BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Kajian Nilai Koefisien Grip Permukaan Jalan
Untuk mengetahui nilai koefisien grip kontak tapak ban yang dipengaruhi
oleh kekasaran (IRI) dan kelendutan (dL) permukaan jalan aspal dan permukaan
jalan beton pekerjaan tahun 2014 dilakukan secara eksperimen. Alat ukur yang
digunakan untuk mengetahui nilai kekasaran permukaan jalan aspal dan beton adalah
NAASRA Roughness meter ARRB dan untuk nengetahui nilai kelendutan
permukaan jalan aspal dan beton adalah Falling Weight Deflectometer (FWD).
3.1.1. Membangun parameter design
Untuk melakukan kajian koefisien grip dan koefisien gesek kinetis
permukaan jalan aspal dan jalan beton perlu dilakukan pengujian terhadap parameter
yang mempengaruhi performance pemindahan daya sentuh antara permukaan jalan
dan tapak ban. Secara teori kajian tersebut dapat dirujuk pada bahagian dari bab II.
Secara eksperiment parameter yang terlibat dapat dilihat dalam Gambar 3.1 dibawah
ini
W , T, B
IRI , V , Pban, ∆T , dL
Parameter yang masuk untuk mengkaji gaya gesek (Ff) dan koefisien gesek
kinetis (µk) kontak ban terhadap permukaan jalan adalah kekasaran permukaan jalan
(IRI), kecepatan gerak ban di atas jalan (V), tekanan udara ban (Pban) dan kelendutan
permukaan jalan (dL).
Dari proses trasformasi parameter masuk ini akan dihasilkan selisih waktu
(∆t) dan defleksi jalan (dL). Parameter hasil (output) ini dikendalikan oleh berat kendaraan (W), temperatur udara (T) dan pola tapak ban yang digunakan (B).
Berdasarkan dari uraian Gambar 3.1 diatas maka parameter eksperimental dapat
diuraikan dalam Tabel 3.1 di bawah ini.
Tabel 3.1 Parameter design eksperimental
INPUT OUTPUT
IRI [mm]
V [km/jam]
Pban [psi]
W [N]
T [°C] B
∆t [dt], dL [mm]
Dari data ukur pada Tabel 3.1 tersebut maka dapat disimpulkan gaya gesek
(Ff) dan koefisien gesek kinetis (µk) antara ban terhadap permukaan jalan. Untuk
menganalisa data parameter input dan output eksperimen digunakan alat ukur seperti
Tabel 3.2 Parameter alat ukur eksperimen
PARAMETER EKSPERIMEN ALAT UKUR
Kekasaran permukaan jalan (IRI) NAASRA Roughness meter ARRB
Kecepatan kendaraan (V) Speedometer
Tekanan udara ban (Pban) Alat ukur tekanan udara ban
Kelendutan permukaan jalan (dL) Falling Weight Deflectometer (FWD)
Berat kendaraan (W) Timbangan
Temperature udara (T) Data cuaca meteorologi
Pola tapak ban (B)
Selisih waktu tempuh (∆t)
Mistar baja
Stopwatch
3.1.2. Membangun model experiment
Untuk mendapatkan data seperti pada tabel 3.1 diatas perlu dibangun model
eksperimen seperti tempat, bahan, metode, alat-alat yang digunakan dan prosedur
eksperimen.
3.2. Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan pada jalan AH. Nasution Medan jalur kiri arah fly
over Jamin Ginting terhadap permukaan jalan aspal dan permukaan jalan beton
pekerjaan tahun 2014. Penelitian meliputi pengukuran tekanan udara ban (Pban) 28
psi,30 psi, 32 psi, 34 psi dan 36 psi, pengukuran kelendutan ban (dban) akibat tekanan
udara ban terhadap permukaan jalan, pengukuran lebar kontak tapak ban (Akb)
terhadap material permukaan jalan, pengukuran kekasaran (IRI) permukaan jalan
aspal dan permukaan jalan beton, pengukuran kelendutan (dL) permukaan jalan aspal
dan permukaan jalan beton dan pengujian koefisien grip (Ff) ban kontak permukaan
jalan aspal dan permukaan jalan beton. Aktivitas dan Instansi pendukung untuk
menjawab permasalahan penelitian ditunjukkan pada Tabel 3.3 di bawah ini.
Tabel 3.3 Pendukung kegiatan penelitian
No. Aktivitas Instansi Pendukung dan
Tempat Keterangan
1.
Setup alat uji Naasra
Roughness meter ARRB Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal
4 Analisa data/Olah data Medan Software MS. Office Software Image-J
3.2.2. Waktu
Waktu penelitian diselesaikan selama 2 tahun mulai dari persetujuan
3.3. Material Jalan, Peralatan Eksperimen dan Metode Penelitian
3.3.1. Material jalan
Material jalan meliputi material aspal dan material jalan beton pekerjaan
tahun 2014 AH. Nasution Medan.
3.3.1.1. Material jalan aspal pekerjaan tahun 2014
Perkerasan lentur terdiri dari aspal beton (Hotmix) adalah campuran agregat halus
dengan agregat kasar dan bahan pengisi ( Filler ) dengan bahan pengikat aspal [20].
Gambar 3.2, di bawah ini merupakan susunan lapis perkerasan jalan aspal.
Gambar 3.2 Susunan lapis perkerasan jalan aspal pekerjaan tahun 2014 AH. Nasution Medan
Susunan lapis perkerasan jalan AH. Nasution Medan terdiri dari lapis pertama
yaitu Material AC-WC (Asphalt Concrate Wearing Course) data material pada Tabel Material AC-WC
Material AC-BC
Material AC-BASE 4 Cm
6 Cm
4.1, lapis kedua yaitu Material AC-BC (Asphalt Concrate Binder Course) data
material pada Tabel 4.2 dan lapis ketiga yaitu Material AC-BASE (Asphalt Concrate
Base) data material pada Tabel 4.3.
3.3.1.2. Material jalan beton pekerjaan tahun 2014
Perkerasan jalan beton terdiri dari campuran semen, agregat halus dan agregat kasar
yang dapat dilihat pada Tabel 4.4, 4.5, 4.6. Berikut Gambar 3.3 di bawah ini
merupakan susunan lapis perkerasan jalan beton.
Gambar 3.3 Susunan lapis perkerasan jalan beton pekerjaan tahun 2014 AH. Nasution Medan [19]
3.3.2. Peralatan eksperimen
Peralatan yang digunakan untuk mendukung penelitian ini adalah Roughness
Meter, Speedometer, Falling Weight Deflectometer 150 (FWD), Stopwatch, Alat
3.3.2.1. Alat ukur IRI permukaan jalan NAASRA Roughness meter ARRB
Untuk terlaksananya pengujian kekasaran permukaan jalan aspal dan permukaan
jalan beton pekerjaan tahun 2014 AH. Nasution Medan menggunakan peralatan
Roughness meter seperti terlihat pada Gambar 3.4 di bawah ini terdiri dari beberapa
komponen pendukung. Alat Roughness meter yang digunakan adalah milik
KPU-DJBM-BBPJN-I jalan Sakti Lubis Medan.
Gambar 3.4 Peneliti dan perlengkapan alat uji IRI
Komponen alat ukur kekasaran permukaan jalan NAASRA Roughness meter ARRB
meliputi Roughness Sensor adalah alat untuk mendeteksi kekasaran permukaan jalan,
Controller adalah alat untuk pengendali, Interface Module dan Kabel-kabel konektor.
3.3.2.2 Alat ukur dL permukaan jalan Falling Weight Deflectometer
Pengujian kelendutan permukaan jalan aspal pekerjaan tahun 2014 dan pengujian
kelendutan permukaan jalan beton pekerjaan tahun 2014 AH. Nasution menggunakan
alat uji FAVE FWD 150 seperti terlihat pada Gambar 3.5 dan 3.6, milik
KPU-DJBM-BBPJN-I Jalan Sakti Lubis Medan. Komponen alat ukur Falling Weight
ketinggian untuk menghasilkan beban), Buffers (Karet bantalan digunakan untuk
modifikasi bentuk dari pulsa), Strike Plate (Piring yang mentransmisikan gaya antara
buffer & load cell), Load Cell (Sebuah transduser dipasang antara plat dan pelat beban
yang mengukur beban dan diterapkan ke perkerasan), Load Plate (Sebuah piring di
mana beban diterapkan ke perkerasan), Deflectors (Sensor-sensor yang mengukur
respons deformasi dari perkerasan ke beban yang diterapkan), Micro-Processor (The
Dynatest 9000 Sistem Processor adalah kontrol berbasis mikroprosesor dan sinyal unit
pengolahan, dihubungkan dengan Trailer FWD dan Laptop), Laptop (Laptop ini
dilengkapi dengan Program Lapangan untuk mengoperasikan FWD melalui
Micro-Processor dan log data uji FWD).
Gambar 3.6 Trailer FWD
3.3.2.2. Alat ukur koefisien grip
Agar terlaksananya pengujian koefisien grip, didukung dengan beberapa peralatan
seperti terlihat pada Gambar 3.7, 3.8 di bawah ini.
