• Tidak ada hasil yang ditemukan

TA PIG 1306746 Chapter 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TA PIG 1306746 Chapter 1"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Annisa Puteri Utari Syamsuddin, 2016

Pemetaan Areal Kebun Bibit Rakyat (Kbr) Untuk Rehabilitasi Lahan Kritis di Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program Kebun Bibit Rakyat (KBR) merupakan salah satu program

pemerintah yang ditujukan untuk terus meningkatkan capaian rehabilitasi hutan

dan lahan Program tersebut merupakan fasilitasi pemerintah dalam penyediaan

bibit tanaman hutan dan jenis tanaman serbaguna Multi Purpose Tree Species

(MPTS) yang prosesnya dibuat secara swakelola oleh kelompok tani. Sasaran

penanaman bibit hasil KBR digunakan untuk merehabilitasi dan menanam di

lahan kritis, lahan kosong, dan lahan tidak produktif sebagai upaya percepatan

rehabilitasi hutan dan lahan yang terdegradasi.

Program kebun bibit rakyat ini di rancang oleh kementrian kehutanan

dengan skala nasional. Program ini dimulai pada tahun 2010 dan di tetapkan

melalui Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang kehutanan pada pasal 2

yang menyebutkan “Penyelenggaraan kehutanan berasaskan asas manfaat dan lestari, kerakyatan, keadilan, kebersamaan, keterbukaan, dan keterpaduan”.

Sejak dirancang pada tahun 2010 terdapat beberapakali perubahan penyusunan

pedoman penyelenggaraan Kebun Bibit Rakyat. Hal ini disesuaikan dengan

kondisi lapangan dan kebutuhan masyarakat sekitarnya. Pada tahun 2010

Pedoman KBR ini mengacu pada Peraturan Menteri Kehutanan Republik

Indonesia Nomor: P. 24/Menhut-II/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan

Kebun Bibit Rakyat menjadi Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia

Nomor: P.46/Menhut-II/2010 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri

Kehutanan Nomor P.24/Menhut-II/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan

Kebun Bibit Rakyat. Perubahan ini dapat dilihat bahwa sebelumnya KBR

sebatas diartikan sebagai program penyediaan bibit berkualitas melalui

pembuatan bibit saja, menjadi program penyediaan bibit yang meliputi

pembuatan dan/atau pengadaan bibit. Selain itu, ditambahkan pula ketentuan

(2)

Annisa Puteri Utari Syamsuddin, 2016

Pemetaan Areal Kebun Bibit Rakyat (Kbr) Untuk Rehabilitasi Lahan Kritis di Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Non APBN (Bab I huruf c). Sedangkan tahun 2011 mengacu pada Peraturan

Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P.23/Menhut-II/2011 tentang

Pedoman Teknis Kebun Bibit Rakyat. Tahun 2012 pedoman diubah kembali dan

ditetapkan melalui Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor:

P.17/Menhut-II/2012 tentang Pedoman Teknis Kebun Bibit Rakyat. Program

KBR dalam dua ketentuan tersebut didefinisikan sebagai kebun bibit yang

dikelola oleh kelompok masyarakat melalui pembuatan bibit berbagai jenis

tanaman hutan dan/atau tanaman serbaguna (MPTS) yang pembiayaannya dapat

bersumber dari dana pemerintah atau non pemerintah.

Tahun 2013 Program KBR dalam hal ini sepenuhnya menjadi tanggung

jawab pemerintah atas pembiayaannya. Kondisi demikian tidak terlepas dari

ketentuan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan

Pemberantasan Perusakan Hutan yang menjadi suatu bentuk keseriusan

pemerintah dalam mencegah dan memberantas tindakan perusakan hutan yang

terjadi di Indonesia. Pelaksanaan Program KBR tahun 2013 didasari oleh

Permenhut Nomor P.12/Menhut-II/2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan

Kebun Bibit Rakyat. Ketentuan tersebut secara tegas menyatakan bahwa

penyelenggaraan Program KBR sepenuhnya dibiayai oleh dana yang bersumber

dari pemerintah (Bab I huruf c). Hal ini berbeda dengan pengertian KBR pada

tahun-tahun sebelumnya yang mengatur bahwa Program KBR dapat pula

dibiayai oleh dana non pemerintah atau non APBN. Tahun 2014 pedoman KBR

diubah kembali dan ditetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan

Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.94/Menhut-Ii/2014. Pada pedoman

tahun 2014 mengalami perubahan pada Pasal I ayat B tentang penanaman.

Perubahan terakhir yaitu tahun 2015 yang diputuskan melalui Peraturan Menteri

Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P.

29/Menlhk-Setjen/2015. Pada tahun 2015 tersebut perubahan dilakukan pada pasal 1, 2 dan

3.

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa Program KBR merupakan

(3)

Annisa Puteri Utari Syamsuddin, 2016

Pemetaan Areal Kebun Bibit Rakyat (Kbr) Untuk Rehabilitasi Lahan Kritis di Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diimplementasikan secara luas pada lingkup nasional di berbagai daerah di

Indonesia. Permasalahannya adalah bahwa program yang telah diformulasikan

tersebut tidak akan dapat mencapai tujuannya apabila tidak diimplementasikan

dengan tepat selain itu lokasi untuk pelaksanaan KBR pun harus sesuai dan tepat

pada lahan-lahan yang terdegradasi dan perlu rehabilitasi. Dalam penentuan

lokasi pada penelitian merupakan syarat untuk Rancangan penanaman yang

memuat letak lokasi,luas, jenis tanaman, daftar pemilik lahan, peta lokasi

penanaman (skala 1 : 2000) dan koodinatnya.

