AUDIT KOMUNIKASI IMPLEMENTASI PROGRAM INTEGRASI KEILMUAN DAN KEISLAMAN DI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN AMPEL SURABAYA
Skripsi
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)
Oleh
Oleh: AMMAR ZAIN NIM. B96213097
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
JURUSAN KOMUNIKASI
ABSTRAK
Ammar Zain, B96213097, 2017 Audit Komunikasi Implementasi Program Integrasi Keilmuan dan Keislaman di Universitas Islam Negeri Surabaya
Kata Kunci : Audit Komunikasi, Implementasi Program, Integrasi Keilmuan dan Keislaman, Profil Komunikasi Keorganisasin (PKK)
Skripsi ini difokuskan pada upaya audit komunikasi terkait Implementasi Program Integrasi Keilmuan dan Keislaman dalam perspektif profil komunikasi keorganisasian di Universitas Islam Negeri Surabaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan menghitung mean (rata-rata) dan tingkat frekuensi variabel antara lain kepuasan kerja/belajar, iklim komunikasi, kualitas media, aksebilitas komunikasi, beban informasi, dan penyebaran informasi.
DAFTAR ISI
JUDUL PENELITIAN... i
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xii
BAB I : PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Kajian Penelitian Terdahulu ... 8
F. Definisi Operasional ... 9
G. Metode Penelitian ... 16
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 16
2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian ... 17
3. Teknik Sampling ... 19
4. Variabel dan Indikator Penelitian ... 24
5. Teknik Pengumpulan Data ... 25
6. Teknik Analisis Data ... 26
H. Sistematika Pembahasan ... 28
BAB II : KAJIAN TEORI ... 30
A. Kajian Pustaka ... 30
1. Audit Komunikasi ... 30
a. Pengertian Audit Komunikasi ... 31
b. Alasan dan Tujuan Audit Komunikasi ... 36
d. Tujuan Efektivitas Sistem Komunikasi ... 44
e. Manfaat Audit Komunikasi bagi Organisasi ... 47
f. Model Audit Komunikasi dalam Perspektif Profil Komunikasi Keorganisasian (PKK) ... 40
2. Implementasi Program ... 52
3. Integrasi Keilmuan dan Keislaman ... 53
B. Kajian Teori ... 61
1. Teori Birokrasi Max Weber ... 61
2. Teori Implementasi Kebijakan Model George Edward III ... 66
BAB III : HASIL PENELITIAN... 71
A. Deskripsi Subjek, Objek & Lokasi Penelitian ... 71
1. Subjek Penelitian ... 71
2. Objek Penelitian ... 87
3. Lokasi Penelitian ... 87
B. Deskripsi Data Penelitian ... 88
BAB IV : ANALISIS DATA ... 162
A. Kepuasan Kerja/Belajar ... 162
B. Iklim Komunikasi ... 163
C. Kualitas Media ... 165
D. Aksebilitas Informasi ... 167
E. Beban Informasi ... 169
F. Penyebaran Informasi ... 171
BAB V : PENUTUP... ... 175
A. Simpulan ... 177
B. Rekomendasi ... 181
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan era globalisasi yang dinamis, pemikiran manusia yang
serba instan dan kompleks, persoalan yang dihadapi oleh manusia tidak hanya
pada persoalan ekonomi, sosial, politik, psikologi, teknologi atau komunikasi,
namun dalam konteks paradigma keilmuan, para akademisi ditantang untuk
mengkolaborasikan bidang-bidang keilmuan tersebut menjadi disiplin keilmuan
yang bersifat hibrid atau penggabungan keilmuan yang dapat memunculkan
kelimuan baru yang unggul dan dapat menutup kesenjangan diantara ilmu-ilmu
utama. Upaya ini diharapkan dapat menjawab kebutuhan dan memenuhi
tantangan yang dihadapi oleh masyarakat akhir-akhir ini.
Melihat realitas tersebut sudah saatnya ada terobosan berupa kolaborasi
yang saling melengkapi di antara ilmu-ilmu tersebut. Penggabungan dari ilmu
umum (sosial dan eksakta/alam) dengan ilmu-ilmu agama khususnya Islam,
karena ilmu umum yang ujung pemikirannya adalah logika atau kemampuan
berfikir otak manusia akan sangat komprehensif dan berimbang jika
digabungkan dengan ilmu Islam yang mengajak untuk kembali kepada Allah
SWT sebagai Sang Pencipta segala ilmu yang sifatnya transendental. Maka
akan dapat melahirkan kerangka dan bangunan keilmuan yang memiliki tubuh
dan pemikiran rasional logis dan jiwa spiritual tinggi yang berkualitas.
Akademisi berperan sangat penting karena pada saat ini telah banyak kolaborasi
2
sosiologi agama, psikologi agama, antropologi agama, komunikasi dan dakwah
dan masih banyak lagi bentuk integrasi keilmuan yang lainnya.
Peneliti sebagai akademisi di bidang ilmu komunikasi, menjelaskan
bahwa ilmu komunikasi sebagai salah satu bidang ilmu yang banyak sekali
terkena imbas umum dari globalisasi khususnya bidang teknologi komunikasi
yang ada, diharuskan dapat membenahi diri, mengawal, bekerja sama, dengan
berbagai disiplin ilmu lainnya dalam mengatasi persoalan-persoalan yang
muncul di masyarakat seperti bias keilmuan dan pemahaman terhadap realitas
keilmuan baru yang kurang. Ilmu komunikasi sebagai ilmu yang letaknya
sangat strategis untuk menjalin kerjasama dengan ilmu lainnya baik ilmu sosial
maupun eksakta atau alam. Ilmu komunikasi harusnya juga berperan penting
dalam menyuarakan kolaborasi tersebut karena suatu konsep atau gagasan yang
bagus sekalipun jika tidak dikomunikasikan dengan baik maka hasilnya akan
kurang maksimal.
Integrasi keilmuan dalam penelitain dapat dipahami secara etimologis,
integrasi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris –Integrate;Integration-
yang kemudian diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia menjadi Integrasi yang
berarti menyatu-padukan; penggabungan1, atau penyatuan menjadi satu
kesatuan yang utuh; pemaduan.2 Adapun secara terminologis, integrasi ilmu
adalah pemaduan antara ilmu-ilmu yang terpisah menjadi satu kepaduan ilmu,
1 John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003) hlm. 39.
3
dalam hal ini penyatuan antara ilmu-ilmu yang bersifat umum dengan ilmu-ilmu
yang bercorak agama.3
Dalam wujud yang konkrit, kerjasama yang diharapkan dari ilmu
komunikasi dengan ilmu-ilmu lainnya dapat melahirkan disiplin-disiplin ilmu
yang terintegrasi dengan ilmu agama khususnya agama Islam. Ilmu komunikasi
dalam penelitian ini akan berperan sebagai disiplin ilmu yang bermanfaat untuk
mencari fakta atau permasalahan, menganalisis, dan mencari solusi dari
permasalahan yang muncul dari adanya paradigma integrasi keilmuan dalam
bentuk konsep audit komunikasi yang dapat mencapai efektivitas dalam
integrasi keilmuan dan keislaman. Audit komunikasi menurut Garol Reuss and
Silvis (1985), yang dikutip Hardjana bahwa batasan pengertian audit
komunikasi adalah; ‘in essence, a communication audit is a comprehensive and
thorough study of communication philosophy, concept, structure, flow and
practice within an organization, be it small or large, profit or nonprofit, private
or public. A communication audit should be able to uncover information
blockages, organizational hindrances to effective communication and lost
opportunities.’ (Pada esensinya, audit komunikasi merupakan kajian
komprehensif dan penelitian mengenai filafat komunikasi, konsep-konsep,
struktur arus dan praktik komunikasi dalam organisasi, baik berukuran kecil
atau besar, bertujuan profit atau nirlaba, pada perusahaan swasta atau
pemerintah. Audit komunikasi harus mampu mengungkap terjadinya
4
kemacetan informasi, hambatan terhadap komunikasi secara efektif di suatu
organisasi dan termasuk menyia-nyiakan peluang yang ada).4
Integrasi keilmuan dan keislaman muncul dan berakar dari paradigma
keilmuan yang dibangun oleh UIN Sunan Ampel Surabaya, dapata dipahami
tentang paradigma keilmuan di UIN Sunan Ampel Surabaya, yaitu:
1. UIN Sunan Ampel mengembangkan paradigma keilmuan dengan model
menara kembar tersambung (integrated twin-towers).
