UPDATE KEGIATAN
PROGRAM TB
Nurjannah, SKM, M.Kes
Kasie TB Resistan Obat
Sistematika
1.
Permasalahan pelaksanaan dan rencana
kegiatan tahun 2018-2020 untuk TB HIV,
Laboratorium, TB MDR dan Logistik
2.
Upaya Percepatan Pelaksanaan Kegiatan NFM
Tahun 2017
3.
Perencanaan Funding Request GF 2018-2020
4.
Pemberian dana enablers dan kegiatan
pendukung MTPTRO
5.
Transportasi Contoh Uji
6.
Perkembangan HRD dan Penelitian
1. Permasalahan
pelaksanaan dan rencana
kegiatan tahun 2018-2020
(TB-HIV, TB MDR,
UPDATE DAN
Situasi Terkini TB-HIV
Indikator Capaian Target
A. Membentuk dan memperkuat mekanisme kolaborasi TB-HIV
2019
Jumlah Pokja/Forkom TB-HIV di
Provinsi yang aktif 15 34
Jumlah Provinsi yang memiliki
perencanaan bersama TB-HIV 32 34
Adanya prevalensi HIV di antara pasien TB, dan prevalensi TB di antara ODHA
n/a
on progress Ada
Jumlah Kab/Kota yang mempunyai jejaring LSM/komunitas yang
mendukung kegiatan kolaborasi TB – HIV
Situasi Terkini TB-HIV
Indikator Capaian Target
B. Menurunkan Beban TB Pada ODHA dan Inisiasi Pemberian ART Dini
2019
Persentase ODHA dikaji TB pada
kunjungan terakhir 71.5% 100%
Persentase ODHA dengan TB yang mendapatkan pengobatan TB sesuai standar
59.3% 100%
Persentase ODHA baru yang
menerima PP INH per tahun 2.86% 50%
Jumlah layanan perawatan HIV yang
melakukan PPI TB n/a 324
Data per September 2016
Situasi Terkini TB-HIV
Indikator Capaian Target
C. Menurunkan Beban HIV Pada Pasien TB 2019 Persentase pasien TB yang
mengetahui status HIV 15% 60%
Persentase pasien TB-HIV yang mendapatkan PPK selama
pengobatan TB 33% 100%
Persentase pasien TB-HIV yang mendapatkan ART selama
pengobatan TB 26% 100%
Tantangan
A. Membentuk dan memperkuat mekanisme
kolaborasi antara program TB dan program
HIV
Belum semua Provinsi memiliki Pokja TB-HIV
Pokja/Forum TB-HIV yang sudah terbentuk belum
berfungsi optimal
Koordinasi antara program TB dan program HIV/AIDS di
tingkat nasional, provinsi, kota/kabupaten dan faskes
masih lemah.
Belum semua POKJA/Forum di setiap tingkatan memiliki
Tantangan
A. Membentuk dan memperkuat mekanisme
kolaborasi antara program TB dan program
HIV (2)
Pencatatan dan Pelaporan TB-HIV belum terintegrasi
Belum ada mekanisme pemantauan perkembangan
keterlibatan dan kolaborasi dengan komunitas dan LSM
Belum ada metode yang sistematis untuk
mengumpulkan dan melaporkan kontribusi komunitas
dan LSM
Belum banyak LSM yang terlibat dalam kegiatan
Tantangan
B. Menurunkan beban TB pada ODHA dan
inisiasi pemberian ART dini
Belum semua Rumah Sakit ARV menerapkan strategi DOTS
Belum semua petugas di layanan HIV (unit KTS/PDP)
tersosialisasi mengenai kegiatan kolaborasi TB-HIV
Komunitas dan LSM HIV belum banyak berperan di dalam
memberikan informasi tentang TB pada kelompok
dampingannya dan belum banyak melakukan penapisan
dan rujukan bagi yang bergejala TB
Distribusi logistik PP INH dan B6 untuk ODHA serta
pencatatan dan pelaporannya.
Sebagian besar layanan HIV belum menerapkan
pengendalian infeksi TB karena lemahnya program PPI
faskes
Kurangnya komitmen dari tingkat manajemen di dalam
Tantangan
C. Menurunkan beban HIV pada pasien TB
Belum semua pasien TB ditawarkan testing HIV
Jumlah layanan test HIV terbatas
Belum semua pasien TB yang dites HIV tercatat dalam
status HIV pada TB register.
Lemahnya jejaring antara unit TB dan unit HIV yang
melakukan tes HIV
Keterbatasan akses Perawatan, Dukungan dan
Pengobatan selain itu dirasakan belum menjadi
kewajiban.
Belum semua pasien TBHIV yang mendapatkan PPK
Rencana Kegiatan 2017
• Strategi Akselerasi kolaborasi TB-HIV
di 42 KK Prioritas TB-HIV yang
mempunyai burden TB-HIV tinggi
• Pengembangan Layanan Tes HIV di
Puskesmas di 42 KK Prioritas TB-HIV.
