• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN HYPNOTHERAPY UNTUK MENINGKATKAN LEADERSHIP SKILL PENGURUS PONDOK PESANTREN NURUT TAQWA BONDOWOSO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN HYPNOTHERAPY UNTUK MENINGKATKAN LEADERSHIP SKILL PENGURUS PONDOK PESANTREN NURUT TAQWA BONDOWOSO."

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN HYPNOTHERAPY UNTUK MENINGKATKAN LEADERSHIP SKILL PENGURUS PONDOK PESANTREN NURUT TAQWA BONDOWOSO

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

ANWARI NURIL HUDA N I M : B 5 3 2 1 2 0 6 9

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)

iv

PENGESAHAN TIM PENGUJI

(5)

ABSTRAKS

Anwari Nuril Huda (B53212069), Efektivitas Bimbingan dan Konseling Islam dengan Hypnotherapy untuk Meningkatkan Leadership Skill Pengurus Pondok Pesantren Nurut Taqwa Bondowoso.

Dewasa ini wajah Indonesia tambah memprihatinkan. Pasalnya sebagian politisi dan pimpinan negara Indonesia semakin menggandrungi tindakan Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN). Mereka semakin jauh dari harapan bangsa dan cita-cita para pejuang kemerdekaan Indonesia. Oleh karenanya, untuk menkonter dekadensi tersebut, peneliti mengadakan sebuah penelitian penggunaan hypnotherapy untuk meningkatkan leadership skill yang dilakukan di Pondok Pesantren Nurut Taqwa Bondowoso Jawa Timur.

Di samping upaya peningkatan leadership skill pengurus, permasalahan inti yang diteliti dalam skripsi ini adalah keinginan peneliti untuk mengetahui sejauh mana efektivitas hypnotherapy di dalam meningkatkan leadership skill Pengurus Pondok Pesantren Nurut Taqwa.

Dalam proses pemberian hypnotherapy tersebut, peneliti menggunakan tahapan-tahapan bimbingan dan konseling secara umum. Sedangkan untuk membuktikan apakah ada pengaruh bimbingan tersebut terhadap peningkatan leadership skill pengurus, maka peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif yang berfungsi untuk mengungkap hasil dari semua data dan fakta yang telah diperoleh selama penelitian ini berlangsung. Sementara metode pengumpulan data yang dipilih oleh peneliti adalah berupa observasi, interview, angket dan dokumentasi.

Pasca pengujian T-Tes dilakukan dengan taraf signifikansi 5%, hasil menunjukkan bahwa hypnotherapy memiliki pengaruh di dalam meningkatkan leadership skill Pengurus Pondok Pesantren Nurut Taqwa Bondowoso.

Oleh sebab itu, peneliti menyarankan kepada semua pihak yang terkait dan mereka yang berkepentingan positif untuk lebih mengeksplor penggunaan hypnotherapy dalam kehidupan sehari-hari untuk tercapainya keinginan fisik maupun psikis.

(6)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN OTENTITAS SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Metode Penelitian ... 8

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 8

2. Populasi ... 10

3. Sampel ... 10

4. Teknik Sampling ... 11

5. Lokasi Penelitian ... 11

6. Variabel dan Indikator Penelitian ... 12

7. Definisi Operasional ... 13

8. Tahapan Penelitian ... 16

9. Teknik Pengumpulan Data ... 17

10. Teknik Analisis Data ... 19

F. Sistematika Pembahasan ... 21

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik Bimbingan dan Konseling Islam, Hypnotherapy, dan Leadership Skill ... 23

1. Bimbingan dan Konseling Islam ... 23

a. Sejarah Singkat Bimbingan dan Konseling Islam... 23

b. Definisi Bimbingan dan Konseling Islam ... 26

c. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam ... 33

d. Asas-Asas Bimbingan dan Konseling Islam ... 34

2. Hypnotherapy ... 38

a. Sejarah Singkat Hypnotherapy... 38

b. Pengertian Hypnotherapy ... 39

c. Ruang Lingkup Hypnotherapy ... 41

d. Konsep Hypnotherapy... 41

(7)

f. Proses Hypnotherapy ... 43

g. Teknik Hypnotherapy ... 45

h. Hypnotherapy dalam Perspektif Islam ... 46

3. Leadership Skill ... 48

a. Pengertian Leadership Skill ... 48

b. Teori Kepemimpinan ... 49

c. Ciri-Ciri Leadership Skill ... 51

d. Karakteristik Pemimpin Ideal ... 52

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 54

C. Hipotesis ... 57

Bab III: PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Umum Pondok Pesantren Nurut Taqwa Bondowoso .... 58

1. Profil Pondok Pesantren ... 58

2. Gambaran Umum Geografis ... 59

3. Data Pendidik ... 60

4. Lembaga Formal ... 60

5. Lembaga Informal ... 61

6. Jumlah Santri Berdasarkan Penghuni Kamar ... 62

7. Fasilitas Inventaris ... 63

8. Kegiatan-Kegiatan Pesantren ... 65

a. Jadwal Kegiatan Harian ... 65

b. Jadwal Kegiatan Mingguan ... 66

c. Jadwal Kegiatan Bulanan ... 66

d. Jadwal Kegiatan Tahunan ... 66

9. Kegiatan Ekstrakurikuler ... 67

B. Deskripsi Penilaian, Indikator, dan Responden ... 68

1. Penilaian Angket ... 68

2. Indikator dan Deskripsi Angket ... 69

3. Responden ... 71

C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 72

1. Proses Bimbingan dan Konseling dengan Hypnotherapy untuk Meningkatkan Leadership Skill Pengurus Pondok Pesantren Nurut Taqwa Bondowoso ... 73

a. Tahap Identifikasi ... 73

(8)

xi

2. Efektivitas Bimbingan dan Konseling dengan

Hypnotherapy untuk Meningkatkan Leadership Skill

Pengurus Pondok Pesantren Nurut Taqwa Bondowoso ... 81

a. Pretest ... 81

b. Posttest ... 82

D. Uji Keabsahan Instrumen ... 82

1. Uji Validitas Data ... 83

2. Uji Reliabilitas Data ... 85

E. Uji Hipotesis ... 88

BAB IV: ANALISIS DATA A. Analisis Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Hypnotherapy di dalam meningkatkan Leadership Skill Pengurus Pondok Pesantren Nurut Taqwa Bondowoso ... 89

B. Analisis Pengujian Efektivitas Bimbingan dan Konseling Islam dengan Hypnotherapy di dalam meningkatkan Leadership Skill Pengurus Pondok Pesantren Nurut Taqwa Bondowoso ... 93

C. Pengujian Dua Sampel ... 97

BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ... 102

B. Saran ... 103

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data Pendidik ... 60

Tabel 3.2 Lembaga Formal ... 61

Tabel 3.3 Lembaga Informal ... 61

Tabel 3.4 Jumlah Santri Putra Putri ... 62

Tabel 3.5 Fasilitas dan Inventaris ... 64

Tabel 3.6 Kegiatan Harian ... 65

Tabel 3.7 Kegiatan Mingguan ... 66

Tabel 3.8 Kegiatan Bulanan ... 66

Tabel 3.9 Kegiatan Tahunan ... 66

Tabel 3.11 Kegiatan Ekstrakurikuler ... 67

Tabel 3.12 Skoring Skala Angket Favourable dan Unfavourable ... 68

Tabel 3.13 Indikator dan Deskripsi Variabel X ... 69

Tabel 3.14 Blue Print Angket Bimbingan dan Konseling Islam dengan Hypnoterapy ... 70

Tabel 3.15 Indikator dan Deskripsi Variabel Y ... 70

Tabel 3.16 Blue Print Angket Leadership Skill ... 71

Tabel 3.17 Daftar Nama Responden ... 71

Tabel 3.18 Proses Bimbingan dan Konseling dengan Hypnotherapy ... 80

Tabel 3.19 Hasil Pretest Leadership Skill ... 81

Tabel 3.21 Hasil Posttest Leadership Skill ... 82

Tabel 3.22 Hasil Validitas Variabel X ... 83

Tabel 3.23 Hasil Validitas Variabel Y ... 84

Tabel 3.24 Hasil Reliabilitas Variabel X ... 86

Tabel 3.25 Hasil Reliabilitas Variabel X ... 86

Tabel 3.26 Hasil Reliabilitas Variabel Y ... 87

Tabel 3.27 Hasil Reliabilitas Variabel Y ... 87

Tabel 4.1 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ... 95

Tabel 4.2 Hasil Angket Pretest-Posttest ... 98

Tabel 4.3 Paired Samples Statistics ... 99

Tabel 4.4 Paired Samples Correlations ... 100

(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kepemimpinan dan manusia adalah dua entitas berbeda yang berkaitan

sangat erat, bahkan bisa dibilang keduanya tidak bisa dipisahkan antara satu

sama lain. Jauh sebelum manusia mengetahui tentang dirinya sendiri dan

konsepsi kepemimpinan, Allah SWT sudah memiliki rencana besar dalam

kehidupan manusia di bumi ini, yakni manusia akan dijadikan sebagai

pemangku sebuah tanggung jawab besar dari-Nya, yaitu kepemimpinan. Hal

tersebut bisa kita ketahui dari salah satu firman-Nya ketika manusia pertama

(Adam AS) diturunkan ke bumi. Kala itu Allah berfirman dengan tegas:



