• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Caleg Perempuan dalam Memen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perbandingan Caleg Perempuan dalam Memen"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

Yol.2

No. 1 Tahun2011

Daftar lsi

Leo

"Agustino

Suryadi

Bemilih.qn Gub'eqnuq Qqsllq Oqhe tsacu Eeog4

lqovirFi BEnlprr pgid3 lghun zBgit 'ogn ZQ$IS

rssii

2086-8882

ffi€

€Fffi

ffis

@ffi

i=.sfl :lM E

-P;t5enbingan Slqtegi

pgg

peqempum HEa

Memengngkgr

Kur5i-diBq*men

=

Seli Naswati Hamka dan N3tsiq

Qemikiq4n'dgri Sfi.ap fohoh t1ftm

Dt'a*

Nffiq

Wannofri6umry

lr8uoge? lskn

€n

Neggrj 'di lnftooeEiS, ',,,,','

{eqpgrjimEgnskso lemikir@

XeoeipilAe

Nu{

Tudhi"Andoni

,

,,

:-I..t4og

lsi tgn Koafp&i Hist'oqi*,,& ,un,'

!urq! Keqqisqn BuJom Esqi nDaf,n**la.irirf n

kl*i

ss (s))

Komersialisd'dan Difprpnsigsi pedi Seb'uah Desa

Ppr:batesan Sumateqa BEqaL,

lgl3:ftr93

' Nopriyasman

eJ35: HAMKA on Maititog l_en Melaka

Eawirman

f,,esensi

Histbriografi Musik lniJortesia Dari Hotii Hinggq

ffi

Jurna1

Edita

Pusat Studi Informasi, Dokumentasi, dan Kesejarahan

(2)

Vol. 2 Tahun.I, No.2 (2011)

HelalraN

46

'=P

andtngan

Strategl

Ca1eg perempuen dalam

-

-

liemcnangken

Kursl

dl

Parlemen

Selli Naswati.

Repro. Majalah Aneka Minang, 2Febrtrari 1972

*

Staf pengajarJurusan Sosiologi, Fakultas Ilmur Sosial (FIS) Universitas Negeri Padang (UNP), Sumatra Barat

E d it a i Edit or Akade mik), lurnal Pusindok-U niversitas And.alas

HamueN 47

I. Pendahulu

Ylemilu

leeisla

*,

i,mlafr

an

I

ielamin

p, perempuan yang Sumbar sebanyal 55

kursi

yang

I(

dibandingkan

d

kabupaten yang e

Umumnl

Jan kabupaten d

ada anggota DP anggota

DPRD

Kabupaten Soloi

';ga

tampak pad

::ldapat 6 orang '

l

- i-1

ini

mengalz Flukruasi

--:

menunjukke

irat.

Bila ditiLl

l?R.D

Provinsi

s::anyak

240 {:

,::-ah

Caleg L

:-.-eiahui Caleg

;::empuan

163

lzn

data tersel :eryartisipasi pc

-a,-: unruk pene

Agaknr

:erkompetisi

g''

:tietapkannva

u

::nliakan afirma' -.'ang

menl'e'lu

:::cgikutkan i:

::kungan peiua I -t08 tentang Pe

(3)

HalauaN

@IS) Universitas Negeri

Hiuueru 47

Vol.2 Tahun.I, No 2 (20f0

L

Dendalruluan

[emilu-legislatif

9

April

2009 rarumenunjukkan adanya peningkatan

r

jumlah

ansgota

bpno

provinsi

s".ut"iu

g;;;^rgberjenis

I

kelamin perempuan.

Bila

pada

tahun

2A04

.u,fu,

r"i"ururjumlah

perempuan yang menduduki posisi sebagai

anggota

DPRD

provinsi

sumbar sebanyak 5 orang,

-utu

sekarang

ini

menjadi

7

orangdari total

ll-

kursi

yang

tersedia.

Jumrah

ini

merupakan yang

terbesar

bila

dibandingkan

dengan

anggota

D'RD

perempuan

di

rg

kota

dan

kabupaten

yangadadi

Sumbar.

r ---r

Umumnya, jumlah

anggota

DPRD

perempuan pada

1g

kota dan kabupaten

di

Sumbar,

bertsar

dari

I

hfigg"4

;;;dlaja,

bahkan

ada anggota

DPRD

kota

atau kabupaten yang

sama sekali

tidak

ada anggota

DPRD

perempuannya (seperti

fuUifute"

i.riri,

Selatan,

Kabupaten.

solo.k):YTyorot

ryu

,umtatr

unggltu

pp-np

perempuan

pga

tampak pada

DpRDtota

padang, bahwi"paau

p"rioa"

2004-2009

l*?p::

6 or anganggota DpRD

pere*!,r*,

namun untuk perio

de

2009 _

2014 ini mengalami penurunan fri"sgu .10./, yakni

hanya 3 orang saja.

:-: _

a"P:si

jumtah

anggota

oFno

provinsi,

ko; ;u;

kabupaten

mr

menunjukka"

glT"fila_

aktivitas

politisi

p..;;;;;;i

Sumatera

Barat. Bila

ditilik

lebih

jauh

rasi,

dati

ii

rpu

^s,r;;;*k

pemilihan

DPRD Provinsi

p.dgl-:

zoog-ioiq,r..a"p",

7

4g

caronregistatif (caleg),

sebanyak 240 (32,o,o/o).adarah

caleg

perempuan

aan

sog

(6r,920/o)

adalah Caleg

Laki-laki. Sementara"pimil,

p..ioa.

iooa _2009

lalu,

diketahui Categ untuk

DpRD

S"*U*

r"U

1y7iOji

i,"si*g*

Categ

perempuan 163

oiang

egW-

dan Categ gid_fuH

,"U""i"t

+ 54 (74yo).

