• Tidak ada hasil yang ditemukan

KTI Efektifitas BPD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KTI Efektifitas BPD"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIFITAS PEMERINTAHAN DESA DALAM PEMBUATAN PERATURAN DESA DI KECAMATAN BENGKALIS, KABUPATEN

BENGKALIS PROVINSI RIAU

THE EFFECTIVENESS OF VILLAGE GOVERNMENT IN MAKING THE VILLAGE RULES IN BENGKALIS DISTRICT, BENGKALIS REGENCY

RIAU PROVINCE

Muhammad Fadhli

Badan Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Kabupaten Bengkalis Email : haji.muhammad.fadhli@gmail.com

ABSTRACT

Study on the effectiveness of village government in making village rules is interesting. Village government consists of village government officers (head and secretary of village) and village council. After analyzing to both institutions to some villages, most of them have not applied their duty, function, and authority. To analyze the effectiveness of making village rules, it could be done based on the village rules made. The results showed that the effectiveness was low. This due to human resource of village council and less support from the local government in the case of guiding and low incentive for village council and dereliction of village government officers in doing their duty.

Keywords : effectiveness, village governmental, village rules, Bengkalis

ABSTRAK

Studi tentang Efektifitas Pemerintahan Desa dalam rangka pembuatan peraturan desa sangatlah penting. Unsur Pemerintahan Desa terdiri dari Pemerintah Desa (Kepala Desa dan Perangkat Desa) dan Badan Permusyawaratan Desa. Setelah dilakukan kajian kedua lembaga desa ini sebagian besar belum melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang. Untuk mengetahui efektifitasnya dalam rangka pembuatan peraturan desa bisa dilihat dari Peraturan Desa yang dihasilkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab ketidakefektifan yaitu sumber daya aparatur Pemerintahan Desa yang rendah dan kurangnya dukungan dari Pemerintah Daerah yaitu dalam hal bimbingan dan kurangnya insentif untuk anggota BPD dan karena kelalaian perangkat pemerintahan desa dalam pelaksanaan tugasnya.

(2)

PENDAHULUAN

Dengan diberlakukannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka dasar hukum pengaturan desa terjadi perubahan dari undang-undang sebelumnya yaitu Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Desa telah diatur secara khusus di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa. Ada dua unsur Pemerintahan Desa yaitu terdiri dari Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan suatu sistem yang tidak dapat dipisahkan. Pemerintah Desa terdiri dari Kepala Desa dan perangkatnya (Sekretaris Desa dan Kepala Urusan serta staf desa). Pemerintah Desa dan mempunyai wewenang dan hak inisiatif di bidang pengajuan produk hukum desa khususnya mengajukan rancangan peraturan desa.

Kepala Desa mempunyai wewenang untuk mengajukan rancangan peraturan desa. Kepala Desa juga mempunyai kewenangan menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD. Setiap anggota BPD juga mempunyai hak untuk mengajukan rancangan peraturan desa. Melihat wewenang dan hak yang dimiliki oleh aparat Pemerintahan Desa tersebut maka perlu dilihat efektifitasnya. Apakah kewenangan yang telah diperoleh dan hak yang dimiliki oleh setiap anggota BPD untuk membuat peraturan desa telah dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat desa ataupun aparat Pemerintahan Desa tersebut masih belum efektif dalam membuat peraturan desa.

Menurut Mardiasmo1, efektifitas merupakan tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan, secara sederhana efektifitas merupakan perbandingan outcome dengan output. Dengan kata lain efektifitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuan, maka organisasi tersebut dikatakan telah berjalan dengan efektif. Penekanan terpenting yang perlu disadari adalah bahwa efektifitas tidak menyatakan tentang berapa besarnya biaya yang telah dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut. Biaya dapat melebihi dari yang telah dianggarkan, bahkan dapat tiga kali lipat dari yang telah dianggarkan. Oleh karena itu efektifitas hanya melihat apakah suatu program atau kegiatan telah mencapai tujuan yang ditetapkan.

