KOMUNIKASI INTERPERSONAL WARGA AREA WISATA
PASIR PUTIH DALEGAN GRESIK
Skripsi
Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)
Oleh :
Nelly Fauziyah
NIM. B06213033
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
JURUSAN KOMUNIKASI
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
ABSTRAK
Nelly Fauziyah, B06213033, 2017. Skripsi. Komunikasi Interpersonal Warga Area Wisata Pasir Putih Dalegan Gresik
Kata Kunci : Komunikasi Interpersonal, Warga Area Wisata, Kesadaran Komunikatif
Berkembangnya Wisata Pasir Putih Dalegan ditandai dengan
dibangunnya beberapa icon permintaan wisatawan dan meningkatnya daftar
pengunjung di setiap tahunnya. Salah satu faktor yang menyebabkan keberhasilan dalam mengelola wisata adalah perilaku dari karyawan atau warga yang mengelola tempat wisata tersebut.
Ada dua rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini yaitu (1) komunikasi verbal dan non verbal warga area Wisata Pasir Putih Dalegan dalam mengelola dan mengembangkan wisata, (2) hambatan komunikasi interpersonal warga area Wisata Pasir Putih Dalegan dalam mengelola dan mengembangkan wisata.
Penelitian ini menggunakan pendekatan interaksi simbolik dan jenis penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan tiga alur kegiatan yaitu : reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Sedangkat teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori interaksi simbolik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) komunikasi interpersonal warga area Wisata Pasir Putih menggunakan kata-kata secara langsung dan menggunbakan bahasa bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Menggunakan surat edaran dan telepon sebagai media. Komunikasi non verbal yang tampak adalah regulasi pedagang kaki lima yang dilakukan oleh pemerintah desa, pengkondisian area wisata dan penjagaan penampilan oleh satgas, membuat lapak senyaman dan sebersih mungkin oleh pedagang kaki lima serta partisipasi yang dilakukan oleh warga sekitar dengan ikut serta membuka penyewaan kamar mandi dan parkir di lahan depan rumah. (2) adapun hambatan dalam komunikasi yaitu hambatan teknis dan hambatan psikologi. (3) adanya kesadaran komunikatif.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv
E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu ... 5
F. Definisi Konsep Penelitian ... 7
G. Kerangka Pikir Penelitian ... 9
H. Metode Penelitian ... 11
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 11
2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian ... 12
3. Jenis Data ... 14
4. Sumber Data ... 15
5. Tahap-tahap Penelitian ... 17
6. Teknik Pengumpulan Data ... 18
7. Teknik Analisis Data ... 20
8. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 21
I. Sistematika Pembahasan ... 23
BAB II KOMUNIKASI INTERPERSONAL MASYARAKAT DALAM MENGELOLA WISATA A. Kajian Pustaka ... 25
1. Komunikasi Interpersonal dalam Masyarakat ... 25
a. Pengertian Komunikasi Interpersonal ... 25
b. Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal... 27
c. Proses Komunikasi Interpersonal ... 29
d. Tujuan Komunikasi Interpersonal ... 30
e. Efektivitas Komunikasi Interpersonal ... 32
f. Faktor Penghambat Komunikasi Interpersonal ... 35
2. Peran Komunikasi Verbal dalam Interaksi Masyarakat ... 37
a. Pengertian Komunikasi Verbal... 37
c. Fungsi Bahasa ... 39
3. Peran Komunikasi Non Verbal dalam Interaksi Masyarakat ... 39
a. Pengertian Komunikasi Non Verbal ... 39
b. Fungsi Komunikasi Non Verbal ... 40
c. Bentuk Komunikasi Non Verbal ... 42
4. Komunikasi Sosial dan Kegiatan Wisata ... 47
a. Pengertian Masyarakat ... 47
b. Karakteristik Masyarakat Desa... 48
c. Pengembangan Tempat Wisata ... 52
B. Kajian Teori ... 62
Teori Interaksi Simbolik ... 62
BAB III DATA TENTANG KOMUNIKASI INTERPERSONAL WARGA AREA WISATA PASIR PUTIH DALEGAN GRESIK A. Deskripsi Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian ... 67
1. Deskripsi Subyek Penelitian ... 67
2. Deskripsi Obyek Penelitian ... 69
3. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 70
a. Sejarah Desa Dalegan ... 71
b. Struktur Organisasi ... 73
c. Visi dan Misi ... 74
B. Data tentang Komunikasi Interpersonal Warga Area Wisata Pasir Putih Dalegan Gresik dalam Mengelola dan Mengembangkan Wisata ... 79
1. Komunikasi Sesama Pemerintah Desa ... 80
2. Komunikasi Pemerintah Desa dengan Pedagang Kaki Lima .. 85
3. Komunikasi Pemerintah Desa dengan Warga Sekitar ... 91
4. Hambatan Komunikasi Interpersonal Warga Area Wisata dalam Mengelola dan Mengembangkan Wisata Pasir Putih Dalegan 93 BAB IV ANALISIS DATA KOMUNIKASI INTERPERSONAL WARGA AREA WISATA PASIR PUTIH DALEGAN GRESIK A. Hasil Temuan Penelitian ... 98
B. Konfirmasi Temuan dan Teori ... 105
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 112
B. Rekomendasi ... 113
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR BAGAN
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara maritim dengan ribuan pulau, sehingga
menyebabkan Indonesia memiliki ribuan kebudayaan yang beraneka ragam.
Potensi yang dimiliki Indonesia sangat beragam, khususnya dilihat dari bidang
pariwisatanya.
Pariwisata merupakan alat untuk mencapai tujuan dalam ekonomi karena
perkembangan pariwisata meningkatkan pendapatan daerah setempat. Sebagai
lapangan pekerjaan bagi penduduk sekitar, munculnya komunitas pedagang di
sekitar lokasi untuk menambah pendapatan dan meningkatkan jumlah
pengunjung, karena merupakan fasilitas yang tersedia dan mudah dijangkau.
Gresik merupakan kota yang dipenuhi dengan industri sehingga kota
Gresik dikenal dengan kota industri, namun dibalik pekatnya udara akibat
banyaknya aktifitas industri, kota Gresik memiliki tempat wisata alam yang indah
dan eksotik. Wisata Pasir Putih Dalegan adalah salah satu wisata alam yang
dimiliki kota Gresik dan juga dapat dijadikan sebagai tujuan wisata rekreasi.
Lokasi wisata tersebut berada di Desa Dalegan, Kecamatan Panceng, Kabupaten
Gresik, Jawa Timur, 40 Km dari pusat kota Gresik. Sebelumnya pantai tersebut
hanya sekedar untuk tempat bermain dan kurang memiliki daya tarik karena tidak
dirawat dan dikelola dengan baik. Namun semakin lama wisata tersebut dikelola
2
memiliki daya tarik luar biasa dan bisa memuaskan para wisatawan yang
berkunjung. Pengunjung semakin banyak sehingga untuk kenyamanan dan
keamanan pengunjung maka pantai tersebut dikelola oleh aparatur desa.
Wisata pantai yang dikenai biaya tiket masuk sebesar Rp 6.000,- untuk
dewasa dan Rp 4.000,- untuk anak-anak tersebut setiap tahunnya mengalami
kenaikan jumlah pengunjung. Tentunya sejalan dengan banyak omset yang
didapat oleh desa setiap tahunnya. Kepala desa Dalegan menjelaskan bahwa setiap
tahunnya omset yang didapat sekisar 2 sampai 3 Miliar Rupiah. Untuk tahun 2016
ini desa memiliki target perolehan sebesar 3,2 M. Namun sampai bulan September
kemarin, perolehan masih mencapai 2,8 M. “Tapi ini kan masih ada 3 bulan,
harusnya ya masih bisa mencapai target”, tambahnya dengan wajah sumringah.