2. Model integrated twin-towers merupakan pandangan integrasi akademik
bahwa ilmu-ilmu keislaman, sosial-humaniora, serta sains dan teknologi
berkembang sesuai dengan karakter dan objek spesifik yang dimiliki, tetapi
dapat saling menyapa, bertemu dan mengaitkan diri satu sama lain dalam
suatu pertumbuhan yang terkoneksi.
3. Model integrated twin-towers bergerak bukan dalam kerangka Islamisasi
ilmu pengetahuan, melainkan Islamisasi nalar yang dibutuhkan untuk
terciptanya tata keilmuan yang saling melengkapi antara ilmu-ilmu
keislaman, sosial-humaniora, serta sains dan teknologi.5
Paradigma ini yang selanjutnya digunakan sebagai pandangan dalam
menjalankan pengajaran, penelitain, dan kuliah kerja nyata yang
mengedepankan integrasi keilmuan islam dan sains modern sehingga terbetuk
karakter dari keseluruhan civitas akademika yang memahami betul bahwa ilmu
keislaman dan sains modern adalah dapat membentuk kesatuan yang saling
mengisi dan menguatkan dan dalam pertumbuhannya saling terkoneksi.
4 Andre Hardjana, Audit Komunikasi: Teori dan Praktik, (Jakarta: PT Grasindo, 2000) hlm. 12. 5Pusat “iste Tek ologi I for asi & Pa gkala Data UIN “u a A pel “urabaya, Paradig a
5
Paradigma tersebut dikuatkan oleh sambutan rektor UIN Sunan Ampel Surabaya Prof. Dr. H. Abd. A’la, M.Ag bahwasanya:
UINSA merupakan salah satu perguruan tinggi Islam negeri tertua di Indonesia yang bereputasi, dan meneguhkan diri sebagai pusat pengembangan dan penyebaran peradaban Islam Indonesia rahmatan
lil’alamin. Pembumian Islam Indonesia di UINSA diarahkan kepada hadirnya manusia-manusia yang memiliki kemampuan membaca dan memahami kearifan dalam sejarah Islam serta mempunyai kapabalitas keilmuan kontemporer sesuai dengan bidang yang digeluti beserta keilmuan pendukungnya.6
UINSA Surabaya mengembangkan keilmuan berparadigma integrated twin towers sebagai pola pengintegrasian ilmu-ilmu keislaman dengan disiplin keilmuan lain. Paradigma keilmuan UINSA ini disimbolisasikan secara fisik pada gedung twin towers yang kini sedang dibangun, yang disupport oleh Islamic Development Bank (IDB). Dalam konsep ini, menara kembar (twin towers) menjadi simbol dua bidang keilmuan, yakni ilmu keislaman dan sains modern. Kedua tower ini bukan dipandang sebagai sesuatu yang dikotomis, tetapi merupakan suatu kesatuan yang masing-masing mempunyai objek spesifik dan ciri tersendiri, namun memiliki kesamaan dalam perspektif fundamental. Keduanya lebih lanjut diintegrasikan dengan jembatan penghubung berupa interconnecting bridge yang dalam praktik operasionalnya bisa berupa metodologi yang saling mengisi dan menguatkan, serta temuan informasi ilmiah yang saling memberikan pencerahan sehingga terdapat titik temu. Dengan begitu, dimungkinkan terjadinya proses “saling sapa“ antara tower satu dan tower yang lain.7
Dapat dipahami dalam sambutan rektor diatas, menurut peneliti UIN
Sunan Ampel Surabaya melalui paradigma integrated twin towers adalah salah
satu institusi yang mendukung dan menjadi tempat pengembangan integrasi
keilmuan yakni ilmu keislaman dan sains modern. Dengan pengertian bahwa
ilmu keislaman dan sains modern adalah merupakan satu kesatuan tetapi
masing-masing memiliki objek spesifik dan ciri tersendiri, namun memiliki
kesamaan dalam fundamental. Jadi dua keilmuan tersebut tidak dapat dikotomi
6Pusat “iste Tek ologi I for asi & Pa gkala Data UIN “u a A pel “urabaya, “a buta
6
dan dalam praktik operasionalnya harus saling mengisi dan menguatkan,
sehingga dapat mencapai satu titik temu berupa pencerahan dalam ilmu
pengetahuan.
Perlunya audit komunikasi yang dilakukan peneliti adalah untuk
menemukan kemacetan informasi dan hambatan komunikasi yang terjadi
dalam proses integrasi keilmuan umum dan agama pada paradigma keilmuan
di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Dengan dilaksanakannya
kegiatan audit komunikasi secara berkesinambungan dan terarah diharapkan
mampu mencapai integrasi keilmuan yang maksimal sesuai dengan yang
diharapkan.
Fenomena diatas yang dikaji oleh peneliti melalui audit komunikasi di
kalangan civitas academica yang terdiri dari dosen dan mahasiswa sehingga
dapat mengungkap kemacetan informasi, hambatan terhadap komunikasi secara
efektif dan termasuk peluang yang mungkin disia-siakan dalam mensukseskan
integrasi keilmuan dan keislaman. Pada akhirnya peneliti telah mencoba untuk
melakukan audit komunikasi, analsisis dan evaluasi temuan masalah yang ada
sehingga dapat ditemukan hasil yang diinginkan serta memberikan rekomendasi
dari hasil temuan audit komunikasi.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka didapatkan rumusan masalah sebagai
berikut: Bagaimana implementasi program integrasi keilmuan dan keislaman
dalam perspektif profil komunikasi keorganisasian (PKK) di Universitas Islam
7
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, tujuan penelitian ini adalah
untuk menjelaskan dan mendeskripsikan tentang implementasi program
integrasi keilmuan dan keislaman dalam perspektif profil komunikasi
keorganisasian (PKK) di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
D. Manfaat Penelitian
1. Dilihat dari segi teoritis
Untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam disiplin Ilmu
komunikasi terutama terhadap komunikasi organisasi, memberikan
pengetahuan tentang kajian analisis dalam audit komunikasi yang dapat
berguna dalam menjelaskan pola, strategi, dan sejauh mana efektifitas
komunikasi yang telah dilakukan.
2. Dilihat dari segi praktis
Hasil-hasil penelitian ini juga bermanfaat dari segi praktis bagi khalayak
umum dan akademisi ilmu komunikasi, antara lain:
a. Proses audit komunikasi yang dapat mengungkapkan pola dan strategi
komunikasi dalam organisasi.
b. Memberikan referensi tentang cara menemukan hambatan atau
penyebab macetnya arus informasi.
c. Memotivasi akademisi ilmu komunikasi untuk melakukan penelitian
audit komunikasi sehingga dapat membuktikan bahwa audit komunikasi
sangat bermanfaat untuk mengukur proses penyebaran informasi dan
8
E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu
Pada bagian ini peneliti mengambil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan dalam permasalahan yang sama mengenai “Audit Komunikasi
Ketika mendengar kata audit, yang pertama kali terpikirkan adalah
audit atau pemeriksaan yang berkaitan dengan keuangan. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, kata audit berarti pemeriksaan pembukuan
tentang keuangan (pabrik, bank, dan sebagainya) dan pengujian efektivitas
keluar masuknya uang dan penilaian kewajaran laporan yang
dihasilkannya.8
Begitu pula dengan definisi audit yang diberikan American
Accounting Association, audit merupakan proses sistemik dalam perolehan
dan penilaian secara objektif atas bukti-bukti berkenaan dengan pernyataan
tentang tindakan-tindakan dan peristiwa-peristiwa ekonomi yang
menentukan tingkat kecocokan antara pernyataan tersebut dengan kriteria-
10
kriteria baku, serta pengkomunikasian hasil-hasilnya kepada pihak
pengguna yang berkepentingan.9
Namun berdasarkan definisi diatas, terdapat beberapa hal penting,
yakni :
a. Audit adalah proses yang sistemik, artinya pemeriksaan dan pengujian
data oleh auditor yang dilakukan secara terencana, teratur dan
metodologis.