(3)

perubahan dan hasil. Input meliputi sumber daya yang dimiliki, informasi dan pengetahuan, bahan-bahan mentah serta modal. Pada input, tingkat efisiensi sumberdaya yang dimiliki sangat menentukan kemampuan yang dimilikinya. Tahap conversion ditentukan oleh kemampuan organisasi untuk memanfaatkan sumberdaya

yang dimiliki, manajemen penggunaan teknologi agar dapat menghasilkan nilai. Pada tahap ini tingkat keahlian SDM dan daya tanggap organisasi terhadap perubahan lingkungan sangat menentukan produktivitasnya. Pada output, pelayanan yang diberikan merupakan hasil dari penggunaan teknologi dan keahlian SDM. Organisasi yang dapat memanfaatkan sumberdaya yang dimilikinya secara efisien dapat meningkatkan kemampuannya untuk meningkatkan pelayanan dengan memuaskan kebutuhan pelanggan.

Kenyataannya, selama ini permasalahan yang ditemui di beberapa desa khususnya di Kecamatan Bengkalis adalah peraturan desa yang dihasilkan oleh Pemerintah Desa (Kepala Desa dan perangkatnya) bersama BPD belum optimal. Sangat jarang ditemui desa mempunyai peraturan lebih dari satu. Hampir semua desa setiap tahunnya hanya menghasilkan satu peraturan yaitu peraturan tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. Peraturan Desa merupakan output dari kinerja lembaga Pemerintahan Desa. Penyebab dari kurang efektifnya lembaga pemerintahan desa dalam hal pembuatan peraturan desa perlu diketahui. Apakah hal ini ditenggarai karena kurangnya kualitas sumber daya manusia, latar belakang pendidikan ataupun kurangnya bimbingan dari Pemerintah Kabupaten termasuk masih minimnya insentif yang diberikan untuk aparat Pemerintahan Desa. Beberapa hal inilah yang menjadi permasalahan yang harus dicarikan solusinya.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas Pemerintahan Desa dalam pembuatan peraturan desa di Kecamatan Bengkalis Provinsi Riau dan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kurangnya produk hukum khususnya peraturan desa.

(4)

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari 2011 sampai Oktober 2011 di Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis, Populasi dalam penelitian ini adalah Kepala Desa se Kecamatan Bengkalis berjumlah 17 orang dan Sekretaris Desa se Kecamatan Bengkalis berjumlah 17 orang serta Ketua Badan Permusyawaratan Desa se Kecamatan Bengkalis berjumlah 17 orang. Dari 51 orang aparat Pemerintahan Desa tersebut diambilsampel dengan teknik Purposive Sampling 5 (lima) Kepala Desa, 5 (lima) Sekretaris Desa dan 5 (lima) Ketua BPD. . Selain itu juga ditetapkan informan yang dapat dijadikan sumber informasi kunci untuk melakukan pengecekan dan perbandingan yaitu informasi dari Kepala Bidang Pemerintahan Desa pada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPMPD) Kabupaten Bengkalis jumlah 1 orang, Camat Bengkalis berjumlah 1 orang, Kepala Seksi Pembangunan Masyarakat Desa Kantor Camat Bengkalis berjumlah 1 orang dan Kepala Seksi Pemerintahan Kantor Camat Bengkalis berjumlah 1 orang. Total jumlah populasi 55 (lima puluh lima) orang.

Penelitian ini menggunakan metodologi deskriptif analitis dengan pendekatan kualitatif. Efektifitas diukur berdasarkan Sigit3 yaitu suatu kontinum yang merentang dari efektif, kurang efektif, sedang-sedang, sangat kurang, sampai tidak efektif. Ukuran tersebut dijabarkan sebagai berikut :

Efektif : Desa yang membuat 4 atau lebih Peraturan Desa (Perdes) per tahun

Kurang efektif : Desa yang membuat 3 Perdes per tahun Sedang-sedang : Desa yang membuat 2 Perdes per tahun

Sangat kurang : Desa yang membuat 1 Perdes per tahun Tidak efektif : Desa yang membuat 0 Perdes per tahun.