Artinya:“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS. Al Baqarah: 30)1

Dengan mudah, melalui ayat tersebut kita paham bahwasanya Allah

SWT hendak menjelaskan kepada kita semua bahwa salah satu misi Allah

menciptan manusia adalah untuk menjadikannya sebagai pemimpin di muka

bumi. Kata khusus yang menjadi bidikan dan pembahasan di dalam penelian

ini adalah ‘khalifah’. Secara harfiyah ‘khalifah’ berarti pengganti, yang

1 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: MQS Publishing, 2010), hal. 6

(11)

2

kemudian ditafsirkan oleh mufassir sebagai pemimpin. Pemimpin yang

dipasrahkan untuk mengelola dan memakmurkan bumi, sekaligus menjadi

pimpinan yang adil dan menyejahterakan bagi kaum yang dipimpinnya.2

Kalau kita membaca dan berusaha memahami kembali ayat tersebut, kita

akan menyadari bahwa ayat di atas sangat unik. Pasalnya, dalam rangka

menjelaskan alasan Allah menurunkan manusia ke bumi dan menjadikannya

sebagai khalifah (pemimpin), tidak lain disajikan dalam bentuk dialog, antara

Allah dan para malaikat. Hemat peneliti, respon para malaikat yang

cenderung ke arah negatif dengan mengatakan bahwa manusia hanya akan

membuat kerusakan dan pertumpahan darah, adalah untuk memberikan

gambaran kepada manusia bahwasanya manusia memiliki potensi

destruktivitas seperti saat ini terjadi; korupsi, perampasan HAM, aksi

terorisme, pembakaran lahan, dan sebagainya.3 Demikian ini (pandangan

malaikat) bisa dibilang adalah tinjauan tentang kepemimpinan manusia dari

perspektif pesimistis.

Setelah mengetahui respon malaikat tentang rencananya, Allah tidak

lantas mengurungkan keinginannya, bahkan Allah menimpali “Sesungguhnya

Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui”. Peneliti memahami bahwa

kendati manusia memiliki potensi ke arah negatif, manusia memiliki peluang

untuk membawa kepemimpinan ke arah yang konstuktif. Tentu dengan

didikan, treatmen, dan motivasi yang baik dan tepat. Ini adalah pandangan

2 Perpustakaan Nasional RI: Katalog Dalam Terbitan (KDT), Al-Quran dan Tafsirnya, (Jakarta: Widya Cahaya, 2011), hal. 75

(12)

3

positif dan sangat diyakini oleh peneliti, sehingga rela bersusah payah

mengadakan bimbingan konseling dengan hypnotherapy untuk meningkatkan

leadership skill.

Mengenai konsepsi kepemimpinan manusia, Nabi Muhammad SAW

pernah bersabda: pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya. Seorang kepala negara akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya. Seorang suami akan ditanya perihal keluarga yang dipimpinnya. Seorang isteri yang memelihara rumah tangga suaminya akan ditanya perihal tanggungjawab dan tugasnya. Bahkan seorang pembantu/pekerja rumah tangga yang bertugas memelihara barang milik majikannya juga akan ditanya dari hal yang dipimpinnya. Dan kamu sekalian pemimpin dan akan ditanya (diminta pertanggungan jawab) darihal hal yang dipimpinnya.(Bukhari-Muslim).4

Dari hadits ini, peneliti menyimpulkan bahwa manusia berkewajiban

untuk menjadi pemimpin dalam setiap keadaan dengan kapasitas mereka

masing-masing; pimpinan pemerintahan harus mengurusi wilayah dan

masyarakat atau warganya berdasarkan geografis-teritorial, pimpinan

keluarga harus melindungi dan mengayomi semua anggota keluarga, sampai

pimpinan untuk diri sendiri, yaitu membimbing diri sendiri agar tetap berada

pada jalan yang benar (on the right track), bahkan menjadi pemimpin yang

dirindukan oleh semua manusia.

(13)

4

Ironisnya, dewasa ini, kepemimpinan di Indonesia semakin

memprihatinkan. Kita bisa melihatnya minimal dari dua aspek, yaitu:

pertama, cara mereka mendapatkan sebuah posisi atau jabatan. Seringkali

mereka menggunakan aksi suap untuk meraih dukungan dan kemenangan;5

dan kedua, gaya ketika mereka menjalankan sebuah kekuasaan. Acapkali

mereka melakukan peng-kayaan diri dengan jalan koruptif. Bahkan untuk

mempertahankan posisinya mereka melakukan suap kepada instansi terkait

untuk menjaga kekuasaannya.6

Dalam media cetak maupun elektonik, hampir setiap hari kita

diperlihatkan betapa krisisnya kepemimpinan di Indoneisa saat ini. Pasalnya,

satu persatu para kaum elit negeri ini terjerat berbagai kasus yang sejak lama

tumbuh dan berkembang di bumi pertiwi; Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme

(KKN). Kasus paling jelas di hadapan kita adalah Tindak Pidana Korupsi

(Tipikor). Hingga akhir tahun 2015 terdapat deretan nama orang-orang

penting yang tersandung kasus korupsi, misalnya; Irjen Djoko Susilo (Mantan

Kepala Korps Lalu Lintas Polri), Luthfi Hassan Ishaaq (Mantan Presiden

Partai Keadilan Sejahtera), Ratu Atut Chosiyah (Gubernur Banten),

Burhanuddin Abdullah (Mantan Gubernur Bank Indonesia), Andi

Malarangeng (Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga), Anas Urbaningrum

(Mantan Ketua Umum Partai Demokrat)7, dan lain sebagainya.

5 Budaya Suap di DPR (http://www.jurnalasia.com/2015/10/22/budaya-suap-di-dpr/ diakses 03 Desember 2015)

6 Bersama Atut, Mantan Kandidat Pilkada Lebak Ini Suap Akil Mochtar Rp. 1 Miliar (http://nasional.kompas.com/read/2015/09/23/19234831/Bersama.Atut.Mantan.Kandidat.Pilkada.L ebak.Ini.Suap.Akil.Mochtar.Rp.1.Miliar diakses 03 Desember 2015)

(14)

5

Secara akademis, mereka yang tersandung kasus korupsi adalah

orang-orang yang memiliki kualitas keilmuan tinggi dan wawasan yang luas. Hal itu

terbukti dengan latar belakang, track record, dan posisi yang mereka

dapatkan semasa mudanya, rata-rata mereka adalah pimpinan organisasi atau

instansi yang mereka ikuti.

Berangkat dari fenomena ironi di atas, peneliti ini terpanggil untuk

melakukan sebuah tindakan nyata untuk berkontribusi di dalam membantu

menciptakan para pemimpin yang benar-benar diharapkan oleh kita semua,

yakni pemimpin yang tulus, berintegritas, berkualitas, loyalis, dan berdedikasi

tinggi bagi dirinya sendiri, bangsa, negara, dan agama.

Adapun objek penelitian yang akan kami ambil adalah pengurus, yakni

Pengurus Pondok Pesantren Nurut Taqwa. Beberapa faktor pengambilan

keputusan ini adalah: Pertama, peneliti adalah salah satu penerima Program

Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) yang memiliki tanggung jawab besar

untuk berkontribusi terhadap kemajuan kualitas dan kuantitas pesantren asal,

Pondok Pesantren Nurut Taqwa Bondowoso. Dengan penelitian ini, kualitas

santri khususnya dalam leadership skill diharapkan akan semakin meningkat

dan membanggakan.

