• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARTISIPASI MASYARAKAT MELALUI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PEDESAAN DI DESA TOMPASO II KECAMATAN TOMPASO BARAT | SINGAL | JURNAL EKSEKUTIF 3376 6337 1 SM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PARTISIPASI MASYARAKAT MELALUI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PEDESAAN DI DESA TOMPASO II KECAMATAN TOMPASO BARAT | SINGAL | JURNAL EKSEKUTIF 3376 6337 1 SM"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PARTISIPASI MASYARAKAT MELALUI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PEDESAAN DI DESA TOMPASO II KECAMATAN

TOMPASO BARAT Oleh :

PRESLY SINGAL

Abstract

Pembangunan pada hakekatnya merupakan proses perubahan sosial yang berlangsung secara terencana dan berkesinambungan untuk mencapai kondisi yang lebih baik dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat. Pembangunan daerah dirancang dengan mengoptimalkan potensi-potensi: sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan yang tersedia di lingkungan setempat. Dengan demikian otonomi daerah dapat dijadikan sebagai momentum untuk melakukan pembaharuan pendekatan pembangunan yang lebih berpihak, melindungi dan memberdayakan masyarakat daerah yang bersangkutan. Hal ini sejalan dengan pendapat Susetiawan & Daryanto (2003: xxviii) bahwa otonomi daerah tersebut menjadi entry point bagi perubahan paradigma pembangunan dari pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi ke arah model pembangunan alternatif yang lebih menekankan pada partisipasi dan pemberdayaan terhadap masyarakat.

Pada penelitian ini mengkaji tentang bagaimana partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program PNPM-MP di Desa Tompas II Kecamatan Tompaso, dari keseluruhan penelitian menggambarkan dampak yang positif dalam program tersebut.

Key Word : Partisipasi Masyarakat, PNPM

BAB I

P E N D A H U L U A N

1.1. Latar Belakang Penelitian

Partisipasi masyarakat mutlak diperlukan dalam seluruh proses pengelolaan pembangunan agar mempunyai rasa tanggung jawab dan rasa memiliki demi keberlanjutan program pembangunan.

Namun konsepsi partisipasi dalam era otonomi daerah harus dimaknai kembali. Mubyarto dan Sartono Kartodirjo (1998: 36) mengungkapkan bahwa seringkali pengertian partisipasi diinterpretasikan secara agak keliru, yaitu seakan-akan rakyat memang harus mendukung atau ikut program-program pemerintah secara gratis dengan alasan program-program tersebut, pada akhirnya akan digunakan untuk kepentingan masyarakat. Disini partisipasi masyarakat diartikan sebagai besarnya dana yang dapat dihemat merupakan sumbangan masyarakat kepada proyek-proyek pemerintah.

Partisipasi masyarakat yang terjadi pada waktu yang lalu juga bersifat semu. Penjaringan aspirasi masyarakat melalui musyawarah pembangunan hanya formalitas saja karena kebijakan yang dibuat tidak memperhitungkan aspirasi masyarakat tersebut.

(2)

Kondisi tingkat partisipasi masyarakat yang masih rendah menunjukkan bahwa masyarakat di DesaTompaso II pada umumnya belum berdaya. Mengenai hal ini Tilaar (1997: 238) menyatakan bahwa :

suatu masyarakat yang berpartisipasi adalah masyarakat yang mengetahui potensi dan kemampuannya termasuk hambatan-hambatan karena keterbatasannya. Masyarakat yang mampu berdiri sendiri adalah masyarakat yang mengetahui arah hidup dan perkembangannya termasuk kemampuannya untuk berkomunikasi dan bekerjasama dengan masyarakat lainnya bahkan pada tingkat regional dan internasional.

Dengan demikian, partisipasi masyarakat dalam pembangunan hanya dapat terwujud manakala masyarakat memiliki kemampuan dan kemauan untuk mengkontribusikan sumber daya yang dimiliki untuk kepentingan kemajuan daerahnya. Masyarakat hanya akan memiliki kemampuan dan kemauan dalam berbagai bidang kehidupan dan penghidupannya apabila dilakukan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat. Jadi, partisipasi masyarakat dan pemberdayaan masyarakat merupakan dua konsep yang saling berhubungan dimana tidak ada partisipasi masyarakat tanpa pemberdayaan masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat Desa mendapatkan momentum sejak digulirkannya otonomi daerah. Pemberdayaan masyarakat di kabupaten ini didasari pertimbangan sebagai berikut:pertama, walaupun telah banyak kemajuan yang dicapai tetapi keadaan tersebut di atas ternyata belum banyak mengubah sikap dan perilaku penduduk asli yang masih tetap hidup miskin; masih tetap menjadi petani subsisten dengan hanya mengandalkan hasil pertanian dengan skala yang sangat kecil dan tradisional baik dalam hal kualitas, kuantitas, maupun variasinya, sama seperti yang dihasilkan oleh masyarakat sebelumnya. Kedua, dalam hal kegiatan pembangunan masyarakat masih sebatas menjadi obyek pembangunan, belum menjadi subyek pembangunan sebagaimana yang diharapkan.