Da,,

data tersebut

tur"put

adanyap.rrirgtutu

n

6yo

perempuan dalarn berpartisipasi poritik lever provinsi

i*

igrt"mpetisi

dengan caleg raki_ laki untuk pemenangan suara pada pemilu

2009.

Agaknya

peningkatin

jumlah

Caleg perempuan

dalam

berkompetisi

guna

memperoleh

kursi

di

parre"me,

,u[i..r.pas

dari

:*:T:"Tf!-]

,p:*i1"

iirnu"u r.i.rupa

pasatnya sudah memberikan tindakanafi

rmatif

kepadap...*p"u.,;#ffi

#;#ri',ff

T;;'rff;,

yang menyebutkan

agar

partii politik

fearo"rr-;;;Jrru

p.*ito

mengikutkan

minimar.3Oo/o carontegislatir

por*pouri

s-ematio

Jetus dukungan peluang untukperempuan

"*.t,

tercantum pada

uu

No.10/

2008 tentang

pem,u

DpR,

opii

i""

iipno

vakni

p"r"rErrr

g ayat 1

Edita (Editor Akade mik ),

(4)

Vol. 2 Tahun.l, No. Z (2011)

HalaueN

48

huruf d,

mengatur

Parpol

peserta

Pemilu

yang

harus

menyertakan keterwakilan perempuan minimal 30o/o padakepengurusan tingkat pusat. Pasal 53 mengatur daftar

bakal

calon yang

diajukan parpol

memuat

sedikitnya

30%

keterwakilan perempuan

dan

pasal

ss (2)

tenrang penyusuan bakal calon,

untuk

setiap

tiga

orang

bakal calon

terd.apat sekurang-kurangnya satu perempuan.

Ini

maksudnya

agfi

perempuan sebagai caleg juga berkesempatan menempati nomor

urut kecil,

sebab

nomor

urut

posisi atas

ini

diyakini

akan memberi peluang besar untuk bisa mendapatkan jatah kursi di lembaga perwakilan. Agaknya pasal

ini

tak

banyak berfungsi karena keputusan Mahkamah

Konstitusi

(MK)

merevisi

pasal2l4

uu

No.10

/2a08

ini

pada 23 Desember 2008 la1u.

Revisi menyatakan pemenang Pemilu adalah peraih suara terbanyak tanpa melihat nomor

urut.

Jadi diraihnya suara terbanyaktanpamelihat nomor

urut,

seolah

membuka peluang

bagi

caleg

perempuan

untuk

bisa mendapatkan kursi tanpa harus berada di nomor urutan atas.

Namun seperti diuraikan sebelumnya, tampakbahwa telah terjadi pergerakan

naik turun

jumlah

keterwakilan perempuan

di

parlemen. Bahwa nomor suara terbanyak tak terlalu signifikan dalam menentukan perolehan kursi di parlemen bagi caleg Perempuan. Agaknya peraturan

itu

masih belum menunjukkan efektifitas

untuk

meningkatkan jumrah perempuan

di parlemen.

Bahkan Caleg perempuan periode 2A09-2014 yang sudah menjadi legislator periode sebelumnya, dianggap sudah

memiliki

modal sosial dan aset

politik

(seperti sudah dikenal konstituen

dengan pengalaman sebagai legislator selama 5 tahun) temyata tak banyak yang

terpilih

kembali.

Selain peraturan yang mendukung keberadaan Caleg perempuan untuk bisa memperoleh suara dalam pemilu, dalam konteks lokal sumatra Barat, terdapat modal sosial lainnya untuk meraup suara sebanyaknya, yakni masyarakat Sumbar yang bercirikan budaya lokal sistem matrilineal dan menerapkan sifat egaliter. Bahwa dua ciri spesifik

ini

dipercaya akan

memberikan

kontribusi

positif

bagi caleg perempuan.

penelitian

mengenai rpayacaleg perempuan memenangkan suara pada tahun2004 lalu membuktikan, bahwa terdapat kontribusi (peran mamak dan saudara

iaki-laki

yang

memlllki

power

di

tengah masyarakat) kepada

caleg

perempuan dalam upaya perolehan suara bagi mereka untuk bisa duduk

di

DPRD

Provinsi sumbar periode 2004-2009.

Namun untuk

pemilu

2009

ini,

ternyata

strategi demikian

tampaknya

tak

ragi berhasil

diterapkan oleh legislator perempuan yang incumbent untuk kembali

ikut

bertarung untuk perio de 2009-2074.

Dari

empat incumbent legislator yang

Edita (Editor Akademik), lurnal Pusindok-Universitas Andalas

Harevau 49

diwawancarai,3 c

saudara laki-laki y

di

Sumbar (suamt

Bahkan boleh

dik

legislatif yang dud dan terpilih kembi

ll.