Kedua, meski santri meruapakan pelajar literatur keislaman sekaligus

ilmu umum, bukan berarti mereka sepenuhnya baik tanpa cacat. Misalnya

pada saat tahapan awal penelitian ini, peneliti berhasil mewawancarai dan

mendapatkan data dari dua Pengurus Pondok Pesantren Nurut Taqwa, Ahmad

dan Muhammad (nama samaran) tentang beberapa sisi minus dari sebagian

(15)

6

hadapan santri umum, bergaul tanpa ada batasan kewibawaan, bahkan

pengurus nyaris kehilangan mendapatkan rasa hormat (lemahnya integritas);

b) Sebagian pengurus dipilih bukan karena memiliki kualitas bagus di atas

rata-rata, tetapi terkadang karena mereka adalah pelaku penyimpangan itu

sendiri (lemahnya kualitas); c) Sebagian pengurus hanya giat dan patuh ketika

mereka dipantau oleh atasan, semisal ustadz atau kyai (lemahnya loyalitas);

d) Sebagian pengurus enggan untuk berlomba-lomba untuk memberikan lebih

dari pengurus yang lain, misalnya mengkoordinir santri untuk kerja bakti,

bersedekah, dan membersihkan lingkungan meski bukan piketnya (kurangnya

dedikasi).8 Mengetahui hal ini, penelitian ini diharapkan dapat mengurangi

destruktivitas tersebut, bahkan dapat mengatasinya secara total.

Ketiga, secara ekonomi, mayoritas para santri di Pondok Pesantren Nurut

Taqwa adalah dari kelas menengah ke bawah yang kecil kemungkinan

mereka mampu melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah. Dengan adanya

penelitian ini –yang di dalamnya juga ada treatment hypnotherapy untuk

meningkatkan leadership skill, maka penelitian ini diproyeksikan bisa

membantu membentuk pribadi yang bertanggung jawab secara moril maupun

materiil bagi dirinya sendiri, keluarga dan lingkungannya tanpa harus belajar

di sekolah tinggi.

Sementara hypnotherapy digunakan sebagai media dalam meningkatkan

leadership skill tidak terlepas dari tren saat ini. Akhir-akhir ini hypno yang

hanya mengandalkan sugesti alam bawah sadar manusia semakin

mendapatkan tempat di hati masyarakat. Hal tersebut terbukti dengan

(16)

7

pemanfaatan hypno dalam meningkatkan berbagai aspek kehidupan, mulai

dari dunia pendidikan, kedokteran, parenting, training, dan dunia marketing.9

Maka peneliti sangat tertarik untuk mengetahui efektivitas hypnotherapy

dalam meningkatkan kualitas konseli di bidang leadership skill.

Oleh sebab itu, penelitian yang diangkat oleh peneliti dalam bentuk

skripsi saat ini adalah “Efektivitas Bimbingan dan Konseling Islam dengan

Hypnotherapy untuk Meningkatkan Leadership Skill Pengurus Pondok

Pesantren Nurut Taqwa Bondowoso”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini peneliti

merumuskan sebuah rumusan masalah yang dianggap sangat urgen untuk

diketahui, yaitu “Bagaimana efektivitas hypnotherapy dalam meningkatkan

leadership skill Pengurus Pondok Pesantren Nurut Taqwa Bondowoso?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang tertera di atas, penelitian ini

memiliki satu tujuan krusial, yaitu “Untuk mengetahui efektivitas

hypnotherapy di dalam meningkatkan Leadership Skill Pengurus Pondok

Pesantren Nurut Taqwa Bondowoso”

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bisa membantu memperkaya khazanah

keilmuan terkait hypnotherapy dalam dunia Bimbingan dan Konseling Islam

baik secara teoritis maupun secara praktis.

(17)

8

Adapun beberapa manfaat penelitian Bimbingan dan Koseling Islam

dengan hypnotherapy penelitian ini di antaranya sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan

sumbangan penelitian (referensi) terhadap ilmu pengetahuan terkait

penggunaan hypnotherapy sebagai media untuk meningkatkan kualitas

hidup seseorang, khususnya dalam meningkatkan leadership skill.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pendidik (kyai, ustadz/ah, dan dosen): Hasil penelitian ini bisa

dijadikan sebagai salah satu media belajar hypnothetapy sehingga

kemudian bisa digunakan menjaga dan meningkatkan leadership

skill pengurus, sehingga mereka lebih piawai dan bersemangat di

dalam memimpin diri sendiri dan orang lain.

b. Bagi subyek penelitian: Hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai

instrument introspeksi dan pengembangan leadership skill agar

mereka memiliki integritas, kualitas, loyalitas, dan dedikasi

kepemimpinan yang baik.

c. Bagi mahasiswa umum: Penelitian ini bisa dijadikan sebagai contoh

konkret pengaplikasian hypnotherapy di dalam meningkatkan

leadership skill seseorang.

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang akan digunakan oleh peneliti dalam hal ini adalah

(18)

9

adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data

berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang

ingin kita ketahui.10

Adapun jenis penelitiannya, peneliti akan menggunakan penelitian

eksperimental. Penelitian eksperimental dapat didefinisikan sebagai

metode yang dijalankan dengan menggunakan suatu perlakuan

(treatment) tertentu. Observasi pada penelitian eksperimental dilakukan di

bawah kondisi buatan (artificial condition) yang diatur oleh peneliti.11 Hal

ini diambil karena peneliti ingin menggunakan suatu perlakuan terhadap

kelompok tertentu dengan kondisi yang akan diatur sedemikian rupa dan

kemudian hasilnya akan dievaluasi.

Pre-Experimental Designs (nondesigns), khususnya One Group

Pretest-Posttest Design adalah bentuk penelitian eksperimntal yang

dipilih oleh peneliti. Model ini dipilih karena peneliti hendak memberikan

tes pada saat sebelum dan sesudah Bimbingan dan Konseling Islam

dengan hypnothetapy dilakukan untuk mengetahui efektivitas

hypnotherapy dalam meningkatkan leadership skill.12

Desain tersebut dapat digambarkan seperti berikut:

Keterangan:

O1 = nilai pretest (sebelum diberi hypnotherapy)

O2 = nilai posttest (setelah diberi hypnotherapy)

Pengaruh hypnotherapy terhadap peningkatan leadership skill pengurus= (O2 –

O1)

10 S. Margono, Metodologi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), hal. 105

11 Restu Kartiko Widi, Asas Metodologi Penelitian: Sebuah Pengenalan dan Penuntun Langkah demi Langkah Pelaksanaan Penelitian, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hal. 76

12 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: CV. Alfabeta, 2013), hal. 110

(19)

10

2. Populasi

Secara etimologi populasi diartikan sebagai jumlah orang atau benda

di suatu daerah yang memiliki sifat universal.13 Populasi adalah obyek

secara keseluruhan yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari atau diteliti.14 Sedangkan

menurut Dr. Riduwan, M.B.A dalam bukunya pengantar statistik sosial

mengatakan populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada

suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan

masalah penelitian.15

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah Pengurus Pondok

Pesantren Nurut Taqwa Bondowoso baik pengurus santri putra maupun

pengurus santri putri (santriwati).

3. Sampel

Sampel adalah bagian terkecil yang mampu mewakili suatu kelompok

secara keseluruhan yang lebih besar (populasi).16 Kemudian dari sampel

tersebut kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi yang

bersangkutan. Oleh sebab itu sampel yang diambil harus betul-betul

representatif.17

Adapun sampel penelitian ini adalah tiga puluh Pengurus Pondok

Pesantren Nurut Taqwa yang dipilih secara acak.

13 Mahi M. Hikmat, Metode Penelitian Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), hal. 60

14 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 80

15 Riduwan, Pengantar Statistik Sosial, (Bandung: Alfabeta, 2009), hal. 6

16 Mahi M. Hikmat, Metode Penelitian Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), hal. 61

(20)

11

4. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini berbasis pada

Probability Sampling. Probability sampling adalah sebuah teknik

pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap

unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel sebuah

penelitian.18

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

Simple Random Sampling dimana pengambilan sampel yang memberikan

peluang yang sama bagi setiap anggota dan diambil secara acak tanpa

memperhatikan strata yang ada dalam populasi.19Apabila subyeknya lebih

dari 100 orang, maka diperbolehkan mengambil sampel 10 % - 15 %

hingga 20 % - 25% atau lebih.20 Pemilihan teknik ini tidak terlepas dari

kondisi dan kualitas Pengurus Pondok Pesantren Nurut Taqwa baik santri

putra maupun santri putri yang relatif sama (homogen) dilihat dari aspek

tingkat pendidikan, backround keluarga, dan ekonomi.

