• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS NORMAL PADA NY, Y UMUR 24 TAHUN P1A0 NIFAS 2 JAM NORMAL DI BPS NY S LUMBIR - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS NORMAL PADA NY, Y UMUR 24 TAHUN P1A0 NIFAS 2 JAM NORMAL DI BPS NY S LUMBIR - repository perpustakaan"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Medis

1. Definisi

Masa nifas (puerperium) di mulai setelah kelahiran plasenta dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti ke keadaan

sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu (Sarwono,

2008, h : 122)

Masa nifas (puerperium) di mulai setelah plasenta lahir dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saifuddin,

2006, h : N-23)

Periode pasca partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir

sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum

hamil. ( Bobak, 2005, h : 492)

Kesimpulan dari teori di atas yaitu masa nifas adalah di mulai

setelah kelahiran plasenta sampai pemulihan alat-alat kandungan

berlangsung selama 6 minggu

B. Klasifikai Masa Nifas

Menurut (Kumaira marsya,2012 h;305). Masa nifas di bagi

menjadi 3 periode yaitu :

1. Puerperium dini yaitu kepulihan di mana ibu telah diperbolehkan

berdiri dan berjalan-jalan

2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat

(2)

3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan

sehat sempurna terutama bila selama hamil atau persalinan

mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat dan sempurna bisa

berminggu-minggu atau bulan atau tahun.

C. Tahapan Masa Nifas

Menurut (Saleha, 2009, h: 5) tahapan yang terjadi pada masa

nifas adalah sebagai berikut :

1. Periode immediate postpartum

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada

masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan

karena Antonia uteri. Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus

melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lochia,

tekanan darah, dan suhu.

2. Periode early postpartum (24 jam- 1 minggu)

Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan

normal tidak ada perdarahan, lochia tidak berbau busuk, tidak

demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu

dapat menyusui dengan baik.

3. Periode last partum (1minggu- 5 minggu)

Pada periode ini, bidan tetap melakukan perawatan pemeriksaan

sehari-hari serta konseling KB.

D. Perubahan Fisiologi Masa Nifas

Perubahan –perubahan dari alat reproduksi yaitu :

1. Involusi uteri

Uterus yang pada waktu hamil penuh beratnya 11 kali berat

sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500g satu minggu

(3)

Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50 sampai 60g. (Bobak,

20005, h :439)

Tabel 1.1 Tinggi Fundus Uteri dan Berat Uterus Menurut Masa

Involusi

No Involusi TFU Berat Uterus

1. Bayi Lahir Setinggi pusat 1.000gr 2. 1 Minggu Pertengahan Pusat Sympisis 750gr 3. 2 Minggu Tidak Teraba diatas Sympisis 500gr 4. 6 Minggu Normal 50gr

5. 8 Minggu Normal tapi sebelum hamil 30gr

Sumber : (Cuningham, 2010, h: 200)

2. Lochia

Lokia adalah secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina

dalam masa nifas (Sarwono, 2002, h: 241)

a. Pada hari pertama dan kedua lokia rubra atau lokia kruenta,

terdiri atas darah segar bercampur sisa-sisa selaput ketuban,

sel-sel desidua, sisa-sisa verniks kaseosa, lanugo, dan

mekonium

b. Hari berikutnya darah bercampur lendir dan disebut lokia

sanguinolenta.

c. Setelah satu minggu lokia cair, tidak berdarah lagi warnanya

agak kuning, disebut lokia serosa.

d. Setelah dua minggu lokia hanya merupakan cairan putih

disebut sebagai lokia alba.

3. Servik .

Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. Delapan

belas jam pascapartum, serviks memendek dan konsistensinya

menjadi lebih padat dan kembali seperti semula. Serviks setinggi

(4)

beberapa hari setelah ibu melahirkan. Muara serviks yang

berdilatasi 10cm sewaktu melahirkan, menutup secara bertahap.

Dua jari mungkin masih dapat di masukkan kedalam muara

serviks pada hari ke-4 sampai ke-6 pascapartum, tetapi hanya

tangkai kuret terkecil yang dapat dimasukkan pada hari ke-2.

Muara serviks eksterna tidak akan berbentuk lingkaran seperti

sebelum melahirkan, tetapi terlihat memanjang seperti suatu

celah, sering disebut seperti mulut ikan. (Bobak, 2005, h : 495)

4. Vagina

Esterogen pascapartum yang menurun berperan dalam

penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang

semula sangat tegang akan kembali secara bertahap ke ukuran

sebelum hamil, enam sampai 8 minggu setelah bayi lahir. Rugae

akan kembali terlihat pada sekitar minggu ke empat, walaupun

tidak akan semenonjol pada wanita nulipara. Pada umumnya

rugae akan memipih secara permanen. Mukosa tetap atrofik pada

wanita yang menyusui sekurang-kurangnya sampai menstruasi

dimulai kembali. ( Bobak, 2005, h:495)

5. Mamae (fisiologi laktasi)

Selama kehamilan, ukuran payudara meningkat dan beratnya

juga meningkat dari sekitar 200g menjadi 400-600g. pada

kehamilan trisemester pertama, payudara wanita berespon

terhadap perubahan kadar hormon sirkulasi dengan pertumbuhan

duktus-lobus-alveoli. Selama bulan ketiga kehamilan, materi

sekresi yang dikenal sebagai kolostrum mulai tampak dibawah

pengaruh prolaktin, dan pada trisemester akhir alveoli diisi dengan

(5)

benar-benar dipersiapkan untuk laktasi, penyempurnaan fisiologis

siklus reproduksi. (Varney, 2008, h: 985)

A. Ada dua reflex yang masing-masing berperan dalam

pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu :

1. Refleks Prolaktin

Putting susu banyak terdapat ujung syaraf sensoris. Bila di

rangsang oleh hisapan bayi maka akan timbul implus yang

menuju hipotalamus selanjutnya ke hipofisis bagian depan

sehingga kelenjar ini mengeluarkan hormon prolaktin.

Hormone inilah yang berperan dalam produksi ASI ditingkat

Alveolli. Dengan demikian mudah di pahami bahwa makin

sering rangsangan penyusuan makin banyak pula Produksi

ASI.

2. Reflek Oksitosin

Rangsangan susu tidak hanya diteruskan sampai ke

kelenjar hipofisis depan, tetapi juga ke kelenjar hipofisis

bagian belakang, yang mengeluarkan hormone oksitosin.

Hormone ini yang berfungsi memacu kontraksi otot polos

yang berada di dinding alveolus dan dinding saluran

sehingga ASI dipompa keluar. Oksitosin juga memacu

kontraksi otot rahim sehingga involusi rahim makin cepat

dan baik sehingga tidak jarang ibu merasa perutnya mulas

pada hari pertama menyusui dan ini adalah mekanisme

alamiah untuk kembalinya rahim kebentuk semula.

B. Beberapa refleks yang memungkinkan bayi baru lahir untuk

memperoleh ASI adalah sebagai berikut.

(6)

Refleks ini memungkinkan bayi baru lahir untuk

menemukan putting susu apabila ia di letakkan di

payudara.

2. Refleks Menghisap

Yaitu saat bayi mengisi mulutnya dengan putting susu atau

pengganti putting susu sampai ke langit keras dan

punggung lidah. Refleks ini melibatkan rahang, lidah, dan

pipi.

3. Refleks Menelan

Yaitu gerakan pipi dan gusi dalam menekan areola,

sehingga refleks ini merangsang pembentukan rahang

bayi.(Saleha, 2009, h: 16)

C. ASI dibedakan dalam tiga stadium yaitu :

1. Kolostrum

Kolostrum adalah air susu yang pertama kali keluar.

Kolostrum ini disekresi oleh kelenjar payudara pada hari

pertama sampai hari ke empat pasca persalinan.