1 JABAR BOGOR
2 SUMUT KOTA MEDAN 3 JABAR BANDUNG 4 BANTEN TANGERANG 5 SUMUT DELI SERDANG 6 JABAR BEKASI
7 SUMSEL KOTA PALEMBANG 8 JATIM KOTA SURABAYA
9
DKI
JAKARTA KOTA JAKARTA TIMUR 10 JABAR KOTA BEKASI
11 DKI JAKARTA KOTA JAKARTA BARAT 12 JABAR KOTA BANDUNG
13 JABAR GARUT 14 JATIM MALANG 15 KEPRI KOTA BATAM 16 JABAR SUKABUMI
17 DKI JAKARTA KOTA JAKARTA SELATAN 18 JABAR KOTA DEPOK
19 JATIM JEMBER
20 BANTEN KOTA TANGERANG
21
DKI
JAKARTA KOTA JAKARTA UTARA
22 DKI JAKARTA
KOTA JAKARTA PUSAT
23 JABAR INDRAMAYU 24 JABAR KOTA BOGOR 25 JATENG KOTA SEMARANG 26 JATENG KOTA SURAKARTA 27 DIY KOTA YOGYAKARTA 28 JATIM KOTA MALANG
29 KALSEL KOTA BANJARMASIN 30 KALTIM KOTA SAMARINDA 31 SULUT KOTA MANADO 32 SULSEL KOTA MAKASSAR 33 BALI BADUNG
34 BALI KOTA DENPASAR 35 NTT KOTA KUPANG 36 PAPUA KOTA JAYAPURA 37 PAPUA JAYAPURA
38 PAPUA MERAUKE 39 PAPUA MIMIKA 40 PAPUA NABIRE
41 PAPUA BARAT KOTA SORONG 42 PAPUA BARAT MANOKWARI
Situasi Jejaring
Laboratorium TB
Laboratorium Mikroskopis TB:
1. PME Mikroskopis TB tidak berjalan
a. Cakupan <90%, kinerja baik <80%
b. Laporan uji silang di semua level tidak optimal, tidak
sebanding dengan penyerapan dana
c. Umpan balik uji silang tidak ada
2. Jumlah Laboratorium Intermediate untuk uji silang
kurang ideal:
a. RAN Lab 2016-2020: 1 lab intermediate melayani 1-3
kabupaten/kota
Situasi Jejaring
Laboratorium TB
Laboratorium Biakan dan Uji Kepekaan
1.20 lab mampu biakan di 13 provinsi,
13 lab tersertifikasi DST lini 1 di 10 provinsi,
7 lab tersertifikasi DST lini 1-2 di 5 provinsi
2.Utilisasi lab CDST rendah
Situasi Jejaring
Laboratorium TB
Laboratorium Molekuler
1. Sampai akhir 2016, terdapat 483 mesin TCM (201
diantaranya akan di workshop April-Mei 2017)
2. Utilisasi TCM rendah (rerata 22% pada 2016)
3. Laporan bulanan tidak dikerjakan
4. Beberapa lab TCM belum berfungsi
5. Workshop evaluasi jejaring lab TCM, Feb 2017:
–
Penguatan jejaring lab TB + Capacity building tim lab
provinsi (11 provinsi)
Update penggunaan
algoritme diagnosis TB
Tren Tingkat Penggunaan (Utilisasi) Alat TCM 2015-2017 (Jan-Feb)
Sumber: Laporan bulanan TCM dan eTB manager
Pembelajaran
Secara umum, penambahan alat TCM yang
diterima provinsi tidak secara langsung
meningkatkan pemeriksaan TB. Penggunaan alat
TCM kadang cenderung menurun di beberapa
provinsi yang memiliki >1 alat TCM. Hal tersebut
dapat terjadi karena:
a. Tidak semua faskes TCM di provinsi aktif/operasional secara maksimal, sehingga menurunkan keseluruhan utilitas alat di provinsi
b. Tidak ada laporan, baik manual maupun elektronik c. Belum menggunakan algoritma diagnosis TB yang
Proporsi Pemeriksaan TB dengan Alat TCM
2015-2017 (Jan-Feb)
Sumber: Laporan bulanan TCM dan eTB manager
• Secara umum, alat TCM masih diprioritaskan untuk pemeriksaan terduga TB RO.
• Diagnosis TB kasus baru meningkat setiap tahunnya, mengindikasikan faskes TCM mulai menggunakan algoritma TB yang baru. Namun
peningkatan tersebut kurang signifikan.