Di Desa Tompaso II Kecamatan Tompaso Barat, menurut pengamatan penulis, partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan melalui program PNPM-MP tahun 2012 masih kurang, dilihat dari adanya program-program pembangunan namun masih tidak berjalan dengan baik, seperti pembangunan drainase, pembangunan trotoar jalan, jalan yang mengarah ke perkebunan warga, penulis mengkaji kurangnya partisipasi masyarakat sehingga menghambat pembangunan yang ada, pemberdayaan terhadap masyarakat yang seharusnya menjadi tanggung jawab dari pemerintah kecamatan menurut amanat undang-undang belum dilaksanakan secara optimal, pemberdayaan yang telah ada di Desa Tompaso II Kecamatan Tompaso Barat seperti Musrenbang, PNPM-MP namun hal-hal tersebut menurut pengamatan penulis belum berjalan optimal terlihat dari pembangunan yang ada di desa yang lambat,.

Berdasarkan fenomena dan latar pemikiran di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Partisipasi Masyarakat Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Di Desa Tompaso II Kecamatan Tompaso Barat .

1.2. Perumusan Masalah

Untuk mempermudah penelitian ini nantinya dan agar penelitian ini memiliki arah yang jelas dalam menginterpretasikan fakta dan data kedalam penulisan skripsi, maka terlebih dahulu dirumuskan permasalahan yang akan diteliti. Bertolak dari latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah : Bagaimana Partisipasi Masyarakat Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Di Desa Tompaso II?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

Mengetahui Partisipasi Masyarakat Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Di Desa Tompaso II

(3)

Dengan Dilakukannya kegiatan penelitian ini tentunya akan memberikan manfaat bagi penulis maupun pihak lain yang memerlukannya. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan bagi peneliti serta menjadi langkah awal dalam penyusunan tugas akhir peneliti sendiri

b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan/evaluasi khusus bagi Pemerintah Kecamatan Tompaso Barat

c. Secara akademis, penelitian ini diharapkan bisa memperkaya khasanah ilmiah dalam penelitian ilmu sosial khususnya bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sam Ratulangi.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Konsep Pemberdayaan Masyarakat

Konsep pemberdayaan (empowerment) mulai berkembang sekitar dekade 1970-an dan semakin populer memasuki awal abad ke-21. Konsep ini dipandang sebagai bagian dari aliran-aliran yang banyak dikenal dengan aliran-aliran post modernisme yang titik berat sikap dan pendapatnya adalah antisistem, antistruktur dan antideterminisme kepada dunia kekuasaan (Priyono dan Pranarka, 1996; 44 68).

Secara konseptual, pemberdayaan (empowerment), berasal dari kata power (kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya, ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan (Suharto, 2005: 57). Pemberdayaan berkaitan dengan kemampuan manusia yaitu manusia secara perorangan maupun manusia dalam kelompok yang rentan dan lemah. Di sini, Suharto (2005: 58) menyatakan bahwa :

Pemberdayaan diarahkan untuk meningkatkan kemampuan dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (fredom), dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan; (b) menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa yang mereka perlukan; dan (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.

Dalam konteks ini, Ginanjar Kartasasmita (1996:159-160) menyebutkan tiga aspek pokok yang perlu dilakukan dalam proses pemberdayaan masyarakat yaitu :

(1). Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan berkembangnya potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (enabling). Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya karena, kalau demikian akan punah. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu dengan mendorong (encourage), memotivasi, dan membangkitkan kesadaran (awareness) akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.

(2). Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering) melalui pemberian masukan (input) berupa bantuan dana, pembangunan prasarana, pengembangan lembaga pendanaan, penelitian dan pemasaran serta pembukaan akses berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya.

(3). Melindungi masyarakat melalui pemihakan kepada masyarakat lemah untuk mencegah persaingan yang tidak seimbang. Pemberdayaan masyarakat tidak membuat masyarakat bergantung pada berbagai program pemberian (charity), karena pada dasarnya setiap apa yang dinikmati harus dihasilkan atas usaha sendiri.

(4)

perlindungan masyarakat, dilakukan dengan menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang dikemukakan oleh Ginanjar Kartasasmita (1996).

2.2 Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan

Istilah partisipasi (participation) mengandung variasi makna dilihat dari tergantung dari sudut pandang yang berbeda. Davis dalam Huneryager (1967 : 617) memberikan definisi partisipasi sebagai berikut : Participation is defined as an idividual s mental and emotional involvement in a group situation that encourage him to contribute to group goal s and to share responsibillity for the . Ada tiga hal pokok yang terkandung dalam batasan tersebut, yaitu : (1) keterlibatan mental dan emosional, (2) keragaman sumbangan yang diberikan untuk mendukung tercapainya tujuan kelompok, (3) terbangkitkannya kesediaan untuk bertanggung jawab diantara sesama anggota kelompok.

Muluk (2006:45) mengutip apa yang diungkapkan Rahnema (1992) dalam the Oxford English Dictionary melalui pembahasannya mengenai partisipasi sebagai the action or fact of partaking, having or forming a part of .Dalam pengertian ini, partisipasi bisa bersifattransitifatau intransitif, bisa juga bermoral atau tak bermoral. Kandungan pengertian tersebut juga bisa bersifat dipaksa atau bebas, dan bisa pula bersifat manipulatif maupun spontan.