5. Lokasi Penelitian

Lokasi dan waktu penelitian merupakan rencana tentang tempat dan

jadwal yang akan dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan kegiatan

penelitiannya. Dalam pembuatan proposal, membuat jadwal penelitian

merupakan sesuatu yang harus dilakukan karena dapat memberikan

rencaca secara jelas dalam proses pelaksanaan penelitian. Jadwal

18 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: CV. Alfabeta, 2013), hal. 120

19 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: CV. Alfabeta, 2013), hal. hal.82

(21)

12

penelitian meliputi kegiatan persiapan, pelaksanaan dan penyusunan

laporan penelitian.21

Adapun lokasi penelitian ini adalah Pondok Pesantren Nurut Taqwa

Desa Grujugan No. 09 Kecamatan Cermee Kabupaten Bondowoso

Provinsi Jawa Timur.

6. Variabel dan Indikator Penelitian

Secara teoritis variable dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang,

atau objek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain

atau satu objek dengan objek yang lain. Variabel juga merupakan atribut

dari bidang keilmuan atau kegiatan tertentu.Tinggi, berat badan, sikap

motivasi, kepemimpinan, dan disiplin kerja.22

Adapun dua variabel dan indikator dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Variabel Bebas (Independent Variable):

Variabel bebas adalah variabel mandiri yang tidak dipengaruhi

variabel lain. peneliti menjadikan Bimbingan dan Konseling Islam

dengan hypnotherapy sebagai variabel bebas yang diberi simbol X.

Adapun indikator-indikator dalam variabel X ini adalah sebagai

berikut:

1) High Suggestibility

2) Appreciative Inquiry

3) Suggestion Therapy

21 A. Aziz Alimul Hidayat, Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data, (Jakarta: Salemba Medika, 2012), hal. 23-24

(22)

13

b. Variabel Terikat (Dependent Variable):

Variabel terikat adalah variabel yang memiliki probabilitas tinggi

untuk dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel ini ditandai

dengan simbol Y. Dalam penelitian ini variabel terikatnya berupa

Leadership Skill Pengurus Pondok Pesantren Nurut Taqwa

Bondowoso.

Adapun indikator-indikator dalam variabel Y ini adalah sebagai

berikut:

1) Integritas

2) Kualitas

3) Loyalitas

4) Dedikasi

7. Definisi Operasional

Untuk menghindari salah pengertian pembaca terhadap konsep yang

diangkat dalam penelitian ini, maka peneliti terlebih dahulu menjelaskan

tentang definisi semua konsep dengan rinci pada judul “Efektivitas

Bimbingan dan Konseling Islam dengan Hypnotherapy untuk

Meningkatkan Leadership Skill Pengurus Pondok Pesantren Nurut

Taqwa”.

Adapun semua konsep tersebut didefinisikan berdasarkan pendapat

beberapa tokoh sebagaimana berikut ini:

a. Bimbingan dan Konseling Islam

Bimbingan adalah terjemahan dari kata ‘Guidance’ yang

(23)

14

potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara optimal

dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi

hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik.23

Sedangkan konseling menurut M. Umar Sartono adalah suatu

bantuan yang diberikan seseorang (konselor) kepada orang lain (klien)

yang bermasalah psikis-sosial, dengan harapan klien tersebut dapat

memecahkan masalahnya, memahami dirinya, sekolah dan

masyarakat.24

Menurut Bambang Ismaya konseling adalah serangkaian kegiatan

yang dilakukan oleh konselor yang dilakukan secara khusus dengan

cara tatap muka dengan konseli guna mengatasi masalah yang

dihadapi konseli.25

Sementara term Islam sendiri berasal dari bahasa Arab dalam

bentuk masdar harfiyah berarti selamat, sentosa dan damai.26

Sedangkan menurut Syaikh Ahmad dan Muhammad al-Maliki al-Sawi

Islam adalah aturan Ilahi yang dapat membawa manusia untuk berakal

sehat menuju kemaslahatan atau kebahagiaan hidupnya di dunia dan

akhiratnya.27

Adapun pengertian Bimbingan Konseling Islam secara utuh

menurut M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky adalah suatu aktivitas

23 Abu Achmadi & Achmadi Rochani, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hal. 1

24 M. Umar Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: Pustaka Setia, 1998), hal. 16 25 Bambang Ismaya, Bimbingan & Konseling Studi, Karier, dan Keluarga, (Bandung: PT Refika Aditama, 2015), hal. 6

(24)

15

memberikan sebuah bimbingan dan pedoman kepada klien dengan

keterampilan khusus yang dimiliki pembimbing dalam hal bagaimana

seharusnya seorang klien mengembangkan potensi akal pikirannya,

jiwa, dan keimanan, serta dapat menanggulangi masalah dengan baik

dan benar secara mandiri yang berparadigma kepada Al- Qur’an dan

As-Sunnah Rasulullah SAW.28

b. Hypnotherapy

Hypnotherapy berasal dari dua kata; hypno dan therapy. Maka

kemudian Kartini Karto mendefinisikan hypnotherapy sebagai suatu

bentuk psikoterapi yang menggunakan hipnosa, atau penggunaan

hypnosis sebagai pembantu dalam melakukan terapi, terutama sangat

bermanfaat untuk meringankan (sementara) gejala-gejala penyakit

tertentu serta mengembalikan ingatan ke dalam alam sadar.29

Hypnotherapy juga diartikan sebagai sebuah treatmen yang terkait

dengan kekuatan penggunaan sugesti, di mana sugesti tersebut dapat

menghasilkan efek terapeutik (penyembuhan) bagi konseli.30

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hypnotherapy adalah

pemanfaatan kondisi hipnosis untuk diberikan konseling atau sugesti

agar si konseli tersebut bisa menghadapi masalah atau mampu

menjalani hidup dengan baik.

28 M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam , (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2001), hal. 137

29 Kartini Kartono dan Dali Gulo, Kamus Psikologi, (Bandung: CV. Pionir Jaya, 2000), hal. 211

(25)

16

c. Leadership Skill

Leadership berasal dari bahasa Inggris yang diterjemahakan

dalam bahasa Indonesia sebagai ‘kepemimpinan’. Suku kata awal

dari leadership adalah lead kemudian ditambah er untuk menunjukkan

pelaku, maka menjadi ‘leader’ yang bermakna pemimpin. Dalam

bahasa Indonesia sendiri pemimpin dapat juga diartikan sebagai ketua,

atau pun komandan.31

Mohammad Karim mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses

perilaku untuk memenangkan hati, pikiran, emosi dan perilaku orang

lain untuk berkontribusi terhadap terwujudnya visi.32 Sementara arti

skill sendiri menurut John M. Echols dan Hassan Shadily dijelaskan

sebagai suatu kecakapan, kepandaian, keterampilan, keahlian di

bidang tertentu, keahlian tehnik.33

Maka berdasarkan definisi di atas, dapat dipahami bahwa

leadership skill adalah kemampuan seseorang untuk merayu,

mengajak dan mengatur orang lain sehingga mereka mau menuju dan

bahkan mencapai target yang telah dicita-citakan bersama.

8. Tahap-tahap Penelitian

Adapun tahapan penelitian Efektivitas Bimbingan dan Konseing Islam

dengan Hypnotherapy untuk Meningkatkan Leadership Skill Pengurus

Pondok Pesantren Nurut Taqwa adalah sebagai berikut:

31 Tinko Iensufiie, Leadership untuk Profesional dan Mahasiswa, (Jakarta: Esensi Erlangga Group, 2010), hal. 2

32 Mohammad Karim, Pemimpin Transformasional di Lembaga Pendidikan Islam, (Malang: UIN Maliki Press, 2010), hal. 13

(26)

17

a. Tahap pra lapangan

1) Menyusun rancangan penelitian

2) Memilih lapangan penelitian

3) Menjajaki dan menilai keadaan lapangan

4) Memilih dan memanfaatkan informan

5) Menyiapkan perlengkapan penelitian

6) Persoalan etika penelitian

b. Tahap proses di lapangan

1) Memahami latar penelitian dan persiapan diri

2) Memasuki lapangan

3) Berperan serta sambil mengumpulkan data

4) Tahap analisis data

9. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah tahapan yang paling krusial. Maka

proses ini harus dilakukan dengan cermat agar memperoleh hasil yang

sesuai dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.34

Adapun beberapa teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh

peneliti selama proses penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi adalah serangkaian pengumpulan data yang dilakukan

secara langsung terhadap obyek penelitian melalui panca indra;

mata, telinga, dan panca indra lainnya.35

34 Sugioyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 224

(27)

18

Pada proses ini peneliti mengamati secara langsung fakta objek

penelitian para Pengurus Pondok Pesantren Nurut Taqwa, yakni cara

mereka bersosialisasi dengan teman sesama pengurus, sosialisa

mereka dengan santri non pengurus, karakter kepemimpinan mereka,

dan cara menyikapi suatu permasalahan yang sedang mereka hadapi

di pondok pesantren.

b. Interview (Wawancara)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan dari

interviewer.36 Teknik ini digunakan oleh peneliti sebagai penguat

hasil observasi maupun angket yang telah diperoleh.