Kolostrum merupakan cairan dengan viskositas kental,

lengket dan berwarna kekuningan. Kolostrum mengandung

tinggi protein, mineral, garam, vitamin A, nitrogen, sel

darah putih dan antibodi yang tinggi dari pada ASI matur.

Selain itu, kolostrum masih mengandung rendah lemak

dan laktosa. Protein utama pada kolostrum adalah

immunoglobulin, yang digunakan sebagai zat antibodi

untuk mencegah dan menetralisir bakteri, virus, jamur, dan

parasit. Meskipun kolostrum yang keluar sedikit menurut

(7)

payudara mendekati kapasitas lambung bayi yang berusia

1-2 hari. Volume kolostrum antara 150-300 ml/ 24 jam.

Kolostrum juga merupakan pencahar ideal untuk

membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang

baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan

makanan bagi bayi makanan yang akan datang.

2. Asi Transisi / Peralihan

ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah

kolostrum sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak hari

ke-4 sampai hari ke- 10. Selama dua minggu, volume air susu

bertambah banyak dan berubah warna serta komposisinya.

Kadar immunoglobulin dan protein menurun, sedangkan

lemak dan laktosa meningkat.

3. ASI Matur

ASI matur di sekresi pada hari kesepuluh dan

seterusnya ASI matur tampak berwarna putih. Kandungan

ASI matur relative konstan, tidak menggumpal jika di

panaskan. Air susu yang mengalir pertama kali atau saat

lima menit pertama disebut foremik. Foremik lebih encer.

Foremik mempunyai kandungan rendah lemak dan tinggi

laktosa, gula, protein, mineral dan air. Selanjutnya, air susu

berubah menjadi hindmilk. Hindmilk kaya akan lemak dan

nutrisi. Hindmilk membuat bayi akan lebih cepat kenyang.

Dengan demikian bayi akan membutuhkan keduanya, baik

foremik maupun hindmilk. (Dewi maritalia, 2012, h:81)

D. Cara Menyusui Yang Benar

(8)

2. Mengajari ibu untuk mengoleskan sedikit ASI pada puting

susu dan areola

3. Mengajari ibu untuk meletakkan bayi pada satu lengan,

kepala bayi berada pada lekung siku ibu dan bokong bayi

berada pada lengan bawah ibu

4. Mengajari ibu untuk menempelkan perut bayi pada perut

ibu dengan meletakkan satu tangan bayi di belakang

badan ibu dan yang satu di depan, kepala bayi menghadap

payudara

5. Mengajari ibu untuk memposisikan bayi dengan telinga dan

lengan pada garis lurus

6. Mengajari ibu untuk memegang payudara dengan ibu jari

diatas dan jari yang lain menopang dibawah serta jangan

menekan puting susu dan areola

7. Mengajarkan ibu untuk merangsang membuka mulut bayi

dengan menyentuh pipi dengan puting susu atau

menyentuh sudut mulut bayi.

8. Setelah bayi membuka mulut, anjurkan ibu untuk

mendekatkan dengan cepat kepala bayi ke payudara ibu,

kemudian measukkan puting susu serta sebagian besar

areola ke mulut bayi.

9. Setelah bayi mulai menghisap, menganjurkan ibu untuk

tidak memegang atau menyangga payudara lagi

10. Menganjurkan ibu untuk memperhatikan bayi selama

menyusui

11. Mengajari ibu cara melepaskan hisapan bayi yaitu dengan

(9)

12. Setelah selesai menyusui, mengajarkan ibu untuk

mengoleskan sedikit asi pada puting susu dan areola, dan

biarkan kering dengan sendirinya

13. Mengajarkan ibu cara menyendawakan bayi

14. Mengajari ibu untuk selalu menyusukan kedua payudara

secara bergantian.

15. Menganjurkan ibu untuk menyusui setiap bayi meminta

E. Cara memerah ASI

1. Mencuci tangan

2. Duduk dengan nyaman, pegang wadah ASI dekat

payudara

3. Topang payudara dengan satu tangan

4. Gunakakn ibu jari dan jari telunjuk atau jari tengah tangan

yang lain dan tempatkan menyilang terhadap satu sama

lain pada sisi yang berlawanan dari putting di batas luar

areola

5. Dengan menggunakan gerakan memerah, tekan ke

belakang (menjauh dari areola), kemudian kedalam,

kemudian kea rah depan dan kemudian lepas tekankan.

Beri tekanan perlahan tapi mantap. Tekanan yang tidak

perlu dapat menyebabkan trauma jaringan, tetapi tekanan

harus cukup kuat untuk benar-benar mengkompres sinus

6. Amati untuk melihat butiran kolostrum atau susu pada

permukaan putting, yaitu tempat muara duktus berada.

7. Dengan perlahan seka atau serap kolostrum atau susu dari

(10)

8. Sesuai metode, gerakkan ibu jari dan jari mengelilingi

areola, ulangi langkah 4 sampai 7 untuk masing-masing

lokasi. Ada 15 sampai 20 sinus laktiferus semua ini harus

dikosngkan.

9. Ketika pertama kali memerah ASI, lakukan gerakan

memerah tidak lebih dari dua kali untuk masing-masing

payudara agar tidak membuat trauma jaringan ketika

tekhnik ini di pelajari. Setelah semua duktus dapat

mengalirkan susu dengan bebas dan wanita telah

menguasai tekhnik, memerah ASI dapat di lakukan sampai

aliran kolostrum atau susu berhenti. (Varney, 2008, h:

1122)

F. Penyimpanan ASI

Air susu yang dikeluarkan harus diperlakukan dengan

hati-hati, seperti makanan segar lainnya. Air susu harus di

dinginkan, baik dalam lemari es atau dalam pendingin dengan

es batu, segera setelah di keluarkan, asi dapat di simpan

dengan :

1. Suhu kamar maksimum 250C selama 4 jam

2. Dalam lemari es pada 40C (390F) selama 72 jam.

3. Dalam pembeku pada -200C (-40F) selama 3 sampai 6

bulan (Varney, 2008, h: 998)

G. Tanda Bayi Cukup Asi

1. Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam 24 jam dan warnanya

jernih sampai kuning muda

(11)

3. Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun

dan tidur cukup. Bayi yang selalu tidur bukan pertanda

baik.

4. Bayi setidaknya menyusu 10-12 kali dalam 24 jam.

5. Payudara ibu merasa terasa lembut dan kosong setiap kali

selesai menyusui

6. Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI, setiap

bayi mulai menyusu

7. Bayi bertambah berat badannya (Saifuddin, 2006, h : N-26)

H. Manfaat ASI

Menurut (Siti Saleha, 2009, h: 31-34) manfaat dari ASI adalah

1. Manfaat bagi bayi

a. Komposisi sesuai kebutuhan

b. Kalori ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia

enam bulan

c. ASI mengandung zat pelindung

d. ASI menunjang perkembangan kognitif bayi

e. Memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak

f. Dasar untuk perkembangan kepribadian yang percaya

diri

2. Manfaat Bagi Ibu

a. Mencegah perdarahan pascapersalinan dan

mempercepat kembalinya rahim kebentuk semula

b. Mempercepat ibu kembali ke berat sebelum hamil

c. Menunda kesuburan

d. Menimbulkan perasaan dibutuhkan

(12)

3. Manfaat bagi keluarga

a. Mudah dalam proses pemberiannya

b. Mengurangi biaya rumah tangga

c. Bayi yang mendapat ASI jarang sakit, sehingga dapat

menghemat biaya untuk berobat.

4. Manfaat bagi Negara

a. Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaian

obat-obatan.

b. Penghemat devisa dalam hal pembelian susu formula

dan perlengkapan menyusui

c. Mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang

berkualitas.

