Indonesia.

Pengelolaan merek bukan merupakan pekerjaan sederhana, tantangan serta

(20)

commit to user

20

yang terjadi dalam lingkungan pemasaran. Misalnya perubahan dari perilaku

konsumen, strategi-srtategi kompetitif, aturan-aturan pemerintah dan aspek

lain lingkungan pemasaran dapat mempengaruhi keberhasilan suatu merek.

Disamping kekuatan-kekuatan eksternal, pengaruh internal juga tidak dapat

diabaikan, beragamnya aktivitas dan perubahan dalam fokus strategi terhadap

merek yang dipasarkan.

Banyak faktor yang mempengaruhi konsumen dalam keputusan pembelian

barang dan jasa. Mempelajari dan menganalisis konsumen dalam keputusan

pembelian adalah hal yang penting, sebab dengan pengetahuan dasar yang bai

tentang perilaku konsumen akan dapat memberikan masukan yang berarti bagi

perencanaan yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen.

Perkembangan industri rokok di Indonesia sangat berkembang pesat,

ditandai dengan munculnya merek-merek rokok baru yang beredar di

Indonesia, baik dalam skala lokal ataupun nasional.

Rokok LA Lights adalah rokok yang cocok untuk usia 18-25 tahun, karena

LA Lights terkenal dengan rokok yang banyak promosi, semisal membuat

acara di kampus-kampus ataupun sekolahan dengan sponsor LA Lights dan

mendatangkan artis yang sudah terkenal misal acara konser musik, lomba film

indie dan masih banyak lagi acara dari LA Lights yang mengusung anak muda

sebagai target pasarnya, sehingga LA Lights identik dengan rokoknya anak

muda, selain itu LA Lights juga mendapatkan posisi rokok yang tersedia

(21)

commit to user

21

Rokok LA light dibuat secara "TRIPLE BLENDED", yaitu 3x proses,

untuk memperoleh campuran tembakau dan cengkeh yaitu lebih halus dan rata

di setiap batang rokok.

Pada hakekatnya merek merupakan aset prestisius bagi semua perusahaan.

Dalam kondisi pasar yang kompetitif, preferensi dan loyalitas pelanggan

adalah salah satu kunci kesuksesan. Hal tersebut mudah dipahami karena

perusahaan dewasa ini merupakan pertempuran persepsi konsumen, tidak

hanya sekedar pertempuran sebuah produk.

Merek merupakan elemen pemasaran yang paling penting dan sangat

menarik untuk dipelajari lebih lanjut. Hal ini dikarenakan merek menyimpan

banyak manfaat dan berguna untuk menentukan strategi pemasaran dari

produk rokok LA Lights yang berusaha untuk menguasai pasar dan bersaing

di pasar dengan produk rokok yang lainnya.

Suksesnya suatu bisnis atau produk konsumen tergantung pada

kemampuan target pasar dalam membedakan satu produk dengan produk

lainnya. Merek adalah alat utama yang digunakan oleh pemasar untuk

membedakan produk mereka dari produk pesaingnya. Merek pada hakikatnya

merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberi seperangkat atribut,

manfaat dan pelayanan. Merek juga sangat bernilai karena mampu

mempengaruhi pilihan atau preferensi konsumen. Merek yang dibangun

dengan penciptaan struktur mental yang berhubungan dengan perusahaan,

(22)

commit to user

22

melakukan keputusan pembelian. Lebih jauh merek suatu produk bisa

dianggap sebagai aset terbesar bagi perusahaan karena merek yang sudah

sukses di pasar mempunyai potensi yang besar untuk mampu menghasilkan

keuntungan bagi perusahaan.

Merek yang prestisius dapat disebut memiliki ekuitas merek (brand equity)

yang kuat. Suatu produk dengan ekuitas merek yang kuat dapat membentuk

landasan merek (brand platform) yang kuat dan mampu mengembangkan

keberadaan suatu merek dalam persaingan dengan jangka waktu yang lama.

Oleh karena itu pengetahuan tentang elemen-elemen ekuitas merek dan

pengukurannya sangat diperlukan untuk menyusun langkah strategis dalam

meningkatkan eksistensi merek yang akhirnya dapat meningkatkan

keuntungan perusahaan.

Hubungan antara ekuitas merek dengan proses keputusan pembelian

konsumen terletak pada keyakinan-keyakinan dan pilihan konsumen

(preference) atas suatu merek yang merupakan sikap dari konsumen. Dalam

banyak hal, sikap terhadap merek tertentu sering mempengaruhi apakah

konsumen akan membeli atau tidak.

Penelitian ini dilakukan di kalangan mahasiswa perokok SI Komunikasi

Transfer Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret

Surakarta (FISIP UNS) angkatan 2008 dan 2009 dengan alasan bahwa

populasi tersebut memiliki bobot yang representatif sesuai dengan harapan

(23)

commit to user

23

mayoritas diantara mereka adalah perokok. Dan mereka pernah

mengkonsumsi rokok LA Lights.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian lebih lanjut dengan mengambil judul Ekuitas Merek dan Keputusan

Pembelian (Studi Tentang Korelasi Ekuitas Merek Rokok LA Lights Terhadap

Keputusan Pembelian di Kalangan Mahasiswa Perokok S1 Komunikasi

Transfer Fisip UNS Angkatan 2008 dan 2009).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka permasalahan dapat

dirumuskan :

1. Apakah Brand Awwareness (Kesadaran Merek) memiliki hubungan

yang signifikan terhadap keputusan pembelian LA Lights di kalangan

mahasiswa perokok S1 Ilmu Komunikasi Transfer FISIP UNS

Angkatan 2008 dan 2009?

2. Apakah Brand Association (Asosiasi Merek) memiliki hubungan yang

signifikan terhadap keputusan pembelian LA Lights di kalangan

mahasiswa perokok S1 Ilmu Komunikasi Transfer FISIP UNS

Angkatan 2008 dan 2009?

3. Apakah Perceived Quality (Persepsi Kualitas) memiliki hubungan

(24)

commit to user

24

mahasiswa perokok S1 Ilmu Komunikasi Transfer FISIP UNS

Angkatan 2008 dan 2009?