Pada teknik ini, sedikitnya peneliti telah berhasil mewawancarai

tiga orang Pengurus Pondok Pesantren Nurut Taqwa dengan inisial

nama; AS, AB, dan IA yang dilakukan pada 03 September 2015.

c. Kuesioner (Angket)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawab.37

Peneliti menggunakan angket tertutup guna mengetahui

kenyataan leadership skill Pengurus Pondok Pesantren Nurut Taqwa

36 Lexi Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 186

(28)

19

Bondowoso. Dan penyebaran angket tersebut dilakukan pada tanggal

10 Desember 2015.

d. Dokumentasi

Dokumentasi adalah rekaman peristiwa yang lebih dekat dengan

percakapan, menyangkut persoalan pribadi, memerlukan interpretasi

yang berhubungan sangat dekat dengan konteks rekaman peristiwa

tersebut.38 Metode ini digunakan sebagai bukti proses penelitian

sekaligus untuk bukti otentik visual saat proses pemberian

Bimbingan dan Konseling Islam berlangsung di hadapan Pengurus

Pondok Pesantren Nurut Taqwa Bondowoso.

10. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kuantitatif, teknik analisis data merupakan kegiatan

setelah pengumpulan data seluruh responden atau sumber data lain

terkumpul sempurna.

Adapun langkah-langkah analisis data yang ditempuh oleh peneliti

saat pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Memeriksa (Editing)

Hal ini dilakukan setelah semua data yang kita kumpulkan

melalui kuesioner atau angket atau instrumen lainnya. Langkah

pertama yang perlu dilakukan adalah memeriksa kembali semua

kuesioner tersebut satu persatu. Hal ini dilakukan dengan maksud

untuk mengecek apabila terjadi kesalahan, maka responden akan

diminta untuk mengisi angket kembali.

(29)

20

b. Memberi Tanda Kode (Coding)

Coding adalah pemberiaan tanda terhadap semua pernyataan

yang telah sebelumnya diajukan kepada responden dalam bentuk

angket. Pemberian kode ini dimaksudkan untuk mempermudah

peneliti pada saat melakukan tabulasi dan analisa data.

c. Tabulasi Data

Tabulasi data dilakukan pada saat kedua tahapan sebelumnya

sudah diselesaikan. Artinya tidak ada lagi permasalahan yang timbul

dalam editing dan coding atau semuanya telah selesai.

Analisis perhitungan rumus statistik dengan menggunakan tabel

data. Ragam tabel data disesuaikan dengan kebutuhan komponen

rumus tersebut. Dengan demikian, rumus perhitungan analisis rumus

tersebut hanya dilakukan dalam tabel itu.39

Adapun ketiga teknik analisis data ini ditempuh untuk mengetahui

efektivitas hasil treatment yang digunakan oleh peneliti –yang berupa

Bimbingan dan Konseling dengan Hypnotherapy (variabel X)– di dalam

meningkatkan Leadership Skill Pengurus Pondok Pesantren Nurut

Taqwa Bondowoso (variabel Y).

F. Sistematika Pembahasan

Secara substansial isi skripsi ini saling memiliki relevansi mulai dari bab

pertama sampai dengan bab kelima. Tujuan penulisan Sistematika

Pembahasan adalah untuk memberikan gambaran alur pembahasan agar

pembaca dapat dengan mudah mengetahui dan memahami isi skripsi ini.

(30)

21

Adapun sistematika pembahasan penelitian Efektivitas Bimbingan dan

Konseling Islam dengan Hypnotherapy untuk Meningkatkan Leadership Skill

Pengurus Pondok Pesantren Nurut Taqwa adalah sebagai berikut:

Bab pertama, pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang mengapa

penelitian ini diangkat, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, definisi operasional, kerangka teori-hipotesis, metode penelitian

(meliputi: pendekatan dan jenis penelitian, populasi, sampel dan teknik

sampling, variabel dan indikator penelitian, teknik pengumpulan data, dan

teknik analisis data). Dalam bab ini juga berisi tentang sistematika

pembahasan seperti yang anda baca saat ini.

Bab kedua, tinjauan pustaka. Bab ini berisi kerangka teoritik, yaitu:

Bimbingan Dan Konseling Islam (meliputi: pengertian Bimbingan Konseling

Islam, tujuan Bimbingan Konseling Islam, asas Bimbingan Dan Konseling

Islam); hypnotherapy (meliputi: sejarah hypnotherapy, pengertian

hypnotherapy, ruang lingkup hypnotherapy, konsep hypnotherapy, tujuan

hypnotherapy, proses hypnotherapy, teknik hypnotherapy, hypnotherapy

perspektif Islam); dan leadership skill (meliputi: pengertian leadership skill,

teori kepemimpinan, dan ciri-ciri leadership skill).

Bab ketiga, penyajian data. Bab ini di dalamnya berisi tentang; deskripsi

umum objek penelitian, deskripsi hasil penelitian di mana dalam deskripsi

hasil penelitian ini dibahas tentang deskripsi proses pelaksanaan serta

efektivitas Bimbingan Dan Konseling Islam dengan hypnotherapy untuk

meningkatkan leadership skill Pengurus Pondok Pesantren Nurut Taqwa

(31)

22

Bab keempat, analisis data. Pada bab ini peneliti membahas tentang dua

analisis data; pertama adalah mengalisa proses pelaksanaan pemberian

Bimbingan dan Konseling Islam dengan hypnohterapy dan yang kedua adalah

analisa mengenai efektivitas Bimbingan dan Konseling Islam dengan

hypnotherapy di dalam meningkatkan leadership skill Pengurus Pondok

Pesantren Nurut Taqwa Bondowoso.

Bab kelima, penutup. Bab ini berisi kesimpulan dan saran. pada sub bab

kesimpulan, maka peneliti sajikan kesimpulan dari rangkaian proses serta

efektivitas penelitian sekaligus menjawab rumusan masalah. Sedangkan pada

sub bab saran, peneliti akan memberikan saran dan rekomendasi kepada

instansi, kyai atau guru, pengurus, serta individu terkait guna pengembangan

(32)

23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritik tentang Bimbingan dan Konseling Islam, Hypnotherapy,

dan Leadership Skill

1. Bimbingan dan Konseling Islam

a. Sejarah Singkat Bimbingan dan Konseling Islam

Sejarah bimbingan dan konseling barat bermula pada tahun

1907 adalah Jesse B. Davis dan seorang temannya, Frank Parson

dianggap sebagai pelopor bimbingan konseling. Jesse B. Davis

cenderung lebih aktif mengembangkan bimbingan konseling di dunia

akademi. Selain aktif memberikan kuliah tentang bimbingan dan

konseling, ia juga tercatat sebagai konselor sekolah di Central High

School yang terletak di Ditroit.40

Sementara Frank Parson lebih aktif di dunia sosial, ia

mendirikan Biro Konsultasi, fokus pada Vocational Guidance yang

meliputi vocational placement, vocational choice, dan vocational

training. Bahkan biro ini menjadi inspirasi didirikannya Ikatan

Bimbingan Kejuruan Nasional (1913) di New York. Berkat kedua

pelopor inilah bimbingan konseling resmi diakui sebagai profesi

pada tahun 1918.41

Sedangkan Bimbingan dan Konseling Islam menurut para tokoh

dan pemuka agama Islam, sebenarnya sudah lama ada, bahkan sejak

40 Shahudi Siradj, Pengantar Bimbingan dan Konseling, (Surabaya: Revka Petra Media, 2012), hal. 36-38

41Shahudi Siradj, Pengantar Bimbingan dan Konseling, (Surabaya: Revka Petra Media, 2012), hal. 37-39

(33)

24

pertama kali agama itu diturunkan. Kita bisa menelusurinya dari

banyak ayat dalam al Quran, antara lain:

1) Al Quran sebagai pedoman bagi manusia

 melihat orang-orang yang zalim ketika mereka melihat azab

berkata: "Adakah kiranya jalan untuk kembali (ke dunia)?" (QS.