Omset wisata yang didapatkan tidak begitu saja masuk ke pemasukan kas
desa. Dana sebesar 600 sampai 700 juta sebagai kontribusi ke pemerintah setiap
tahunnya. Selain itu tanah yang ada di area wisata, bukan keseluruhan milik desa.
melainkan ada sebagian milik perusahaan dari CV. Mahendra, yang setiap
tahunnya desa harus menyewa dengan dana sebesar 75 juta Rupiah.
Untuk mengatur dan meyakinkan warganya, H. Moh Gholib selaku Kepala
Desa mengaku tidak mengalami kesulitan. Karena adanya Wisata Pasir Putih,
dapat memberikan lowongan pekerjaan untuk warganya. Mengenai hal tersebut,
Kepala Desa beserta pemerintah desa memiliki strategi tersendiri untuk
menghilangkan kecemburuan sosial pada warganya. Desa yang memiliki 40 RT
3
Wisata Pasir Putih. Cara yang digunakan oleh pemerintah desa adalah dengan
menggilir setiap warga di masing-masing RT secara bergantian setiap hari.
Dengan bayaran 90 ribu Rupiah per kepala setiap satu harinya.
Selain itu, pemerintah desa juga bekerja sama dengan karang taruna dan
club bola milik desa (Persada) untuk menjadikan lapangan desa sebagai tempat
parkir, terutama pada hari-hari besar. Untuk lahan parkir sendiri, desa memberi
anggaran untuk karang taruna sebesar 40 juta Rupiah.1 Untuk keuntungan, warga
desa Dalegan diberi kebebasan untuk masuk wisata tanpa menggunakan tiket
masuk.
Salah satu faktor yang menyebabkan keberhasilan dalam mengelola wisata
adalah perilaku dari karyawan atau warga yang mengelola perusahaan dan tempat
wisata tersebut. Dalam hal ini, perilaku tersebut dapat dilihat dari komunikasi
verbal maupun non verbal. Kemudian dari latar belakang yang telah dipaparkan,
peneliti tertarik untuk melalukan penelitian dan mengangkat judul “Komunikasi
Interpersonal Warga Area Wisata Pasir Putih Dalegan Gresik”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana komunikasi verbal dan non verbal warga area wisata dalam
mengelola dan mengembangkan Wisata Pasir Putih Dalegan ?
2. Apa hambatan komunikasi interpersonal warga area wisata dalam mengelola
dan mengembangkan Wisata Pasir Putih Dalegan ?
1
4
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dan memahami komunikasi verbal dan non verbal warga
area wisata dalam mengelola dan mengembangkan Wisata Pasir Putih
Dalegan.
2. Untuk mengetahui dan memahami hambatan-hambatan komunikasi
interpersonal warga area wisata dalam mengelola dan menmgembangkan
Wisata Pasir Putih Dalegan.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran
dan menjadi referensi keilmuan dalam bidang Ilmu Komunikasi yang
berkaitan dengan kajian komunikasi interpersonal warga di area wisata bagi
almamater, pendidik dan pihak-pihak yang tertarik dan berminat dalam upaya
penelitian lebih dalam mengenai masalah yang serupa.
2. Secara Praktis
a. Hasil penelitian ini sekiranya dapat bermanfaat dan dapat digunakan
sebagai pedoman dalam mengembangkan keilmuan komunikasi, baik
verbal maupun non verbal.
b. Sebagai bahan acuan dan referensi bagi peneliti berikutnya tentang
analisa komunikasi interpersonal warga.
c. Membantu pembaca dalam memahami komunikasi interpersonal warga
5
E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu
Dalam penyusunan suatu penelitian tidak lepas dengan adanya suatu hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan. Sehingga
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dengan penelitian yang disusun oleh
peneliti. Sebagai rujukan penelitian yang terkait dengan tema yang diteliti.
Peneliti mencoba mencari referensi hasil penelitian yang diteliti atau dikaji oleh
peneliti terdahulu :
Pertama adalah skripsi dari Anisa Hudaning Tyas Dwi Putri, Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2015 dengan judul Komunikasi Interpersonal dalam
Meningkatkan Kinerja Pegawai Humas di Kantor Sekretariat DPRD Daerah
Istimewa Yogyakarta. Dalam penelitian ini, saudara Anisa ingin mengetahui
bagaimana komunikasi interpersonal yang dilakukan pegawai humas dalam
meningkatkan kinerja di kantor sekretariat DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta.
Persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sama-sama
meneliti tentang komunikasi interpersonal dan sama-sama menggunakan jenis
penelitian kualitatif. Sedangkan perbedaannya terdapat pada subyek penelitian,
yaitu pegawai humas di kantor sekretariat DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta
dan subyek penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah warga area Wisata Pasir
Putih Dalegan Gresik.
Kedua adalah skripsi dari Intan Qurrotu Aini, Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel Surabaya, 2016 dengan judul Berkembangnya Tempat Wisata
Pantai Dalegan Dan Perilaku Sosial Remaja Di Desa Dalegan Kecamatan Panceng
6
mengetahui apakah perkembangan wisata pantai Dalegan berpengaruh terhadap
perilaku sosial remaja di Desa Dalegan dan juga ingin mengetahui seberapa besar
sumbangan perkembangan wisata pantai Dalegan terhadap perilaku sosial remaja
di Desa Dalegan. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti
adalah sama-sama meneliti warga Desa Dalegan Kecamatan Panceng Kabupaten
Gresik. Sedangkan perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian yang
disebutkan membahas pengaruh berkembangnya tempat wisata Pantai Dalegan
terhadap perilaku sosial remaja, sedangkan dalam penelitian ini menekankan pada
komunikasi interpersonal baik verbal maupun non verbal warga area wisata dalam
mengelola dan mengembangkan wisata. Kemudia perbedaan juga terdapat pada
pendekatan dan jenis penelitian, penelitian Intan Qurrotu Aini menggunakan
pendekatan paradigma pragmatis dan jenis penelitian mixed methods. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan pendekatan interaksi
simbolik dan jenis penelitian deskriptif kualitatif.
Penelitian selanjutnya adalah jurnal dari Salman, Institut Teknologi dan
Bisnis Kalbe Jakarta, 2013 dengan judul Pola Komunikasi Interpersonal dan
Strategi Blusukan Joko Widodo. Dalam penelitian ini, saudara Salman ingin
mengetahui pola komunikasi dan strategi komunikasi Joko Widodo dalam
menghadapi persaingan pemilihan calon presiden. Persamaan dengan penelitian
yang dilakukan oleh peneliti adalah sama-sama meneliti mengenai komunikasi
interpersonal dan sama-sama menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif.
7
membahas tentang pola komunikasi interpersonal dan strategi komunikasi,
sedangkan penelitian ini lebih fokus pada pembahasan komunikasi interpersonal.
F. Definisi Konsep Penelitian
1. Komunikasi
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari
kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti
sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna.2
Berbagai pendapat dari beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa
komunikasi merupakan suatu proses pembagian makna atau ide-ide di antara
dua atau lebih dan satu sama lain saling pengertian tentang pesan yang
disampaikan. Tanpa ada kesamaan pengertian di antara peserta komunikasi
maka tidak ada sebuah tindak komunikasi.3 Dan menurut peneliti, komunikasi
adalah proses pertukaran informasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih
dimana kedua belah pihak, baik komunikator maupun komunikan pada
akhirnya memiliki pemahaman yang sama.