Dermasala

Berangkat

jauh

tentangfaktc

sebagai legislator

perempuan

untu, Apakah modal so

sistem

matrilinial

tua dan saudara ya

mendapatkan sua

mereka menjadi 1q

dan rakyat yang n periode kedua, ati

terkait

dengan ke

mereka

tak terpili

tersebut dengan

r

Calegperempuan' lokal

di

Sumatra

I

tl!.

Settins

Sosi

3.1

Arti

Pereml Minangkabau

Sumatra Bi egaliter. Selain itu, r

masih cukup kenta sistem

matrilinial,

pihak

ibu

dan mer

komunitas

adat di

dalam

satu kaum bersama menjadi o

kaum mereka, yar ada yang mengati

Edita ( E dit or Akade miL.

(5)

Vol.2 Tahun.I, No.2 (2011)

rcarai,3diantaranyamemilikihubungankekebarabatandengan

i*r-f"f.i

yurg

*.ojudi

figur tokoh adat informal (ayah)' politikus

;it;#

aln

mlar

ifar;,

tak satupun vang

terpilih

kembali'

Uotetr dikata

di

Sumatra Batat, hanya satu perempuan-anggota

l",if

yut g duduk di DPRD periode 2004-2OOg yang mampu bertahan

*d;

fembali

sebagai anggotaperiode untuk kedua kaltnya'

Dermasalahan

Berangkat dari fenome rla vatgdemikian'

3"k?'ltti

lf"i*lil

d;;;'i;;;;;;;;;

"'""v"duttu"

mereka tak bisa

lagi

terpilih

;ai

le gi sl ato

r.

Ap

umt"

"

g""up

d aya up

ay"

"t11,

: :1

":t

P:

::':r'"

;fil;? il;;;n

,,i.*""u"gkan

suara sudah maksimal? modal sosial berupa

rituiritui

yang dianut (sikap egaliter dan

iirig""

dalam

tonteta

dukungan mamak' orang dan saudar

a

yaig*.,,juai

totoh

masyarakat tak

lagi

Ptq::"^

:1*

ratkan suara Aari

tariU

kerabat

di

kampung?

Aq*?h

seflma

menjadilegislatorsrdahdirasakankehadirannya"l:1,-YltL'1ll

raliyat yuog

-e-ititnya

atau tidak, sehingga tak lagi

dipilih

untuk rde kedua, atau memang persaingan

politik

yang keras

Ut t:il:

[;.;g^;

kebijakan iriternal

siitem

Parpol

yarg

menyebabkan

[u

iuti.rpilih

iagi? Makalah

ini

mencoba

3e!y1b

ryi"Y::

na

J."Su"

membandingkan strategi yang

dilakukal

ena]n orang

perempuanyunguoSoultg'"t'".n1pttT*i*l"TI"#:f

politik

;ft;"i;

i"ririia"arla

perioae Pemilu 2004 darl200e'

L

Settlng

Sosial

rlan

Kontel$

Lol(at Sumatra Darat

lAttiPerempuao-airnru'yarakatMatrilinialdanEgaliter

SumatraBaratakrabdengankuiturdanadatMinangkabauyang

ealiter.

Selain itu, siste*

*ut

itinia] na{a

lStvTukut

:1',t-Y'T"*f:

ffiff;;^k;;A;;

k"nsisten dipraktettcan hingga sekarang' Dalam

dr,.;-;;*tnia1,

masyarakat menganut garis keturunan berdasarkan

pfu;k

fu;

dan menjadikan

ibu

(perempuan) sebagai posisi sentral pada

tomunitas

aaat aan

teiourgu

iesar Tirtt,ded

fomily)

di kaumnya' Di

dalam

satu

kaum

itu,

terdapat

seorang perempuan

yang

disepakati bersama menjadi otuttg

yangtewakili

suaia dan aspirasi perempuan

di

taum

mereka, yurrg

bI*u

Iisebut

dengan Bundo

Kanduang'

Bahkan ada

yang-.rrguaukuo bahwa

suatu

kaum

itu punah' tidak

ada

lagi

Hita (E ttit o r Akade mik )' J ur nal Pusindok'Il niv ersitus

Anddas

u

yang

harus

men

kepengurusan tingkat yang

diajukan

Parpol

dan

pasal 55

(2)

ten orang

bakal

calon terd

i

malaudnya

agar

nomor

urut

kecil, memberi peluang besar perwakilan. Agaknya pasal

Mahkamah

Konstitusi

pada 23 Desember 2008 peraih suara terbanyak terbanyak tanpa melihat caleg

perempuan

untuk bi

nomor urutan atas.

tampakbahwa telahteri perempuan

di

parlemen-signifikan dalam menentukan

.

Agaknya peraturan untuk meningkatkan

jumlah

perempuan periode 2009-2014 sebelumny

a,

dianggap sudah i sudah dikenal konstituen 5 tahun) ternyata takbanyak keberadaan Caleg perempuan dalam konteks lokal Sumatra meraup suara sebanyaknya,

budaya lokal sistem matrilineal ciri spesifft

ini

dipercaya akan leg

perempuan.

Penelitian

suarapada tahan2004 i (peran mamak dan saudara

h

masyarakat) kepada Caleg bagi mereka untuk bisa duduk

.