Asyuura: 44)

Artinya: “Al Quran ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk

dan rahmat bagi kaum yang meyakini”. (QS. Al Jatsiyah,

45:20).42

2) Penyakit psikis serta pengobatannya43



Artinya: “Wahai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta

rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (QS.Yunus, 10:57).44



Artinya:”Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al

42 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: MQS Publishing, 2010), hal. 500

43 Elfi Mu’awanah, Bimbingan Konseling Islam: Memahami Fenomena Kenakalan Remaja dan Memilih Upaya Pendekatannya dalam Konseling Islam, (Teras, 2012), hal. 125-126

(34)

25

Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim

selain kerugian”. (QS. Al Isra, 17:82).45

Artinya:” Dan sekiranyaAl Quran Kami jadikan sebagai bacaan dalam bahasa selain bahasa Arab, nisacaya mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?" Apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (Rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Quran itu suatu kegelapan bagi mereka[1334]. mereka itu

adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh".(QS.

Fushshilat, 41:44).46

Islam adalah agama yang kompleks, sarat ilmu pengetahuan.

Ketika ia bersentuhan dengan realitas sosial, maka ia akan

melahirkan pengetahuan baru dalam kehidupan manusia; sosiologi,

antropologi, psikologi dan ilmu lainnya.47 Dengan demikian,

tentunya Islam juga membahas dan mengajarkan manusia tentang

bimbingan dan konseling. Prinsipnya sederhana; Islam adalah

sumber segala ilmu pengetahuan dan bertujuan untuk

menyelamatkan manusia di dunia dan akhirat. Sementara bimbingan

dan konseling adalah salah satu bidang keilmuan dan bertujuan

membahagiakan manusia (konseli) di dunia dan akhirat.

45 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: MQS Publishing, 2010), hal. 290

46 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: MQS Publishing, 2010), hal. 481

(35)

26

Artinya, dalam praktiknya, Islam telah melaksanakan bimbingan

konseling jauh sebelum bimbingan konseling menjadi sebuah bagian

ilmu pengetahuan yang mandiri dan dapat diterima oleh masyarakat

luas secara ilmiah.

b. Definisi Bimbingan dan Konseling Islam

Kitatahu bahwa term dan Konseling Islam adalah suatu istilah

yang dirangkai oleh tiga kata; bimbingan, konseling, dan Islam.

Berikut ini adalah definisi yang diberikan oleh beberapa ahli

mengenai tiga kata pokok tersebut:

1) Bimbingan

Bimbingan meruapakan terjemahan kata ‘guidance’ yang

berasal dari akar kata ‘guide’, di mana kata ini memiliki arti

mengarahkan (to direct), menuntun (to pilot), mengelola (to

manage), dan menyetir (to steer).48

Dalam bukunya Sofyan S. Wilis, Arthur J. Jones (1970)

mengartikan bimbingan sebagai “The help given by one person

to another in making choices and adjusment and in solving

problems”. Artinya, bimbingan dimaknai sebagai bantuan yang

diberikan oleh seseorang (konselor) kepada orang lain (konseli)

untuk membuat pilihan-pilihan dalam hidupnya, menjadikan

klien mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, dan

(36)

27

bahkan dapat memecahkan masalah-masalah yang

dihadapinya.49

Bimo Walgito mendifinisikan bimbingan sebagai bentuk

bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada induvidu

ataupun kelompok dalam membantu kesulitan-kesuliatn yang

dialaminya mencapai kesejahteraan hidupnya.50

Menurut Priyatno dan Ermananti bimbingan didefinisikan

sebagai suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh

orang yang ahli kepada seorang atau beberapa individu, baik

anak-anak, remaja, maupun dewasa agar orang yang dibimbing

dapat mengembangkan kemampuan sendiri secara mandiri

dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada

serta dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang

berlaku.51

Sementara menurut Muhammad Surya, bimbingan adalah

suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan

sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar

tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan

diri, dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan

penyesuain diri dengan lingkungannya.52

49 Sofyan S. Wilis, Konseling Individu Teori dan Praktek, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 11

50 Bimo Walgito, Bimbingan dan penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta: Yasbit Fak. Psikologi UGM, 1983), hal. 4

51 Priyatno & Ermananti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hal. 99

(37)

28

Tidak jauh berbeda, Samsul Munir juga memberikan

pengertian bimbingan sebagai bantuan yang diberikan secara

sistematis kepada seseorang atau masyarakat agar mereka

memperkembangkan potensi-potensi yang dimilikinya sendiri

dalam upaya mengatasi berbagai permasalahan, sehingga

mereka dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara

bertanggung jawab tanpa harus bergantung kepada orang lain,

dan bantuan itu dilakukan secara terus-menerus.53

Dengan dimikian, dari definisi di atas, hemat peneliti bahwa

bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian

bantuan berupa wejangan, saran, atau informasi dari seorang

ahli (konselor) terhadap individu atau kelompok (konseli) agar

individu atau kelompok tersebut bisa mengoptimalkan potensi

yang dimilikinya, sehingga mereka mampu mengaktualisasikan

diri dan bisa bersosialisasi dengan baik, yakni sesuai dengan

nilai dan norma yang berlaku.

2) Konseling

Counseling adalah kata dalam bahasa inggris yang

kemudian di Indonesia dibahasakan ‘Konseling’. Counseling

bermakna pemberian nasihat, anjuran, dan pembicaraan.54

Dewasa ini, pengertian konseling diklasifikasikan menjadi

dua terminologi; pengertian secara konvensional dan modern.

(38)

29

Kendati demikian, keduanya tidak memiliki pertentangan,

bahkan hal terebut menunjukkan bahwa dunia konseling

memiliki elastisitas terhadap perubahan zaman.

Secara konvensional, konseling didefinisikan sebagai

pelayanan profesional (professional service) yang diberikan oleh

konselor kepada konseli secara tatap muka (face to face), agar

konseli dapat mengembangkan perilakunya ke arah lebih maju

(progressive).55

Sedangkan pengertian konseling secara modern

didefinisikan sebagai profesi bantuan (helping profession) yang

diberikan oleh konselor kepada konseli atau kelompok konseli,

di mana konselor dapat menggunakan teknologi sebagai media,

untuk memfasilitasi proses perkembangan konseli atau

kelompok konseli sesuai dengan kekuatan, kemampuan

potensial dan aktual serta peluang-peluang yang dimiliki, dan

membantu mereka dalam mengatasi segala permasalahan dalam

perkembangan dirinya.56

Dari tiga pengertian konseling di atas peneliti simpulkan

bahwa konseling adalah suatu proses bantuan yang dilakukan

oleh seorang ahli kepada individu atau kelompok baik melalui

media atau pun face to face untuk membantu menyelesaikan

persoalan hidup yang sedang menimpa diri konseli.

55 Hartono dan Boy Soedarmadji, Psikologi Konseling, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), hal. 26

(39)

30

3) Islam

Secara terminologi, Islamberasal dari bahasa Arab dalam

bentuk masdar harfiyah berarti selamat, sentosa dan

damai.57Sedangkan menurut Syaikh Ahmad dan Muhammad

al-Maliki al-Sawi Islam adalah aturan Ilahi yang dapat membawa

manusia untuk berakal sehat menuju kemaslahatan atau

kebahagiaan hidupnya didunia dan akhiratnya.58

Islam juga dijabarkan sebagai sebuah agama Allah yang

menjadikan al Quran dan al Hadits sebagai dasar utama

pengambilan hukum untuk menjungjung tinggi harkat martabat

manusia dalam semua aspek kehidupan; sosiologis,

antropologis, psikologis, dan budaya.59

Juhaya S. Praja memberikan pengertian bahwa Islam adalah

agama yang bertujuan untuk menjadikan manusia seutuhnya.

