• Tidak ada hasil yang ditemukan

ProdukHukum BankIndonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ProdukHukum BankIndonesia"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Perkembangan Perekonomian

Daerah I stimewa Yogyakarta

Triwulan I V-2008

(2)

VISI BANK INDONESIA

“Menjadi KBI yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan”

MISI BANK INDONESIA

“Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi Daerah melalui peningkatan pelaksanaan tugas di bidang ekonomi moneter, sistem pembayaran, dan pengawasan bank serta memberikan saran kepada pemerintah daerah dan lembaga terkait lainnya”

NILAI STRATEGIS BANK INDONESIA

“Nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen dan pegawai untuk bertindak dan atau berperilaku, yang terdiri atas Kompetensi, Integritas, Transparansi, Akuntabilitas dan Kebersamaan.”

VISI KANTOR BANK INDONESIA

“Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan.”

MISI KANTOR BANK INDONESIA

(3)

...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

ekonomi daerah, yang didukung dengan penyediaan informasi

berdasarkan hasil kajian yang akurat...

(4)

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta

iv Kata Pengantar

Untuk informasi lebih lanjut hubungi:

Bank Indonesia Yogyakarta Kelompok Kajian Ekonomi Jl. P. Senopati No.4-6, Yogyakarta Telp.0274-377755 Fax.0274-371707

Softcopy laporan ini dapat di-download di Data Informasi Bank Indonesia (DIBI) pada

(5)

Abstraksi

Laju pertumbuhan ekonomi DIY pada triwulan IV-2008 diprakirakan lebih cepat dari pertumbuhan triwulan sebelumnya, yakni tumbuh 6,59% (yoy). Sedangkan secara triwulanan, laju pertumbuhan ekonomi DIY diprakirakan mengalami kontraksi sebesar 1,17% (qtq). Pertumbuhan sektor Bangunan pada triwulan laporan erat kaitannya dengan pembangunan prasarana fisik baik oleh pemerintah, swasta maupun rumahtangga yang semakin meningkat intensitasnya karena pencairan anggaran pemerintah.

Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi DIY pada tahun 2008 diperkirakan mencapai 5,00%, tumbuh lebih cepat jika dibanding tahun 2007 sebesar 4,31%. Faktor-faktor yang menjadi sentimen positif tumbuhnya ekonomi DIY tahun 2008 adalah panen raya, banyaknya libur panjang dan membaiknya kinerja konsumsi Pemerintah.

Di tengah kinerja perekonomian DIY yang mengalami akselerasi pada tahun 2008, laju inflasi Kota Yogyakarta tercatat sebesar 9,88% (yoy), tekanannya sedikit menguat dibandingkan dengan akhir tahun 2007 yang mencatat inflasi sebesar 7,99% (yoy), namun berada di bawah angka inflasi nasional sebesar 11,06% (yoy). Pencapaian inflasi yang berada di bawah inflasi Nasional merupakan prestasi tersendiri, dimana sebelum Mei 2008 inflasi Kota Yogyakarta selalu berada di atas inflasi Nasional. Hal ini berkat kerjasama dan koordinasi yang erat antar instansi terkait di Provinsi DIY. Komoditas yang memberikan sumbangan terbesar adalah Bahan Bakar Rumahtangga, Bensin yang mengalami kenaikan harga karena kebijakan pemerintah

I II III IV Total I II III IV Total

PDRB - Harga Konstan (miliar Rp)1 4.386 4.676 4.658 4.572 18.292 4.786 4.615 4.932 4.874 19.206 Pertumbuhan PDRB (yoy %) -0,05 8,42 6,16 7,14 4,31 9,12 -1,29 5,87 6,59 5,00 Laju Inflasi Tahunan (yoy%) 9,67 7,14 7,81 7,99 7,99 9,04 10,44 11,16 9,88 9,88 Keterangan :

1) Angka sangat sementara, angka triwulan IV-2008 merupakan angka proyeksi Sumber : BPS DIY, diolah

I n d i k a t o r 2007 2008

I II III IV Total I II III IV Total

Indeks Harga Konsumen 94,50 97,00 97,50 99,74 102,86 102,86 105,72 109,21 112,66 113,32 113,32

Laju Inflasi Tahunan (yoy %) 10,40 9,67 7,14 7,81 7,99 7,99 9,04 10,44 11,16 9,88 9,88

PDRB - Harga Konstan (miliar Rp) 17.535 4.386 4.676 4.658 4.572 18.292 4.786 4.615 4.932 4.874 19.206

- Pertanian 3.307 850 930 908 645 3.333 1.110 737 881 768 3.496

- Penggalian 126 35 36 34 34 138 32 33 35 32 132

- Industri Pengolahan 2.481 615 617 636 661 2.528 634 626 661 659 2.581

- Listrik, Gas dan Air Bersih 152 40 41 42 43 166 43 44 43 43 172

- Konstruksi 1.580 377 421 431 503 1.733 359 403 468 496 1.726

- Perdagangan, Hotel dan Restoran 3.570 904 929 946 971 3.750 946 969 997 1.009 3.920

- Pengangkutan dan Komunikasi 1.762 450 463 473 489 1.875 477 488 499 502 1.967

- Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 1.592 405 411 438 441 1.695 439 464 459 458 1.820

- Jasa-jasa 2.965 709 827 750 786 3.072 747 851 888 906 3.392

Pertumbuhan PDRB (yoy %) 3,69 -0,05 8,42 6,16 7,14 4,31 9,12 -1,29 5,87 6,59 5,00

Nilai Ekspor Nonmigas (USD juta) 138,47 125,56 125,56 110,20

Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 41,49 36,62 36,62 34,97

Nilai Impor Nonmigas (USD juta) 59,80 42,62 42,62 45,03

Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 7,44 8,39 8,39 7,49

Keterangan :

1) Angka sangat sementara, angka triwulan III-2008 merupakan angka proyeksi 2) Angka Ekspor & Impor triwulan IV-2008 adalah sampai dengan Oktober-2008 Sumber : BPS DIY, diolah

(6)

vi Abstraksi

I II III IV I II III IV

Bank Umum

Total Aset (miliar Rp) 15.279 15.263 15.604 16.471 17.505 17.650 17.917 18.499 19.207

DPK (miliar Rp) 13.908 13.908 13.908 13.908 13.908 15.471 15.774 16.103 16.834

- Giro (miliar Rp) 2.595 2.609 2.581 2.826 2.886 2.764 2.790 2.759 2.637 - Tabungan (miliar Rp) 6.692 6.419 6.632 6.981 7.800 7.597 7.940 8.000 8.567 - Deposito (miliar Rp) 4.621 4.857 4.908 4.855 4.697 5.110 5.044 5.344 5.631 Kredit - berdasarkan lokasi kantor (miliar Rp) 6.616 6.586 7.104 7.543 7.989 8.052 8.667 9.218 9.138 - Modal Kerja 2.596 2.619 2.815 3.081 3.258 3.354 3.661 3.926 3.878 - Investasi 1.063 935 1.137 1.135 1.132 1.112 1.140 1.203 1.162

- Konsumsi 2.957 3.033 3.152 3.327 3.599 3.586 3.866 4.089 4.098

Loan to Deposit Ratio (%) 47,57 47,36 51,08 54,23 57,44 52,05 54,94 57,24 54,28 NPL Kredit - berdasarkan lokasi kantor - Gross (%) 3,72 3,64 6,34 5,57 4,67 4,91 4,55 4,57 1,98 Kredit UMKM (miliar Rp) 5.779 5.806 6.107 6.542 6.927 6.948 7.502 7.934 7.997 Kredit Mikro (<50 juta) (miliar Rp) 2.454 2.568 2.650 2.754 2.848 2.852 2.956 3.031 3.017 - Modal Kerja 429 440 463 482 503 529 605 644 665 - Investasi 215 217 223 216 199 202 194 211 218

- Konsumsi 1.811 1.912 1.964 2.056 2.146 2.121 2.157 2.177 2.134

Kredit Kecil (Rp50 juta < X < Rp500 juta) (miliar Rp) 1.934 1.898 1.991 2.135 2.269 2.297 2.520 2.774 2.838 - Modal Kerja 806 809 864 920 949 996 1.073 1.151 1.182 - Investasi 231 228 232 263 253 245 228 246 230 - Konsumsi 898 860 895 953 1.067 1.057 1.219 1.377 1.426 Kredit Menengah (Rp500 juta < X < Rp5 miliar) (miliar Rp) 1.391 1.340 1.466 1.653 1.811 1.799 2.026 2.130 2.142 - Modal Kerja 902 863 942 1.092 1.164 1.128 1.246 1.299 1.307 - Investasi 240 222 231 243 273 281 308 334 335 - Konsumsi 248 254 292 318 374 390 472 497 501 NPL Kredit UMKM Gross (%) 3,03 2,56 3,05 2,65 2,26 2,63 2,41 3,40 2,09

Bank Perkreditan Rakyat

Total Aset (miliar Rp) 1.128 1.175 1.266 1.353 1.454 1.491 1.577 1.660 1.712 DPK (miliar Rp) 821 878 939 1.000 1.067 1.128 1.146 1.162 1.183 - Tabungan (miliar Rp) 240 236 257 284 353 361 379 372 391 - Deposito (miliar Rp) 581 642 681 716 715 768 767 790 792 Kredit (miliar Rp) 861 901 988 1.063 1.070 1.132 1.255 1.345 1.337 - Modal Kerja 378 392 414 455 465 483 504 546 572 - Investasi 56 61 68 83 87 102 111 115 118 - Konsumsi 427 448 506 525 518 547 641 684 647 Loan to Deposit Ratio (%) 104,93 102,58 105,27 106,26 100,26 100,32 109,53 115,75 113,05 NPL Gross (%) 10,41 10,60 9,04 8,47 7,86 8,05 7,24 6,71 6,33

I n d i k a t o r 2006 2007 2008

Kinerja Perbankan DIY sampai dengan triwulan IV-2008 menunjukkan peningkatan yang cukup menggembirakan dari sisi Aset dan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang masing-masing tumbuh sebesar 3,77% (qtq) dan 4,35% (qtq). Sedangkan kredit mengalami tumbuh negatif -0,82%, menurun sangat signifikan dibandingkan triwulan III-2008 sebesar 6,45% (qtq).

Pertumbuhan ekonomi DIY triwulan I-2009 diperkirakan mencapai 4,26% (yoy) dan 2,38% (qtq). Faktor risiko yang diprakirakan dapat memberi pengaruh negatif terhadap kinerja ekonomi DIY triwulan I-2009 adalah masih berlanjutnya pelemahan ekonomi global yang dikhawatirkan akan diikuti dengan pemutusan hubungan kerja.