6. Perubahan Tanda-Tanda Vital

Menurut (Varney, 2008, h: 961) pada masa nifas terjadi

perubahan tanda-tandaa vital yaitu :

a. Tekanan Darah

Segera setelah melahirkan, banyak wanita mengalami

peningkatan sementara tekanan darah sistolik dan

diastolic, yang kembali secara spontan ke tekanan darah

sebelum hamil selama beberapa hari.

b. Suhu

Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,20C.

sesudah partus dapat naik kurang lebih 0,50C dari

keadaan normal, namun tidak akan melebihi 80C.

sesudah dua jam pertama melahirkan umumnya suhu

badan akan kembali normal. Bila suhu lebih dari 38oC,

(13)

c. Nadi

Nadi yang meningkat selama persalinan akhir, kembali

normal setelah beberapa jam pertama pascapartum.

Hemorargi, demam selama persalinan, dan nyeri akut

atau persisten dapat mempengaruhi proses ini. Apabila

denyut nadi diatas 100 selama puerperium, hal tersebut

abnormal dan mungkin menunjukkan adanya infeksi atau

hemorargi pascapartum.

d. Pernafasan

Fungsi pernafasan kembali pada rentang normal wanita

selama jam pertama pascapartum. Nafas pendek, cepat,

atau perubahan lain memerlukan evaluasi adanya

kondisi-kondisi seperti kelebihan cairan,asma, dan

embolus paru.

7. Sistem Muskulosketetal

Adaptasi sistem muskuloskeletal ibu yang terjadi selama

masa hamil berlangsung secara terbalik pada masa

pascapartum. Adaptasi ini mencakup hal-hal yang membantu

relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat

ibu akibat pembesaran rahim. Stabilisai sendi lengkap pada

minggu keenam sampai ke-8 setelah wanita melahirkan.

(Bobak,2005, h : 500)

8. Sistem Urinarius

Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid

yang tinggi) turut menyebabkan peningkatan fungsi ginjal,

sedangkan penurunan kadar steroid setelah wanita

(14)

ginjal selama masa pascapartum. Fungsi ginjal kembali

normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan.

Diperlukan kira-kira dua sampai delapan minggu supaya

hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis

ginjal kembali ke keadaan sebelum hamil. Pada sebagian

kecil wanita, dilatasai traktus urinarius bisa menetap selama

tiga bulan (Bobak, 2005, h: 497)

9. Sistem Pencernaan

Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus

cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir.

Kelebihan analgesia dan anesthesia bisa memperlambat

pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.

Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua

sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa

disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses

persalinan dan pada awal masa pascapartum, diare sebelum

persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan, atau

dehidrasi. Ibu sering kali sudah menduga nyeri saat defekasi

karenya nyeri yang dirasakannya di perineum akibat

episiotomy, laserasi, atau hemoroid. Kebiasaan buang air

yang teratur perlu dicapai kembali setelah tonus usus kembali

normal ( Bobak, 2005 h: 498)

10. Sistem Hematologi

Leukosit adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putih

sampai sebanyak 15.000 selama masa persalinan. Leukosit

akan tetap tinggi jumlahnya selama beberapa hari pertama

(15)

bisa lebih tinggi lagi hingga 25.000-30.000 tanpa adanya

kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan

lama. Jumlah hemoglobin, hematokrit, dan eritrosit sangat

bervariasi dalam puerperium awal sebagai akibat fluktuasi

volume darah, volume plasenta , dan tingkat volume darah

yang berubah-ubah. Semua tingkatan ini akan dipengaruhi

oleh status gizi dan hidrasi wanita tersebut (Varney, 2008, h:

962)

11. Perubahan psikologis pada ibu nifas

Menurut (Saleha, 2009, h: 64), ada tiga tahap perubahan

psikologi masa nifas yaitu :

a. Taking in period

Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih

pasif dan sangat bergantung pada orang lain, focus

perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat

pengalaman melahirkan pada persalinan yang dialami,

serta kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat.

b. Taking hold period

Berlangsung 3-4 hari postpartum, ibu lebih

berkonsentrasi dalam menerima tanggung jawab

sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu

menjadi sangat sensitive, sehingga membutuhkan

bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi

kritikan yang dialamli ibu.

c. Letting go period

Dialami setelah tiba ibu dan bayi dirumah. Ibu mulai

(16)

“seorang ibu” dan menyadari atau merasa kebutuhan bayi

sangat bergantung pada dirinya.

E. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas

Menurut (Saleha, 2009, h: 71) kebutuhan dasar pada ibu nifas

yaitu :

1. Nutrisi dan Cairan

Ibu nifas harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai

berikut :

a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.

b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,

mineral, dan vitamin yang cukup.

c. Minum sedikitnya 3 gelas air setiap hari.

d. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi,

setidaknya selama 40 hari pascapersalinan.

e. Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan

vitam A kepada bayi melalui ASI.

2. Ambulasi

Ambulasi dini ialah kebijaksanaan agar secepat mungkin

bidan membimbing ibu postpartum bangun dari tempat tidurnya

dan membimbing ibu secapt mungkin untuk berjalan.

Keuntungan ambulasi dini adalah sebagai berikut :

a. Ibu merasa lebih sehat dengan ambulasi dini

b. Faal usus dan kandung kemih lebih baik

c. Ambulasi dini memungkinkan kita mengajarkan ibu cara

merawat anaknya selama ibu masih di rumah sakit.

d. Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia (sosial ekonomis).

(17)

a. Buang Air kecil

Ibu diminta untuk buang air kecil 6 jam postpartum. Jika

dalam 8 jam postpartum belum dapat berkemih atau sekali

berkemih belum melebihi 100cc, maka dilakukan kateterisasi.

Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih penuh, tidak perlu

menunggu 8 jam untuk kateterisasi.

b. Buang Air Besar

Ibu post partum diharapkan buang air besar setelah hari

kedua post partum. Jika hari ketiga belum juga BAB, maka

perlu diberi obat pencahar per rectar atau peroral. Jika setelah

pemberian obat pencahar masih belum bisa BAB, maka

dilakukan huknah.

4. Personal Hygne

Pada masa post partum, seorang ibu sangat rentan terhadap

infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk

mencegah terjadinya infeksi. berikut ini adalah langkah-langkah

yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri ibu post

partum:

a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum.

b. Mengajarkan ibu bagaimana cara membersihkan alat kelamin

dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk

membersihkan daerah sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan

kebelakang kemudian membersihkan daerah sekitar anus.

Nasihati ibu untuk membersihkan vulva setiap kali selesai

buang air kecil atau besar.

c. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut

(18)

telah dicuci dengan baik dan dikeringkan dibawah matahari

dan disetrika.

d. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air

sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.

e. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan

kepada ibu untuk menghindari atau menyentuh daerah

tersebut.

f. Perawatan Luka Perineum

1. Kompres Es

Tempatkan bungkusan Es, dari bagian depan ke

belakang, yang dilakukan pada waktu

a. Selama dua jam pertama untuk mengurangi rasa

bengkak dan meningkatkan rasa nyaman

b. Setelah dua jam pertama, setelah melahirkan untuk

mengurangi rasa nyeri

2. Dengan Betadin

a. Siapkan alat-alat seperti : Air hangat ,washlap,handuk

dan pembalut

b. Cuci tangan

c. Lepas pembalut yang kotor dari depan kebelakang

d. Keringkan dengan washlap atau handuk dari depan

kebelakang secara perlahan

e. Olesi kasa, dengan betadin lalu di deepkan betadin tadi

ke luka perineum, dan buang kasa.

f. Pasang pembalut dari depan kebelakang

g. Rapikan alat-alat pada tempatnya

(19)

5. Istirahat dan Tidur

Hal-hal yang bisa dilakukan pada ibu untuk memenuhi

kebutuhan istirahat dan tidur adalah :

b. Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan

yang berlebihan

c. Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah

tangga secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau

beristirahat selagi bayi tidur.