2. Komunikasi Interpersonal
Trenholm dan Jensen (1995:26) mendefinisikan komunikasi
interpersonal sebagai komunikasi antara dua orang yang berlangsung secara
tatap muka (komunikasi diadik). Sifat komunikasi ini adalah: (a) spontan dan
informal; (b) saling menerima feedback secara maksimal; (c) partisipan
8
berperan fleksibel. Adapun Agus M. Hardjana (2003: 85) mengatakan,
komunikasi interpersonal adalah interaksi tatap muka antar dua atau beberapa
orang, dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung dan
penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula.4
Kemudian menurut peneliti komunikasi interpersonal adalah proses
pertukaran pesan atau informasi antara individu-individu atau hanya dua
orang dan secara tatap muka atau langsung.
3. Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata,
baik lisan maupun tulisan. Komunikasi ini paling banyak digunakan dalam
hubungan antarmanusia. Melalui kata-kata, seseorang mengungkapkan
perasaan, emosi, pemikiran, gagasan atau maksud, menyampaiakn fakta, data,
dan informasi serta menjelaskannya, saling bertukar perasaan dan pemikiran,
saling berdebat dan bertengkar. Dalam komunikasi verbal, bahasa memegang
peranan penting.5 Menurut peneliti, komunikasi interpersonal adalah proses
pertukaran pesan atau informasi yang dilakukan secara langsung atau dengan
menggunakan kata-kata, baik dilakukan oleh dua orang atau lebih.
4. Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas
dalam bentuk non verbal, tanpa kata-kata. Dalam kehidupan nyata,
komunikasi non verbal ternyata jauh lebih banyak dipakai daripada
4
Suranto Aw, Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), hlm. 3
5
9
komunikasi verbal, dengan kata-kata. Dalam berkomunikasi, hampir secara
otomatis komunikasi non verbal ikut terpakai. Karena itu, komunikasi non
verbal bersifat tetap dan selalu ada. Komunikasi non verbal lebih jujur
mengungkapkan hal yang akan diungkapkan karena spontan.6 Menurut
peneliti, pengertian komunikasi non verbal dengan komunikasi verbal hampir
sama, hanya saja dalam komunikasi non verbal proses pertukaran pesannya
tidak menggunakan kata-kata, melainkan isyarat-isyarat atau bahasa tertentu.
Jadi, komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran pesan atau
informasi dari seseorang kepada orang lain secara langsung sehingga pada
akhirnya memiliki persamaan makna antara kedua belah pihak, baik komunikator
maupun komunikan. Dalam komunikasi interpersonal terdapat dua jenis
komunikasi yaitu komunikasi verbal, komunikasi yang dilakukan menggunakan
kata-kata dan komunikasi non verbal, komunikasi yang dilakukan menggunakan
isyarat, bahasa atau simbol tertentu (tidak menggunakan kata-kata).
G. Kerangka Pikir Penelitian
Proses penelitian ini dilakukan dari fenomena yang tejadi di tengah
masyarakat desa Dalegan. Dengan semakin meningkatnya pengunjung atau
wisatawan di Wisata Pasir Putih Dalegan, maka pengelolaan wisata tersebut
semakin ditingkatkan dengan membangun gazebo, tempat bermain anak,
penambahan tempat menjual oleh-oleh dan lain sebagainya. Strategi yang
digunakan oleh pemerintah desa untuk meningkatkan perekonomian warga juga
6
10
sangat menarik, yaitu dengan memberi kesempatan setiap warganya untuk
menyewa ruko untuk berjualan dengan bergantian setiap tahunnya.
Komunikasi interpersonal sendiri yaitu suatu proses pertukaran informasi
yang dilakukan oleh dua orang. Komunikasi interpersonal ini bisa berupa verbal
yaitu secara lisan atau langsung maupun komunikasi non verbal yaitu
menggunakan bahasa atau simbol tertentu. Warga desa saling memberikan
stimulus dan respon dalam berkomunikasi dan beriteraksi sosial. Dalam hal ini
terlihat jika warga desa Dalegan memiliki interaksi sosial yang baik karena dapat
saling mempengaruhi dalam hal upaya mengelola dan mengembangkan wisata.
Dan juga tidak menutup kemungkinan adanya hambatan dalam proses komunikasi
tersebut.
Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan teori interaksi simbolik yang
menjelaskan bahwa komunikasi manusia terjadi melalui pertukaran
lambang-lambang beserta maknanya perilaku manusia dapat dimengerti dengan
mempelajari bagaimana para individu memberi makna pada informasi simbolik
yang mereka pertukarkan dengan pihak lain.7 Sebab peneliti memandang bahwa
dalam warga area Wisata Pasir Putih Dalegan muncul interaksi atau komunikasi
yang terjalin antar sesama dan juga adanya pemaknaan terhadap pentingnya
pengelolaan wisata bagi warga sekitar. Maka penggunaan teori interaksi simbolik
ini dirasa sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
7
Metode penelitian sangat penting dalam proses penelitian. Metode
penelitian menjelaskan seluruh proses awal dimana melihat fenomena
yang kemudian dijabarkan melalui kerangka teori, selanjutnya
dikumpulkan data di lapangan yang berlanjut pada pengujian empiris dan
dapat dijelaskan serta pada bagian akhir peneliti bisa menarik
kesimpulan. Pendekatan penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah
pendekatan interaksi simbolik, yang mana merupakan model yang
mengasumsikan bahwa objek orang, situasi dan peristiwa tidak memiliki
pengertian sendiri, sebaliknya pengertian itu diberikan kepada mereka.
Pengertian yang diberikan orang pada pengalaman dan proses
penafsirannya bersifat esensial serta menentukan,8 interaksi simbolik
8
12
merupakan kegiatan dimana antara komunikan dan komunikator dalam
berinteraksi juga menggunakan simbol.
b. Jenis Penelitian
Jenis penelitian merupakan salah satu bagian dari metode penelitian
yang harus ada karena menjadi tolak ukur dalam meneliti. Penelitian
tidak boleh sembarangan dalam menjalankannya karena bisa berdampak
negatif di kemudian. Penelitian harus proporsional sesuai dengan
tahap-tahap yang ada. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis
penelitian deskriptif kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses
penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang
menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada
pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti
kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi
pada situasi yang alami.9
2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian
a. Subyek Penelitian
Subjek penelitian adalah sesuatu yang diteliti, baik orang, benda
maupun lembaga (organisasi). Subjek penelitian pada dasarnya adalah
yang akan dikenai kesimpulan hasil penelitian. Di dalam subjek
penelitian inilah terdapat objek penelitian.10 Peneliti telah menentukan
subyek dalam penelitin ini yaitu warga Desa Dalegan Kecamatan
9
Ibid., hlm. 135
10
13
Panceng Kabupaten Gresik khusunya pemerintah desa dan warga yang
ikut serta mengelola Wisata Pasir Putih Dalegan, yang nantinya akan
digali datanya dan pada akhirnya ditarik kesimpuan atas penggalian data
tersebut. Pemerintah desa dipilih karena selaku pengelola Wisata Pasir
Putih, dan warga biasa dipilih karena ada dan bertempat tinggal di
lingkungan Wisata Pasir Putih, juga ikut mengelola dan menjadi bagian
dari Wisata Pasir Putih Dalegan.
