ABSTRAK
Tesis ini berjudul Konsep Pemuda dalam al-Qur’an (Studi Tafsir Tematik), latar belakang penelitian ini adalah Perbincangan seputar pemuda selalu menarik dan mengundang perhatian, sebab senantiasa terkait dengan dinamika. Sebagai kelompok idaman ummat dan bangsa, pemuda adalah kaum intelektual yang kaya dengan kritik dan imajinasi, serta peran mereka dalam setiap peristiwa yang terjadi di tengah perubahan masyarakat. Tidak bisa dipungkiri pemuda memegang peranan penting dalam hampir setiap transformasi sosial dan perjuangan meraih cita-cita.
Tesis ini adalah hasil penelitian empiris untuk menjawab pertanyaan: 1) Bagaimana penyebutan term-term pemuda dalam al-Qur’an? 2) Bagaimana penafsiran ayat-ayat tentang konsep pemuda dalam al-Qur’an?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, Penelitian ini menggunakan metode studi tematik. Dimana, studi tematik yang khusus membahas tentang ayat-ayat yang membahas tentang kepemudaan. Penulis akan mencoba mengemukakan metode tafsir apa yang digunakan oleh beberapa mufassir dalam menafsirkan ayat ayat tentang kepemudaan, dimana hal tersebut merupakan persoalan tentang permasalahan yang tengah diteliti. Kemudian, penulis melakukan penafsiran dalam mengartikan maksud dari suatu kalimat, ayat, atau pernyataan.
Hasil penelitian kata fata dengan berbagai bentuk ada sepuluh yang tersebut dalam al-Qur’an. Tapi yang masuk pembahasan konsep pemuda hanya ada enam ayat. Yaitu ﺎَﮭٰ َﺘَﻓ (Surat Yusuf Ayat 30), ُ َ ۡ ِ ۡ ٱ (Surat al-Kahfi Ayat 10). ٌ َ ۡ ِ (Surat al-Kahfi
Ayat 13), ُٰ َ َ ِ (Surat al-Kahfi Ayat 60), ُٰ َ َ ِ (Surat al-Kahfi Ayat 62), ٗ َ (Surat
al-Anbiya’ Ayat 60). Konsep pemuda dalam al-Qur’an yaitu:1)Ketakwaan kepada Allah
dan mempunyai moral (Surat Yusuf:30). 2)Pemuda Harus memiliki keimanan dan keyakinan yang teguh(Surat al-Kahfi ayat 10 dan 13). 3)Tawadhu (Surat al-Kahfi Ayat 60). 4)Patuh pada Pemimpin (Surat al-Kahfi Ayat 62 ). 5)Sifat berani menghadapi tantangan dan rintangan dalam melawan kebatilan (Surat al-Anbiya’ Ayat 60), 6)Keinginan akan suatu perubahan (Surat al-Anbiya’ Ayat 60).
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBMBING ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang masalah ... 1
B.Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah ... 10
C.Rumusan Masalah ... 11
D.Tujuan ... 11
E. Kegunaan Penelitian ... 11
F. Kerangka Teoretik ... 12
iii
H.Metode Penelitian ... 13
I. Sistematika Pembahasan ... 18
BAB II PEMUDA A. Pengertian Pemuda ... 20
B. Sifat-sifat Pemuda ... 21
C. Peran Pemuda ... 25
1. Peran Pemuda dalam Masyarakat ... 25
2. Peran Pemuda dalam pergerakan bangsa ... 30
BAB III TERM-TERM PEMUDA DALAM AL’QUR’AN A. Tabel term-term pemuda dalam al-Qur’an... ... 43
B. Asbabun Nuzul ... 45
C. Munasabah ... 47
D. Term-term Pemuda dalam al-Qur’an ... 48
BAB IV KONSEP PEMUDA DALAM AL-QUR’AN A. Ketaqwaan kepada Allah SWT dan Memilki Moral ... 52
B. Keimanan dan Keyakinan yang Teguh ... 62
C. Tawadhu ... 75
D. Patuh pada Pemimpin ... 81
E. Sifat berani menghadapi tantangan dan rintangan dalam melawan kebatilan ... 84
BAB V PENUTUP
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perbincangan seputar pemuda selalu menarik dan mengundang
perhatian, sebab senantiasa terkait dengan dinamika. Sebagai kelompok idaman
umat dan bangsa, pemuda adalah kaum intelektual yang kaya dengan kritik dan
imajinasi, serta peran mereka dalam setiap peristiwa yang terjadi di tengah
perubahan masyarakat. Tidak bisa dipungkiri pemuda memegang peranan penting
dalam hampir setiap transformasi sosial dan perjuangan meraih cita-cita.1
Dalam kosakata bahasa Indonesia, pemuda juga dikenal dengan sebutan
“generasi muda” dan “kaum muda”. Seringkali terminologi pemuda, generasi
muda, atau kaum muda memiliki pengertian yang beragam. Pemuda adalah
individu yang bila dilihat secara fisik sedang mengalami perkembangan dan
secara psikis sedang mengalami perkembangan emosional, sehingga pemuda
merupakan sumberdaya manusia pembangunan baik untuk saat ini maupun masa
datang.2
Walaupun definisi PBB tentang pemuda biasanya mencakupi mereka
yang berusia 15—24 tahun (bertumpang tindih membingungkan dengan anak
yang meliputi usia 0-17 tahun), peraturan perundang-undangan Indonesia (seperti
1Suzanne Naafs dan Ben White, Generasi Antara:Refleksi tentang Studi Pemuda Indonesia(Jurnal Studi Pemuda VOL 1 NO 2 September 2012), 91.
2Wijaya, Peran Politik Pemuda: Dinamika Pergerakan Pemuda Sejak Sumpah Pemuda 1928
2
halnya di beberapa negara lain Asia, Afrika dan Amerika Latin) memperpanjang
batas formal pemuda hingga usia yang mengherankan.3
Undang-undang baru tentang kepemudaan mendefinisikan pemuda
sebagai warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan
perkembangan yang berusia 16-30 tahun.4
Orang muda adalah aktor kunci dalam sebagian besar proses perubahan
ekonomi dan sosial. Dalam sejarah transformasi sosial (dakwah Islam) pemuda
memegang peran dominan. Rasulullah Muhammad ketika diangkat berumur empat puluh
tahun. Berkata Ibnu Abbas RA, “ Tak ada seorang nabipun yang diutus Allah, melainkan
ia (dipilih) dari kalangan pemuda saja (yakni 30-40 tahun). Begitu pula tidak seorang
‘alim pun yang diberi ilmu, melainkan ia dari kalangan pemuda.
Pengikut Rasulullah SAW yang merupakan generasi pertama
kebanyakan dari kalangan pemuda bahkan sebagian masih anak-anak. Mereka
mendapatkan transfer pemikiran (thaqafah) Islam dari Rasulullah SAW
diantaranya Ali bin Abi Thalib dan Zubaer bin Awwam (8 tahun), Thalhah (11
tahun), Al-Arqam (12 tahun), Abdullah bin Mas’ud (14 tahun), Saad bin Abi
Waqqas (17), Ja’far bin Abi Thalib (18), Zaid bin Haritsah (20), Ustman (20),
Mushab bin Umair (24), Umar bin Khattab (24) dan masih banyak lagi. Dari sini
terbentuk cikal bakal (embrio) generasi terbaik yang berhasil membongkar
struktur paganis dan stagnasi pemikiran, kebodohan (adat jahiliyah) yang telah
mengakar di Jazirah Arab. Selanjutnya risalah Islam dengan pemikirannya
(Islamic though) dan metode penerapannya (Islamic method) berhasil menjadikan
3Suzanne Naafs dan Ben White, Generasi Antara:Refleksi tentang Studi Pemuda Indonesia(Jurnal Studi Pemuda VOL 1 NO 2 September 2012), 91.
3
Jazirah Arab yang terlupakan, menjadikan pusat peradaban dunia dan berhasil
menempatkan umat Islam, di posisi puncak peradaban selama berabad-abad
lamanya.
Zaman sekarang, Di sisi lain kebanyakan masyarakat resah dengan
perilaku para pemuda yang ugal-ugalan, khususnya mereka yang aktif di
geng-geng motor yang kerap meresahkan masyarakat, tetapi juga membahayakan
nyawa masyarakat. Sehingga sebagian dari masyarakat menyimpan rasa sinis
kepada mereka dan cenderung menjauh terhadap pemuda-pemuda yang terikat
dengan kegiatan geng tersebut.
Pada tanggal 05 Maret 2017 ada kejadian yang menimpa Bandung,
Polrestabes Bandung mengungkap komplotan pelaku penganiayaan yang
menyebabkan korban bernama Raka Jatnika (20), meninggal dunia. Raka tewas
dikeroyok pada 1 September 2016 sekitar pukul 03.00 WIB lalu, di halaman
parkir tempat hiburan malam Bar Bucheres, Jalan Setiabudi, Kota Bandung.5
Ada juga kejadian lagi pada tanggal 08 September 2016 Kasus
pembunuhan pasangan sejoli yang dilakukan geng motor di Cirebon kini ditangani
Polda Jawa Barat. Fakta terkait kesadisan mereka terus bermunculan. Polisi
menyebut para tersangka kondisi pengaruh minuman keras (miras) saat
menjalankan aksi brutalnya. Seperti diketahui, sebanyak 11 pemuda menjadi
4
tersangka kasus pembunuhan sadis terhadap Vina dan Eky. Bahkan, Vina
diperkosa sebelum akhirnya dibunuh para tersangka.6
Padahal di luar sana, banyak pemuda-pemudi yang aktif di dalam
sebuah komunitas dan berkontribusi positif terhadap masyarakat khususnya dan
bangsa secara umum.