(5)

Camat Bengkalis. Wawancara juga dilakukan kepada perwakilan Kepala Desa sebanyak 5 (lima) orang, Sekretaris Desa sebanyak 5 (lima) orang dan Ketua Badan Permusyawaratan Desa sebanyak 5 (lima) orang.

Sedangkan untuk mendukung analisa mengenai faktor penyebab kurang efektifnya aparat Pemerintahan Desa dalm pembuatan peraturan desa ditampilkan data latar belakang pendidikan aparat Pemerintahan Desa dan data jumlah pendidikan dan pelatihan tentang pembuatan peraturan desa di Kabupaten Bengkalis pada tahun 2010. Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden di lapangan, berupa hasil wawancara dan kuesioner yang dijawab dan data sekunder yaitu data yang diperoleh berasal dari bahan laporan, hasil penelitian sebelumnya dan data dokumentasi. Analisa data dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan cara interpretasi data dan informasi yang telah dikumpulkan melalui pemahaman mendalam dengan prinsip validitas, objektifitas dan rebilitas. Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini dilakukan sejak awal sampai sepanjang proses penelitian berlangsung.

HASIL DAN PEMBAHASAN

(6)

Tabel 1. Jumlah peraturan desa yang dihasilkan oleh aparat pemerintahan desa di Kecamatan Bengkalis tahun 2010.

Nama Desa Jumlah Perdes

Pada tahun 2010

Ukuran Efektifitas

Meskom, Teluk Latak, Sebauk, Penampi, Pedekik, Kelapapati, Wonosari, Senggoro, Air Putih, Sei.Alam, Temeran, Penebal, Pematang Duku, Ketam Putih dan Sekodi

1 Sangat kurang

Kelemantan 2 Sedang-sedang

Pangkalan Batang 3 Efektif

Tabel 1 juga menunjukkan bahwa hanya 1 (satu) desa yang berada pada kategori sedang-sedang yaitu desa Kelemantan, desa ini pada tahun 2010 hanya menghasilkan 2 (dua) buah peraturan desa yaitu Perdes tentang APBDes dan Perdes tentang RPJMDes. Kategori sedang-sedang ini masih lebih baik dari 15 (lima belas) desa lainnya.

Hanya 1 desa pada kategori efektif yaitu Desa Pangkalan Batang. Desa Pangkalan Batang pada tahun 2010 telah membuat 4 (empat) buah peraturan desa yaitu Perdes tentang APBDes, Perdes tentang Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), Perdes tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Desa (RPJMDes) dan Perdes tentang Kelembagaan Desa. Kategori efektif ini diberikan karena Desa Pangkalan hanya membuat 4 buah peraturan Desa pada tahun 2010, desa ini sangat produktif menghasilkan peraturan desa. Masih banyak peraturan desa lainnya yang harus dibuat seperti perdes tentang pungutan desa, perdes tentang pemilihan Kepala Desa, perdes tentang BPD, perdes tentang Struktur Organisasi Desa dan perdes lainnya.

(7)

diklat, kurang pelaksanaan diklat pembuatan perdes bagi aparat Pemdes, kurangnya minat dan malas aparat Pemdes dalam pembuatan perdes dan sulitnya pembuatan perdes.

Tabel 2. Rekapitulasi jawaban pertanyaan pada wawancara dengan responden, apakah faktor penyebab kurangnya aparat Pemdes dalam pembuatan perdes.