6. Aktivitas Seksual

Aktifitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu masa nifas

harus memenuhi syarat sebagai berikut :

a. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami isteri begitu

darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu-satu

dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman

untuk memulai melakukan hubungan suami isteri kapan saja

ibu siap.

b. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan

suami isteri sampai waktu tertentu, misal setelah 40 hari atau 6

minggu setelah persalinan. Keputusan ini bergantung

pasangan yang bersangkutan.

7. Latihan Senam Nifas

Setelah persalinan terjadi involusi pada hampir seluruh organ

tubuh wanita. Cara untuk mengembalikan bentuk tubuh menjadi

indah dan langsing adalah dengan melakukan latihan dan senam

nifas. Untuk itu beri penjelasan pada ibu tentang hal berikut ini :

a. Diskusikan pentingnya otot-otot perut dan panggul agar

(20)

kuat dan ini juga menjadikan otot perutnya menjadi kuat,

sehingga mengurangi rasa sakit punggung.

b. Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari

sangat pembantu.

a. Dengan tidur terlentang dan lengan disamping, tarik

otot perut selagi menarik nafas, tahan nafas dalam,

angkat dagu ke dada, tahan mulai hitungan 1 sampai 5.

Rileks dan ulangi sebanyak 10 kali.

b. Untuk memperkuat otot tonus jalan lahir dan dasar

panggul lakukanlah keagel.

c. Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot bokong

dan panggul, tahan sampai 5 hitungan. Relaksasi otot ulangi

latihan sebanyak 5 kali.

d. Mulai mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap

minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada

minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap

gerakan sebanyak 30 kali.

8. Perawatan Payudara

Bagi sebagian ibu, aktivitas menyusui kerap dihubungkan

dengan keindahan payudara. Alas an inilah yang membuat

mereka enggan berlama-lama menyusui.

Berikut ini kiat masase payudara yang dapat di praktekan

sejak hari ke- 2 usai persalinan, sebanyak 2 kali sehari.

a. Cucilah tangan sebelum masase

b. Lalu tuangkan minyak ke kedua belah tangan secukupnya.

(21)

c. Sokong payudara kiri dengan tangan kiri, lakukan gerakan

kecil dengan dua atau tiga tangan kanan, mulai dari pangkal

payudara dan berakhir dengan gerakan spiral pada daerah

putting susu.

d. Selanjutnya buatlah gerakan memutar sambil menekan dari

pangkal payudara dan berakhir pada putting susu di seluruh

bagian payudara. Lakukan gerakan memutar pada payudara

kanan

e. Gerakan selanjutnya letakkan kedua telapak tangan di antara

dua payudara. Urutlah dari tengah keatas sambil mengangkat

kedua payudara dan lepaskan keduanya perlahan. Lakukan

gerakan ini kurang lebih 30 kali. Variasi lainnya adalah

gerakan payudara kiri dengan kedua tangan, ibu jari diatas

dan empat jari lainnya dibawah. Peras dangan lembut

payudara sambil meluncurkan kedua tangan kedepan kearah

(22)

f. Lalu cobalah posisi paralel. Sangga payudara dengan satu

tangan, sedangkan tangan lain mengurut payudara dengan

sisi kelingking dari arah pangkal payudara kearah putting

susu. Lakukan gerakan ini sekitar 30 kali. Setelah itu, letakkan

satu tangan disebelah atas dan satu lagi dibawah payudara.

Luncurkan kedua tangan secara bersamaan kearah putting

susu dengan cara memutar tangan. Ulangi gerakan ini sampai

semua bagian payudara terkena urutan.

F. Komplikasi

1. Infeksi Nifas

Infeksi nifas adalah peradangan yang terjadi pada organ

reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme

atau virus kedalam organ reproduksi tersebut selama proses

persalinan dan masa nifas ( Maritalia, 2012, h: 57).

Macam-macam infeksi nifas yaitu :

a. Endometriosis

Endometriosis adalah peradangan atau infeksi yang terjadi

(23)

parah, dihari pertama penderita akan merasa kuarang sehat

dan mengalami nyeri perut. Mulai hari ke-3 terjadi

peningkatan suhu tubuh, frekwensi nadi dan pernafasan

cepat. Namun, dalam kurun waktu 1 minggu biasanya

keadaan ini akan kembali normal bila tubuh mampu melawan

mikroorganisme penyebab infeksi tersebut.

b. Peritonitis

Peritonitis adalah peradangan atau infeksi yang terjadi

pada peritoneum (selaput dinding perut). Pada masa nifas

peritonitis terjadi akibat menyebarnya atau meluasnya infeksi

yang terjadi pada uterus melalui pembuluh limfe. Peritonitis

ini ditandai dengan peningkatan suhu tubuh dan nyeri perut

bagian bawah.

c. Trombophlebitis

Trombophlebitis adalah penjalaran infeksi melalui vena. Hal

ini terjadi pada masa nifas karena terbukanya vena-vena

selama proses persalinan sehingga memudahkan masuknya

mikroorganisme pathogen.

d. Infeksi Luka Perineum

Infeksi luka perineum adalah infeksi yang terjadi akibat

masuknya mikroorganisme kedalam luka perineum. Luka

perineum yang mengalami infeksi akan terasa lebih nyeri,

merah dan bengkak.

2. Perdarahan Post Partum

Perdarahan post partum adalah perdarahan yang terjadi pada

jalan lahir yang volumenya lebih daari 500ml dan berlangsung

(24)

Perdarahan postpartum dapat disebabkan oleh berbagai

faktor diantaranya :

c. Atonia Uteri

Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus gagal

berkontraksi dengan baik setelah persalinan. Penyebab atonia

uteri adalah:

a. Umur ibu yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) atau

terlalu tua ( lebih dari 40 tahun)

b. Status paritas (multipara atau grande multipara)

c. Partus lama atau partus tak maju

d. Uterus terlalu tegang atau besar (pada kehamilan kembar

atau bayi besar)

e. Kelainan uterus

d. Retensio Plasenta

Retensio plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta

belum lahir dalam waktu lebih dari 30 menit setelah bayi lahir.

Retensio plasenta terjadi karena kontraksi uterus tidak

adekuat selama proses persalinan sehingga plasenta tidak

dapat lepas dari dinding uterus atau implantasi plasenta

terlalu dalam pada dinding uterus.

c. Inversion Uteri

Inversion uteri adalah suatu keadaan dimana fundus uteri

terbalik sebagian atau seutuhnya kedalam kavum uteri.

Penyebab inversion uteri adalah :

1. Uterus lembek dan lemah

2. Grandemultipara

(25)

4. Meningkatnya tekakan intra abdominal.

d. Robekan jalan lahir

Robekan jalan lahir merupakan laserasi atau luka yang

terjadi disepanjang jalan lahir (perineum) akibat proses

persalinan. Tanda-tanda ibu yang mengalami robekan jalan

lahir adalah perdarahan segar yang mengalir dan terjadi

segera setelah bayi lahir, kontraksi uterus baik, plasenta baik,

kadang ibu terlihat pucat, lemah, dan menggigil akibat

kurangnya hemoglobin.

3. Kelainan Pada Payudara

Menurut (sulistyawati, 2009, h : 190) kelainan pada payudara

adalah :

a. Pembendungan air susu

Pada permulaan nifas, apabila bayi belum menyusu

dengan baik, atau kemudian apabila kelenjar-kelenjar tidak

dikosongkan dengan sempurna, terjadi pembendungan air

susu. Payudara panas, keras, dan nyeri pada perabaan, serta

suhu badan tidak naik.

b. Mastitis

Pada masa nifas dapat terjadi infeksi pada payudara,

terutama pada primipara. Infeksi terjadi melalui luka pada

putting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah.

Tanda-tanda mastitis adalah rasa panas- dingin disertai

dengan kenaikan suhu, penderita merasa lesu, tidak ada nafsu

makan.