(7)

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta

Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Illahi Robbi karena atas rahmat dan karunia-Nya, Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2008 yang sebelumnya diterbitkan dengan judul Kajian Ekonomi Regional (KER) Daerah Istimewa Yogyakarta, dapat hadir di tangan pembaca. Laporan ini yang kami buat dengan format baru, selain dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan intern Bank Indonesia, juga diharapkan dapat

memenuhi kebutuhan pihak ekstern (external stakeholders) terhadap informasi perkembangan

ekonomi regional, maupun perkembangan moneter, perbankan dan sistem pembayaran, serta informasi beberapa hasil survei yang kami lakukan.

Tidaklah berlebihan kiranya, apabila kami sampaikan bahwa Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ini merupakan salah satu publikasi dengan informasi yang relatif lengkap mengenai indikasi makro perekonomian suatu daerah. Di samping itu, laporan ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi Pemerintah Daerah, Dinas

terkait atau stakeholders lainnya dalam mengambil kebijakan.

Sehubungan dengan hal tersebut, atas nama Bank Indonesia Yogyakarta, pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang diperlukan. Kami menyadari bahwa masih terdapat beberapa pihak yang belum sepenuhnya memiliki persepsi yang sama mengenai pentingnya informasi/data ekonomi daerah, terbukti dari masih dijumpainya kendala dalam survei-survei yang kami lakukan maupun terlambatnya penyampaian data yang kami perlukan. Oleh karena itu kami berharap agar hubungan yang lebih baik dapat terjalin di masa mendatang. Terlepas dari hal itu, kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak untuk lebih meningkatkan kualitas kajian ini, sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar.

Semoga Tuhan Yang Maha Pemurah senantiasa melimpahkan ridho-Nya dan memberikan kemudahan kepada kita semua dalam mengupayakan hasil kerja yang lebih baik.

Yogyakarta, Februari 2009 BANK INDONESIA YOGYAKARTA

(8)

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta

viii

Daftar Isi

Daftar Isi

ABSTRAKSI ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GRAFIK ... xii

RINGKASAN EKSEKUTIF ... 1

BAB 1 PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI ... 9

1. Pertumbuhan Ekonomi ... 9

1.1 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan ... 9

1.2 Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan ... 10

2. Perkembangan PDRB Sisi Permintaan ... 11

2.1. Konsumsi Rumah Tangga ... 11

2.2. Konsumsi Pemerintah ... 11

2.3. Investasi (PMTB) ... 12

2.4. Lainnya ... 12

3. Perkembangan PDRB Sisi Penawaran ... 13

3.1. Sektor Pertanian ... 13

3.2. Sektor Penggalian ... 14

3.3. Sektor Industri Pengolahan ... 14

3.4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih ... 15

3.5. Sektor Bangunan ... 15

3.6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ... 16

3.7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ... 17

3.8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan ... 18

3.9 Sektor Jasa-jasa ... 18

Boks : Dampak Krisis Global terhadap Kinerja Ekspor DIY ... 19

Survei Biaya Hidup Mahasiswa DIY Tahun 2008 ... 22

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI ... 27

1. Gambaran Umum ... 27

2. Inflasi Triwulanan ... 27

3. Inflasi Bulanan ... 28

3.1. Inflasi Oktober ... 29

(9)

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta

Daftar Isi

3.3. Inflasi Desember ... 30

3. Inflasi Tahunan ... 30

4. Inflasi Tahun Kalender Kota-kota di Pulau Jawa ... 31

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN ... 33

1. Gambaran Umum ... 33

1.1. Perkembangan Kelembagaan ... 33

1.2. Perkembangan Kinerja ... 33

2. Perkembangan Bank Umum ... 37

2.1. Kelembagaan ... 37

2.2. Aset dan Aktiva Produktif ... 38

2.3. Penghimpunan Dana ... 39

2.4. Penyaluran dan Kualitas Kredit ... 40

2.5. Kredit UMKM ... 41

2.6.Undisbursed Loans ... 42

2.7. Kredit Properti ... 42

2.8. Fungsi Intermediasi, Likuiditas dan Profitabilitas ... 44

3. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat ... 45

3.1. Kelembagaan ... 45

3.2. Aset ... 45

3.3. Penghimpunan Dana ... 46

3.4. Penyaluran dan Kualitas Kredit ... 46

3.5. Fungsi Intermediasi ... 48

4. Perkembangan Perbankan Syariah ... 49

4.1. Aset ... 49

4.2. Penghimpunan Dana ... 50

4.3. Penyaluran dan Kualitas Pembiayaan ... 50

4.4. Fungsi Intermediasi ... 50

BAB 4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ... 51

1. Sistem Pembayaran Tunai ... 51

1.1. Aliran Uang Masuk (Cash Inflow) dan Aliran Uang Keluar (Cash Outflow) 51 1.2. Penukaran Uang ... 52

1.3. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) ... 52

1.4. Temuan Uang Palsu ... 53

2. Sistem Pembayaran Non Tunai ... 54

(10)

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta

x

Daftar Isi

Daftar Isi

1.2. Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) ... 55

BAB 5 KEUANGAN DAERAH ... 57

1. Gambaran Umum ... 57

2. Pendapatan Daerah ... 58

3. Belanja Daerah ... 60

4. RAPBD 2009 ... 62

Boks : Pengaruh Daya Serap APBD terhadap Perekonomian DIY ... 64

BAB 6 KETENAGAKERJAAN ... 69

1. Tenaga Kerja ... 69

2. Angkatan Kerja ... 69

3. Bekerja ... 70

4. Mencari Pekerjaan ... 71

5. Lowongan Kerja ... 73

6. Jumlah Perusahaan ... 73

7. Upah Minimum Provinsi ... 74

8. Transmigrasi ... 76

BAB 7 PROSPEK EKONOMI ... 77

1. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi ... 77

2. Perkiraan Inflasi Triwulanan ... 78

3. Perkiraan Inflasi Bulanan ... 79

LAMPIRAN: 1. PDRB DIY Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 ... 83

2. PDRB DIY Menurut Sektor Atas Dasar Harga Berlaku ... 84

3. Realisasi APBD Pemerintah Propinsi/Kabupaten/Kota ... 85

4. Indikator Perbankan - Propinsi DIY ... 86

5. Indikator Bank Umum - Propinsi DIY ... 88

6. Indikator Bank Umum - Kabupaten Bantul ... 89

7. Indikator Bank Umum - Kabupaten Gunungkidul ... 90

8. Indikator Bank Umum - Kabupaten Kulonprogo ... 91

9. Indikator Bank Umum - Kabupaten Sleman ... 92

(11)

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta

Daftar Isi

11. Indikator BPR - Propinsi DIY ... 94

12. Indikator BPR - Kabupaten Bantul ... 94

13. Indikator BPR - Kabupaten Gunungkidul ... 95

14. Indikator BPR - Kabupaten Kulonprogo ... 95

15. Indikator BPR - Kabupaten Sleman ... 96

16. Indikator BPR - Kota Yogyakarta ... 96

17. Laporan Survei Konsumen ... 97

18. Laporan Survei Penjualan Eceran ... 111

19. Laporan Survei Kegiatan Dunia Usaha ... 119

(12)

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta

xii

Daftar tabel

Daftar Tabel

Tabel 1.1. PDRB Sisi Permintaan. ... 11

Tabel 1.2. PDRB Sisi Penawaran ... 13

Tabel 2.1. Inflasi Menurut Kelompok ... 27

Tabel 2.2. Inflasi Bulanan ... 28

Tabel 2.3. Subkelompok Penyumbang Terbesar terhadap Inflasi Bulanan ... 29

Tabel 2.4. Komoditas Penyumbang Terbesar terhadap Inflasi Bulanan ... 30

Tabel 2.5. Komoditas Penyumbang dan Penghambat Inflasi Terbesar ... 31

Tabel 3.1. Jaringan Kantor Perbankan ... 33

Tabel 3.2. Aset Perbankan ... 34

Tabel 3.3. Dana Pihak Ketiga Perbankan ... 34

Tabel 3.4. Kredit Perbankan ... 35

Tabel 3.5. Loan to Deposit Ratio Perbankan ... 36

Tabel 3.6. Jumlah Kantor Pelayanan Bank Umum ... 37

Tabel 3.7. Indikator Bank Umum ... 38

Tabel 3.8 Dana Pihak Ketiga Bank Umum ... 39

Tabel 3.9 Kredit Bank Umum ... 40

Tabel 3.10. Kredit UMKM Bank Umum ... 41

Tabel 3.11. Kredit Properti Bank Umum ... 43

Tabel 3.12. Aset Bank Perkreditan Rakyat ... 45

Tabel 3.13. Dana Pihak Ketiga Bank Perkreditan Rakyat ... 46

Tabel 3.14. Kredit Bank Perkreditan Rakyat ... 47

Tabel 3.15.Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Perkreditan Rakyat ... 48

Tabel 3.16. Indikator Perbankan Syariah ... 49

Tabel 4.1. Indikator Sistem Pembayaran Tunai ... 51

Tabel 4.2. Penukaran Uang Pecahan Kecil ... 52

Tabel 4.3. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) ... 53

Tabel 4.4. Temuan Uang Palsu yang Dilaporkan ... 53

Tabel 4.5. Indikator Sistem Pembayaran Non Tunai ... 54

Tabel 5.1. Realisasi APBD ... 57

Tabel 5.2. Realisasi Pendapatan Daerah ... 59

Tabel 5.3. Realisasi Belanja Daerah ... 61

Tabel 5.4. RAPBD 2009 ... 62

Tabel 6.1. Angkatan Kerja ... 70

Tabel 6.2. Indikator Ketenagakerjaan ... 70

Tabel 6.3. Penduduk Bekerja ... 71

(13)

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta

Daftar tabel

Tabel 6.5. Jumlah Perusahaan ... 74

Tabel 6.6. Transmigrasi ... 76

Tabel 7.1. Perkiraan Laju Pertumbuhan Ekonomi ... 77

Tabel 7.2. Perkiraan Inflasi Triwulanan ... 78

(14)

