PRINSIP-PRINSIP
DAN HUKUM-HUKUM EKONOMI
DALAM USAHATERNAK
Tim Pengajar
PENDAHULUAN
1. The Law of Diminishing Return 2. Farm Price
3. Quality and Price 4. Cost of Production
5. Comparative Advantage and Competitive Advantage 6. The Equimarginal Principle
7. Opportunity Cost
8. The Substitution Principle for Input 9. The Substitution Principle for Output 10. Cost and Revenue Relationship
11. Risk and Uncertainty
THE LAW OF DIMINISHING RETURN
•
Konsep the law of diminishing return (hukum kenaikan hasil yang
semakin berkurang) sering digunakan dalam pengambilan
keputusan di bidang peternakan, misalnya dalam penentuan
jumlah ransum atau dosis pemupukan yang tepat. Secara garis
besar ada tiga hubungan yang terjadi antara input dan output:
a. Constant Marginal Product
Pupuk
( X )
∆X
Total Produk
( Y )
∆Y
Marjinal Produk
( ∆Y/∆X )
0
10
1.336
108
108/10 =10,8
10
10
1.444
108
10,8
20
10
1.552
108
10,8
30
10
1.660
108
10,8
b. Increasing Marginal Product
Pada kondisi produk marjinal yang makin
meningkat, setiap penambahan satu satuan
input menyebabkan bertambahnya produk
dengan penambahan yang semakin besar.
Pada proses produksi ternak, fase ini biasanya
terjadi pada fase pertumbuhan ternak muda,
atau dalam penggemukan sapi potong yang
menggunakan bibit kurus tetapi sehat atau
lebih
dikenal
sebagai
pertumbuhan
Tabel
2.Pengaruh
Konsentrat
terhadap
Berat
Badan
Sapi Potong (dengan pertambahan yang meningkat)
Konsentrat
(X)
∆X
Total Produk
( Y )
∆Y
Marjinal Produk
(∆Y
/
∆X)
10
10
550
70
7
20
10
620
80
8
C. Decreasing Marginal Product
Pada kondisi produk marjinal yang makin
menurun, setiap penambahan satu satuan input
menyebabkan produk yang dihasilkan semakin
berkurang. Pada proses produksi ternak, fase ini
biasanya terjadi pada fase pertumbuhan ternak
yang
sudah
dewasa,
dimana
respon
pertambahan berat badan semakin kecil
meskipun jumlah pakan ditingkatkan.
Tabel 3. Pengaruh Pemberian Pupuk terhadap produksi Rumput)
Pupuk
(X)
∆X
Total Produk
( Y )
∆Y
Marjinal Produk
(∆Y
/
∆X )
2
25,89
3,581,76
4
2
9,41
2,96
1,48
•
Untuk memilih berapa input dipakai dalam
suatu proses produksi agar terjadi keuntungan
terbaik, perlu dikenal dua pengertian:
a. Nilai Produk Marginal (NPM)
adalah penambahan pendapatan yang
diterima akibat pemakaian tambahan unit
input
b. Biaya atau Nilai Input Marginal (NIM)
adalah perubahan dari ongkos input total
yang
disebabkan
oleh
penggunaan
Kasus:
Berapa kg jumlah konsentrat yang harus diberikan
1 5,00 1,00 5,00 500 5.000 4.500 2 6,50 1,50 3,25 1.000 6.500 5.500 3 8,50 2,00 2,83 1.500 8.500 7.000 4 10,00 1,50 2,50 2.000 10.000 8.000 5 11,00 1,00 2,20 2.500 11.000 8.5006 11,50 0,50 1,92 3.000 11.500 8.500
FARM PRICE (HARGA DI TINGKAT PETERNAK)
•
Tingkat harga terakhir pada umumnya merupakan hal yang penting
dalam penentuan manajemen. Harga ini tidak selalu ditentukan
oleh keseimbangan penawaran dan permintaan saja, tetapi juga
oleh harga lainnya pada semua tingkat sampai suatu produk
sampai di konsumen.
•
Karena hasil peternakan ini melalui suatu proses biologis dan tidak
dapat dipercepat sebelum waktunya, maka pengetahuan praktis
mengenai tren harga yang akan datang sangat lebih penting
diketahui peternak bila dibandingkan dengan penjualan eceran
barang industri. Peternak membeli ternak dan bahan pakan
beberapa bulan atau tahun sebelum hasilnya dapat dijual.
FARM ---> MARKET
Transfer cost
• Untuk Input Produksi:
Farm Price = Market Price + Transfer Cost
• Untuk Produksi:
Market Price = Farm Price + Transfer Cost
• Dalam prakteknya, besarnya transfer cost adalah sebesar marjin tataniaga: Contoh:
(1) Berapa harga domba di pasar bila peternak menjual dengan harga Rp. 400.000 per ekor bila transfer cost Rp.7.500.
