• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu - RIZCI LISTIANI AMALIA BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu - RIZCI LISTIANI AMALIA BAB II"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hasil Penelitian Terdahulu

Menurut penelitian Abdullah, dkk (2010) , penelitian bersifat deskriptif dengan tujuan untuk mengetahui deskripsi pengetahuan, sikap dan kebutuhan pengunjung apotek terhadap pelayanan informasi obat dan mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap dan kebutuhan pengunjung apotek terhadap informasi obat. Penelitian ini dapat diperoleh kesimpulan dimana persentase terbesar pengunjung apotek adalah perempuan, berumur sampai 40 tahun , pendidikan tamat perguruan tinggi, bekerja dan pengahsilan 3-4 juta per bulan , tujuan ke apotek untuk menebus obat. pengunjung apotek yang datang mempunyai pengetahuan yang tinggi kecuali dalam hal peran apoteker di apotek, siapa yang berhak memberikan informasi obat dan logo obat, sedangkan persentase sikap pengunjung apotek mempunyai sikap yang positif terhadap informasi obat. Hubungan yang lebih bermakna adalah antara sikap dan kebutuhan

pengunjung terhadap informasi obat yang diberikan sedangkan untuk pengetahuan terhadap informasi obat tidak ada hubungan yang bermakna.

Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini yaitu terletak paada sifat penelitian, pada penelitian ini bersifat analitik selain itu tempat yang digunakan dalam penelitian ini pun berbeda. Untuk karakteristik responden yang akan diukur pada penelitian ini hanya umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan.

B. Landasan Teori

a. Apotek

(2)

kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. (Menkes, RI., 2017)

Pelayanan kefarmasian telah memiliki standar dengan diterbitknnya Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia ( PERMENKES RI ) Nomor 73 tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek. Peraturan standar pelayanan kefarmasian di apotek ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian kepada masyarakat serta menjamin kepastian hukum bagi Tenaga Kefarmasian dan melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).

Pelayanan Kefarmasian telah mengalami perubahan yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan Obat (drug oriented) berkembang menjadi pelayanan komprehensif meliputi pelayanan Obat dan pelayanan farmasi klinik yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan

Kefarmasian menyatakan bahwa Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran Obat,

pengelolaan Obat, pelayanan Obat atas Resep dokter, pelayanan informasi Obat, serta pengembangan Obat, bahan Obat dan Obat tradisional. Pekerjaan kefarmasian tersebut harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.Peran Apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku agar dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah pemberian informasi Obat dan konseling kepada pasien yang membutuhkan. (Menkes, RI., 2016).

(3)

dan konseling. Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia, sarana, dan prasarana (Menkes, RI., 2016).

b. Apoteker

Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai poteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker (Menkes, RI., 2016). Apabila apoteker pengelola apotek berhalangan untuk hadir pada jam kerjanya maka apoteker pengelola apotek harus mencari apoteker pendamping untuk melakukan tugasnya. Apabila apoteker pengelola apotek tidak melakukan tugasnya atau berhalangan untuk melakukan tugasnya selama 2 tahun secara terus menerus maka surat izin apoteker atas nama apoteker yang bersangkutan akan dicabut (Anonim, 2002). Kewajiban seorang apoteker yang telah dikeluarkan oleh IPF ( International pharmaceutical Federation ) dan WMI ( world Self-Medication Industry ) tentang swamedikasi dalam Responsible Self-Medication adalah sebagai berikut :

1. Apoteker mempnyai tanggung jawab professional untuk

memberikan informasi yang benar, cukup dan obyektif tentang swamedikasi dan obat atau produk yang tersedia untuk melakukan swamedikasi.