4. Apakah Brand Loyality (Loyalitas Merek) memiliki hubungan yang

signifikan terhadap keputusan pembelian LA Lights di kalangan

mahasiswa perokok S1 Ilmu Komunikasi Transfer FISIP UNS

Angkatan 2008 dan 2009?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan maka tujuan penelitian ini

adalah:

1. Untuk mengetahui apakah elemen dari Brand Equity (Ekuitas Merek)

Brand Awwareness (Kesadaran Merek), brand association (Asosiasi

Merek), Perceived Quality (Persepsi Kualitas), dan Brand Loyality

(Loyalitas Merek) hubungan yang signifikan terhadap keputusan

pembelian LA Lights di kalangan mahasiswa perokok S1 Ilmu

Komunikasi Transfer FISIP UNS Angkatan 2008 dan 2009.

D. Manfaat Penelitian

1. Akademis

Penelitian ini merupakan pengujian antara Ekuitas Merek dengan

Keputusan Pembelian sehingga diharapkan dapat memberi gambaran

(25)

elemen-commit to user

25

elemennya (Brand awareness, Brand Association, Perceived Quality,

Brand Loyalty) terhadap Keputusan Pembelian.

2. Praktis

Memberi gambaran tentang hubungan antara Ekuitas Merek yang

dilihat dari elemen-elemennya (Brand awareness, Brand Association,

Perceived Quality, Brand Loyalty) terhadap Keputusan Pembelian.

E. Landasan Teori

Untuk menjawab permasalahan tersebut, ada beberapa teori yang harus

ditelaah terlebih dahulu agar pembahasan tidak menyimpang dari tujuan

penelitian semula. Disamping itu pengkajian terhadap teori akan memudahkan

peneliti dalam menemukan model metodologis yang sesuai untuk

pengumpulan data dan analisis data selanjutnya. Adapun teori-teori yang

dimaksud adalah:

1. Komunkasi

a. Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu yang dijelaskan dengan menjawab pertanyaan yang mencakup pengirim (who), yang menyampaikan pesan (says what), melalui suatu saluran media massa (in wich channel), kepada

(26)

commit to user

26

Disadari atau tidak manusia satu dengan yang lain tidak

selalu bisa berdekatan. Mereka terkadang terpisah oleh jarak yang

berjauhan, untuk lebih mendekatkan suatu hubungan antar sesama

manusia memerlukan jalinan hubungan yang disebut komunikasi.

Unsur-unsur komunikasi seperti yang telah dijelaskan oleh

Harlod Lasswell dikenal dengan formula Laswell yaitu :

Sedangkan Menurut Hovland, janis dan elly, komunikasi didefinisikan sebagai “The prosess by wich an individual (The communicator) transmits stimuli (Usually verbal) to modify the behavior of other individuals (The audience)”.2 Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa proses

penyampaian lambang-lambang kepada khalayak ditujukan untuk merubah

perilaku positif atau negatif sehubungan dengan pesan yang diterima

melalui proses komunikasi.

Dalam suatu komunikasi agar makna dapat diterima oleh pihak

yang dituju secara benar dan menyeluruh maka komunikasi memerlukan

adanya suatu proses yang kita sebut sebagai proses komunikasi, dimana

semua aktivitas komunikasi melibatkan delapan elemen berikutu ini3 :

2

Jalaudin Rakhmat. Psikologi Komunikasi (edisi revisi). PT Remaja Rosda Karya. Bandung. 2002. Hal 3

3

(27)

commit to user

27

1. Sumber (source).

Source atau pengiriman adalah orang atau kelompok orang

(misalnya sebuah perusahaan) yang memiliki pemikiran

(ide, rencana, penjualan, dan lain-lain) untuk disampaikan

kepada orang atau kelompok orang yang lain.

2. Penerjemah (encoding).

Suatu proses menerjemahkan pemikiran ke dalam

bentuk-bentuk simbolis. Sumber tersebut memilih tanda-tanda

spesifik dari berbagai kata, struktur, kalimat, simbol, dan

unsur nonverbal yang amat luas pilihannya untuk

menerjemahkan sebuah pesan sehingga dapat

dikomunikasikan dengan efektif kepada khalayak sasaran.

3. Pesan (message).

Message merupakan proses encoding yang merupakan

petunjuk perkembangan dari sebuah pesan yang berisi

sebuah informasi atau menyampaikan arti. Pesan dapat

bersifat verbal atau non verbal, lisan atau tertulis, atau

berupa simbolik. Sebuah pesan harus ditempatkan dalam

sebuah bentuk pengiriman yang cocok atau sesuai channel

(28)

commit to user

28

4. Saluran penyampaian pesan (message channel).

Channel atau Saluran adalah suatu metode dimana

komunikasi berjalan dari sumber atau pengirim kepada

penerima yang dimaksudkan atau dituju. Perusahaan

menggunakan media elektronik dan media cetak sebagai

saluran untuk menyampaikan pesan iklan kepada pelanggan

dan calon pelanggan.

5. Interpretasi (decoding).

Melibatkan aktivitas yang dilakukan pihak penerima dalam

menginterpretasi atau mengartikan pesan pemasaran.

6. Penerima (reciver).

Penerima atau reciver merupakan tempat bagi pengirim

berbagai pemikiran atau informasi. Dalam suatu target

pasar biasanya penerima adalah para konsumen, reciver

juga disebut sebagai pendengar, pesan yang diterima oleh

reciver supaya dapat diterima terlebih dahulu harus

memecahkan kode itu. Memecahkan kode dalam pengertian

ini adalah proses menjelmakan pesan pengirim kembali ke

pikiran.

Proses ini dipengaruhi oleh bidang atau kerangka acuan

(29)

commit to user

29

efektif berarti penerima memahami dan dengan tepat

menginterpretasikan apa yang sumber sedang berusaha

untuk komunikasikan. Seperti terlihat dalam gambar

dibawah menunjukkan, sumber dan penerima

masing-masing mempunyai suatu kerangka acuan (lingkaran di

sekitar masing-masing) bahwa mereka membawa kepada

situasi komunikasi. Komunikasi efektif mungkin terjadi

ketika ada beberapa landasan unum antara kedua situasi

komunikasi ini adalah diwakili oleh overlap dua lingkaran.