Rencana Penguatan Jejaring
Laboratorium
• Laboratorium Mikroskopis
– Perubahan alur uji silang. Pengambilan sediaan uji silang dan pengisian eTB12 oleh faskes mikroskopis (petugas TB/koord lab), pengiriman dari faskes ke lab intermediate (didukung program), analisis otomatis dengan software eTB 12
– Surat umpan balik analisis hasil pelatihan lab RUS ke Dinkes prov, diseminasi SPO pengembangan lab intermediate
• Laboratorium Biakan dan Uji Kepekaan
– Evaluasi data lab biakan dan uji kepekaan dengan eTB manager – Pengembangan lab MGIT
– Implementasi Standard DST Package (SDP) untuk mendukung STR TB RO
• Laboratorium Tes Cepat Molekuler
– Penguatan lab TCM provinsi (penentuan calon lab, workshop, monitoring evaluasi) – workshop ditingkat provinsi/regional
• Dilaksanakan Mei-Juni 2017
• Provinsi dg jml lab TCM yang akan diworkshop < 5 gabung
dengan provinsi lain
• Provinsi dg jml lab TCM yang akan diworkshop < 5 dilaksanakan di
Surat Direktur P2PML: Pemberitahuan Hasil Evaluasi LRN tentang Laboratorium Rujukan
Uji SIlang
Surat Direktur P2PML: Pemberitahuan Hasil Evaluasi LRN tentang Laboratorium Rujukan
Uji SIlang
Sebanyak 149 calon lab RUS telah mengikuti pelatihan,
tapi hanya 103 lab RUS yang operasional (46 belum operasional)
Sebanyak 149 calon lab RUS telah mengikuti pelatihan,
tapi hanya 103 lab RUS yang operasional (46 belum operasional)
SPO Penetapan Calon Lab RUS
Data Calon Lab RUS yang telah dilatih tapi
belum aktif
No Provinsi Calon Lab Intermediate
1 ACEH (2) Dinas Kesehatan Kab. Bireuen, Labkesda Nagan Raya
2 SUMATERA UTARA (4) UPT PKM Siborong borong, PKM Plus Telukdalam (Kab Nias Selatan), Puskesmas Lubuk Pakam, Puskesmas Darussalam,
3 SUMATERA BARAT (2) Labkesda Kab Pesisir Selatan, Labkesda Kab Bukittinggi
4 RIAU (1) UPTD Labkesda Kab. Siak
5
SUMATERA SELATAN
(1) UPTD Labkes Dinas Kesehatan Muara Enim
6 BANGKA BELITUNG (1) UPT Labkesda Dinkes Kota Pangkalpinang
7 BANTEN(2) Balai Laboratorium Prov. Banten, UPT Labkesda Kab Tangerang
8 DKI JAKARTA (2) RSUD Koja Jakarta Utara, RSUD Pasar Rebo
9 JAWA BARAT (1) Puskesmas Cimahi Selatan
10 JAWA TENGAH (4) UPTD Laboratorium Kesehatan Kab Blora, Labkesda Kabupaten Pekalongan, Labkesda Boyolali, Labkes Solo
11 D.I. YOGYAKARTA (3) UPT Labkes Sleman, Labkes Gunung Kidul, Puskesmas Wates
12 JAWA TIMUR (6)
UPTD Puskesmas Jombang, Labkesda Kabupaten Probolinggo, RSP Dungus Madiun, Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep, Labkesda Kota Kediri, Labkesda Lamongan
13 KALIMANTAN BARAT (5) Labkesda Sambas, Labkesda Sintang, UPTD Labkesda Kota Pontianak, PKM Sukabangun Ketapang, BLK
14
KALIMANTAN TIMUR
(1) Labkesda Balikpapan
15 SULAWESI TENGAH (1) UPTD Kesehatan Luwuk
16
SULAWESI SELATAN
(2) Puskesmas Bonto Bahari, UPTD Labkesda Daerah Kab. Soppeng
17 SULAWESI TENGGARA (1) Labkes Kota Kendari
18 NTB (3) Staf UPTD Labkes Kab. Lombok Barat, Puskesmas Kota Raja
19 NTT (2) Puskesmas Kopeta , Kabupaten Sikka, NTT
20 MALUKU (2) Puskesmas Lolong Guba, Puskesmas Masohi
UPDATE DAN
PERENCANAAN
Sumber: data Subdit TB per 10 April 2017
• Terduga TB RO yang diperiksa TCM 29.203 (85% dari kasus Pengobatan Ulang)
•8.5% dari estimasi insiden TB RR/MDR (2.731 dari 32,000 kasus)
Hasil Pengobatan TB RO
• Hanya 19% diobati TB RR/MDR (1.935 dari 10.000) atau 6% kasus (dari 1.935 dari 32,000 insiden)
• Enrollment pengobatan TB RR/MDR hanya 70 - 75% (1.935 dari 2.731) • Keberhasilan pengobatan = 48 – 55%
• Angka loss to follow up dan meninggal tinggi