(a) (b) (c) Gambar 3.7 Alat ukur (a) Timer dan Spidometer, (b) Alat tekanan udara ban, (c) Meteran
a. Timer berfungsi untuk mengukur waktu tempuh (∆T) selama kecepatan (V)
berjalan.
b. Tekanan udara berfungsi untuk mengukur tekanan udara ban 28 psi, 30 psi,
32 psi, 34 psi dan 36 psi.
c. Meteran berfungsi untuk mengukur tinggi ban dari permukaan jalan aspal dan
dari permukaan jalan beton serta mengukur luas tapak ban.
d. Mistar dan software image-J untuk mengukur lebar kontak ban terhadap
Gambar 3.8 Pengukuran lebar kontak ban menggunakan software image-J 3.3.3. Metode peneltian
Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan eksperimen meliputi:
a. Pengukuran kekasaran permukaan jalan (IRI) AH. Nasution Medan (Peneliti
melakukan eksperimen dibantu Pegawai Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat
Jenderal Bina Marga Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional-I Jl. Sakti Lubis
Medan.
b. Pengukuran defleksi permukaan jalan (dL) AH. Nasution Medan (Peneliti
diberikan penjelasan penggunaan alat ukur. Data kelendutan jalan adalah hasil
pengujian yang dilakukan Pegawai Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat
Jenderal Bina Marga Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional-I Jl. Sakti Lubis
Medan tahun 2014.
c. Pengukuran defleksi ban (dban) akibat tekanan udara (dban) 28 psi, 30 psi, 32 psi, 34
d. Pengukuran luas permukaan jalan (Akb) aspal dan permukaan jalan beton yang
kontak terhadap permukaan ban.
e. Pengukuran waktu tempuh (∆t) laju kendaraan pada kecepatan 0 – 50 m/dt.
3.3.3.1. Prosedur pengukuran kekasaran (IRI) permukaan jalan aspal dan permukaan
jalan beton.
Tujuan dilakukannya pengukuran terhadap kekasaran permukaan jalan aspal dan
permukaan jalan beton adalah untuk mengetahui pengaruh kekasaran permukaan
jalan terhadap koefisien grip. Berikut langkah – langkah pengukuran kekasaran
permukaan jalan aspal dan permukaan jalan beton pekerjaan tahun 2014, seperti
dilihat pada Gambar 3.9 sampai 3.18 di bawah ini.
Gambar 3.9 Persiapan penelitian kekasaran permukaan jalan AH. Nasution Medan (a) Alat ukur kekasaran (b) Peneliti (c) Pegawai
(d) Kantor KPU-DJBM-BBPJN-I (e) Mobil Xenia 2015
Kegiatan penelitian meliputi:
a. Pemasangan sensor IRI
1. Siapkan Sensor IRI, Interface, Controller, dan Waterpass.
(a)
(b)
(c)
Gambar 3.10 Penyiapan alat Gambar 3.11 Kalibrasi sensor
2. Hubungkan sensor, Interface, dan Controller dengan kabel-kabel pendukung.
3. Hidupkan Controller dan lakukan kalibrasi Sensor IRI pada posisi 0° (tanda ↓ menghadap ke bawah) dan 180° (tanda ↑ menghadap ke atas).
4. Gunakan Waterpass untuk meperoleh posisi horisontal.
Gambar 3.12 Pengukuran Gambar 3.13 Pembukaan horizontal sensor roda belakang
5. Pasangkan Sensor IRI pada sumbu roda belakang.
6. Bila pemasangan Sensor IRI pada posisi 0° tidak dapat dilakukan, maka gunakan
posisi 90°. Jangan lupa untuk memindahkan Sensor IRI dari klemp sensor,
Gambar 3.14 Pemasangan sensor Gambar 3.15 Pemasangan sensor sumbu roda belakang
7. Gunakan Waterpass untuk memperoleh posisi horisontal.
b. Pemasangan Sensor Jarak
1. Pasang penghubung Sensor Jarak dengan baut roda belakang kanan.
2. Pasang Sensor Jarak pada roda belakang kanan. Jangan lupa gunakan posisi
Common terlebih dulu.
3. Untuk menghindari terlepasnya Sensor Jarak dari roda belakang kanan, gunakan
baut roda dengan ukuran minimum 5 cm.
Gambar 3.16 Pemasangan baut penghubung
4. Pasangkan kabel sensor jarak dan tongkat indikator serta penahan tongkat
Gambar 3.17 Pemasangan Gambar 3.18 Pemasangan sensor jarak tongkat indikator
5. Melakukan pengujian IRI permukaan jalan aspal 2014 dan IRI permukaan
jalan beton 2014.
6. Analisa hasil pengujian IRI permukaan jalan.
3.3.3.2. Prosedur pengukuran kelendutan (dL) permukaan jalan aspal dan
permukaan jalan beton
Tujuan mengetahui kelendutan permukaan jalan aspal dan permukaan jalan beton
adalah untuk menganalisa pengaruh kelendutan terhadap koefisien grip. Data
pengukuran defleksi permukaan jalan aspal dan data defleksi permukaan jalan beton
tahun 2014, diperoleh dari hasil pengukuran yang dilaksanakan oleh Pegawai
Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga Balai Besar
Pelaksanaan Jalan Nasional-I Jl. Sakti Lubis Medan pada tahun 2014 seperti terlihat
pada Gambar 3.19, 3.20 di bawah ini. Berikut langkah – langkah pengukuran
Gambar 3.19 Pengukuran kelendutan jl. AH. Nasution Medan Parameter metode pengukuran FWD sebagai berikut :
a. Diameter pelat : 300 mm dan 450 mm
b. Berat Beban Pelat (P): beban setengah as dua ban adalah 41 kN, dan tekanan ban
sebesar 580 kPa
c. Tinggi Jatuh Beban (TJB): 81 mm, 135 mm, 196 mm, dan 361 mm.
d. Jarak Antar Deflektor (JAD): Untuk tebal total perkerasan = 300-700 mm
(normal), digunakan jarak deflector: 0; 300; 600; 750; 900; 1200; 1500 (mm).
Gambar 3. 20 Uji kelendutan jalan
1. Menyiapkan Laptop, Micro-prosesor, FWD Trailer Urutan
Urutan yang tepat dalam menyalakan dan mematikan peralatan harus dalam berikut:
b. Microprocessor.
c. Laptop.
2. Program lapangan dan Pengaturan Standar
Untuk memulai Program Field, pergi ke DOS. Set Interface ke COM
a. Pindahkan Trailer FWD ke titik awal dan dilanjutkan dengan setup Lapangan.
Program meliputi:
1. Mengatur jalur direktori untuk penyimpanan data
2. Buka file baru atau file yang ada untuk penyimpanan data.
3. Masukkan identifikasi jalan dan deskripsi ayat.
4. Mengubah Data setup, jika perlu
5. Pilih kategori trotoar. FLEX untuk Fleksibel atau JCP untuk Beton Jointed
atau CRCP untuk Terus Diperkuat Pavements Beton
6. Masukkan in-situ suhu aspal
7. Rekam data lain seperti cuaca, sinar matahari, trotoar dan retak dan lainnya
informasi jalan di jendela utama
8. Masukkan komentar seperti posisi mulai uji, arah tes dan jumlah jalur
9. Tekan 'Mulai' untuk memulai pengujian trotoar
11. Masukkan komentar untuk posisi tes akhir
12. Tutup file tersebut dan keluar
13. Membuat salinan cadangan dari file disket, jika perlu
3.3.3.3. Prosedur pengukuran kelendutan ban (dban) terhadap permukaan jalan aspal
dan permukaan jalan beton
Untuk mendapatkan besar kelendutan ban terhadap permukaan jalan aspal dan
permukaan jalan beton yang disebabkan pengaruh tekanan udara ban 28 psi, 30 psi,
32 psi, 34 psi dan 36 psi dilakukan dengan menggunakan alat meteran. Dengan
mengetahui besar kelendutan yang terjadi maka diperoleh diameter ban mobil.
Langkah-langkah pengukuran sebagai berikut:
a. Persiapan peralatan penelitian
Agar terlaksannya pengukuran maka dipersiapkan alat ukur yang diperlukan seperti
terlihat pada Gambar 3.21 di bawah ini.
(a) Mobil Toyota Kijang 2.4 D GLX 2003 (b) Tekanan angin ban (c) Meteran (d) Mistar (e) Waterpass (f) Siku
b. Analisa ban yang digunakan
Untuk memastikan bahwa ban masih layak pakai maka dilakukan pengukuran dengan
menggunakan mistar seperti terlihat pada Gambar 3.22. Tipe ban yang digunakan
adalah ban radial dengan pola rib-lub simetris dengan dimensi 195/70R14 dengan
kedalam alur ban 2 mm, yakni masih layak untuk digunakan.
`
Gambar 3.22 Pola rib lub simetris
(a) Pola Rib-Lug Simetris (b) Ukur kedalam alur [mm] c. Analisa kelendutan ban
Pengukuran kelendutan ban dilakukan dengan variasi tekanan udara yang
berbeda-beda yakni 28 psi, 30 psi, 32 psi, 34 psi dan 36 psi sehinga diperoleh selisih tinggi
ban dari permukaan jalan aspal dan dari permukaan jalan beton seperti terlihat pada
Gambar 3.23 di bawah ini.
3.3.3.4. Prosedur pengukuran luas ban kontak permukaan jalan aspal dan permukaan
jalan beton
Untuk mendapatkan luas kontak ban terhadap permukaan jalan aspal dan permukaan
jalan beton yang disebabkan pengaruh tekanan udara ban 28 psi, 30 psi, 32 psi, 34 psi
dan 36 psi dilakukan dengan menggunakan alat ukur mistar. Langkah-langkah
pengukuran sebagai berikut:
a. Analisa panjang dan lebar tapak ban
Untuk mengetahui panjang dan lebar tapak ban dilakukan dengan pengukur
menggunakan mistar seperti terlihat pada Gambar 3.24 di bawah ini.
1. Tempatkan mistar ukur tepat pada sisi depan dan belakang ban untuk
mendapatkan panjang tapak ban terhadap permukaan jalan.
2. Tempatkan mistar ukur tepat pada sisi samping kanan dan kiri untuk
mendapatkan lebar tapak ban terhadap permukaan jalan.