Semakin luas pengetahuan pengirim punyai tentang

penerima, maka hal tersebut semakin dapat memahami

kebutuhan mereka, serta menimbulkan rasa empati dengan

mereka.

7. Gangguan (noise).

Merupakan gangguan atau campur tangan atau

penyimpangan yang tidak direncanakan yang dikenal

sebagai suara gaduh, noise boleh juga terjadi sebab bidang

pengirim dan penerima tumpang-tindih mengakibatkan

pesan mempunyai maksud atau arti berbeda kepada

(30)

commit to user

30

8. Umpan balik (feedback).

Reaksi penerima setelah melihat, mendengar, atau

membaca pesan yang dikenal sebagai suatu tanggapan atau

feedback. Tanggapan penerima dapat terbentang dari

tindakan segera, feedback dapat berupa reaksi langsung

seperti pertanyaan, komentar sampai tanggapan nonverbal

seperti isyarat.

Untuk lebih jelasnya semua peran dari delapan elemen aktifitas

komunikasi tersebut, dituangkan dalam skema proses komunikasi dibawah

(31)

commit to user

31

Gambar I

Model Proses Komunikasi4

Komunikasi sendiri terbagi menjadi tiga bentuk, yang pertama

adalah komunikasi pribadi (personal communication) yaitu komunikasi

seputar diri pribadi seseorang, baik dalam fungsinya sebagai komunikator

maupun sebagai komunikan. Tatanan komunikasi ini terdiri dari dua jenis,

yakni komunikasi intrapribadi (intrapersonal) dan komunikasi antarpribadi

(interpersonal communication).5

Kedua, komunikasi kelompok (group communicatiom) yaitu

komunikasi dengan kelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang.

4

Terence A. Shimp, Periklanan Promosi Dan Aspek tambahan Komunikasi pemasaran Terpadu. Erlangga. Jakarta. 2003. Hal. 162

5

(32)

commit to user

32

Apabila jumlah prang dalam kelompok itu sedikit berarti bahwa kelompok

itu kecil dan komunikasi yang berlangsung disebut sebagai komunikasi

kelompok kecil (small group communicatin).

Dan jika jumlahnya banyak berarti merupakan kelompok besar dan

komunikasi yang berlangsung dinamakan komunikasi kelompok besar

(large group communication).6

Sedangkan yang ketiga adalah komunikasi massa (mass

communication) yaitu komunikasi massa yang menyiarkan informasi,

gagasan dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang

banyak dengan menggunakan media.7

2. Komunikasi Pemasaran (Marketing Comminications)

Perusahaan mengembangkan merek agar mereka dapat bersaing di

pasaran. Besarnya ekuitas merek ini jika dilihat dari perspektif konsumen

ialah sebesar pengenalan mereka atas merek tersebut dan menyimpannya

dalam memori beserta asosiasi merek yang mendukung yang mengarahkan

mereka kepada sikap positif terhadap produk dan mempengaruhi niat

(intentions) serta memfasilitasi pembelian.

Komunikasi pemasaran dapat dipahami dengan menguraikan dua

unsur pokoknya, yaitu komunikasi dan pemasaran. Komunikasi adalah

6

Ibid. hal. 75

7

(33)

commit to user

33

proses di mana pemikiran dan pemahaman disampaikan antar individu, atau

antara organisasi dengan individu. Arti penting komunikasi adalah bahwa

seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud

pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau sikap), perasaan-perasaan apa yang

ingin disampaikan oleh orang tersebut.

Untuk lebih memahami pengertian komunikasi, kita merujuk pada

pendapat Harold D Lasswell dalam buku “A Confenience Way to Describe

An Act of Communication is to Answer The Following Questions,” yang

menjelaskan cara yang terbaik untuk memahami komunikasi ialah

menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Who, Says What, In Which

Channel, To Whom dan With What Effect.8 Berdasarkan pendapat tersebut, komunikasi dapat dipahami sebagai suatu proses yang menjelaskan;

siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa, dan dengan akibat

apa atau hasil pengaruh apa.

Kemudian, paradigma Lasswell tersebut menjadi dasar bagi Philip

Kotler dalam merumuskan proses komunikasi yang disajikan dalam bagan

model berikut:

8

(34)

commit to user

34

GAMBAR II

PROSES KOMUNIKASI PHILIP KOTLER BERDASARKAN

PARADIGMA HAROLD LASSWELL

Dari gambar bagan di atas menerangkan unsur-unsur dalam proses

komunikasi yang ideal setidaknya meliputi9:

1) Sender: Komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau

sejumlah orang.

2) Encoding: Penyandian, yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk

lambang.

3) Message: Pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang

disampaikan oleh komunikator.

4) Media: Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator

kepada komunikan.

5) Decoding: Proses di mana komunikan menetapkan makna pada lambang

yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

(35)

commit to user

35

6) Receiver: Komunikan yang menerima pesan dari komunikator.

7) Response: Tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah

diterima pesan.

8) Feedback: Umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila

tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.

9) Noise: Gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi

sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda

dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

Sedangkan pemasaran merupakan sekumpulan kegiatan di mana

perusahaan dan organisasi lainnya mentransfer nilai-nilai (pertukaran)

antara merek dengan pelanggannya. Dari dua definisi di atas, kita dapat

melihat bahwa inti dari kegiatan komunikasi hampir sama dengan

pemasaran, sehingga keduanya merupakan dua aspek yang tak terpisahkan.

Menurut Shimp jika kedua konsep tersebut digabungkan, maka

komunikasi pemasaran merepresentasikan gabungan dari semua unsur

dalam bauran pemasaran merek yang memfasilitasi terjadinya pertukaran

dengan menciptakan suatu arti yang disebarluaskan kepada konsumen.

Sehingga usaha komunikasi pemasaran tersebut diarahkan kepada

pencapaian satu atau lebih tujuan-tujuan dibawah ini10 :

a. Membangkitkan keinginan akan suatu kategori produk

b. Menciptakan kesadaran akan merek (brand awareness)

10

(36)

commit to user

36

c. Mendorong sikap positif terhadap produk dan mempengaruhi niat

(intentions)

d. Memfasilitasi pembelian.