2. Apoteker mempunyai tanggung jawab professional untuk

merekomendasikan kepada pasien untuk melakukan pemeriksaan secara medis apabila swamedikasi yang diberikan tidak cukup. 3. Apoteker memiliki tanggung jawab professional untuk

memberikan laporan kepada lembaga pemerintah yang berwenang dan menginformasikan kepada produsen obat yang bersangkutan mengenai efek yang tidak dikehendaki yang akan terjadi kepada pasien yang menggunakan obat tersebut dalam swamedikasi. 4. Apoteker memiliki tanggung jawab professional untung

(4)

Seorang apoteker dalam melakukan pekerjaannya atau ketila melakukan pelayanan kefarmasian harus menjalankan peran sebagai berikut :

1. Pemberian pelayanan

Apoteker sebagai pemberi pelayanan harus berinteraksi dengan pasien.Apoteker harus megintegrasikan pelayanannya pada system pelayanan kesehatan secara berkesinambungan.

2. Pengambil keputusan

Apoteker harus memiliki kemampusn dalam mengambil keputusan dengan mengguakan seluruh sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.

3. Komunikator

Apoteker harus mampu berkomunilasi dengan pasien maupun dengan profesi kesehatan lainnya sehubungan dengan terapi pasien. Oleh karena itu seorang apoteker harus memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik.

4. Pemimpin

Apoteker diharapkan mampu menjadi seorang

pemimpin.Kepemimpinan yang diharapkan adalah mampu mengambil keputusan yang empati dan efektif serta mampu mengkomunikasikan dan mengelola hasil keputusan.

5. Pengelola

Apoteker harus mampu mengelola sumber daya manusia, fisik, anggaran dan informasi secara efektif. Apoteker harus mengikuti kemajuan teknologi informasi dan brsedia berbagi informasi tentang obat dan hal lain yang berhubungan dengan obat.

6. Pembelajar seumur hidup

Apoteker harus selalu meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan profesi berkelanjutan.

7. Peneliti

(5)

Kefarmasian dan memanfaatkannya dalam pengembangan dan pelaksanaan pelayanan kefarmasian.

c. Informasi obat

Obat merupakan bahan atau panduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemilihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi (Depkes RI, 2006).

Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker dalam pemberian informasi mengenai Obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan Obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat. Informasi mengenai Obat termasuk Obat Resep, Obat bebas dan herbal.

Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan metoda pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau

kimia dari Obat dan lain-lain.

Menurut PERMENKES RI nomor 73 tahun 2016 Kegiatan Pelayanan

Informasi Obat di Apotek meliputi:

1. Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan;

2. Membuat dan menyebarkan buletin/brosur/leaflet, pemberdayaan

masyarakat (penyuluhan);

3. Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien

4. memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa

farmasi yang sedang praktik profesi; 5. melakukan penelitian penggunaan Obat;

6. membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah;

(6)

Ketika menyerahkan obat kepada pasien , sebagai seorang apoteker harus memberikan informasi obat kepada pasien, Menurut ISFI ( 2009) informasi yang di berikan meliputi :

1. Nama obat 2. Indikasi obat

3. Aturan pakai obat : dosis, cara penggunaan, frekuensi

penggunaan, waktu minum obat

4. Memberikan informasi secara detail untuk obat obat yang cara

penggunaannya khusus, seperti obat antasida yang harus dikuyah, obat sublingual diletakan dibawah lidah bukan ditelan, tablet bukal di letakan diantara gusi dan pipi bukan ditelan

5. Memberikan informasi teknik menggunakan inhaler, obat tetes mata/telinga dan suppositoria

6. Cara penyimpanan

7. Berapa lama obat harus digunakan

8. Apa yang harus dilakukan jika lupa meminum obat atau menggunakan obat

9. Kemungkinan terjadinya efek samping dan bagaimana cara

mengatasinya.

d. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu , dari hasil tersebut dapat diperoleh oleh seseorang setelah melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indera mata, telinga, hidung dan indera peraba (Notoatmodjo, 2007)

(7)