b. Obyek Penelitian
Objek penelitian adalah sifat keadaan dari suatu benda, orang atau
yang menjadi pusat perhatian dan sasaran penelitian. Sifat keadaan yang
dimaksud bisa berupa sifat, kuantitas dan kualitas yang bisa berupa
perilaku, kegiatan, pendapat, pandangan penilaian, sikap pro-kontra,
keadaan batin dan bisa juga berupa proses.11 Obyek penelitian yang
dikaji peneliti ini adalah mengenai komunikasi interpersonal baik verbal
maupun non verbal warga Desa Dalegan Kecamatan Panceng Kabupaten
Gresik dalam mengelola dan mengembangkan Wisata Pasir Putih
Dalegan.
c. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian terletak di Desa Dalegan Kecamatan Panceng
Kabupaten Gresik. Wisata di desa ini dipilih sebagai lokasi penelitian
karena wisata ini tergolong wisata yang semakin terkenal dan memiliki
pengunjung yang meningkat setiap tahunnya. Selain itu juga karena
11
14
wisata ini dikelola oleh pemerintah Desa Dalegan sendiri dan memiliki
strategi yang tepat untuk menguntungkan warga dalam perolehan
pendapatan di wisata ini.
3. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Data Primer
Menurut S. Nasution, data primer adalah data yang dapat diperoleh
langsung dari lapangan atau tempat penelitian.12 Kata-kata dan tindakan
merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati
atau mewawancarai. Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan
informasi langsung tentang komunikasi interpersonal warga area Wisata
Pasir Putih Dalegan dalam mengelola, dan mengembangkan wisata yaitu
dengan cara wawancara dengan pemerintah desa dan warga di area
Wisata Pasir Putih Dalegan.
b. Data Sekunder
Sumber tertulis dapat dikatakan sebagai sumber kedua yang berasal
dari luar sumber kata-kata dan tindakan. Dilihat dari sumber data, bahan
15
Dalam konteks ini, upaya untuk menggali data informasi yang
berkaitan dengan permasalahan penelitian, peneliti mencari sumber data
tertulis untuk memperkuat hasil penelitian. Dalam hal ini peneliti
mendapatkan sumber data tertulis berupa buku yang memuat teori yang
berkaitan dengan topik penelitian sebagai penunjang. Peneliti
menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan
melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancaa
langsung dengan pemerintah desa dan warga area Wisata Pasir Putih
Dalegan.
4. Sumber Data
Menurut Suharmi Arikunto, yang dimaksud dalam sumber data dalam
penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh.14
Ada beberapa sumber data yang bisa digunakan peneliti diantaranya :
a. Informan
Informan adalah orang yang sangat berperan penting dalam proses
pengumpulan data atau bisa disebut juga dengan narasumber atau orang
yang menjadi kunci utama sumber data dalam penelitian ini. Informan
haruslah orang yang benar-benar mengetahui permasalahan yang akan
diteliti. Dalam hal ini adalah Pemerintah Desa Dalegan dan warga yang
ikut serta dalam mengelola Wisata Pasir Putih.
14
16
b. Tempat atau Lokasi
Dari memahami kondisi lokal penelitian, dengan secara tidak
langsung peneliti bisa cermat mencoba untuk mengkaji dan secara praktis
menarik kemungkinan kesimpulan.
c. Dokumen atau Arsip
Kajian dokumen merupakan sarana pembantu peneliti dalam
mengumpulkan data atau informasi dengan cara membaca surat-surat,
pengumuman, ikhtisar rapat, pernyataan tertulis kebijakan tertentu dan
bahan-bahan tulisan lainnya. Metode pencarian data ini sangat
bermanfaat karena dapat dilakukan dengan tanpa mengganggu obyek
atau suasana penelitian. Peneliti dengan mempelajari dokumen tersebut
dapat mengenal budaya dan nilai-nilai yang dianut oleh obyek yang
diteliti.15 Dokumen dan arsip merupakan bahan tertulis atau benda yang
berkaitan dengan suatu peristiwa atau aktifitas tertentu.
d. Catatan Lapangan
Yaitu catatan yang diperoleh dari hasil pengamatan dan peran serta
peneliti yang berupa situasi, proses dan perilaku terutama yang berkaitan
dengan komunikasi interpersonal yang dilakukan peneliti, kemudian
hasilnya dijadikan suatu catatan.
15
17
5. Tahap-tahap Penelitian
Untuk melakukan sebuah penelitian kualitatif, perlu mengetahui
tahap-tahap yang akan dilalui dalam proses penelitian. Tahap ini terdiri atas tahap-tahap
pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data dan tahap
penulisan laporan.
a. Tahap Pra Lapangan
Pada tahap pra lapangan ini, kegiatan yang dilakukan oleh peneliti
adalah menyusun rancangan penelitian seperti membuat usulan penelitian
atau proposal penelitian, berkonsultasi kepada dosen pembimbing
mengenai tema penelitian yang akan di lakukan, penentuan lapangan
penelitian, penentuan jadwal penelitian, pemilihan alat penelitian,
rancangan pengumpulan data, rancangan prosedur analisa data, dan
rancangan perlengkapan yang diperlukan di lapangan, dan rancangan
pengecekan kebenaran data.
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
Pada tahap pekerjaan lapangan, langkah pertama adalah peneliti
menjajaki dan menilai lokasi penelitian, memahami situasi dan kondisi
lapangan, menyesuaikan penampilan fisik serta cara berperilaku peneliti
dengan norma-norma, nilai-nilai, kebiasan dan adat-istiadat tempat
penelitian. Selanjutnya, menyiapkan perlengkapan penelitian terutama
untuk interview atau wawancara dengan informan, mulai dari tape
18
Kemudian memilih dan memanfaatkan informan yang sesuai dengan
kriteria peneliti.
c. Tahap Analisis Data
Data yang terkumpul dari kegiatan pengumpulan data mungkin
terlalu sedikit jumlahnya, mungkin juga terlalu besar. Walaupun telah
mencukupi jumlahnya, data atau informasi harus diolah atau diproses
agar menjadi informasi bermakna. Mengolah data memerlukan ketelitian
dan kecermatan tersendiri dari peneliti. Dalam setiap pemrosesan data
pasti terdapat prosedur reduksi, yaitu penyerdahanaan data. Dari data
yang telah disederhanakan ini dapat ditafsirkan, dan selanjutnya di tarik
kesimpulan.16
d. Tahap Penulisan Laporan
Setelah sampai pada kesimpulan, perlu segera disusun laporan
pelaksanaaan penelitian sebagai bagian dari publikasi atau sosialisasi
agar hasil penelitian diketahui oleh orang lain dan mungkin dimanfaatkan
orang lain, selain itu juga untuk kepentingan akuntabilitas (pemeriksaan
oleh pihak lain).17
6. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan teknik sebagai
berikut:
16
Suwartono, Dasar-dasar Metodologi Penelitian,(Yogkakarta: Andi Offset, 2014) hlm. 80
17
19
a. Wawancara mendalam (Depth Intrerview)
Metode interview juga bisa disebut dengan metode wawancara,
metode wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai dengan
atau tanpa menggunakan pedoman wawancara.18
b. Observasi
Kegiatan observasi meliputi melakukan pencatatan secara sistematik
kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek yang dilihat dan hal-hal lain
yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan.
Salah satu peranan pokok dalam melakukan observasi ialah untuk
menemukan interaksi yang kompleks dengan latar belakang sosial yang
alami.19
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pengumpulan data yang tidak langsung
ditujukan kepada subyek penelitian. Dokumentasi adalah setiap bahan
tertulis, baik berupa karangan, memo, pengumuman, intruksi, majalah,
buletin, pernyataan, aturan suatu lembaga masyarakat, dan berita yang
disiarkan kepada media massa.
Peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data dari
wawancara, obervasi sampai dokumentasi untuk mendapatkan data yang
18
Burhan Bungin, Metodoligi Penelitian Sosial (Surabaya: Airlangga, 2001), hlm. 133
19
20
benar-benar valid. Selain wawancara, observasi dan dokumentasi juga
dilakukan pada penelitian ini dengan bantuan alat recorder, serta peneliti ikut
terjun langsung dalam setiap kegiatan yang diadakan guna mendapatkan latar
suasana yang dibutuhkan.
7. Teknik Analisis Data
Analisis data ialah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan,
memberikan kode, dan mengkategorikanya, pengorganisasian dan
pengelolaan data tersebut bertujuan menemukan tema dan konsepsi kerja
yang akan diangkat menjadi teori substantif.20
Teknik analisis data dilaksanakan mulai dari pengumpulan data yang
dikerjakan secara intensif setelah meninggalkan lapangan. Dalam proses
menganalisis data di butuhkan pemusatan perhatian dan pikiran peneliti. Tak
hanya menganalisis data, peneliti juga perlu memahami lebih dalam
kepustakaan yang berguna untuk mengaitkan atau mengkonfirmasi dengan
teori baru jika ditemukan.21
Affudin, Beni Ahmad, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung :Pustaka Setia,2009), Hlm. 145
21
Ibid., hlm. 146
22
21
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan. Reduksi data
didefinisakan sebagi proses penyederhanaan dan tranformasi data kasar yang
berasal dari catatan penulis saat di lapangan. Tahapan reduksi merupakan
termasuk ke dalam bagian analisis sehingga dapat memilah data mana yang
dibuang, dikode, serta pola mana yang akan diringkas sejumlah bagian yang
tersebut, hal tersebut merupakan pilihan-pilihan analisis. Proses reduksi data
pada dasarnya untuk menggolongkan dan membuang bagian yang tidak perlu
sehingga memudahkan untuk penarikan kesimpulan dan akan dilanjutkan
dengan proses verifikasi.
Selanjutnya adalah melakukan penyajian data, seluruh data yang
didapatkan dari penelitian dikumpulkan dan disusun guna untuk penarikan
kesimpulan atau mendapatkan hasil.
Yang terakhir adalah penarikan kesimpulan, dalam hal ini peneliti
membuat kesimpulan dari hasil penelitian kemudian mengkonfirmasi kembali
kepada pihak pengelola Wisata Pasir Putih untuk hasil-hasil nyata yang telah
ditemukan.
8. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Keabsahan data dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan
kriteria kredibilitas. Untuk mendapatkan data yang relevan, maka peneliti
melakukan pengecekan keabsahan data hasil penelitian dengan cara :
a. Triangulasi data, yakni teknik pemeriksaan keabsahan data yang
22
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data-data
tersebut. Hal ini dapat berupa penggunaan sumber, metode penyidik dan
teori.23
Dari berbagai teknik tersebut cenderung menggunakan
sumber, sebagaimana disarankan oleh patton yang berarti
membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan suatu data
yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode
kualitatif. Untuk itu keabsahan data dengan cara sebagai berikut:24
1) Membandingkan hasil wawancara dan pengamatan dengan
data hasil wawancara
2) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan
3) Membandingkan apa yang dikatakan orang secara umum dengan
apa yang dikatakan secara pribadi
Yang ingin diketahui dari perbandingan ini adalah mengetahui
alasan- alasan apa yang melatarbelakangi adanya perbedaan tersebut (jika
ada perbedaan) bukan titik temu atau kesamaannya sehingga dapat
dimengerti dan dapat mendukung validitas data.
23
Op.Cit., Lexy J. Moleong, hlm. 178
24
23
b. Keikutsertaan di lapangan dengan rentang waktu yang panjang bertujuan
untuk menguji kepercayaan data-data yang telah dikumpulkan oleh
peneliti di lapangan.
Karena teknik ini menghendaki pengenalan secara mendalam, maka
waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan data atau informasi menjadi
lama. Semakin lama peneliti berbaur dengan yang diteliti, maka peneliti
akan dapat mempelajari pola dan perilaku hidup obyek yang diteliti.25
I. Sistematika Pembahasan
Dalam penelitian yang berjudul Komunikasi Interpersonal Warga Area
Wisata Pasir Putih Dalegan, peneliti menyusun sistematika pembahasan yang
terbagi ke dalam lima bab, sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini membahas latar belakang, rumusan masalah dan fokus penelitian,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian hasil penelitian terdahulu, definisi
konsep penelitian, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab II Kajian Teoritis
Pada bab ini menguraikan tentang beberapa hal yang menyangkut tentang
pembahasan dalam penelitian. Bab ini memiliki dua pokok bahasan, yaitu; Kajian
Pustaka dan Kajian Teori yang menjelaskan teori komunikasi dan komunikasi
interpersonal warga area wisata.
25
24
Bab III Penyajian Data
Pada bab ini membahas tentang penyajian data berupa deskripsi data berkenaan
dengan deskripsi obyek penelitian, subyek dan lokasi lokasi penelitian serta
penyajian data hasil penelitian di lapangan.
Bab IV Analisis Data
Pada bab ini berisi tentang pengumpulan data-data yang diperoleh oleh peneliti
dalam penelitian dan dianalisis menggunakan teori sehingga mendapatkan
hasilnya, yang kemudian dilakukan pembahasan guna mendapatkan kesimpulan.
Bab V Penutup
Berupa simpulan dan rekomendasi, menyajikan inti atau kesimpulan dari hasil
penelitian yang telah dilakukan dan mengungkapkan saran-saran tentang beberapa
BAB II
KOMUNIKASI INTERPERSONAL MASYARAKAT DALAM
MENGELOLA WISATA
A. Kajian Pustaka
1. Komunikasi Interpersonal dalam Masyarakat
a. Pengertian Komunikasi Interpersonal
Menurut Joseph A. Devito sebagaimana dikutip Ali Nurdin, dkk
(2013) mendefinisikan komunikasi antarpribadi dengan “The process of
sending and receiving messages, between two persons, or among a small group of person, with some effect and some immediate feedback.” (Proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara
sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa
umpan balik seketika). Sedangkan menurut Deddy Mulyana, komunikasi
antarpribadi adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka,
yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain
secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal.
Adapun menurut Schramm (1974) di antara manusia yang saling
bergaul, ada yang saling membagi informasi, namun ada pula yang
26
(1976) bahwa dalam pergaulan antar manusia selalu terjadi penyesuaian
pikiran, penciptaan simbol yang mengandung pengertian bersama.1
Menurut Suranto Aw2 (2011) komunikasi interpersonal atau
komunikasi antarpribadi adalah proses penyampaian dan penerimaan
pesan antara pengirim pesan (sender) dengan penerima (receiver) baik
secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi dikatakan terjadi
secara langsung (primer) apabila pihak-pihak yang terlibat komunikasi
dapat saling berbagi informasi tanpa melalui media. Sedangkan
komunikasi tidak langsung (sekunder) dicirikan oleh adanya penggunaan
media tertentu.
R. Wayne Pace (1979) sebagaimana dikutip Hafied Cangara3
(1998) bahwa “interpersonal communication is communication involving
two or more people in a face to face setting” yang bermakna komunikasi interpersonal adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua
orang atau lebih secara tatap muka. Demikian pula menurut Alo Liliweri4
(1994) Komunikasi antarpribadi sebenarnya merupakan satu prosesional
di mana orang-orang yang terlibat di dalamya saling mempengaruhi.