Dengan kata lain, tujuan komunikasi pemasaran ini terjadi dalam tiga

tingkatan pada diri konsumen. Tahap pertama yang ingin dicapai adalah

aspek kognitif, yaitu membangkitkan knowledge (pengetahuan) konsumen

terhadap suatu merek dengan memberikan informasi yang dibutuhkan atas

pengguanaan sebuah produk atau jasa, sehingga mereka mengetahui

keberadaan sebuah merek yang melambangkan atau mewakili suatu

produk tertentu.

Tahapan kedua pada aspek afektif, yaitu terjadinya perubahan sikap

dalam kebiasaan konsumen (costomer behavior). Jadi mendorong sikap

positif terhadap produk dan mempengaruhi niat pembelian (intention) juga

termasuk di dalam aspek afektif. Tahap ketiga pada aspek konatif yang

mempengaruhi perilaku konsumen. Pada tahap ini sangat dekat dengan

keputusan konsumen, apakah mereka akan membeli produk atau tidak, serta

menyangkut loyalitas konsumen yang bersangkutan.

Komunikasi pemasaran yang baik dapat terjadi jika informasi yang

disampaikan dapat mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli

suatu produk. Keputusan konsumen saat mempertimbangkan pembelian

terhadap suatu produk sangat dipengaruhi oleh berbagai informasi yang

(37)

commit to user

37

yang berbeda pula, karena setiap sumber informasi dapat menimbulkan

persepsi yang berbeda-beda.

3. Ekuitas Merek (Brand Equity)

a. Pengertian Ekuitas Merek

Ekuitas merek adalah seperangkat aset dan liabilitas yang

berkaitan dengan suatu merek, nama atau simbolnya yang dapat

menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah

barang atau jasa kepada perusahaan atau para pelanggan

perusahaan11.

Brand equity (ekuitas merek) adalah seperangkat aktiva

(assets) dan kewajiban (liabilities) merek yang terkait dengan

sebuah merek, nama dan simbolnya, yang menambah atau

mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah produkatau jasa

kepada sebuah perusahaan dan atau pelanggan perusahaan12.

Aktiva dan kewajiban yang mempengaruhi ekuitas merek meliputi

brand awareness (kesadaran merek), brand association (asosiasi

merek), perceived quality (persepsi kualitas), dan brand loyalty

(loyalitas merek). Perhatian yang diberikan atas ekuitas merek

telah meningkatkan pengakuan eksekutif dan nilai nama merek dan

11

David Aaker, Manajemen Euitas Merek : Memanfaatan Nilai Suatu Merek, Terjemahan Aris Ananda, Spektrum. 1997. Hal. 22-23

12

(38)

commit to user

38

arti penting pengelolaan ekuitas merek selama daur hidup merek

tersebut.

Brand equity (ekuitas merek) is the control on purchase

exerted by a brand and by virtue of this, the brand as an asset that

can be exploited to produce revenue13, yang memiliki arti ekuitas

merek atau kekuatan merek adalah kontrol dari pembelian dengan

menggunakan merek, dan kebaikan dari merek, merek sebagai

asset yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan pendapatan.

Nilai ini dicerminkan dalam cara konsumen berfikir, merasa, dan

bertindak terhadap merek, harga, pangsa pasar, dan profibilitas

yang dimiliki perusahaan. Brand equity (ekuitas merek) merupakan

aset tak berwujud yang penting, yang memiliki nilai psikologi dan

keuangan bagi perusahaan.

Brand equity (ekuitas merek) yang tinggi memberikan

sejumlah keunggulan kompetitif:

1) Perusahaan akan menikmati penurunan biaya

pemasaran karena tingkat kesadaran konsumen dan

loyalitas konsumen yang tinggi.

2) Perusahaan akan memiliki tuasan dagang dalam

berunding dengan para distributor dan pengecer

13

(39)

commit to user

39

karena mereka mengharapkan untuk menjual merek

tersebut.

3) Perusahaan dapat mematok harga yang lebih tinggi

dibandingkan para pesaingnya karena merek

tersebut mempunyai mutu tinggi (menurut anggapan

para konsumen).

4) Perusahaan dapat dengan mudah meluncurkan

perluasan merek karena nama merek mempunyai

kredebilitas yang tinggi.

5) Merek menawarkan perlindungan kepada

perusahaan melawan kompetisi harga yang alot14.

Dalam suatu produk memiliki dua nialai. Yang pertama,

nilai objektif. Nilai ini diperoleh manfaat fungsional produk. Nilai

kedua adalah nilai total. Nilai total mengandung nialai obyektif

ditambah nilai yang disumbangkan merek. Sumbangan merek

terhadap nilai total produk yang disebut dengan ekuitas merek15.

Brand Equity (ekuitas merek) dapat mempengaruhi rasa

percaya diri konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian

14

Henry Simamora. Op Cit. Hal 495

15

(40)

commit to user

40

atas dasar pengalaman masa lalu dalam penggunaan atau

kedekatan, asosiasi dengan berbagai karakteristik merek. Dalam

kenyataannya, persepsi konsumen terhadap kualitas dan brand

association (asosiasi merek) dapat meningkatkan kepuasan

konsumen16.

b. Elemen-elemen Brand Equity (Euitas Merek)

1) Brand Awareness (Kesadaran Merek)

a) Pengertian Brand Awareness (Kesadaran Merek)

Kesadaran (awareness) menurut Durianto, Sugiarto dan

Budiman (2004) menggambarkan keberadaan merek di

dalam pikiran konsumen, yang dapt menjadi penetu dalam

beberapa kategori dan biasanya mempunyai peranan kunci

dalam brand equity. Meningkatkan kesadaran adalah suatu

mekanisme untuk memperluas pasar merek.

Sedangkan brand awareness (kesadaran merek) adalah

kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali,

mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu

kategori produk tertentu17. Bagian dari suatu kategori produk

16

Aaker, David, Building Strong Brand, New York, The Free Prss. 1996. Hal 20

17

(41)

commit to user

41

perlu ditekankan karena terdapat suatu hubungan yang kuat

antara kategori produk dengan merek yang dilibatkan.

b) Tingkatan Brand Awareness (Kesadaran Merek)

Peran brand awareness (kesadaran merek) dalam brand

equity tergantung pada tingkatan pencapaian kesadaran di

benak konsumen. Urutannya adalah sebagai berikut :

· Top of Mind. Merek yang pertama muncul dalam

ingatan apabila seseorang diingatkan pada kategori

produk tertentu.