Namun untuk

Pemilu

tampaknya

tak lagi

berhasil

incumbent untuk kernbali

ikut

empat inatmbent legislator y ang

I

urnal Pusindok-U niv ers itas Andalas
(6)

Vol. 2 Tahun. I, No. 2 (2011) HauvraN 50

eksistensi suku tersebut karena tak ada pihak perempuan di dalam kaum suku tersebut yang melanjutkan keturunan

mereka.

Jadi tampak jelas bahwa

perempuan

adalah

pelanjut keturunan,

perempuan penerima

warisan harta pusaka dan

gelar

adat.

Perempuan tersebut berhak mengatur dan mengelola aset atau modal pusaka

kaum.

Situasi yang demikian, seperti dikatakan Sanday menunjukkan peran besar perempuan

yang dituakan dikaumnya yarug disebut dengan Bundo Kanduang: "...That wotnen are positioned at the core of the generational

fomily. Largely through this matrilineal social organization,

the leading figure in a Minangkabau extended fomily, usually

the oldest sister, is a symbolic 'queen mother,'

or

'Bundo Kanduangt'.

Maka

tak

salah

bila

kemudian

wieringa

menyebutkan bahwa perempuan etnis minangkabau memiliki posisi yang tidak tersubordinasi,

jort

o sebaliknya dalamposisi yang setara dan sama yang melekat dengan

ierm egaliter.

Seperti dikatakannya:

"Wornen in Minangkabau society have social status

in

terins

of their custotns, property ownership, and egalitaianism in the societf .

Boleh dikatakan

secara

keseluruhan dalam konteks adat

di

Sumatra Barat, perempuan sudah mendapatkan posisi yang Setara dan

tidak lagi termarginalkan

karena statusnya

di

dalam lingkungan

masyarakat adat yang cukup dimuliakan

itu.

Contoh posisi

mulia

dan

penting

itu;

keputusan

atas nama

kaum harrls

mendengarkan dan didasarkan

pada

persetujuan

kaum

perempuan

yang

diwakili

oleh perempuan

yang'dituakan'

pada satu suku

tertentu

itu.

Walaupun demikian, sebesar apapun posisi perempuan yang sudah diperhitungkan dan

egaliter

dalam tatanan adat, masih menjadi tanda tanya apakah sistem egaliter dan

matrilinial

ini

membawa dampak

positif

pula ketika perempuan berkiprah

di

sektor publik lainnya seperti kiprah perempuan di ranah

politik.

Untuk

mengetahui

lebih

jauh,

sesuai dengan permasalahan, makalah ini mencoba menghimpun strategi dan kiprah politisi perempuan

di

Sumatr

a

Barat dalam perolehan

kursi

di

Parlemen

dengan mengumpulkan

data

dari

4

orang

politisi

perempuan yang menjabat

sebagai anggotaDPRD Provinsi Sumbar dan DPRD Kota Padangperiode

E dira (Edito r Akade mik)' J urnal Pusinilok-U niv ersilas Andalas

H

2

h

d

il fr .Ii E

il

d

k

tr

d

d

q

n

d

F

ri

s

n

h

a

I

a

t

u

n

I

(7)

ri

n

n

,n

.n

:h rn

ln

th

ka

,an

bat lde

an

t[,

lan

Helnueu 5l Vol. 2 Tahun.I, No.2 (2011)

2004-2009 (masing-masing dua orang) serta

dua

anggota

DPRD

yang baru pertama

kali terpilih

pada periode

2009-2A14-3.2.

Kapital

Sosial

Konsep kapital sosial sejalan dengan konsep modalsosial. Seperti disebutkan Fukuyama, bahwa modal sosial sebagai serangkaian nilai atau norrna sosial yang dianut bersama, yang memberikan peluang untukbisa saling bekerjasama, dan secara luas konsep ini juga dikembangkan oleh James

Colleman dalam kajian

Sosiologi3.

Putnam (1993,2000)

menyebutkan modal sosial sebagai nTlai mutual trust kepercayaan

attara

anggota masyarakat dan masyarakat terhadap pemimpinnyaa. Namun dalam makalah

ini

seterusnya lebih cendrung digunakan pemakaian kata

kapital

sosial

seperti

disebutkan

Robert

M.Z. Lawang.

Lawang

mendefinsikan kapital sosial

memiliki

subtansi yang sama dengan para ahli sebelumnya. Bahwa

Kapital

Sosial merupakan suatu institusi yang didalamnya ada interaksi sosial dan sikap individu atau kelompok dengan tiga

unsur ciri

uthma yakni kepercayaan (t us|, jaringan (network) darr nilai-nilais.

Lebih lanjut dijelaskannya bahwa kepercayaan merupakan hasil dari tindakan dan

interalsi

sosial dimana dalam tindakan sosial merujuk pada apa yang dilakukan antara dua pihak dalam melakukan hubungan

timbal

balik

sebagai upaya mewujudkan

harapat

dan kepercayaarf .

Sedangkan jaringan sosial adalah ikatan antar

individu,

kelompok dan institusi yang terbentuk karena ada hubungan sosial. Jaringan sosial

ini

berbagai macam bentuknya ada yang disebut dengan

jaringan

duaan, gmda, berlapis dan sebagatnya 7.

t Lihat Peggy Reeves Sanday, "Women at the Center, Life in a Modern Matriarchy" Ithaca:Cornell University Press, 2002, hal. 20.