Bryant & White dalam Muluk (2006:47) mengemukakan bahwa, semula partisipasi hanya didefinisikan secara politis sepenuhnya sebagaimana yang berkembang pada tahun 1950-an dan 1960-an. Pada perkembangan selanjutnya Bryant & White mengingatkan agar konsep partisipasi tidak dipersempit hanya pada aspek penerimaan manfaat belaka, karena akan mengubah pengertian umum partisipasi. Aspek penerimaan manfaat merupakan pelengkap dari cakupan pada proses perencanaan dan pelaksanaan sehingga membawa manfaat yang lebih besar bagi masyarakat.

Komitmen untuk meningkatkan partisipasi masyarakat harus dilakukan oleh pemerintah secara proaktif dengan menciptakan situasi yang kondusif bagi masyarakat agar dapat tergerak untuk senantiasa berpartisipasi. Terkait dengan itu, Ndraha (1990: 105) menyatakan bahwa :

Masyarakat tergerak untuk berpartisipasi jika : (1) partisipasi itu dilakukan melalui organisasi yang sudah dikenal atau organisasi yang sudah ada di tengah-tengah masyarakat yang bersangkutan; (2) partisipasi itu memberikan manfaat langsung kepada masyarakat yang bersangkutan; (3) manfaat yang diperoleh melalui partisipasi itu dapat memenuhi kepentingan masyarakat setempat; dan (4) dalam proses partisipasi itu terjamin adanya kontrol yang dilakukan oleh masyarakat. Partisipasi masyarakat akan berkurang jika mereka tidak atau kurang berperan dalam pengambilan keputusan.

Berdasarkan pembahasan mengenai konsep partisipasi masyarakat sebelumnya maka dalam penelitian ini digunakan dimensi partisipasi masyarakat menurut Ndraha yang terdiri dari : perencanaan pembangunan, pelaksanaan pembangunan, penerimaan dan pemanfaatan hasil pembangunan, serta evaluasi pembangunan.

2.2.1. Dimensi Perencanaan.

Keterlibatan dan keikutsertaan seseorang dalam perencanaan pembangunan sekaligus membawa didalam proses pembentukan keputusan, mencakup empat tahapan yaitu mulai dari mendefinisikan situasi, memililih alternatif, menentukan cara keputusan dapat dilaksanakan, mengevaluasi akibat apa saja yang akan timbul sebagai akibatnya, Slamet J (1989 : 25).

(5)

partisipasi masyarakat dalam perencanaan wujudnya bisa berupa kehadiran dalam rapat, pemikiran, dan waktu.

2.2.2. Dimensi Pelaksanaan.

Seluruh program pembangunan yang telah ditetapkan oleh warga masyarakat selanjutnya diimplementasikan. Dalam tahapan implementasi ini Hamid Jojo (1977) menyatakan partisipasi meliputi buah pikiran, ketrampilan, tenaga harta benda dan uang. Sedangkan Ndraha (1982) menyatakan, partispasi dalam pelaksanaan pembangunan meliputi: (a) mengerahkan daya dan dana, (b) administrasi dan koordinasi, (c) penjabarannya kedalam program. Dalam hal ini berarti rakyat diajak ikut untuk berpartisipasi dengan jalan menyumbangkan tenaga atau hartanya kepada proyek-proyek pembangunan yang khusus, yang biasanya bersifat fisik.

Berdasarkan pemahaman di atas maka pengukuran mengenai partisipasi dalam pelaksanaan pembangunan dapat dilihat dari kesungguhan warga masyarakat menyumbangkan waktu dan tenaga serta materi/tanah dan bahan-bahan dalam mendukung kegiatan pembangunan Desa. Apabila masyarakat dengan sukarela memberikan sumbangan waktu, tenaga, materi dan bahan-bahan dalam pelaksanaan pembangunan Desa berarti bahwa masyarakat ikut terlibat dengan penuh tanggung jawab dalam menyukseskan pelaksanaan pembangunan di Desa.

Pengukuran partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program pemberdayaan di Desa juga diukur dari keterlibatan dalam kegiatan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan serta kesungguhan dalam mengembangkan kegiatan ekonomi produktif. Warga masyarakat yang sungguh aktif meningkatkan kapasitasnya akan membuat mereka semakin berdaya dan diharapkan mampu mengembangkan kegiatan ekonomi yang dapat berdampak pada peningkatan pendapatan dan mengentaskannya dari belenggu kemiskinan.

2.2.3. Dimensi Pemanfaatan dan Pemeliharaan.

Hasil-hasil pembangunan fisik maupun non fisik yang dilaksanakan oleh masyarakat Desa sendiri tingkat penerimaannya lebih tinggi dibanding hasil pembangunan yang dikerjakan pihak lain. Penerimaan masyarakat yang tinggi mengakibatkan mereka dengan senang hati akan memanfaatkan hasil-hasil pembangunan fisik dan non fisik tersebut untuk mendukung kehidupan dan usaha yang dikembangkan.