b. Audit adalah perolehan dan penilaian secara objektif atas bukti- bukti,
artinya audit merupakan suatu penelitian atau pemeriksaan empiris
yang independen.
c. Audit adalah penentuan tingkat kecocokkan antara pernyataan dengan
kriteria-kriteria yang mapan, artinya audit merupakan wujud dari
penentuan atau penilaian profesional dengan kriteria yang sudah baku.
d. Audit dilengkapi dengan pengkomunikasian hasil-hasilnya kepada
semua pihak pengguna yang berkepentingan yang berarti bahwa
hasil evaluasi tersebut terbuka bagi pihak-pihak yang seharusnya
mengetahuinya.10
Berdasarkan hal-hal di atas, audit dikembangkan ke berbagai bidang,
seperti audit pemasaran, manajemen, organisasi, dan termasuk pada bidang
komunikasi. Jadi konsep audit tidak hanya digunakan untuk bidang
keuangan. Hal ini bisa dilihat dari Webster’s New world Dictionary,
yang mengartikan audit salah satunya sebagai “pengujian dan evaluasi
9Ibid., hlm. 6.
11
seksama atas sebuah persoalan sehingga komunikasi sebagai suatu persoalan organisasi juga dapat diaudit”.11
Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa audit merupakan
proses pengujian atau evaluasi suatu persoalan secara sistemik, terencana,
teratur dan metodologis, objektif bedasarkan bukti, menggunakan kriteria
baku yang sudah ditetapkan sebelumnya dan audit dilengkapi dengan
pengkomunikasian hasil-hasilnya kepada semua pihak yang
berkepentingan.
Audit komunikasi menurut Jane Gibson dan Richard Hodgetts dalam
Organizational Communication: A Managerial Perspective adalah ”suatu
analisis yang lengkap atas sistem-sistem komunikasi internal dan eksternal dari suatu organisasi”.12
Begitu pula definisi yang diberikan oleh Joseph A. Kopec, seperti
yang dikutip Cutlip, Center dan Broom yang menyatakan audit komunikasi ”sebagai sebuah analisis lengkap tentang komunikasi organisasi baik
internal maupun eksternal yang dirancang untuk memahami kebutuhan,
kebijakan, praktek dan kemampuan komunikasi, dan untuk menemukan
data sehingga manajemen puncak dapat membuat keputusan yang
ekonomis dan berdasarkan informasi lengkap tentang tujuan kedepan komunikasi organisasi”.13
Sedangkan Anthony Booth, mendefinisikan audit komunikasi sebagai ”proses pembuatan analisis atas komunikasi-komunikasi di dalam
11Ibid., hlm. 6-7.
12Ibid., hlm. 10.
12
organisasi oleh konsultan internal atau eksternal dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi organisasi”. Dengan pembatasan ruang lingkup pada
komunikasi internal saja dan efisiensi, yang umumnya memiliki arti jangka
pendek, menunjukkan kalau audit komunikasi sebaiknya dianggap sesuatu
yang mudah untuk ditangani dan perlu dilakukan berulang-ulang secara
teratur.14
Dengan mempertimbangkan hal-hal penting di atas, maka dapat
disimpulkan sebuah definisi sederhana dan tegas tentang audit komunikasi
yaitu :
Audit komunikasi adalah kajian mendalam dan menyeluruh tentang
pelaksanaan sistem komunikasi keorganisasian yang mempunyai tujuan
untuk meningkatkan efektivitas organisasi. Dalam penelitian ini efektivitas
yang ingin dicapai adalah mengenai implementasi dari program integrasi
keilmuan dan keislaman yang ada di UIN Sunan Ampel Surabaya
2. Implementasi Program
Implementasi berasal dari bahasa Inggris yaitu to implement yang
berarti mengimplementasikan. Implementasi merupakan penyediaan sarana
untuk melaksanakan sesuatu yang menimbulkan dampak atau akibat
terhadap sesuatu.
Sesuatu tersebut dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat
itu dapat berupa undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan
dan kebijakan yang dibuat oleh lembaga-lembaga pemerintah dalam
kehidupan kenegaraan.
13
Pendapat Cleaves yang dikutip dalam Wahab yang secara tegas menyebutkan bahwa: Implementasi itu mencakup “Proses bergerak menuju
tujuan kebijakan dengan cara langkah administratif dan politik”.
Keberhasilan atau kegagalan implementasi sebagai demikian dapat
dievaluasi dari sudut kemampuannya secara nyata dalam meneruskan atau
mengoperasionalkan program-program yang telah dirancang sebelumya. 15
Menurut Mazmanian dan Sebastiar dalam Wahab Implementasi
adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk
undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau
keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan
peradilan. 16
Menurut Van Meter dan Van Horn dalam Wahab Implementasi adalah
tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau
pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan
pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan
kebijakan. 17
Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau
penerapan. Browne dan Wildavsky dalam Nurdin dan Usman mengemukakan bahwa “implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling
menyesuaikan”.18
15 Solichin Abdul Wahab, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, (Malang: Malang Press, 2008), hlm. 187.
16Ibid., hlm. 68. 17Ibid., hlm. 65.
14
Sedangkan implementasi program yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah proses penyelenggaraan atau pelaksanaan yang didasarkan dari suatu
program atau paradigma pendidikan dari UIN Sunan Ampel Surabaya yang
didalamnya memuat objek penelitian ini tentang integrasi keilmuan dan
keislaman.
3. Integrasi Keilmuan dan Keislaman
Secara etimologis, integrasi merupakan kata serapan dari bahasa
Inggris –integrate; integration- yang kemudian diadaptasi ke dalam bahasa
Indonesia menjadi integrasi yang berarti menyatu-padukan;
penggabungan19 atau penyatuan menjadi satu kesatuan yang utuh;
pemaduan.20
Adapun secara terminologis, integrasi ilmu adalah pemaduan antara
ilmu-ilmu yang terpisah menjadi satu kepaduan ilmu, dalam hal ini
penyatuan antara ilmu-ilmu yang bercorak agama dengan ilmu-ilmu yang
bersifat umum atau sebaliknya.
Integrasi ilmu agama dan ilmu umum ini adalah upaya untuk
meleburkan polarisme antara agama dan ilmu yang diakibatkan pola pikir
pengkutupan antara agama sebagai sumber kebenaran yang independen dan
ilmu sebagai sumber kebenaran yang independen pula. Hal ini karena –
sebagaimana dijelaskan di awal pendahuluan keberadaannya yang saling
membutuhkan dan melengkapi. Seperti yang dirasakan oleh negara-negara
di belahan dunia sebelah Barat yang terkenal canggih dan maju di bidang
19John M. Echlos dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003), hlm. 326.
15
keilmuan dan teknologi, mereka tergugah dan mulai menyadari akan
perlunya peninjauan ulang mengenai dikotomisme ilmu yang terlepas dari
nilai-nilai yang di awal telah mereka kembangkan, terlebih nilai religi.
Agama sangat bijak dalam menata pergaulan dengan alam yang merupakan
ekosistem tempat tinggal manusia.