Generasi muda Indonesia mampu membuat perubahan dengan caranya
masing-masing. Ini terbukti dengan dimasukkannya pemuda-pemudi berpengaruh
asal Indonesia ke dalam daftar 30 under 30 majalah Forbes 12 April 2017 yang
lalu. Pemuda-pemudi itu adalah para anak muda Indonesia yang termasuk dalam
orang-orang yang telah sukses menjalankan inovasi dengan umur tidak lebih dari
30 tahun. Sebagaimana Forbes menjelaskan bahwa pada daftar tahun ini lebih lagi
ditekankan kepada pemuda pada aspek-aspek yang diversity
(keberagaman)dan empowerment (pemberdayaan)dalam 20 industri yang terpilih
setelah melalui proses seleksi selama 6 bulan. Ribuan nominator diseleksi dan
riset melibatkan koresponden-koresponden yang ada di sekitar lingkungan
nominator untuk menemukan siapa yang paling terbaik hingga akhirnya terpilih
sebanyak 300 terbaik. 7
Berbagai nama pemuda dan negara termasuk dalam daftar tersebut,
terbanyak adalah dari Cina yang mencapai 76 penerima anugerah dan Indonesia
5
muncul dengan 12 anak bangsa. Mereka tersebar di berbagai bidang dan prestasi
seperti Art, Finance (Keuangan), Consumer Technology (Teknologi Konsumen)
dan banyak lagi lainnya.8
Jika masyarakat mampu membedakan antara keduanya, maka akan
terjadi timbal balik positif terhadap mereka sendiri. Karena dengan penilaian yang
adil seperti itu, pemuda yang berbakti akan terus semangat dan konsisten dalam
kegiatan positifnya serta pemuda yang aktif di komunitas yang buruk, seperti geng
motor akan terpengaruhi dan tersadarkan bahwa yang dilakukan mereka adalah
salah.
Lain halnya jika sikap masyarakat yang sinis berlebihan tersebut terus
dipertahankan, maka akan mempengaruhi konsistensi pemuda yang aktif di
kegiatan positif, karena selalu merasa dicurigai dan pemuda yang aktif di
geng-geng, akan semakin brutal, karena kita tahu bahwa sifat mereka salah satunya
tidak ingin diatur oleh sebuah sistem atau cenderung menginginkan kebebasan.
Selain itu, masyarakat pun harus paham akan apa yang dimiliki oleh
pemuda, khususnya mereka yang punya andil di dalam kegiatan positif. Karena
maju mundurnya sebuah bangsa, salah satunya tegantung sumbangsih para
pemuda. Contohnya kemerdekaan yang diraih oleh Negara kita, Indonesia. Jika
bukan karena peran para pemuda, maka Indonesia tidak akan memproklamirkan
kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945 yang lalu.
6
“Pemuda adalah harapan bangsa”, “Pemuda adalah tulang punggung
sebuah bangsa”, “Pemuda hari ini adalah pemimpin hari esok”. Itulah di antara
jargon dan semboyan masyarakat yang seringkali terdengar ketika menyebut satu
kelompok masyarakat yang dinamakan pemuda. Semboyan seperti itu agaknya
bukanlah sesuatu yang berlebihan, mengingat begitu pentingnya eksistensi
pemuda di tengah masyarakatnya.
Bahkan, Allah SWT juga memberikan pembicaraan khusus terhadap
pemuda yang diabadikan dalam surat al-Kahfi [18]: 13:
ُﻦ ۡﺤﱠﻧ َﺄَﺒَﻧ َﻚۡﯿَﻠَﻋ ﱡﺺُﻘَﻧ ِﺑ ﻢُھ
ﭑ ۚﱢﻖَﺤۡﻟ ى ٗﺪُھ ۡﻢُﮭَٰﻧ ۡدِزَو ۡﻢِﮭﱢﺑَﺮِﺑ ْاﻮُﻨَﻣاَء ٌﺔَﯿۡﺘِﻓ ۡﻢُﮭﱠﻧِإ ١٣
Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar.
Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan
mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.9
Ada hal yang menarik untuk dicermati dari ungkapan Allah SWT dalam
ayat di atas, dimana Allah menggunakan kata naba’ untuk menyebutkan cerita
sekelompok pemuda penghuni goa (as}ha>b al-kahf). Kata naba’ secara harfiyah
berarti berita. Di dalam al-Qur’an kata naba’ biasanya dipakai untuk
menyebutkan berita-berita besar yang mengejutkan dan mengandung kehebatan.
Misalnya dalam surat al-Mai’dah [5]: 27, Allah SWT menggunakan kata naba’
untuk menyebutkan cerita tragedi pembunuhan manusia pertama dua putra Adam
yaitu Habil dan Qabil. Peristiwa itu Allah SWT sebut dengan kata naba’ karena
7
peristiwa itu adalah peristiwa besar dan sangat mengejutkan. Betapa tidak, disaat
manusia baru beberapa orang saja di bumi ini, telah terjadi pembunuhan
terhadapnya.
Dalam surat asy-Syu’ara’ [26]: 69,
َوٱ ُﻞۡﺗ َﻢﯿِھ َٰﺮۡﺑِإ َﺄَﺒَﻧ ۡﻢِﮭۡﯿَﻠَﻋ ٦٩
Dan bacakanlah kepada mereka kisah Ibrahim10
Allah SWT menggunakan kata naba’ untuk menyebutkan cerita Nabi
Ibrahim as. yang berusaha merubah dan memperbaiki keyakinan kaumnya dan
raja Namrud. Berita yang disampaikan Nabi Ibrahim as. disebut dengan naba’,
karena apa yang disampaikannya sangat mengejutkan dan mengagetkan kaumnya,
terlebih lagi raja Namrudz. Betapa tidak, keyakinan yang selama ini sudah berurat
dan berakar dalam masyarakat Babil, tiba-tiba disalahkan dan digoyahkan, bahkan
ingin dirobah Ibrahim. Hal itu pasti menimbulkan kegoncangan di tengah
masyarakat.11
ٖﺪﯿِﻌَﺑ َﺮۡﯿَﻏ َﺚَﻜَﻤَﻓ َلﺎَﻘَﻓ
ُﺖﻄَﺣَأ ﺎَﻤِﺑ ۡﻢَﻟ ۡﻂِﺤُﺗ ِﮫِﺑ ٖﺈَﺒَﻨِﺑ ِۢﺈَﺒَﺳ ﻦِﻣ َﻚُﺘۡﺌِﺟَو ۦ ٍﻦﯿِﻘَﯾ
٢٢
Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: "Aku
telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa
kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini12
Dalam surat an-Naml [27]: 22 Allah SWT menggunakan kata naba’ untuk
menceritkan kisah burung hud-hud yang membawa berita kepada Nabi Sulaiman
10al-Qur’an, 26:69.
8
as tentang keberadaan Negeri Saba’ yang makmur dan sejahtera, karena dipimpin
oleh seorang ratu yang adil dan bijaksana. Berita yang dibawa burung hud-hud
disebut naba’, karena berita tersebut sangat mengejutkan dan mencengangkan
Nabi Sulaiman as. Betapa tidak, ketika dominasi laki-laki terhadap perempuan
begitu tingginya, tidak terbayangkan atau terfikirkan oleh Sulaiaman as. adanya
seorang perempuan yang menjadi penguasa terhadap kerajaan besar dan mampu
memberikan jaminan keamanan, kesejahteraan dan kemakmuran kepada
rakyatnya.