· Familiar brand. Merek yang diingat atau hafal di

luar kepala, tetapi muncul bukan sebagai yang

pertama. Top of mind dan familiar brand merupakan

brand recall, yaitu merek yang dapat diingat di luar

kepala.

· Brand recognition. Merek yang diketahui tetapi

tidak diingat.

· Brand unaware. Mereka yang tidak tahu merek18.

18

(42)

commit to user

42 Gambar III

Hubungan Antar Kategori Kesadaran Merek19

2) Brand Association (Asosiasi Merek)

a) Pengertian Brand Association (Asosiasi Merek)

Brand association (asosiasi merek) adalah sesuatu yang

berkaitan dengan ingatan mengenai sebuah produk. Asosiasi

ini tidak hanya eksis, namun juga memiliki suatu tingkat

kekuatan. Keterikatan pada suatu merek akan lebih kuat

apabila dilandasi pada banyak pengalaman atau penampakan

untuk mengkonsumsinya20.

Asosiasi merek adalah segala sesuatu yang dihubungkan

dengan daya ingat konsumen terhadap suatu merek. Konstruk

19

Bilson Simamora. Ibid. Hal 85

20

(43)

commit to user

43

ini merupakan bentuk mix dari kesadaran dan asosiasi merek.

Asosiasi merek akan menjadi lebih kuat ketika konsumen

banyak mendapatkan pengalaman dari produk atau dari

komunikasi periklanan yang sering diterima dibandingkan

produk lain yang lebih sedikit.

b) Sumber-Sumber Brand Association (Asosiasi Merek)

Ada sebelas sumber asosiasi produ, yaitu :

· Atribut Produk (Product Atributes)

Mengasosiasikan atribut atau karakteristik suatu

produk merupakan strategi positioning yang paling

sering digunakan. Mengembangkan asosiasi

semacam ini efektif karena jika atribut tersebut

bermakna, asosiasi dapat secara lansung

diterjemahkan dalam alasan pembelian suatu merek.

· Atribut Tak Berwujud (Intangibles Atributes)

Suatu faktor tak berwujud merupakan atribut umun,

seperti halnya perspsi kualitas, kemajuan teknologi,

atau kesan nilai yang mengikhtisarkan serangkaian

(44)

commit to user

44

· Manfaat bagi Pelanggan (Costumer’s Benefits)

Sebagian besar atribut produk memberikan manfaat

bagi pelanggan, maka biasanya terdapat hubungan

antar keduanya.

· Harga Relatif (Relative Price)

Evaluasi terhadap suatu merek di sebagian kelas

produk ini akan diawali dengan penentuan posisi

merek tersebut dalam satu atau dua dari tingkat

harga.

· Penggunaan (Application)

Pendekatan ini adalah dengan mengasosiasikan

merek tersebut dengan suatu penggunaan atau

aplikasi tertentu.

· Pengguna atau Pelanggan (User/Customer)

Pendekatan ini adalah dengan mengasosiasikan

sebuah merek dengan sebuah tipe pengguna atau

(45)

commit to user

45

· Orang Terkenal atau Khalayak (Celebrity/Person)

Mengaitkan orang terkenal atau artis dengan sebuah

merek dapat mentransfer asosiasi kuat yang dimiliki

oleh orang terkenal ke merek tersebut.

· Gaya Hidup atau Kepribadian (Life

Style/Personality)

Asosiasi sebuah merek dengan suatu gaya hidup

dapat diilhami oleh asosiasi para pelanggan merek

tersebut dengan aneka kepribadian dan karakteristik

hidup yang hampir sama.

· Kelas Produk (Product Class)

Mengasosiasikan sebuah merek menurut kelas

produknya.

· Para Pesaing (Competitors)

Mengetahui pesaing dan berusaha untuk menyamai

(46)

commit to user

46

· Negara atau Wilayah Geografis

(Country/Geographic Area)

Sebuah negara dapat menjadi simbol yang kuat

asalkan memiliki hubungan yang erat dengan

produk, bahan, dan kemampuan21.

3) Perceived Quality (Perspsi Kualitas)

a) Perngertian Perceived Quality (Persepsi Kualitas)

Persepsi kualitas (perceived quality) adalah kepercayaan

konsumen terhadap keseluruhan kualitas suatu produk22.

Sedangkan persepsi kualitas merek adalah persepsi

pelanggan terhadap kualitas suatu merek produk23. Persepsi

kualitas produk akan berpengaruh secara langsung kepada

keputusan pembalian konsumen dan loyalitas mereka

terhadap merek. Jika persepsi konsumen pada kualitas

negatif, produk tidak akan disukai dan tidak akan bertahan

lama di pasar. Sebaliknya, jika positif, produk akan disukai.

21

Durianto, Sugiarto, dan Tony Sitinjak. Ibid. Hal. 41

22

Joe Chapman and Rush Wahlers. A Revision and Empirical Test of The Extended Price-Perceived Quality Model. Journal of Marketing Theory & Practice. 1999. Hal. 53-64

23

(47)

commit to user

47

Persepsi kualitas adalah penilaian subyektif konsumen

mengenai superioritas sebuah produk, pengalaman pribadi

terhadap produk, kebutuhan yang unik, dan situasi konsumsi

yang dapat mempengaruhi penilaian subyektif konsumen

terhadap kualitas. Dimensi ini diukur dari penilaian subyektif

konsumen tentang kualitas merek produk yang lebih pada

kualitas secara keseluruhan dari merek produk dibandingkan

unsur secara individu.

Persepsi terhadap kualitas adalah suatu persepsi

konsumen mengenai kualitas atau superioritas suatu produk

atau jasa24. Persepsi terhadap kualitas keseluruhan dari suatu

produk dapat menentukan nilai dari produk tersebut dan

berpengaruh kepada keputusan pembelian dan loyalitas

mereka terhadap merek. Persepsi kualitas yang positif akan

mendorong keputusan pembelian dan menciptakan loyalitas

terhadap produk tersebut. Persepsi konsumen terhadap

kualitas merupakan kunci penentu pertimbangan konsumen

dalam memberikan penilaian. Persepsi pelanggan akan

melibatkan apa yang penting bagi pelanggan karena setiap

pelanggan memiliki kepentingan yang berbeda-beda terhadap

suatu produk. Jika persepsi konsumen terhadap kualitas

negatif, produk tidak akan disukai dan tidak akan bertahan

24

(48)

commit to user

48

lama di pasar. Sebaliknya, jika persepsi konsumen terhadap

kualitas positif, produk akan disukai25.