Partisipasi masyarakat dalam memanfaatkan hasil-hasil pembangunan membangkitkan rasa memiliki dan tanggung jawab untuk terlibat pula dalam memelihara, melestarikan bahkan mengembangkan lebih lanjut. Berkaitan dengan penerimaan, pemanfaatan dan pemeliharaan hasil-hasil pembangunan, Ndraha (1982 : 50) mengemukakan bahwa partisipasi dalam menerima hasil-hasil pembangunan berarti: (a) menerima setiap hasil pembangunan seolah-olah milik sendiri, (b) menggunakan atau memanfaatkan setiap hasil pembangunan, (c) mengusahakan (menjadikan suatu lapangan usaha), dan (d) merawat, memelihara secara rutin dan sistematis tidak dibiarkan rusak dengan anggapan bahwa kelak tidak ada bantuan pemerintah untuk membangun yang baru.

2.2.4. Dimensi Evaluasi.

Dimensi terakhir mengenai partisipasi masyarakat dalam pembangunan berkaitan dengan evaluasi hasil pembangunan. Kegiatan evaluasi pembangunan penting untuk mengetahui apakah capaian pembangunan sudah sesuai dengan rencana dan tujuan dari pemberdayaan Desa secara keseluruhan. Namun evaluasi juga berkaitan dengan pelaksanaan program pembangunan atau kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dan berdampak atas diri masyarakat Desa. Sejalan dengan itu, Sutoro Eko (2004) menyatakan bahwa kontrol warga masyarakat mencakup kontrol eksternal yaitu kapasitas masyarakat dalam melakukan pengawasan terhadap kebijakan dan tindakan pemerintah dan kontrol internal berkaitan dengan penilaian kritis dan reflektif terhadap resiko-resiko atas tindakan mereka.

(6)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2000:3) mendefinisikan Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Oleh karena itu, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena relevan dengan tujuan dari penelitian

B. Fokus Penelitian

Fokus dalam penelitian ini adalah Partisipasi Masyarakat Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Di Desa Tompaso II .

C. Informan Penelitian

Berdasarkan penjelasan di atas maka informan penelitian dalam penelitian kualitataif adalah pihak-pihak yang menjadi sasaran penelitian/sumber yang dapat

memberikan informasi, yang dipilih secara Purposive bertalian dengan tujuan tertentu. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Moleong (2000:165) yang menyatakan bahwa: pada penelitian kualitataif tidak ada sampel acak, tetapi sampel bertujuan.

Berdasarkan uraian di atas, maka subjek yang diteliti ditentukan langsung oleh peneliti karena berkaitan dengan masalah-masalah tujuan penelitian, oleh sebab itu maka subjek penelitian dalam penelitian ini yaitu :

1. Kepala Desa Tompaso II. 2. Ketua BPD Tompaso II.

3. Tim Pelaksana Kegiatan PNPM Mandiri Pedesaan Desa Tompaso II. 4. Masyarakat Desa Tompaso II

D Teknik Pengumpulan Data

Teknik penelitian yang penulis gunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi 2. Wawancara

3. Studi Dokumentasi E. Teknik Analisis Data

Setiap selesai mengadakan wawancara dengan responden peneliti menulis kembali data-data yang terkumpul ke dalam catatan lapangan dengan tujuan agar dapat mengungkapkan data dan informasi secara mendetail. Data yang telah diperoleh dari wawancara disusun dalam bentuk catatan lengkap setelah didukung oleh hasil observasi dan dokumentasi, dengan demikian data yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:

a. Data hasil wawancara. b. Data hasil observasi. c. Data hasil dokumentasi.

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang telah peneliti dapatkan, yaitu dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi, maka penulis melakukan prosedur pengolahan dan analisis dari hasil pengumpulan data, dimana proses analisis data ini dimulai dengan menelaah, memeriksa seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu dari hasil wawancara, pengamatan dan dokumentasi.

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat dijelaskan bahwa dalam melakukan pengolahan dan analisis data dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Reduksi Data 2. Display Data

(7)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tingkat Partisipasi Masyarakat Desa Tompaso II

Dalam pelaksanaan proyek yang dilaksanakan oleh PNPM-MP di desa Tompaso II Kecamatan Tompaso Barat, proyek yang akan dilaksanakan tidak langsung diputuskan secara sepihak saja oleh tim pelaksana kegiatannya ataupun oleh pemerintah desa setempat melainkan dengan melakukan penggalian gagasan yang mendalam dengan melibatkan masyarakat secara keseluruhan agar semua kebutuhan masyarakat dapat tertampung semua, seperti yang telah dikemukakan oleh Ketua BPD Tompaso II :

Dalam penggalian usulan, digali dari setiap jaga, apakah di satu jaga itu dilakukan hanya sekali ataukah lebih dari sekali dengan titik lokasi yang berbeda, bergantung dari kondisi geografis jaga tersebut (susah dijangkau karena medannya yang sulit ataukah factor lainnya) ini supaya semua kebutuhan masyarakat yang mendesak dapat tercover

Demikian juga yang dikemukakan oleh salah seorang tokoh masyarakat desa Tompaso II : Pada PNPM Mandiri pedesaan penggalian gagasannya dilaksanakan mulai tingkat jaga hingga tingkat desa

Ditambahkan lagi bahwa:

PNPM kan memang pemberdayaan masyarakat, sehingga masyarakat memang harus terlibat Informasi tersebut menunjukkan bahwa proyek yang dilaksanakan oleh PNPM-MP benar merupakan proyek yang idenya digali dari masyarakat desa Tompaso II dan telah sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dari proses penggalian gagasan tersebut, maka lahirlah beberapa usulan yang akan mewakili kebutuhan masyarakat, yang selanjutnya akan diranking sesuai dengan skala kebutuhan masyarakat dan dimusyawarahkan dalam musyawarah tingkat desa.