3. Ukur kesikuan dengan menggunakan waterpass.
4. Ukur panjang dan lebar tapak ban dan catat hasil pengukuran.
+
Permukaan jalan
Diameter ban
Lendutan ban
Gambar 3.24 Mengukur dimensi dan kedalaman tread ban
b. Analisa luas kontak permukaan jalan terhadap tapak ban
Untuk mendapatkan luas kontak permukaan jalan aspal dan permukaan jalan beton
yang kontak langsung terhadap pola tapak ban digunakan pengukuran dengan kertas
milimeter seperti terlihat pada Gambar 3.25 di bawah ini. Langkah-langkah
pengukuran sebagai berikut:
1. Letakkan kertas milimeter tepat berada diatas panjang dan lebar ban yang telah
dilakukan pengukuran sebelumnya.
2. Goreskan pencil diatas kertas milimeter seperti gambar (a).
3. Hasil goreskan permukaan jalan aspal akan terlihat seperti gambar (b).
4. Hasil goresan permukaan jalan beton akan terlihat seperti gambar (c).
(a) (b) (c) 7
30 25
16
25 30
Gambar 3. 25 Hasil luas kontak Permukaan jalan terhadap pola tapak ban
c. Analisa luas kontak permukaan jalan terhadap pola tapak ban menggunakan
software image-J
Untuk mendapatkan hasil luas kontak permukaan jalan terhadap pola tapak ban
menggunakan software image-J seperti terlihat pada Gambar 3.26 sampai 3.33 di
bawah ini. Langkah – langkah pengukuran sebagai berikut:
1. Klik start menu dan pilih Image-J.
2. Klik File Open Pilih gambar yang sudah dipotong dengan software Adobe Photoshop.
Gambar 3.26 Analisa luas kontak permukaan jalan terhadap pola tapak ban menggunaka software image-J
3. Klik icon Line dan buatlah garis secara horizontal dari sisi kiri ke sisi kanan.
Gambar 3.27 Membuat garis horizontal
4. Klik Analyze Set Scale Knowndistance = 10 Unitoflength adalah mm
OK.
5. Klik Image Adjust Threshold Thresholdcolor B & W Closewindow.
Gambar 3.28 Menampilkan aplikasi bolt
6. Klik Analyze Analyzeparticles Pada Show pilih Bare Outlines Centang
Display resul t OK.
Gambar 3.29 Hasil pengukuran luas kontak permukaan jalan terhadap pola tapak ban 7. Simpan file dalam format Microsoft Excel.
jalan aspal (a) 28 psi (b) 30 psi (c) 32 psi (d) 34 psi (e) 36 psi
(a) (b) (c) (d) (e) Gambar 3.31 Hasil perhitungan Akb terhadap permukaan
jalan aspal (a) 28 psi (b) 30 psi (c) 32 psi (d) 34 psi (e) 36 psi dengan menggunakan softwate image-J
(a) (b) (c) (d) (e)
Gambar 3.32 Hasil luas kontak ban (Akb) terhadap permukaan jalan beton (a) 28 psi (b) 30 psi (c) 34 psi (d) 32 psi (e) 36 psi
(a) (b) (c) (d) (e)
Gambar 3.33 Hasil perhitungan Akb terhadap permukaan
dengan menggunakan software image-J
3.3.3.5. Prosedur pengukuran waktu tempuh (∆t) terhadap kecepatan pada
permukaan jalan aspal dan permukaan jalan beton
Untuk mendapatkan ∆t terhadap kecepatan (V) mobil 0 – 50 km/jam di permukaan jalan aspal dan permukaan jalan beton seperti terlihat pada Gambar 3.34 di bawah ini.
Langkah – langkah pengukuran sebagai berikut:
a. Lajukan mobil dengan kecepatan 0 – 50 km/jam.
b. Gunakan stopwatch untuk mengetahui waktu yang diperlukan.
c. Catat hasil yang diperoleh.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pendahuluan
Penelitian ini difokuskan kepada analisa koefisien grip permukaan jalan aspal
dan permukaan jalan beton yang dipengaruhi oleh kekasaran permukaan jalan (IRI)
dan kelendutan permukaan jalan (dL). Untuk mendapatkan hasil dari tujuan
penelitian ini maka dilakukan penelitan awal meliputi pengukuran terhadap IRI,
pengukuran terhadap dL dan pengukuran koefisien grip {F, Ff, µk=ƒ (IRI),
µk=ƒ(dL)}.
4.2 Material Jalan Aspal dan Material Jalan Beton AH. Nasution Medan
Material jalan aspal dan material jalan beton pekerjaan tahun 2014 AH.
Nasution Medan tertera pada Tabel 4.1, 4.2, 4.3, 4.4, 4.5 dan 4.6 di bawah ini.
Tabel 4.1 Material jalan aspal tahun 2014 AC-WC (Asphalt Concrete Wearing Course) Jl. AH. Nasution Medan
SUMMARY TEST RESULT OF ASPHALT CONCRETE AC-WC
Test Description Result Spec
Vibration test los angeles % 19,78 40 Min
Kelekatan % 95 + >95
Kepipihan % 7,92 25 – Max
Kelonjongan % 9,93 10 – Max
Lolos saringan no 200 agregat kasar % 0,500 1 – Max
Lolos saringan no 200 agregat halus % 5,30 8 – Max
Specific gravity of agregat 1,0248 -
Tabel 4.1 (Sambungan)
SUMMARY TEST RESULT OF ASPHALT CONCRETE AC-WC
Test Description Result Spec
Mix specific of total mix (vacuum pump) 2,372 - Effective specific gravity of aggregat 2,577 -
Trial mix laboratorium
Marshall stability kg 1100,00 Min 800
Flow mm 3,65 Min 3
Sisa Marshall % 91,97 Min 90
Prd % 2,88 Min 2.5
Asphalt efectic % 5,42 Min 5.1
Marshall quantity kg/mm 303,00 Min 250
Standart density gr/cc 2,263 _-
Tabel 4.2 Material jalan aspal tahun 2014 AC-BC (Asphalt Concrete Binder Cource) Jl. AH. Nasution Medan
SUMMARY TEST RESULT OF ASPHALT CONCRETE AC-BC
Test Description Result Spec
Vibration test los angeles % 19,78 40 Min
Bulk specific gravity of agregat 2,551 -
Mix specific of total mix (vacum pump) 2,391 -
Effective specific gravity of agregat 2,586 -
Trial mix laboratorium
Tabel 4.2 (Sambungan)
SUMMARY TEST RESULT OF ASPHALT CONCRETE AC-BC
Test Description Result Spec
Vibration test los angeles % 19,78 40 Min
Bulk specific gravity of agregat 2,551 -
Mix specific of total mix (vacum pump) 2,391 -
Effective specific gravity of agregat 2,586 -
Trial mix laboratorium
Tabel 4.3 Material jalan aspal pekerjaan tahun 2014 AC-BASE Jl. AH. Nasution Medan
SUMMARY TEST RESULT OF ASPHALT CONCRETE (Subbase Cource)
Test Description Result Spec
Vibration test los angeles % 19,78 40 Min
Bulk specific gravity of agregat 2,560 -
Mix specific of total mix (vacum pump) 2,415 -
Effective specific gravity of agregat 2,594 -
Trial mix laboratorium
Tabel 4.3 (Sambungan)
SUMMARY TEST RESULT OF ASPHALT CONCRETE (Subbase Cource)
Test Description Result Spec
Flow mm 5,50 Min 5
Sisa marshall % 92,34 Min 90
Prd % 3,19 Min 2.5
Asphalt efektif % 4,60 Min 3,5
Marshall Quentien mg/mm 375 Min 300
Tabel 4.4 Material jalan beton pekerjaan tahun 2014 Jl. AH. Nasution Medan
Semen Semen padang Type I
Aggr. Halus Pasir Alam Sei Selayang/Binjai
Aggr. Kasar Bt. Pecah Sei Selayang/Binjai
Air WTP
Slump 5 ± 2 cm
Retarder 1,41 ltr
Mix Design FS 45 kg/cm²
Kuat Tekan 350 kg/cm²
Tabel 4.5 Faktor air semen jalan beton pekerjaan tahun 2014 Jl. AH. Nasution Medan
Jenis agregat Kuat tekan berdasarkan umur beton
Kasar 3 7 28 91
Alam 17 23 33 40
Batu pecah 19 27 37 45
Tabel 4.6 Faktor air bebas (kg/cm²) jalan beton pekerjaan tahun 2014 Jl. AH. Nasution Medan
Aggregat Kasar
4.3. Pengukuran Kekasaran Permukaan Jalan AH. Nasution Medan
Pengukuran IRI dilakukan terhadap permukaan jalan aspal dan permukaan
jalan beton pekerjaan tahun 2014, yang berfungsi untuk mengetahui pengaruh IRI
terhadap koefisien grip. Hasil pengkuran IRI tertera pada Tabel 4.7, 4.8, dan
Gambar 4.1, 4.2. di bawah ini.
Tabel 4.7 Hasil IRI permukaan jalan aspal pekerjaan tahun 2014
Tabel 4.7 (Sambungan)
Pengukuran IRI jalan aspal dilaksanakan pada tanggal 26 Maret 2016 Pukul
00:14:27
WIB suhu 28 °C bersama Pegawai KPU-DJBM-BBPJN-I Medan.
Gambar 4.1 Hubungan antara SecID dengan kekasaran permukaan jalan aspal pekerjaan tahun 2014
0
Pengukuran IRI jalan aspal pekerjaan tahun 2014 dimulai dari simpang
empat Sejati (Jl. Karya Jasa – Jl. AH. Nasution) ke simpang tiga Karya Wisata – Jl.
AH. Nasution sejauh 1,926 meter. Pengukuran dilakukan sebanyak 21 secID.
Kekasaran tertinggi yaitu 14, 8 mm. Nilai rata – rata kekasaran permukaan jalan aspal
sebesar 6,4 mm. Dari hasil pengukuran dapat disimpulkan bahwa keadaan
permukaan jalan adalah cukup, sangat sedikit atau tidak ada lubang tetapi permukaan
tidak teratur.