Pengetahuan merupakan suatu ingatan yang dimiliki oleh seseorang yang diperoleh dari beberapa sumber dan merupakan suatu hasil dari pengindraan yang dilakukan oleh seseorang dan seseorang yang memeiliki pengetahuan akan berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

a. Faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan

Faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang menurut Notoatmodjo (2007 ) adalah :

1) Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu usaha menggabungkan kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses suatu beajar, semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah untuk menerima informasi. Pendidikan merupakan suatu proses untuk meningkatkan dan mempelajari ilmu yang diperoleh, pendidikan yang lebih tinggi akan berbanding lurus dengan pengetahuan yang dimiliki.

2) Media sosial / sumber informasi

Media masa merupakan salah satu sumber infomasi yang dapat dengan mudah diperoleh oleh seseorang, media sosial dapat berupa

visual atau audio visual.Melalui media sosial inilah biasanya seseorang memperoleh pengetahuan atau informasi yang dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.Informasi yang diperoleh dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek, sehingga dapat menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.

3) Sosial budaya dan ekonomi

(8)

kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang.

4) Lingkungan

Lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang ada dilingkungan tersebut. Lingkungan sangat berpengaruh terhadap meningkatnya pengetahuan seseorang.

5) Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan menjadi cara untuk memperoleh pengetahuan dengan cara mengulangkembali pengetahuan yang diperoleh dalam pemecahan masalah yang dihadapi dimasa lalu. Menurut joeharno (2008) pengalaman merupkan suatu proses pelatihan yang penting dalam hidup, karena dengan kita memiliki pengalaman kita dapat lebih siap dalam menjalankan sebuah pekerjaan.

6) Usia

Usia dapat mempengaruhi daya tangkap serta pola berfikir seseorang, semakin bertambahnya umur akan menyebabkan meningkatkan daya tangkap dan pola piker, sehingga pengetahuan

yang diperoleh semakin membaik.

7) Jenis kelamin

Jenis kelamin merupakan salah satu factor yang mempengaruhi pengetahuan.Tetapi jenis kelamin bukan fakor yang penting dalam mempengaruhi pengetahuan, karena setiap individu memiliki kemampuan tersendiri dalam menangkap informasi.

(9)

Pekerjaan juga merupakan salah satu factor yang mempengaruhi pengetahuan dimana pekerjaan merupakan sesuatu kegiatan atau aktifitas seseorang untuk memperoleh pengahasilan.Seseorang dapat memperoleh pengetahuan dari sebuah pekerjaan, dari pekerjaa pula seseorang dapat memperoleh informasi baru sehingga dapat meningkatkan pengetahuan.

b. Kategori Pengetahun

Menurut Notoatmodjo (2007) untuk mengetahui tingkat pengetahuan seseorang berdasarkan kualitas yang dimilikinya dapat dibagi menjadi tiga tingkat yaitu :

1) Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai atau nilai mencapai 76-100%

2) Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai mencapai 56-75% 3) Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai <56

e. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulasi atau objek.Sifat itu tidakdapat langsung dilihat,

tetapi hanya dapat ditafsirkan dahulu dari perilaku yang tertutup.Sikap juga merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan pelaksanaan

motif tertentu.Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas tetapi merupakan suatu predisposisi tindakan atau prilaku. Sikap merupakan reaksi tertutup, lebih dapat dijelaskan lagi sikap itu merupakan reaksi terhadap objek yang berada dalam suatu lingkungan tertentu yang menyatakan suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2007)

Menurut Notoatmodjo (2007) sikap memiliki 4 tingkatan dari yang terendah hingga yang tertinggi.:

1. Menerima ( receive )

(10)

kemampuan seseorang dalam menangkap apa yang telah diberikan oleh sumber informasi.

2. Merespon ( responding )

Suatu reaksi yang diberikan oleh seseorang dalam rangka menjawab atau melaksanakan apa yang telah di instruksikan. Seperti mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang telah diberikan, hal ini merupakan indikasi dari suatu sikap.