PNPM-MP merupakan program yang mempunyai transparansi yang baik serta mengupayakan keterlibatan penuhnya masyarakat di dalam proses pelaksanaannya. Oleh karena itu proyek yang telah didapatkan oleh desa Tompaso II dari adanya program PNPM-MP, kemudian disosialisasikan kepada masyarakat untuk membahas langkah apa yang sebaiknya dilakukan agar proyek dapat terlaksana dengan baik dengan memperhatikan kualitas dari proyek tersebut.

Dalam pelaksanaan proyek secara teknis juga tidak dapat terlepas dari pemanfaatan sumberdaya yang terdapat di desa bersangkutan. Hal ini dikecualikan jika sumberdaya yang dimaksudkan tidak terdapat di desa, seperti yang dijelaskan oleh Kepala Jaga I :

Semua pekerja proyek adalah orang asli desa, misalnya bagi yang memiliki keahlian sebagai tukang batu, silahkan kerjakan yang bagian pemasangan batu, lagian tetap diberi upah kerja. Dan sebagai partisipasi mereka, maka upah yang mereka minta pun tidak seperti jika mereka bekerja biasanya

Informasi tersebut menunjukkan bahwa dukungan pemerintah desa dalam setiap kegiatan pembangunan yang dilakukan di desa sangat baik begitu pula dengan penyambutan dari masyarakat yang begitu antusias dalam setiap kegiatan pembangunan.

(8)

tidak demikian adanya, seperti informasi yang disampaikan oleh tim pelaksanan kegitan PNPM-MP bahwa:

Hanya saja di PNPM kendalanya adalah masyarakat kadang mengira bahwa pengerjaan PNPM seperti pengerjaan proyek yang biasanya, dalam artian bahwa mereka kadang berpikir bahwa pengurus PNPM pasti mendapat banyak untung, misalnya kalau ada sisa dana pasti kami yang akan mengambil sisa dana tersebut, padahalkan yang kami dapat hanyalah upah operasional saja

Munculnya pembahasan proyek pembangunan dari PNPM-MP dalam skripsi ini dikarenakan oleh proyek pembangunan yang dikontrol oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) melalui mekanisme penggalian gagasan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (MUSRENBANG) ternyata belum berjalan sesuai dengan yang telah dikonsepkan dan masih terdapat banyak celah terutama dalam hal pelaksanaan proyeknya yang masih menggunakan pihak ketiga dalam hal ini kontraktor, sehingga mustahil untuk menghadirkan partisipasi masyarakat di dalamnya, seperti yang diungkapkan oleh Kepala Desa bahwa :

Dalam proyek pembangunan dari pemerintah daerah yang ditangani oleh BAPPEDA dengan menggunakan pihak ke-3, jangankan partisipasi masyarakat dalam bentuk, tenaga, keahlian, barang, atau uang, partisipasi masyarakat dalam bentuk pikiran pun tidak ada. Sangat tidak menarik, hanya saja masyarakat tidak dapat menolak. Berbeda dengan program pembangunan yang ditangani oleh PNPM Mandiri pedesaan yang ada di desa ini, masyarakat sangat antusias dalam pelaksanaan program/proyek pembangunannya, karena betul-betul melibatkan masyarakat, mulai dari mengumpulkan masyarakat dan membicarakan bersama mengenai program/proyek yang akan dilaksanaan, sehingga masyarakat betul-betul berpartisipasi, mulai dari pikiran, tenaga, keahlian, barang kalau dibutuhkan, bahkan uang sekalipun

1. Partisipasi Pikiran

Mengajak masyarakat untuk terlibat dalam pekerjaan proyek PNPM-MP bukanlah hal mudah. Hal ini karena, masyarakat selalu beranggapan bahwa proyek-proyek PNPM-MP merupakan proyek pemerintah yang pada dasarnya mempunyai anggaran yang cukup untuk melaksanakan proyek-proyek PNPM-MP tersebut. Olehnya itu, setiap orang yang terlibat dalam pekerjaan proyek-proyek-proyek-proyek itu harus mendapat upah. Tidak terkecuali proyek pembangunan drainase. Hal ini wajar karena unsur partisipasi menurut Keith Davis salah satunya adalah keterlibatan mental dan perasaan, lebih dari pada semata-mata atau hanya keterlibatan secara jasmaniah. Pada awalnya, masyarakat Desa Tompaso II cenderung tidak mau berpartisipasi. Namun setelah mendapat pengarahan dari Kepala Desa beserta aparatnya, juga tokoh-tokoh maka masyarakat mulai memahami dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya dalam proses pelaksanaan proyek drainase. Partisipasi masyarakat dimaksud merupakan wujud kerjasama antara pemerintah desa dengan warga desanya. Dijelaskan oleh Kepala Desa Tompaso II bahwa:

