• Tidak ada hasil yang ditemukan

B1J010201 12.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "B1J010201 12."

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

3

II.

TELAAH PUSTAKA

Indonesia memiliki keanekaragaman plasma nutfah pada tanaman buah-buahan. Plasma nutfah dari genus salacca yang dibudidayakan di Indonesia ada tiga spesies yaitu salak Jawa [Salacca zalacca (Gaertner) Voss], salak Bali [Salacca amboinensis (Becc) Mogea] dan salak Padang Sidempuan [Salacca sumatrana (Becc) Mogea]. Jenis tersebut mempunyai nilai komersial yang tinggi (Haryanto, 2010).

Menurut Kaputra & Harahap (2004), tanaman salak umumnya dapat ditanam di dataran rendah sampai dengan dataran tinggi 50-800 m dpl pada tanah yang banyak mengandung bahan organik dan dapat menyimpan air serta mengandung beberapa unsur hara yang berlimpah. Curah hujan rata-rata per bulan 200-400 mm, tanaman ini tidak menyukai penyinaran penuh, membutuhkan sinar matahari sekitar 50-70% sehingga perlu tumbuhan penaung, dan tumbuh secara optimal pada suhu 20-300 C. Perbanyakan dapat dilakukan dengan pemisahan anakannya dan biji. Tanaman salak mulai berbuah setelah berumur 2-3 tahun jika berasal dari cangkokan, sedang yang berasal dari biji 4-5 tahun.

Menurut Harsono & Hartana (2003), keragaman spesies ini dibagi menjadi beberapa kultivar lokal seperti salak Nglumut di Magelang, salak Condet di Condet, salak Petruk dan Gading di Ambarawa, dan salak Bongkok di Sumedang. Penamaan tersebut berdasarkan pada ciri morfologi dan rasa buah. Damayanti (2007), mengatakan bahwa perlu dilakukan suatu tindakan agar sumber plasma nutfah ini tetap terpelihara dan lestari, antara lain dengan mengoleksinya. Selain itu perlu juga dilakukan karakterisasi untuk mengetahui sifat-sifat penting dari suatu kultivar baik secara morfologi, anatomi, genetik dan agronomi tanaman yang akan digunakan sebagai bahan pemuliaan, sehingga akan memudahkan perolehan kultivar yang diinginkan.

Pencirian kultivar bisa juga menggunakan karakter anatomi untuk membantu pemecahan masalah sistematika tumbuhan yang kompleks, baik pada tingkat familia, genus maupun spesies. Karakter anatomi juga dapat membantu menguatkan batasan-batasan takson dan keakuratan penamaan tumbuhan. Keakuratan ini sangat penting bagi pemulia tanaman, ahli ekologi, maupun ahli konservasi (Witono, 2003).

Menurut Dickison (2000), kondisi lingkungan tempat tumbuh suatu tumbuhan akan mempengaruhi karakter anatomi tumbuhan tersebut. Habitat suatu tumbuhan

(2)

4

akan mempengaruhi tebal tipisnya lapisan kutikula daun, tebal mesofil, tebal jaringan palisade, jumlah stomata dan jumlah trikomata per satuan luas daun.

Secara morfologi dan anatomi, daun merupakan organ tumbuhan yang paling bervariasi menurut bentuk dan ukuran. Fungsi utama daun ialah menjalankan sintesis senyawa-senyawa organik dengan menggunakan cahaya sebagai sumber energi. Daun monokotil pada umumnya tegak sehingga kedua permukaannya mendapat sinar matahari. Struktur eksternal dan internal daun berkaitan dengan peranannya dalam fotosintesis dan transpirasi (Fahn, 1991).

Kutikula yang terletak di sebelah luar lapisan epidermis terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan paling luar yang hanya terdiri dari lapisan kutin (kutikula sejati) dan lapisan dalam (lapisan kutikular) yang mengandung kutin serta bahan dinding sel lainnya. Lapisan paling luar dari daun ini difungsikan untuk menjaga kelembaban daun sebab lapisan kutikula dapat mengontrol penguapan sehingga meminimalkan kehilangan air (Fahn, 1991). Selain menjaga kelembaban, kutikula juga berfungsi menjadi pertahanan awal terhadap masuknya benda asing termasuk bahan pencemar dari perairan ke dalam daun (Suparjana & Yani, 2011).