ِﻢﯿِﻈَﻌۡﻟٱ ِﺈَﺒﱠﻨﻟٱ ِﻦَﻋ ٢
Tentang berita yang besar13
Dalam surat an-Naba’ [78]: 2, Allah SWT memakai kata naba’ untuk
menyebutkan peristiwa kiamat. Kiamat disebutkan dengan naba’ karena kiamat
adalah peristiwa yang sangat dahsyat, mengejutkan, mengagetkan bahkan
membuat manusia tidak menyadari keadaan mereka masing-masing. Seperti yang
disebutkan dalam al-Qur’an:
ٞﻢﯿِﻈَﻋ ٌء ۡﻲَﺷ ِﺔَﻋﺎﱠﺴﻟٱ َﺔَﻟَﺰۡﻟَز ﱠنِإ ۚۡﻢُﻜﱠﺑَر ْاﻮُﻘﱠﺗٱ ُسﺎﱠﻨﻟٱ ﺎَﮭﱡﯾَﺄَٰٓﯾ ١
ٓﺎﱠﻤَﻋ ٍﺔَﻌِﺿ ۡﺮُﻣ ﱡﻞُﻛ ُﻞَھ ۡﺬَﺗ ﺎَﮭَﻧ ۡوَﺮَﺗ َم ۡﻮَﯾ
َباَﺬَﻋ ﱠﻦِﻜَٰﻟَو ٰىَﺮ َٰﻜُﺴِﺑ ﻢُھ ﺎَﻣَو ٰىَﺮ َٰﻜُﺳ َسﺎﱠﻨﻟٱ ىَﺮَﺗَو ﺎَﮭَﻠ ۡﻤَﺣ ٍﻞ ۡﻤَﺣ ِتاَذ ﱡﻞُﻛ ُﻊَﻀَﺗَو ۡﺖَﻌَﺿ ۡرَأ ٞﺪﯾِﺪَﺷ ِ ﱠ ٱ
٢
Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya kegoncangan
hari
kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat), (Ingatlah)
pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang
9
menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala
wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal
sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat kerasnya.14
Dari sekian banyak penggunaan kata naba’ dalam al-Qur’an, salah satunya
Allah SWT gunakan untuk menyebutkan cerita sekelompok pemuda penghuni
goa, seperti yang disebutkan dalam surat al-Kahfi [18]: 13. Hal itu mengandung
sebuah isyarat bahwa pemuda adalah kelompok elit dalam masyarakat yang selalu
menciptakan berita-berita besar yang mengejutkan sekaligus mencengangkan.
Para pemuda adalah orang yang selalu membuat sensasi dan gebrakan serta
perubahan yang menggemparkan. Bahkan, para pemuda adalah kelompok yang
selalu ditakuti oleh para penguasa, seperti yang terjadi dengan pemuda penghuni
goa (as}ha>b al-kahf).
Perjalanan sejarah bangsa Indonesia telah membuktikan, bahwa betapa
pemuda menjadi tonggak penentu perjalanan sejarah bangsa ini. Mulai dari ide
nasionalisme yang muncul dari kalangan pemuda dan mereka juga yang
mewujudkannya dalam bentuk organisasi kepemudaan yang puncaknya adalah
Budi Utomo dan kemudian melahirkan sumpah pemuda. Perjuangan kemerdekaan
bangsa Indonesia, merebutnya serta mempertahankanya kembali, adalah
dilakukan oleh para pemuda bangsa ini. Tumbangnya rezim orde lama dan orde
baru, juga dilakukan oleh para pemuda, begitulah seterusnya bahwa perjalanan
suatu bangsa adalah ditentukan oleh para pemudanya.
10
Itulah hakikat para pemuda, yang akan selalu menciptakan hal-hal-besar
dan mengejutkan. Dan cerita itu akan selalu tercipta sepanjang masa sesuai bentuk
pengungkapan Allah SWT terhadap kata naqus}s}u (Kami ceritakan) yang
diungkapkan dalam bentuk kata kerja masa kini dan akan datang serta
berkelanjutan (fi’i al-mud}ari’). Akan tetapi, jika para pemuda suatu bangsa “diam
seribu bahasa” melihat apa yang terjadi pada bangsanya, maka mereka bukanlah
pemuda menurut al-Qur’an. Begitu juga, jika pemudanya tidak mampu
menciptakan sesuatu yang besar bagi diri, masyarakat, dan bangsanya maka tentu
mereka bukanlah pemuda seperti yang dimaksud al-Qur’an.
Ayat di atas hanya salah satu yang membahas pemuda, dan selanjutnya
masih banyak yang membahas tentang pemuda. Oleh karena itu penulis akan
membahas tentang Konsep Pemuda dalam al-Qur’an (Studi Tafsir Tematik)
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa
identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Kajian mengenai penafsiran tentang kepemudaan sangatlah sedikit
bahkan jarang, sehingga diperlukan mengenai penelitian tentang
penafsiran ayat-ayat tentang pemuda.
2. Banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan pemuda,
mulai dari hal terkecil sampai hal terbesar, sehingga perlu dilakukan
penelitian mengenai apa saja kriteria-kriteria dan perilaku-perilaku
11
Demikian banyak identifikasi permasalahan yang ada. Agar penelitian ini
tidak melebar, maka diperlukan suatu batasan permasalahan. Penelitian ini
difokuskan kepada Ayat-ayat tentang Pemuda (kaijan Tafsir Tematik).
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana penyebutan term-term pemuda dalam al-Qur’an?
2. Bagaimana penafsiran ayat-ayat tentang konsep pemuda dalam al-Qur’an?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, didapatkan beberapa tujuan
penelitian sebagai berikut:
1. Menjelaskan penyebutan term-term pemuda dalam al-Qur’an.
2. Menjelaskan penafsiran ayat-ayat tentang konsep pemuda dalam al-Qur’an.
E. Kegunaan Penelitian
Berdasar pada tujuan di atas, penelitian tesis ini penulis harapkan memiliki
kegunaan sebagai berikut :
1. Bagi pengembang ilmu, sebagai tambahan wawasan khasanah ilmu
pengetahuan untuk pengembangan dalam kajian al-Qur’an dan menambah
khasanah kearifan lokal.
2. Bagi keperluan praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan
12
3. Bagi peneliti, hasil penelitian ini memberikan pengalaman baru yang
berharga dalam meningkatkan profesionalitas peneliti pada bidang Studi
Tafsir.
F. Kerangka Teoritik
Kerangka teoritik diperlukan sebagai pisau analisis pembahasan, yang
berkaitan dengan variabel atau konsepsi yang ada pada judul penelitian, atau yang
tercakup dalam paradigma penelitian, sesuai dengan hasil perumusan masalah
sebelumnya.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori maudzu’i dari
al-Farmawi, menurut al-Farmawi adalah tafsir yang menghimpun ayat-ayat al-Quran
yang mempunyai maksud yang sama dengan kata lain sama-sama membicarakan
satu topik masalah dan menyusunnya berdasarkan kronologi serta sebab turunnya
ayat tersebut.15 Di dalam metode ini seorang penafsir memberikan keterangan atau
kejelasan serta mengambil sebuah kesimpulan.
G. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang membahas tentang Konsep Pemuda dalam al-Qur’an
(Studi tafsir tematik)belum ada. Namun, terdapat beberapa judul penelitian yang
membahas pemuda dalam prespektif lain, antara lain;
1. Buku berjudul Peranan Pemuda, oleh Sagimun, diterbitkan Melton Putra
Jakarta pada tahun 1989
13
Buku ini berisi tentang peran-peran pemuda dalam kehidupan
sosial. Sedangkan penelitian ini membahas tentang Konsep Ayat-ayat
Pemuda dalam al-Qur’an (studi tafsir tematik)
2. Buku Pemuda dan Perkembangan IPTEK Prespektif Agama oleh Musa
Asyari dkk Diterbitkan di Yogyakarta oleh Pusat Studi Filsafat dan
Kebudayaan Islam IAIN Sunan Kalijaga pada tahun 1989.
3. Buku ini membahas tentang hubungan antara pemuda dan
perkembangan IPTEK yang ditinjau dari segi agama. Sedangkan penelitian
ini membahas tentang Konsep Ayat-ayat Pemuda dalam al-Qur’an (Studi
Tafsir tematik).
H. Metode Penelitian
Setiap kegiatan yang bersifat ilmiah, memerlukan adanya suatu metode
yang sesuai dengan masalah yang dikaji, karena metode merupakan cara bertindak
agar kegiatan penelitian bisa dilaksanakan secara rasional dan terarah demi
mencapai hasil yang maksimal16 Adapun metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Metode Penelitian
Penelitian ini bertajuk tentang studitematik. Dimana, studi tematik
yang khusus membahas tentang ayat-ayat yang membahas tentang
14
kepemudaan. Penulis akan mencoba mengemukakan metode tafsir apa yang
digunakan oleh beberapa mufassir dalam menafsirkan ayat ayat tentang
kepemudaan, dimana hal tersebut merupakan persoalan tentang permasalahan
yang tengah diteliti. Kemudian, penulis melakukan penafsiran dalam
mengartikan maksud dari suatu kalimat, ayat, atau pernyataan.
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat kepustakaan (Library Research) dengan
mengumpulkan data dan informasi dari data-data tertulis baik dari literatur
Bahasa Arab atau literatur Bahasa Indonesia yang mempunyai relevansi
dengan penelitian. Sedangkan, metode yang digunakan dalam mengkaji topik
ini menggunakan studi tematik yaitu membahas ayat-ayat al-Qur’an yang
sesuai dengan penelitian yang dilakukan (ayat-ayat al-Qur’an tentang
pemuda).17
3. Sumber Data
Data adalah informasi, benda atau orang yang akan diteliti dan
kenyataan yang dapat diprediksikan ketingkat realitas, sedangkan sumber
data adalah benda, hal atau orang, ditempat penelitan dengan mengamati,
membaca atau bertanya tentang data. Dalam penelitan ini peneliti akan
menggunakan dua sumber data yaitu :
a. Sumber Data Primer
15
Sumber data primer yaitu sumber data pokok yang berkenaan
dengan pembahasan yang akan dikaji. Yaitu al-Qur’an.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder yaitu merupakan data yang sudah tertulis
atau diolah oleh orang lain, atau suatu lembaga, buku-buku, surat-surat,
catatan harian, laporan dan sebagainya.18 Data sekunder dalam penelitian
ini merupakan referensi pelengkap sekaligus sebagai data pendukung
terhadap sumber data primer. Adapun sumber data sekunder dalam
penelitian ini adalah:
1. Tafsir al-Munir, karya Wahbah Zuhaili.
2. Al-Mizan fi Ulum al-Qur’an, karya at-Tabataba’i 3. Mafatih al-Ghaib, karya ar-Razi
4. Fi Dzilalil Qur’an, karya Sayyid Qutb. 5. Tafsir Ibn Katsir, karya Ibn Katsir.
6. Metodologi Penafsiran al-Qur’an, karya Nashruddin Baidan 7. Pengantar Ilmu Tafsir, karya Samsurrohman.
4. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan metode dokumentasi. Mencari data mengenai
hal-hal atau variabel berupa catatan, buku, kitab, dan lain sebagainya. Melalui
16
metode dokumentasi, diperoleh data yang berkaitan dengan penelitian
berdasarkan konsep-konsep kerangka penulisan yang telah dipersiapkan
sebelumnya.