Memperjuangkan pembuatan drainase di Desa Tompaso II bukanlah upaya baru. Masyarakat Desa Timoreng Panua sangat membutuhkan adanya Pos Pelayanan Terpadu - Mandiri Pedesaan. Akhirnya upaya tersebut baru terealisasi pada tahun 2013. Keputusan tentang pengadaan drainase bukanlah merupakan keputusan Kepala Desa dan aparatnya saja melainkan merupakan hasil keputusan Musyawarah Desa yang pada dasarnya merupakan masukan dari warga desa utamanya tokoh-tokoh masyarakat

Ungkapan Kepala BPD tersebut mengindikasikan bahwa partisipasi masyarakat Desa Tompaso II hanya bisa ditelusuri melalui proyek-proyek PNPN-MP, karena proyek-proyek yang ditangani oleh pihak ketiga merupakan proyek-proyek tender yang dikelola langsung oleh pemenangnya. Dan biasanya, proyek-proyek tersebut (misalnya drainase , jalan, jembatan dan lain sebagainya membutuhkan dana yang besar dan teknologi yang membutuhkan skill yang memadai.

(9)

Masukan ini selanjutnya diterima oleh Kepala Desa. Hal tersebut disampaikan oleh salah seorang tokoh masyarakat Desa Tompaso II, bahwa:

Pada saat pembuatan drainase dikerjakan, banyak anggota masyarakat yang terlibat di dalamnya, tanpa dibayar. Mereka datang bekerja karena menyadari bahwa drainase merupakan kebutuhan bersama dan pasti akan memberikan dampak kepada semua masyarakat. Mereka juga memberikan petunjuk-petunjuk teknis sehingga drainase dapat terselesaikan sebagaimana diharapkan.

2. Partisipasi Tenaga

Memang harus diakui bahwa masyarakat Desa` Tompaso II dapat dikatakan cukup partisipatif dalam pelaksanaan proyek-proyek pembangunan desanya. Akan tetapi harus diakui pula bahwa masih banyak diantara mereka yang harus mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya sehari-hari. Demikian antara lain dikemukakan oleh seorang Kepala jaga , bahwa:

Di Jaga I, banyak warga yang tidak sempat berpartisipasi karena memang di Jaga I masih banyak warga yang kalau mereka tidak bekerja dalam beberapa hari, maka mereka tak akan bisa memenuhi kebutuhan sandang pangan mereka, dan mata pencaharian yang paling dominan adalah bekerja untuk memanen sawah orang lain dengan diberi upah dan kadang itu di luar daerah, jika di daerah sendiri tidak ada musim panen. Hal ini dikarenakan mereka tak punya ladang sendiri untuk mereka garap sedangkan keahlian mereka adalah seperti itu .

Informasi tersebut memperlihatkakn bahwa partisipasi seseorang di dalam pelaksanaan kegiatan tertentu bukanlah merupakan paksaan, akan tetapi kerelaan untuk terlibat. Kerelaan itu sendiri muncul dari kesadaran bahwa keterlibatan mereka dalam bentuk partisipasi tenaga itu adalah suatu upaya untuk mewujudkan

kemaslahatan bagi orang banyak. Seperti yang di kemukakan oleh kepala jaga, bahwa :

Masyarakat mau ikut berpartisipasi Karena mereka berpikir selain mereka ingin melihat pembangunan di daerahnya baik juga mereka berpikir bahwa hal tersebut juga bermanfaat bagi diri mereka

3. Partisipasi Keahlian

Menyelesaikan suatu pekerjaan secara efektif dan efisien serta berkualitas sangat ditentukan oleh tingkat keahlian (skill) yang dimiliki oleh para pekerjanya. Keahlian tersebut juga harus ditunjang pula dengan motif dan kondisi kejiwaan dari para pekerja pada saat mereka bekerja. Hal ini penting dikemukakan mengingat partisipasi adalah keterlibatan atas dasar kerelaan yang akan mewujudkan hasil sebagaimana yang diharapkan. Dikemukakan oleh Ketua BPD Tompaso II, bahwa:

Bila dibandingkan proyek-proyek pembangunan di desa ini yang dilaksanakan oleh pihak ke-3 dengan proyek pembangunan yang ditangani oleh PNPM Mandiri Pedesaan yang melibatkan masyarakat, akan sangat berbeda. Proyek yang dilaksanakan oleh pihak ke-3 sudah mulai rusak meski baru beberapa lama selesai pengerjaannya sedangkan yang dilaksanakan oleh PNPM kualitasnya lebih bagus, karena memang melibatkan tukang terbaik di desa ini yang juga turut berswadaya .

4. Partisipasi Barang

Barang yang dimaksudkan dalam skripsi ini adalah barang-barang yang dimiliki oleh warga desa yang secara sukarela disumbangkan kepada desa dalam rangka pelaksanaan proyek-proyek PNPM-MP. Pada pertemuan Desa, oleh Kepala Desa Tompaso II menyampaikan secara transparan jumlah dana. Beliau menyampaikan bahwa untuk pengadaan drainase yang memadai, tentunya dana tersebut belumlah cukup. Olehnya itu, diharapkan kesediaan warga untuk dapat menyumbangkan bahan-bahan tertentu yang dibutuhkan dalam rangka pembuatan drainase tersebut. Himbauan ini ternyata mendapat sambutan positif dari beberapa warga dan tokoh masyarakat. Sambutan positif dimaksud adalah pemberian secara sukarela beberapa bahan yang dibutuhkan pada saat dibutuhkan .