3. Menghargai (valuing)

Suatu tindakan seseorang dalam memperhatikan seseuatu yang sedang atau telah dilakukan oleh orang lain. Mengajak orang lain dan mendiskusikannya dengan orang lain terhadap sutu masalah adalah suatu indikasi suatu sikap.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Pada tingkt ini seseorang mampu bertanggung jawab atas apa yang telah ia kerjakan dan mampu menerima resiko yang akan terjadi.

Faktor – faktor yang mempengaruhi pembentuan sikap :

1. Pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi suatu sikap, pengalaman pribadi seseorang dimasa lalu dapat membentuk sikap dimasa depan. Apa yang telah dialami atau sedang di alami oleh seseorang akan ikut membantu dan mempengaruhi penghayatan sosial.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Factor ini merupakan salah satu faktor yang memiliki peran besar dalam mempengaruhi sikap. Seseorang cenderung akan memiliki sikap yang searah dengan orang yang dianggapnya penting.

3. Pengaruh kebudayaan

(11)

4. Media massa

Media massa yang sekarang ini sanat mudah untuk diakses memiliki atau membawa pesan pesam yang berisi suatu sugesti yang dapat mempengaruhi opini seseorang sehingga dapat mengarah kepada suatu sikap tertentu.

5. Lembaga pendidikan dan lembaga Agama

Kedua lembaga ini merupakan suatu dasar pengertian dan konsep moral yang dimiliki setiap individu sehingga kedua lembga ini memiliki pengaruh dalam pembentukan sikap.

6. Pengaruh faktor emosional

Suatu bentuk sikap yang memiliki fungsi sebagai penyaluran rasa kekecewaan dan pengalihan suatu bentuk pertahanan suatu ego. 7. Pendidikan

Suatu faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan suatu sikap yang mudah diidentifikasi oleh seseorang. Tingkat pendidikan mempengaruhi bagaimana cara seseorang dalam besikap.

8. Faktor sosial dan ekonomi

Faktorsosial dan ekonomi menimbulkan gaya hidup yang berbeda- beda. Dari status sosial seseorang dapat menimbulkan sikap yang

berbeda dalam memecahkan suatu masalah. 9. Kesiapan fisik

Kesiapan fisik seseorang dalam mempengauhi suatu sikap yaitu dalam hal mempertahankan diri dari suatu bahaya. Pada dasarnya seseorang yang memiliki fisik yang kuat lebih mampu dalam hal mempertahankan diri, selain itu orang tersebut mampu meniapkan diri dalam melindungi orang lain. Pada umumya seseorang yang memiliki fisik yang kuat memiliki jiwa yang kuat pula.

10. Kesiapan psikologis.

(12)

f. Kebutuhan

Kebutuhan merupakan suatu keinginan masyarakat untuk memperoleh dan mengkonsumsi barang dan jasa yang didasarkan menjadi keinginan yang disertai kemampuan untuk membeli barang dan jasa dan keinginan yang tidak disertai kemampuan untuk membeli barang dan jasa (Tjiptoherijanto, 2008). Keadaan status kesehatan seseorang menimbulkan suatu kebutuhan yang dirasakan dan membuat seseorang mengambil keputusan untuk mencari pertolongan kesehatan. Selain dipengaruhi faktor di atas ada beberapa faktor lagi yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan, yaitu:

1. Tarif atau biaya Tarif atau biaya kesehatan sangat penting untuk menentukan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan. Adanya peningkatan harga pelayanan kesehatan akan menyebabkan penurunan permintaan.

2. Fasilitas Fasilitas yang baik akan mempengaruhi sikap dan perilaku pasien, pembentukan fasilitas yang benar akan menciptakan perasaan sehat, aman, dan nyaman. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan dan

pelayanan sosial mempunyai pandangan yang mungkin menambahi atau mengurangi kepuasan pasien dan penampilan kerja (Kotler, 1997:145 ).