Pada penelitian ini, berfokus pada prosedur pemetaan untuk lokasi

pelaksanaan program KBR di wilayah Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa

Barat. Hal ini didasari oleh data Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)

Cimanuk Citanduy Luas dan Tingkat Kekritisan Lahan di Wilayah Kerja

BPDAS Cimanuk-Citanduy Tahun 2015. Pada data tersebut menunjukan bahwa

posisi luas lahan kritis tertinggi pertama adalah Garut yang sudah terlebih dahulu

dilaksanakan KBR dan peringkat kedua adalah Kabupaten Tasikmalaya dengan

(4)

Annisa Puteri Utari Syamsuddin, 2016

Pemetaan Areal Kebun Bibit Rakyat (Kbr) Untuk Rehabilitasi Lahan Kritis di Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel I.1 Luas dan Tingkat Kekritisan Lahan di Wilayah Kerja BPDAS

Cimanuk-Citanduy Tahun 2015

No Kab/Kota

Tingkat Kekritisan Lahan

(5)

Annisa Puteri Utari Syamsuddin, 2016

Pemetaan Areal Kebun Bibit Rakyat (Kbr) Untuk Rehabilitasi Lahan Kritis di Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sumber Data : Hasil Review Lahan Kritis BPDAS Cimanuk-Citanduy Tahun 2015 Kerjasama dengan PUSPICS UGM

Hal yang mendasari penelitian ini adalah fakta bahwa prosedur pemetaan

yang dilakukan masyarakat belum sesuai dengan prosedur yang seharusnya.

Tahapan-tahapan dalam pemetaan dilakukan dengan tidak terencana. Hal yang

sering terjadi adalah pengambilan titik koordinat menggunakan Global

Positioning System (GPS) dan pembuatan peta yang belum sesuai dengan kaidah

kartografi. Pengambilan titik koordinat ini bermasalah saat melakukan Marking

pada GPS, akurasi yang ditunjukan belum memenuhi syarat. Jika menggunakan

GPS Handheald yang seharusnya akurasi maksimal 3 meter tetapi belum

mencapai 3 meter sudah dilakukan marking. Hal ini akan mempengaruhi

koordinat dan lokasi KBR dipeta tidak sesuai dengan keadaan dilapangan.

Adapun hal-hal lain yang mempengaruhinya seperti multipath, imageing,

pengaruh satelit dan sebagainya. Selain itu tampilan peta yang digunakan harus

sesuai dengan kaidah kartografi yang digunakan oleh Menteri Lingkungan

Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia. Dalam penentuan lokasi yaitu

Kabupaten Tasikmalaya ini dikarenakan BPDAS HL Cimanuk Citanduy telah

melakukan rehabilitasi lahan pada anggaran tahun 2014 dengan program KBR di

Kabupaten Garut yang merupakan wilayah kerja meliputi DAS Cimanuk, untuk

anggaran pada tahun 2015 dilakukan pada wilayah kerja DAS Citanduy. Selain

itu berdasarkan hasil review lahan kritis Kabupaten Tasikmalaya lebih

diprioritaskan karena berada pada nomor dua dengan total luas lahan yang kritis

setelah Kabupaten Garut.

B. Rumusan Masalah

Sejalan dengan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah :

1. Bagaimana memetakan kebun bibit rakyat yang digunakan untuk

(6)

Annisa Puteri Utari Syamsuddin, 2016

Pemetaan Areal Kebun Bibit Rakyat (Kbr) Untuk Rehabilitasi Lahan Kritis di Kabupaten Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Bagaimana tingkat kekritisan lahan pada kebun bibit rakyat ?

3. Apa jenis tanaman yang ditanam pada kebun bibit rakyat ?

C. Tujuan

Sejalan dengan rumusan masalah diatas maka tujuan dilaksanakannya penelitian

ini adalah sebagai berikut.

1. mengetahui cara memetakan kebun bibit rakyat untuk rehabilitasi lahan

kritis;

2. mengetahui tingkat kekritisan lahan pada kebun bibit rakyat;

3. mengetahui jenis tanaman yang ditanam pada kebun bibit rakyat.

D. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis dan pembaca, menambah wawasan penulis dan pembaca untuk

upaya rehabilitasi lahan kritis dengan program kebun bibit rakyat.

2. Bagi Instansi terkait, membantu dalam pengambilan keputusan atau

Gambar

Tabel I.1 Luas dan Tingkat Kekritisan Lahan di Wilayah Kerja BPDAS

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Sehingga suatu program yang ditulis dalam kode instruksi untuk.. mikroprosesor tertentu tidak dapat dijalankan untuk semua

Lomba tari ini digelar dalam rangka menyambut Hari Bhayangkara ke­71. Para peserta merupakan Polwan

Keputusan hakim yang menyatakan seseorang bersalah atas perbuatan pidana yang dimaksud dalam pasal 13, menentukan pula perintah terhadap yang bersalah untuk

Tubektomi (Metode Operasi Wanita/ MOW) adalah metode kontrasepsi mantap yang bersifat sukarela bagi seorang wanita bila tidak ingin hamil lagi dengan cara mengoklusi tuba

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pendekatan dan media yang diteliti telah membantu mahasiswa dalam meningkatkan keterampilan menulis teks jurnalistik jenis

Bagi Bapak/Ibu dan Saudara/i yang baru pertama kali mengikuti kegiatan ibadah dalam persekutuan di Jemaat GPIB CINERE - Depok dan berkerinduan menjadi anggota jemaat, agar

posisi fitur pada wajah seperti mata, hidung, dan mulut sehingga peran dari blok pre- processing cukup vital dalam sistem pengenalan wajah yang telah dibuat,