Meninjau begitu pentingnya kapasitas agama dalam kehidupan
manusia, maka sepatutnya agama dikembangkan sebagai dasar nilai
pengembangan ilmu. Karena perkembangan ilmu yang tanpa dibarengi
dengan kemajuan nilai religinya, menyebabkan terjadinya kesenjangan,
jurang. Akibat meninggalkan agama, ilmu secara arogan mengeksploitasi
alam sehingga terjadi berbagai kerusakan ekosistem.21
Ketika manusia secara berangsur-angsur dapat mengenal sifat dan
perilaku alam, dan selanjutnya dapat mengendalikan, mengolah dan
memanfaatkannya dengan ilmu dan akal mereka; maka sifat dan perilaku
alam yang tadinya sangat ditakuti mereka secara berangsur-angsur tidak lagi
menakutkan. Konsep ketuhanan merekapun bergeser. Ada yang
mengatakan bahwa agama tidak lebih dari objek pelarian manusia yang
gagal menghadapi serta mengatasi problema kehidupannya; atau merupakan
hasil tahap perkembangan yang paling terbelakang dari suatu masyarakat;
atau sekedar obsesi manusia tatkala mereka masih berusia kanak-kanak. Hal
tersebut disebabkan, sebagai contoh, dengan kemajauan sains dan teknologi
dapat diketahui bahwa gempa terjadi karena adanya pergeseran atau patahan
16
kulit bumi, bukan karena Allah SWT murka, sehingga manusia tidak perlu
takut lagi.
Di samping itu, meninjau ke ranah psikis batiniyah, sebagai misal,
orang Barat yang terdepan dalam keilmuan dan sebagai kiblat kemajuan
teknologi, sebagian mereka hidup –jika ditinjau dari kacamata islam- tidak
sejahtera, tidak tentram dan tidak tenang. Kehidupan mereka kelihatan
semrawut, bebas tanpa aturan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya
sentuhan-sentuhan nilai-nilai religi karena ilmunya-pun telah terdikotomikan dari
ilmu agama.
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian tentang audit komunikasi ini menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan jenis penelitian atau metode audit komunikasi model
profil komunikasi keorganisasian. Dalam pendekatan kuantitatif ini peneliti
berusaha mencari nilai rata-rata dan prosentase frekuensi sesuai dengan
variabel yang telah ditentukan dalam Profil Komunikasi Keorganisasian
(PKK).
Audit komunikasi dengan model Profil Komunikasi Keorganisasian
(PKK) adalah sebuah model analisis fungsional organisasi yang berusaha
untuk memeriksa keadaan masa kini dalam suatu organisasi dan bermaksud
untuk menemukan jalan-jalan yang dapat digunakan untuk
memperbaikinya.22
17
Secara teknis analisis fungsional dapat dikatakan sebagai pencarian
terhadap kesalahan yang terjadi dalam proses untuk membantu peningkatan
efektivitas organisasi. Secara positif dikatakan bahwa proses komunikasi
atau kemantapan proses komunikasi dapat menimbulkan hubungan kerja
yang efektif dan produktivitas yang tinggi atau secara negatif pemeriksaan
profil komunikasi organisasi dapat menghasilkan informasi yang
menjelaskan peristiwa-peristiwa kritis dalam organisasi, seperti
ketidakpuasan karyawan, macetnya arus informasi, gagalnya implementasi
suatu program dan mengendornya kerjasama kelompok.
Langkah-langkah pelaksanaan audit komunikasi dengan jenis analisis
Profil Komunikasi Keorganisasian (PKK) dalam penelitian ini
menggunakan enam variabel penting yang mempunyai pengaruh besar pada
perspektif praktis komunikasi organisasi.
2. Subjek, Objek, dan Lokasi Penelitian
a. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah sesuatu yang diteliti baik orang, benda,
ataupun lembaga (organisasi). Subjek penelitian pada dasarnya adalah
yang dikenai kesimpulan hasil penelitian. Di dalam subjek penelitian
inilah terdapat objek penelitian.23 Peneliti telah menentukan subjek
penelitian yaitu civitas academica yang terdiri dari dosen (tenaga
pengajar) dan mahasiswa yang terlibat dalam implementasi program
integrasi keilmuan dan keislaman di Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel Surabaya.
18
b. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah sifat keadaan dari suatu benda, orang atau
yang menjadi pusat perhatian dan sasaran penelitian. Sifat keadaan
dimaksud bisa berupa sifat, kuantitas, dan kualitas yang bisa berupa
perilaku, kegiatan, pendapat, pandangan penilaian, sikap pro-kontra,
keadaan batin dan bisa juga berupa proses.24 Objek penelitian yang
dikaji adalah melalui audit komunikasi yang bertujuan untuk mengukur
dan mengetahui proses komunikasi dalam implementasi program
integrasi keilmuan dan keislaman serta implementsinya di UIN Sunan
Ampel Surabaya.
Implementasi program integrasi keilmuan dan keislaman di UIN
Sunan Ampel Surabaya dijelaskan melalui desain kurikulum
berdasarkan paradigma Integrated Twin Towers. Kerangka kurikulum
berdasarkan paradigma Integrated Twin Tower, terdiri dari:
1) Penguatan ilmu-ilmu keislaman murni tapi langka
2) Integrasi “keilmuan keislaman pengembangan” dan keilmuan sosial
-humaniora
3) Pembobotan keilmuan sains dan teknologi dengan keilmuan
keislaman25
24Ibid.
19
c. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di lingkungan internal Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel Surabaya yang beralamatkan di Jalan A. Yani 117,
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia.
3. Teknik Sampling
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis peneltian,
sedangkan sampel penelitian adalah yang menjadi representasi objek
sesungguhnya dari penelitian.26 Adapun populasi penelitian ini adalah
civitas academica Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya yang
terdiri dari dosen (tenaga pendidik) dan mahasiswa.
Kriteria dosen yang menjadi populasi atau sampel dalam penelitian ini
adalah dosen yang berkedudukan bukan sebagai pengambil kebijakan dalam
lembaga, karena salah satu tujuan dari audit komunikasi ini akan menilai
bagaimana kinerja pemimpin dan pengambil kebijakan.
Peneliti mengambil sampel dengan menggunakan Rumus Slovin dan
Rumus Sampel Proporsi Berstrata.
a. Rumus Slovin
= + �� 2
Keterangan :
n = ukuran sampel
26 Koentjaraningrat, Beberapa Dasar Metode Statisik dan Sampling Dalam Penelitian Masyarakat,
dalam Koentjaraningrat (Ed.), Metode-metode Peneliian Masyarakat (Jakarta: Gramedia, 1990),
20
N = ukuran populasi
e = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang ditolerir, misalnya 10% atau sig. 0,1.27
Rumus Slovin ini berguna untuk menentukan jumlah sampel yang
ditentukan dalam penelitian.
b. Rumus Sampel Proporsi Berstrata
= �ℎ � � � ℎ� �ℎ � � � �
Rumus Sampel Proporsi Berstrata ini menggunakan hasil dari Rumus
Slovin sebagai jumlah sampel yang ditentukan untuk menemukan jumlah
sampel dari setiap populasi yang telah terbagi menjadi dua yaitu dosen
(tenaga pendidik) dan mahasiswa pada tahun ajaran 2016/2017 dari setiap
fakultas di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Maka diperoleh hasil sampel dari setiap strata populasi yang terdiri dari
dosen (tenaga pendidik) dan mahasiswa sebagai berikut:
21
Tabel 1.2.1
Daftar Sampel Proporsi Berstrata Penelitian Dosen
No. Strata Populasi Jumlah
22
dan Ilmu
Politik
Total Sampel Proporsional Berstrata 50
Keterangan :
1. Strata Populasi merupakan nama-nama fakultas dari populasi
2. Jumlah Populasi (N) merupakan jumlah populasi keseluruhan dosen dari sembilan fakultas yakni sebanyak 576 orang
3. Tingkat Kelonggaran Kesalahan yang Ditolerir (e) ditentukan sebesar 10%.
4. Jumlah kelas populasi sebanyak 9 kelas, yakni sembilan fakultas yang ada di UIN Sunan Ampel Surabaya
5. Populasi ditentukan (n) merupakan hasil perhitungan dari Rumus Slovin, ditemukan sebesar 55 dosen
6. Sampel Proporsional Berstrata merupakan hasil perhitungan dari Populasi ditentukan (n) serta rumus sampel proporsi berstrata, ditemukan sebesar 50 dosen.