No Responden Jawaban

1. Karena latar belakang pendidikan Aparat pemdes masih rendah.

2. Karena kurangnya kepedulian aparat pemdes terhadap tugas pokok, fungsi dan wewenangnya.

2. Camat Bengkalis 1. Karena lemahnya SDM aparat pemdes 2. Wawasan aparat masih kurang

3. Kurangnya pelaksanaan diklat pembuatan perdes bagi aparat pemdes

1. Kurangnya pembinaan dari BPMPD Kab.Bengkalis 2. Kurangnya minat aparat pemdes untuk mempelajari

pembuatan perdes

2. Kesempatan mengikuti diklat sangat minim bagi aparat pemdes

3. Membuat perdes itu cukup sulit.

(8)

Tabel 3. Rekapitulasi data latar belakang pendidikan Kepala Desa, Sekretaris Desa dan Ketua/anggota BPD Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis pada tahun 2010

No Jabatan Latar belakang pendidikan Jumlah

SD SLTP SLTA D-2/D-3 S-1 S-2

1. Kepala Desa 0 1 15 0 1 0 17

2. Sekretaris Desa 0 0 13 1 3 0 17

3. Ketua BPD 0 4 9 1 1 1 17

4. Anggota BPD 7 24 95 10 16 0 154

Jumlah 7 29 132 12 21 1 204

Intensitas pelaksanaan pendidikan dan pelatihan (diklat) pembuatan peraturan desa di Kabupaten Bengkalis disajikan pada Tabel 4 yang menunjukkan bahwa jumlah diklat yang diadakan oleh Pemerintah Kabupaten sangat sedikit. Artinya bahwa dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 hanya terdapat 6 kali pelaksanaan diklat. Dengan jumlah aparat Pemerintahan Desa di Kecamatan Bengkalis sebanyak 204 orang, setiap tahunnya diklat pembuatan perdes seharusnya lebih intensif dilaksanakan, agar setiap aparat berkesempatan mengikuti diklat dimaksud. Hal ini disebabkan karena bukan hanya aparat Pemerintahan Desa yang dari Kecamatan Bengkalis saja, masih ada kecamatan lain di Kabupaten Bengkalis juga diberikan kesempatan untuk mengikuti diklat pembuatan peraturan desa.

Tabel 4. Banyaknya pendidikan dan pelatihan (diklat) pembuatan peraturan desa dan sejenisnya

No. Jenis diklat/jumlah peserta Tahun 2008

Tahun 2009

Tahun 2010 1. Pembuatan perdes/40 orang 1 kali 1 kali 1 kali 2. Manajemen pemerintahan desa/

40 orang

0 0 2 kali

3. Peningkatan kapasitas sekretaris desa/40 orang

0 0 1 kali

(9)

kali dan yang pernah mengikuti diklat tersebut sebanyak di atas 1 kali berjumlah 18 orang. Ironisnya jumlah aparat Pemdes yang belum pernah mengikuti diklat pembuatan perdes sebanyak 129 orang. Jadi sangat beralasan jika banyak desa yang belum produktif dalam menghasilkan peraturan desa.

Tabel 5. Jumlah Aparat Pemerintahan Desa yang mengikuti Pendidikan dan Pelatihan pembuatan Peraturan Desa pada tahun 2010

Untuk mengetahui faktor penyebab kurangnya pembuatan peraturan desa oleh aparat pemerintahan desa, telah dilakukan wawancara kepada sampel dari masing-masing perwakilan populasi dengan hasil sebagaimana tercantum pada Tabel 6. Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa penyebab kurangnya jumlah perdes dibuat oleh aparat Pemdes adalah karena pembuatan perdes itu cukup sulit, kurangnya diklat tentang pembuatan perdes, aparat desa kurang memahami pembuatan perdes, kurangnya insentif bagi BPD sehingga aparat BPD menjadi malas dan tidak mempedulikan tugas, wewenang maupun hak untuk mengajukan perdes, kurangnya bimbingan dari aparat kecamatan maupun kabupaten karena membuat perdes harus dibimbing oleh aparat kecamatan maupun kabupaten, pembuatan perdes harus diawasi dan petunjuk pelaksanaan pembuatan perdes belum jelas.