2 Lihat Saskia Wieringa "subversive Women",

New Delhi: Raj Press, 1995. Hal

3 Lihat Francis Fukuyama, "Modal Sosial" dalam Kebangkitan

Peran Budaya, kgaimana Nilai-Nilai Membentuk Kemajuan Manusia, ed Lawrence E Harrison

dan Samuel P Huntington, Jakarta: LP3ES, 2n2.ha1153 dan hal 157.

a Mardian," Konversi Modal

Sosial menuju Modal Politik ', diperoleh dari http:/ rhardian.files.wordpress.coml2DSl05konversi-modal-sosial-menuju-modal-politik.pdf.

l1Juli2009.

5 LihatRobertM.Z.Lawang, "Kapital

Sosial, Dalam perspektif Sosiologik, Suaru Fengantar" Depok: FISIP UI Press, 2004. Hal45 dan 70.

6Ibid. Hal.6l 7Ibid. Hal.61-67

Dtra (Editor Akademik), I u r n al P u s in d ok- U niv e n itas Andalas

-.n''\

-*--/? \.

i

.\

(8)

Vol. 2 Tahun. I, No. 2 (2011) Her-euaN 52

Kajian

tentang

tiga

unsur

kapital

sosial, yang

meliputi nilai,

jaringan dan kepercayaan menjadi bagian senffal saat menguraikan strategi Caleg dalam Waya mendapatkan kursi di Parlemen dalam makalah ini. Seperti tampak dalam tabel berikut:

Tabel 1.

Kapital

Sosial dalam konteks Sumatra Barat

]'lI lkritalSosial Sumbar

1 Nilai-nilai Nilai tradisional masih berlaku: Egaliter, system

matrilinial

2 Jaringan Tokoh masyarakat informal, figur piminan suku, adat, agama (Datuk penghulu, tuanku malin)

3 Kepercayaan Komunitas masyarakat yang fanatik; adat dan agama,

dan konstituen sebagai basis massa

Maka dalam mewawancawai 6 orang informan, item pertanyaan tak terlepas dari unsur yang terkait dengan kapital sosial tersebut. Bagian berikut merupakan bahasan tenttlng data informan.

3.3.

Data

Inforrran

Informan yang berjumlah enam orang dianggap peneliti sementara

waktu

cukup mewakili

untuk

kepentingan penulisan makalah. Variasi informan antara lain 4 orang asli berasal dari etnis minang dan 2 orang

non Minang,

namun sudah

lahir

dan besar

di

lingkungan masyarakat

Minang.

Juga ditemukan sejumlah perbedaan

yatg

dianggap mewakili sejumlah variasi Caleg DPRD perempuan di Sumbar, seperti Caleg berasal

dari partai

politik

yang sudah eksis di panggung

politik

sejak masa orde baru, atau disebut pemain lama dan Partai pendatang baru yang cukup fenomenal bisa mengantarkan Capresnya menjadi

RI 1.

Berikut adalah

Tabel

No.l

dan

No.2

dari

hasil rekapitulasi

informan

yang ditemui dilapangan:

E dita ( Ediror Akade mik), Jurnal Pusindok-Universilas Andala

(9)

llereveN 53 Vol.2 Tahun.I, No.2 (2011)

Table 1:

Data Informan Aleg

Incumbent periode 2004-2009

=E

frE

$sH

5EH

ID -E

B

_E

6

g

EE#=

'So:E

-Llf

ur=

I

o

E.Ef

H

6

fig

,BH,

H

E

$ERE6

r$gEH

E

$HHffi$M5E

HB

€BFfrE

$$s

E$

H

3Ba

fi

$ps*E

+N

Be

$E

fiH"Be

Jurnal Pusindok-Univercilas Andabs

Ma(Editor Akademik),

(10)

E dita ( Edit or Akod e mik), I urnal Pasindok-U niv ersitas Andalns

Vol.2 Tahun.I, No.2 (2011) Halala,qN 54

>r.:

tr()

eittr

88.

P-c

99

6O c(6

H=

E€

C t)

(€(€

J .cg

*F

E=

j(g 6(gj v'='=

- 1

'E E

9t>

E;-BEa

E

Eg

F

=2fi

t-"4

r$fr

iB;.qE*-sqEB

r o oc!!, cLo(r) o.tr

(! c (! d U)

+uo oEo6

N/1 61 (6

@

Pe 333 i

g=3

agP:

;

6o)o .ooo

(L oN (\r(LtL(\r (')

EE

s_

-6 60 >

o--

.q'-3

e

3s;

J

(11)

Vol.2 Tahun.I, No. Z (ZOff)

Tabel 2.

Data

Informan

Aleg Terpilih

Pertama kalinya

(periode

2009-2014)

lurnal Pusindok-Universilas Andalas

narna sebenarnya.

idntaolehpeneliti

Akademik),

f,nrarraeu 55

d

!or ; 2d

I.r ou> a €: j oc c i.-

-.::: o d o.- -= !.Yr>58,::

d'; a d=d$r

>! tr t

:6o )

E d tr il :e d L 6 tr

:-;

;

-9.:

;;

o

! F

,i== u-:=: a=

=x' :, cYli" d --'H ta6 @

io >;:.- >tr

d j -Ji c

d:-A

E

e-

.?'e

_rF

_'-r

E;r

;:;S

=*

EF^E

i

gr;;

i[!

=E

ra

E

I'e;;

"i.6

9':-I

e;!'