Data yang telah ditelaah sesuai dengan fokus pembahasan yang
sedang diteliti (ayat-ayat tentang kepemudaan) berdasarkan studi
Maudhu>’i> (tematik). Prosedur yang harus dilalui dalam menafsirkan
ayat-ayat al-Qur’an, sebagai berikut:19
a. Menetapkan masalah yang akan dibahas
b. Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah tersebut
c. Menyusun runtutan ayat sesuai dengan masa turunnya disertai
pengetahuan mengenai asba>b al-nuzu>l.
d. Memahami kondisi ayat-ayat tersebut dalam suratnya
masing-masing
e. Menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna
f. Melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis yang relevan dengan
Pokok bahasan
g. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruan dengan jalan
menghimpun ayat-ayatnya yang memiliki pengertian yang sama
atau mengkompromikan antara yang ‘amm (umum) dan yang khas}s}
(khusus), mut}lak dan muqayyad atau yang pada lahirnya
bertentangan sehingga semuanya bertemu dalam satu muara tanpa
pemaksaan.
17
5. Teknik Analisis Data
Untuk sampai pada prosedur akhir penelitian, maka penulis
menggunakan metode analisa data untuk menjawab persoalan yang akan
muncul di sekitar penelitian ini. Setelah tahapan pengumpulan data serta
pengolahan data, langkah selanjutnya yaitu menganalisis data. Semua data
yang telah terkumpul, baik primer maupun sekunder diklasifikasi dan
dianalisis sesuai dengan sub bahasan masing-masing. Selanjutnya
dilakukan telaah mendalam atas karya-karya yang memuat objek
penelitian dengan menggunakan analisis isi.
Teknik analisis data yang dipakai dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan Metode Deskriptif-Analitis. Deskriptif yaitu
menggambarkan atau melukiskan keadaan obyek penelitian berdasarkan
fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya dengan menuturkan atau
menafsirkan data yang berkenaan dengan fakta, keadaan, variabel dan
fenomena yang terjadi saat penelitian berlangsung dan menyajikan apa
adanya.20
Penelitian Deskriptif-Analitis yang dimaksud dalam penelitian ini
yakni dengan cara mengumpulkan ayat yang berkaitan dengan
ayat-ayat kepemudaan dalam al-Qur’an. Penelitian yang bersifat tematik,
bertujuan untuk memaparkan data-data yang diperoleh dari kepustakaan.21
Dengan menggunakan metode ini akan dideskripsikan mengenai perihal
20 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002), 3
18
masalah tersebut. Selanjutnya, setelah melakukan pendeskripsian, lalu
dianalisa dengan melibatkan penafsiran dari beberapa mufassir.
I. Sistematika Pembahasan
Sebagai upaya untuk mempermudah dalam menyusun dan memahami
penelitian ini secara sistematis, maka penulis menggunakan sistematika penulisan
sebagai berikut:
Bab I merupakan bab pendahuluan yang memaparkan latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penulisan, telaah pustaka,
metode penelitian dan sistematika penulisan yang digunakan sebagai pedoman
dalam penyusunan tesis. Semuanya itu dimaksudkan agar dalam pembahasan tesis
ini sesuai dengan kaidah penulisan proposal yang baik dan benar, sistematis
sehingga substansi dari penulisan sebuah karya tulis itu tercapai.
Bab II Pemuda, dimulai dari pengertian, Ciri-ciri, pemuda dan masyarakat,
dan pemuda dan Indonesia.
Bab III term-term pemuda dalam al-Qur’an, tabel ayat, asbab al-nuzul
munasabah dan selanjutnya membahas term-term mengenai ayat-ayat
kepemudaan.
Bab IV konsep pemuda dalam al-Qur’an di dalamnya membahas berbagai
konsep pemuda dalam-Qur’an.
Selanjutnya pada bab V merupakan bab penutup yang terdiri atas
kesimpulan terhadap penulisan tesis ini, dan dalam bab ini juga ditulis saran-saran
20
BAB II
PEMUDA
A.Pengertian Pemuda
Dalam kosakata bahasa Indonesia, pemuda juga dikenal dengan sebutan “generasi muda” dan “kaum muda”. Seringkali terminologi pemuda, generasi
muda, atau kaum muda memiliki pengertian yang beragam. Pemuda adalah individu yang bila dilihat secara fisik sedang mengalami perkembangan dan secara psikis sedang mengalami perkembangan emosional, sehingga pemuda merupakan
sumberdaya manusia pembangunan baik untuk saat ini maupun masa datang.1
Walaupun definisi PBB tentang pemuda biasanya mencakupi mereka yang berusia 15-24 tahun (bertumpang tindih membingungkan dengan anak yang meliputi usia 0-17 tahun), peraturan perundang-undangan Indonesia (seperti halnya di beberapa negara lai Asia, Afrika dan Amerika Latin) memperpanjang batas
formal pemuda hingga usia yang mengherankan.2
Undang-undang baru tentang kepemudaan mendefinisikan pemuda sebagai warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan
perkembangan yang berusia 16-30 tahun.3
Orang muda adalah aktor kunci dalam sebagian besar proses perubahan ekonomi dan sosial.
1Peran Politik Pemuda: Dinamika Pergerakan Pemuda Sejak Sumpah Pemuda 1928 Sampai Kini
Jurnal DEBAT Edisi Pertama, Agustus 2009, 2.
2Suzanne Naafs dan Ben White, Generasi Antara:Refleksi tentang Studi Pemuda Indonesia(Jurnal Studi Pemuda VOL 1 NO 2 September 2012), 91.
21
B. Sifat-sifat Pemuda
Mentalitas pemuda, menurut H.A.R. Tilaar , ternyata begitu dipengaruhi oleh aspek pendidikan. H.A.R. Tilaar memandang bahwa pemuda bukanlah kajian baru dalam sejarah. Hal ini terbukti dari masa Yunani Kuno dimana terdapat kasus seorang filsuf, Socrates, yang dituduh merusak jiwa pemuda yang masih rawan sehingga dianggap berbahaya bagi tata hidup masyarakat. Ajaranajaran Socrates dianggap racun bagi jiwa pemuda yang masih labil
sehingga mudah diselewengkan. 4
Pemuda, jika dilihat dari pendekatan pedagogis dan psikologis, ditandai oleh satu sifat yang begitu identik dengan pemberontak, berani tetapi pendek akal, dinamik tetapi seringkali melanggar norma, dan penuh gairah tetapi seringkali berbuat yang aneh-aneh. Pendek kata, pemuda dan kepemudaan merupakan suatu
yang romantik.5
Soekarno mengatakan:
Give me 1000 parents so They will pull Semeru mountain until the roots. But if you give me 10 teenagers, so They will shake the world.6
4Daya Negri Wijaya, Mentalitas Pemuda pada Masa Pergerakan dan Masa Reformasi di Indonesia: Dari Berani Berpengetahuan hingga Takut Berpengetahuan (Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013), 77-78.