1
Ali Nurdin, dkk, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2013), hlm. 120
2
Suranto Aw, Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), hlm. 5
3
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), hlm. 32
4
27
b. Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal merupakan jenis komunikasi yang
frekuensi terjadinya cukup tinggi dalam kehidupan sehari-hari. Apabila
diamati dan dikomparasikan dengan komunikasi jenis lainnya, maka
dapat dikemukakan ciri-ciri komunikasi interpersonal, antara lain: arus
pesan dua arah, suasana informal, umpan balik segera, peserta
komunikasi berada dalam jarak dekat, dan peserta komunikan mengirim
dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik secara verbal
maupun non verbal.
1) Arus pesan dua arah. Komunikasi interpersonal menempatkan sumber
pesan dan penerima dalam posisi yang sejajar, sehingga memicu
terjadinya pola penyebaran pesan mengikuti arus dua arah. Artinya
komunikator dan komunikan dapat berganti peran secara cepat.
Seorang sumber pesan dapat berubah peran sebagai penerima pesan,
begitu pula sebaliknya. Arus pesan secara dua arah ini berlangsung
secara berkelanjutan.
2) Suasana non formal. Komunikasi interpersonal biasanya berlangsung
dalam suasana non formal. Dengan demikian, apabila komunikasi itu
berlangsung antara pejabat di sebuah instansi, maka para pelaku
komunikasi itu tidak secara kaku berpegang pada herarki jabatan dan
prosedur birokrasi, namun lebih memilih pendekatan secara individu
yang bersifat pertemanan. Relevan dengan suasana non formal
28
tertulis. Di samping itu, forum komunikasi yang dipilih biasanya juga
cenderung bersifat non formal, seperti percakapan intim dan lobi,
bukan forum formal seperti rapat.
3) Umpan balik segera. Oleh karena komunikasi interpersonal biasanya
mempertemukan para pelaku komunikasi secara bertatap muka, maka
umpan balik dapat diketahui dengan segera. Seorang komunikator
dapat segera memperoleh balikan atas pesan yang disampaikan dari
komunikan, baik secara verbal maupun non verbal.
4) Peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat. Komunikasi
interpersonal merupakan metode komunikasi antar individu yang
menuntut agar peserta komunikasi berada dalam jarak dekat, baik
jarak dalam arti fisik mapun psikologis. Jarak yang dekat dalam arti
fisik, artinya para pelaku saling bertatap muka, berada pada pada satu
lokasi tempat tertentu. Sedangkan jarak yang dekat secara psikologis
menunjukkan keintiman hubungna antar individu.
5) Peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan
dan spontan, baik secara verbal maupun non verbal. Untuk
meningkatkan keefektifan komunikasi interpersonal, peserta
komunikasi dapat memberdayakan pemanfaatkan kekuatan pesan
verbal maupun nonverbal secara simultan. Peserta komunikasi
29
pesan verbal maupun non verbal secara bersamaan, saling mengisi,
saling memperkuat sesuai tujuan komunikasi.5
c. Proses Komunikasi Interpersonal
Proses komunikasi ialah langkah-langkah yang menggambarkan
terjadinya kegiatan komunikasi. Secara sederhana proses komunikasi
digambarkan sebagai proses yang menghubungkan pengirim dengan
penerima pesan. Proses tersebut terdiri dari enam langkah, sebagai
berikut:6
1) Keinginan berkomunikasi, seorang komunikator mempunyai
keinginan untuk berbagi gagasan dengan orang lain.
2) Encoding oleh Komunikator, encoding merupakan tindakan memformulasikan isi pikiran atau gagasan ke dalam simbol-simbol,
kata-kata dan sebagainya sehingga komunikator merasa yakin
dengan pesan yang disusun dan cara penyampaiannya.
3) Pengirim Pesan, untuk mengirim pesan kepada komunikan, seorang
komunikator memilih saluran komunikasi seperti telepon, SMS,
e-mail, surat, ataupun secara tatap muka.
4) Decoding oleh Komunikan, merupakan kegiatan internal dalam diri
penerima. Dalam hal ini decoding adalah proses memahami pesan.
5) Umpan Balik, setelah menerima pesan dan memahaminya,
komunikan memberikan respon atau umpan balik. Dengan umpan
5
Op.cit., Suranto Aw, hlm. 13-14.
6
30
balik ini seorang komunikator dapat mengevaluasi keefektivitasan
komunikasi.
Gambar 2.1 Proses Komunikasi Interpersonal
d. Tujuan Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal merupakan suatu action oriented, ialah
suatu tindakan yang berorientasi pada tujuan tertentu. Tujuan komunikasi
interpersonal bermacam-macam, beberapa di antaranya adalah:
1) Mengungkapkan Perhatian Kepada Orang Lain
Salah satu tujuan komuniksi interpersonal adalah untuk
mengungkapkan perhatian kepada orang lain. Dalam hal ini
seseorang berkomunikasi dengan cara menyapa, tersenyum,
melambaikan tangan, membungkukkan badan, menanyakan kabar
kesehatan patner komunikasi dan sebagainya.
2) Menemukan Diri Sendiri
Artinya seseorang melakukan komunikasi interpersonal karena ingin
mengetahui dan mengenali karakteristik pribadi berdasarkan
31
3) Menemukan Dunia Luar
Dengan komunikasi interpersonal diperoleh kesempatan untuk
mendapatkan berbagai informasi dari orang lain, termasuk informasi
penting dan aktual dalam suatu perkembangan sosial atau
pengetahuan.
4) Membangun dan Memelihara Hubungan yang Harmonis
Sebagai makhluk sosial, salah satu kebutuhan setiap orang yang
paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan baik
dengan orang lain.
5) Mempengaruhi Sikap dan Perilaku
Komunikasi interpersonal ialah proses penyampaian suatu pesan
oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau
mengubah sikap, pendapat, atau perilaku baik secara langsung
maupun tidak lagsung.
6) Mencari Kesenangan atau Sekedar Menghabiskan Waktu
Ada kalanya seseorang melakukan komunikasi interpersonal sekedar
mancari kesenangan atau hiburan. Bertukar cerita, bertukar informasi
ataupun canda tawa dalam mengisi waktu luang dari kesibukan yang
dijalaninya.
7) Menghilangkan Kerugian Akibat Salah Komunikasi
Komunikasi interpersonal dapat menghilangkan kerugian akibat
salah komunikasi (miss communication) dan salah interprestasi (miss
32
8) Memberikan Bantuan (Konseling)
Dalam kehidupan sehari-hari dikalangan masyarakat dapat dengan
muda diperoleh contoh yang menunjukan bahwa komunikasi
interpersonal dapat dipakai sebagai pemberian bantuan (konseling)
bagi orang lain yang memerlukan. Tanpa disadari setiap orang
teryata sering bertindak sebagai konselor maupun konseling dlam
interaksi interpersonal sehari hari.7
e) Efektivitas Komunikasi Interpersonal
Efektivitas komunikasi interpersonal dimulai dengan lima kualitas
umum yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati
(empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality).8
1) Keterbukaan (Opennes)
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari
komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang
efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini
tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan
semua riwayat hidupnya.memang ini mungkin menarik, tapi
bisaanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada
kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang
bisaanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut. Aspek
7
Op.Cit., Suranto Aw, hlm 19-22
8
33
keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator
untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang
yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan
peserta percakapan yang menjemukan. Setiap orang ingin orang lain
bereaksi secara terbuka terhadap apa yang diucapkan. Tidak ada
yang lebih buruk daripada ketidak acuhan, bahkan
ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan. Seseorang
memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan
terhadap orang lain. Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan”
perasaan dan pikiran. Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui
bahwa perasaan dan pikiran yang seseorang lontarkan adalah
memang miliknya dan orang tersebut bertanggungjawab atasnya.