{

T c-J

L^

!cc !c c

-aq jiu e:o :EI od

;v

@ q=E

v

!.8

oVo

= ii ;:.d d!Jzo o

?

I,i

s'3

oi D ^'d a =

.- d >.t

v 5 io" < u?Z

- o EV

'=x

d- ,

{Eo e*

.r!e-4J

ddo P- i

a>.-'::F r;z

is;.: o loEI

fbE

4b-"5

or o d€Lld

c0 6 GE :c Eu c! E'L LE r'iOL'-

';g;N>o-d E ';g;N>o-d O-Z E u - L2-Z dE dJJ

dE bo6 .::.- tr 3 : 3 a: 60 d : - d

= d y !o .: :6'" a

':.-

dO = o.Y uo c oa(:E(].d ><!6rd

^i

'

E6

do oo

a u-3 tr

.-tr-: d

tro:tr E

vF+!tr

EuOE

Antti

(12)

Vol. 2 Tahun. t, No. 2 (2011)

HelaulN

56

lV.

Diskusi

Iemuan

Data

Dalam bagian

ini

sejumlah temuan atas data informan

didiskusikan sesuai dengan topik masing-masing sub-judul di bawah ini.

4.1

Strategi Incumbent 4.1.

I

Pemetaan'Wilayah

Dari 4

orang

informan

yang diwawancarai, arrgggota legislatif (Aleg) 2004dan Caleg 2009, (selanjutnya disebut Aleg/Caleg) semuanya mengakui telah mengupayakan beberapa langkah untukbisa duduk lagi

di

lembaga dewan

perwakilan.

Diantaranya menerapkan

strategi pemetaan

wilayah,

mempelajari dan mengetahui secara persis kondisi wilayah yang menjadi basis massa mereka, melakukan turba menemui

konstituen

secara

rutin,

tatap muka,

sosialisasi

program

kebijakan pembangunatpada wilayah yang menjadi basis massa dan mendatangi

dengan intens wilayah tersebut, dengan dibantu tim sukses dan pendukung lainnya.

Karena

mereka sudah

untuk

kedua

kalinya

bertarung

memperebutkan kursi di parlemen, mereka yakin dan optimis suara yang diperoleh sudah bisa diperkirakan. Berbeda dengan tahun 2004laht, ada informan yang mengakui bahwa saat itu sebagai caleg, ia tak tahu persis

perkiraan perolehan suara yang akan didapat dan belum serius melakukan pemetaan pada wilayah pemilihannya.

"Saat itu melalarkan kampanye dan turbaberbarengan dengan Caleg

politikus

senior

lainnya

yang kebetulan

memiliki

wilayah Dapil yang sama dengan saya. Jadi kami sama-sama kampanye dengan menghimbaa agar

memilih

kami,

saya untuk

DPRD

Provinsi Sumbar dan caleg

itu

(menyebut satu nama-red)

untuk DPR-RI.

Saya benar-benar masih learning

by doing, tapi untuk 2009 ini agak sedikit berbeda, saya turba

sendiri

dan meyakinkan

konstituen melalui

pertemuan

kelompok,

mendatangi

dan

mempersuasi mereka

agar menetapkan

pilihan

yang sama seperti

tahun

20041a1u...,, (wawancara informan incumbent No.1, Senin, 29 Juni20Og).

Jadi tampak adabedastrategi antara aktifitas yang dilakukan pada

tahun

2004 detgan 2009.

Informan

ini

tampaknya mendapatkan

nilai

positif

dari konstituen pada periode pertama ia

terpilih

karena datang

Edira ( Editor Akademik), f urnal Pusindok-U nivenilas Andalas

-5

'i

(13)

Vol. 2 Tahun.I, No.2 (2011)

Dapil bersama dengan politikus senior yangsudah lebih dulu berkiprah dikenal masyarakat. Meski ia sendiri juga merupakan anak seorang

k

Penghulu,

dan

disegani masyarakat

dikampung

ayahnya

itu,

suara banyak

tak

hanya

di

wilayah tempat daerah asal, tapi dari hasil jalan bersama dengan politikus senior ini.

Ketika

memasuki Pemilu 2009, Aleg/Caleg

ini

tak

lagi

dengan

politikus

senior tersebut (kebetulan meninggal 1.5 tahun 1a1u), sehingga strategi yang dilakukan dengan melakukan wilayah dan fokus merLggarap wilayah yang diyakini banyak ituen cendrung dilalrukan dengan upaya klasik dan standar seperi;

,

sosialisasi

dan

mengadakan kegiatan

program

sesuai dengan itasnya sebagai Aleg periode 2004-2009

di

daerah asal pemilihan,

di

wilayah kampung halaman (daerah kabupaten/Kota). Umumnya ke empat ATeg/Calegoptimis bisa meraup suara dari

pada

Dapil

yang mereka

wakili,

paling tidak jumlahnya tak selisih

jauh

dengan

perolehan

suara seperti

tahun

2004lal:u.

isme itu terungkap dari pengakuan mereka yang sudah melakukan

i

pemetaan

wilayah terkait

dengan

kantong wilayah

yang masyarakatnya pasti memberikan suara

pada

paru Caleg Konstituen mereka yang mayoritas berada pada wilayah daerah asal

, diyakini akan memberikan suara karena

sudah'dibina'

selama

tahun terakhir.