Menurut Aaker dalam Bilson Simamora, perceived

quality (persepsi kualitas) adalah persepsi pelanggan

terhadap kualitas atau keunggulan suatu produk atau layanan

ditinjau dari fungsinya secara relatif dengan

produk-produk26. Perceived quality (persepsi kualitas) berbeda

dengan konsep-konsep lain tentang kualitas seperti :

1) Kualitas aktual atau objektif (actual or objective

quality) adalah kemampuan produk atau layanan

memberikan fungsi yang menjajikan.

2) Kualitas produk (product based quality) adalah sifat

dan kuantitas kandungan, fitur, dan layanan

tambahan.

3) Kualitas manufaktur (manufacturing quality) adalah

kesesuaian dengan spesifikasi, hasil akhir yang

tanpa cacat (zero defect).

25

Dodds, William B, Monroe, Kent B., and Grewal Dhruv, Effect of Price. Brand and Store Information on Buyers : Product Evaluations, Journal of Marketing Research, Vol. XXVIII. 1991. Hal. 307-319

26

(49)

commit to user

49

b) Manfaat Perceived Quality (Persepsi Kualitas)

Menurut Aaker (1991)27 secara umum, apabila suatu

produk telah memiliki percived quality (persepsi kualitas)

yang tinggi, perusahaan yang menghasilkan produk tersebut

telah memiliki return on investment (ROI) yang tinggi pula.

Manfaat lainnya ketika suatu produk atau perusahaan

memiliki perceived quality (persepsi kualitas) yang tinggi

yaitu :

· Alasan membeli. Perceived quality merupakan

alasan kenapa sebuah merek dipertimbangkan dan

dibeli.

· Diferensiasi dan pemosisian produk. Kita ingin

memilih aspek tertentu sebagai keunikan dan

kelebihan produk.

· Harga optimum. Sebuah merek yang memiliki

perceived quality jyga mempunyai arti penting bagi

para pengecer, ditributor, dan berbagai pos saluran

lainnya. Mereka lebih mudah menerima produk

yang oleh konsumen dianggap berkualitas tinggi.

27

(50)

commit to user

50

· Perluasan merek (brand extension). Sebuah merek

yang memiliki perceived quality dapat digunakan

sebagai merek produk lain yang berbeda28.

c) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perceived Quality

(Persepsi Kualitas)

Dalam menentukan suatu produk atau jasa telah

memiliki perceived quality atau tidak, perlu diketahui

terlebih dahulu faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Namun, apa yang mempertimbangkan dalam menilai kualitas

berbeda antara satu orang dengan orang yang lainnya. Tapi,

secara garis besar dapat ditarik kesimpulan bahwa ada dua

faktor kualitas yang mempengaruhi perceived quality yaitu

sebagai berikut :

1) Kualitas Produk

a) Kinerja : kemampuan produk melaksanakan

fungsi utamanya.

b) Karakteristik produk

c) Kesesuaian dengan spesifikasi

28

(51)

commit to user

51

d) Keandalan : kosistensi kinerja dari satu

pembelian hingga pembelian berikutnya.

e) Ketahanan : mencerminkan kehidupan

ekonomis produk atau berapa lama produk

tersebut dapat bertahan dalam keadaan baik.

f) Pelayanan : mencerminkan kemampuan

memberikan pelayanan.

g) Hasil akhir : menunjukkan pada munculnya

atau dirasakannya kualitas.

2) Kualitas Layanan

a) Aspek fisik : penampilan fasilitas fisik,

peralatan, personil, dan material komunikasi.

b) Keandalan : kemampuan untuk pelayanan yang

dijanjikan secara akurat.

c) Kompetisi : pengetahuan dan kesopanan para

karyawan dan kemampuan merek untuk

menciptakan keyakinan akan kualitas

pelayanan dalam diri konsumen.

d) Tanggung jawab : kesediaan untuk membantu

(52)

commit to user

52

terhadap permintaan pelayanan dalam waktu

yang singkat.

e) Empati : perhatian dan kesungguhan

memahami kebutuhan konsumen29.

4) Brand Loyalty (Loyalitas Merek)

a) Pengertian Brand Loyalty (Loyalitas Merek)

Brand loyalty (loyalitas merek) adalah suatu ukuran

keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek. Ukuran ini

mampu memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya

seorang pelanggan beralih ke merek produk lain, terutama

jika merek tersebut didapati adanya perubahan, baik

menyangkut harga ataupun atribut lainnya.

Definisi lain menyatakan brand loyalty (loyalitas merek)

adalah sikap menyenangi terhadap suatu merek yang

direpresentasikan dalam pembelian yang konsisten terhadap

merek sepanjang waktu30.

29

Bilson Simamora. Loc Cit. Hal. 79-80

30

(53)

commit to user

53

b) Pendekatan Brand Loyalty (Loyalitas Merek)

Ada dua pendekatan untuk memahami brand loyalty

(loyalitas merek) yaitu:

1) Pendekatan Instrumental Conditioning, yang

memandang bahwa pembelian yang konsisten

sepanjang waktu adalah menunjukkan loyalitas

merek. Perilaku pengulangan pembelian

diasumsikan merefleksikan penguatan atau stimulus

yang kuat. Pengukuran bahwa seorang konsumen

itu loyal atau tidak dilihat dari frekuensi dan

konsistensi perilaku pembeliannya terhadap satu

merek.

2) Pendekatan Behavioral, menekankan bahwa

loyalitas dibentuk oleh perilaku, dan oleh karena itu

perilaku pembelian berulang adalah loyalitas.

Sementara itu pendekatan kognitif memandang

bahwa loyalitas merek merupakan fungsi dan proses

psikologis (decision making)31.