Tabel 1.2.2
Daftar Sampel Proporsi Berstrata Penelitian Mahasiswa
No. Strata Populasi Jumlah
1. Strata Populasi merupakan nama-nama fakultas dari populasi
2. Jumlah Populasi (N) merupakan jumlah populasi keseluruhan mahasiswa semester V (lima) dari sembilan fakultas yakni sebanyak 2719 orang
3. Tingkat Kelonggaran Kesalahan yang Ditolerir (e) ditentukan sebesar 10%.
4. Jumlah kelas populasi sebanyak 9 kelas, yakni sembilan fakultas yang ada di UIN Sunan Ampel Surabaya
24
6. Sampel Proporsional Berstrata merupakan hasil perhitungan dari Populasi ditentukan (n) serta rumus sampel proporsi berstrata, ditemukan sebesar 95 mahasiswa.
4. Variabel dan Indikator Penelitian28 Tabel 1.3
Variabel dan Indikator Penelitian Brdasarkan Perspektif Profil komunikasi
Keorganisasian (PKK)
No Variabel Komponen-komponen
1. Kepuasan organisasi Kepuasan karyawan tentang:
Kerja
Supervisi
Gaji dan tunjangan, termasuk fasilitas
Promosi karyawan
Teman sejawat
2. Iklim organisasi Pengalaman dan persepsi karyawan tentang:
Saling percaya (trust)
Partisipasi dalam pembuatan keputusan
Pemberian dukungan
Keterbukaan dalam komunikasi ke bawahan
Kerelaan komunikasi dari bawahan
Keprihatinanuntuk tingkat kinerja tinggi
3. Kualitas media Persepsi karyawan tentang berbagai dokumen tertulis (buletin, laporan, pedoman, dll.)
Persepsi karyawan tentang perlehn informasi dari berbagai sumber: Atasan langsung, atasan lebih tinggi, kelompok, bawahan,
dokumen-penerbitan, obrolan lisan (grapevine).
5. Penyebaran informasi Persepsi karyawan tentang:
Penyebaran informasi dalam struktur organisasi
Penyebaran informasi penting/ khusus
Peneybaran informasi tentang peristiwa terkini 6. Muatan informasi Pengalaman dan persepsi karyawan tentang:
Kecukupan informasi
Kekurangan informasi
Kelebihan informasi
Kelewatan informasi/ terisolasi
25
Variabel dan indikator yang digunakan dalam penelitian ini bersifat
global artinya digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari
responden diseluruh lingkungan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya secara umum yang dianggap memahami implementasi program
integrasi keilmuan dan keislaman. Variabel dan indikator ini jika akan
digunakan secara khusus untuk meneiliti di setiap fakultas maka dalam studi
lanjutan tersebut masih harus disesuaikan lagi dengan keilmuan yang ada
disetiap fakultas, hal tersebut sangat penting agar data yang diperoleh
reliabel.
5. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian audit komunikasi ini dikumpulkan dengan
menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, antara lain:
a. Angket
Teknik angket dilakukan dengan cara membuat daftar pertanyaaan
berdasarkan variabel dan indikator yang telah dirumuskan sebelumnya
terkait dengan integrasi keilmuan dan keislaman yang kemudian
disebarkan kepada subjek penelitian, angket disebar dengan cara acak
tetapi sesuai dengan proporsi yang telah ditentukan.
b. Observasi
Teknik observasi adalah teknik pendukung sebagai pelengkap data
audit komunikasi dengan cara mengamati secara langsung perilaku dan
tindakan yang dilakukan subjek penelitian terkait dengan tema
26
c. Wawancara
Teknik wawancara adalah teknik pendukung dan pelengkap audit
komunikasi dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung
mengani hal-hal yang berkaitan dengan tema penelitian kepada subjek
diluar daftar yang termasuk kedalam penerima angket.
d. Studi Dokumentasi
Teknik ini dilakukan dengan mencari perbandingan data penelitian
melalui data-data yang telah terdokumentasi dalam buku-buku
pedoman, surat keputusan, serta dokumen tertulis lainnya yang dapat
mendukung tema penelitian ini.
6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini secara umum menggunakan
tiga tahapan, yaitu:
a. Persiapan, meliputi kegiatan:
1) Pengecekan terhadap kelengkapan identitas responden
2) Pengecekan terhadap kelengkapan data, dan
3) Pengecekan terhadap jawaban responden
b. Tabulasi, meliputi kegiatan:
1) Pemberian skor terhadap item-item pertanyaan
2) Memberikan kode (koding) terhadap item-item sesui dengan
tingkatan skornya dan yang tidak diberi skor.
c. Penerapan data sesuai dengan pendekatan dan jenis penelitian.
Sesuai dengan pendekatan dan jenis penelitian yang digunakan yaitu
27
hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi digunakan sebagai data
pelengkap yang dianalisis secara interpretatif. Sedngkan data yang
dihasilkan dari angket merupakan data utama dianalisis melalui
perhitungan statistik yaitu rumus mean atau nilai rata-rata untuk melihat
kondisi organisasi yang sebenarnya, dan tabel frekuensi (prosentasi)
untuk melihat hasil jawaban kuisioner yang diajukan peneliti. Adapun
rumus mean yang digunakan adalah sebagai berikut:
Keterangan :
= Mean
x1 - xn = Skor Responden
n = Jumlah sampel29
Adapun untuk mencari prosentase dengan menggunakan rumus:
% =��
Keterangan :
% = Prosentase
F = Frekuensi
N = Jumlah Responden30
29 Bambang Supeno, Statistik Terapan: Dalam Penelitian Ilmu-ilmu Sosial dan Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hlm. 23
28
Sebagai dasar untuk menentukan kategori dan ukuran tentang
kondisi komunikasi keorganisasian adalah sebagai berikut:
Tabel 1.4
Variabel dan Skor Kategori Profil Komunikasi Keorganisasian31
Variabel
Skor
Rendah Sedang Tinggi
Kepuasan Kerja 0,01-2,80 2,81-3,49 3,50-4,00
Iklim Komunikasi 0,01-2,80 2,81-3,49 3,50-4,00
Kualitas Media 0,01-2,80 2,81-3,49 3,50-4,00
Aksestabilitas Informasi 0,01-2,80 2,81-3,49 3,50-4,00
Bahan Informasi 0,01-2,80 2,81-3,49 3,50-4,00
Penyebaran Informasi Untuk variabel ini dilihat dari aspek prosentase frekuensinya
H. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan pembahasan studi ini, dan dapat dipahami
permasalahannya secara sistematis dan lebih terarah, maka pembahasannya
dibentuk dalam bab-bab yang masing-masing bab mengandung sub bab,
sehingga tergambar keterkaitan yang sistematis. Untuk selanjutnya sistematika
pembahasannya dibagi sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Berisikan tentang gambaran umum yang meliputi latar
belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan
31 R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi: Strategi Menigkatkan Kinerja
29
penelitian, manfaat penelitian, kajian hasil penelitian
terdahulu, metode penelitian yang digunakan dan definisi
konsep.
BAB II : KAJIAN TEORITIS
Dalam bab ini dibahas mengenai kajian pustaka dan
perspektif toritis.
BAB III : PENYAJIAN DATA
Berisi tentang deskripsi subjek, objek, dan lokasi penelitian
serta deskripsi data penelitian.
BAB IV : ANALISIS DATA
Pada bab ini membahas mengenai temuan penelitian dan
konfirmasi temuan dengan teori.
BAB V : PENUTUP
Pada bab ini merupakan bab akhir yang berisi penutup yang
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Audit Komunikasi
Istilah audit komuniksi diperkenalkan oleh George Odiorne melalui karya klasiknya, “An Application of Communication Audit” yang
diterbitkan dalam jurnal Personnel Psychology 7. Dengan menggunakan
istilah audit itu, ia hendak menunjukkan bahwa proses-proses komunikasi
bagaimanapun dapat diperiksa, dievaluasi, dan diukur secara cermat dan
sistematik sebagaimana halnya dengan catatan-catatan keuangan.