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
# kasus 19 140 255 432 820 1301 1590 1935
Sembuh (%) 52.6% 62.9% 56.5% 53.5% 48.8% 43.4% 6.9% 0% P.Lengkap
(%) 5.3% 5% 1.6% 1.2% 1.3% 2.4% 0.2% 0%
Loss to fu
(%) 10.5% 10.7% 25.1% 26.9% 28.7% 27.1% 24.7% 9.5%
Gagal (%) 5.3% 4.3% 1.2% 3.2% 3% 2.2% 2.3% 0.3%
Meninggal
(%) 10.5% 12.9% 15.3% 15.3% 16.7% 17.3% 14.2% 8.7%
Tdk
dievaluasi/lai
n2 15.8% 4.3% 0.4% 0% 0% 1% 2% 1.2%
Masih dalam
Permasalahan utama
1. Penggunaan TCM untuk diagnosis TB dan TBRO masih rendah 2. Algoritme diagnosis TB yang baru belum diopersionalisasi
3. DST lini-2 pada pasien TB RR/MDR belum dilakukan rutin
4. Pelacakan kontak pasien TB RR/MDR/XDR tidak rutin dilakukan 5. Enrollment pengobatan pasien TB RR/MDR, 796 dari 2.731 pasien
(20-25%) pasien konfirm TB RR/MDR belum masuk dalam pengobatan
6. Loss to follow up selama masa pengobatan tinggi (20 – 27%) 7. Manajemen efek samping obat tidak dilakukan secara aggresif 8. Keterlambatan dalam memperoleh hasil pemeriksaan DST dan
pemantauan lab biakan
9. Dukungan enabler 750ribu/bulan tidak semuanya bisa memenuhi kebutuhan pasien
2015 2016 2017 2018 2019 2020
1 Provinsi mempunyai minimal 1 RS Rujukan TB RO
Pengembangan RS Rujukan TB RO di Provinsi
32 33 34 34 34 34
1 Kab/Kota mempunyai 1 faskes TB RO
Pengembangan Faskes TB RO 48 (9.3%) 66 (12.8% ) 205 (40%) 308 (60%) 411 (80%) 514 (100%) PUSKESMAS SATELIT Pengembangan faskes Satelit TB RO
1055 (10.8%) 1293 (13.3%) 2439 (25%) 5500 (50%) 7900 (75%) 9754 (100%)
Rencana Pengembangan Layanan TB RO
% 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Estimasi kasus TB MDR/RR diantara kasus TB Paru ternotifikasi
Kasus Baru 2.
8 8,282 8,287 9,820 13,123 14,826 14,974
Pengobatan Ulang 16 1,652 2,680 2,954 3,947 4,459 4,503
TOTAL 9,934 10,96 7 12,77 4 17,07 0 19,28 5 19,47 7 Target Kasus TB MDR/RR yang akan diobati
Capaian 1,589 1,757 NA NA NA NA
% capaian 16% 16% NA NA NA NA
% Target 16% 16% 40% 60% 70% 80% Jumlah Target
Pasien 5,110
10.24 2 13,50 0 15.58 2 Pemeriksaan % Target Pemeriksaan Untuk
Pengobatan Ulang 100% 100% 100% 100%
Rencana Pengembangan
Laboratorium TB
Tahun 2016 2017 2018 2019 2020
Jumlah Lab
Intermediate 63 102 142 172 200
Jumlah Lab TCM 512 786 1.108 1.778 2.167
Jumlah Lab Biakan 20 30 40 46 46
Jumlah Lab DST lini 1 13 14 15 17 17
Target Pengobatan %
2017
2018 2019 2020
Jan-Jun
Jul - Des
Paduan Pengobatan
Target Pasien yang
diobati 5,110 10.242 13,500 15.582
Pengobatan TB RO Jangka Pendek (Mulai Juli 2017)
80 2,044 8,194 10,800 12,466
Paduan
Individual/Konventional/ Obat baru (BDQ, DLM, CFZ, LNZ)
20 3,066 2,048 2,700 3116
Permasalahan Logistik
• Masih terjadi kekurangan obat di awal tahun yang
disebabkan oleh perencanaan yg belum optimal.
• Koordinasi antara program dan instalasi farmasi
belum optimal.
• Kab/Kota belum semua melaporkan stok obat TB
lini pertama dan kedua melalui TB13 secara rutin
• Permintaan Obat TB RO yang tidak sesuai jadwal
• Belum semua transaksi (penerimaan dan
pendistribusian) obat diupdate di software e-TB
Manager, oleh wasor Provinsi dan RS
• Masih banyak daerah yang belum memiliki dana
untuk pengadaan logistik non OAT dan
Rencana Tindak Lanjut
• Penerapan kebijakan akuntabilitas stok
logistik pada setiap Fasyankes,Kab/Kota dan
Provinsi
No Report No Logistik
.
• Workshop Logistik Nasional 25-29 April
2017
• Pelaksanaan uji mutu obat pada tahun 2017
• Supervisi Logistik dan on the job training.