5Ibid., 78
22
Berikan aku 1000 orang tua, jadi Mereka akan mencabut gunung semeru hingga akarnya. Tapi, jika kamu memberi aku 10 pemuda, maka mereka akan mengguncangkan dunia.7
A. Mappiere, lebih lanjut, mengungkapkan bahwa mentalitas pemuda, terutama dalam umur 18-22 tahun, terbagi dalam empat kategori, yakni: pola sikap, pola perasaan, pola pikir, dan pola perilaku yang nampak. Pandangan seorang pemuda cenderung lebih stabil karena mereka lebih mantap atau tidak mudah berubah pendirian akibat adanya rayuan atau propaganda. Hasil dari kondisi ini adalah pemuda yang lebih dapat menyesuaikan diri dalam banyak aspek kehidupan. Pemuda, selanjutnya, juga memiliki mentalitas yang lebih realistik, yakni mulai menilai diri sebagaimana adanya, menghargai miliknya, keluarganya, orang-orang lain seperti keadaan sesungguhnya sehingga membuat timbulnya rasa puas,
menjauhkan mereka dari rasa kecewa. 8
Mentalitas pemuda yang lebih matang daripada periode sebelumnya terlihat dalam menghadapi sebuah masalah. Kematangan ini ditunjukkan dengan usaha pemecahan masalah-masalah yang dihadapi, baik dengan caranya sendiri maupun dengan diskusi-diskusi dengan teman sebaya mereka. Ketika para pemuda memiliki kemampuan dalam menghadapi suatu permasalahan, mereka akan memiliki ketenangan jiwa yang menghantarkan pada seorang pemuda dengan
kepribadian tangguh.9
Pemuda merupakan lapisan terpenting dalam perjuangan bangsa yang sedikitnya berjumlah 30% dari jumlah seluruh manusia Indonesia. Lapisan ini
7Ibid
23
penuh dengan dinamisme, vitalisme, dan heroisme. Kenyataan telah menunjukkan bahwa sedikitnya empat tahap perjuangan bangsa Indonesia di dalam waktu lebih dari setengah abad ini yang kini menjadi tonggak-tonggak sejarah perjuangan kemerdekaan dan kebahagiaan bangsa Indonesia. Tonggak-tonggak tersebut dibangun oleh para pemuda Indonesia mulai dari angkatan perintis sampai dengan angkatan penegak keadilan dan kebenaran pada saat ini. Angkatan muda telah membuktikan diri mereka sebagai angkatan pembangun. Angkatan inilah yang memperoleh kepercayaan dan menjadi sumber harapan dari segenap bangsa
Indonesia.10
Ada beberapa alaan mengapa pemuda memiliki tanggungjawab besar
dalam tatanan masyarakat, antara lain:11
1. Kemurnian idealismenya
2. Keberanian dan keterbukaannya dalam menyerap nilai-nilai dan
gagasan-gagasan baru.
3. Semangat pengabdiannya.
4. Spontanitas dan pengabdiannya.
5. Inovasi dan kreativitasnya.
6. Keinginan untuk segera mewujudkan gagasan-gagasan baru.
7. Keteguhan janjinya dan keinginan untuk menampilkan sikap dan
kepribadiannya yang mandiri.
10Wijaya, Mentalitas Pemuda pada..., 78.
24
8. Masih langkanya pengalaman-pengalaman yang dapat merelevansikan
pendapat, sikap, dan tindakannya dengan kenyataan yang ada.
Alasan-alasan tersebut pada dasarnya melekat pada diri pemuda yang jika dikembangkan dan dibangkitkan kesadarannya, maka pemuda dapat berperan secara alamiah dalam kepeloporan dan kepemimpinan untuk menggerakkan
potensi-potensi dan sumber daya yang ada dalam masyarakat.12
Menurut Ginandjar Kartasasmita13, kepeloporan dan kepemimpinan
bisa berarti sama yakni berada di muka dan diteladani oleh yang lain. Tetapi, dapat pula memiliki arti sendiri. Kepeloporan jelas menunjukkan sikap berdiri di muka, merintis, membuka jalan, dan memulai sesuatu, untuk diikuti, dilanjutkan, dikembangkan, dipikirkan oleh yang lain. Dalam kepeloporan ada unsur menghadapi risiko. Kesanggupan untuk memikul risiko ini penting dalam setiap perjuangan, untuk itu diperlukan ketangguhan fisik maupun mental dimana tidak setiap orang memiliki kemampuan untuk mengambil risiko ini.
Kepemimpinan bisa berada di muka, bisa di tengah, dan bisa di
belakang, seperti ungkapan “ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso,
dan tut wuri handayani”. Tidak semua orang juga bisa menjadi pemimpin.
Pemimpin juga tidak dibatasi oleh usia, bahkan dengan tambah usia makin banyak pengalaman, makin arif kepemimpinan. Dalam konteks ini menurut Ginandjar adalah kepemimpinan di “lapangan”. Kepemimpinan dalam
12Satries, Peran Serta Pemuda..., 89.
25
melaksanakan pekerjaan-pekerjaan pembangunan yang dilakukan di tengah-tengah masyarakat, dalam berbagai kegiatan. Kepemimpinan serupa itu sangat sesuai untuk para pemuda, karena ciri pemuda yang dinamis. Kepemimpinan yang dinamis diperlukan oleh masyarakat yang sedang membangun. Apabila dengan bertambahnya usia, kepemimpinan menjadi lebih arif karena bertambahnya pengalaman, namun hal itu bisa dibarengi dengan berkurangnya dinamika. Pada lapisan pemimpin-pemimpin muda itulah diharapkan munculnya sumber dinamika. Sumber dinamika yang dapat mengembangkan kreativitas, melahirkan gagasan baru, mendobrak hambatan-hambatan, mencari pemecahan masalah, dan jika perlu dengan menembus sekat-sekat berpikir
konvensional.
C. Peran Pemuda
1. Peran Pemuda dalam Masyarakat
Pemuda adalah salah satu pilar yang memiliki peran besar dalam perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga maju mundurnya suatu negara sedikit banyak ditentukan oleh pemikiran dan kontribusi aktif dari pemuda di negara tersebut. Begitu juga dalam lingkup kehidupan bermasyarakat, pemuda merupakan satu identitas yang potensial dalam tatanan masyarakat sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan bangsa, karena pemuda sebagai harapan bangsa dapat diartikan bahwa siapa yang menguasai
pemuda akan menguasai masa depan.14
26
Keberadaan pemuda di Indonesia sesungguhnya dapat menjadi aset yang berharga bagi masa depan bangsa ini ke arah yang lebih baik dan mampu berdiri sejajar dengan bangsa lain dalam segala bidang. Hal ini terutama bila ditinjau dari komposisi jumlah pemuda di Indonesia yang berjumlah kurang lebih 81 juta jiwa pada tahun 2005 dan diprediksi akan bertambah sekitar 6 juta jiwa pada tahun 2015,
yang berarti pada saat itu jumlah permuda di Indonesia menjadi 87 juta jiwa.15
Pengertian pemuda disini bila kita mengacu pada Rancangan Undang-Undang Kepemudaan adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga
puluh) tahun. 16
Jumlah yang besar ini bisa diibaratkan seperti dua sisi pada keping uang logam. Di satu sisi kuantitas yang besar ini dapat menjadi motor bagi perwujudan masa depan bangsa Indonesia yang lebih baik, namun di sisi lain jika kuantitas ini tidak diimbangi dengan pengembangan kualitas pemuda itu sendiri maka bisa saja menjadi penghambat pembangunan di Indonesia. Untuk itulah perlu dibuka kesempatan yang sebesar-besarnya bagi pemuda Indonesia untuk dapat mengembangkan jati diri dan potensinya sehingga keberadaannya (baik kuantitas maupun kualitas) sungguh-sungguh dapat dirasakan oleh bangsa Indonesia pada
umumnya dan masyarakat Indonesia dalam lingkup yang lebih kecil. 17
15 Penyajian Data Informasi Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Tahun 2006, dalam www.kemenegpora.go.id
27
Salah satu langkah pemuda untuk membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik adalah dengan partisipasi aktif pemuda Indonesia dalam upaya pembangunan
masyarakat. 18
Pembangunan masyarakat menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) adalah suatu proses melalui usaha dan prakarsa masyarakat sendiri maupun kegiatan pemerintahan dalam rangka memperbaiki kondisi ekonomi, sosial dan
budaya.19 Berdasarkan definisi yang dikeluarkan oleh PBB tersebut setidaknya ada
dua peran pemuda dalam kaitannya dengan upaya pembangunan masyarakat. Yang pertama, pemuda sebagai pemrakarsa dari sekelompok masyarakat untuk bersama-sama dengan mereka melakukan upaya memperbaiki kondisi di dalam masyarakat itu sendiri. Sedangkan yang kedua, pemuda bertindak sebagai fasilitator dari program-program yang digulirkan pemerintah dalam hal pembangunan
masyarakat.20
1. Peranan Pemuda dalam Organisasi Kemasyarakatan (Ormas)
Untuk dapat mengasah daya kepeloporan dan kepemimpinan serta peran serta aktif dalam pembangunan masyarakat, kaum muda harus diberi stimulan berupa kesempatan yang sebesar-besarnya dalam organisasi-organisasi kemasyarakatan (Ormas) maupun organisasi-organisasi kepemudaan itu sendiri baik dalam tingkatan lokal maupun nasional. Sebab dalam organisasi inilah
18Ibid., 91.
19 http://aurajogja.files.wordpress.com/2006/09/teoripembangunan-masyarakat-a5.PDF
28
mental, ketangguhan, dan sumbangsih pemikiran seorang pemuda dapat diasah
melalui program-program nyata di organisasi tersebut. 21
Melihat pentingnya peranan Ormas dalam menumbuhkan sikap kepeloporan dan kepemimpinan pemuda, maka kita perlu mengetahui definisi Ormas dan peranannya di masyarakat. Berdasarkan UU No.8 tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan, Ormas didefinisikan sebagai organisasi yang dibentuk oleh masyarakat atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, untuk berperan serta dalam pembangunan dalam rangka mencapai tujuan nasional dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ormas sebagai wadah pembinaan dan pengembangan anggotanya merupakan tempat yang ideal untuk penempaan kepemimpinan dan peningkatan keterampilan karena sasaran pokok peranan
Ormas adalah: 22
a. Memberikan pendidikan pemantapan kesadaran kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
b. Peranan aktif dalam pembangunan masyarakat
c. Sarana untuk berserikat/berorganisasi
d. Sarana penyaluran aspirasi dalam pembangunan nasional
Berdasarkan paparan di atas serta kodrat pemuda yang memiliki peran dan tanggung jawab dalam komitmennya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, serta sikap, komitmen, dan keberpihakan kepada masyarakat maka pemuda adalah elemen bangsa yang menyandang peran sebagai agen
21Ibid., 91.