Kegiatan-kegiatan komunikasi sebagai pelaksanaan dari sistem
komunikasi ataupun program komunikasi khusus dapat diukur, sehingga
kualitas dan kinerja eksekutif, pejabat, staf komunikasi dapat diketahui
dan bila diperlukan dapat diperbaikai secara sistematik, sehingga
efektivititas maupun efisisensi komunikasi dapat meningkat. Rintisan
George Odiorne itu secara umum mendapat sambutan posistif dari
kalangan para ahli komunikasi, karena audit komunikasi dinilai dapat
menunjukkan standar profesionalisasi jasa konsultasi dan kajian
komunikasi dalam dunia perusahaan dan bisnis –rekomendasi perbaikan
dapat diandalkan karena didasari oleh analisis dan interpretasi temuan
riset empiris.1
Gagasan dari George Odiorne ini baru dapat terwujud kedalam
32
yakni dengan lahirnya komite audit komunikasi yang dibentuk oleh International
Communication Assotiation (ICA). ICA mampu membangun bank data mengenai
audit komunikasi yang tersususn dari berbagai organisasi. ICA kemudian berhasil
menerbitkan sebuah buku tentang teknik dan prosedur audit komunikasi yang
berjudul –Auditing Organizational Communication: The ICA Communication Audit.
Buku ini menjadi rujukan dari berbagai ahli, perguruan tinggi, lembaga konsultasi
maupun bisnis, sehingga audit komunikasi tampil dengan format standar yang umum.
a. Pengertian Audit Komunikasi
Audit komunikasi dalam perkembangannya tersusun berdasarkan
definisi-definisi yang di sampaikan oleh para ahli sebelumnya. Dalam artikel klasik berjudul “The Audit of Organizational Communication” Howard Greenbaum,
yang merupakan salah seorang tokoh dalam komite ICA, secara singkat
menjelaskan audit komunikasi sebagai pemeriksaan sistem komunikasi. Secara
lengkap definisi Howard Greenbaum berbunyi sebagai berikut:
A conceptual methodological structure... (which is used) for examination of communication processes in organization.2
(Sebuah struktur konseptual dan metodologis... (yang digunakan) untuk pemeriksaan proses-proses komunikasi di dalam organisasi)
Definisi singkat di atas kemudian diberi penjelasan agak panjang tentang
tujuan dan syarat-syarat bagi audit komunikasi yang berbunyi sebagai berikut.
The basic purpose of communication system appraisal is to determine whether communication network objective and to submite change proposal relating to communication policies and activities within the communication system... Most important to any audit review program is a clear idea of the scope or definition of organizational communication... The Successful development of a communication audit program is closely dependent upon the nature of organizational policies,
33
staff personnel cpabilities, and the level of general organizational development.3
(Maksud pokok dari sebuah pemeriksaan sistem komunikasi adalah untuk menentukan apakah tujuan-tujuan dari jaringan komunikasi tercapai dan untuk menyampaikan ususlan-usulan perubahan yang berkaitan dengan kebijakan-kebijakan komunikasi dan kegiatan-kegiatan di dalam sistem komunikasi... Hal paling penting dalam program audit peninjauan ulang adalah sebuah ide yang jelas mengenai cakupan atau definisi tentang komunikasi keorganisasian... Pengembangan suatu program audit komunikasi yang sukses sangat tergantung pada hkekat kebijakan-kebijakan organisasi, kemampuan staff personalia, dan tingkat perembangan organisasi pada umumnya.)
Seorang tokoh penting dalam komite ICA yang tersohor, Gerald Goldhaber
dalam buku Organizational Communication (5th edition) yang banyak
digunakan untuk graduate program atau program megister, menjelaskan audit komunikasi sebagai “pemeriksaan diagnosis” yang dapat memberikan informasi
dini untuk mencegah kehancuran kesehatan organisasi yang lebih besar. Dalam
penjelasan tentang audit komunikasi yang diperbandingkan dengan audit
keuangan dan check up diagnosis kedokteran tersebut, Gerald Goldhaber
menulis sebagai berikut.
Just a check up by accountants and physicians provide client with information necessary to maintain health, so does a communication audit provide an organization with advance information which may prevent a major breakdown. Few people would deny the importance of effective communication in maintaining a healthy organization, but until recently that a regular communication audit would offer.4
(Sebagaimana pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan oleh para akuntan dan para dokter memberikan informasi yang dibutuhkan untuk menjaga kesehatan klien-kliennya, demikianlah audit komunikasi memberikan informasi dini yang dapat mencegah terjadinya suatau kehancuran besar. Meskipun hanya sedikit orang yang mengingkari bahwa komunikasi efektif penting untuk memelihara kesehatan organisasi, namun sungguh mengherankan bahwa sampai masa-masa terakhir ini masih sangat sedikit perusahaan yang mau melakukan pemeliharaan pencegahan dengan memanfaatkan apa yang dapat diperoleh dari suatu audit komunaikasi.)
3Ibid.
34
Sungguh disayangkan bahwa kutipan dari buku teks yang klasik di atas
hanya memberikan definisi secara analogis –bukan definisi real atau definisi
konstitutif yang eksplisit. Sebuah definisi yang lebih sederhana tetapi jelas
tentang konsep audit komunikasi disampaikan oleh Jane Gibson dan Richard
Hodgetts dalam bukunya berjudul Organizational Communication: A
Managerial Perspective (2nd edition), berunyi sebagai berikut.
The communication audit is a complete analysis of an organization’s internal and external communication system. Depanding on the mandate and interest of top management, it can range from consideration of a single division to the entire organization climate.5
(Audit komunikasi adalah suatu analisis yang lengkap atas sistem-sistem komunikasi internal dan eksternal dari suatu organisasi. Ruang lingkup audit komunikasi dapat meliputi rentang dari sekedar perimbangan atas salah satu devisi sampai ke iklim organisasi secara keseluruhan; rentang tersebut tergantung pada mandat dan kepentingan pimpinan puncak organisasi.)
Anthony Booth dari Inggris dalam bukunya berjudul The Communication
Audit: A Guide for Managers memberikan definisi kerja yang berbunyi sebagai
berikut.
The process whereby the ommunicaions within an organization are analysed by an internal or external consultant, with a view to increasing organizational efficiency.6
(Audit komunikasi adalah –proses pembuatan analisis atas komunikasi-komunikasi di dalam organisasi oleh konsultan internal atau eksternal dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi organisasi.)
Myron Emmanuel, seorang konsultan dari kota New York, dalam buku
konsultasi berjudul Inside Organizational Communication (IABC), memberikan
definisi operasional dengan kandungan arti yang jauh lebih mendalam dan
menyeluruh. Definisi tersebut berbunyi sebagai berikut.
5 Jane Gibson dan Richard Hodgetts, Organizational Communication: A Managerial Perspective, ed. Ke-2 (New York: Harper Collins Publisher, 1991), hlm. 453.
35
In essence, a communication audit is a comprehensive and thorought study of communication philosophy, concept, structure, flow and practice within on organization, be it small or large, profit or nonprofit, private or public. A communication audi should be able to uncover information blockages, organizational hindrance to effective communication and lost opportunities.7
(Pada dasarnya, audit komunikasi merupakan kajian yang menyeluruh dan sesksama tentang filsafat komunikasi beserta konsep-konsep, struktur, arus dan praktek komunikasi dalam suatu oragnisasi, baik itu organisasi kecil atau besar, organisasi usaha atau nirlaba, dan swasta atau publik. Suatu audit komunikasi diharapkan dapat menyingkap kemacetan-kemacetan informasi , hambatan-hambatan terhadap komunikasi efektif, dan peluang-peluang yang disia-siakan.)
Sedangkan Andre Hardjana dalam bukunya berjudul “Audit Komuniaksi:
Teori dan Praktek” memberikan definisi sebagai berikut: “Audit komuniaksi
adalah kajian mendalam dan menyeluruh tentang pelaksanaan sistem
komunikasi keorganisasian yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan efektivitas organisasi”.8
Dari definisi-definisi yang tersaji di atas baik yang dibuat oleh kalangan
akademisi maupun ahli konsultasi dapat dicatat beberapa hal penting sebagai
berikut.
1) Audit komunikasi merupakan sebuah kajian yang kompleks, luas dan
mendalam.
2) Ruang lingkupnya meliputi seluruh komunikasi keorganisasian –internal dan
eksternal –dengan penekanan pada komunikasi internal.