(10)

Partisipasi masyarakat dalam bentuk barang, misalnya untuk proyek 2012, yakni pembuatan drainase, jadi sebagian tanah yang digunakan sebagai adalah hasil dari swadaya masyarakat dalam bentuk barang, contohnya lagi untuk proyek 2011, yakni perintisan jalanan, itu juga diswadayakan dan tanah yang digunakan adalah tanah yang dihibahkan dari masyarakat yang panjangnya kurang lebih 350 m, selain itu alat-alat yang digunakan pun adalah hasil dari partisipasi masyarakat .

Informasi ini kiranya secara jelas memperlihatkan bahwa masyarakat Desa Tompaso II memiliki kesadaran dan kerelaan yang cukup memadai dalam rangka pembangunan desa mereka. Dipandang dari sudut ekonomi, sesungguhnya mereka bukanlah orang-orang yang memiliki kekayaan yang berlebihan, sehingga sebagian dari harta mereka itu disumbangkan kepada desa. Akan tetapi, meskipun kehidupan mereka masih dalam taraf sederhana, mereka tetap rela untuk menyumbangkan sebagain dari miliki mereka untuk kepentingan pembangunan desa khususnya pembuatan drainase pada tahun 2012.

5. Pertisipasi Uang

Diinformasikan oleh semua informan bahwa tidak terdapat partisipasi masyarakat Desa dalam bentuk uang pada saat pembangunan selama kurang lebih empat bulan dilaksanakan. Kalaupun ada, hal itu diwujudkan dalam bentuk rokok dan minuman seperti kopi, sirup dan lainnya untuk konsumsi bagi masyarakat yang turut terlibat dalam pengerjaan proyek. Selain itu, juga karena memang proyek dari PNPM-MP ini memiliki anggaran dana yang cukup yang dikelola dengan baik oleh Tim Pelaksana Kegiatannya dan juga berkat bantuan atau dalam artian partisipasi masyarakat dalam bentuk sumbangsi tenaga dan keahlian yang jika menggunakan pekerja sewa akan memakan biaya, sehingga dana yang di anggarkan akan terhemat dan dapat digunakan lagi untuk kebutuhan pembangunan lainya. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukankan oleh Tim Pelaksana Kegiatan PNPM-MP Desa Tompaso II, bahwa :

Untuk partisipasi masyarakat dalam bentuk uang, selama ini belum pernah, Karena dana yang dianggarkan dari PNPM pun belum pernah kurang, malahan kadang memiliki sisa dari pengerjaan satu proyek yang dapat dijadikan revisi untuk proyek lain

(11)

BAB VI P E N U T U P

A. Kesimpulan

1. Meskipun masih terdapat hambatan-hambatan kecil dalam membangun dan mengarahkan partisipasi masyarakat Desa Tompaso II, namun secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa tingkat partisipasi masyarakat desa tersebut telah cukup memadai dalam rangka pelaksanaan proyek PNPM-MP di desa mereka.

2. Dari lima jenis partisipasi yang dikaji, ternyata bentuk partisipasi tenaga memiliki sumbangan yang sangat signifikan dalam pengerjaan proyek PNPM-MP khususnya pembuatan drainase pada tahun 2012.

3. Kepala Desa Tompaso II beserta aparatnya cukup aktif dan berhasil menjalankan fungsi dan perannya dalam mendorong dan mengarahkan partisipasi masyarakanya sehingga cukup berhasil dalam menyelesaikan salah satu proyek PNPM-MP yaitu pembuatan drainase sebagaimana diharapkan oleh masyarakat desanya.

B. Saran

1. Diharapkan agar Kepala Desa dan aparatnya semakin gigih dalam berupaya memperjuangkan aspirasi masyarakat Desa guna mendapatkan proyek-proyek PNPM-MP sesuai skala prioritas kebutuhan masyarakat desanya.

2. Agar Kepala Desa beserta jajarannya semakin menjalin hubungan yang baik dengan tokoh-tokoh masyarakat dan dengan masyarakat desa secara keseluruhan sehingga pertemuan-pertemuan yang mereka selenggarakan di masa yang akan datang dapat melahirkan gagasan-gagasan dan keputusan-keputusan yang lebih baik guna menyukseskan setiap program dan proyek yang telah berhasil diperjuangkan oleh Kepala Desa.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Amien, A. Mappadjanti. 2005. Kemandirian Lokal. Konsepsi Pembangunan, Organisasi, dan Pendidikan dari Perspektif Sains Baru. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Blancard, Ken. 1998. Penerjemah Y. Maryono.Empowerment Takes More Than a Minute. Yogyakarta: Edisi Kedua, Amara Books.

Budiman, Arief. 2000. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Boediono. 1981. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta: Edisi Pertama, Cetakan Keenam, BPFE, UGM.

Bryant, Coralic dan White G. Louise. 1989. Terjemahan Rusyanto L. Manajemen Pembangunan Untuk Negara Berkembang. Jakarta: LPES.

Cohen, JM. Dan N.T. Uphoff. 1977. Rural Development Participation. Ithaca, New York: Cornell University, RDCCIS.

Conyers, Diana. 1994. Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Cook, Sarah & Steve Macaulai. 1996. Penerjemah Paloepi Tyas R. Perfect Empowerment.Jakarta: PT. Gramedia.