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta

xiv

Daftar Grafik

Daftar Grafik

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi ... 9

Grafik 1.2. Komposisi PDRB Sisi Permintaan ... 11

Grafik 1.3. Komposisi PDRB Sisi Penawaran ... 13

Grafik 2.1. Inflasi Yogyakarta ... 27

Grafik 2.2. Sumbangan Komponen Inflasi Oktober ... 29

Grafik 2.3. Sumbangan Komponen Inflasi November ... 29

Grafik 2.4. Sumbangan Komponen Inflasi Desember ... 30

Grafik 2.5. Inflasi kota Yogyakarta dan Nasional ... 31

Grafik 2.6. Inflasi Kota-Kota di Pulau Jawa ... 31

Grafik 3.1. Indikator Perbankan ... 34

Grafik 3.2. Pertumbuhan Aset, DPK & Kredit ... 35

Grafik 3.3. Non Performing Loans Perbankan ... 36

Grafik 3.4. Komposisi Kredit Perbankan ... 36

Grafik 3.5. Pertumbuhan Kredit Perbankan - Jenis Penggunaan ... 36

Grafik 3.6. DPK Perbankan dan BI Rate ... 37

Grafik 3.7. Komposisi DPK dan Kredit Perbankan ... 37

Grafik 3.8. Indikator Bank Umum ... 38

Grafik 3.9 Kredit UMKM Bank Umum ... 41

Grafik 3.10Undisbursed Loans Bank Umum ... 42

Grafik 3.11Non Performing Loans Bank Umum ... 44

Grafik 3.12 Komposisi Kredit Bank Umum ... 45

Grafik 3.13 DPK Bank Umum dan Inflasi ... 45

Grafik 3.14 Komposisi DPK dan Inflasi ... 45

Grafik 3.15 Penyebaran Jaringan Kantor BPR ... 45

Grafik 3.16 Indikator BPR ... 45

Grafik 3.17Non Performing Loans BPR ... 46

Grafik 3.18 Komposisi Kredit BPR ... 47

Grafik 3.19 DPK BPR dan BI rate ... 48

Grafik 3.20 Komposisi DPK dan Kredit BPR ... 48

Grafik 3.21 Indikator Perbankan Syariah ... 49

Grafik 3.22 Non Performing Financing Perbankan Syariah ... 50

Grafik 3.23 DPK Perbankan Syariah dan Inflasi ... 50

Grafik 3.24 Komposisi DPK dan Pembiayaan Perbankan Syariah ... 50

Grafik 4.1. Aliran Kas dan PTTB ... 51

Grafik 4.2. Transaksi Kliring ... 54

Grafik 4.3. Transaksi BI-RTGS ... 55

Grafik 7.1. Perkiraan Laju Pertumbuhan Ekonomi ... 77

(15)

Ringkasan Eksekutif

Ringkasan Eksekutif

Ringkasan Eksekutif

Ringkasan Eksekutif

Ringkasan Eksekutif

TINJAUAN UMUM TRIWULAN IV-2008

Perkembangan Makroekonomi

Libur panjang akhir tahun dalam rangka memperingati hari besar keagamaan dan tahun baru menyebabkan peningkatan kunjungan wisatawan di Yogyakarta. Pengembangan pariwisata di DIY dengan konsep "Desa Wisata" dan penghargaan yang diterima sebagai "Destinasi Wisata Terbaik Luar Negeri" dari Pemerintah Malaysia disinyalir turut memberikan kontribusi terhadap peningkatan kinerja sektor Pariwisata. Positifnya kinerja Pariwisata yang tercermin dari kinerja sektor Perdagangan Hotel & Restoran, sektor Pengangkutan & Komunikasi dan sektor Jasa-jasa diperkirakan menjadi motor penggerak ekonomi DIY triwulan IV-2008.

Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi DIY mengalami percepatan pertumbuhan sebesar 6,59% (yoy), lebih cepat dari pertumbuhan yang terjadi pada triwulan III-2008 yakni 5,87% (yoy) namun lebih rendah dibanding triwulan yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai 7,14% (yoy). Percepatan ini disebabkan oleh peningkatan kinerja pada sektor dominan, yaitu sektor Pertanian sebesar 19,14% (yoy), karena telah kembalinya siklus tanam kepada siklus normal dimana pada tahun 2007 terjadi pergeseran musim tanam selama satu periode.

Secara triwulanan, ekonomi DIY pada triwulan IV-2008 diperkirakan tumbuh negatif sebesar 1,17% (qtq), mengalami penurunan kinerja dibanding triwulan III-2008 yang mengalami ekspansi 6,85% (qtq). Andil sektoral terbesar terhadap pertumbuhan triwulan ini diperkirakan berasal dari sektor Bangunan. Di sisi permintaan, komponen yang akan memberikan andil terbesar diperkirakan terjadi pada komponen Investasi (PMTB).

Dengan perkembangan ini, maka pertumbuhan ekonomi DIY tahun 2008 diperkirakan mencapai kisaran 5,00%, tumbuh lebih cepat jika dibanding tahun 2007 sebesar 4,31% dan lebih tinggi dibandingkan perkiraan pada awal tahun sebesar 4,00%-4,50%. Faktor-faktor yang menjadi sentimen positif tumbuhnya ekonomi DIY tahun 2008 adalah panen raya, banyaknya libur panjang dan membaiknya kinerja konsumsi Pemerintah. Sedangkan faktor risiko yang diprakirakan dapat memberi pengaruh negatif terhadap kinerja ekonomi DIY adalah kenaikan harga BBM, kurang lancarnya konversi minyak tanah ke gas yang diikuti

Libur panjang akhir tahun mendorong pertumbuhan kinerja Perdagangan Hotel & Restoran, sektor Pengangkutan & Komunikasi dan sektor Jasa-jasa yang memberi kontribusi percepatan ekonomi DIY pada triwulan IV-2008 ...

(16)

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2008

2 Ringkasan Eksekutif

Laju inflasi Kota Yogyakarta tercatat sebesar 9,88% (yoy), berada di bawah inflasi Nasional, berkat kerjasama dan koordinasi antar instansi terkait...

dengan penghapusan subsidi minyak tanah, kelangkaan pupuk dan dampak dari krisis keuangan global.

Inflasi

Laju inflasi Kota Yogyakarta yang dihitung dari Indeks Harga Konsumen (IHK) pada triwulan IV-2008 tercatat sebesar 9,88% (yoy) sedikit melemah dibandingkan dengan triwulan III-2008 yang tercatat sebesar 11,16% (yoy). Angka ini berada pada kisaran 9,00%-10,00% sebagaimana yang telah diperkirakan sebelumnya, namun berada di atas estimasi titik sebesar 9,37% (yoy). Hal ini disebabkan adanya kenaikan harga minyak dunia yang diikuti dengan kenaikan harga BBM di dalam negeri, juga kenaikan harga pangan dunia yang imbasnya juga dirasakan di dalam negeri. Disamping itu, inflasi tahunan Kota Yogyakarta tahun 2008 berada di bawah inflasi Nasional yang tercatat sebesar 11,06% (yoy), dimana sebelum Mei 2008 inflasi Kota Yogyakarta selalu berada di atas inflasi Nasional. Hal ini berkat kerjasama dan koordinasi yang erat antar instansi terkait di Provinsi DIY.

Inflasi Kota Yogyakarta pada triwulan IV-2008 sedikit tertahan, yaitu sebesar 0,58% (qtq), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada triwulan III-2008 sebesar 3,16% (qtq) dan juga lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun 2007 sebesar 2,59% (qtq).

Namun angka inflasi ini berada di bawah angka estimasi titik sebelumnya sebesar 2,25% (qtq). Dorongan permintaan seiring dengan libur panjang akhir tahun sehubungan dengan perayaan Idul Adha, Natal dan Tahun Baru mampu tertahan dengan penurunan harga bensin dan kecukupan stok pangan di DIY yang selanjutnya menyebabkan realisasi angka inflasi triwulan IV-2008 berada di bawah angka estimasinya.

Perbankan

Kinerja Perbankan DIY sampai dengan triwulan IV-2008 menunjukkan peningkatan yang cukup menggembirakan dari sisi Aset dan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang masing-masing tumbuh sebesar 3,77% (qtq) dan 4,35% (qtq). Lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan Aset dan DPK pada triwulan III-2008 yaitu masing-masing 3,42% (qtq) dan DPK 2,04% (qtq). Sedangkan kredit mengalami tumbuh negatif -0,82%, menurun sangat signifikan dibandingkan triwulan III-2008 sebesar 6,45% (qtq).

Kinerja Pebankan menunjukkan peningkatan yang cukup

(17)

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2008

Secara tahunan, peningkatan Aset Perbankan DIY hingga bulan November 2008 sebesar 15,50% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan Aset Perbankan Nasional yang hingga November 2008 tercatat sebesar 21,49% (yoy).

Berdasarkan jenis usahanya, peningkatan Aset Perbankan Syariah terlihat lebih tinggi jika dibandingkan dengan peningkatan Aset Perbankan Konvensional, yaitu masing-masing sebesar 3,35% (qtq) dan 14,57% (qtq). Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah yang lebih tinggi tersebut selanjutnya mampu mendongkrak pangsanya dari 3,71% pada triwulan III-2008 menjadi 4,09% pada triwulan laporan.

Dana Pihak ketiga (DPK) dari masyarakat yang berhasil dihimpun oleh Perbankan DIY tumbuh sebesar 4,35% (qtq), didorong oleh peningkatan BI Rate sebagai suku bunga acuan simpanan Perbankan yang mencapai 9,50% dan meningkatnya nilai simpanan yang dijamin Pemerintah melalui Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dari Rp100.000.000 menjadi Rp2.000.000.000.

Peningkatan suku bunga Perbankan secara gradual mengikuti peningkatan BI Rate telah direspon oleh masyarakat maupun Perbankan, tercermin dari penurunan penyaluran Kredit sebesar 0,82% (qtq). Penyaluran Kredit Perbankan DIY sampai dengan bulan November 2008 tercatat sebesar 18,89% (ytd) masih berada di bawah penyaluran Kredit Perbankan Nasional yang pada bulan November 2008 tercatat sebesar 32,13% (ytd).

Penurunan Kredit Perbankan juga disertai dengan perbaikan kualitasnya yang ditunjukkan oleh penurunan rasio Non Performing Loans (NPLs). Rasio NPLs Perbankan DIY pada triwulan IV-2008 mengalami penurunan yang signifikan dari 4,84% menjadi 2,54%. Penurunan NPLs ini disebabkan oleh restrukturisasi kredit yang dilakukan Perbankan DIY. Hal ini dilaksanakan untuk mengantisipasi berakhirnya masa berlaku Peraturan Bank Indonesia nomor 8/10/PBI/2006 tentang Perlakukan khusus terhadap kredit Bank Pasca Bencana Alam di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Daerah Sekitarnya di Propinsi Jawa Tengah.