3) Objek kajian adalah satuan sistem yang dapat berupa organiasi secara
keseluruhan, subsistem, seperti devisi atau unit kerja, ataupun kegiatan
komunikasi khusus, seperti kampanye dan program-program pelatihan.
7Myro E a uel, Auditi g Co u i atio Pra ti es , dala Carol Reuss da Do “il is eds , Inside
Organizational Communication: A Managerial Perspective, Ed. Ke-2 (New York: Longman Inc, 1985), hlm. 46.
36
4) Kajian dilakukan oleh spesialis –baik staf internal organisasi, akademisi,
atau konsultan profesional –yang memiliki keahlian interdisipliner,
khususnya di bidang organisasi, manajemen, dan bisnis serta ilmu
komunikasi.
5) Kajian dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, yakni meningkatkan
efektivitas organiasi, sehingga hasil analisis dan solusi harus dapat
dinyatakan sebagai rencana kerja.
6) Sebagai kajian, audit komunikasi memberikan manfaat maksimal bilamana
dilakukan secara periodik dan bukan hanya pada saat timbul persoalan
besar.
7) Fokus kajian terutama tertuju pada penemuan masalah-masalah dan
faktor-faktor yang dapat menghambat atau mengganggu pelaksanaan efektivitas
sistem komunikasi.
b. Alasan dan Tujuan Audit Komunikasi
Alasan maupun tujuan audit komunikasi perlu dirinci sesuai dengan
kebutuhan dan situasi yang dihadapi oleh organisasi –baik secara internal
maupun eksternal. Situasi internal misalnya, dapat berubah karena terjadinya
penambahan karyawan dan pergantian pejabat dalam rangka pengembangan
organisasi. Dan situasi eksternal umumnya berubah karena terjadinya perubahan
kebijakan pemerintah dan peningkatan persaingan –baik persaingan domestik
maupun internasional.
Dalam praktek, alasan dan tujuan mengapa audit komunikasi dilaksanakan
oleh organisasi dijabarkan dan dirinci secara teknis dan praktis. Penjabaran dan
rincian tersebut bersifat khas, karena harus disesuaikan dengan keistimewaan
37
banyak dikemukakan oleh para eksekutif untuk melakukan audit komunikasi, adalah untuk memperoleh informasi tentang “muatan informasi dalam kaitannya
dengan topik-topik penting, sumber dan saluran informasi, kualitas informasi dan kualitas komunikasi”, karen muatan informasi dalam bentuk kelebihan
muatan (overload) atau kekurangan muatan (underload) merupakan sumber
distorsi paling besar dalam sistem komunikasi. hal demikian ternyata tidak hanya
sering dialami oleh perusahaan-perusahaan besar seperti di Amerika Serikat,
tetapi umum dikalangan perusahaan menengah dan kecil seperti di negara-negara
berkembang. Secara garis besarnya sejumlah tujuan yang sering disebutkan oleh
para eksekutif perusahaan untuk mengadakan audit komunikasi, antara lain:
1) Menentukan “lokasi” dimana kelebihan muatan informasi (overload)
ataupun kekurangan muatan informasi (underload) terjadi berkaitan dengan
topik-topik, sumber-sumber, dan saluran-saluran komunikasi tertentu.
2) Menilai kualitas informasi yang dikomunikasikan oleh dan/atau kepada
sumber-sumber informasi.
3) Mengukur kualitas hubungan-hubungan komunikasi, secara khusus
mengukur sejauh mana kepercayaan antarpribadi (trust), dukungan,
keramahan, dan kepuasan kerja karyawan secara keseluruhan dilaksanakan.
4) Mengenali jaringan-jaringan yang aktif-operasional untuk desas-desus
(rumor), pesan-pesan sosial, pesan-pesan kedinasan, kemudian
dibandingkan dengan jaringan komunikasi resmi atau jaringan yang
dibentuk sesuai dengan bagan organisasi.
5) Mengenali sumber-sumber kemacetan arus (bottlenecks) arus informasi dan
para penyaring informasi (gatekeepers) dengan memperbandingkan
38
(liaison), anggota-anggota kelompok (group members) dengan
peran-perannya yang seharusnya sebagaimana diharapkan oleh bagan organisasi
dan uraian tugas.
6) Mengenali kategori-kategori dan contoh-contoh tentang
pengalaman-pengalaman dan peristiwa-peristiwa komunikasi yang tergolong positif atau
tergolong negatif.
7) Menggambarkan pola-pola komunikasi yang terjadi pada tingkatan pribadi,
kelompok, dan organisasi dalam kaitanya dengan topik-topik, sumber,
saluran, frekuensi, jangka waktu, dan kualitas interaksi.
8) Memberikan rekomendasi-rekomendasi tentang perubahan ataupun
perbaikan yang perlu dilakukan berkaitan dengan sikap, perilaku,
praktek-praktek kebiasaan, dan keterampilan yang didasarkan atas hasil analisis
Audit Komunikasi.9
Tujuan untuk mengadakan audit komunikasi –sebagaimana disebutkan
diatas –berkaitan dengan alasan mengapa audit komunikasi itu dibutuhkan.
Dengan mempertimbangkan hubungan antara kedua hal itu, Myron Emmanuel
sebagai seorang konsultan senior yang sudah berpengalaman di New York
menyusun sebuah daftar dari sejumlah alasan yang paling sering diajukan oleh
eksekutif perusahaan yang menjadi kliennya –dari yang umum, yakni “ingin mengetahui apakah program komunikasi berjalan baik” sampai alasan khusus
“ingin membangun landasan untuk pembangunan dan perencanaan kebijakan
komunikasi baru”. Alasan-alasan tersebut secara lengkap, antara lain:
1) Ingin mengetahui apakah program komunikasi berjalan dengan baik;
39
2) Ingin membuat diagnosis tentang masalah-masalah yang terjadi ataupun
yang potensial dapat terjadi, dan peluang-peluang apa yang terbuang
percuma;
3) Ingin melakukan evaluasi atas kebijakan-kebijakan baru dan praktek-praktek
komunikasi yang terjadi;
4) Ingin memeriksa hubungan antara komunikasi dengan tindakan-tindakan
operasional lainnya –baik pada tingkat organisasi maupun pada tingkat unit
lokal;
5) Ingin menyusun anggaran belanja untuk kegiatan-kegiatan komunikasi;
6) Ingin menetapkan sebuah patok banding (benchmark);
7) Ingin mengukur kemajuan dan perkembangan dengan menggunakan patok
banding yang sudah ditetapkan;
8) Ingin mengembangkan dan melakukan restrukturisasi fungsi-fungsi dalam
organisasi;
9) Ingin membangun landasan dan latar belakang guna pengembangan
kebijakan dan perencanaan komunikasi baru.10
Dengan kesadaran tentang adanya kebutuhan untuk melakukan audit
komunikasi dan menetapkan tujuan yang hendak dicapainya, eksekutif
perusahaan atau organisasi masih harus menetapkan kapan audit komuniaksi
tersebut harus dilakukan, misalnya seberapa mendesak audit itu harus
dilakukan. Namun dalam penetapan waktu yang tepat ini juga tidak dapat
mengabaikan pertimbangan praktis untuk pelaksanaannya.