QUALITY AND PRICE
• Secara umum untuk komoditas apapun, harga produk selalu mencerminkan kualitas barang yang bersangkutan. Untuk komoditas pertanian, khususnya pada tingkat harga
farm gate price, petani menjual barang dalam sistem borongan, sehingga harga tidak menentukan kualitas barang secara spesifik. Di tingkat konsumen barang yang bersangkutan sudah dipisahkan sesuai dengan kualitas, sehingga untuk masing-masing
grademempunyai harga tersendiri.
• Upaya standarisasi dan grading harus terus menerus dilakukan karena menyangkut perolehan nilai tambah usaha serta daya saing barang di pasar, khususnya untuk menghadapi pasar global. Terlebih bila mengingat bahwa makin meningkatnya daya beli masyarakat, maka permintaan berdasarkan kualitas barang akan semakin meningkat pula.
• Untuk menghasilkan barang dengan kualitas tinggi dan mendapatkan harga yang tinggi pula, perlu diadakan usaha tertentu dengan mengeluarkan biaya tambahan. Bagaimanapun petani dan peternak sedapat mungkin harus meningkatkan keuntungan melalui perbaikan mutu produknya.
COST OF PRODUCTION
•
Biaya produksi dalam suatu usaha peternakan merupakan
biaya yang dikeluarkan sebagai kompensasi seluruh faktor
produksi yang yang digunakan dalam suatu proses produksi.
•
Pada umumnya biaya produksi peternakan dibedakan atas
• Yang dimaksud dengan biaya tetap ialah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi serta tidak habis dalam satu proses produksi. Misalnya biaya sewa lahan atau bangunan gudang serta kandang dan bibit ternak. Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya tergantung besar kecilnya produksi dan habis dalam satu proses produksi. Misalnya pupuk, tenaga kerja harian, pakan, serta obat-obatan. Biaya tetap diterapkan kepada perusahaan secara keseluruhan. Biaya ini tidak berubah walaupun terjadi perubahan-perubahan yang besar dalam jumlah produksi dan biaya ini dikenal sebagai overheads.
• Sebagai contoh biaya tetap:
a. untuk pembelian mesin pemerah susu. Biaya pembelian dapat menyebar selama beberapa tahun (tergantung pada umur ekonomis mesin) sebagai ongkos depresiasi. Biaya depresiasi ini sebagai biaya tetap. Ada atau tidak ada sapi, berfungsi atau tidak mesin tersebut maka biayanya tetap harus dibayar.
• Pada umumnya peternakan rakyat di Indonesia dengan skala usaha yang kecil hampir tidak mengeluarkan biaya tetap dan seandainya ada maka jumlahnya sangat kecil sekali sehingga dalam perhitungan biaya produksi seringkali tidak diperhitungkan. Dalam menganalisis biaya di bidang peternakan, seringkali komponen biaya atau pendapatan tidak selamanya dibayar dalam bentuk uang tapi bisa pula dalam bentuk barang (in natura). Misalnya biaya panen padi yang tidak dibayar dalam bentuk uang tapi dalam bentuk padi atau dalam usaha ternak domba sistem bagi hasil yang dibayar dalam bentuk anak domba itu sendiri.
• Selain daripada itu sering kali pula ada faktor produksi yang digunakan tapi tidak pernah dibayar baik berupa uang maupun in natura. Dalam analisis usahaternak biaya tersebut tetap harus diperhitungkan baik melalui asumsi seandainya faktor tersebut dibeli atau berdasarkan opportunity cost nya. Misalnya penggunaan tenaga kerja keluarga, rumput lapangan yang disabit sendiri, pemberian susu untuk pedet, pupuk kandang dari ternak sendiri untuk memupuk tanaman di ladang sendiri. Biaya-biaya tersebut dinamakan sebagai biaya tersamar.
• Biaya riil, adalah biaya yang benar-benar dibayarkan baik secara tunai maupun kredit atau dalam bentuk natura maupun in natura dalam suatu usaha.
COMPARATIVE ADVANTAGE
AND COMPETITIVE ADVANTAGE
• Keunggulan komparatif, yaitu keunggulan suatu produk atau usaha karena mendapat dukungan dari kuantitas sumberdaya manusia yang banyak (upah murah), serta sumberdaya lokal yang melimpah (harga input murah).
Keunggulan kompetitif, yaitu keunggulan suatu produk atau usaha yang disebabkan oleh penggunaan teknologi atau kualitas sumber daya manusia yang unggul (efisiensi proses produksi).
• Alternatif pemilihan suatu usaha baik melalui keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif tetap didasarkan pada keuntungan yang dapat diraih berdasarkan penghematan biaya atau memaksimalkan penerimaan. Upaya memadukan keunggulan komparatif dan kompetitif harus selalu diupayakan untuk memperoleh daya saing produk di pasar. • Misalnya mana yang akan dipilih dalam kasus penentuan lokasi