29
perubahan (Agent of Change) dan agen kontrol sosial (Agent of Social Control)
dalam masyarakat. Untuk menciptakan model pemuda yang dimaksud di atas
maka Ormas adalah sarana dan arena yang tepat untuk belajar, bereksperimen
dan berlatih menjadi Agent of Change dan Agent of Social Control. 23
Merujuk kembali pada Undang-undang No. 40 tentang Kepemudaan pasal 17 ayat (2), peran aktif pemuda sebagai kontrol sosial diwujudkan
dengan:
a. Memperkuat wawasan kebangsaan;
b. Membangkitkan kesadaran atas tanggung jawab, hak, dan kewajiban
sebagai warga negara;
c. Membangkitkan sikap kritis terhadap lingkungan dan penegakanhukum;
d. Meningkatkan partisipasi dalam perumusan kebijakan publik;
e. Menjamin transparansi dan akuntabilitas publik; dan/atau memberikan
kemudahan akses informasi.
Sementara pada ayat (3) peran aktif pemuda sebagai agen perubahan
diwujudkan dengan mengembangkan : 24
a. Pendidikan politik dan demokratisasi;
b. Sumber daya ekonomi;
c. Kepedulian terhadap masyarakat;
23Ibid., 92.
30
d. Ilmu pengetahuan dan teknologi;
e. Olahraga, seni, dan budaya;
f. Kepedulian terhadap lingkungan hidup;
g. Pendidikan kewirausahaan; dan/atau
h. Kepemimpinan dan kepeloporan pemuda.
Peranan pemuda seperti yang dicita-citakan Pemerintah melalui RUU ini tentu selaras dengan upaya pembangunan masyarakat khususnya dalam rangka memperbaiki kondisi ekonomi, sosial dan budaya suatu masyarakat yang salah satunya diimplementasikan melalui partisipasi aktif melalui Ormas yang tersebar dari wilayah Sabang sampai Merauke. Hanya saja perlu diingat bahwasanya Ormas bukanlah satu-satunya wadah yang dapat memfasilitasi minat pemuda dalam upaya pembangunan masyarakat, bahkan tidak semua Ormas yang ada bergerak dalam bidang pembangunan masyarakat dikarenakan masih minimnya pengetahuan dan informasi mengenai hal ini. Oleh karena itu perlu kiranya ada penyadaran bagi pemuda yang aktif di Ormas agar tidak terjebak dalam rutinitas belaka dan perlunya penguatan strategi untuk meningkatkan peran serta pemuda
dalam pembangunan masyarakat. 25
2. Peran Pemuda dalam Pergerakan Bangsa
1. Pemuda di Era Pergerakan
Era pergerakan nasional ditandai oleh mulai sadarnya penduduk Bumiputra, atau yang disebut sejarawan sebagai “kaum terpelajar”, pada masa
31
pemerintah kolonial Hindia Belanda yang tengah menjalankan Politik Ethis. Politik Ethis merupakan sebuah kebijakan dari pemerintah Belanda untuk menyejahterakan masyarakat Indonesia melalui program migrasi, irigrasi, dan edukasi. Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda ini ternyata jauh panggang dari api, yang sebelumnya bertujuan untuk memajukan dan meningkatkan taraf hidup rakyat Indonesia akan tetapi di lapangan, pelaksanaan pendidikan lebih banyak bertujuan untuk kepentingan kolonial Belanda sendiri, serta untuk pengembangan modal kaum pengusaha dan kaum
kapitalis asing yang makin banyak ditanamkan di Indonesia.26
Pemerintah kolonial Belanda yang makin intensif dan makin meluas kekuasaannya di seluruh wilayah Indonesia dan pengelolaan usaha-usaha bangsa asing yang makin meningkat menuntut pula tersedianya pegawai-pegawai dan
pekerja-pekerja yang terampil dan berpendidikan.27
Pendidikan dan pengajaran yang diselenggarakan oleh pemerintah kolonial Belanda tetap disesuaikan dengan politik penjajahan Belanda, yakni membiarkan rakyat Indonesia yang dijajahnya tetap bodoh dan terbelakang. Pemerintah kolonial Belanda membuka dan menyelenggarakan sekolah-sekolah, terutama untuk kepentingan penjajahan Belanda sendiri. Mereka sangat membutuhkan tenaga-tenaga yang terampil dan terdidik untuk membantu mereka menjalankan roda pemerintahan dan birokrasi kolonial mereka dalam usaha meluaskan dan memantapkan kekuasaan kolonial. Itulah pendorong
32
terkuat dan tujuan utama dari penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran yang dijalankan oleh kaum penjajah Belanda. Rakyat hanya diajar sekedar dapat membaca, menulis, dan berhitung dalam rangka pelaksanaan pemerintahan kolonial Belanda.
Kaum penjajah Belanda justru berusaha dengan sekuat tenaga agar bangsa Indonesia tidak menjadi bangsa yang cerdas dan maju serta sadar akan harga dirinya sebagai bangsa. Hal ini pasti akan menjadi bumerang yang justru mengancam kelangsungan hidup dan kepentingan pemerintah kolonial Belanda. Bahkan sebaliknya, kaum penjajah Belanda berusaha sedapat mungkin agar bangsa Indonesia tetap menjadi bangsa yang bodoh dan terbelakang sehingga mudah dijajah dan diperintah serta dikendalikan. Sebaliknya juga, jika bangsa Indonesia tetap menjadi bangsa yang cerdas dan pandai serta maju, apalagi jikalau bangsa Indonesia sadar akan harga dirinya sebagai bangsa, maka kaum penjajah Belanda akan mendapat kesulitan dan tantangan yang berat dalam menjalankan penjajahannya. Bangsa Indonesia pasti tidak akan mau diperintah,
apalagi ditindas dan diperas secara sewenang-wenang.28
Sagimun mengungkapkan bahwa cara yang diterapkan oleh Belanda dalam mencerdaskan rakyat ini tidak sampai pada sasaran dan membuat kecewa masyarakat pada umumnya. Orang Indonesia, terutama kaum terpelajar, kemudian mendirikan berbagai sekolah swasta. Di sinilah mulai muncul pendidikan Islam yang telah mengakar kuat dalam pendidikan di Nusantara,
33
seperti: Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, INS (Indonesische Nationaal
School) Kayu Tanam, dan Taman Siswa sebagai batu loncatan dalam
memperjuangkan kemerdekaan29
Belanda begitu menyadari jika sekolah swasta yang berdiri itu akan mengguncangkan sendi-sendi kekuasaan kolonial di Indonesia. Murid-murid
yang berada di sekolah– sekolah swasta itu, yang didirikan dan dikelola oleh
kaum pergerakan nasional Indonesia, dididik untuk menjadi manusia yang berjiwa nasional, bersemangat patriot, serta menentang penjajahan asing. Oleh karena itu, laju perkembangan sekolah swasta ini harus dihambat sekuat tenaga
yang terbukti dengan munculnya Wilden Schoolen Ordonantie (Undang-Undang
Sekolah Liar) yang membatasi ruang gerak sekolah swasta tersebut. Selain munculnya pelarangan bagi aktifnya sekolah-sekolah swasta tersebut, ternyata penyelenggaraan pendidikan di era pergerakan penuh dengan suasana
diskriminasi.30
Hariyono lebih lanjut menjelaskan bahwa “anak pergerakan”
(sebutannya untuk para pemuda di era pergerakan) berubah kesadarannya dalam memandang dunia ketika berjumpa dengan pendidikan modern yang mengedepankan baca dan tulis sebagai iklim akademis. Mereka mulai berpikiran terbuka dan mencoba mempelajari apapun tentang dunia (Barat). Anak pergerakan begitu menghargai waktu demi kemajuan bangsa. Penghargaan ini membawa pemuda berada pada jiwa kompromis yang mau bekerja di pemerintah
29Ibid., 79.