Target Perencanaan Logistik
1. Melaporkan stok Logistik secara teratur
Tahun 2017.
2. Tidak mengalami stok out Tahun 2018.
3. Memiliki pendanaan logistik TB Non OAT,
Tahun 2019
100%
2. Capaian dan Upaya
Percepatan Pelaksanaan
Kegiatan NFM Tahun
Capaian Target 2016
N o Indikator Target Capaian % Capai an Num Denom % Num Denom %1
DOTS-1a: Jumlah semua kasus TB (all forms) dinotifikasi
363,7
14
328,
339 90%
2
DOTS-2a: Success rate semua kasus TB (all forms) 321,8 82 357,6
46 90%
263, 281 297,0 67 89 % 98% 3 DOTS-3: Persentase laboratorium dengan EQAS yang baik
3,004
6,008 50%
851 6,008 14 % 28% 4 DOTS-4: Persentase Kab/Kota yang
melaporkan tidak ada stock-out OAT lini
pertama 514 514 100 % 423 514 82 % 82% 5
DOTS-5: Jumlah anak < 5thn yang
mendapatkan IPT
13,13
8
Capaian Target 2016
N o Indikator Target Capaian % Capai an Num Denom % Num Denom %6
DOTS-6: Jumlah semua kasus TB (all forms)
dinotifikasi di Lapas 841
1,03
0
120%
7
DOTS-7a: Persentase semua kasus TB (all forms) dinotifikasi di layanan publik (selain Puskesmas) 43,64 6 363,7
14 12%
34,8 91 328,3 39 11 % 89% 8 DOTS-7b: Persentase semua kasus TB (all forms) dinotifikasi di layanan swasta (selain Puskesmas) 81,83 6 363,7
14 23%
61,4 09 328,3 39 19 % 83% 9 TB/HIV-1: Persentase pasien TB yang
mendapatkan tes HIV dan diregistrasi 109,1 14 363,7
14 30%
Capaian Target 2016
N o Indikator Target Capaian % Capai an Num Denom % Num Denom %1 1
TB/HIV-3:
Persentase ODHA
yang di-screen TB 102,600
108,00
0 95%
48,4 05 63,65 5 76 % 80% 1 2 TB/HIV-4: Persentase ODHA yang mendapatkan IPT 3,100
31,000 10%
925 38,19 1 2% 24% 1 3 MDR TB-1: Persentase pasien TB yang kambuh dan menerima DST
10,911 10,911 100 % 22,8 06 11,20 5 204 % 120% 1 4
MDR TB-2: Jumlah kasus TB kebal obat
tercatat 3,918
2,71
1
69%
1 5
MDR TB-3: Jumlah kasus TB kebal obat yang mendapatkan OAT lini kedua
3,722
1,92
2
Capaian Target 2016
N o Indikator Target Capaian % Capai an Num Denom % Num Denom %1 6
MDR TB-4: Persentase kasus TB kebal obat yang telah
mendapatkan pengobatan dan
hilang pada bulan ke-6
140 2,800 5%
347 1,591 22 % 23% 1 7
MDR TB-5: Persentase Lab DST dengan EQA yang baik 14 14 100 % 12 13 92 % 92% 1 8 M&E-1: Persentase Lap Surveilance dilaporkan tepat
waktu oleh Kab/Kota
437
514 85%
Upaya Percepatan Kegiatan &
Peningkatan Capaian
1. Implementasi Shorter Treatment Regiment (STR)
untuk TB MDR dimulai Juli 2017
2. Pengalokasian tenaga
data officer
di 271 Kab/Kota
s/d Des 2017
3. Penambahan alokasi mesin Gx melalui GF: 125
unit
4. Pengalokasian dana transport sputum untuk cross
check
5. Pengalokasian kegiatan TB HIV & PPM
Upaya Percepatan Kegiatan &
Peningkatan Capaian tahun 2017
1. Implementasi Shorter Treatment Regimen
(STR) untuk TB RR/MDR dimulai Juli 2017
•
Penyusunan Pedoman dan SPO STR
•
Pelatihan: STR dimasukkan dalam kurikulum Pelatihan
TB
•
Update algoritma tatalaksana pengobatan TB RO di
faskes TBRO
•
Penggunaan LPA Lini dua menjadi bagian dari
pelatihan
•
Penyiapan logistik (obat baru dan paduan standar
jangka pendek)
Rencana Implementasi
Pengobatan TB RO Jangka Pendek
(STR)
• Diseminasi plan untuk
Penggunaan Algoritme baru • Normalisasi pengobatan TB
RO
• Implementasi ambulatory treatment di level
Puskesmas
• Pengobatan Jangka Pendek sebanyak 80% kasus TB RR/MDR mulai Juli 2017 • 20% kasus menggunakan
paduan obat baru
• 3 LPA lab sudah siap
(RSP,Mikro UI,BBLK SBY) rencana penguatan untuk 4 lab (BBLK Palembang, RS Kariadi, BLK Jabar,
Makassar)
• Transportasi spesimen dari layanan ke lab LPA lini dua • Pelatihan untuk lab LPA
• 2nd line LPA procurement
• Registrasi
Laboratorium
Manajemen layanan
Logistik