Pertumbuhan DPK yang lebih besar jika dibandingkan dengan pertumbuhan Kredit menyebabkan Loan to Deposit Ratio (LDR) Perbankan DIY mengalami penurunan menjadi 58,14%, lebih rendah dibandingkan LDR triwulan III-2008 yang tercatat sebesar 61,18%.

(18)

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2008

4 Ringkasan Eksekutif

...beberapa indikator sistem pembayaran mengalami penurunan terutama pada transaksi tunai...

Risiko Pasar Perbankan DIY yang dapat dilihat dari pertumbuhan DPK ternyata tetap terjaga. Peningkatan nilai penjaminan yang dilakukan oleh LPS menjadi Rp2.000.000.000 telah meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap Perbankan yang tercermin dari pertumbuhan DPK Perbankan.

Risiko Likuiditas Perbankan DIY yang tercermin dari komposisi DPK dibedakan berdasarkan jangka waktunya serta penyaluran Kreditnya, menunjukkan penurunan seiring dengan pelaksanaan Risk Control System-nya. Dana jangka panjang (Deposito) meningkat namun penyaluran Kredit yang juga memiliki jangka waktu panjang mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Sistem Pembayaran

Pada triwulan IV-2008 beberapa indikator sistem pembayaran tunai mengalami penurunan, yaitu jumlah rata-rata aliran uang yang masuk ke KBI Yogyakarta (cash inflow) dan jumlah rata-rata aliran uang yang keluar dari KBI Yogyakarta (cash outflow).

Jumlah rata-rata cash inflow per bulan pada triwulan IV-2008 turun 18,31% (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan III-2008, sedangkan jumlah rata-rata cash outflow juga mengalami penurunan sebesar 57,27% (qtq). Penurunan rata-rata cash inflow yang lebih rendah dibandingkan dengan penurunan rata-rata cash outflow menyebabkan aliran kas ke KBI Yogyakarta mengalami perubahan posisi dari rata-rata net cash outflow sebesar Rp52 miliar pada triwulan III-2008 menjadi rata-rata net cash inflow sebesar Rp173 miliar pada triwulan IV-2008.

Posisi kas di KBI Yogyakarta mengalami peningkatan sebesar 76,55% (qtq) yang disebabkan masuknya kembali uang yang beredar di masyarakat ke perbankan. Selain itu akhir tahun merupakan waktu rekonsiliasi bagi perusahaan swasta sehingga dana yang tersimpan di perbankan meningkat.

Transaksi non tunai melalui kliring pada triwulan IV-2008 mengalami penurunan baik dilihat dari rata-rata nominal per hari maupun rata-rata warkat per hari. Rata-rata nominal kliring per hari turun 0,51% (qtq), sedangkan rata-rata warkat per hari turun sebesar 4,29% (qtq). Di sisi lain transaksi BI-RTGS mengalami peningkatan di sisi incoming transfer, namun menurun di sisi outgoing transfernya, jika dilihat dari rata-rata nominalnya. Namun jika dilihat dari rata-rata warkatnya, mengalami peningkatan baik di sisi incoming transfer maupun outgoing transfer.

Keuangan Pemerintah Daerah

Berdasarkan data gabungan rencana dan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten, Kota dan Provinsi di DIY (terdiri dari Kab.

(19)

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2008

Gunungkidul s.d. Triwulan-III 2008, Kab. Kulonprogo s.d. Oktober 2008, Kab. Sleman s.d. November 2008, Kab. Bantul s.d. Tw-IV 2008) untuk semester II tahun 2008, kinerja keuangan Pemerintah Daerah dilihat dari sisi penerimaan dan pengeluaran pencapaiannya cukup baik, namun terlihat belum optimal. Pos Pendapatan mampu terealisasi sebesar Rp2.957 miliar atau 94,57% dari anggaran yang ditetapkan sebesar Rp3.128 miliar. Sedangkan pos Belanja hanya terealisasi sebesar Rp2.666 miliar atau 82,27% dari anggaran yang telah ditetapkan sebesar Rp3.240 miliar. Dengan demikian, terjadi surplus anggaran sebesar Rp292 miliar, padahal sebelumnya keuangan pemerintah daerah ditetapkan defisit sebesar Rp113 miliar.

Untuk tahun 2009, berdasarkan gabungan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Pemerintah Kabupaten, Kota dan Provinsi di DIY (terdiri dari Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten Kulonprogo), tampak bahwa terjadi penurunan anggaran pendapatan dan penurunan anggaran belanja masing-masing sebesar 28,57% dan 16,67%. Keuangan Pemerintah Kabupaten, Kota dan Provinsi di DIY pada tahun 2009 diperkirakan defisit sebesar 109 miliar.

Sumber pendapatan RAPBD 2009 yang tercatat sebesar Rp2.112 miliar diharapkan masih berasal dari Pendapatan Transfer sebesar Rp1.946 miliar atau memiliki pangsa 92,11% dengan penurunan sebesar 20,93% dari APBD 2008 sebesar Rp2.461 miliar.

Pengeluaran Pemerintah Kabupaten, Kota dan Provinsi di DIY pada tahun 2009 yang direncanakan sebesar Rp.2.222 miliar, hampir seluruhnya (86,53%) dialokasikan untuk Belanja Operasi sebesar Rp1.922 miliar. Pos Belanja ini turun 11,76% jika dibandingkan dengan APBD 2008 yang tercatat sebesar Rp2.178 miliar. Sebagian besar (77,58%) dari Belanja Operasi ini dialokasikan untuk untuk Belanja Pegawai dengan anggaran sebesar Rp1.491 miliar. Di sisi lain, Belanja Modal yang merupakan belanja non rutin namun mencerminkan realisasi proyek-proyek Pemerintah, justru direncanakan turun sebesar 35,07% dari APBD 2008 sebesar Rp453 miliar menjadi Rp294 miliar pada RAPBD 2009. Dengan demikian, untuk tahun 2009, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah di wilayah DIY diperkirakan defisit sebesar Rp109 miliar.

Ketenagakerjaan

Jumlah penduduk di Provinsi DIY pada tahun 2007 diperkirakan sebanyak 3.326.879 orang, yang tergolong sebagai tenaga kerja (berusia 15 tahun ke atas) sebanyak 2.582.675 orang, 70,22% diantaranya tergolong sebagai angkatan kerja,

(20)

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2008

6 Ringkasan Eksekutif

Perekonomian DIY triwulan I-2009 diprakirakan tumbuh 4,26% (yoy)...

sisanya bukan angkatan kerja yang sedang mengikuti sekolah atau kegiatan lainnya. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tercatat sebesar 5,41%.

Separuh angkatan kerja DIY hanya mengenyam pendidikan dasar bahkan tidak tamat sekolah dasar. Namun sejalan dengan program pemerintah mengenai usia wajib belajar, jumlah angkatan kerja tidak tamat/tamat SD diperkirakan turun sebesar -9,32% jika dibandingkan dengan tahun 2000. Penduduk DIY yang bekerja pada tahun 2007 diperkirakan sebanyak 1.808.159 orang dan banyak bekerja di sektor Pertanian yaitu sebesar 37,95%, dan terutama pada subsektor tanaman pangan. Penyerapan sektor Pertanian semakin berkurang sejalan dengan penyusutan lahan pertanian serta keengganan para calon tenaga kerja sehingga beralih ke sektor Jasa dan sektor Perdagangan.

UMP DIY tahun 2009 ditetapkan sebesar Rp700.000,00, atau naik 19,45% dari UMP tahun 2008. UMP ini ditetapkan dalam Keputusan Gubernur tanggal 1 November 2008 tentang Penetapan Upah Minimum Provinsi Tahun 2009. Angka UMP ini berada di bawah usulan Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) berdasarkan hasil survey KHL tahun 2008 sebesar Rp820.250,00 namun berada di atas usulan Dewan Pengupahan Provinsi DIY sebesar Rp678.500,00.

Prospek Triwulan I-2009

Prospek Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian DIY triwulan I-2009 diprakirakan tumbuh 4,26% (yoy), lebih lambat dibanding triwulan yang sama pada tahun sebelumnya yang tumbuh 9,12% (yoy) dan sedikit lebih lambat jika dibanding triwulan IV-2008 yang diprakirakan tumbuh 6,59% (yoy). Secara triwulanan, pertumbuhan ekonomi DIY diprakirakan tumbuh positif yakni 2,38% (qtq), lebih tinggi dari prakiraan triwulan IV-2008 yang terkontraksi 1,17% (qtq).

(21)

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2008

....inflasi sampai dengan akhir triwulan I-2009 diprakirakan akan mencapai 10,86% (yoy)...

Selain itu tingkat okupansi hotel diprakirakan akan mengalami peningkatan yang siginifikan seiring dengan banyaknya liburan panjang dan kemungkinan adanya banyak aktivitas kampanye menjelang pelaksanaan pesta demokrasi tahun 2009. Meningkatnya aktivitas ini kemungkinan akan mendongkrak kinerja sektor Perdagangan, Hotel & Restoran dan sektor Jasa-jasa. Namun demikian, pertumbuhan pada sektor-sektor disebut diperkirakan tidak setinggi triwulan IV-2008 karena aktivitas liburan yang dilakukan masyarakat tidak sesering sebagaimana yang terjadi pada akhir tahun 2008.

Perkiraan Inflasi

Peningkatan harga diprakirakan masih berlanjut pada triwulan I-2009. Secara tahunan, inflasi triwulan I-2009 diprakirakan 10,86% (yoy) atau akan lebih cepat dibanding triwulan I-2008 yang mencapai 9,04% (yoy). Secara triwulanan, tekanan kenaikan harga diprakirakan sebesar 0,62% (qtq), sedikit lebih tinggi dibanding tekanan harga yang terjadi triwulan IV-2008 yang mencapai 0,58% (qtq).

Inflasi triwulan I-2009 diprakirakan masih dipicu oleh faktor musiman yaitu adanya perayaan hari keagamaan, seperti Imlek, Maulid Nabi dan Nyepi. Komoditas yang diprakirakan meningkat tajam adalah komoditas yang berasal dari kelompok Bahan Makanan yang mengalami inflasi sebesar 2,08%, diikuti oleh kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga sebesar 1,47% (qtq), kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau sebesar 1,42% (qtq) dan kelompok Kesehatan sebesar 1,42% (qtq).