2) Empati (Empathy)
Mendefinisikan empati sebagai ”kemampuan seseorang untuk
„mengetahui‟ apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat
tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang
lain itu.” Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagi orang lain
atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan
sesuatu seperti orang yang mengalaminya, berada di kapal yang
sama dan merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama.
Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman
orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan
34
empati baik secara verbal maupun non verbal. Secara nonverbal,
dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1)
keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan
gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi kontak mata,
postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3)
sentuhan atau belaian yang sepantasnya.
3) Sikap Mendukung (Supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana
terdapat sikap mendukung (supportiveness). Komunikasi yang
terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang
tidak mendukung. Seseorang memperlihatkan sikap mendukung
dengan bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan
strategik, dan (3) provosional, bukan sangat yakin.
4) Sikap Positif (Positiveness)
Setiap individu mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi
interpersonal dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap
positif dan (2) secara positif mendorong orang yang menjadi teman
kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek
dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal
terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka
sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada
35
5) Kesetaraan (Equality)
Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah
seorang mungkin lebih pandai, lebih kaya, lebih tampan atau cantik,
atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang
yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari
ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila
suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam
bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa
masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk
disumbangkan. Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai
oleh kesetaraan, ketidak-sependapatan dan konflik lebih dillihat
sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada
sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain. Kesetaraan tidak
mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua
perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita
menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl Rogers, kesetaraan
meminta seseorang untuk memberikan ”penghargaan positif tak
bersyarat” kepada orang lain.
f) Faktor Penghambat Komunikasi Interpersonal
Komunikasi dapat terhambat dalam proses dari pengirim ke
penerima. Hambatan-hambatan adakalanya dinamakan “distorsi kognitif”
36
Beberapa hambatan yang mungkin terjadi dalam komunikasi
interpersonal yaitu:9
1) Polarisasi
Polarisasi adalah kecenderungan untuk melihat dunia dalam
bentuk lawan kata dan menguraikan dalam bentuk ekstrim baik atau
buruk, positif atau negatif, sehat atau sakit, pandai atau bodoh.
2) Orientasi Intensional
Yakni mengacu pada kecenderungan untuk melihat manusia,
objek dan kejadian sesuai dengan ciri yang melekat pada mereka.
Sebaliknya, orientasi ekstensional adalah kecenderungan untuk
terlebih dahulu memandang manusia, objek dan kejadiannya setelah
itu memperhatikan cirinya.
Dengan menggunakan orientasi akan cenderung diarahkan oleh
apa yang dilihat memang terjadi dan bukan oleh ciri sekilas pandang.
3) Potong Kompas
Merupakan kesalahan evaluasi dimana orang gagal
mengkomunikasikan makna yang mereka maksudkan. William
Haney mendefinisikannya sebagai pola salah komunikasi yang
terjadi bila pengirim pesan dan penerima saling menyalah artikan
makna pesan mereka. Potong kompas dapat mempunyai dua bentuk.
Dalam bentuk yang pertama, di permukaan tampaknya
ketidaksepakatan padahal pada tingkat makna terjadi kesepakatan.
9
37
Jenis kedua, di permukaan tampaknya kedua orang ingin sependapat
(karena mereka menggunakan kata-kata yang sama) tetapi jika
mengamati lebih cermat akan terlihat bahwa sebenarnya ada
ketidaksependapatan yang nyata.
2. Peran Komunikasi Verbal dalam Interaksi Masyarakat
a. Pengertian Komunikasi Verbal
Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang
menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara
yang kita sadari termasuk ke dalam kategori pesan verbal disengaja, yaitu
usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan
orang lain secara lisan. Suatu sistem kode verbal disebut bahasa. Bahasa
dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk
mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan
dipahami suatu komunitas.
Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran,
perasaan dan maksud kita. Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang
mempresentasikan berbagai aspek realitas individual kita.
Konsekuensinya. Kata-kata adalah abstraksi realitas kita yang tidak
mampu menimbulkan reaksi yang merupakan totalitas obyek atau konsep
yang diwakili kata-kata itu.10
10
38
Menurut Pitfield dalam Moekijat11 komunikasi verbal dapat
berupa kontak tatap muka, wawancara, konsultasi bersama, dan pidato.
1) Kontak atau Hubungan Tatap Muka, ini berhubungan dengan
pembicaraan langsung antara dua orang atau dua kelompok kecil
orang.
2) Wawancara, ini sebagian besar merupakan suatu pelaksanaan dua
arah, kareana kedua pihak bermaksud membuat
pernyataan-pernyataan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
3) Konsultasi bersama, ini merupakan forum pembicaraan antar
pegawai-pegawai dan majikan-majikan atau wakil-wakilnya.
4) Pidato, ini dapat berhubungan dengan pengumuman keputusan
kebijaksanaan, pemberian ceramah sebagai bagian dari program
pendidikan dan pidato kepada orang-orang yang mempunyai
kepentingan umum.
b. Fungsi Komunikasi Verbal
Menurut Larry L. Barker dalam Deddy Mulyana12 bahasa
memiliki tiga fungsi: penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan
transmisi informasi. Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha
mengidentifikasi obyek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya
sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi. Fungsi interaksi, menurut
Barker, menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dapat
mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan.
11
Moekijat, Teori Komunikasi, (Bandung: Mandar Maju, 1993:, hlm. 138-140
12
39
Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain. Fungsi
bahasa inilah yang disebut fungsi transmisi. Barker berpandangan,
keistimewaan bahasa sebagai sarana transmisi informasi yang
lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan,
memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita.
c. Fungsi Bahasa
Menurut Larry L. Barker dalam Deddy Mulyana13 bahasa
memiliki tiga fungsi: penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan
transmisi informasi. Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha
mengidentifikasi obyek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya
sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi. Fungsi interaksi, menurut
Barker, menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dapat
mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan.
Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain. Fungsi
bahasa inilah yang disebut fungsi transmisi. Barker berpandangan,
keistimewaan bahasa sebagai sarana transmisi informasi yang
lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan,
memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita.
3. Peran Komunikasi Non Verbal dalam Interaksi Masyarakat
a. Pengertian Komunikasi Non Verbal
Komunikasi nonverbal adalah setiap informasi atau emosi
dikomunikasikan tanpa menggunakan kata-kata atau nonlinguistic.
13
40
Komunikasi nonverbal adalah penting, sebab apa yang sering kita
lakukan mempunyai makna jauh lebih penting daripada apa yang kita
katakan. Ucapan atau ungkapan klise seperti “sebuah gambar sama
nilainya dengan seribu kata” menunjukkan bahwa alat-alat indra yang
kita gunakan untuk menangkap isyarat-isyarat nonverbal sebetulnya
berbeda dari hanya kata-kata yang kita gunakan.