Pengukuran IRI jalan beton dilaksanakan pada tanggal 26 Maret 2016 Pukul
00:02:00 WIB suhu 28 °C bersama Pegawai KPU-DJBM-BBPJN-I Medan.
Tabel 4.8 Hasil IRI permukaan jalan beton pekerjaan tahun 2014
SecID SubDist IRI (mm) V (km/jam)
1 0,068
9,9 39,3
2 0,100 7,9 45,5
3 0,200 8,2 41,1
4 0,300 7,0 43,0
5 0,400 6,0 42,3
6 0,500 8,0 39,6
7 0,600 6,9 42,9
8 0,700 7,1 43,2
9 0,800 6,7 43,1
10 0,900 5,2 43,0
11 1,000 5,5 41,3
12 1,100 5,8 44,4
13 1,200 5,3 43,9
14 0,083 4,6 42,7
Gambar 4.2 Hubungan antara SecID dengan kekasaran permukaan jalan beton pekerjaan tahun 2014.
Pengukuran kekasaran permukaan jalan beton pekerjaan tahun 2014 dimulai
dari simpang tiga Jl. Karya Wisata - Jl. AH. Nasution ke simpang empat Jamin
Ginting sejauh 1, 351 meter. Pengukuran dilakukan sebanyak 14 secID dengan
subDist pengukuran 100 m. Pada gambar 4.2, secID 01 merupakan kekasaran
tertinggi yaitu 9, 9 mm. Nilai rata – rata kekasaran untuk permukaan jalan beton
pekerjaan 2014 sebesar 6, 7 mm. Dari hasil pengukuran dapat disimpulkan bahwa
keadaan permukaan jalan adalah cukup, sangat sedikit atau tidak ada lubang tetapi
permukaan tidak teratur.
4.4. Pengukuran Kelendutan Permukaan Jalan AH. Nasution Medan
Pada tahun 2014 KPU-DJBM-BBPJN-I Medan melakukan pengukuran
kelendutan terhadap permukaan jalan aspal dan permukaan jalan beton pekerjaan
2014. Hasil pengukuran kelendutan tertera pada Tabel 4.9, 4.10 dan Gambar 4.3, 4.4
Tabel 4.9 Hasil kelendutan permukaan jalan (dL) aspal tahun 2014 AH. Nasution Medan
Sta. ID P(kN) D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 D8 D9
1 41,60 254,80 206,20 170,90 138,60 107,50 69,40 50,40 42,30 36,90
2 41,30 398,40 324,90 265,30 218,50 171,30 117,40 87,00 69,30 57,30
3 40,88 262,80 204,30 156,40 110,90 70,30 35,40 26,20 21,70 17,60
4 41,23 210,20 162,30 124,50 92,20 58,70 28,40 19,90 16,40 14,90
5 41,14 388,40 314,00 255,60 204,70 158,00 108,00 82,80 66,70 56,10
6 41,44 328,60 227,80 160,50 114,30 83,00 59,30 47,20 38,20 32,00
7 41,21 232,70 176,80 151,60 131,70 107,70 77,60 56,90 44,20 39,80
8 41,23 260,40 197,60 169,50 151,90 128,00 95,90 72,00 56,50 46,00
9 41,23 229,20 184,90 161,40 141,00 119,20 87,10 65,80 51,90 42,70
10 41,58 241,30 174,70 144,60 124,10 100,60 70,10 52,10 40,50 34,70
11 41,02 235,40 175,30 148,70 130,20 108,30 79,80 59,40 46,60 39,60
12 41,14 218,60 169,00 148,20 132,90 112,70 86,30 67,20 54,50 45,50
13 41,25 234,40 193,50 169,90 151,40 125,80 93,30 71,10 58,20 49,50
14 41,23 197,20 137,60 114,10 97,80 80,90 59,50 47,00 38,70 33,00
15 40,04 351,40 286,30 230,30 176,40 127,00 74,70 55,10 45,10 38,20
16 41,30 260,30 188,20 154,50 116,50 81,10 43,90 26,40 21,40 17,80
17 41,25 272,40 218,00 195,00 171,90 141,10 100,90 73,70 54,90 42,60
18 41,34 282,00 214,50 179,10 153,50 127,40 95,10 72,00 55,80 44,50
Avarage value 38,26
D1, D2, D3, D4, D5, D6, D7, D8 dan D9 merupakan sensor pengukur kelendutan
Gambar 4.3 Hubungan stationID dengan kelendutan permukaan jalan aspal pekerjaan tahun 2014
Pengukuran kelendutan permukaan jalan aspal pekerjaan tahun 2014 dimulai
dari simpang empat Sejati dilakukan sebanyak 18 StationID dengan subDist
pengukuran 200 m. Pada gambar 4.3, kelendutan terbesar yaitu pada stationID 2
sebesar 57, 30 mm. Nilai rata – rata kekasaran untuk permukaan jalan aspal
pekerjaan 2014 sebesar 38, 26 mm.
Tabel 4.10 Hasil kelendutan permukaan jalan beton tahun 2014 AH. Nasution Medan
Gambar 4.4 Hubungan stationID dengan kelendutan permukaan jalan beton pekerjaan tahun 2014
Pengukuran kelendutan permukaan jalan beton pekerjaan tahun 2014
dilakukan sebanyak 4 StationID dengan subDist pengukuran 200 m. Pada gambar
4.4, kelendutan terbesar yaitu pada stationID3 sebesar 50, 90 m. Nilai rata – rata
kekasaran untuk permukaan jalan beton pekerjaan 2014 sebesar 40, 85 mm.
4.5. Pengujian Koefisien Grip Terhadap Permukaan Jalan Aspal dan Permukaan Jalan Beton AH. Nasution Medan Menggunakan Mobil Toyota Kijang 2.4 D GLX 2003
Pada tanggal 9 Desember 2016 Jam 22:00 – 03.30 WIB, Peneliti melakukan
pengujian koefisien grip terhadap permukaan jalan aspal dan permukaan jalan beton
AH. Nasution Medan pekerjaan tahun 2014 dengan kecepatan mobil 0 – 50 km/jam.
Pengujian ini meliputi pengukuran kelendutan ban (dban), pengukuran luas tapak ban 0
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Sta.ID 1 Sta.ID 2 Sta.ID 3 Sta.ID 4
(Atb), pengukuran luas kontak tapak ban (Akb) dan pengukuran koefisien grip dengan
variasi tekanan udara ban 28 psi, 30 psi, 32 psi, 34 psi dan 36 psi. Untuk spesifikasi
data mobil Toyota kijang 2.4 D GLX 2003 tertera pada Tabel 4.11 di bawah ini.
Tabel 4.11 Data mobil Toyota Kijang 2.4 D GLX 2003
Tipe Kendaraan Toyota Kijang GLX 2003
Massa mobil + 2 Org (m) Berat mobil (W)
1500 kg (untuk empat ban) 14715 N (untuk empat ban)
Jumlah ban /Merk ban yang digunakan 4/Bridgestone
Spesifikasi ban 195/70R14 (Radial)
Diameter ban (Dban) 610 mm
Tipe Tread Pola Rib-Lug Simetris
Kedalaman tread ban >1, 6 mm
Tekanan udara ban (Pban) 28 psi, 30 psi, 32 psi, 34 psi, 36 psi
Kecepatan mobil (V) 0 – 50 km/jam
Alat Survey Stopwatch
Suhu udara (T) 28 °C
4.5.1. Pengukuran kelendutan ban terhadap permukaan jalan aspal dan permukaan
jalan beton.
Pengukuran kelendutan ban (dban) terhadap permukaan jalan aspal dan jalan
beton adalah untuk menganalisa pengaruh kelendutan ban yang disebabkan tekanan
dengan permukaan jalan sehingga diketahui pemakaian tekanan udara ban yang aman
saat melaju dipermukaan jalan aspal dan jalan beton. Dari hasil pengukuran secara
eksperimen, kelendutan ban termuat pada Tabel 4.12 dan Gambar 4.5 di bawah ini.
Tabel 4.12 Hasil kelendutan ban terhadap permukaan jalan aspal dan permukaan jalan beton
Tekanan udara (Pban) 28
(dban) diatas permukaan jalan aspal
pekerjaan tahun 2014 (dban) diatas permukaan jalan beton
pekerjaan tahun 2014
Gambar 4.5 Hubungan tekanan udara ban (Pban) dengan
kelendutan ban (dban) menggunakan mobil Toyota kijang GLX 2003
Dari Gambar 4.5 dapat dilihat bahwa setiap kenaikan tekanan udara pada ban,
akan terjadi penurunan kelendutan ban. Kelendutan ban tertinggi terjadi pada
tekanan ban paling rendah yaitu 28 psi sebesar 20 mm.
4.5.2. Pengukuran luas tapak ban (Atb) terhadap permukaan jalan aspal dan
permukaan jalan beton
Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui luas tapak ban (Atb) yang
disebabkan tekanan udara ban 28 psi, 30 psi, 32 psi, 34 psi dan 36 psi terhadap
permukaan jalan aspal dan permukaan jalan beton. Pengukuran luas tapak ban
menggunakan alat ukur mistar. Dari hasil pengukuran secara eksperimen termuat
pada Tabel 4.13 dan Gambar 4.6 di bawah ini.
Tabel 4.13 Data hasil pengukuran luas
tapak ban (Atb) disebabkan tekanan udara ban (Hal.70)
P ban
Dari Gambar 4.6 dapat dilihat bahwa setiap kenaikan tekanan udara pada ban,
akan terjadi pengurangan luas tapak ban. Luas tapak ban terbesar terjadi pada tekanan
udara ban 28 psi sebesar 20,720 mm² pada permukaan jalan aspal.