c. Saat Tepat Melaksanakan Audit Komunikasi
40
Pilhan waktu yang tepat berkaitan erat dengan alasan, tujuan maupun
pertimbangan praktis dari audit komunikasi yang hendak dilakukan. Myron
Emmanuel mencatat, setidaknya ada sembilan situasi yang membuat eksekutif
perusahaan membutuhkan audit komunikasi. Salah satunya yang paling penting
adalah situasi pahit yang harus dihadapi oleh seorang eksekutif, yakni ketika ia menemukan “program-programnya kehilangan kredibilitas” sehingga tidak
menggigit lagi, padahal ia tidak mengetahui secara jelas “apa yang menjadi
persoalan”. Situasi lain lagi adalah ketika organisasi terpojok, sehingga eksekutif
terpaksa “melakukan pemangkasan program dan anggaran”. Situasi-situasi yang
menuntut audit komunikasi itu semuanya merupakan peristiwa penting yang
menimbulkan dampak besar pada organisasi sedang kejadiannya tidak dapat
terelakkan. Berikut adalah saat tepat penyelenggaraan audit komunikasi (di
Amerika Serikat)11, antara lain:
1) Bila eksekutif organisasi menyadari bahwa beberapa programnya
kehilangan kredibilitas, tetapi kesulitan untuk mengetahui atau menemukan
apa persoalan-persoalannya secara pasti;
2) Bila muncul kebutuhan untuk mengevaluasi kebijakan ataupun kebiasaan
baru;
3) Bila eksekutif menganggap perlu melakukan pengembangan ataupun restrukturisasi organisasi –termasuk fungsi komunikasinya;
4) Bila eksekutif membutuhkan peraturan dan ketentuan baru tentang
komunikasi dan anggaran;
41
5) Sebelum eksekutif melakukan merger dengan perusahaan lain atau akuisisi –
baik mengakuisisi atau diakuisisi; fokus penting dalam hal ini adalah budaya
organisasi dan iklim organisasi;
6) Sebelum pelaksanaan kepengurusan baru atau pelaksanaan
perubahan-perubahan;
7) Bila terjadi kerusuhan dan keresahan dikalangan karyawan –gerakan
ketidakpuasan dan mampetnya komunikasi;
8) Bila kehidupan ekonomi dan bisnis merosot –termasuk pemutusan hubungan
kerja atau PHK.
9) Sebelum melakukan pemangkasan beberapa program dan penghematan
dana.
Perlu kiranya dicatat bahwa kesembilan peristiwa di atas berkaitan erat
dengan membangun landasan untuk mengantisipasi terjadinya ketidakpastian,
yang ditimbulkan oleh perubahan-perubahan besar. Jadi audit komunikasi
dilakukan sebagai langkah antisipatif. Berbeda dengan kebiasaan
organisasi-organisasi perusahaan Amerika Serikat yang antisipatif, perusahaan-perusahaan
Inggris menurut Anthony Booth umumnya melaksanakan audit komunikasi
tidak hanya sebelum, tetapi juga sesudah terjadinya peristiwa penting. Menurut
pencatatan para konsultan di Inggris, audit komunikasi dibutuhkan pada waktu
menjelang atau sesudah salah satu atau kombinasi dari peristiwa-peristiwa
besar.12 Berikut adalah waktu yang tepat untuk melakukan audit komunikasi di
Inggris, antara lain:
1) Sebelum melakukan restrukturasi atau rasionalisasi perusahaan;
2) Sesudah melakukan restrukturasi atau rasionalisasi perusahaan;
42
3) Bila terdapat kebutuhan untuk meningkatkan motivasi karyawan;
4) Bila tagihan telpon dan lain-lain tiba-tiba melonjak dan dirasa terlalu tinggi;
5) Bila konsumen dan para pelanggan menemui kesulitan untuk mengontak
devisi penjualan;
6) Bila sedang mengembangkan rencana-rencana dan strateg-strategi jangka
panjang;
7) Bila terjadi perbedaan pandangan antara para manajer dan karyawan tentang
beberapa hal penting, seperti pemogokan buruh dan selisih antara buruh dan
manager yang disebabkan oleh kesalahan sikap atau tindakan atasan;
8) Sebelum membuat keputusan penting tentang pengadaan alat-alat
komunikasi baru;
9) Bila dinilai terlalu banyak beredar memo yang simpang siur dan isinya tidak
relevan;
10)Sesudah jumlah karyawan yang keluar-masuk (turnover) dinilai terlalu
tinggi;
11)Bila muncul masalah-masalah besar dalam komunikasi organisasi
12)Sudah tiba waktunya untuk melakukan pemeriksaan rutin atas pelaksanaan
sistem komunikasi.
Dari “kedua daftar saat tepat” dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
audit komunikasi dapat dilakukan kapan saja –pada dan antara –sepanjang garis
penghubung antara dimensi persoalan dan perencanaan (problem-planning
dimension). Di satu pihak audit komunikasi dapat dilakukan bila muncul
persoalan berat yang harus dipecahkan, di lain pihak audit komunikasi
dibutuhkan untuk memperoleh gambaran pada saat kini yang dapat digunakan
43
sangat penting dan berharga untuk merencanakan apa sasaran atau tujuan untuk
kedepannya dan bagaimana cara mencapai sasaran tersebut.
d. Tujuan Efektivitas Sistem Komunikasi
Sebagaimana dinyatakan dalam definisi-definisi yang dikutip sebelumnya –
audit komunikasi mempunyai tujuan yang jelas. Hal ini selain dinyatakan secara tegas “untuk meningkatkan efektivitas organisasi” juga diimplikasikan oleh
penggunaan istilah “kajian” –bukan riset evaluasi, pemeriksaan atau pengujian.
Peningkatan efektivitas organisasi –bukan efisiensi organisasi –dinyatakan
sebagai tujuan, karena pengertian secara fungsional kinerja suatu sistem
ditentukan oleh kejituan dalam pencapaian sasaran. Bila sistem tidak mencapai
sasarannya kemungkinan karena arahnya salah, menyimpang dari kebijakan,
salah pengertian, dan menyalahi jadwal waktu. Dengan kata lain, audit
merupakan kajian apakah sistem yang dilaksanakan benar. Bilamana hasil audit
menunjukkan sistemnya salah, sistem itu harus diperbaiki, diubah, bahkan
diganti. Oleh karena itu hasil audit perlu dinyatakan sebagai kesimpulan dan
rekomendasi yang dilengkapi dengan rencana kerja yang merupakan bentuk dari
cara tepat untuk meningkatkan efektivitas organisasi. Dan dari kebenaran sistem –yakni sistem efektif –organisasi dapat mencapai efisisensi kerja, karena
melakukan kegiatan dengan benar. Kalau kajian tentang efektivitas sistem ini
dilakukan secara periodik, maka akan diketahui kelemahan-kelemahan dan
kekuatan-kekuatan dalam sistem, faktor-faktor penting yang memberi pengaruh,
dan kekuatan-keuatan mana saja yang muncul dari waktu ke waktu. Dengan
demikian kelemahan-kelemahan sudah dapat diketahui sebelum menjadi
pengganggu atau penghambat, sehingga tidak menjadi kekuatan yang
44
dilakukan secara periodik dapat menunjukkan dinamika faktor-faktor dan
kecenderungan, sehingga hasil audit dapat digunakan untuk mengantisispasi
masa depan.
Bilamana unsur pemeriksaan dan pengujian gejala dalam kerja kesisteman
ditonjolkan dalam audit, maka audit komunikasi dapat dipahami dalam dua cara,
yakni sebagai alat diagnosis dan alat riset evaluasi, pandangan pertama –audit
komunikasi sebagai alat diagnosis –dicetuskan dan berulang kali ditekankan oleh
Gerald Goldhaber. Audit komunikasi kemudian dianggap sama dengan
pemeriksaan kesehatan yang harus dilakukan secara periodik agar dapat
memberikan manfaat sebagai upaya-upaya pencegahan penyakit dalam rangka
pemeliharaan kesehatan. Singkatnya tujuan audit komunikasi sebagai sebuah diagnosis lebih menekankan “menjaga efektivitas” daripada “meningkatkan
efektivitas”.13
Pandangan kedua –audit komunikasi sebagai riset evaluasi –umumnya
dianut oleh para penulis buku-buku teks tradisional seperti Tom Daniels dan
Barry Spiker yang menyebutnya dengan istilah Organizational Communication
Evaluation (OCE) dalam OCE peneliti melakukan dua hal, yakni, (1)
mengumpulkan dan menganalisa data tentang sistem dan praktek komunikasi
dalam organisasi dan (2) menunjukkan kondisi dan nilai yang digunakan sebagai
kerangka interpretasi atas data yang sudah dianalisis tanpa melengkapi
rekomendasi dan rencana kerja sebagai implikasi dari OCE tersebut. Kegiatan
OCE terutama hendak menonjolkan efektivitas fungsional dari sistem yang
dibangun oleh organisasi.14
13Ibid., hlm. 22.