34
kolonial Belanda di satu sisi; sedangkan di sisi lain, bagi pemuda yang mengetahui kebobrokan pendidikan kolonial memilih untuk melakukan
perlawanan.31
Mereka bersikap kritis terhadap sistem kehidupan masyarakat dan negara kolonial. Perkenalan anakanak pergerakan dengan pendidikan modern mampu mengubah sikap mental mereka. Kalangan terdidik sudah banyak yang meninggalkan budaya aslinya yang cenderung mistikanimistik. Mereka menjadi sosok yang lebih ilmiah-rasional. Rasa ingin tahu mereka mendorong mereka banyak membaca dan belajar tentang berbagai ilmu pengetahuan, termasuk pengetahuan tentang perlakuan tidak adil oleh penguasa yang
zalim.32
Pengetahuan yang diperoleh membuat mereka sadar bahwa bangsa ini telah terjajah. Mereka selain terus melawan kolonialisme dan feodalisme, mereka juga berusaha mengubah sikap mental masyarakat. Usaha mengubah sikap mental masyarakat di Nusantara untuk aktif berpikir dan memiliki
kepercayaan diri dilakukan oleh anakanak pergerakan. Mentalitas inlander yang
ditandai dengan sikap inferior, terutama terhadap bangsa asing, ingin dihilangkan oleh para pemuda. Anakanak pergerakan ini, mulai dari Wahidin Sudirohusodo, Tjipto Mangunkusumo, Tjokroaminoto, Suwardi Suryaningrat,
31Ibid., 79-80
35
Tan Malaka, Soekarno, Mohamad Hatta, Sutan Sjahrir, dan yang lain, terus
berusaha membongkar kesadaran palsu masyarakat Nusantara.33
Sikap progresif-revolusioner lebih ditunjukkan oleh kebiasaan mereka yang mempelajari berbagai hal-hal yang baru. Zaman kemajuan menuntut pengetahuan. Mereka yang tidak mengikuti perkembangan pengetahuan tidak akan dapat terlibat dalam arus sejarah kemajuan. Sebagian besar anak-anak pergerakan menjadi sosok yang berpengetahuan luas. Mereka tidak hanya mempelajari pengetahuan yang terkait dengan disiplin ilmu yang dipelajari, melainkan juga berusaha mengetahui ilmu pengetahuan yang terkait dengan kemasyarakatan, politik, ekonomi, dan budaya. Kemanamana, mereka selalu membaca buku. Bahkan diantara mereka di penjara pun terus membaca dan menulis. Mental intelektual organik telah melekat pada anak-anak pergerakan, bukan sebuah kebetulan kalau polemik di antara mereka penuh diwarnai oleh
pemikiran yang cerdas dan beringas.34
Pendidikan pada masa kolonial Belanda merupakan cerminan dari pendidikan liberalis yang mencoba membuka wawasan siswa untuk mengetahui pengetahuan di luar apa yang mereka ketahui. Salah satu ciri yang menonjol dari pendidikan ini adalah penguasaan multi-bahasa, sehingga dengan penguasaan multibahasa ini mereka dapat menguasai berbagai wawasan global yang telah
33Ibid., 80.
36
mengemuka di dunia dan menyadarkan masyarakat agar tidak terlampau
ketinggalan dengan kecenderungan dunia global.35
N. Soyomukti mengungkapkan bahwa output dari pendidikan liberalis
adalah pribadi yang memiliki cita-cita untuk mengangkat individu menjadi pemilik dunia secara otonom dan membebaskan diri dari penghalang yang memasung kebebasan individu untuk mengekspresikan diri sebagai manusia. Lebih lanjut N. Soyomukti menjelaskan mentalitas pemuda yang secara umum
menjadi hasil dari pendidikan liberalis. 36
Pertama, mentalitas pemuda yang rasional merupakan mentalitas yang percaya bahwa dunia memiliki struktur yang rasional, yang dapat dipahami secara logis. Keteraturan dunia bisa dipahami lewat deliberalisasi pikiran dan
pencarian kritis terus-menerus. Kedua, mentalitas pemuda yang bebas dalam
berpikir dan berpendapat. Ketiga, mentalitas pemuda yang bertanggung jawab.
Masyarakat sering mengidentifikasikan kebebasan dengan keliaran, padahal
liberalisme adalah kebebasan dengan penuh tanggung jawab. Keempat,
mentalitas pemuda yang adil, yakni kepercayaan terhadap keadilan adalah nilai moral yang harus dijunjung tinggi. Keadilan bukan berarti mengorbankan hak seseorang demi membela hak ya. Keadilan adalah pemberian kesempatan
kepada setiap individu untuk bersaing dan menggapai hak-haknya. Kelima,
37
mentalitas pemuda yang toleran, yakni mampu menerima dan menghormati
pandangan atau tindakan orang lain.37
Pemahaman masa lalu tentang sejarah pergerakan yang didalamnya terangkum kisah dari Soekarno, Mohammad Natsir, Semaoen, dan tokoh lainnya yang hidup di zaman yang penuh dengan gejolak. Dalam usia muda, mereka menapak karier sebagai tokoh pergerakan. Soekarno dalam usia dua puluhan tahun telah menjadi pemimpin; dan Mohammad Natsir menjadi ulama pejuang yang melahirkan banyak karya. Mereka telah melukis wajah bangsa ini dengan tinta kehormatan. Melalui mereka, maka kebebasan, kedaulatan, dan kemerdekaan bangsa ini diperjuangkan. Pemuda, atau anak muda era pergerakan, begitu layak dijadikan teladan bagi generasi sekarang, bukan karena perjuangan mereka secara nyata tetapi juga mentalitas yang mereka miliki bermanfaat dalam membangun kehidupan bangsa agar lebih baik di masa
depan.38
2. Pemuda di Era Reformasi
Reformasi merupakan suatu era dimana terjadi perubahan tatanan sosial budaya yang begitu besar. Masyarakat mulai menyuarakan kebebasan berpikir dan berbicara dengan tiadanya batasan dalam publikasi surat kabar dan bukubuku cetak. Banyak anggapan bahwa era Reformasi tidak lebih baik dari
era sebelumnya, terutama dari bagaimana pendidikan tersebut dilaksanakan.39
37Wijaya, Mentalitas Pemuda pada..., 80. 38Ibid., 81.
38
Pendidikan di era Reformasi ini belum membebaskan pikiran murid untuk berimajinasi. Contoh yang nyata adalah bagaimana pendidikan Indonesia dengan adanya ujian nasional yang menilai kemampuan siswa dalam memahami materi dinilai dengan menggunakan soal pilihan ganda? Hal ini tentu saja tidak mengajarkan siswa untuk berpikir kritis, apalagi berpikir secara
radikal.40
Pendidikan di era Reformasi lebih ditekankan pada konsepsi ekonomi “orang miskin dilarang sekolah”, karena hanya bagi mereka yang memiliki
uang yang dapat sekolah, terutama hingga tingkat perguruan tinggi (Prasetyo, 2004). Keadaan ini tentu saja berdampak pada mentalitas pemuda yang begitu takut berpengetahuan, atau mereka cenderung bersikap pragmatis dalam memecahkan suatu persoalan; terutama agar bisa lulus, mereka tidak perlu belajar dan membaca buku tetapi cukup dengan menggunakan teknologi (internet). Mereka bisa mengumpulkan tugas yang seharusnya didapat setelah melihat (tanpa membaca) wacana dalam internet. Bagi mereka, pendidikan hanya bermanfaat untuk memperoleh ijazah dan dengan ijazah mereka dapat memperoleh pekerjaan. Ijazah memang suatu yang penting, tetapi akan lebih
baik jika hal itu dibarengi dengan pemahaman materi yang mantap.41
Dalam konteks ini tidaklah adil dan humanis jika membandingkan pemuda di era pergerakan nasional (1908-1945) dengan pemuda di era
Reformasi (1998 – sekarang) dalam cakupan usia yang sama. Tetapi akan lebih
40Ibid., 81.
39
proporsional jika dalam uraian ini difokuskan pada mentalitas mahasiswa
sebagai representasi dari pemuda di era Reformasi.42
Mentalitas mahasiswa secara umum ada dua, yaitu: (1) mahasiswa kupu-kupu, dan (2) mahasiswa sejati. Mahasiswa kupu-kupu adalah mereka yang tidak tahu akan arti “mahasiswa” yang sebenarnya. Sedangkan
mahasiswa sejati adalah mereka yang tahu akan amanahnya seagai pelopor perubahan dan pergerakan. Dengan kedua karakteristik ini dapat dianalogikan dimana posisi mahasiswa yang formalitas dan mahasiswa yang
bermentalitas revolusioner.43
Kaum muda (mahasiswa) masa kini kurang berpotensi sebagai agen perubahan atau pembaruan, sebab mereka berjuang penuh pamrih. Hal ini berdampak pada target obsesi pragmatisme tak tercapai, yang muncul justru menyumpah-serapahi para pemimpin. Semakin lama, Sumpah Pemuda tahun
1928 seolah-olah berubah menjadi “Sampah Pemuda”. Itu terefleksi dari
pudarnya nilainilai dan karakter kebangsaan serta lunturnya idealisme, moralitas, bahkan spiritualitas para pemuda, termasuk mahasiswa di
dalamnya.44
Mahasiswa seharusnya merupakan para pemikir yang mempunyai kemampuan secara pengetahuan untuk belajar atau mengetahui sesuatu. Mahasiswa umumnya merupakan harapan daripada para orang tua agar mereka
42Ibid., 81. 43Ibid., 81-82
40
menjadi orang yang berhasil dan sukses. Mahasiswa di sini dapat dihubungkan dengan mentalitas karena dapat dilihat kuatnya tantangan dan tekanan mental yang harus diterima oleh mahasiswa selama mengikuti perkuliahan ataupun
dalam kehidupan sehari-hari.45
Dalam dunia perkuliahan tentu tantangan dan tekanan datang dari para dosen pengajar yang begitu banyak memberikan beban berupa materi dan tugas yang banyak dan sulit, sehingga para mahasiswa menjadi tertantang dan tertekan dalam segi mental dan juga fisik. Ketika tugas mulai menumpuk, mereka biasanya harus menyelesaikan setiapmalam seperti kerja lembur. Bagi mereka, dengan tugas yang begitu banyak, mereka harus pandai untuk mengatur waktu; kalau tidak, maka tidak ada satu tugaspun yang akan selesai.