31

(54)

commit to user

54

c) Fungsi Brand Loyalty (Loyalitas Merek)

Ada beberapa potensi yang dapat diberikan oleh brand

loyalty (loyalitas merek) kepada perusahaan yaitu :

1) Reeced marketing cots (mengurangi biaya

pemasaran)

Dalam kaitannya dengan biaya pemasaran, akan

lebih murah mempertahankan pelanggan

dibandingkan dengan upaya mendapatkan

pelanggan baru. Jadi, biaya pemasaran akan

mengecil jika brand loyalty meningkat. Ciri yang

paling nampak dari jenis pelanggan ini adalah

merek membeli suatu produk karena harganya

murah.

2) Trade leverage (meningkatkan perdagangan)

Loyalitas yang kuat terhadap suatu merek akan

menghasilkan peningkatan perdagangan dan

memperkuat keyakinan peratara pemasaran. Dapat

disumpulkan bahwa pembeli ini dalam membeli suatu

(55)

commit to user

55

3) Attracting new customers (menari minat pelanggan

baru)

Dengan banyaknya pelanggan suatu merek yang

merasa puas dan suka pada merek tersebut akan

menimbulkan perasaan yakin bagi calon pelanggan

untuk mengkonsumsi merek tersebut terutama jika

pembelian yang mereka lakukan mengandung resiko

tinggi. Disamping itu, pelanggan yang puas umumnya

akan merekomendasikan merek tersebut kepada orang

yang dekat dengannya sehingga akan menarik

pelanggan baru.

4) Provide time to respond to competitive threats

(memberi waktu untuk merespon ancaman

persaingan)

Brand loyalty akan memberikan waktu pada sebuah

perusahaan untuk merespons gerakan pesaing. Jika

salah satu pesaing mengembangkan produk yang

unggul, pelanggan yang loyal akan memberikan

(56)

commit to user

56

memperbaharui produknya dengan cara

menyesuaikan atau menetralisasikannya32

d) Strategi untuk Memelihara dan Meningkatkan Brand Loyalty

(Loyalitas Merek)

Secara umum, langkah-langkah untuk memelihara dan

meningkatkan brand loyalty (loyalitas merek) adalah dengan

melakukan pemasaran hubungan (relationship marketing),

pemasaran frekuensi (frequency marketing) dan pemasaran

keanggotaan (membership marketing)33. Berikut ini adalah

beberapa contoh untuk memelihara dan meningkatkan brand

loyalty (loyalitas merek) :

1) Menjaga hubungan saling menguntungkan dengan

pelanggan.

2) Menjaga kedekatan dengan pelanggan secara

berkesinambungan.

3) Menciptakan biaya peralihan yang tinggi yang

mampu menyulitkan konsumen untuk berpindah

merek.

32

Durianto, Sugiarto, dan Tony sitinjak, Ibid. Hal 127

33

(57)

commit to user

57

4) Memberi imbalan atas loyalitas pelanggan. Dalam

hali ini pemasar dapat memberi imbalan berupa

hadiah/reward lainnya.

5) Memberi pelayanan ekstra kepada pelanggan.

c. Membangun Brand Equity (Ekuitas Merek)

Pemasar membangun ekuitas merek dengan menciptakanstruktur

pengetahuan yang tepatdan konsumen. Proses ini tergantung pada

semua kontak yang berkaitan dengan merek, apakah diprakasai oleh

pemasar atau tidak. Akan tetapi, dari sudut pandang manajemen

pemasar, ada tiga perangkat utama pendorong ekuitas merek yaitu :

1) Pilihan awal atas unsur-unsur merek atau identitas membentuk

merek (misalnya nama merek, URL, logo, simbol, karakter, juru

bicara, slogan, lagu, kemasan, dan tanda).

2) Produk dan layanan serta semua aktivitas pemasaran yang

menyertai program pemasaran yang mendukung.

3) Asosiasi lain yang secara tidak langsung dialihkan ke merek

dengan menautkannya dengan beberapa antitas lain (misalnya

pribadi, tempat, atau barang)34.

34

(58)

commit to user

58

4. Komunikasi Pemasaran dan Ekuitas Merek

Komunikasi Pemasaran memainkan peranan penting dalam

membangun ekuitas merek. Komunikasi pemasaran yang terkait dengan

saluran produk, harga dan distribusi diperlukan untuk membangun ekuitas

merek. Tugas ini dilakukan melalui media komunikasi pemasaran dalam

bentuk iklan. Komunikasi pemasaran sangat penting dalam membangun

titik kesamaan, serta titik perbedaan dengan persaingan, membuat kesan

dalam benak konsumen terkemuka untuk pengembangan dari ekuitas merek

yang kuat berbasis konsumen dan juga untuk mengembangkan hubungan

jangka panjang.

Inti dari semua aktivitas komunikasi pemasaran pada akhirnya adalah

kemampuan untuk meningkatkan ekuitas merek. Peningkatan ekuitas

tentunya tergantung pada kesesuaian dari unsur-unsur pemasaran.

Komuniksi pemasaran memainkan peran yang amat vital dalam

menginformasikan merek-merek baru kepada pelanggan, keunggulan merek

tersebut dan meningkatkan citra merek. Ekuitas merek baru dapat dikatakan

meningkat apabila konsumen sudah familiar dengan merek tersebut dan

memiliki asosiasi yang disukai (favorable), kuat (strong) dan mungkin pula

unik (unique) mengenai merek di dalam benak mereka.35

35

(59)

commit to user

59

5. Keputusan Pembelian

a. Pengambilan Keputusan Pembelian

1) Keterlibat Konsumen dan Pembuatan Keputusan Pembelian

Sebelum konsumen melakukan keputusan pembelian

terhadap suatu produk atau jasa, terlebih dahulu harus dipahami

sifat-sifat keterlibatan konsumen terhadap produk berarti pemasar

berusaha mengidentifikasi hal-hal yang menyebabkan sesorang

merasa harus terlibat atau tidak dalam pembelian suatu produk. Oleh

karena itu, bisa dikatakan bahwa ada konsumen yang mempunyai

keterlibatan rendah (low involvement) atau keterlibatan tinggi (high

involvement) atas pembelian suatu produk.