Salah satu dari beberapa alasan yang dikemukakan oleh Richard
L. Weaver II (1993) bahwa kata-kata pada umunya memicu salah satu
sekumpulan alat indra seperti pendengaran, sedangkan komunikasi
nonverbal dapat memicu sejumlah alat indera seperti penglihatan,
penciuman, perasaan untuk menyebutkan beberapa. Dengan sejumlah
alat indra yang terangsang tampaknya orang akan merespons
isyarat-isyarat nonverbal secara emosional, sedangkan reaksi mereka kepada
hanya kata-kata lebih bersifat rasional. Hal yang sama dapat dibuat
orientasi bagi otak kanan dan otak kiri. Nonverbal cenderung lebih
kepada otak kanan yang bersifat afektif dan emosional.Kata-kata
cenderung lebih kepada otak kiri yang bersifat kognitif dan rasional.14
b. Fungsi Komunikasi Non Verbal
Menurut Verderber et al. (2007) komunikasi non verbal memiliki
lima fungsi sebagai berikut:
14
41
1) Melengkapi informasi, kebanyakan informasi atau isi sebuah pesan
disampaikan secara non verbal. Isyarat-isyarat non verbal kita dapat
mengulang, mensubstitusi, menguatkan atau mempertentangkan
pesan verbal kita. Kita dapat menggunakan isyarat-isyarat non verbal
untuk mengulangi apa yang telah kita katakan secara verbal. Apabila
anda mengatakan “tidak” dan menggelengkan kepala anda pada saat
yang sama, anda telah menggunakan isyarat non verbal untuk
mengulang apa yang telah anda katakan secara verbal.
2) Mengatur interaksi, mengelola sebuah interaksi melalui cara-cara
yang tidak kentara dan kadang-kadang melalui isyarat non verbal
yang jelas. Seseorang biasanya menggunakan perubahan atau
pergeseran dalam kontak mata, gerakan kepala yang perlahan,
bergeser dalam sikap badan, mengangkat alis, menganggukkan
kepala memberitahukan pihak lain kapan boleh melanjutkan,
mengulang, menguraikan, bergegas, atau berhenti.
3) Mengekspresikan atau menyembunyikan emosi dan perasaan, secara
alternative seseorang dapat menggunakan perilaku non verbal untuk
menutupi perasaan yang sebenarmya. Namun demikian, lebih sering
daripada tidak, seseorang menunjukkan emosi yang sebenarnya
secara non verbal daripada menjelaskan emosi dengan kata-kata.
Ada kalanya seseorang mencoba menyembunyikan emosi dan
42
orang. Muka merah karena malu merupakan contoh yang terbaik
berupa penampilan yang kurang hati-hati mengenai emosi.
4) Menyajikan sebuah citra, manusia mencoba menciptakan kesan
mengenai dirinya melalui cara-cara dia tampil dan bertindak.
Kebanyakan pengelolaan kesan terjadi melalui saluran non verbal.
Manusia dapat secara hati-hati mengembangkan citra melalui
pakaian, merawat diri, perhiasan, dan milik pribadi lainnya. Orang
tidak hanya menggunkana komunikasi non verbal untuk
mengomunikasikan citra pribadi, tetapi dua orang dapat
menggunakan isyarat-isyarat non verbal untuk menyajikan citra atau
identitas hubungan.
5) Memperlihatkan kekuasaan dan kendali, banyak perilaku non verbal
merupakan isyarat dari kekuasaan, telepas dari apakah mereka
bermaksud menunjukkan kekuasaan dan kendali.15
c. Bentuk Komunikasi Non Verbal
Meskipun belum ada kesepakatan mengenai klasifikasi pesan non
verbal, mengelompokkan ke dalam proksemik, artifaktual, paralinguistic,
haptic (sentuhan), kinesick (gerak tubuh).16
1) Proksemik
Proksemik atau bahasa ruang, yaitu jarak yang dgunakan
ketika berkomunikasi dengan orang lain, termasuk juga tempat atau
43
lokasi posisi peserta komunikasi berada. Pengaturan jarak
menentukan seberapa jauh atau seberapa dekat tingkat keakraban
seseorang dengan orang lain, menunjukkan seberapa besar
penghargaan, suka atau tidak suka dan perhatian seseorang terhadap
orang lain, selain itu juga menunjukkan simbol sosial. Dalam ruang
personal, dapat dibedakan menjadi 4 ruang interpersonal.17
a) Jarak Intim
Jarak dari mulai bersentuhan sampai jarak satu setengah
kaki. Bisaanya jarak ini untuk bercinta, melindungi, dan
menyenangkan.
b) Jarak Personal
Jarak yang menunjukkan perasaan masing-masing pihak
yang berkomunikasi dan juga menunjukkan keakraban dalam
suatu hubungan, jarak ini berkisar antara satu setengah kaki
sampai empat kaki.
c) Jarak Sosial
Dalam jarak ini pembicara menyadari betul kehadiran
orang lain, karena itu dalam jarak ini pembicara berusaha tidak
mengganggu dan menekan orang lain, keberadaannya terlihat
dari pengaturan jarak antara empat kaki hingga dua belas kaki.
17
44
d) Jarak Publik
Jarak publik yakni berkisar antara dua belas kaki sampai
tak terhingga. Proksemik adalah studi tentang sistematika
keterlibatan seseorang dalam pergaulan seharihari. Definisi
tersebut sekaligus menggambarkan bahwa studi tentang ruang
atau jarak berkaitan erat dengan interaksi antar manusia yang
berlandaskan pada ciri-ciri budaya tertentu. Umumnya, dengan
mengatur jarak, mengungkapkan keakraban dengan orang lain.
2) Artifaktual
Pesan artifaktual adalah pesan yang diungkapkan melalui
penampilan fisik. Sebagai contohnya, anggota SFCK seringkali
berpakaian kaos seragam yang sengaja dibuat perkelompok, agar
ketika dijalan sesama anggota SFCK bisa saling mengenal.
3) Paralinguistik
Paralinguistik adalah unsur non verbal dalam suatu ucapan,
yaitu cara berbicara. Ilmu yang mempelajari hal ini disebut
paralinguistik. Paraluinguistik disebut juga perilaku pesan melalui
isyarat-isyarat verbal vocal. Satu pesan verbal yang sama dapat
memberikan arti berbeda jika diucapkan dengan cara yang berlainan.
4) Haptic
Haptic adalah cara berkomunikasi menggunakan sentuhan. Komunikasi cara ini digunakan dalam sejumlah konteks, namun bisa
45
menggunakannya. Karena dalam keadaan tertentu dan oleh orang
tertentu, sentuhan dapat diartikan sebagai serangan. Namun sentuhan
juga sering kali diartikan sebagai keakraban, perilaku dominasi atau
persahabatan.Tergantung pada konteks serta siapa menyentuh siapa,
bagaimana, dan kapan melakukan sentuhan itu.
5) Kinesics
Perlu diketahui dan dimengerti bagaimana gerak tubuh
dipergunakan dalam komunikasi non verbal. Tanpa observasi
sekalipun, ternyata setiap gerakan tubuh mengkomunikasikan fungsi
tertentu. Ekman dan Friesen mengelompokkan kinesics menjadi
lima, yaitu emblem, illustrator, affect display, regulator, dan
adaptor.
a) Emblem
Emblem atau lambang merupakan terjemahan pesan non
verbal yang melukiskan suatu makna bagi suatu kelompok
sosial. Emblem menggantikan katakata. Sebagai contohnya,
mengacungkan jempol ke atas sebagai tanda persetujuan atau
pujian.
b) Ilustrator
Ilustrator merupakan tanda-tanda non verbal dalam
komunikasi. Tanda ini merupakan gerakan anggota tubuh yang
menyertai perkataan untuk menciptakan pesan visual yang