(22)
(23)

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2008

Bab 1

Bab 1

Bab 1

Bab 1

Bab 1

P

P

P

P

Perkembangan Makroekonomi

erkembangan Makroekonomi

erkembangan Makroekonomi

erkembangan Makroekonomi

erkembangan Makroekonomi

PERTUMBUHAN EKONOMI

Libur panjang akhir tahun dalam rangka memperingati hari besar keagamaan dan tahun baru menyebabkan peningkatan kunjungan wisatawan di Yogyakarta. Pengembangan pariwisata di DIY dengan konsep "Desa Wisata" dan penghargaan yang diterima sebagai "Destinasi Wisata Terbaik Luar Negeri" dari Pemerintah Malaysia disinyalir turut memberikan kontribusi terhadap peningkatan kinerja sektor Pariwisata. Positifnya kinerja Pariwisata yang tercermin dari kinerja sektor Perdagangan Hotel & Restoran, sektor Pengangkutan & Komunikasi dan sektor Jasa-jasa diperkirakan menjadi motor penggerak ekonomi DIY triwulan IV-2008.

Secara triwulanan, ekonomi DIY pada triwulan IV-2008 diperkirakan tumbuh negatif, mengalami penurunan kinerja dibanding triwulan III-2008 yang mengalami ekspansi. Andil sektoral terbesar terhadap pertumbuhan triwulan ini diperkirakan berasal dari sektor Bangunan. Di sisi permintaan, komponen yang akan memberikan andil terbesar diperkirakan terjadi pada komponen Investasi (PMTB).

Pertumbuhan Ekonomi Tahunan

Laju pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) yaitu: nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) triwulan ini dibandingkan dengan nilai PDRB triwulan yang sama tahun sebelumnya pada posisi triwulan IV-2008 mengalami percepatan pertumbuhan sebesar 6,59% (yoy), lebih cepat dari pertumbuhan yang terjadi pada triwulan III-2008 yakni 5,87% (yoy) namun lebih rendah dibanding triwulan yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai 7,14% (yoy).

Percepatan ini disebabkan oleh peningkatan kinerja pada sektor dominan, yaitu sektor Pertanian sebesar 19,14% (yoy), karena telah kembalinya siklus tanam kepada siklus normal dimana pada tahun 2007 terjadi pergeseran musim tanam selama satu periode. Selanjutnya sektor Jasa-jasa tumbuh sebesar 15,29% (yoy) diikuti oleh sektor Perdagangan, Hotel & Restoran, sektor Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan dan sektor Pengangkutan & Komunikasi masing-masing tumbuh sebesar 3,93% (yoy), 3,86% (yoy) dan 2,63% (yoy).

Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi 5,87 6,59 7,14 2,58 6,85 -1,17 -1,84 -2,73 -16 -12 -8 -4 0 4 8 12 16 20 20 06 -1 20 06 -2 20 06 -3 20 06 -4 20 07 -1 20 07 -2 20 07 -3 20 07 -4 20 08 -1 20 08 -2 20 08 -3 20 08 -4 % (qtq) -8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8 10 12

Sumber: B P S DIY, dio lah.

% (yoy)

(24)

10 Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2008

Sedangkan kinerja sektor-sektor non dominan justru menahan laju pertumbuhan ekonomi triwulan IV-2008 yaitu sektor Penggalian yang tumbuh negatif sebesar 4,31% (yoy) sebagai akibat dari kontraksi pada sektor Bangunan sebesar -1,50% (yoy). Sedangkan sektor Industri Pengolahan dan sektor Listrik, Gas & Air Bersih juga mengalami pertumbuhan negatif, masing-masing sebesar 0,20% (yoy) dan 0,08% (yoy).

Di sisi Permintaan seluruh komponen diperkirakan mengalami pertumbuhan positif, kecuali Konsumsi Pemerintah yang mengalami pertumbuhan negatif sebesar 15,41% (yoy). Konsumsi Rumah Tangga, Investasi dan Lainnya masing-masing tumbuh sebesar 8,43% (yoy), 16,58% (yoy) dan 29,82% (yoy).

Dengan perkembangan ini, maka pertumbuhan ekonomi DIY tahun 2008 diperkirakan mencapai kisaran 5,00%, tumbuh lebih cepat jika dibanding tahun 2007 sebesar 4,31% dan lebih tinggi dibandingkan perkiraan pada awal tahun sebesar 4,00%-4,50%. Faktor-faktor yang menjadi sentimen positif tumbuhnya ekonomi DIY tahun 2008 adalah panen raya, banyaknya libur panjang dan membaiknya kinerja konsumsi Pemerintah. Sedangkan faktor risiko yang diprakirakan dapat memberi pengaruh negatif terhadap kinerja ekonomi DIY adalah kenaikan harga BBM, kurang lancarnya konversi minyak tanah ke gas yang diikuti dengan penghapusan subsidi minyak tanah, kelangkaan pupuk dan dampak dari krisis keuangan global.

Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan

Pada triwulan IV-2008, perekonomian DIY diperkirakan mengalami kontraksi. Hal ini antara lain disebabkan oleh terkoreksinya kinerja sektor Pertanian yang pada triwulan III-2008 mengalami pertumbuhan yang fantastis, yakni sebesar 19,46% (qtq) menjadi terkontraksi sebesar 12,76% (qtq). Dengan terkoreksinya kinerja sektor Pertanian, maka selanjutnya sektor ini memberikan andil negatif sebesar 2,28%. Sektor lainnya yang mengalami pertumbuhan negatif adalah sektor Penggalian, sektor Industri Pengolahan dan sektor Listrik, Gas & Air Bersih masing sebesar 7,51% (qtq), 0,30% (qtq) dan 1,97% (qtq) dengan andil masing-masing sebesar -0,05%, -0,04% dan -0,02%.

Sektor yang memiliki kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi DIY triwulan IV-2008 adalah sektor Bangunan sebesar 0,57% (qtq), diikuti oleh sektor Jasa-jasa, sektor Perdagangan, Hotel & Restoran dan sektor Jasa-jasa masing-masing sebesar 0,37%, 0,25% dan 0,05%.

(25)

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2008

Tangga sebesar 2,62% (qtq). Sedangkan komponen Lainnya dan Konsumsi Pemerintah terkontraksi masing-masing sebesar 30,76% (qtq) dan 27,01%.

Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi DIY pada triwulan IV-2008 diprediksi akan tumbuh negatif 1,17% (qtq), lebih rendah dibanding triwulan III-2008 yang tumbuh positif 6,85%. Dengan perkembangan ini, nilai output riil perekonomian DIY pada triwulan laporan yang diukur berdasarkan nilai PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 diperkirakan tercatat sebesar Rp4.874 miliar.

PERKEMBANGAN PDRB SISI PERMINTAAN

Konsumsi Rumah Tangga

Pertumbuhan tahunan Konsumsi Rumah Tangga tercatat sebesar 8,43% (yoy), lebih cepat dibanding triwulan yang sama pada tahun sebelumnya sebesar 4,11% (yoy) dan juga lebih cepat dibanding triwulan III-2008 yang mencapai 4,46% (yoy). Pada triwulan IV-2008 ini, nilai riil Konsumsi Rumah Tangga diperkirakan sebesar Rp2.256 miliar atau naik 6,06% (qtq) dibanding pada triwulan III-2008, dan pangsanya naik dari 43,13% pada triwulan III-2008 menjadi 46,29% pada triwulan laporan. Percepatan Konsumsi Rumah Tangga diperkirakan didorong oleh peningkatan konsumsi terkait dengan liburan panjang pada akhir tahun dalam rangka memperingati hari raya Natal, Idul Adha dan Tahun Baru.

Konsumsi Pemerintah

Konsumsi Pemerintah diperkirakan terkontraksi sebesar 15,41% (yoy) atau lebih lambat dibanding triwulan yang sama pada tahun sebelumnya yang mengalami ekspansi sebesar 6,01% (yoy) dan juga lebih lambat dibanding triwulan III-2008 yang tumbuh 35,66% (yoy). Secara triwulanan, Konsumsi Pemerintah mengalami kontraksi sebesar 27,01% (qtq) dibanding triwulan III-2008 yang

Grafik 1.2 Komposisi PDRB Sisi Permintaan

Konsumsi Rumah Tangga 46,29%

Konsumsi Pemerintah 16,83% PMTB (Investasi)

32,24% Lainnya

4,64%

% (yoy)

yoy qtq yoy qtq Andil (qtq) Pangsa Nilai1 1 Konsumsi Rumah Tangga 1,41 1,15 1,28 2,91 4,11 2,17 2,67 2,32 4,46 3,24 8,43 6,06 2,62 46,29 2.256 4,50 2 Konsumsi Pemerintah 7,60 -11,07 19,81 -4,66 6,01 7,51 10,14 9,35 35,66 6,31 -15,41 -27,01 -6,16 16,83 820 8,90 3 Investasi (PMTB) 8,71 -5,36 3,28 2,54 1,71 2,74 -9,20 -0,56 6,51 13,08 16,58 16,04 4,40 32,24 1.571 3,83 4 Lainnya -7,06 46,05 39,71 74,00 500,80 14,30 85,96 -38,89 -37,45 8,76 29,82 -30,76 -2,03 4,64 226 2,59

3,69 -0,05 8,42 6,16 7,14 4,31 9,12 -1,29 5,87 6,85 6,59 -1,17 -1,17 100,00 4.874 5,00

Keterangan:

1) PDRB Harga Konstan Tahun 2000 (miliar Rp). *) Angka sementara.

**) Angka sangat sementara. f Angka perkiraan/proyeksi Sumber: BPS Propinsi DIY, diolah.

Total 2008

Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Sisi Permintaan

III

III**

Total

No Jenis Penggunaan 2006

IV 2007*

IVf

(26)

12 Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2008

mengalami ekspansi 6,31% (qtq). Dengan perkembangan ini, Konsumsi Pemerintah dalam perekonomian DIY memberikan andil negatif yaitu sebesar 6,16%, sehingga pangsanya turun dari 22,79% pada triwulan III-2008 menjadi 16,83% di triwulan laporan. Nilai riil Konsumsi Pemerintah diperkirakan tercatat sebesar Rp820 miliar pada triwulan laporan. Penurunan Konsumsi Pemerintah ini diperkirakan hanya merupakan faktor koreksi, setelah pada triwulan III-2008 mengalami pertumbuhan positif sebagai akibat dimulainya pembangunan fisik oleh pemerintah setelah pencairan anggaran pada triwulan II-2008.

Investasi

Nilai riil Investasi pada triwulan laporan diperkirakan tumbuh 16,58% (yoy) pada triwulan IV-2008 atau lebih cepat dari pertumbuhan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 1,71% (yoy) dan lebih cepat dibanding triwulan III-2008 yang tumbuh sebesar 6,51%. Secara triwulanan, nilai riil investasi di DIY pada triwulan IV-2008 yang diukur dari nilai tambah Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTB) mengalami ekspansi sebesar 16,04% (qtq) dan memberikan andil tertinggi terhadap pembentukan PDRB triwulan IV-2008 sebesar 4,40%.