Tantangan dan tekanan yang lain adalah dari ibu kos yang setiap hari banyak bicara untuk menarik uang kos. Hal itu lumrah karena mahasiswa adakalanya telat membayar uang kos karena kiriman uang dari orang tua yang terlambat. Mahasiswa harus pandai untuk berbicara dan bernegosiasi agar dapat meluluhkan hati ibu kos. Tantangan dan tekanan yang ketiga adalah dari orang tua dimana mereka berharap agar anaknya cepat lulus dan dapat bekerja. Mereka berharap ketika pension, anak-anaknya sebagai mahasiswa sudah bekerja. 46
Dari banyak tantangan dan tekanan itu akan ditambah lagi beban dari seorang pacar. Hal itu membuat banyak mahasiswa menjadi stress dan
45Ibid., 82.
41
kuliahpun banyak yang terbengkalai. Tidak jelas akankah ketika mereka lulus, mereka akan mendapt kerja, karena sekarang pun kepandaian seperti tidak
berguna ketika tengah bertemu dengan kekuatan uang.47
Di sini mentalitas mahasiswa mulai terbentuk. Ketika mereka kuat mengahadapi berbagai tantangan dan tekanan tersebut, mereka akan menjadi mahasiswa yang bermental baik. Akan tetapi ketika mereka tidak kuat, mereka akan menjadi mahasiswa bergelar SG (Sarjana Google) dimana mereka hanya
berorientasi pada google untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka. Selain itu
mental mahasiswa juga menjadi mental copas atau copy paste. Mahasiswa
yang mempunyai mental tersebut dikarenakan kebutuhan mereka, ataupun
efisiensi waktu, yang mereka harapkan.48
Hal inilah yang menjadi sebab mendasar mengapa ketika mahasiswa yang telah lulus tidak mempunyai kompetensi dengan memenuhi standar yang diharapkan. Maka, jangan heran pula ketika mereka menjadi wakil rakyat, misalnya, mereka pun akan membawa mentalitas tersebut untuk mengatur negara agar efisien dan praktis, sebuah semboyan kosong yang akan terus berkembang selama belum ada pembenahan yang mendasar dalam bidang
pendidikan 49
47Ibid., 82. 48Ibid., 82.
42
Pemuda (mahasiswa) di era Reformasi telah merasakan betapa teknologi informasi sangat mengikat dan mempengaruhi pemikiran manusia. Terlihat pikiran manusia tidak bisa dilepaskan dari teknologi informasi,
terutama internet, HP (Hand Phone), dan FB (Face Book). Hal ini
mengakibatkan mereka memiliki kedangkalan dalam berpikir secara mendalam, ataupun berpikir secara reflektif, untuk membuat pemikiran yang
inspiratif dan membangun negara ini.50
Negara memang tidak bisa membatasi lajunya perkembangan teknologi informasi sehingga yang dapat dilakukan oleh negara adalah menganjurkan para pemuda (mahasiswa) sebagai generasi penerus untuk menggunakan teknologi informasi secara bijak, yakni dapat menggunakannya sesuai dengan kebutuhan pemuda. Hal ini akan berdampak bahwa penggunaan teknologi informasi dapat menunjang kemampuan berpikir kritis para pemuda. Penggunaan teknologi informasi secara bijak ini dapat diimplementasikan dalam proses pembelajaran sebagai muatan puncak dari pendidikan. Penerapan model pemebelajaran kooperatif, pembelajaran mandiri, ataupun pembelajaran campuran kiranya dapat membuat mentalitas pemuda, bukan hanya mahasiswa
tetapi juga siswa, lebih baik daripada output yang ada selama masa Reformasi
ini.51
50Ibid., 83
BAB III
TERM-TERM PEMUDA DALAM AL-
QUR’AN
A.Tabel Ayat
kata fata dengan berbagai bentuk ada sepuluh yang tersebut dalam al-Qur’an1.
Tapi yang masuk pembahasan konsep pemuda hanya ada enam ayat. Ayat yang lain tidak spesifik menyebutan makna hermenetik pemuda sehingga hanya enam ayat tersebut yang menjadi pembahasan dalam tesis ini, yaitu:
No Term Surat MK/MD TM
1 ىتف Yusuf ayat 30 Makkiyah 1
2 al-Kahfi ayat 60 Makkiyah 4
3 al-Kahfi ayat 62 Makkiyah 5
4 Al-Anbiya’ ayat
60
Makkiyah 6
5 ةيۡتف al-Kahfi ayat 10 Makkiyah 2
6 al-Kahfi ayat 13 Makkiyah 3
B.Asbabun Nuzul
Sebab turunnya ayat tentang kisah as}h}ab al-kah}fi yaitu tentang firman Allah dalam surat al-Isra’ ayat 85:
ۡ سَيَو
ۡ ٱيَِبۡٱُ َمۡ ٱۡن وحُّرۡٱ نلۡ ٱ وحُّرۡٱ َنَۡ َكَنو
يٱوَلۡ اَٱإۡٱ
وٱع ّرۡ
َ ٱيۡ نتيٱتونمۡٓاََو
ٗ
اۡ
٥٨
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit2
Muhammad bin Ishak telah menyebutkan sebab turunnya kisah ini secara jelas yatu, Nadzir bin Haris salah satu pembesar Quraisy dan dia juga selalu menghina Nabi Muhammad SAW, sekaligus menampakkan pemusuhannya terhadap nabi, dan dia telah ke suatu tempat yang bernama Hairah untuk belajar di dalamnya tentang
44
kejadian-kejadian orang Rustum dan Isfandiyar (sebuah kisah nyata yang dialami orang Rustum)3
Dan ketika nabi duduk di sebuah majlis yang di dalamnya mengingat atau membicarakan kebesaran Allah sekaligus mengisahkan kepada kaum-Nya tentang kejadian pada kaum-kaum sebelumnya, dan pada waktu itu juga Nadzir selalu berselisih faham dan tidak membenarkan ucapan-ucapan nabi, kemudian dia berdiri
seraya berkata: “Demi Tuhan wahai para ahli Quraisy, saya memiliki kisah tentang
kaum-kaum terdahulu yang lebih baik dari Muhammad.4
Orang Quraisy mengutus Nadzir dan Utbah bin Mu’it menemui orang alim
Yahudi yang ada di Madinah, dan orang-orang Quraisy berkata kepada mereka berdua, tanyakanlah kepada tokoh-tokoh Yahudi tentang Muhammad dan sifat-sifatnya dan kabarkanlah kepada orang Yahudi tentang apa yang dikatakan Muhammad karena sesungguhnya mereka memiliki ilmu tentang kenabian yang belum kita miliki, maka karena mereka berdua keluar dan sampai di kota Madinah, kemudian mereka bertanya kepada orang alim dari kalangan orang Yahudi tentang keadaan Muhammad, maka
orang Yahudi menjawab: “Tanyakan kepada Muhammad tentang tiga perkara:5
1. Tentang seorang pemuda yang telah pergi satu tahun
2. Tentang seseorang yang Thawaf dan dia telah sampai di bumi paling timur dan barat.
3. Tentang roh.
3Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Munir (Beirut: Dar al-Fikr, 1998), 214. 4Ibid., 214.
45
Maka jika Muhammad memeberitahu kalian tentang tiga perkara di atas, maka dia adalah seorang nabi, namun jika dia tidak mengabarkan kepada kalian, berarti dia bukan nabi.6
Maka ketika Nadzir dan temannya tiba di Makkah, mereka memberitahu nabi tentang tiga perkara di atas, sekaligus ditanyakan pada nabi, maka nabi mengatakan bahwa pertanyaan tersebut akan dijawab nabi besok, akhirnya nabi menetap di Makkah selama 15 malam, nabi merasa gelisah, takut dan bimbang karena perbincangan dan pertanyaan yang mereka ajukan. Sehingga orang-orang Makkah pun saling berbicara tentang kapan Muhammad akan menjawab pertanyaan-pertanyaan orang Yahudi, kemudian Jibril datang kepada nabi Muhammad dengan membawa wahyu dari Allah yaitu surat al-Kahfi dan di dalamnya terdapat jawaban-jawaban dari pertanyaan orang Yahudi.7
C.Munasabah
Setelah Allah menyebutkan kisah as}h}ab al-kah}fi untuk menetapkan kehendaknya dan telah menyebutkan tiga permisalan untuk menerangkan sebuah hakikat atau kenyataan, sesungguhnya kebenaran, kemenangan dan ketinggian derajat tidak bersangkutan dengan banyaknya harta, dan kedudukan atau kekuasaan, melainkan hanya dengan keyakinan kepada Allah dan iman yang kuat, untuk memperlihatkan kebenaran tersebut kepada orang-orang musyrik yang telah menyombongkan diri pada orang-orang miskin mukmin, dan penolakan mereka untuk duduk bersama orang-miskin.8