0
4.5.3. Pengukuran luas kontak tapak ban (Akb) terhadap permukaan jalan aspal dan
permukaan jalan beton
Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui luas kontak tapak ban (Akb) yang
disebabkan tekanan udara ban 28 psi, 30 psi, 32 psi, 34 psi dan 36 psi terhadap
permukaan jalan aspal dan permukaan jalan beton. Perhitungan luas kontak tapak ban
ini mengunakan software image-J.
Berikut hasil analisa luas kontak tapak ban terhadap kekasaran permukaan
jalan aspal (Akb1, Akb2, Akb3 danAkbn
)
menggunakan software image-J tertera padaTabel 4.14 dan 4.15 di bawah ini.
Tabel 4.14. Luas kontak tapak ban terhadap kekasaran permukaan jalan aspal (Akba) dengan tekanan udara ban
28 psi menggunakan software image-J
Tabel 4.14. ( Sambungan)
Untuk hasil analisa luas kontak tapak ban terhadap kekasaran permukaan jalan aspal
(Akb1, Akb2, Akb3 danAkbn) dengan tekanan udara 30 psi, 32 psi, 34 psi dan 36 psi
menggunakan software image-J tertera pada lampiran.
Tabel 4.15 Hasil luas total kontak tapak ban terhadap kekasaran permukaan jalan aspal dengan tekanan udara ban 28 psi, 30 psi,
32 psi, 34 psi, 36 psi menggunakan software image-J
Pban (psi) Akbja (mm²) %
Berikut hasil analisa luas kontak tapak ban terhadap kekasaran permukaan
jalan beton (Akb1, Akb2, Akb3 danAkbn) menggunakan software image-J tertera pada
Tabel 4.16. Luas kontak tapak ban terhadap kekasaran permukaan jalan beton (Akbb) dengan tekanan udara ban
28 psi menggunakan software image-J
No Akbjb (mm²) No Akbjb (mm²)
Tabel 4.17 Hasil luas total kontak tapak ban terhadap kekasaran permukaan jalan beton dengan tekanan udara ban 28 psi, 30 psi,
32 psi, 34 psi, 36 psi menggunakan software image-J
Pban (psi) Akbb (mm²) %
Untuk hasil analisa luas kontak tapak ban terhadap kekasaran permukaan jalan beton
(Akb1, Akb2, Akb3 danAkbn) dengan tekanan udara 30 psi, 32 psi, 34 psi dan 36 psi
Gambar 4.7 Hubungan tekanan udara ban (Pban) dengan luas
kontak tapak ban ( Akb) pada permukaan jalan aspal dan jalan beton
Dari Gambar 4.7 dapat dilihat bahwa setiap kenaikan tekanan udara pada ban,
akan terjadi pengurangan luas kontak tapak ban (Akb). Luas kontak tapak ban terbesar
terjadi pada tekanan udara ban 28 psi sebesar 10062, 972 mm² pada permukaan
beton.
4.5.4. Pengujian koefisien grip terhadap permukaan jalan aspal dan permukaan jalan
beton AH. Nasution Medan menggunakan mobil Toyota Kijang 2.4 D GLX
2003 dengan tekanan udara ban 28 psi
Pengujian ini diawali dengan pengukuran kelendutan ban terhadap permukaan
jalan aspal dan permukaan jalan beton AH. Nasution Medan menggunakan mobil
toyota kijang 2.4 D GLX 2003 dengan tekanan udara ban 28 psi, kemudian
melajukan mobil dengan kecepatan 0 – 50 km/jam. Dari hasil pengujian eksperimen
diperoleh data seperti pada Tabel 4.18 di bawah ini.
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000
28 psi 30 psi 32 psi 34 psi 36 psi
Akb jalan aspal Akb jalan beton mm²
Tabel 4.18 Data hasil ∆t secara eksperimen terhadap permukaan jalan aspal dan permukaan jalan beton
dengan tekanan udara ban 28 psi
Tekanan udara ban 28 psi
W (N) V (km/jam) aspal beton
∆t (dt)
3678,75
10 1,26 1,08
20 1,5 1,38
30 1,57 1,55
40 1,84 1,78
50 2,5 2,45
Dari uraian pada Bab 2 yaitu ban bekerja dengan memanfaatkan gaya gesek
(koefisien grip) permukaannya dengan permukaan jalan.
4.5.4.1. Perhitungan koefisien grip terhadap permukaan jalan aspal AH. Nasution
Medan menggunakan mobil Toyota Kijang 2.4 D GLX dengan tekanan
udara ban 28 psi
Diketahui:
m = 375 kg
W = 3678, 75 N
∆V = 2,77 m/dt ∆t = 1,26 dt
Rbanja = 0, 285 mm
Pbanja = 28 psi
Akbja = 8946, 467 mm²
g = 9,81 m/dt²
dL = 38, 26 mm
Untuk I pada permukaan jalan aspal adalah:
I = m × R²
I = 375 × (0, 285)²
I = 30, 4593
Untuk a pada permukaan jalan aspal adalah:
a = ∆V
∆t
a = 2, 77 1, 26
a = 2, 198412698 m/dt²
Untuk α pada permukaan jalan aspal adalah:
α= a R
α = 2, 20455715
0, 285
α = 7, 713728766 rad/dt²
Untuk F pada permukaan jalan aspal adalah:
F = m + I
R2 × a
F = 75 + 30, 459375
F = 1648, 809524 N
Untuk Ff pada permukaan jalan aspal adalah:
Ff = I × α
R
Ff = 30,459375 × 7, 73538871
0, 285
Ff = 824, 4047619 N
Untuk µk = ƒ (IRI) pada permukaan jalan aspal adalah:
µk = Pban × A
Untuk µk = ƒ (dL) pada permukaan jalan aspal adalah:
µk = Pban × A
Dari hasil perhitungan gaya dorong mobil (F) akan diperoleh gaya gesek (koefisien
Untuk hasil perhitungan (satu ban mobil) koefisien grip dengan kecepatan 20
km/jam – 50 km/jam terhadap permukaan jalan aspal dengan menggunakan tekanan
udara ban 28 psi dapat dilihat pada Tabel 4.19 dan Gambar 4.8 di bawah ini. Nilai
koefisien grip adalah untuk satu ban mobil.
Tabel 4.19 Data hasil koefisien grip terhadap permukaan jalan aspal dengan tekanan udara ban 28 psi
28 psi terhadap permukaan jalan aspal V
terhadap permukaan jalan aspal dengan tekanan udara 28 psi
Dari Gambar 4.8 untuk µk =ƒ(dL) dapat dilihat bahwa setiap kenaikan
kecepatan (V), akan terjadi peningkatan koefisien gesek kinetis. Koefisien gesek
kinetis terbesar yang merupakan fungsi dari dL yaitu 0, 663 pada kecepatan 50
km/jam sedangkan untuk µk =ƒ(IRI) setiap kenaikan kecepatan, V akan terjadi
penurunan koefisien gesek kinetis. Koefisien gesek kinetis terbesar yang merupakan
fungsi dari IRI yaitu 0, 113 pada kecepatan 10 km/jam.
4.5.4.2. Perhitungan koefisien grip terhadap permukaan jalan beton AH. Nasution
Medan menggunakan mobil Toyota Kijang 2.4 D GLX dengan tekanan
udara ban 28 psi
Diketahui:
m = 375 kg
W = 3678, 75 N
∆V = 2,77 m/dt
∆t = 1,08 dt
Rbanjb = 0, 285 m Pbanjb = 28 psi
Pbanjb = 0, 193053 N/mm²
Akbjb = 10062, 792 mm² g = 9,81 m/dt²
dLjb = 40, 85 mm
I = m × R²
I = 375 × (0, 285)²
I = 30, 4593 kgm²
Untuk a pada permukaan jalan beton adalah:
a = ∆V
∆t
a = 2, 77 1, 08
a = 2, 564814815 m/dt²
Untuk α pada permukaan jalan beton adalah:
α = a R
α = 2, 564814815
0, 285
α = 8, 999350227 rad/dt²
Untuk F pada permukaan jalan beton adalah:
F = m + I
R2 × a
F = 375 + 30, 459375
0, 081225 × 2, 564814815
F = 1923, 611111 N
Ff = I × α
R
Ff = 30,459375 × 9,999350227
0, 285
Ff = 961, 8055556 N
Untuk µk = ƒ (IRI) pada permukaan jalan beton adalah:
µk = Pban × A
m × g
−
∆V ∆t × gµk =0, 193053 × 10062,792
375 × 9, 81
−
2, 77 1,08 × 9,81
µk = 0, 223139007
Untuk µk = ƒ (dL) pada permukaan jalan beton adalah:
µk = Pban × A
K × dL
−
∆V ∆t × gµk =0,193053 × 10062, 792
41189, 4
−
2, 77 1,08 × 9, 81
µk = 0, 257951827
Dari hasil perhitungan gaya dorong mobil akan diperoleh gaya gesek (koefisien grip)
Untuk hasil perhitungan (satu ban mobil) koefisien grip dengan kecepatan 20
km/jam – 50 km/jam pada permukaan jalan beton dngan menggunakan tekanan udara
ban 28 psi dapat dilihat pada Tabel 4.20 dan Gambar 4.9, 4.10, 4.11 di bawah ini.
Nilai koefisien grip adalah untuk satu ban mobil.
Tabel 4.20 Data hasil koefisien grip terhadap
permukaan jalan beton dengan tekanan udara ban 28 psi
28 psi terhadap permukaan jalan beton V
terhadap permukaan jalan beton dengan tekanan udara ban 28 psi
Dari Gambar 4.9 untuk µkja = ƒ(dL) dapat dilihat bahwa setiap kenaikan
kecepatan (V), akan terjadi peningkatan koefisien gesek kinetis. Koefisien gesek
kinetis terbesar yang merupakan fungsi dari dL yaitu 0, 691 pada kecepatan 50
-0,4 PERBANDINGAN µkjb= ƒ(IRI) VS µkjb =ƒ(dL) DENGAN Pban 28 psi
km/jam sedangkan untuk µkja = ƒ(IRI) setiap kenaikan kecepatan (V) akan terjadi
penurunan koefisien gesek kinetis. Koefisien gesek kinetis terbesar yang merupakan
fungsi dari IRI yaitu 0, 2231 pada kecepatan 10 km/jam.