Ekspansi pertumbuhan investasi ini pada triwulan ini, selain dikarenakan mulainya beberapa pembangunan fisik oleh investor asing (seperti pembangunan instalasi penangkap gas metan dan pembangunan pabrik pupuk kompos), juga disebabkan masih berlangsungnya pelaksanaan pengadaan barang dan jasa oleh pemerintah. Peningkatan Investasi ini diharapkan dapat terus meningkat seiring dengan usaha pemerintah DIY untuk memudahkan pengurusan perijinan dengan mendirikan satuan kerja baru yang akan efektif menjalankan tugasnya pada tahun 2009, yaitu Badan Penanaman Modal Kerja DIY.

Dengan kondisi tersebut di atas, pangsa investasi terhadap total PDRB DIY pada triwulan IV-2008 diperkirakan menjadi sebesar 32,24%, naik dibandingkan dengan triwulan III-2008 yang tercatat 27,46%. Nilai riil Investasi pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp1.571 miliar.

Lainnya

(27)

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2008

III-2008 mengalami ekspansi. Komponen Lainnya pada triwulan laporan mengalami penurunan dari Rp326 miliar menjadi sebesar Rp226 miliar.

Berakhirnya panen raya kedua yang terjadi pada triwulan III-2008 selanjutnya mengakibatkan penurunan kinerja sektor Pertanian yang selanjutnya menyebabkan surplus perdagangan antar daerah mengalami penurunan.

PERKEMBANGAN PDRB SISI PENAWARAN

Secara sektoral, pertumbuhan ekonomi DIY terutama sangat dipengaruhi oleh aktivitas panen raya, datangnya tahun baru, aktivitas pembiayaan oleh pemerintah, fluktuasi harga barang-barang industri dan meningkatnya kegiatan wisata lokal terkait dengan liburan panjang. Secara umum, andil negatif pada sektor Pertanian telah mengakibatkan penurunan kondisi ekonomi DIY, sehingga perekonomian DIY mengalami kontraksi namun dengan angka pertumbuhan negatif yang relatif kecil karena diimbangi dengan peningkatan kegiatan Pariwisata terkait libur panjang akhir tahun.

Sektor Pertanian

Pada triwulan laporan, kinerja sektor Pertanian secara tahunan diperkirakan tumbuh positif 19,14% (yoy), lebih cepat dibanding triwulan yang sama pada tahun sebelumnya yang tumbuh 13,52% (yoy) dan lebih cepat dibanding triwulan III-2008 yang tumbuh negatif 2,99%. Pertumbuhan tahunan yang negatif ini disebabkan musim tanam telah kembali kepada siklus normal, dimana pada tahun 2007 terjadi pergeseran musim tanam akibat anomali musim. Di sisi lain, pada pertumbuhan triwulanan, sektor ini justru mengalami pertumbuhan negatif terbesar yakni sebesar 12,76% (qtq) pada triwulan IV-2008, merupakan faktor

Grafik 1.3 Komposisi PDRB Sisi Penawaran

Penggalian 0,66%

Listrik, Gas & Air Bersih 0,87% Pengangkutan & Komunikasi 10,30% Keuangan, Persewaan & Jasa

Perusahaan 9,40% Jasa-jasa 18,60% Industri Pengolahan 13,53% Pertanian 15,77% Bangunan 10,17% Perdagangan,

Hotel & Restoran 20,70%

%(yoy)

yoy qtq yoy qtq Andil (qtq) Pangsa Nilai

1 1 Pertanian 3,80 13,74 10,87 21,44 13,52 0,80 30,49 -20,72 -2,99 19,46 19,14 -12,76 -2,28 15,77 768 4,88 2 Penggalian 3,11 12,46 21,49 10,29 -5,03 9,69 -8,06 -6,44 1,21 4,18 -4,31 -7,51 -0,05 0,66 32 -4,44 3 Industri Pengolahan 0,73 1,29 -3,54 4,81 9,40 1,89 3,09 1,52 4,00 5,64 -0,20 -0,30 -0,04 13,53 659 2,08 4 Listrik, Gas & Air Bersih -0,23 9,03 11,37 13,53 3,46 8,51 6,37 5,59 3,95 -0,87 -0,08 -1,97 -0,02 0,87 43 3,91 5 Bangunan 13,28 -8,18 21,82 5,06 -0,67 9,66 -4,80 -4,24 8,46 15,98 -1,50 5,98 0,57 10,17 496 -0,41 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 3,62 1,78 7,16 6,53 6,37 5,06 4,64 4,28 5,30 2,89 3,93 1,23 0,25 20,70 1.009 4,53 7 Pengangkutan & Komunikasi 5,28 2,35 6,77 7,44 5,84 6,45 5,93 5,44 5,70 2,26 2,63 0,54 0,05 10,30 502 4,89 8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan -1,93 6,90 -4,34 15,56 22,32 6,49 8,27 12,78 4,90 -0,92 3,86 -0,29 -0,03 9,40 458 7,34 9 Jasa-jasa 4,04 -16,35 19,61 -11,55 1,19 3,61 5,36 2,80 18,44 4,39 15,29 2,08 0,37 18,60 906 10,40

3,69 -0,05 8,42 6,16 7,14 4,31 9,12 -1,29 5,87 6,85 6,59 -1,17 -1,17 100,00 4.874 5,00

Keterangan:

1) PDRB Harga Konstan Tahun 2000 (miliar Rp). *) Angka sementara.

**) Angka sangat sementara. f Angka perkiraan/proyeksi Sumber: BPS Propinsi DIY, diolah.

Total

(28)

14 Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2008

koreksi setelah pertumbuhan tinggi yang dialami oleh sektor ini pada triwulan III-2008 dimana pada triwulan III-III-2008 terjadi panen raya kedua.

Penurunan kinerja sektor Pertanian ini sejalan dengan penurunan Kredit untuk sektor Pertanian yang disalurkan oleh Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat masing-masing sebesar 1,18% (qtq) dan 4,32% (qtq).

Penurunan kinerja sektor Pertanian pada triwulan IV-2008 ini tercermin dari andil negatifnya yang mencapai 2,28% terhadap pertumbuhan triwulanan. Andil negatif ini merupakan andil negatif terbesar dibanding andil sektor-sektor lainnya, dikarenakan sektor Pertanian memang merupakan sektor yang mendominasi pembentukan PDRB DIY.

Dengan kondisi tersebut, nilai riil PDRB sektor Pertanian pada triwulan laporan diperkirakan mencapai sebesar Rp768 miliar dengan pangsa terhadap total PDRB DIY sebesar 15,77% atau turun dari pangsa triwulan III-2008 yang tercatat sebesar 17,86%. Pangsa sektor ini merupakan pangsa terbesar kedua setelah pangsa sektor Perdagangan, Hotel & Restoran yang mencapai 20,70%.

Sektor Penggalian

Kinerja sektor Penggalian diperkirakan mengalami kontraksi sebesar 7,51% (yoy) pada triwulan IV-2008, namun lebih cepat dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 5,03% (yoy), namun lebih lambat dibanding triwulan III-2008 yang mengalami ekspansi sebesar 1,21% (yoy). Demikian halnya dengan pertumbuhan triwulanan diperkirakan juga masih mengalami kontraksi dengan angka 7,51% (qtq), mengalami penurunan drastis dari triwulan III-2008 yang tercatat tumbuh positif sebesar 4,18% (qtq). Peningkatan kinerja sektor ini tercermin dari peningkatan pembiayaan Bank Umum ke sektor ini yang mengalami peningkatan sebesar 7,73% (qtq).

Selama triwulan IV-2008, ekspansi sektor Penggalian memberikan andil negatif 0,05% terhadap pertumbuhan triwulanan. Dengan kondisi ini, nilai riil PDRB sektor Penggalian tercatat sebesar Rp32 miliar, dengan pangsa yang menurun yakni 0,66%, lebih rendah dibanding pada triwulan III-2008 sebesar 0,70%.

Sektor Industri Pengolahan

(29)

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2008

Secara triwulanan, sektor Industri Pengolahan pada triwulan IV-2008 diperkirakan tumbuh negatif 0,30% (qtq), lebih rendah dibanding triwulan III-2008 yang tumbuh sebesar 5,64% (qtq). Faktor penyebab penurunan pertumbuhan sektor ini diduga disebabkan oleh penundaan pengiriman karena pembatalan pesanan dari luar negeri karena dampak krisis keuangan global. Namun demikian, Kredit Bank Umum dan BPR ke sektor ini justru mengalami peningkatan yaitu masing-masing sebesar 0,72% (qtq) dan 1,38% (qtq).

Dengan kondisi tersebut, nilai tambah yang dihasilkan sektor Industri Pengolahan pada triwulan IV-2008 tercatat sebesar Rp659 miliar, dengan pangsa 13,53% dari total PDRB DIY, lebih tinggi dibanding pangsa triwulan sebelumnya yang mencapai 13,41%.

Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih

Pertumbuhan tahunan sektor Listrik, Gas & Air Bersih diperkirakan tumbuh negatif sebesar 0,08% (qtq) pada triwulan IV-2008, lebih lambat dibanding triwulan yang sama tahun 2007 yang tumbuh positif 3,46% (yoy) dan lebih lambat dibanding triwulan III-2008 yang tumbuh 3,95% (yoy).

Secara triwulanan, kinerja sektor Listrik, Gas & Air Bersih pada triwulan IV-2008 diperkirakan tumbuh negatif sebesar 1,97% (qtq) atau lebih rendah dibanding triwulan III-2008 yang juga tumbuh negatif 0,87% (qtq). Pertumbuhan negatif pada triwulan IV-2008 ini tidak disertai dengan Kredit Bank Umum ke sektor ini yang justru meningkat drastis 77,84% (qtq). Pangsa sektor ini turun dari 0,88% pada triwulan III-2008 menjadi 0,87% pada triwulan laporan, namun andilnya terhadap pertumbuhan triwulanan turun dari negatif 0,01% menjadi 0,02%.

Sektor Bangunan

Pertumbuhan tahunan sektor Bangunan pada triwulan IV-2008 diperkirakan mengalami kontraksi sebesar 1,50% (yoy), lebih tinggi dari triwulan IV-2007 yang tumbuh negatif 0,67% (yoy) dan jauh di berada di bawah pertumbuhan triwulan III-2008 yang tumbuh 8,46% (yoy). Secara triwulanan sektor Bangunan mengalami ekspansi tertinggi yaitu sebesar 5,98% (qtq). Pertumbuhan sektor Bangunan pada triwulan laporan erat kaitannya dengan pembangunan prasarana fisik baik oleh pemerintah, swasta maupun rumahtangga yang semakin meningkat intensitasnya karena pencairan anggaran pemerintah.