Dibina

artinya

juga

sering

dikunjungi,

didatangi, ftusi dan menjadi penyalur aspirasi serta bila perlu memberi bantuan

material kepada mereka sebagai anggota masyarakat.

Hanya saja, kebijakan Mahkamah Konstitusi yang menyebutkan suara terbanyak

turut

mempengaruhi

keterpilihan,

apalagi iFkan tersebut dikeluarkan pada wakru yang berdekatan dengan waktu

, sehingga tak punya banyak waktu untuk mensosialisasikan,

i

dan memastikan konstituen mereka

untuk

tak beralih terkait dengan makin banyaknya Caleg dari Parpol

Oaru).

Oleh itu Caleg benar-benar harus kerja keras meyakinkan konstituennya tidak mengubah

pilihan,

apalagi kalau konstituen diiming-imingi ial dan finansial oleh Caleg dari Partai (berbeda danbaru) lainnya, bisa saja sistem suara terbanyak menjadi bumerang bagi Aleg dan

perempuan yang hanya mengandalkan kepercayaan konstituen memilihnya lima tahun

lalu.

Sikap konstituen dimata .A^leg/

ini

sangat beragam, ada yang bisa dipercaya, pun banyak yang beralih pilihan. Seperti diakatakan salah seorang informan:
(14)

Vol.2 Tahun.I, No.2 (ZOff) Har-aueN

58

"Pemilih kadang sangat cepat berubah pilihan, dan yang

loyal

kadang bisa beralih, maka sistem suara terbanyak

mau

tak

mau

membuat Caleg

kerja lebih

keras lagi. Bahkan saya awalnya

memiliki

target suara pribadi akan diperoleh sekitar seribu suara, nyatanyatak tercapai (Aleg

ini

mendapatTD}-an suara pribadi). Jadi kalau kampanye seperti prospek asuransi saja,

kita

cari nasabah, artinya tiap turba, pastikan konstituen memilih nama

kita.

Bukan

Partai.."

(wawancara

informan

incumbent

No.4,

senin 15

Juni

2009)

Senada dengan

ini,

informan lainnya

mengatakan

bahwa

kadang konstituen

sulit

memahami kondisi

Aleg.

Adakalanya bersikap

tidak

rasional dan menganggap mereka sudah 'begitu berjasa'

memilih

Aleg sehingga harus

diikuti

kemauannya:

"Kadang konstituen kita cendrung beranggapanbahwa kita duduk

di

DPRD,

berkat suara yang diberikan, dan menikmati banyak fasilitas serta gaji yang besar. Jadi konstituen

ini

seperti

memiliki

banyak tuntutan; harus mendapat perhatian ekstra, termasuk soal bantuan dana, urusan keluarga pun datang berharap memint a dana

ke

anggota

Dewan. Padahal

sebagai

anggota dewan,

tugas kedewanan adaJah semua yang terkait dengan persoalan rakyat dan masyarakat

di

wilayah

kita

yang memang luas

juga.

Jadi

kosntituen memiliki

banyak

tuntutan

dan kadang

merasa terabaikan

bila

tuntutan tak terpenuhi," (Informan

incumbent No.3, wawancara Jumat 29

Mai

2009).

Dari

pernyataan

itu

tampak bahwa meski sudah ada strategi pemetaan wilayah, tapitetap tak ada jaminan keyakinan kosntituen akan

memilih

kembali.

Sejalan dengan strategi

pemetaan wilayah

yang menggarap kampung halamannya masing-masing, kendala

lain

yang mereka temukan adanyaperbedaan konstituen tahun 2004 dengan2o0g yang

dinilai AleglCaleg makin

'berani' dan tak lugu seperti

dulu

lagi.

Konstituen

yang semakin 'cerdas' langsung membuat bargain dengan

Aleg/caleg.

seperti

dialami

salah seorang

informan,

isu kelangkaan pupuk baru-baru

ini

menjadi

topik

hangat saat pertemuan yang mereka bahas. ketika saat

Aleg/caleg ini

turba dan audiensi dengan konstiruen, sec.ra terang-terangan petani di wilayah yang dikunjungi itu menyatakan akan

memilih

Aleg/Caleg

ini

lagi

bila

mampu mengatasi persoalan

Edita ( Edit or Akade mik), Iurnal Pusindok-U nivercitas Andalas

z-1 --/ 1

1

\I

(15)

HauueN 59 Vol. 2 Tahun.I, No.2 (20f0

kelangkaan

pupuk yang

sedang

mereka

alami

dengan

langsung

membawakan

pupuk

yang

dibutuhkan.

Menanggapi

siiap

konstituen

yang demikian, Aleg/caleg ini takberani menjanjikan akan

melapangkan mereka atas

kelangkaan

pupuk

dengan menyediakan

pupuk

itau

menyediakan

dana

kontan untuk

pembeli

pup;k.