Gambar 4.10 Perbandingan µkja = ƒ(IRI) dengan µkjb =ƒ(IRI)
terhadap permukaan jalan aspal dan permukaan jalan beton
Dari Gambar 4.10 untuk perbandingan µkja = ƒ(IRI) dengan µkjb = ƒ(IRI)
dapat dilihat bahwa koefisien gesek kinetis jalan beton lebih besar dibandingkan
koefisien gesek kinetis jalan aspal. Koefisien kinetis permukaan jalan beton terbesar
yaitu 0, 223 dengan kecepatan 10 km/jam dan koefisien gesek permukaan jalan aspal
terbesar yaitu 0, 113 dengan kecepatan 10 km/jam. µkjb=ƒ(IRI) > 143 % dari µkja =
ƒ(IRI).
Gambar 4. 11 Perbandingan µkja = ƒ(dL) dengan µkjb =ƒ(dL) pada permukaan jalan aspal dan permukaan jalan beton
-0,4 PERBANDINGAN µkja= ƒ(IRI) VS µkjb=ƒ(IRI) DENGAN Pban 28 psi
10 20 30 40 50
10 km/jam 20 km/jam 30 km/jam 40 km/jam 50 km/jam
µkja=ƒ(dL)
Dari Gambar 4.11 untuk perbandingan µkja = ƒ(dL) dengan µkjb = ƒ(dL) dapat
dilihat bahwa koefisien gesek kinetis permukaan jalan beton lebih besar dari
koefisien gesek kinetis permukaan jalan aspal. Koefisien gesek kinetis terbesar pada
permukaan jalan beton yaitu 0, 691 dengan kecepatan 50 km/jam dan koefisien
gesek kinetis terbesar pada permukaan jalan aspal yaitu 0, 663 dengan kecepatan 50
km/jam. µkjb = ƒ(dL) > 1, 84 % dari µka = ƒ(dL).
4.5.5. Pengujian koefisien grip terhadap permukaan jalan aspal dan permukaan jalan
beton AH. Nasution Medan menggunakan mobil Toyota Kijang 2.4 D GLX
2003 dengan tekanan udara ban 30 psi
Pengujian ini diawali dengan pengukuran kelendutan ban terhadap permukaan jalan
aspal dan permukaan jalan beton AH. Nasution Medan menggunakan mobil toyota
kijang 2.4 D GLX 2003 dengan tekanan udara ban 30 psi, kemudian melajukan mobil
dengan kecepatan 0 – 50 km/jam. Dari hasil pengujian eksperimen diperoleh data
seperti pada Tabel 4.21 di bawah ini.
Tabel 4.21 Data hasil ∆t secara eksperimen terhadap permukaan jalan aspal dan permukaan jalan beton dengan
tekanan udara ban 30 psi
Tekanan udara ban 30 psi
W (N) V (km/jam) aspal beton
∆t (dt)
3678,75
10 1,22 1,04
20 1,42 1,32
30 1,44 1,48
40 1,79 1,73
Dari uraian pada Bab 2 yaitu ban bekerja dengan memanfaatkan gaya gesek
(koefisien grip) permukaannya dengan permukaan jalan.
4.5.5.1. Perhitungan koefisien grip terhadap permukaan jalan aspal AH. Nasution
Medan menggunakan mobil Toyota Kijang 2.4 D GLX dengan tekanan
udara ban 30 psi
Diketahui:
m = 375 kg
W = 3678, 75 N
∆V = 2,77 m/dt
∆t = 1, 22 dt
Rbanjb = 0, 289 m Pbanjb = 28 psi
Pbanjb = 0, 193053 N/mm²
Akbjb = 8726, 52 mm² g = 9,81 m/dt²
dLjb = 38, 26 mm
Untuk I pada permukaan jalan aspal adalah:
I = m × R²
I = 375 × (0, 289)²
Untuk a pada permukaan jalan aspal adalah:
a =∆V
∆t
a =2, 77 1, 22
a = 2, 270491803 m/dt²
Untuk α pada permukaan jalan aspal adalah:
α = a R
α = 2, 270491803
0, 289
α = 7, 856373022 rad/dt²
Untuk F pada permukaan jalan aspal adalah:
F = m + I
R2 × a
F = 375 + 30, 320375
0, 083521 × 2, 70491803
F = 1702, 868852 N
Untuk Ff pada permukaan jalan aspal adalah:
Ff =I × α
Ff = 31,320375 × 7,856373022
0, 289
Ff = 851, 4344262 N
Untuk µk = ƒ (IRI) pada permukaan jalan aspal adalah:
µk = Pban × A
Dari hasil perhitungan gaya dorong mobil (Fja) akan diperoleh gaya gesek (koefisien
grip) Ffja dan koefisien gesek kinetis ban terhadap permukaan jalan aspal.
Untuk hasil perhitungan (satu ban mobil) koefisien grip dengan kecepatan 20
km/jam – 50 km/jam pada permukaan jalan aspal dengan menggunakan tekanan
udara ban 30 psi dapat dilihat pada Tabel 4.22 dan Gambar 4.12. Nilai koefisien grip
Tabel 4.22 Data hasil koefisien grip terhadap permukaan jalan aspal dengan tekanan udara ban 30 psi
30 psi terhadap permukaan jalan aspal
V
pada permukaan jalan aspal dengan tekanan udara 30 psi
Dari Gambar 4.12 untuk µkja = ƒ(dL) dapat dilihat bahwa setiap kenaikan
kecepatan (km/jam), akan terjadi peningkatan koefisien gesek kinetis. Koefisien
gesek kinetis terbesar yang merupakan fungsi dari dL yaitu 0, 642 pada kecepatan 50
km/jam sedangkan untuk µkja = ƒ(IRI) setiap kenaikan kecepatan (km/jam) akan
terjadi penurunan koefisien gesek kinetis. Koefisien gesek gesek kinetis terbesar yang
merupakan fungsi dari IRI yaitu 0, 146 pada kecepatan 10 km/jam.
4.5.5.2. Perhitungan koefisien grip terhadap permukaan jalan beton AH. Nasution
Medan menggunakan mobil Toyota Kijang 2.4 D GLX dengan tekanan
udara ban 30 psi
Diketahui:
m = 375 kg
W = 3678, 75 N
∆V = 2, 77 m/dt
∆t = 1, 04 dt
Rbanjb = 0, 290 m Pbanjb = 30 psi
Pbanjb = 0, 20685 N/mm²
Akbjb= 9284, 582 mm g = 9, 81 m/dt²
dLjb = 40, 85 mm
I = m × R²
I = 375 × (0, 290)²
I = 31, 3575 kgm²
Untuk a pada permukaan jalan beton adalah:
a = ∆V
∆t
a = 2, 663461538 m/dt²
Untuk α pada permukaan jalan beton adalah:
α= a R
α = 2, 2663461538
0, 290
α = 9, 18435 rad/dt²
Untuk F pada permukaan jalan beton adalah:
F = m + I
R2 × a
F = 375 + 31,5375
0, 0841 × 2, 663461538
F = 1997, 596154 N
Untuk Ff pada permukaan jalan beton adalah
: Ff =
I × α R
Ff = 31,5375 × 9,18435
0, 290
Ff = 998, 7980769 N
Untuk µk = ƒ (IRI) pada permukaan jalan beton adalah:
µk = Pban × A
µk = 0, 20685 × 9284,582
Dari hasil perhitungan gaya dorong mobil (Fjb) akan diperoleh gaya gesek (koefisien
grip) Ffjb dan koefisien gesek kinetis ban terhadap permukaan jalan beton
Untuk hasil perhitungan (satu ban mobil) koefisien grip dengan kecepatan 20
km/jam – 50 km/jam pada permukaan jalan beton menggunakan tekanan udara ban
30 psi dapat dilihat pada Tabel 4.23 dan Gambar 4.13, 4.14, 4.15 di bawah ini.
Nilai koefisien grip adalah untuk satu ban mobil.
Tabel 4.23 Data hasil koefisien grip terhadap
permukaan jalan beton dengan tekanan udara ban 30 psi
30 psi terhadap permukaan jalan beton
Gambar 4. 13 Perbandingan µkjb = ƒ(IRI) dengan µkjb =ƒ(dL) pada permukaan jalan beton dengan tekanan udara ban 30 psi
Dari Gambar 4.13 untuk µkja=ƒ(dL) dapat dilihat bahwa setiap kenaikan
kecepatan (km/jam), akan terjadi peningkatan koefisien gesek kinetis. Koefisien
gesek kinetis terbesar yang merupakan fungsi dari dL yaitu 0,642 pada kecepatan 50
km/jam sedangkan untuk µkja=ƒ(IRI) setiap kenaikan kecepatan (km/jam) akan
terjadi penurunan koefisien gesek kinetis. Koefisien gesek kinetis terbesar yang
merupakan fungsi dari IRI yaitu 0, 228 pada kecepatan 10 km/jam.
Gambar 4.14 Perbandingan µkja = ƒ(IRI) dengan µkjb =ƒ(IRI) pada permukaan jalan aspal dan permukaan jalan beton
Dari Gambar 4.14 untuk perbandingan µkja=ƒ(IRI) dengan µkjb=ƒ(IRI) dapat
dilihat bahwa koefisien gesek kinetis jalan beton lebih besar dibandingkan koefisien
gesek kinetis jalan aspal. Koefisien kinetis jalan permukaan beton terbesar yaitu 0,
228 dengan kecepatan 10 km/jam dan koefisien gesek permukaan jalan aspal terbesar
yaitu 0, 146 dengan kecepatan 10 km/jam. µkjb=ƒ(IRI) > 50,59 % dari µkja=ƒ(IRI).