Hagul, Peter. 1992. Pembangunan Desa dan Lembaga Swadaya Masyarakat. Jakarta: Rajawali.

Hasibuan. 2000.Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara. Hikmat, Harry. 2004. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Humaniora

Utama Press.

Ife, Jim & Tesoriero, Frank. 2008. Penerjemah Sastrawan manullang, dkk. Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi. Yogyakarta: Edisi Ke-3, Pustaka Pelajar.

Kaplan, Robert M & Dennis P. Saccuzzo. 1993. Psycological Testing Principles, Application, and Iissues, California: Brooks/Cole Publishing Company, Pasific Group.

Kartasasmita, Ginandjar. 1996. Pembangunan untuk rakyat, memadukan pertumbuhan dan Pemerataan. Jakarta : CDES.

Koentjraningrat. 1981. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia.

Korten, David C dan Syahrir. 1988. Penerjemah A. Setiawan Abadi. Pembangunan Berdimensi Kerakyatan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Lincolin Arsyad, (1999), Ekonomi Pembangunan. Edisi ke-4, Cetakan Pertama, BPFE, Yogyakarta.

Mubyarto & Sartono Kartodirjo. 1998. Pembangunan Pedesaan di Indonesia. Yogyakarta: Liberty.

Ndraha, Taliziduhu. 1981. Partisipasi Masyarakat Desa Dalam Pembangunan Desa Di Berbagai Desa. Jakarta: Rineka Cipta.

(13)

Prijono, O.S. dan Pranarka, A.M.W. 1996. Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan dan Implementasi. Jakarta: CSIS.

Roesmidi & Riza Risyanti. 2006. Pemberdayaan Masyarakat. Jatinangor: Alqaprint.

Sedarmayanti. 2000. Restrukturisasi dan Pemberdayaan Organisasi Untuk Menghadapi Dinamika Perubahan Lingkungan Ditinjau dari Beberapa Aspek Esensial dan Aktual.Bandung: Mandar Maju.

Stewart, Aiken M. 1998. Penerjemah Agus M . Hardjono. Perfect Empowerment, Yogyakarta: Kanisius.

Soetomo. 2006.Strategi-Strategi Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono. 2003.Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. ---. 2006.Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfa Beta.

Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Suhendra, K. 2006. Peranan Birokrasi dalam Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Alfabeta.

Sumodiningrat, Gunawan. 1999. Pemberdayaan Masyarakat dan JPS. Jakarta: PT. Gramedia.

Supranto, J. 2003.Statistik Teori dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga.

Suparjan & Hempri Suyatno. 2003. Pengembangan Masyarakat: dari Pembangunan sampai Pemberdayaan. Yogyakarta: Penerbit Aditya Media.

Sutoro, Eko. 2004. Reformasi Politik dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: APMD Press.

---. 2005. Manifesto Pembaharuan Desa: Persembahan 40 Tahun STPMD APMD . Yogyakarta: APMD Press.

Tilaar, H.A.R., Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Globalisasi. Jakarta: Grasindo, PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Todaro, Michael P., 1997. Penerjemah Burhanuddin Harahap. Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga. Jakarta: Penerbit Erlangga.

---, 2000. Penerjemah Haris Munandar, dkk. Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Edisi Kelima, Bumi Aksara.

Todaro, Michael P. dan Stephen C. Smith. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Jakarta: Edisi Kedelapan, Penerbit Erlangga.

Tjokrowinoto, Moeljarto. 1987. Politik Pembangunan, Sebuah Analisis, Konsep Arah dan Strategi. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Tjokroamidjojo, Bintoro. 1998. Kebijaksanaan dan Administrasi Pembangunan (Perkembangan, Teori dan Penerapan). Jakarta: LP3ES.

Referensi

Dokumen terkait

Pentingnya loyalitas pelanggan bagi perusahaan sudah tidak diragukan lagi, banyak perusahaan sangat berharap dapat mempertahankan pelanggannya dalam jangka panjang, bahkan

Semen, bahan pengikat utama beton yang disorot oleh pemerhati lingkungan sebagai salah industri yang tidak ramah lingkungan oleh karena pembakaran bahan baku semen

Tujuan penulisan laporan akhir ini adalah membuat sistem informasi e-learning pada SMA Negeri 4 Palembang yang meliputi proses pengolahan data kelas, data mata pelajaran,

Dimana suara anak-anak akan direkam dengan mengucapkan nada dasar suara, kemudian hasil rekaman suara tersebut akan diolah menggunakan software MATLAB R2015b

Pada tahap awal Define peneliti menganalisis kebutuhan siswa untuk mengidentifikasi masalah Selanjutnya pada tahapan Design, yaitu menyiapkan dan merancang bahan ajar

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi cendawan dari tanah perakaran bambu yang dapat sebagai endofit dan menekan penyakit akar gada pada tanaman brokoli.. Ada dua

Peneliti akan mengambil seluruh pihak dalam Kepolisian Resort Kota Surabaya untuk diambil pendapat maupun keterangannya terhadap judul penelitian sebagai populasi sebagai

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan untuk melihat pengaruh kenaikan pH cairan developer dengan penambahan antara NaOH dan Na2CO3 terhadap densitas citra