• Obat untuk
paduan jangka pendek
• Obat untuk
4-6 Km-Mx-Pto-H-Cfz-E-Z
/
5
Mx-Cfz-E-Z
Pengobatan TB RR/MDR Jangka
Pendek
(9 - 11 bulan)
Fase Intensif (4-6 bulan):
- Kanamycin
- Moxifloxacin
- Etionamid
- Isoniazid
- Clofazimine
- Ethambutol
- Pyrazinamide
Fase Lanjutan (5
bulan):
Upaya Percepatan Kegiatan &
Peningkatan Capaian tahun 2017
2. Pengalokasian tenaga
data officer
di 271
Kab/Kota Juli s.d. Des 2017
• Pengumpulan data TB
• Pengurusan klaim terkait transport sputum
dan pasien TB MDR
Upaya Percepatan Kegiatan &
Peningkatan Capaian tahun 2017
3. TOT pelatihan TB (DOTS dan
Laboratorium) dengan modul yang terbaru
• Untuk tim pelatih 34 provinsi di pusat
Mei 2017
Upaya Percepatan Kegiatan &
Peningkatan Capaian tahun 2017
4. Penambahan alokasi mesin Gx
melalui GF sebanyak 125 unit.
5. Pengalokasian dana transport
pengiriman
slide
untuk kegiatan uji
silang dari fasyankes mikroskopis ke
Laboratorium Rujukan Uji Silang.
Serapan Dana GF (dalam juta
rupiah) – (1)
Modul/Intervention
Budget
2016 Exp 2016
% Absorpsi HSS - Health information systems and M&E
35,107
15,735 45%
Analysis, review and transparency
13,037
8,720 67%
Routine reporting 7,323 4,100 56%
Surveys
14,747
2,915 20%
HSS - Service delivery
193,900
91,008 47%
Improving laboratory systems
151,654
81,510 54%
Improving service delivery infrastructure 34,081 1,375 4% Operationalization of procurement and supply chain
management system
8,166
8,123 99%
MDR-TB 152,550 113,471 74%
Case detection and diagnosis: MDR-TB
19,719
3,320 17%
Collaborative activities with other programs and sectors 7,363 4,527 61%
Prevention for MDR-TB
5,058
0 0%
Serapan Dana GF (dalam juta
rupiah) – (2)
Modul/Intervention
Budget
2016 Exp 2016
% Absorpsi Program management 43,105 30,949 72%
Grant management
35,812
25,556 71%
Policy, planning, coordination and management 3,173 1,791 56%
Supporting procurement and supply management
4,120
3,603 87%
TB care and prevention 123,335 25,126 20%
Case detection and diagnosis
95,014
15,759 17%
Collaborative activities with other programs and
sectors 1,979 426 22%
Engaging all care providers
21,932
8,446 39%
Improving laboratory systems 292 - 0%
Prevention
1,039
495 48%
Serapan Dana GF (dalam juta
rupiah) – (3)
Modul/Intervention
Budget
2016 Exp 2016
% Absorpsi TB/HIV 10,695 5,886 55%
Engaging all care providers
31
- 0%
Key Affected Populations 977 597 61%
TB/HIV collaborative interventions
9,687
5,290 55%
Serapan
Dana GF di
Funding Request GF 2018 –
2020 (1)
• Total alokasi GF untuk TB, 3 thn: USD 102
juta
• Dasar: Stranas 2016 – 2020, rekomendasi
JEMM 2017
• Alokasi kegiatan dibagi 2 secara garis
besar:
– Esensial
dialokasikan di seluruh kab/kota
– Komprehensif
dialokasikan di 220 kab/kota
Funding Request GF 2018 –
2020 (2)
• Modul prioritas yang diajukan ke GF:
1. TB care and prevention-
Case detection and
diagnosis
2. MDR-TB- Case Detection
and Diagnosis
3. MDR-TB- Treatment
4. TB/HIV- TB screening
among HIV patients
5. TB/HIV- TB patients with
known HIV status
6. TB/HIV- HIV positive TB
patients on ART
7. TB Care and Prevention-
Community TB care
delivery
8. TB care and prevention-
Key Populations- Prisoners
9. TB Care and Prevention-
Key Populations-Children
10.RSSH - Procurement and
supply chain management
systems
11.RSSH - Health
management information
system and M&E
12.RSSH - Human Resources
for Health (HRH), including
Community Health Worker
13.RSSH - Integrated service
delivery and quality
improvement
4. Pemberian dana
Pembiayaan Operasional Kegiatan
MTPTRODana NFM GF yang sudah ada di
Provinsi
1. Pengepakkan dan pengiriman contoh uji (dahak)