3. Pelayanan personil Pelayanan personil memegang peranan dalam

menjaga mutu pelayanan sehingga pemakai jasa pelayanan kesehatan menjadi puas. Personil itu terdiri dari dokter maupun perawat, tenaga para medis serta penunjang non medis. Pelayanan personil dapat berupa pelayanan secara profesional dan keramahan sehingga meningkatkan citra dari rumah sakit tersebut.

4. Lokasi pelayanan kesehatan yang berada di lingkungan sosial ekonomi

(13)

pencari pelayanan kesehatan karena jarak yang dekat akan mempengaruhi bagi pencari pelayanan kesehatan untuk berkunjung. Suatu studi mengatakan bahwa alasan yang penting untuk memilih rumah sakit adalah yang dekat dengan lokasi.

5. Kecepatan dan Kemudahan Pelayanan Pada dasarnya manusia ingin

kemudahan, begitu juga dengan mencari pelayanan kesehatan, mereka suka pelayanan yang cepat mulai dari pendaftaran sampai pada waktu pulang.

Menurut Bradshaw ada empat definisi yang berbeda mengenai kebutuhan yang lazim digunakan oleh peneliti dan praktisi social policy, yaitu :

1. Normative Need terjadi manakala masyarakat memiliki standar

pelayanan kesehatan yang berada di bawah definisi desirable oleh para ahli.

2. Felt Need terjadi manakala masyarakat menghendaki pelayanan

kesehatan, hal ini berkaitan dengan persepsi perorangan tentang pelayanan kesehatan, sehingga dengan jelas akan berbeda dengan

persepsi orang lainnya.

3. Expressed Need adalah need yang dirasakan tadi kemudian

dikonversikan ke dalam permintaan. Misalnya mencari pelayanan kesehatan ke dokter puskesmas (permintaan disini tidak harus selalu seperti apa yang didefinisikan oleh para ekonom yang mencakup persoalan wiilingness to pay dan ability to pay terhadap pelayanan kesehatan).

4. Comparative Need terjadi manakala satu kelompok orang di

(14)

g. Kerangka Konsep

Variabel independen Variabel Dependen

Gambar 2.1 Kerangka konsep penelitian

h. Hipotesis

Menurut penelitian Abdullah dkk, 2010 terdapat hubungan antara pengetahuan dan kebutuhan responden terhadap informasi obat.Terdapat hubungan antara sikap dan kebutuhan responden terhadap informasi obat.

Pengetahuan

Sikap

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka konsep penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu penulis melakukan penelitian ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul penerapan fraud risk assessment untuk menemukan fraud risk signifikan pada siklus

Siregar (2017) meneliti Pengaruh Mutu Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Sibuhuan Kabupaten Padang Lawas Tahun 2017 Hasil

Ini terlihat dari hasil kuantitatif 7 kategorisasi Pedoman Peliputan Teror, dari 54 berita yang dikaji dalam kategori: Promosi dan legitimasi terhadap tindakan

membersihkan segala dosa manusia, namun diperlukan penyesalan dan niat untuk memperbaiki hidupnya dari pihak manusia maka melalui perantaraan imam, umat Allah dapat kembali

Adapun tujuan penelitian yang akan dilakukan adalah, untuk Mengetahui Hubungan Pendidikan Akhlak dengan Perilaku Keagamaan Siswa Kelas X SMK Tunggal Cipta Manisrenggo Klaten?.

Seiring berjalannya waktu, jumlah pelanggan Baraya Travel semakin besar, karena harga tiket yang ditawarkan sesuai dengan daya beli masyarakat bahkan lebih murah

Meskipun tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dan kejadian demensia namun dari penelitian ini didapatkan bahwa aktifitas fisik, mental, spiritual, dan sosial

materi Landasan Teori dan Program Proyek Akhir Arsitektur – 65 dengan judul.. Shopping Mall