(26)

Abses payudara merupakan kelanjutan / komplikasi dari

mastitis. Hal ini disebabkan karena meluasnya peradangan

dalam payudara tersebut. Gejala yang dirasakan ibu adalah

ibu tampak lebih parah sakitnya, payudara lebih merah dan

mengkilap, benjolan lebih lunak karena berisi nanah, sehingga

perlu di insisi untuk mengeluarkan nanah tersebut.

G. Tanda Bahaya Ibu Nifas

Tanda bahaya yang terjadi ketika nifas adalah :

1. Perdarahan pervaginam yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah

banyak (lebih dari perdarahan haid biasa atau bila memerlukan

ganti pembalut 2 kali dalam setengah jam)

2. Pengeluaran pervagina yang berbau menyengat

3. Rasa sakit dibagian baeah perut atau punggung.

4. Rasa sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastrik, atau

masalah penglihatan

5. Pembengkakan diwajah atau ditangan

6. Demam, muntah, rasa sakit waktu buang air kecil, atau jika

merasa tidak enak badan.

7. Payudara yang berubah menjadi memerah, panas, dan sakit.

8. Kehilangan nafsu makan dalam jangka waktu yang lama.

9. Rasa sakit, warna merah, pembengkakan dikaki.

H. Respon Orang Tua Terhadap Bayi Baru Lahir

Menurut (Ari sulityawati, 2009, h 59), respon orangtua terhadap

bayi baru lahir adalah sebagai berikut :

(27)

Yang dimaksud dengan bounding attachment adalah

sentuhan awal atau kontak kulit antara ibu dan bayi pada

menit-menit pertama sampai beberapa jam setelah kelahiran bayi.

2. Respon ayah dan keluarga

Pria yang menjalani masa transisi untuk menjadi orangtua

dapat mengalami gejala-gejala somatic dan lebih banyak meminta

nasihat medis.

Selain ayah yang mempunyai bentuk respon sendiri dengan

kelahiran anaknya, keluarga yang lain juga mempunyai reaksi

yang bermacam-macam, biasanya, hal tersebut sangat

dipengaruhi oleh kondisi keluarga pada waktu itu. Kelahiran anak

atau cucu dalam lingkungan keluarga besar akan sangat berbeda

dengan kelahiran anak berikutnya.

3. Slibing Rivally

Kehadiran anggota keluarga baru dalam keluarga dapat

menimbulkan suatu krisis situasional yang sebaiknya perlu di

persiapkan pada anak usia toddler (1-3 tahun) terutama pada

anak pertama dimana ia mempunyai pengalaman dengan posisi

yang menyenangkan menjadi nomer satu).

Respon yang dapat ditunjukkan oleh anak, antara lain :

1. Memukul bayi

2. Mendorong bayi dari pangkuan ibu

3. Menjauhkan putting susu dari mulut bayi

4. Secara verbal menginginkan bayi masuk kembali kedalam

perut ibu

5. Ngompol lagi

(28)

7. Bertingkah agresif.

I. Perencaan Pemilihan KB

Meskipun pemakaian alat kontasepsi masih lama, namun tidak

ada salahnya jika mengkajinya lebih awal, agar pasien mendapatkan

banyak informasi mengenai pilihan beberapa alat kontasepsi. Bidan

juga dapat memberikan penjelasan mengenai alat kontrasepsi tertentu

yang sesuai dengan kondisi dan keinginan pasien.

J. Kunjungan Masa Nifas

Menurut (Saifuddin, 2008 h: 122), paling sedikit 4 kali kunjungan

masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, dan

untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang

terjadi.

Tabel J.1 Kunjungan Masa Nifas

Kunjungan Waktu Tujuan

1. 6-8 jam setelah 1. Mencegah perdarahan persalinan

persalinan masa nifas karena atonia uteri.

2. 6 hari setelah 1. Memastikan involusi uterus berja

(29)

fundus dibawah umbilicus, tidak

3. Memastikan ibu mendapatkan cu kup cairan , makanan dan istirahat 4. Memastikan ibu menyusui dengan benar dan tak memperlihatkan tan

da-tanda penyulit.

5. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi agar tetap ha ngat, dan merawat bayi sehari- hari

3. 2 minggu setelah Sama seperti diatas ( 6 hari setel

persalinan ah persalinan)

4. 6 minggu setelah 1. Menanyakan ibu tentang penyulit

persalinan - penyulit yang ia atau bayi alami 2. Memberikan konseling untuk KB secara dini.

B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan

1. Tinjauan Manajemen 7 langkah Varney

Proses manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang

berurutan dan setiap langkah disempurnakan secara periodik.

Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :

1. Langkah 1 : Pengumpulan data dasar

Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan

mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk

mengevaluasi kepada klient secars lengkap.

Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang

akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi

klient. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap.

(30)

dengan dokter dalam manajemen kolaborasi bidan akan

melakukan konsultasi. ( Mufdilah, 2009, h: 115)

2. Langkah 2 : Interpretasi data dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar

terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klient

berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar data-data yang

telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan

diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis

yang spesifik. ( Mufdilah, 2009, h: 115)

3. Langkah 3 : mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau

diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan

diagnosis yang telah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan

antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil

mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila

diagnosis / masalah potensial ini benar-benar terjadi.(

Mufdilah, 2009, h: 116)

4. Langkah 4 : Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang

memerlukan penanganan segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau

dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama

dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan

kondisi klient. Langkah keempat mencerminkan sikap

kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Dari data

yang dikumpulkan dapat menunjukkan satu situasi yang

memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus

(31)

5. Langkah 5 : Merencanakan asuhan yang menyeluruh

Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh,

ditentukan langkah-langkah sebelumnya. Langkah-langkah ini

merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau

masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada

langkah ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap dapat

dilengkapi.

Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan

menyeluruh ini haruslah rasional dan benar-benar valid

berdasarkan pengetahuan dan teori yang up tu date serta

sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan

dilakukan klien. ( Mufdilah, 2009, h: 117)

6. Langkah 6 : Melakukan Perencanaan

Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di

langkah kelima harus dilakukan secara efisien dan aman.

Perencanan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau

sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagiannya lagi dilakukan

oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya. ( Mufdilah,

2009, h: 118)

7. Langkah 7 : Evaluasi

Pada langkah ini dilakukan evalusai keefektifan dari

asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan

akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai

dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam

masalah dan diagnosis. ( Mufdilah, 2009, h: 119)

(32)

Menurut (Mudilah,2009 h: 90) dalam metode SOAP,

merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis, dan

singkat. Prinsip dari metode SOAP ini merupakan proses pemikiran

penatalaksanaan manajemen kebidanan.

Subyektif : Data subyektif ini berhubungan dengan masalah dari

sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai

kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai

kutipan langsung atau ringkasan yang akan

berhubungan langsung dengan diagnosis.

Obyektif : Data obyektif merupakan pendokumentasian hasil

observasi yang jujur, hasil pemeriksaan fisik pasien,

pemeriksaan laboratorium / pemeriksaan diagnostic

lain. Catatan medic dapat dimasukkan ke dalam data

ini sebagai data penunjang.

Assessment : Merupakan pendokumentasian hasil analisis dan

interpretasi dari data subyektif dan obyektif. Karena

keadaan pasien yang setiap saat bisa mengalami

perubahan, dan akan ditemukan informasi baru

dalam data subyektif maupun data obyektif, maka

proses pengkajian data akan menjadi sangat

dinamis.

Planning : adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang

akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan

hasil analisis dan interpretasi data.

3. Tinjauan asuhan kebidanan dengan nifas normal.

(33)

Pengkajian adalah bidan mengumpulkan semua informasi

yang akurat, relevan, dan lengkap dari semua sumber yang

berkaitan dengan kondisi klient (Mufdilah,2009, h:120)

A. Data Subyektif

1. Biodata yang mencakup identitas klient

a. Nama

Identitas dimulai dengan nama pasien, yang harus

jelas dan lengkap, nama depan, nama tengah,

nama keluarga, dan nama panggilan akrabnya.

