• Tidak ada hasil yang ditemukan

B1J010198 8.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "B1J010198 8."

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

1

I. PENDAHULUAN

Perkebunan teh PTPN IX Semugih terletak di Desa Banyumudal, Kecamatan Moga, Kabupaten Pemalang Jawa Tengah, merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah dengan luas 1.115,30 km2, curah hujan rata-rata 3019 mm/tahun dan terletak diketinggian 213-924 m dpl (Badan Pusat Statistik, 2013). PTPN IX ini mempunyai kebun teh yang terdiri dari klon Gambung, TRI 2024 dan Assamica.

Klon Gambung memiliki ciri bentuk daun lonjong, warna daun hijau muda, luas daun 40,17 cm2, sudut duduk daun 290-490, panjang trikoma 64,25/mm2. Klon Assamica memiliki ciri-ciri panjang daun 7,0-10,3 cm, lebar daun 3,4-4,2 cm, luas daun 50,27 cm2, panjang tangkai 0,3-0,4 cm, tepi bergerigi, ujung tumpul, bentuk pangkal runcing, panjang trikoma 38,55/mm2, sudut duduk daun 220-520. Klon TRI 2024 memiliki percabangan banyak, bentuk daun lonjong, warna daun hijau muda, panjang daun 4,0-8,5 cm, lebar daun 2,2-3,6 cm, panjang tangkai 0,2-0,3 cm, tepi bergerigi, ujung tumpul, bentuk pangkal runcing, sudut duduk daun 220-520, panjang trikoma 52,31/mm2(Udarno & Martono, 2013).

Nuraeni (2001) mengemukakan bahwa, tanaman teh sebagaimana tanaman yang lain tidak lepas dari berbagai gangguan tungau hama. Menurut Cranham (1966) bahwa tungau hama adalah jenis hama yang paling sering menimbulkan banyak kerusakan pada areal-areal perkebunan teh di Jawa Tengah, Jawa Barat dan Sumatera dibandingkan dengan hama yang lain. Jenis-jenis tungau yang dapat berpotensi menjadi hama tanaman teh adalah Tungau kuning (yellow mite), seperti

Polyphaghatotarsonemus latus Banks; Tungau merah (red spider mite), seperti

Oligonychus coffeae Nietner; Tungau ungu (purple mite), seperti Calcarus carniatus

Green; Tungau merah jambu (pink mite), seperti Eriophyes theae Watt; Tungau jingga (Scarlet mite), seperti Breviapalpus phoenicis.

Kepadatan tungau hama ini dipengaruhi juga oleh jenis klon teh dan pengaruh kondisi lingkungan yang bervariasi dalam ruang dan waktu, oleh karena itu organisme menanggapinya secara berbeda. Perbedaan waktu (pagi, siang, sore, malam dan dini hari) akan mempengaruhi temperatur, kelembaban, intensitas cahaya di suatu tempat dan jenis klon yang berbeda akan berpengaruh terhadap dinamika populasi tungau khususnya terhadap kemampuan pencaran tungau hama di alam (Widayat, 1987).

(2)

2

Kepadatan populasi tungau hama sangat rendah pada permukaan tanaman teh setelah dipangkas, kemudian populasi akan meningkat sesuai dengan bertambahnya umur tanaman teh dari pangkasan. Meningkatnya populasi diduga karena makanan masih tersedia dengan jumlah yang cukup, ruang gerak serta keadaan cuaca kering yang membantu (Oomen 1998 dalam Hidayat et al, 1987).

Tungau hama menyerang tanaman teh dengan cara menggunakan styletnya sampai jaringan yang lebih dalam lalu menghisap nutrisi yang terdapat di dalam daun. Akibat dari serangan hama ini dapat menimbulkan kerugian yang meliputi kerusakan areal perkebunan mencapai sekitar 50% dan menurunnya pertumbuhan pucuk daun teh hingga 30% (Sudoi et al., 1994). Apabila makanan dalam satu klon telah habis, maka tungau hama akan memencar.

Pencaran tungau hama dirangsang oleh menurunnya kualitas daun. Adanya sifat fototaksis negatif yang dimilikinya, maka tungau bergerak menuju daun yang terlindung dari sinar matahari langsung, yang terletak pada bagian pangkal dari kanopi. Pencaran tungau hama berorientasi menuju daun yang menyediakan nutrisi yang lebih banyak dengan cara mengeksplorasi lapisan daun yang lebih muda dan lebih tinggi letaknya (Oomen, 1982).

Adanya kebutuhan sumberdaya ruang dan pakan yang sama akan mempengaruhi

overlapping pencaran masing masing tungau. Kondisi lokal yang sangat diperlukan bagi perkembangan tungau hama ini dikenal dengan istilah mikrohabitat. Mikrohabitat populasi tungau mengarah pada kebutuhan riil populasi atau yang disebut sebagai relung dasar (fundamental niche), sedangkan kisaran di seputar mikrohabitat mengarah pada relung nyata (realized niche) (Novarino, 2008).

Mikrohabitat terbentuk adanya interaksi dari faktor – faktor lingkungan eksternal yang meliputi kelembaban udara, temperatur udara, intensitas sinar matahari dan curah hujan. Curah hujan juga merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan populasi tungau hama, karena curah hujan akan mempengaruhi temperatur, kelembaban udara dan keadaan tanaman. Curah hujan yang tinggi akan menyebabkan perubahan iklim mikro pada daun sehingga tidak sesuai bagi perkembangan tungau hama. Selanjutnya dikatakan pula bahwa pada kondisi basah atau curah hujan tinggi kematian pradewasa akan mencapai 30% (Van de Vrie et al., 1972). Sebagai tungau hama, pola pencaran tungau hama sangat tergantung dari jenis dan klon tanaman teh sebagai tanaman inang.

(3)

3

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas maka dapat dirumuskan permasalahan, bagaimana pola pencaran populasi tungau hama pada berbagai waktu dan klon tanaman teh di PTPN IX Semugih, Kec. Moga, Kab. Pemalang. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menentukan pola pencaran populasi tungau hama pada berbagai waktu dan klon tanaman teh di PTPN IX Semugih, Kec. Moga, Kab. Pemalang. Adapun manfaat dari penelitiaan ini yaitu memberikan informasi mengenai pencaran populasi tungau hama pada berbagai waktu dan klon tanaman teh di PTPN IX Semugih Kec. Moga, Kab. Pemalang, sehingga informasi pencaran populasi tungau hama tanaman teh dapat bermanfaat.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas dirumuskan masalah penelitian yaitu bagaimana efek ekstrak benalu teh ( Scurrulla atropurpurea ) terhadap aktivitas

Berdasarkan uraian – uraian yang dikemukakan pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan yang diteliti adalah :

Berdasarkan uraian permasalahan diatas dan latar belakang yang telah dikemukakan, dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: “Bagaimanakah peningkatan penguasaan

PADA BERBAGAI KLON TANAMAN TEH DI PTPN IX

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu “Bagaimana perencanaan rute distribusi teroptimal yang dapat dilalui UD Global Indonesia dengan

Berdasarkan uraian yang telah dikemukan, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu: (1) bagaimana pelaksanaan penyuluhan pertanian kelapa pola swadaya di Desa Bente

ABSTRAK: Penelitian mengenai kajian jenis hama pada tanaman brokoli dan efektivitas pola tanam tanaman repellent terhadap penurunan kepadatan populasi hama telah

1.2 Permasalahan Berdasarkan uraian-uraian permasalahan yang telah dikemukakan pada latar belakang, maka rumusan masalah yang dapat diangkat pada penelitian ini adalah “Bagaimana