2. Biaya pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis
3. Paket pengobatan termasuk follow up
pengobatan
4. Desentralisasi pasien ke RS Sub rujukan atau
puskesmas satelit
Implementasi Rekomendasi
GLC - Enabler
• Kebijakan:
1. Pembayaran enabler diberikan kepada semua pasien
TB RO (sudah dilakukan)
2. Pembayaran enabler dilakukan di muka/advance
payment
• Mekanisme pemberian enabler:
–
Kondisi saat ini: diberikan dengan cara reimburse
(pasien baru menerima setelah 1-3 bulan pengobatan
berjalan
–
Piloting di 2 layanan: pemberian secara langsung
kepada pasien melalui rekening bank pasien,
ditransfer sebelum pasien memulai pengobatan
–
Perlu Kesesuaian data pembayaran dengan data di
ETB Manager
sebagai dasar audit
Budget MTPTRO Prov di
tk Pusat
• Pertemuan cohort review tiga bulanan
• Pelatihan etb manager
• Renovasi sederhana layanan TB RO
• Renovasi besar layanan TBRO
Budget diturunkan ke Provinsi sesuai
Transportasi Contoh Uji
• Mempersempit gap terhadap akses
pemeriksaan laboratorium yang bermutu
• Digunakan untuk Transportasi contoh uji
untuk terduga TB dan TB RO untuk ke
layanan TCM dan dari dari faskes TB RO/RS
Rujukan ke Lab Biakan, LPA dan DST
• Implementasi beragam di provinsi sesuai
dengan kondisi provinsi melalui:
– agen pengiriman,
– kurir fasyankes,
3 mekanisme untuk transportasi
contoh uji yang perlu dikembangkan:
MEKANISME PENGIRIMAN: 1.Langsung / tanpa SPC
2.Melalui Stasiun Pengumpul Contoh uji / SPC
Puskesmas/Faskes ke TCM ( >9,000)
Layanan
dengan fasilitas
TCM (2000)
Faskes TBRO/
RS Rujukan TBRO
(514)
LPA Lini-1&2
(7)
Situasi HRD
• Program TB dinyatakan berhasil salah
satunya apabila memiliki sumber daya
manusia yang cukup dan kompeten.
• Berdasarkan
evaluasi
pelatihan
sebelumnya,
pelatihan
2017
direncanakan lebih sederhana,
Hasil Rekapan Sebaran Layanan TB
•Data petugas Puskesmas terlatih 2015:
– Dokter: 48, 37%
– Perawat: 68,13%
– Laboratorium: 66, 80%
•Data petugas Rumah Sakit Pemerintah
terlatih 2015:
– Dokter: 61, 50%
– Perawat: 63,22%
JENIS PELATIHAN TB
• PELATIHAN FASYANKES PRIMER
• PELATIHAN FASYANKES RUJUKAN
• PELATIHAN PETUGAS
LABORATORIUM
• PELATIHAN WASOR/ MANAJEMEN
PROGRAM TB
Rencana HRD 2017-2020
• Rapat koordinasi dan sosialisasi RAN HRD
2017-2020
– Koordinasi dengan organisasi profesi
– Koordinasi dengan organisasi kemasyarakatan terkait
pelatihan kader
• Sosialisasi modul baru (rencana awal mei)
• kepada wakil TPP seluruh provinsi (34 provinsi)
• sekaligus Penyesuaian target dan sasaran
Jumlah dan target-sasaran
pelatihan
Jumlah sararan kab/kota: 507
Jumlah PKM: 9830
Jumlah RS: 2568
Jumlah wasor terlatih: 381
Kegiatan Pelatihan 2017
N
o Nama Kegiatan Sasaran
Jumla h oran g Prov/Ka b Sumb er dana
1 Pelatihan Sistem Informasi TB Pengelola Program TB Kab/Kota 514 Provinsi GF
2 Pelatihan lab mikrokopis TB Petugas lab fasyankes 450 Provinsi GF
3 Pelatihan konseling TB MDR untuk petugas kesehatan Dokter dan perawat 680 Provinsi GF 4 Pelatihan TB MDR Dokter dan perawat 204 Provinsi GF
5 Pelatihan TB-HIV Petugas TB dan HIV di fasyankes 120 Provinsi GF
6 TB Training for HF (Hospital and HC) Dokter dan perawat 3400 Provinsi GF
7 TB Training for DPM (Dokter Praktek Mandiri) Dokter praktek mandiri 75 Provinsi GF 8 Pelatihan PAL Dokter dan perawat 250 Provinsi GF
9 Workshop of TB DM management for HF officer Dokter dan perawat 280 Provinsi GF 10 Workshop PP INH pada Anak Dokter dan perawat 360 Provinsi GF 11 Workshop TB Anak Dokter dan perawat 200 Provinsi GF
12 Peningkatan Kapasitas TB di tempat kerja Dokter dan perawat 120 Provinsi GF
13 Workshop Penggunaan Alat TCM Petugas lab Provinsi GF