(Matondang,2009,h;5)

b. Umur

Umur perlu diketahui, karena untuk mencegah

perdarahan postpartum. Wanita yang melahirkan

pada usia dibawah 20 tahun atau lebih dari 35

tahun memiliki faktor resiko terjadinya perdarahan

post partum. Wanita yang dibawah umur 20 tahun

fungsi reproduksi belum berkembang secara

sempurna, sedangkan pada wanita usia 35 tahun

keatas sudah mengalami penurunan, dibandingkan

dengan fungsi reproduksi normal.(Marsha

khumaira,2012,h; 286)

c. Agama

Di kaji untuk mengetahui keyakinan pasien.

Disamping itu juga untuk mempermudah

melakukan pendekatan dalam melaksanakan

asuhan kebidanan sesuai dengan agama yang

(34)

d. Alamat

Dikaji untuk mempermudah kunjungan rumah, dan

mengetahui apakah tempat tinggal ibu mempunyai

resiko tinggi terjangkit penyakit tertentu. Agar

terhindar dari infeksi masa nifas (Varney,2007,h;31)

e. Suku bangsa

Dikaji untuk mengetahui adat istiadat ibu dan

kebiasan yang dapat membahayakan untuk masa

nifasnya contohnya: tidak makan telur selama

masa nifas, dan hanya memakan nasi dan garam

saja (Bobak,2005,h;541)

f. Pendidikan

Dikaji untuk mengetahui sejauh mana tingkat

intelektual ibu, agar bidan mudah untuk

memberikan konseling kepada ibu, sesuai dengan

tingkat pendidikannya (Saleha,2009,h;78)

g. Pekerjaan

Dikaji untuk mengetahui tingkat sosial ekonominya,

dan untuk mencegah kekurangan gizi pada ibu

nifas. (Varney,2007,h;31)

2. Keluhan Utama

Dikaji untuk mengetahui keluhan apa yang sedang ibu

rasakan saat ini, seperti mulas pada perut, nyeri pada

perineum (Saleha,2009,h:135)

(35)

Dikaji karena untuk mengetahui penyakit terdahulu ibu

yang kronik atau akut yang dapat menurun pada

riwayat kesehatan sekarang.

a. Hipertensi

Hipertensi akan menyebabkan nyeri kepala, yang

merupakan salah satu tanda bahaya nifas

(Bobak,2005,h’501)

b. Diabetes

Dikaji karenamemiliki banyak resiko untuk menurun

pada bayinya, dan juga dapat terjadi anomali pada

bayi, dan makrosomia. (Bobak,2005,h;704)

c. HIV

Perlu dikaji untuk mencegah penularan terhadap

bayinya (Bobak,2005,h; 675)

d. Hepatitis B

Perlu dikaji untuk mencegah penularan terhadap

bayinya (Bobak,2005,h;677)

e. Jantung

Perlu dikaji karena dapat menyebabkan ibu

tiba-tiba mengalami syok hipovolemik, karena dengan

lahirnya plasenta anastomosis arteria-vena hilang

dan darah yang seharusnya masuk ke dalam ruang

intervilus sekarang masuk kedalam sirkulasi besar..

(Sarwono,2002,h;430)

(36)

Data ini diperlukan untuk mengetahui adanya

penyakit bawaan yang dapat timbul saat masa nifas.

(Varney,2007,H; 32)

a. Hipertensi

Hipertensi akan menyebabkan nyeri kepala, yang

merupakan salah satu tanda bahaya nifas.

(Bobak,2005,h;501)

b. Diabetes

Dikaji karena diabetes lebih sering mengakibatkan

infeksi nifas dan sepsis, dan menghambat

penyembuhan luka jalan lahir, baik ruptura

perineum maupun luka episiotomi

(Sarwono,2002,h;521)

c. HIV

Perlu dikaji karena untuk mencegah terjadinya

penularan terhadap bayi dan penolong

(Sarwono,2002,h;558)

d. Anemia

Anemia dalam masa nifas dapat menyebabkan

perdarahan postpartum yang disebabkan oleh

atonia uteri (Sarwono,2002,h;450)

e. Hepatitis B

Dikaji karena untuk mencegah terjadinya penularan

terhadap bayinya (Varney,2007,h;165)

5. Riwayat penyakit keluarga

Untuk mengetahui adanya penyakit turunan dari

(37)

keturunan kembar, dan penyakit jiwa

(Varney,2007,h;32)

6. Riwayat obstetric

a. Riwayat Haid

Riwayat haid perlu dikaji karena untuk

mengetahui apakah wanita tersebut mengalami

kelainan dalam siklus haidnya seperti amenore,

disminore, menorargi, metrorargi, menometrorargi,

polimenore, atau oligomenore, yang dapat

menggangu masa nifasnya (Varney,2007,h;339)

b. Riwayat kehamilan,persalinan,nifas yang lalu.

Dikaji untuk mengetahui ini kehamilan yang

keberapa, apakah ibu melahirkan dengan umur

kandungan cukup bulan atau tidak, untuk

mengetahui siapa penolong ibu, ibu melahirkan

dengan spontan atau Caesar, berapa berat badan

bayi pertamanya, apakah ada komplikasi pada saat

nifas (Mufdilah,2009,h;175)

c. Riwayat kehamilan sekarang

Dikaji untuk mengetahui jumlah paritas ibu, kapan

perkiraan lahir bayinya, kapan terakhir ibu

menstruasi, rajin tidaknya ibu memeriksakan

kehamilannya, dan sudahkah ibu melakukan

imunisasi TT selama kehamilannya.

(Saleha,2009,h;121)

(38)

Untuk mengetahui kapan ibu mulai kontraksi dan

mengeluarkan lendir darah, mengetahui posisi

janin, pembukaan, bagian terbawah janin,detak

jantung janin, kekuatan HIS, adakah komplikasi

dalam persalinan, berapa lama kala 1 sampai kala

4, adakah perdarahan, bagaimana keadaan

plasenta, dan bagaimana keadaan bayi (

Saleha,2009,h;122)

7. Riwayat perkawinan

Untuk mengetahui suasana atau gambaran

rumah tangga klient, dan untuk mengetahui apakah

pasangan ini pasangan fertile atau infertil.

(Sulistiawati,2009,h;114)

8. Riwayat KB

Dikaji untuk mengetahui alat kontrasepsi apa yang

pernah dipakai, berapa lama penggunaanya, kapan

berhenti menggunakan KB tersebut, dan rencana KB

selanjutnya ingin menggunakan KB apa. Hal ini penting

di tanyakan untuk mencegah kehamilan yang tidak

diinginkan, dan mengontrol jumlah anak, dan juga

mengontrol jarak kehamilan yang pertama dan kedua

(Saifuddin,2008,h;5)

9. Pola kebutuhan sehari-hari

a. Pola makan

Di kaji untuk mengetahui bagaimana pasien

(39)

baik saat nifas akan mencegah dari atonia uterin

(Sulistyawati,2009,h;114)

b. Pola minum

Dikaji untuk mengetahui kebiasaan pasien dalam

pemenuhan kebutuhan cairannya. Karena pada

masa nifas sangat dibutuhkan cairan yang cukup.