Secara spesifik ia menjelaskan hal tersebut akan tercapai

manakala manusia telah memahami dan melaksanakan tujuan

Islam itu sendiri, yaitu: a) Tujuan Primer (al-dlarury) yang

meliputi memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, kehormatan,

dan kekayaan; b) Tujuan Sekunder (al-haajiy), di mana tujuan

ini berkenaan dengan pemberian dipensiasi terhadap ketentuan

Allah ketika ketentuan tersebut dirasa berat untuk dilaksanakan;

57 Asy’ari, Ahm dkk, Pengantar Study Islam (Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2004), hal. 2 58 Aswadi, Iyadah dan Ta’ziyah Perspektif Bimbingan Konseling Islam (Surabaya: Dakwah Digital Press, 2009), hal. 9-10

(40)

31

c) Tujuan Tertier (al-tahsiniyyat), tujuan dari pada bagian yang

ketiga ini adalah untuk memberikan kenyamanan dan nilai lebih

bagi kehidupan manusia.60

Setelah dikutip beberapa pengertian mengenai ketiga katadi atas

(bimbingan, konseling dan Islam), maka peneliti juga menyertakan

pendapat beberapa tokoh terkait definisi untuh mengenai istilah

Bimbingan dan Konseling Islam, di antaranya adalah:

M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky mendefinisikan Bimbingan dan

Konseling Islam Islam adalah suatu aktivitas memberikan

bimbingan dan pedoman kepada klien dengan keterampilan khusus

yangdimilikipembimbing dalam hal bagaimana seharusnya seorang

klien mengembangkan potensi akal pikirannya, jiwa, dan keimanan,

serta dapat menanggulangi masalah dengan baik dan benar secara

mandiri yang berparadigma kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah.61

Menurut Aunur Rahim Faqih Bimbingan dan Konseling Islam

adalah Proses pemberian bantuan kepada individu agar menyadari

kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah SWT yang seharusnya

dalam kehidupan keagamaan selaras dengan ketentuan- ketentuan

dan petunjuk dari Allah SWT, sehingga dapat mencapai kebahagiaan

di dunia dan akhirat.62

60 Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam, (Bandung: Pusat Penerbitan Universitas LPPM Universitas Islam Bandung), hal. 101-102

61 M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam , (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2001), hal. 137

(41)

32

Sementara A. Rasyad Shaleh menjelaskan bahwa Bimbingan

Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terarah,

terus-menerus dan sistematis dari seorang konselor atau seorang ahli

kepada seorang individu atau kelompok agar mereka dapat

mengembangkan potensi fitrah beragama yang dimilikinya secara

optimal dengan dipadupadankan bersama nilai-nilai yang terkandung

di dalam al-Qur’an dan al-Hadits, sehingga umat Islam di dunia ini

mampu menyeimbangkan kehidupan di dunia dan akhirat.63

Bimbingan dan Konseling Islam juga ada yang mendefinisikan

sebagai sebuah proses pemberian bantuan saran atau masukan dari

seseorang terhadap individu atau kelompok agar mereka mampu

hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT, sehingga

kemudian konseli tersebut mampu mencapai kebahagiaan hidup di

dunia maupun diakhirat.64

Maka, dari pengertian bimbingan, konseling dan Islamdi atas,

peneliti menyimpulkan bahwa pengertian Bimbingan dan Konseling

Islam adalah proses pemberian layanan bantuan berasaskan Islam

yang diberikan oleh seorang ahli (konselor) terhadap individu atau

kelompok agar mereka mampu memahami diri dan masalahnya,

sehingga kemudian mereka mampu melakukan tindakan preventif

dan juga mampu untuk menyelesaikan permasalahan yang menimpa

dirinya dan bisa hidup sesuai dengan ajaran agama Islam.

63 A. Rasyad Shaleh, Management Dakwah,( Jakarta: PT Bulan Bintang, 1977), hal. 128-129

(42)

33

c. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam

Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam bisa dikatakan sama

dengan tujugan bimbingan dan konseling umum, yakni membantu

konseli agar menjadi lebih baik, bisa merumuskan tindakan preventif

terhadap segala kejelekan yang berpotensi untuk terjadi, atau mampu

memecahkan permasalahan yang sedang dihadapinya.

Aunur Rahim Faqih membagi tujuan Bimbingan dan Konseling

Islam dalam tujuan umum dan tujuan khusus, yaitu:

1) Tujuan umumnya adalah membantu individu mewujudkan

dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan

hidup di dunia dan di akhirat.

2) Tujuan khususnya adalah:

(a) Membantu individu agar tidak menghadapi masalah

(b) Membantu individu untuk mengatasi masalah yang

dihadapinya

(c) Membantu individu memlihara dan mengembangkan

kebiasaan yang baik, sehingga tidak akan menjadi sumber

masalah bagi dirinya dan orang lain.65

Demikian jugaSaiful Akhyar dalam buku Konseling Islami

mengatakan beberapa tujuan konseling Islam antara lain:

1) Membantu klien untuk mencegah timbulnya masalah pada

dirinya (preventif)

(43)

34

2) Membantunya untuk memecahkan dan menyelesaikan masalah

yang dihadapi (kuratif)

3) Membantunya menjaga situasi dan kondisi dirinya yang telah

baik agar jangan sampai kembali tidak baik (preservatif)

4) Membantunya menumbuh kembangkan situasi dan kondisi

dirinya yang telah baik agar menjadi lebih baik secara

berkesinambungan, sehingga menutup kemungkinan untuk

munculnya kembali masalah dalam kehidupnya

(developmental).66

Maka dapat disimpulkan bahwa Bimbingan dan Konseling Islam

bertujuan untuk membuat konseli berperilaku dan bersikap sesuai

dengan perintah agama, semakin dekat kepada Allah SWT, dan

bahagia di dunia dan akhirat.

d. Asas-Asas Bimbingan dan Konseling Islam

Asas adalah sesuatu yang dijadikan sebagai acuan dalam

berpikir, bertindak dan berperilaku. Ketika asas yang dipilih kuat,

maka segala yang dilakukan oleh seseorang juga akan kokoh.

Asas dalam Bimbingan dan Konseling Islam terbilang sangat

banyak, hanya saja peneliti mengambil beberpa poin yang sangat

dibutuhkan dan spesifik dalam pemberian bimbingan dan konseling

Islam untuk meningkatkan leadership skill pengurus Pondok

Pesantren Nurut Taqwa Bondowoso.

(44)

35

Adapun beberapa asas Bimbingan dan Konseling Islam yang

peneliti kutip adalah sebagai berikut:

1) Asas Kekhalifahan Manusia. Manusia menurut pandangan Islam

diberikan kedudukan yang tinggi sekaligus tanggung jawab yang

besar, yakni mengelola alam semesta. Amanat ini diberikan

pada manusia karena mereka adalah khalifah (pemimpin).

Dengan kata lain, manusia di pandang makhluk yang berbudaya.

2) Asas Pembinaan Akhlakul Karimah. Bimbingan dan konseling

Islami membantu klien atau yang dibimbing memelihara,

mengembangkan sifat-sifat yang baik sejalan dengan tugas dan

fungsi Rasulullah diutus oleh Allah SWT.

3) Asas Keahlian. Bimbingan Konseling Islami dilakukan oleh

orang-orang yang memang memiliki kemampuan dan keahlian

di bidang tersebut, baik keahlian dalam metodologi maupun

keahlian dalam teknik-teknik bimbingan Konseling

4) Asas “Lillahi Ta’ala”. Bimbingan dan konseling Islami ini

dilaksanakan semata-mata karena Allah SWT. Konsekuensi dari

asas ini berarti pembimbing melakukan tugas dengan penuh

keikhlasan. Klien pun menerima, meminta bimbingan konseling

dengan ikhlas dan rela pula karena semua pihak merasa bahwa

semua yang dilakukan karena untuk pengabdian kepada Allah

SWT semata.67

(45)

36

Anwar Sutoyo juga mengatakan bahwa dalam layanan

Bimbingan Konseling Islam terdapat beberapa asas yang harus

dijadikan pedoman bagi para konselor. Adapun asas atau kaidah

tersebut adalah:

1) Asas Tauhid. Ketika seorang konselor membantu konseli

hendaknya ia mampu menumbuh kembangkan potensi iman

pada diri konseli, sekaligus konselor islam juga harus

menjauhkan diri konseli dari lubang kemusyrikan.

2) Asas Penyerahan Diri. Manusia hanya makhluk yang mampu

mengupayakan segala keinginannya agar tercapai dengan

bekerja keras, cerdas, dan ikhlas. Tapi bagaimana pun

keberhasilannya mutlak ada di tangan Allah. Oleh sebab itu,

seorang konselor harus menyadari dan mampu memberikan

pemahaman kepada konseli bahwa tercapainya segala urusan

berada di tangan Allah semata.

3) Asas Syukur. Tidak ada keberhasilan sekecil apapun luput dari

pertolongan Allah. Kita bisa meraihnya karena ada Allah yang

telah memabantu kita. Maka, seorang konselor harus mampu

membawa konseli senantiasa berterimakasih kepada Allah atas

semua keadaan dan kekayaan yang ia miliki.

4) Asas Sabar. Konseli yang datang kepada konselor tentu

bermacam-macam baik secara kualitas maupun secara kuantitas.

Masalahnya pun beragam, ada yang ringan, sedang, dan berat.

(46)

37

mampu bersabar, terlebih lagi ketika klien susah dibimbing

sehingga hasilnya tidak memuaskan.