Gambar 4.15 Perbandingan µkja = ƒ(dL) dengan µkjb =ƒ(dL) pada permukaan jalan aspal dan permukaan jalan beton
Dari Gambar 4.15 untuk perbandingan µkja=ƒ(dL) dengan µkjb=ƒ(dL) dapat
dilihat bahwa koefisien gesek kinetis permukaan jalan aspal lebih besar dari koefisien
gesek kinetis permukaan jalan beton. Koefisien gesek kinetis terbesar pada
permukaan jalan aspal yaitu 0, 6423 dengan kecepatan 50 km/jam dan koefisien
gesek kinetis terbesar pada permukaan jalan beton yaitu 0, 6425 dengan kecepatan
50 km/jam. µkja=ƒ(dL) > 4 ,68 % dari µkjb =ƒ(dL).
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7
10 km/jam 20 km/jam 30 km/jam 40 km/jam 50 km/jam
µkja=ƒ(dL)
4.5.6. Pengujian koefisien grip terhadap permukaan jalan aspal dan permukaan jalan
beton AH. Nasution Medan menggunakan mobil Toyota Kijang 2.4 D GLX
2003 dengan tekanan udara ban 32 psi
Pengujian ini diawali dengan pengukuran kelendutan ban terhadap permukaan jalan
aspal dan permukaan jalan beton AH. Nasution Medan menggunakan mobil toyota
kijang 2.4 D GLX 2003 dengan tekanan udara ban 30 psi, kemudian melajukan mobil
dengan kecepatan 0 – 50 km/jam. Dari hasil pengujian eksperimen diperoleh data
sepeti pada Tabel 4.24 di bawah ini.
Tabel 4.24 Data hasil ∆t secara eksperimen terhadap permukaan jalan aspal dan permukaan jalan beton dengan tekanan udara ban 32 psi
Tekanan udara ban 32 psi
W (N) V (km/jam) aspal beton
∆t
3678,75
10 1, 14 0, 96
20 1, 39 1, 28
30 1, 42 1, 46
40 1, 79 1, 7
50 2, 41 2, 3
Dari uraian pada Bab 2 yaitu ban bekerja dengan memanfaatkan gaya gesek
(koefisien grip) permukaannya dengan permukaan jalan.
4.5.6.1 Perhitungan koefisien grip terhadap permukaan jalan aspal AH. Nasution
Medan menggunakan mobil Toyota Kijang 2.4 D GLX dengan tekanan
Diketahui:
m = 375 kg [data massa mobil diperoleh dari spesifikasi kendaran].
W = 3678, 75 N
∆V = 2,77 m/dt [data kecepatan diperoleh dari speedometer]
∆t = 1,14 dt [data diperoleh dari stopwatch]
Rbanja = 0, 293 m
Pbanja = 30 psi
Pbanja = 0, 22064 N/mm²
Akbja = 8291, 873 mm²
g = 9, 81 m/dt²
dLja = 38, 26 mm
Untuk I pada permukaan jalan aspal adalah:
I = m × R²
I = 375 kg × (0,293)² m
I= 32, 193375 kgm²
Untuk a pada permukaan jalan aspal adalah:
a
=
∆V∆t
a = 2, 77 1, 14
a = 2, 429824561 m/d²
α= a
R
α= 2, 429824561 0, 293
α = 8, 292916592 rad/dt² Untuk F pada permukaan jalan aspal adalah:
F = m + I
R² × a
F = 375 + 31, 193375
0, 085849 × 2, 429824561
F = 1822, 368421 N
Untuk Ff pada permukaan jalan aspal adalah:
Ff =
I × α R
Ff = 32,193375 × 8, 292916592
0, 293
Ff = 911, 1842105 N
Untuk µk = ƒ (IRI) pada permukaan jalan aspal adalah:
µk= Pban × A
m × g −
∆V ∆t × g
µk = 0, 22064 × 8291, 873
375 × 9, 81
−
2, 77
µk = 0, 175424766
Untuk µk = ƒ (dL) pada permukaan jalan aspal adalah:
µk =Pban × A
Dari hasil perhitungan gaya dorong mobil (Fja) akan diperoleh gaya gesek (koefisien
grip) Ffja dan koefisien gesek kinetis ban terhadap permukaan jalan aspal.
Untuk hasil perhitungan (satu ban mobil) koefisien grip dengan kecepatan 20
km/jam – 50 km/jam pada permukaan jalan aspal dengan menggunakan tekanan
udara ban 30 psi dapat dilihat pada Tabel 4.25 dan Gambar 4.16 di bawah ini. Nilai
koefisien grip adalah untuk satu ban mobil.
Tabel 4.25 Data hasil koefisien grip terhadap permukaan jalan aspal dengan tekanan udara ban 32 psi
32 psi terhadap permukaan jalan aspal
Gambar 4.16 Perbandingan µkja = ƒ(IRI) dengan µkja =ƒ(dL)
pada permukaan jalan aspal dengan tekanan udara 32 psi
Dari Gambar 4.16 untuk µkja=ƒ(dL) dapat dilihat bahwa setiap kenaikan
kecepatan (V), akan terjadi peningkatan koefisien gesek kinetis. Koefisien gesek
kinetis terbesar yang merupakan fungsi dari dL yaitu 0,636 pada kecepatan 50
km/jam sedangkan untuk µkja=ƒ(IRI) setiap kenaikan kecepatan, V akan terjadi
penurunan koefisien gesek kinetis. Koefisien gesek gesek kinetis terbesar yang
merupakan fungsi dari IRI yaitu 0,175 pada kecepatan 10 km/jam.
4.5.6.2. Perhitungan koefisien grip terhadap permukaan jalan beton AH. Nasution
Medan menggunakan mobil Toyota Kijang 2.4 D GLX dengan tekanan
udara ban 32 psi PERBANDINGAN µkja = ƒ(IRI) VS µkja =ƒ(dL) DENGAN Pban 32 psi
∆t = 0,96 dt
Rbanjb = 0, 293 m
Pbanjb = 32 psi
Pbanjb = 0, 22064 N/mm²
Akbjb = 8930, 309 mm g = 9, 81 m/dt²
dLjb = 40, 85 mm
Untuk I pada permukaan jalan beton adalah:
I = m × R²
I= 375 × (0, 293)²
I= 32, 193375 kgm²
Untuk a pada permukaan jalan beton adalah:
a = ∆V
∆t
a = 2,77
0, 96
a = 2, 885416667
Untuk α pada permukaan jalan beton adalah:
α= a
R
α= 2, 885416667 0, 293
Untuk F pada permukaan jalan beton adalah:
F = m + I
R² × a
F = 375 + 32, 193375
0, 085849 × 2, 885416667
F= 2164, 0625 N
Untuk Ff pada permukaan jalan beton adalah:
Ff =
I × α R
Ff = 32,193375 × 9, 847838453
0, 293
Ff = 1082, 03125 N
Untuk µk = ƒ (IRI) pada permukaan jalan beton adalah:
µk= Pban × A
m × g −
∆V ∆t × g
µk = 0, 22064 × 8930, 309
375 × 9, 81
−
2, 77
0,96 × 9,81
µk= 0, 264541863
µk = Pban × A
Untuk hasil perhitungan (satu ban mobil) koefisien grip dengan kecepatan 20
km/jam – 50 km/jam pada permukaan jalan beton menggunakan tekanan udara ban
32 psi dapat dilihat pada Tabel 4.26 dan Gambar 4.17, 4.18, 4.19 di bawah ini. Nilai
koefisien grip adalah untuk satu ban mobil.
Tabel 4.26 Data hasil koefisien grip terhadap
permukaan jalan beton dengan tekanan udara ban 32 psi
32 psi terhadap permukaan jalan beton
Gambar 4.17 Perbandingan µkjb = ƒ(IRI) dengan µkjb =ƒ(dL) pada permukaan jalan beton dengan tekanan udara ban 32 psi
Dari Gambar 4.17 untuk µkja =ƒ(dL) dapat dilihat bahwa setiap kenaikan kecepatan
(km/jam), akan terjadi peningkatan koefisien gesek kinetis. Koefisien gesek kinetis
terbesar yang merupakan fungsi dari dL yaitu 0, 601 pada kecepatan 50 km/jam
sedangkan untuk µkja =ƒ(IRI) setiap kenaikan kecepatan, V akan terjadi penurunan
koefisien gesek kinetis. Koefisien gesek kinetis terbesar yang merupakan fungsi dari
IRI yaitu 0, 264 pada kecepatan 10 km/jam.
Gambar 4.18 Perbandingan µkja = ƒ(IRI) dengan µkjb =ƒ(IRI)
-0,2 PERBANDINGAN µkjb = ƒ(IRI) VS µkjb =ƒ(dL) DENGAN Pban 32 psi
10 20 30 40 50 PERBANDINGAN µkja = ƒ(IRI) VS µkjb =ƒ(IRI) DENGAN Pban 32 psi
pada permukaan jalan aspal dan permukaan jalan beton
Dari Gambar 4.18 untuk perbandingan µkja =ƒ(IRI) dengan µkjb =ƒ(IRI) dapat
dilihat bahwa koefisien gesek kinetis jalan beton lebih besar dibandingkan koefisien
gesek kinetis jalan aspal. Koefisien kinetis jalan permukaan beton terbesar yaitu 0,
264 dengan kecepatan 10 km/jam dan koefisien gesek permukaan jalan aspal terbesar
yaitu 0, 175 dengan kecepatan 10 km/jam. µkjb =ƒ(IRI) > 49,24 % dari µkja =ƒ(IRI).