(Sulistyawati,2009,h;115)

c. Pola istirahat

Dikaji untuk mengetahui bagaimana pola istirahat

ibu. Karena kegembiraan yang dialami setelah

melahirkan seorang bayi bisa membuat ibu sulit

beristirahat (Bobak,2005,h;531)

d. Aktifitas sehari-hari

Dikaji untuk mengetahui aktifitas apa yang

dilakukan ibu sehari-hari. Karena ambulasi dini

terbukti bermanfaat untuk mengurangi insiden

tromboembolisme dan mempercepat pemulihan

kekuatan ibu ( Bobak,2005,h;531)

e. Pola personal hygne

Dat ini perlu dikaji karena hal tersebut akan

mempengaruhi kesehatan pasien dan bayinya. Jika

pasien memiliki kebiasaan kurang baik terhadap

kebersihan dirinya, makan akan sangat berbahaya

karena kuman dapat mudah masuk, dan akhirnya

ibu mendapatkan infeksi pada masa nifasnya

(Sulistyawati,2009,h;116)

(40)

Di kaji untuk mengetahui apakah ada masalah

terhadap aktifitas seksualnya, dan apakah ada

keluhan dalam aktifitas seksualnya

(Vareny,2007,h;33)

10. Data psikososial

Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga

terhadap bayinya yaitu meliputi perilaku adaptif dan

perilaku maladaptif. Perilaku adaptif berasal dari

penerimaan dan presepsi realities orangtua terhadap

kebutuhan bayinya yang baru lahir dan keterbatasan

kemampuan mereka, respon sosial yang tidak matur,

dan ketidak berdayaanya.

Perilaku maladaptif terlihat ketika respon orangtua

tidak sesuai dengan kebutuhan bayinya. Mereka teralu

mengharapkan bayi dapat memberi respon yang belum

mampu dilakukannya. (Bobak,2005,h;537)

B. Data Obyektif

Dalam menghadapi masa nifas dari seorang klient,

seorang bidan harus mengumpulkan data untuk memastikan

bahwa keadaan klient dalam keadaan stabil yang termasuk

dalam komponen pengkajian data obyektif ini adalah :

1. Keadaan umum

Dikaji untuk mengetahui dan mengamati keadaan pasien

secara keseluruhan. Keadaan umum pasien nifas normal

adalah baik. (Sulistyawati,2009,h;121)

(41)

Dikaji untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran

pasien. Ada beberapa tingkat kesadaran pasien yaitu

dari keadaan composmentis sampai dengan koma.

(Sulistyawati,2009,h;121)

3. Vital sign

a. Temperature/ suhu

Dikaji untuk mengetahui suhu ibu post partum.

Segera setelah persalinan dapat terjadi

peningkatan suhu tubuh, tetapi tidak lebih dari 380C

(Manuaba,2010,h;201)

b. Nadi

Untuk denyut nadi ibu post partum normal adalah

60-80 kali/menit. Apabial denyut nadi diatas 100

selama puerperium, hal tersebut abnormal dan

mungkin menunjukan adanya infeksi nifas

(Varney,2008,h; 961)

c. Pernafasan

Fungsi pernafasan akan sedikit meningkat setelah

kelahiran, tetapi setelah itu akan kembali normal

(Varney,2008,h;961)

d. Tekanan darah

Segera setelah melahirkan, banyak wanita

mengalami peningkatan sementara tekanan darah

sistolik dan diastolic, yang kembali secara spontan

ke tekanan darah sebelum hamil selama beberapa

hari. (Varney,2008,h;961)

(42)

a. Kepala

Kepala dikaji untuk mengetahui rambut berminyak

atau tidak, rontok atau tidak, ada ketombe atau tidak,

ada infeksi kulit kepala atau tidak (Varney,2007,h:35)

b. Muka, mata, telinga, mulut, gigi

Muka dikaji untuk mengetahui adakah edema wajah,

cloasma gravidarum, sclera putih atau tidak,

konjungtiva merah muda atau pucat, adapak ada

polip dan secret dihidung, apakah telinga bersih,

tidak ada secret, apakah keadaan mulut bersih,

keadaan gigi tidak ada yang karies dan bolong.

(Mufdilah,2009,h;137)

c. Leher

Dikaji untuk mengetahui adanya nyeri tekan pada

kelenjar getah bening atau tidak, adakah

pembesaran kelenjar tyroid atau tidak

(Varney,2007,h;37)

d. Ketiak dan dada

Dikaji untuk mengetahui apakah ada pembengkakak

kelenjar limfe, dan tidak ada retraksi dinding dada

(Mufdilah,2009,h;137)

e. Abdomen

Dikaji untuk mengetahui adanya bekas operasi, linea

gravidarum dan strie gravidarum atau tidak, bentuk

abdomen, (Mufdilah,2009,h;137)

(43)

Dikaji untuk mengetahui apakah ada odema,

tanda-tanda trauma, pengeluaran lochea, apakah ada

bekas jahitan pada perineum, apakah ada

ruam,(Varney,2007,h;39)

g. Pemeriksaan ekstermitas

Di kaji untuk mengetahui apakah ada varises di kaki,

apakah betis lemah dan panas, dan untuk mengukur

reflek patela (Mufdilah,2009,h;170)

5. Pemeriksaan obstetric

a. Inspeksi

Inspeksi adalah pemeriksaan dengan cara melihat.

Dibagi menjadi dea yaitu inspeksi umum dan local

(Matondang,2009,h;19)

1. Muka

Di kaji untuk mengetahui adanya cloasma

gravidarum pada wajah, (Mufdilah,2009,h;137)

2. Payudara

Di kaji untuk mengetahui adanya pembesaran

mamae, areola berhiper pigmentasi

(Varney,2007,h;38)

3. Abdomen

Di kaji untuk mengetahui bentuk abdomen,

adanya strie gravidarum dan linea nigra, adanya

beska operasi atau tidak (Mufdilah,2007,h;137)

b. Palpasi

Palpasi adalah pemeriksaan dengan meraba,

(44)

alat peraba yang terdapat pada jari tangan

(Matondang,2009,h;19)

1. Mamae

Untuk mengetahui kolostrum sudah keluar atau

belum, apakah ibu merasa nyeri, apakah asi

keluar dengan lancar, apakah putting susu lecet

(Varney,2007,h;38)

2. Abdomen

Dikaji untuk mengetahui konsistensi uterus

setelah persalinan (Varney,2008,h;837)

Tabel 1.3 Tinggi Fundus Uteri

No Involusi TFU Berat Uterus 1. Bayi Lahir Setinggi pusat 1.000gr 2. 1 Minggu Pertengahan Pusat Sympisis 750gr 3. 2 Minggu Tidak Teraba diatas Sympisis 500gr 4. 6 Minggu Normal 50gr 5. 8 Minggu Normal tapi sebelum hamil 30gr

Sumber : (Cuningham, 2010, h: 200)

3. Genetalia

Di kaji untuk mengetahui adanya pengeluaran

pervaginam seperti lochia. Jenis lochia

a. Lochia rubra yaitu berisi darah segar dan

sisa-sisa selaput ketuban. Sel-sel desidua, verniks

kaseosa, lanugo dan mekonium selama dua

hari selama masa persalinan.

b. Lochia sanguinolenta yaitu berwarna merah

kuning berisi darah dan lendir, keluar pada hari

(45)

c. Lochia sarosa yaitu berwarna kuning, cairan

tidak berdarah lagi, pada hari ke 7 -14 pasca

persalinan.

d. Lochia alba yaitu cairan putih, keluar setelah

dua minggu.

e. Lochia purulenta yaitu terjadi infeksi, keluar

cairan seperti nanah berbau busuk.(Kumaira

marsha,2012,h;310)

Selain itu juga untuk mengetahui terjadinya

infeksi pasca partum, dan melihat kebersihan

luka perineum (Bobak,2006,h;683)

6. Data penunjang

Pemeriksaan penunjang atau pemeriksaan

laboraturium dalam arti luas adalah setipa pemeriksaan

yang dilakukan diluar pemeriksaan fisik

(Matondang,2009,h;166)

Data penunjang perlu dilakukan untuk mengetahui

kadar Hb dalam darah, jika anemia akan menyebabkan

perdarahan porspartem (Sarwono,2002,h;447)

2. Interpretasi Data

A. Diagnosa

Mengidentifikasi diagnoa kebidanan dan masalah

bedasarkan interpretasi data yang benar atas dasar

data-data yang telah dikumpulkan.(Mufdlilah,2009,h;155)

(46)

Data subyektif diperoleh dari anamesa pada pasien

dan keluarga yang dibutuhkan untuk mendukung

diagnose yang dibuat

2. Data obyektif

Data obyektif adalah data yang diperoleh dari

pemeriksaan yang dilakukan kepada pasien.