5) Asas Hidayah Allah. Hidayah Allah akan diberikan kepada

siapapun, kapanpun dan di mana pun. Demikian juga dalam

proses bimbingan konseling, kesuksesan konselor memberikan

konseling kepada konseli tidak terlepas dari campur tangan

Allah.

6) Asas Dzikrullah. Berdzikir kepada Allah akan memberikan

ketenangan bagi setiap orang yang membacanya. Hati yang

senantiasa dibalut dengan dzikir akan putih bersih, sehingga

amal perbuatan kita juga akan bagus. Maka, konselor harus

melakukan dzikir sekaligus menganjurkan kepada konseli agar

bimbingan yang telah didapat akan terus terpatri dalam jiwa

konseli.68

Meski secara subtansial keduanya memiliki kesamaan, secara

praktis peneliti membedakan kedua penjelasan ahli tersebut. Peneliti

membaginya ke dalam dua kategori, yaitu asas dan amaliyah.

Peneliti menjadikan pendapat tentang asas dari tokoh pertama

(Aswadi)sebagai asas untuk memberikan bimbingan dan konseling

kepada para pengurus di dalam meningkatkan leadership skill,

sementara asas dari tokoh yang kedua (Anwar Sutoyo) peneliti

jadikan sebagai amaliyah pada setiap individu konseli yang

notabenenya adalah seorang pemimpin.

(47)

38

2. Hypnotherapy

a. Sejarah Singkat Hypnoterapy

Pembahasan sejarah hypnotherapy tidak bisa dilepaskan dari

sejarah hipnosis. Pasalnya, hipnosis adalah basis dari pada

hypnotherapy itu sendiri.

Dalam sejarah hipnosis klasik, Ebers Papyrus adalah sumber

tertua yang membahas tentang penyembuhan bangsa Mesir Kuno

masa lalu, yakni pada tahun 1552 SM. Raja Mesir bernama Papyrus,

Kaisan Vespasian, Francis I dari Prancis, dan para bangsawan

Prancis lainnya hingga Charles X menggunakan sebuah pengobatan

dengan pemberian sugesti kepada pasien untuk sembuh. Tentu pada

saat itu penyembuhan tersebut belum menggunakan istilah hipnosis

seperti saat ini untuk menyebutkan praktik yang demikian.69

Abad ke 18 disinyalir sebagai pondasi di mana hipnosis modern

tumbuh dan dikembangkan oleh para tokoh dunia. Hipnosis yang

berkembang saat itu diistilahkan dengan ‘Mesmerism’ yang

diafiliasikan kepada pelorpornya, Franz Anton Mesmer (1935-1815)

atau diistilahkan dengan ‘Magnetism’ yang diafiliasikan kepada

proses penyembuhannya yang menggunakan magnet. Hingga pada

masa Milton Hyland Erickson (1901-1980) hipnosis benar-benar

diterima serta diakui oleh ilmu pengetahuan dan dunia. Ia

ditahbiskan sebagai hipnoterapis dan psikoterapis paling kreatif

sepanjang sejarah hipnosis. Pada saat itu, hipnosis telah diterima

(48)

39

oleh beberapa lembaga, di antaranya telah diterima oleh British

Medical Association (1955), American Medical Association (1958),

dan American Psycological Association (1960).70

Dari sekian banyak hipnoterapis Indonesia, Yan Nurindra adalah

sosok paling populer dalam dunia hipnotis dan hipnoterapis, bahkan

oleh sebagian kalangan beliau dianggap sebagai The Dean of

Indonesian Hypnotists. Beliau adalah presiden organisasi hipnoterapi

terbesar di Indonesia, The Indonesian Board of Hypnotherapy (IBH)

yang didirikan sejak tahun 2002. Beberapa alumni dari lembaga

yang didirikannya antara lain: Adi W. Gunawan (Trainer, Public

Speaker), Prof. Dr. Sutan Remy Sjahdeni (Pakar dan Guru Besar

Hukum UI), Adi Nugroho (Host, Presenter), Thomas Nawilis (Artis,

Sutradara), Ki Gendeng Pamungkas (Tokoh Metafisika), dan lain

sebagainya.71

b. Pengertian Hypnotherapy

Hypnotherapy adalah term yang dibangun dari dua kata bahasa

Inggirs; hypnosis dan therapy.72 Hypnosis: state like deep sleep in

wich a person’s action maybe controlled by another person.73

Sedangkan therapy: treatment of a physical problem or an illness.74

70 Ichsan Solihudin, Hypnosis for Student, (Bandung: DAR!, 2015), hal. 27-41

71 Yan Nurindra, School of Hypnotism, (http://www.hipnotis.net.net/ diakses 24 Novermber 2015)

72 Iwan D. Gunawan, Hypnotherapy & Ericksonian Hypnotherapy, Modul disajikan dalam Pelatihan & Sertifikasi Hypnotherapy CSSMoRA UIN Sunan Ampel Surabaya angkatan 2012 di Mojokerto (Surabaya: CSSMoRA UIN Sunan Ampel, 2015), hal. 15

73 Oxford Learner’s Pocket Dictionary, fourt edition, (Oxford University Press: China,

2011), 217

74 Oxford Learner’s Pocket Dictionary, fourt edition, (Oxford University Press: China,

(49)

40

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan

bahwa hipnoterapi adalah penyembuhan gangguan jiwa dengan

membawa penderita ke suatu keadaan trans agar penderita

mengeluarkan isi hatinya (dalam keadaan sadar ia tidak bersedia

menceritakannya).75

Hypnotherapy adalah segala sesuatu yang terkait dengan

kekuatan penggunaan sugesti, di mana sugesti tersebut dapat

menghasilkan efek terapeutik (penyembuhan) bagi konseli.76

Ada juga yang memberikan definisisi bahwa hipnoterapi adalah

suatu aktivitas terapeutik yang diberikan pada saat seseorang berada

pada kondisi hipnosis. Terapi yang digunakan berupa sugesti melalui

seni komunikasi yang khas, dan ditujukan kepada bawah sadar

dengan tujuan untuk mengubah pikiran, perasaan, dan perilaku

menjadi lebih baik.77

Dari banyak pendapat di atas, maka peneliti menyimpukan

bahwa hypnotherapy dapat diartikan sebagai sebuah metode

penyembuhan atau penguatan diri seseorang ke arah positif melalui

rekonstruksi alam bawah sadar dengan membuang pikiran-pikiran

negatif dan kemudian diganti dengan pikiran-pikiran positif dengan

cara pemberian sugesti.

75 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed. 3. – cet.2. (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hal. 403

76 Iwan D. Gunawan, BasicHypnotherapy: Certified Hipnotist (CH) Student Manual, Modul disajikan dalam Kegiatan Pengembangan Akademik Program Beasiswa Santri Berprestasi Prodi Bimbingan dan Konseling Islam UIN Sunan Ampel Surabaya angkatan 2013 di Mojokerto (Jakarta: The Indonesian Board of Hypnotherapy (IBH), 2015), hal. 5

Gambar

Tabel 3.8 Kegiatan Bulanan
Tabel 3.11 Kegiatan Ekstrakurikuler
Tabel 3.12 Skoring Skala Angket Favourable dan Unfavourable
Tabel 3.13 Indikator dan Deskripsi Variabel X
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan dibuatnya laporan akhir adalah sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III Jurusan Elektro Program Studi Teknik

VIII Tata Cara Evaluasi Kualifikasi, serta hasil evaluasi terhadap Dokumen Isian Kualifikasi untuk pekerjaan sebagaimana subyek tersebut diatas, maka dengan ini kami mengundang

Gambar di atas merupakan diagram Psikrometrik dari udara pengering , pada masing-masing variasi temperatur.. Sedangkan proses 2-3 adalah proses ketika udara

Digital Repository Universitas Jember Digital Repository Universitas Jember... Digital Repository Universitas Jember Digital Repository

Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi adalah pandangan yang dimiliki oleh mahasiswa akuntansi sebagai calon akuntan terhadap akuntan yang menjadi pekerjaan idaman mahasiswa

putaran kedua menggunakan level ba- wah, pada putaran terakhir banting ba- dan, buka kedua tangan secara per- lahan, mincid kombinasi diantaranya tum- pang tali cindek

Besar biaya investasi dihitung berdasarkan kebutuhan pembangunan SPAM di Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur yang terdiri dari pembangunan unit Intake, Unit IPA dan jaringan

Tentunya ketiga milestone tersebut tidak dapat diwujudkan dengan kekuatan Program Studi Teknik Sipil semata, tapi juga membutuhkan dukungan dari semua unit dalam