No Aparat Pemdes

Belum pernah mengikuti diklat (orang)

Pernah sekali mengikuti diklat (orang)

Pernah lebih dari sekali mengikuti diklat (orang)

1. Kepala Desa 1 10 6

2. Sekretaris Desa 2 11 4

3. Ketua BPD 0 15 2

4. Anggota BPD 126 12 6

(10)

Tabel 6. Rekapitulasi jawaban pertanyaan pada wawancara dengan responden, apakah faktor penyebab kurangnya aparat Pemdes dalam pembuatan perdes.

No Responden Jawaban

1. Kades Kelapapati 1. Karena sulit membuatnya 2. Belum mengerti membuatnya 2. Kades Pedekik 1. Sulit membuatnya

2. Kurangnya pelaksanaan diklat 3. Kades Senggoro 1. SDM lemah

2. Sulit membuatnya

4. Kades Air Putih 1. Tidak ada yang membimbing membuatnya 5. Kades Meskom 1. Harus ikut diklat

2. Harus diawasi

9. Ketua BPD Meskom 1. Gaji anggota BPD tidak cukup 10. Ketua BPD Sebauk 1. Petunjuk pelaksana belum jelas

2. Insentif BPD belum ada sehingga anggota malas mengusulkan perdes

11. Sekdes Kelapapati 1. Belum paham 2. Kurangnya diklat 12. Sekdes Wonosari 1. Sulit membuatnya 13. Sekdes Pangkalan

Batang

1. Banyak aparat yang malas membuatnya 2. Agak sulit

14. Sekdes Penebal 1. Kurang memahami 2. Kurang ikut diklat

(11)

Permusyawaratan Desa dan pembuatan perdes agak sulit serta petunjuk pelaksanaa perdes belum jelas.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh responden yang terlibat dalam penelitian ini, mulai pejabat Pemerintah Kabupaten Bengkalis yaitu Kepala Bidang Pemerintahan Desa pada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten Bengkalis, Camat Bengkalis, Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat Desa pada Kantor Camat Bengkalis dan Kepala Seksi Pemerintahan pada Kantor Camat Bengkalis serta kepada perwakilan Kepala Desa yaitu Kades Kelapapati, Kades Pedekik, Kades Senggoro, Kades Air Putih dan Kades Meskom, perwakilan Sekretaris Desa yaitu Sekdes Kelapapati, Sekdes Wonosari, Sekdes Pangkalan Batang, Sekdes Penebal dan Sekdes Pematang Duku dan perwakilan dari Ketua Badan Permusyawaratan Desa yaitu Ketua BPD Wonosari, Air Putih, Sei. Alam, Meskom dan Ketua BPD Sebauk.

DAFTAR PUSTAKA 1

Mardiasmo. 2002. Otonomi & Manajemen Keuangan Daerah, ANDI, Yogyakarta. 2

Jones, CO. 1984. An Introductionto the Studi of Public Policy, Third Edition, Brooks/Cole Publishing Company, California.

3

Sigit, S. 2003. Perilaku Organisasi, Lukman Offset, Yogyakarta.

Undang-Undang Otonomi Daerah. 2004. Focusmedia, Bandung.

(12)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

H. Muhammad Fadhli, S.Sos, M.Si bin Bachrumsyah,

dengan panggilan hari-hari IIK, lahir di Bengkalis pada

tanggal 07 Januari 1972. Menikah tanggal 8 Agustus 1997

dengan seorang wanita yang bernama Hj. Dian

Darayanti Binti Ajbar Elwalid, dikarunia 3 (tiga) orang

cahaya mata yaitu: (1) Siti Fahma Diani, (2) Muhammad

Fandi Fadhli, dan (3) Muhammad Fatahilah Fadhli .