Epidermis merupakan jaringan pelindung bagi tumbuhan. Sel epidermis berbentuk tubular dengan susunan rapat tanpa ruang interseluler. Permukaan daun yang menghadap ke atas dikenal dengan epidermis atas (sisi adaksial) dan permukaan yang lain dikenal dengan epidermis bawah (sisi abaksial). Jaringan ini berfungsi melindungi jaringan dari lingkungan luar, berperan dalam pengaturan pertukaran gas pada daun dan bagian permukaan luarnya dilapisi oleh kutikula (Nurul, 2013).

Epidermis mempunyai derivat antara lain: trikoma, stomata, dan sel kipas. Menurut Mulyani (2006), trikoma mempunyai peranan yang sangat penting dalam taksonomi tumbuhan karena familia tertentu dapat dikenal dengan mudah dari macam trikomanya. Trikoma berasal dari sel-sel epidermis yang bentuk, susunan serta fungsinya bervariasi. Terdapat dua macam trikoma pada daun yaitu trikoma kelenjar dan trikoma nonkelenjar. Masing-masing trikoma mempunyai fungsi yang berbeda, trikoma non-kelenjar antara lain berfungsi sebagai penghalang masuknya patogen melalui stomata, sedangkan trikoma kelenjar berfungsi mengeluarkan metabolit sekunder. Hasil penelitian Kuntorini et al., (2013) menunjukkan bahwa kerapatan trikoma daun dewasa lebih banyak dibandingkan dengan daun muda, hal ini berkaitan dengan umur daun tersebut. Daun dewasa pertumbuhan jaringannya telah maksimal

(3)

5

sehingga trikoma sebagai derivat epidermisnya lebih banyak daripada daun muda yang umumnya masih mengalami pertumbuhan dan perkembangan.

Kesinambungan epidermis terputus-putus oleh lubang yang ukurannya sangat kecil. Lubang-lubang tersebut adalah porus yang dibatasi oleh dua sel penutup. Sel penutup bersama-sama dengan lubang diantaranya membentuk stomata. Umumnya terdapat pada bagian tumbuhan yang berwarna hijau (Suparjana & Yani, 2011). Kerapatan stomata tiap-tiap tumbuhan beragam untuk membedakan jenis-jenis tanaman dalam satu marga. Beberapa tanaman beradaptasi terhadap cekaman kekeringan dengan cara mengurangi ukuran stomata dan jumlah stomata (Sundari & Atmaja, 2011). Kekeringan, disebabkan oleh temperatur dan radiasi matahari yang tinggi. Indikator adanya cekaman kekeringan pada tanaman adalah gejala layu pada daun akibat terjadinya dehidrasi. Dehidrasi daun dapat diminimalkan melalui peningkatan absorpsi air pada tanah kering. Pada kondisi kekeringan yang paling penting bagi tanaman adalah peningkatan pengambilan air, yang biasanya tersedia pada posisi yang lebih dalam. Proses kehilangan air juga dapat dilakukan dengan penutupan stomata, penggulungan daun dan penurunan potensial air daun (Adisyahputra et al., 2011).

Referensi

Dokumen terkait

Desain khas oriental, memiliki akar budaya yang kaya dan sangat filosofis, dalam Hal ini akan menyenangkan sekaligus unik untuk dapat menelusuri lebih lanjut mengenai

Bertambahnya siswa yang mendaftarkan diri, maka pihak sekolah pun berusaha memberikan pelayanan yang lebih baik khususnya dalam proses penerimaan siswa baru,

Analisis yang dilakukan dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap waktu proses produksi serta menentukan level terbaik dari faktor-faktor yang

Penulis dapat memahami pendapat seseorang (walaupun pendapat itu tidak benar), yang mengatakan bahwa Agama Buddha itu memiliki sifat-sifat tersendiri, yang agak berbeda

Dari hasil pengukuran diperoleh hasil fitting pengukuran yang sesuai untuk skenario objek tidak beraktivitas pada link komunikasi On Body to Body Surface (CM3) dengan kondisi

3ekerjasama !engan teman #ang .er.e!a status sosial suku !alam

Produksi cuka meli'atkan $roses 4ermentasi yang sangat sederhana, le'ih sederhana dari 4ermentasi alkolhol, karena di'utuhkannya oksigen dalam $roses 4ermentasi

Termasuk dalam kehamilan ektopik ialah kehamilan tuba, kehamilan ovarial, kehamilan intraligamenter, kehamilan servikal dan kehamilan abdominal primer atau sekunder.Kehamilan