B. Masalah

Permasalahan yang muncul bedasarkan pernyataan

pasien, meliputi data yang didapat dari hasil anamnesa dan

data yang didapat dari hasil pemeriksaan.

3. Diagnosa potensial dan antisipasi

Mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensilal lain

bedasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah di

indentifkasi misalnya seorang wanita dengan pemuaian uterus

yang berlebihan. Bidan harus mempertimbangkan kemungkinan

penyebab pemuaian uterus yang berlebihan tersebut. Misalnya

polihidramnion, kehamilan gemelli dan diabetes

(Mufdillah,2009,h;116)

4. Identifikasi kebutuhan akan tindakan segera atau kolaborasi

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau

dokter dan untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan

anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi pasien

(Mufdilah,2009,h;117)

5. Perencanaan

Dalam melakukan perencaanan diberikan sesuai dengan

kebutuhan pada saat kunjungaan masa nifas tersebut. Kunjungan

(47)

dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir dan untuk

mencegah dan mendeteksi dan menangani masalah-masalah

yang terjadi.

Dalam perencanaan yang tepat yang dilakukan oleh bidan

untuk ibu 2 jam post partum adalah

1. Observasi tanda-tanda vital,keadaan umum, tinggi fundus

uteri, kontraksi, keadaan payudara ibu, dan pengeluaran asi

2. Observasi perdarahan yang keluar

3. Ajarkan ibu cara mamassage fundus uteri

4. Cek apakah ada perdarahan yang keluar bukan karena atonia

uteri

5. Ajarkan ibu cara menyusui yang benar

6. Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya dengan ASI

6. Pelaksanaan

Langkah Ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan

pada klient dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana

asuhan secara efisien dan aman (Mufidilah,2009,h;172)

Pelaksanaan yang tepat yang dilakukan oleh bidan untuk ibu 6 jam

postpartum adalah

a. Mengobservasi keadaan umum

Meliput kesadaran, tanda-tanda vital, tinggi fundus uteri, kontraksi

uterus, keadaan payudara ibu, pengeluaran asi, anjurkan ibu untuk

segera bekemih, observasi mobilisasi dini.

b. Mencegah perdarahan masa nifas karena atoniauteri

Pada kala tiga setelah pelepasan plasenta, segera di lakukan

massage fundus uteri selama 15 detik, untuk merangsang kontraksi

(48)

c. Mendeteksi dan merawat penyebab lain dari perdarahan, rujuk jika

perdarahan berlanjut.

Cek apakah ada laserasi jalan lahir yang belum terdeteksi, jiak ada

segera lakukan penjahitan.

d. Memberikan konseling pada ibu atah salah satu anggota keluarga

bagaimana cara mencegah perdarahan masa nifas karena atonia

uteri.

Mengajari ibu dan salah satu anggota keluarganya cara

melakukan massage fundus uteri sehingga uterus mampu

berkontraksi dengan baik. Cara memassage fundus uteri yaitu telapak

tangan diletakkan pada fundus uteri, lalu dengan lembut tapi mantap

gerakkan tangan dengan arah memutar searah jarum jam selama

sepoluh menit. (Soekarmi,dkk. 2008,h;103)

e. Pemberian ASI awal

Anjurkan ibu untuk segera meneteki bayinya, setelah kelahiran.

f. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

g. Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.

7. Evaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang

sudah diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah

benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah

diitentifikasi di dalam masalah dan diagnosis. (Mufdilah,2009,h;119)

3. Aspek Hukum

A. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

900/MENKES/SK/VII/2002.

BAB V

(49)

Pasal 16

1) Pelayanan Kebidanan kepada ibu meliputi :

a. Penyulihan dan konseling

b. Pemeriksaan fisik

c. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal

d. Pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencakup ibu hamil

dengan abortus iminens, hiperemesis gravidarum tingkat ,

preeklamsi ringan dan anemia ringan

e. Pertolongan persalinan normal

f. Pertolongan persalinan normal, yang mencakup letak sunsang,

partus macet kepala dasar panggul, ketuban pecah dini tanpa

infeksi, perdarahan postpartum , leserasi jalan lahir,distosia karena

inersia uteri primer, posterm dan preterm

g. Pelayanan ibu nifas normal

h. Pelayanan ibu nifas abnormal yang mencakup retensio plasenta,

dan infeksi ringan

i. Pelayanan dan pengobatan pada kelainan ginekologi yang meliputi

keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid.

2) Pelayan kebidanan kepada anak meliputi:

a. Pemeriksaan bayi baru lahir

b. Perawatan tali pusar

c. Perawatan bayi

d. Resusitasi pada bayi baru lahir

e. Pemantauan tubuh kembang anak

f. Pemberan imunisasi

(50)

B. KOPETENSI BIDAN PADA ASUHAN IBU NIFAS DAN MENYUSUI

Kopetensi ke 5 : bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan

menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya

setempat.

a. Pengetahuan dasar

1). fisiologi nifas

2). Proses infolusi dan penyembuhan sesudah persalinan atau

abortus

3). Proses laktasi atau menyusui dan teknik menyusui yang benar

serta penyimpangan yang lazim terjadi termasuk pembengkakan

payudara , abses,mastitis,putting susu lecet, putting susu masuk.

4). Nutrisi ibu nifas, kebutuhan istirahat, aktifitas dan kebutuhan

fisiologis lainya seperti pengosngan kandung kemih.

5). Kebutuhan nutrisi bayi baru lahir.

6). Adaptasi pisikologis ibu sesudah bersalin dan abortus.

7). Bonding & attachement

8). Indikator subinfolusi

9). Indicator masalah – masalah laktasi

10). Tanda dan gejala yang mengancam kehidupan misalnya

perdarahan pervaginam menetap, sisa plasenta, shok, dan pre

eklamsia postpartum.

11). Indicator pada komplikasi tertentu dalam periode postpartum

seperti anemia kronis, hetoma vulva, retensi urin.

12). Kebutuhan asuhan dan konseling selama dan sesudah abortus.

Gambar

Tabel 1.1 Tinggi Fundus Uteri dan Berat Uterus Menurut Masa
Tabel J.1 Kunjungan Masa Nifas
Tabel 1.3 Tinggi Fundus Uteri

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang adanya kekeliruan mengenai istilah anak luar kawin di masyarakat beserta implikasinya dalam pembagian warisan dalam suatu keluarga

procedure) yang percabangannya rendah (low dynamic nesting) dan jumlah instruction per function call yang rendah tetapi waktu komputasi banyak digunakan untuk

dan Program guna memenuhi Proyek Akhir Arsitektur (PAA 67) yang berjudul ―Sekolah Tinggi Animasi di Jatinangor‖ yang merupakan salah satu persyaratan kelengkapan studi S1

Gedung yang akan dikondisikan memiliki 7 lantai, perhitungan beban pendinginan dilakukan pada setiap lantai, total perhitungan beban pendinganan digunakan untuk menentukan kapasitas

U : kekuatan yang diperlukan untuk menahan beban terfaktor atau momen. dangaya yang berhubungan dengannya (kg/m

a. Untuk segmen Jawa Tengah karena perusahaan saya beroperasi di Semarang sehingga akan lebih mudah untuk menargetkan pasar di pulau Jawa, yaitu dalam hal

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa AQ tinggi (Climbers)dapat memberikan argumen pada setiap pernyataan pada soal dengan tepat, siswa juga mampu

Tesis ini berjudul “ Rancang bangun aplikasi pembayaran transportasi bus menggunakan Near-field Communication pada perangkat mobile ”.. yang digunakan sebagai aplikasi pembayaran