Assael dalam buku Sutisna36 mengidentifikasi kapan

komsumen mempunyai keterlibatan tinggi terhadap suatu produk

sebagai berikut :

a) Apakah produk itu penting bagi konsumen. Dalam hal ini

apakah produk itu menjadi citra diri bagi konsumen.

b) Apakah produk itu secara terus-menerus menarik bagi

konsumen.

36

(60)

commit to user

60

c) Apakah produk membawa/menimbulkan resiko.

Produk-produk yang mempunyai resiko tinggi baik resiko keuangan

maupun resiko sosial.

d) Mempunyai daya tarik emosional.

e) Apakah produk-produk itu bisa diidentifikasikan pada

norma-norma kelompok.

2) Proses keputusan Pembelian

Ada lima tahap atau proses yang harus dilalui oleh seorang

calon konsumen atau pembeli sebelum melakukan tindakan berupa

pembelian suatu produk. Lima tahap tersebut yaitu :

a) Pengenalan Kebutuhan

Proses pembelian dimulai dengan pengenalan kebutuhan

(need recognitin), pembeli menyadari suatu masalah atau

kebutuhan. Kebutuhan dapat dipicu oleh rangsangan

internal ketika salah satu kebutuhan normal seseorang

seperti rasa lapar, haus, seks, timbul pada tingkat yang

cukup tinggi sehingga menjadi dorongan. Kebutuhan juga

bisa dipicu oleh rangsangan eksternal. Pada tahap ini,

pemasar harus meneliti konsumen untuk menemukan jenis

(61)

commit to user

61

menyebabkannya, dan bagaimana masalah itu bisa

mengarahkan konsumen pada produk tertentu ini.

b) Pencarian informasi

Yaitu tindakan seseorang yang terdorong akan

kebutuhannya akan mencari informasi lebih lanjut. Jika

dorongan konsumen itu kuat dan produk yang memuaskan

ada di dekat konsumen itu, maka konsumen mungkin akan

membelinya kemudian. Jika tidak, konsumen bisa

menyimpan kebutuhan itu. Dalam tahap pencarian

informasi dikenal dua tingkat yang berbeda yaitu :

perhatian yang meningkat, yang ditandai dengan pencarian

informasi yang sedang–sedang saja, dan pencarian

informasi secara aktif akan dilakukan dengan mencari

informasi ke segala sumber.

c) Evaluasi Alternatif

Evaluasi alternatif adalah tahap dimana konsumen

memproses informasi untuk sampai pada pilihan merek.

Tahap proses keputusan pembelian dimana konsumen

menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek

alternatif dalam sekelompok pilihan. Namun, banyak

(62)

commit to user

62

sederhana dan tunggal dalam semua situasi pembelian.

Sebagai gantinya, beberapar proses evaluasi dilaksanakan.

d) Keputusan Pembelian

Dalam tahap evaluasi, konsumen menentukan peringkat

merek dan membentuk niat pembelian. Pada umumnya,

keputusan pembelian (purchase decision) konsumen adalah

membeli merek yang paling disukai, tetapi dua faktor bisa

berada antara niat pembelian dan keputusan pembelian.

e) Perilaku Pasca Pembelian

Setelah membeli produk, konsumen akan merasa puas atau

tidak puas dan terlibat dalam perilaku pascapembelian

(postpurchase behavior) yang harus diperhatikan pemasar.

Tahap ini merupakan tahap proses keputusan pembelian di

mana konsumen mengambil tindakan selanjutnya setelah

pembelian, berdasarkan kepuasan atau ketidakpuasan

mereka37.

Gambar IV. Proses keputusan Pembelian (Sumber : Kotler & Gary Amstrong, 2008: 179)

37

(63)

commit to user

63

6. Hubungan antara Ekuitas Merek dengan Keputusan Pembelian

Brand equity (ekuitas merek) dapat mempengaruhi rasa percaya diri

konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian atas dasar pengalaman

masa lalu dalam penggunaan atau kedekatan, asosiasi dengan berbagai

karakteristik merek. Dalam kenyatannya, persepsi konsumen terhadap

kualitas dan brand association (asosiasi merek) dapat meningkatkan

kepuasan konsumen38. Hubungan antara ekuitas merek dengan proses keputusan

pembelian konsumen terletak pada keyakinan-keyakinan dan pilihan konsumen

(preference) atas suatu merek yang merupakan sikap dari konsumen. Dalam

banyak hal, sikap terhadap merek tertentu sering mempengaruhi apakah konsumen

akan membeli atau tidak.

F. Diagram Hubungan Antar Variabel

Variabel Independen Variabel Dependen

38

Aaker, David, Building Strong Brand, New York, The Free Prss. 1996. Hal 20

Keputusan Pembelian ( Y ) Brand Awareness (kesadaran merek) : X1

Brand Assosciation (asosiasi merek) : X2

Perceived Quiality (persepsi kualitas) : X3

Gambar

  GAMBAR II
Gambar III
Gambar IV. Proses keputusan Pembelian
TABEL 3.1 Merek rokok yang pertama kali terlintas adalah LA Lights
+7

Referensi

Dokumen terkait

The method of this study is library research. The primary source is the novel entitled My Name is Red. The secondary sources are taken from books and articles which

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini meliputi: (1) bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran melalui

Untuk membuktikan hubungan tingkat perkembangan kognitif anak yang menderita epilepsi umum usia 6 sampai 68 bulan dengan frekuensi kejang.. Untuk membuktikan

Sumber belajar terdiri atas pesan (segala informasi dalam bentuk ide, fakta, dan data yang disampaikan kepada anak didik), orang (manusia yang berperan sebagai

Hal ini terjadi karena dalam penelitian ini, sampel yang sama digunakan untuk menghitung besarnya effect size lebih dari satu kali (misalnya pada studi Choiu, 2001,

Analisa estimasi biaya ini dapat diambil dari total bobot yang diberikan untuk parameter kemiringan lahan, parameter sudut, dan parameter tata guna lahan sebesar 499 ditambah

Berdasarkan hasil pembahasan dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persentase sekolah terklasifikasi hitam tingkat kota/kabupaten yang ada di Provinsi

Konsep kurikulum yang ideal juga dapat mengarahkan peserta didik untuk mampu mencapai tujuan hidupnya yang utama dengan berbekal kemampuan mengelola daya yang ia