(30)

16 Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2008

Penurunan Kredit yang cukup signifikan ini disebabkan adanya restrukturisasi Kredit yang dilakukan oleh Bank Umum dalam rangka menyambut berakhirnya masa penggolongan Kredit paska gempa khusus di DIY pada bulan Juni 2009.

Dengan perkembangan tersebut, sektor Bangunan memberi andil 0,57% terhadap pertumbuhan triwulanan. Sehingga diperkirakan memberikan nilai tambah sebesar Rp496 miliar dengan pangsa 10,17%.

Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Secara tahunan, sektor ini diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 3,93% (yoy), lebih lambat dibanding pertumbuhannya pada triwulan yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 6,37% dan triwulan III-2008 yang tumbuh 5,30% (yoy). Secara triwulanan, nilai tambah sektor Perdagangan, Hotel & Restoran ini tumbuh 1,23% (qtq), lebih rendah dibandingkan triwulan III-2008 sebesar 2,89% (qtq). Sebagai motor pertumbuhan ekonomi DIY, sektor Perdagangan, Hotel & Restoran pada triwulan laporan tercatat sebagai sebagai sektor ekonomi dengan pangsa terbesar dalam pembentukan PDRB DIY yakni 20,70%, dengan andil 0,25% terhadap pertumbuhan triwulan ekonomi DIY.

Andil yang cukup besar ini tidak terlepas dari sumbangan aktivitas ekonomi dari pariwisata, terkait dengan libur panjang akhir tahun yang jatuh secara berturut-turut sehingga mendorong masyarakat untuk berekreasi bersama keluarga di DIY. Libur akhir tahun ini merupakan peringatan Idul Adha, Natal dan Tahun Baru yang disikapi pemerintah dengan memberikan kebijakan cuti bersama. Peningkatan kinerja sektor ini juga didukung oleh Kredit baik Bank Umum yang tumbuh sebesar 3,84%, namun Kredit BPR kepada sektor ini justru turun sebesar 3,91%.

Peningkatan kinerja sektor ini didorong dengan kian banyaknya desa wisata yang tumbuh di DIY yang sebagian besar berada di kawasan Sleman. Saat ini diperkirakan ada 41 desa wisata yang siap beroperasi di DIY. Sepanjang 2004 -2007, rata-rata pengunjung desa wisata di Sleman mencapai 26.000 orang per tahun. Perkembangan ini juga disertai dengan perkembangan bisnis kuliner di Sleman, terutama di wilayah Kecamatan Depok dan Kecamatan Ngaglik karena didukung oleh kebijakan Bupati Sleman yang menyatakan bahwa selama 3 bulan pertama ketika restoran baru buka belum dipungut pajak atau Tax Holiday.

(31)

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2008

pentas seni tradisi maupun kontemporer dan biaya tinggal serta belanja yang relatif murah.

Selain itu, di penghujung 2008, beberapa objek wisata di DIY dipadati oleh wisatawan baik mancanegara maupun domestik. Diperkirakan jumlah wisatawan selama tahun 2008 mencapai 1,7 orang. Hingga November 2008, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Jogja mencapai 1,4 juta orang. Untuk tahun 2009 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan memprediksi jumlah kunjungan wisatawan sama dengan tahun 2008 dengan asumsi masih berlanjutnya efek krisis keuangan global. Dalam rangka pencapaian target kunjungan wisatawan, akan dikonsentrasikan pada wisatawan dalam negeri. Sementara itu, jumlah wisatawan mancanegara yang berasal dari Malaysia naik 231,27% selama Januari September 2008. Wisata budaya dan kuliner serta direct flight Kuala Lumpur -Yogyakarta adalah faktor pendorong kenaikan jumlah wisatawan Malaysia tersebut. Sebelumnya, jumlah wisatawan Malaysia hanya 3.959 orang dan berada di peringkat keenam. Selain itu, load factor penerbangan langsung Garuda Indonesia rute Jogja-Singapura mencapai 71%. Sebaliknya load factor untuk rute penerbangan Singapura-Jogja mencapai angka 78%, hal ini seiring dengan program Visit Indonesia Year.

Upaya positif ini diperkirakan tidak hanya mendorong kinerja sektor Perdagangan, Hotel & Restoran, tapi juga sektor Pengangkutan & Komunikasi dan Sektor Jasa-jasa. Dengan perkembangan tersebut, sektor ini diperkirakan memberikan nilai tambah sebesar Rp1.009 miliar.

Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Pertumbuhan tahunan sektor Pengangkutan & Komunikasi diperkirakan tumbuh 2,63% (yoy), lebih lambat dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh 5,84% (yoy) dan lebih lambat dibanding triwulan III-2008 yang tumbuh 5,70% (yoy). Secara triwulanan, sektor Pengangkutan & Komunikasi pada triwulan IV-2008 diperkirakan mengalami ekspansi sebesar 0,57% (qtq) yang pada triwulan III-2008 juga mengalami ekspansi sebesar 2,26% (qtq).

(32)

18 Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV-2008

Dengan perkembangan tersebut, sektor ini diperkirakan memberikan nilai tambah sebesar Rp502 miliar dengan pangsa 10,30% terhadap total PDRB triwulan IV-2008, dengan andil sebesar 0,54% terhadap pertumbuhan triwulanan.

Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Kinerja sektor Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan diperkirakan tumbuh 3,86% (yoy), jauh lebih rendah dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh 22,32% (yoy) dan lebih lambat dibanding triwulan III-2008 yang tumbuh 3,86% (yoy). Secara triwulanan sektor ini diperkirakan tumbuh negatif sebesar 0,29% (qtq), lebih tinggi dibanding triwulan III-2008 yang tumbuh negatif sebesar 0,92%.

Perlambatan kinerja sektor ini dipengaruhi oleh krisis keuangan global yang diikuti dengan peningkatan suku bunga Kredit perbankan sehingga perbankan lebih ketat dalam menerapkan prinsip kehati-hatiannya.

Dengan perkembangan tersebut, sektor ini memberi andil negatif sebesar 0,03% terhadap pertumbuhan triwulanan, sehingga diperkirakan memberikan nilai tambah sebesar Rp458 miliar dengan pangsa 9,40%.

Sektor Jasa-jasa

Secara tahunan kinerja sektor Jasa-jasa diperkirakan mengalami ekspansi sebesar 15,29% (yoy), jauh lebih cepat dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 1,19% (yoy), namun lebih lambat dibanding triwulan III-2008 yang tumbuh 18,44% (yoy). Secara triwulanan, sektor Jasa-jasa mengalami pertumbuhan positif 2,08% (qtq), lebih lambat dibanding triwulan III-2008 yang tercatat sebesar 4,39% (qtq).

(33)

IV-Boks:

Boks:

Boks:

Boks:

Boks:

Dampak Krisis Global

Dampak Krisis Global

Dampak Krisis Global

Dampak Krisis Global

Dampak Krisis Global T

T

T

T

Terhadap Kinerja Ekspor DIY

erhadap Kinerja Ekspor DIY

erhadap Kinerja Ekspor DIY

erhadap Kinerja Ekspor DIY

erhadap Kinerja Ekspor DIY

Perlambatan ekonomi Amerika Serikat telah menurunkan daya beli masyarakat di Amerika dan Eropa. Karena Amerika dan Eropa merupakan pasar terbesar bagi ekspor DIY, maka krisis saat ini dikhawatirkan akan berpengaruh pada kinerja ekspor DIY. Sampai bulan Desember 2008, kinerja ekspor DIY belum menunjukkan penurunan terlalu tajam, hal ini dikarenakan pengiriman yang masih terus berlangsung untuk menyelesaikan pesanan yang telah ada. Tetapi terjadi penurunan pesanan untuk tahun 2009 sehingga dapat menyebabkan penurunan kinerja ekspor DIY. Survei ini berusaha menangkap persepsi eksportir terhadap krisis dan langkah-langkah antisipatif yang dilakukan eksportir untuk menghadapi tahun 2009.

Persepsi Eksportir Terhadap Krisis

Persepsi eksportir mengenai dampak krisis saat ini sangat beragam, dipengaruhi oleh pengalaman dalam berbisnis. Semakin lama pengalaman eksportir, maka semakin bisa merasakan dan membedakan dampak krisis yang lalu dan yang terkini. Selain itu, jenis industri juga mempengaruhi pendapat mereka, ini disebabkan karena dampak krisis tidak selalu sama antar industri, bahkan pada perusahaan-perusahaan dengan industri yang sama sekalipun juga merasakan dampak yang berbeda-beda.

Perusahaan yang paling terpengaruh oleh dampak krisis saat ini adalah perusahaan handycraft dan furniture. Sedangkan perusahaan yang tidak terpengaruh oleh dampak krisis adalah perusahaan kulit dan tekstil.

Perusahaan yang mulai merasakan dampak krisis kali ini adalah perusahaan handycraft. Karena

perusahaan ini telah merasakan dampak krisis sejak 7 bulan yang lalu.

Berdasarkan grafik di atas, dampak krisis terutama mempengaruhi pasar (79%). Selanjutnya urutannya dari yang terbesar adalah dampak pada pendanaan eksternal (48%), pasokan bahan baku (45%), dan tenaga kerja (20%). Sedangkan kerugian paling tinggi yang dirasakan perusahaan adalah menurunnya penjualan kemudian berturut-turut diikuti dengan menurunnya order barang, tertundanya pembayaran serta tertundanya pengiriman barang.

Berdasarkan grafik di atas, perusahaan yang terkena dampak langsung akibat krisis berupa penurunan profit berjumlah 91%. Untuk perusahaan yang mengalami kerugian mencapai 89%. Kemudian untuk perusahaan yang mengalami penundaan pembayaran, pembatalan pembayaran dan pembatalan pesanan berjumlah 88%.

20% 45%

48%

79%

Tenaga Kerja Bahan Baku Pendanaan Eksternal Pasar

Dampak Krisis Saat Ini Terhadap Bisnis

Dampak Langsung Krisis Global Saat ini

91% 89% 88% 88% 88%

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Profit Berkurang Rugi Pembayaran Tertunda

Pembayaran Batal

(34)

20 Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi Upaya dalam Menghadapi Krisis

Dalam menghadapi krisis ini, perusahaan dalam berbagai industri melaksanakan berbagai macam strategi. Sebagian besar perusahaan dalam berbagai industri ini diantaranya adalah dengan mencari pembeli baru, mencari pasar baru, mengurangi tenaga kerja.