Gambar 4.19 Perbandingan µkja = ƒ(dL) dengan µkjb =ƒ(dL) pada permukaan jalan aspal dan permukaan jalan beton
Dari Gambar 4.19 untuk perbandingan µkja=ƒ(dL) dengan µkjb=ƒ(dL) dapat
dilihat bahwa koefisien gesek kinetis permukaan jalan aspal lebih besar dari koefisien
gesek kinetis permukaan jalan beton. Koefisien gesek kinetis terbesar pada
permukaan jalan aspal yaitu 0, 277 dengan kecepatan 50 km/jam dan koefisien
gesek kinetis terbesar pada permukaan jalan beton yaitu 0, 223 dengan kecepatan 50
km/jam. µkja=ƒ(dL) > 7,50 % dari µkjb =ƒ(dL). 0
0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7
10 km/jam 20 km/jam 30 km/jam 40 km/jam 50 km/jam
µkja=ƒ(dL)
4.5.7 Pengujian koefisien grip terhadap permukaan jalan aspal dan permukaan jalan
beton AH. Nasution Medan menggunakan mobil Toyota Kijang 2.4 D GLX
2003 dengan tekanan udara ban 34 psi
Pengujian ini diawali dengan pengukuran kelendutan ban terhadap permukaan jalan
aspal dan permukaan jalan beton AH. Nasution Medan menggunakan mobil toyota
kijang 2.4 D GLX 2003 dengan tekanan udara ban 34 psi, kemudian melajukan mobil
dengan kecepatan 0 – 50 km/jam. Dari hasil pengujian eksperimen diperoleh data
sepeti pada Tabel 4.27 di bawah ini.
Tabel 4.27 Data hasil ∆t secara eksperimen terhadap permukaan jalan aspal dan permukaan jalan beton
dengan tekanan udara ban 34 psi
Tekanan udara ban 34 psi
W (N) V (km/jam) aspal beton
∆t
3678,75
10 1, 03 0, 91
20 1, 4 1, 36
30 1, 46 1, 42
40 1, 63 1, 6
50 2, 49 2, 36
Dari uraian pada Bab 2 yaitu ban bekerja dengan memanfaatkan gaya gesek
(koefisien grip) permukaannya dengan permukaan jalan.
4.5.7.1. Perhitungan koefisien grip terhadap permukaan jalan aspal AH. Nasution
Medan menggunakan mobil Toyota Kijang 2.4 D GLX dengan tekanan
udara ban 34 psi
m = 375 kg
W = 3678, 75 N
V = 10 km/jam
∆V = 2,77 m/dt
∆t = 1,03 dt
Rbanja = 0, 295 m
Pbanja = 34 psi
Pbanja = 0.23443 N/mm²
Akbja = 7685.43 mm²
g = 9,81 m/dt²
dLja = 38.26 mm
Untuk I pada permukaan jalan aspal adalah:
I = m × R²
I = 375 × (0,295)²
I = 32, 634375 kgm²
Untuk a pada permukaan jalan aspal adalah:
a = ∆V
∆t
a = 2, 77 1, 03
a = 2, 689320388 m/dt²
α = a
R
α= 2,68930388
0,295
α = 9, 116340299 rad/dt²
Untuk F pada permukaan jalan aspal adalah:
F = m + I
R² × a
F = 375 +32, 634375
0, 087025 × 2, 689320388
F= 2016, 990291 N
Untuk Ff pada permukaan jalan aspal adalah:
Ff =
I × α R
Ff = 32, 634375 × 9, 116340299
0, 295
Ff = 1008, 495146 N
Untuk µk = ƒ (IRI) pada permukaan jalan aspal adalah:
µk= Pban × A m × g −
∆V ∆t × g
µk = 0, 23443 × 7685, 434
375 × 9, 81 −
2, 77
µk = 0, 19892186
Untuk µk = ƒ (dL) pada permukaan jalan aspal adalah:
µk =Pban × A
Untuk hasil perhitungan (satu ban mobil) koefisien grip dengan kecepatan 20
km/jam – 50 km/jam pada permukaan jalan aspal dengan menggunakan tekanan
udara ban 30 psi dapat dilihat pada Tabel 4.28 dan Gambar 4.20 di bawah ini. Nilai
koefisien grip adalah untuk satu ban mobil.
Tabel 4.28 Data hasil koefisien grip terhadap permukaan jalan aspal dengan tekanan udara ban 34 psi
34 psi terhadap permukaan jalan aspal
Gambar 4.20 Perbandingan µkja = ƒ(IRI) dengan µkja =ƒ(dL)
pada permukaan jalan aspal dengan tekanan udara 34 psi
Dari Gambar 4.20 untuk µkja=ƒ(dL) dapat dilihat bahwa setiap kenaikan
kecepatan (V) akan terjadi peningkatan koefisien gesek kinetis. Koefisien gesek
kinetis terbesar yang merupakan fungsi dari dL yaitu 0, 659 pada kecepatan 50
km/jam sedangkan untuk µkja=ƒ(IRI) setiap kenaikan kecepatan (V) akan terjadi
penurunan koefisien gesek kinetis. Koefisien gesek gesek kinetis terbesar yang
merupakan fungsi dari IRI yaitu 0, 198 pada kecepatan 10 km/jam.
4.5.7.2. Perhitungan koefisien grip terhadap permukaan jalan beton AH. Nasution
Medan menggunakan mobil Toyota Kijang 2.4 D GLX dengan tekanan
udara ban 34 psi
Diketahui:
m = 375 kg
W = 3678, 75 N
V = 10 km/jam
∆V = 2,77 m/dt
-0,4 -0,2 0 0,2 0,4 0,6 0,8
µkja=ƒ(IRI) µkjb=ƒ(dL) PERBANDINGAN µkja = ƒ(IRI) dengan µkja=ƒ(dL) DENGAN Pban28 psi
∆t = 0,91dt
Rbanjb = 0, 297 m Pbanjb = 34 psi
P banjb = 0, 23443 N/mm²
Akbjb = 8244, 661 mm g = 9, 81 m/dt²
dLjb = 40, 85 mm
Untuk I pada permukaan jalan beton adalah:
I = m × R²
I = 375 × (0, 297)²
I = 33, 078375 kgm²
Untuk a pada permukaan jalan beton adalah:
a
=
∆V ∆ta = 2,77
0, 91
a = 3, 043956044 m/dt²
Untuk α pada permukaan jalan beton adalah:
α= a R
α= 3, 043956044 0, 297
Untuk F pada persamaan jalan beton adalah:
F = m + I
R² × a
F = 375 +33, 078375
0, 088209 × 3, 043956044
F= 2282, 967033 N
Untuk Ff pada permukaan jalan
Ff =
I × α R
Ff = 32, 078375 × 10, 2490125
0, 297
Ff = 1141,483516 N
Untuk µk = ƒ (IRI) pada permukaan jalan beton adalah:
µk= Pban × A m × g −
∆V ∆t × g
µk = 0, 23443 × 8244, 661
375 × 9, 81
−
2, 77
0,91 × 9,81
µk= 0, 268442644
Untuk µk = ƒ (dL) pada permukaan jalan beton adalah:
µk= Pban × A K × dL −
µk = 0, 23443 × 8244, 661
41332,5
−
2, 77
0,91 × 9,81
µk = - 0, 210189956
Untuk hasil perhitungan (satu ban mobil) koefisien grip dengan kecepatan 20
km/jam – 50 km/jam pada permukaan jalan beton menggunakan tekanan udara ban
34 psi dapat dilihat pada Tabel 4.29 dan Gambar 4.21, 4. 22, 4. 23 di bawah ini.
Tabel 4.29 Data hasil koefisien grip terhadap
permukaan jalan beton dengan tekanan udara ban 34 psi
34 psi terhadap permukaan jalan beton
V
Gambar 4.21 Perbandingan µkjb = ƒ(IRI) dengan µkjb =ƒ(dL) pada permukaan jalan beton dengan tekanan udara ban 34 psi
-0,2 PERBANDINGAN µkjb= ƒ(IRI) VS µkjb=ƒ(dL) DENGAN 28 psi
Dari Gambar 4.21 untuk µkja=ƒ(dL) dapat dilihat bahwa setiap kenaikan kecepatan
(V), akan terjadi peningkatan koefisien gesek kinetis. Koefisien gesek kinetis terbesar
yang merupakan fungsi dari dL yaitu 0,619 pada kecepatan 50 km/jam sedangkan
untuk µkja=ƒ(IRI) setiap kenaikan kecepatan (V) akan terjadi penurunan koefisien
gesek kinetis. Koefisien gesek kinetis terbesar yang merupakan fungsi dari IRI yaitu
0,268 pada kecepatan 10 km/jam.
Gambar 4.22 Perbandingan µkja = ƒ(IRI) dengan µkjb =ƒ(IRI) pada permukaan jalan aspal dan permukaan jalan beton
Dari Gambar 4.22 untuk perbandingan µkja=ƒ(IRI) dengan µkjb=ƒ(IRI) dapat
dilihat bahwa koefisien gesek kinetis jalan beton lebih besar dibandingkan koefisien
gesek kinetis jalan aspal. Koefisien kinetis jalan permukaan beton terbesar yaitu 0,
268 dengan kecepatan 10 km/jam dan koefisien gesek permukaan jalan aspal terbesar
yaitu 0, 198 dengan kecepatan 10 km/jam. µkjb=ƒ(IRI) > 52,26 % dari µkja=ƒ(IRI). -0,3
-0,2 -0,1 0 0,1 0,2 0,3
µkja=ƒ(IRI)
µkjb=ƒ(IRI) PERBANDINGAN µkja= ƒ(IRI) VS µkjb=ƒ(IRI) DENGAN Pban34 psi