14 Workshop Penggunaan Alat TCM Petugas lab Provinsi APBN
7 2
PENTAHAPAN PROGRAM INDONESIA SEHAT DENGAN PENDEKATAN KELUARGA
Kab/Kota dapat
mengembangkan sendiri
PIS-PK diluar lokus Puskesmas
SURVEY
Rumusan Strategi
dan kegiatan operational research
• Membuat jejaring dan memperkuat komitmen (dilakukan tanggal 17-19 april 2017 dengan litbangkes, universitas, kemenristek-dikti,
lembaga penelitian)
• Meningkatkan jumlah penelitian yang sesuai dengan agenda penelitian TB (dari hasil jejaring TB yang sudah terbentuk) • Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan antara lain:
– Sosialisasi agenda penelitian TB kepada para peneliti dan donor/ penyandang dana
– Mempromosikan adanya kesempatan memperoleh dukungan sumber daya untuk penelitian TB
– Mempromosikan keterbukaandata program dan penelitian sesuai regulasi yang berlaku
– Mereview proposal penelitian TB yang layak digunakan sebagai bahan advokasi
• Peningkatan kapasitas peneliti
– Melaksanakan workshop penelitian TB
– Memberikan bantuan teknis pelaksanaan penelitian TB
– Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan penelitian TB
• Peningkatan pemanfaatan hasil penelitian TB untuk
penyusunan kebijakan.
– Memfasilitasi perumusan kebijakan program berdasarkan hasil penelitian
– Mendorong pemanfaatan hasil penelitian dalam evaluasi dan perbaikan kinerja program
• Publikasi hasil penelitian TB
– Mendorong penyelenggaraan seminar nasional TB setiap tahun sebagai wadah para peneliti TB untuk mempresentasikan hasil penelitiannya
Survei Resisten Obat Tuberkulosis
• Tujuan :
Memperoleh prevalensi resistensi obat anti TB pada kasus TB
smear positif di Indonesia Tahun 2016-2017 • Jumlah sampel:
–3.200 pasien BTA positif
–12 provinsi, 40 kab/kota, 72 faskes (smear positif) • Laboratorium rujukan :
–Lab. Mikrobiologi UI –BBLK Surabaya
–Lab. Pusat Penelitian Medis Universitas Hasannudin • Periode pengumpulan data :
9 bulan ( Maret – December 2017) • Hasil sementara :
–Dari 287 sample yang telah diperiksa di lab Mikro UI dan BBLK Surabaya, ditemukan sebanyak 22 Rif resistant.
Survei penguatan kolaborasi TB
HIV di Indonesia
• Tujuan:
mengukur prevalensi HIV pada pasien TB di Indonesia
• Target populasi:
semua tipe kasus pasien TB dewasa yang baru didiagnosis dan atau sedang dalam pengobatan TB selama periode
penelitian dan belum diketahui status HIVnya.
• Jumlah sampel:
–2.000 pasien TB
–20 kabupaten/kota yg tersebar di 11 provinsi
–100 faskes (puskesmas, RS,klinik, BP4/BKPM,BBKPM,UPT Lapas/Rutan)
• Timeline survei:
1.Workshop sosialisasi: minggu II Mei 2017
11 Prop dan 20 Kabupaten/kota
terpilih
• Asahan dan Langkat (Sumut)
• Pelalawan (Riau)
• Kota Palembang dan Lubuklinggau (sumsel)
• Jakarta selatan dan Jakarta Barat (DKI)
• Cianjur, kota Bandung, dan kota Bekasi ( Jabar)
• Banyumas, dan kota Semarang (Jateng)
• Situbondo, Magetan, kota Surabaya (Jatim)
• Kota Tangsel ( Banten)
• Kapuas Hulu dan kota Pontianak (Kalbar)
• Bantaeng (sulsel)
Riset Operasional TB
Topik prioritas program Th 2016/2017
1.
“Implementasi alur diagnosis TB pada anak di
fasilitas kesehatan primer di Indonesia” (
DIY
dan
Sumbar
)
(dari Pokja TB Anak)
2.
“Meningkatkan Peran Dokter Praktik Mandiri
(DPM) dalam penemuan dan tata laksana kasus TB
Anak di Kota Surabaya” (
Jatim
)
3.
“Pengembangan sistem skrining TB pada anak
sekolah di Kecamatan Kakuluk Mesak Kabupaten
Belu Tahun 2016” (
NTT
)
4.
“Pelibatan Dokter Praktik Mandiri dalam
Penelitian prioritas program
di tingkat nasional
• Inventory Study, 2017 (Badan Litbangkes)
• DRS, 2017 (Badan Litbangkes)
• TB-HIV
• Obat TB
– Dosis di tahap lanjutan dari intermitten
menjadi dosis harian