Secara umum, perusahaan pada semua industri meningkatkan upah tenaga kerjanya. Batas maksimum kenaikan tingkat upah pekerja perusahaan pada semua industri adalah sebesar 30%. Namun, begitu, terdapat perusahaan tekstil yang meningkatkan upah pekerjanya sampai dengan 50%.

Selain upah tenaga kerja, perusahaan pada semua industri juga cenderung menaikkan harga jual produknya sampai dengan 30%. Ada beberapa perusahaan tekstil, kulit, dan handycraft menaikkan harga jual produknya sampai dengan 50%. Meskipun begitu, sebagian besar perusahaan lain dalam keseluruhan industri juga menurunkan harga jual produknya antara 1 sampai dengan 10% yang bertujuan untuk membuat barang yang dijualnya lebih kompetitif di pasar.

Dari sisi jumlah tenaga kerja secara umum perusahaan-perusahaan pada semua industri menurunkan jumlah tenaga kerjanya. Sebagian besar mereka menurunkan jumlah tenaga kerjanya sampai dengan 80%.

Untuk tahun 2009, 71% dari eksportir memilih untuk tidak berinvestasi. Pada tahun ini, 61% eksportir memilih untuk berinvestasi pada komponen barang modal, 50% perusahaan memilih untuk berinvestasi pada komponen modal kerja dan 43% dari eksportir pada tahun ini juga berinvestasi pada valuta asing.

Harapan Eksportir

Berkaitan dengan ekspektasi pengusaha di Jogja, sebagian besar pengusaha di Jogja (76%) berharap bahwa krisis pada tahun ini akan berakhir kurang dari satu tahun. Ekspektasi ini didasari oleh pulihnya situasi politik di Amerika Serikat dan di dalam negeri serta kuatnya fundamental ekonomi di Indonesia dapat membantu mengurangi dampak dari krisis.

Sementara itu, ada sekitar 10,9% pengusaha di Jogja memiliki ekspektasi bahwa krisis ini akan berakhir lebih dari satu tahun. Ekspektasi ini oleh keyakinan dari beberapa eksportir akan belum kondusifnya politik di Indonesia dan Amerika Serikat serta lemahnya fundamental ekonomi di Indonesia dapat membuat krisis menjadi lebih lama.

Dalam meningkatkan kinerja ekspor DIY, eksportir juga membutuhkan berbagai bentuk dukungan dari pihak-pihak berikut,

1. Pemerintah Pusat

a. Pelonggaran kebijakan perdagangan b. Pemberian subsidi

c. Bantuan keuangan d. Penurunan pajak

e. Bantuan dalam perluasan pasar ekspor f. Pemberantasan korupsi

g. Menciptakan kemanan h. Pemberian pelatihan

i. Menarik investor ke dalam negeri.

71% 43%

50% 61%

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% Tidak Berinvestasi

Investasi Valuta Asing Investasi Modal Kerja

Investasi Barang Modal

(35)

2. Pemerintah Daerah a. Pemberian subsidi

b. Pengurangan pajak/retribusi c. Bantuan keuangan

d. Kemudahan dalam perizinan usaha e. Pemberian pelatihan

f. Bantuan untuk pemsasaran barang, seperti pameran dan workshop

g. Sistem insentif bagi pengusaha h. Penguatan kinerja antar instansi.

3. Bank Umum

a. Bunga kredit diturunkan

b. Penundaan pembayaran cicilan kredit

c. Kemudahan pengajuan kredit (dikurangi/ dihilangkannya syarat agunan, penyederhanaan proses pengajuan kredit)

d. Pelonggaran dalam pengajuan kredit e. Peningkatan plafond kredit

f. Penurunan bunga kredit (perusahaan-perusahaan menginginkan agar batas maksimal suku bunga kredit secara rata-rata adalah sebesar 7%)

(36)

22 Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi DIY merupakan salah satu lokasi pilihan utama untuk melanjutkan studi ke peruruan tinggi. Beberapa alasan memilih DIY sebagai tempat tujuan studi adalah kualitas pendidikan yang relatif tinggi, biaya pendidikan yang terjangkau, dan tersedianya fasilitas gedung dan sarana pendidikan yang memadai. Relatif besarnya jumlah mahasiswa di DIY tentunya memberikan dampak positif terhadap perekonomian DIY. Merujuk pada hasil survei dan dengan melihat jumlah mahasiswa secara keseluruhan dapat diperkirakan potensi pengeluaran mahasiswa DIY selama satu bulan mendekati 383,5 milyar rupiah.

Biaya hidup rata-rata per bulan mahasiswa DIY tahun 2008 untuk semua strata pendidikan sebesar Rp1.278.350. Komponen pengeluaran terbesar adalah biaya makan dan minum sebesar 31%, diikuti biaya pondokan 17%, biaya transportasi 10% dan Biaya telepon/HP dan pengeluaran rekreasi dan hiburan sebesar 7%. Apabila dibagi menurut strata pendidikannya, rata-rata biaya hidup mahasiswa S2 jauh lebih tinggi dibandingkan S1 dan Diploma. Biaya hidup rata-rata per bulan mahasiswa S2 sebesar Rp2.182.000, S1 sebesar Rp1.160.800 dan Diploma sebesar Rp1.208.100.

Boks:

Boks:

Boks:

Boks:

Boks:

Surv

Surv

Surv

Surv

Survei Bia

ei Bia

ei Bia

ei Bia

ei Biayyyyya Hidup Mahasis

a Hidup Mahasis

a Hidup Mahasis

a Hidup Mahasisw

a Hidup Mahasis

w

w

wa DIY tahun 2008

w

a DIY tahun 2008

a DIY tahun 2008

a DIY tahun 2008

a DIY tahun 2008

Beberapa hasil survei menarik yang terkait dengan aspek kebutuhan hidup mahasiswa antara lain,

" Sebagian besar mahasiswa tinggal di pondokan dengan pertimbangan utama dalam memilih pondokan adalah lokasi yang dekat dengan kampus.

" Dalam memenuhi kebutuhan makan dan minum, mayoritas mahasiswa membelinya di warung tenda. Hal ini tentunya dapat menghidupi sektor informal di DIY

" Sepeda motor menjadi alat transportasi paling banyak digunakan mahasiswa DIY, kendaraan tersebut sebagian besar dibawa dari daerah asal. " Temuan menarik dari survei ini adalah biaya komunikasi telepon/HP lebih besar dibandingkan biaya untuk pembelian buku. Hampir semua mahasiswa memiliki HP (99%), namun hanya 25% yang membeli buku pelajaran.

" Di dalam mengerjakan tugas dosen, mahasiswa lebih banyak mencari bahan di internet. Hal ini sejalan dengan hasil survei yang menunjukkan bahwa media yang paling banyak digunakan untuk mengakses informasi adalah internet, diikuti media televisi dan koran/majalah.

No. Jenis Pengeluaran

Min Maks Min Maks Min Maks

1 Uan g Pen d af t ar an 50.000 200.000 25.000 350.000 125.000 750.000 2 Uan g Su m b an g an 200.000 8.500.000 100.000 80.000.000 - -3 SPP Tet ap p er Sem est er 500.000 1.750.000 200.000 2.500.000 3.462.500 8.125.000 4 SPP Var iab el p er Sem est er 750.000 2.000.000 200.000 2.500.000 1.850.000 1.850.000 5 Biaya Pr akt iku m p er Sem est er 100.000 250.000 10.000 3.000.000 500.000 1.000.000 6 Biaya Tu g as p er Sem est er 20.000 300.000 10.000 1.000.000 - -7 Lain n ya 40.000 280.000 20.000 1.000.000 75.000 3.000.000

1.660.000

13.280.000 565.000 90.350.000 6.012.500 14.725.000

Diploma S1 S2

Strata Pendidikan

JUMLAH

(37)

" Apabila sakit sebagian besar mahasiswa masih menjadikan rumah sakit dan dokter praktek sebagai pilihan pertama dan kedua. Poliklinik kampus ternyata hanya didatangi 21% mahasiswa. Sedangkan, apotek tetap sebagai pilihan utama tempat membeli obat.

" Di masa tidak ada kuliah atau libur pendek, mahasiswa menjadikan nonton film/pergi ke mall sebagai pilihan pertama, diikuti wisata alam baik ke`pantai maupun pegunungan

Rata-rata biaya pendidikan di DIY untuk program Diploma per Semester sebesarRp2.611.000, program S1 Rp2.403.600 dan program S2 Rp9.232.700. Rata-rata uang pendaftaran untuk program Diploma sebesar Rp117.000, S1 sebesar Rp127.000, dan S2 sebesar Rp287.500. Rata-rata uang sumbangan masuk program Diploma sebesar Rp3.747.000 sedangkan rata-rata uang sumbangan masuk S1 sebesar Rp5.992.000.

Hasil survei yang terkait dengan aspek pendidikan atau pendukung pendidikan dapat dicatat beberapa hal,

" Sebagian besar mahasiswa mengambil lebih dari 18 SKS, hal ini terkait dengan IPK sebagian besar mahasiswa yang diatas 3,00.

" Di dalam mendapatkan buku pelajaran, ternyata seba

Gambar

Tabel 3.1Jaringan Kantor Bank
Tabel 3.3Dana Pihak Ketiga Perbankan
Grafik 3.5Pertumbuhan Kredit Perbankan - Jenis Penggunaan
Grafik 3.8Indikator Bank Umum
+7

Referensi

Dokumen terkait

In this study, the writer hopes that it can give some contribution in teaching English to young learners especially to improve the students’ writing achievement.. Besides, it

Percepatan oksidasi lemak pindang dengan asap cair pada hari ke-2 yakni 0,20 lebih rendah dibandingkan dengan pindang tanpa asap cair yakni 1.62 Produksi angka peroksida pada

Berdasarkan hasil Gambar 4.6 diketahui bahwa pada grafik secara visual terdapat 5 eigen value atau 5 faktor yang terbentuk dari variabel nilai rapor mata

Dari penelitian terdahulu yang menemukan bahwa terdapat beberapa variabel – variabel yang mampu mempengaruhi terhadap purchase intention, seperti pada penelitian

Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga

(5) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, pemungutan suara tetap tidak dapat dilaksanakan karena situasi yang belum/tidak

Setelah mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa program pendidikan bahasa arab semester 7 (tujuh) UPI mampu mengetahui, memahami hadits-hadits nabi tentang tujuan pendidikan3.

Pengendalian Internal terhadap Aset Tetap pada PT Jasa Raharja (Persero) Cabang Sulawesi Utara saat ini sudah cukup baik, namun akan berjalan dengan efektif dan