Menamatkan SD, SMP

dan SMA di Bengkalis. Menamatkan pendidikan Diploma 3

(D3) STPDN Jatinangor Jawa Barat tahun 1994, pendidikan Srata 1 (S1) di

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (Fisipol USU)

Tahun 1999 di Medan. Dengan Rahmat Allah Yang Maha Kuasa pernah bekerja

sebagai sebagai Kasubsi Perekonomian dan Produksi kantor Camat Bukit Batu

Kabupaten Bengkalis selama dua tahun, berkarir sebagai Pegawai Negeri Sipil di

Subbag Mutasi Pegawai pada Bagian Kepegawaian Setda Kabupaten Rokan Hilir

Provinsi Riau Tahun 1999-2001. Menamatkan pendidikan Strata 2 (S2) di Program

Magister pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Riau (Fisipol UNRI) pada

tahun 2005 . Memperoleh kesempatan menjabat Sekretaris Kecamatan Bantan

Kabupaten Bengkalis (Eselon IV/a) dari Tahun 2002 sampai dengan 2003. Tanggal

3 Oktober 2005 sampai dengan Desember 2007 dipromosikan menjabat Camat Siak

Kecil Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau.Camat Bukit Batu pada tahun 2007 – 2008

dan Camat Bengkalis tahun 2008. Menjabat sebagai Kepala Bagian Tata

Pemerintahan Setda Kabupaten Bengkalis (Eselon III/a) akhir Desember Tahun 2008

sampai dengan 17 September 2010. Kemudian menjadi fungsional di Badan

Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten Bengkalis selama

satu tahun, staf pada Badan Penelitian Pengembangan dan Statistik selama 1 tahun

dan pada tanggal 8 Juni 2012 dipindahkan ke Badan Diklat dan Kepegawaian Kab.

Gambar

Tabel 2. Rekapitulasi jawaban pertanyaan pada wawancara dengan responden,apakah faktor penyebab kurangnya aparat Pemdes dalam pembuatan perdes.
Tabel 3. Rekapitulasi data latar belakang pendidikan Kepala Desa, Sekretaris Desadan Ketua/anggota BPD Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis padatahun 2010
Tabel 5. Jumlah Aparat Pemerintahan Desa yang mengikuti Pendidikan dan Pelatihanpembuatan Peraturan Desa pada tahun 2010
Tabel 6. Rekapitulasi jawaban pertanyaan pada wawancara dengan responden,apakah faktor penyebab kurangnya aparat Pemdes dalam pembuatan perdes.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dengan demikian, berdasarkan pengalaman masa lalu mereka dan kebudayaan dimana mereka tinggal, individu mempelajari: (1) berbagai cara untuk menyakiti yang lain,

Kesimpulan dari hasil uji risiko terhadap probabilitas pada tabel diatas risiko yang mungkin terjadi pada studi kasus yaitu variabel tiga untuk konflik pembebasan lahan dan

Penelitian berjudul Kajian Konversasi Jenis Humor dalam Acara Indonesia Lawak Klub (ILK) Episode Warna Warni Percintaan dan Gelar Pendidikan di Trans7 bertujuan

Serta dari hasil eksperimen didapat juga nilai smoothness index yaitu 9,274 yang berarti kelancaran pada lintasan perakitan yang terbentuk cukup baik, karena jika semakin

Pelaksanaan Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dalam membantu pemimpin mempersiapkan dan mengembangkan rencana kegiatan-kegiatan lanjutan yang berhubungan

Untuk mengetahui pengaruh panjang initial crack , letak initial crack, konfigurasi lay-up , dan distribusi initial crack terhadap respon delaminasi pada komposit,

Sama seperti perbandingan pada kecepatan aliran transisi, pada grafik diatas nilai kurva model Rc 1, Rc 0,861 menjadi lebih panjang saat berada dibawah kurva model Rc 0 yang