Seperti

diungkapkannya:

Saya menanggapi bargain tersebut dengan menjelaskan

tentang

proses penyebab

kelangkaan

pupuk. Tidak

mengiyakan keinginan konstituen tersebut, takut hanya sekedar

janji

muluk. Juga tidak menyediakan dana cash

untuk pembeli pupuk. Maka

saya

menjelaskan hal

sebenarnya secara teknis kenapa pupuk langka, tak bisa diselesaikan satu atau dua orang saja,

tapi

kalau saya

terpilih nanti,

akan

ada

kebijakan

sekaitan

dengan

distribusi pupuk

tersebut agak

tak

terjadi

kasus

kelangkaan"

(Informan

incumbent

No.l, 29 Juni2}}g)

Dari wawancara tampak bahwa strategi to the point,tidak memberi iming-iming dan tanpabanyak janji muluk menurut informan ini dianggap dektif untuk menarik hati pemilih. Ia pun tak menyediakan dana langsung untuk perseorangan.

Terkait dengan bantuan kontan

ini, para

Areg/careg

lain

juga

nemiliki

kesamaan pendapat bahwa

mereki

tak perlu memberi

o*.rg-IErorang dana kontan seperti Bantuan Langsung

Tunai

(BLT) yanglagi

EEn di terima banyak masyarakat kalangan bawah. Meski

iru..r, aaaiiaya

plitik

yang dikeluarkan, pengakuan mereka, cendrung diberikan

kepaia

Lomunitas,

kelompok,

bukan perorangan.

seperti

Lrganisasi kaiang

truna,

remaja mesjid, kelompok tani, dan pengajian.

*1.2.

Kapital

Sosial

-

Keempat

Aleg/careg

sepakat

bahwa kapital

sosial berupa

jrringan,

organisasi dan dukungan kerabat sangat penting

daram

upiyu

reraup

suara

sebanyaknya.

Berdasarkan data pad,a

tibel

informan,

Ernuanya memiliki jaringan organisasi yang

sudih

mereka geluti sejak

bih

dari 10 tahun lalu, entah itu mereka sebagai aktifis organisasi sosial

bmasyarakatan atau

kampus.

pastinya,

mereka sudah memasuki

-anisasi

!98.lalu.

politik

atau partai politik pada momen usai gerakan reformasi

seiring

dengan terbukanya

kran reformuJ

du,

banyaknya

prtai

baru yang bermunculan, perempuan seperti

menemukan

wadah

(16)

Vo[ 2 Tahun. I, No. 2 (Z0U)

Helauau

60

untuk berpartisipasi

politik,

mereka terlibat dengan beragam pilihan partai

politik.

Bahkan pemerintah dengan kebijakan quota 3}%ba;iperempuan

turut

memberi peluang perempuan

untuk terlibat

sebagai

kandidat

legislatif.

Kapital

sosial lainnya yang

juga

menjadi aset

politik

terutama dalam konteks

lokal

sumatra

Barat tampak

ketika

para Aleg/Caleg

memanfataakn nilai buday a setempat dalambentuk mendapat aumngan

kerabat, anggota keluarga besar yang juga dekat dengan kegiatan

potitit

dan menjadi publik figur di tengah komunitasnya. Dari 4 incumbent ini, 3 diantaranya

memiliki

hubungan dengan kerabat

laki-laki

seperti ada

Aleg/caleg

ya..g ayahnya sebagai

Datuk

penghuru

pada suku

dan kaumnnya, suami dan kakak sebagai politikus di

tingkarsumatra

Barat. sebagai tokoh informal di tengah masyarakat, sang Datuk penghulu yang terpandang ini turut mempengaruhi keterpilihan caleg. Datuk penghulu mengajak

ninik

mamak dan kemenakannya

untuk

memberikan suara pada calegyang menjadi kerabat mereka. pengakuan seorang Al eg/Caleg,

ia

selalu melekatkan

nama

ayahnya

di

belakang rrumuryu paaa setiap spanduk, pamflet, bahkan baliho yang dipajang, baik periode 2004

ralu

atau yang

2009

kemarin

ini.

sejalan

dengan

itu

Aleglcaleg ini

berpendapat bahwa masyarakat pemilih masih cendrung

-endrrkorg du,

memilih

orang yang mereka

kenal,

maka dengan melekatkan nama ayahnya

itu

diharapkan akan dikenal

sebagai anaknya

Datuk

yang disegani orang sekampung.

Pengakuan informan lain, dengan adartyasuami sebagai politikus dan kakak yang juga politikus, strategi pemenangan suara

biia

dlperoleh

lewat

dukungan dan bantuan mereka dalam bentuk mempengaruhi,

mengajak relasi suami

untuk

memilih mereka, termasuk saat melakukan

lobi

politik

atau pertemuan-pertemuan. para

Aleg

dan

caleg

ini

tidak menafikan perlunya atggaraidana untuk berkampanye dan mendapatkan

suara konstituen, tapi hal-hal bersifat non materil pun, seperti dampingan

dari orang yang sudah biasa

di

dunia

politik

amat

mendukung.

Hanya saja dari 3 informan tersebut, meski sudah memanfaatkan

str*egi

dan mendayagunakan kapital sosial yang

dimiliki,

entah

itu

dalam kelompok organisasi majelis taklim, organisasi perempuan dan kelompok pengajian, tampaknya masih belum bisa mendongkrak perolehan

io*u

mereka.

Meski

biaya

material

finansiar

untuk

ongkos

politik

yang

mereka keluarkan lebih besar dari pemilu tahun 2004laht, ternyata masih belum bisa menjamin akan

terpilih

lagi.

Justru yang

terpilih

kembali d,ari 4 incumbent ini bukanlah

Aleg/calegyarg

n

e-iliki

Lerabat dekat seperti

Edila ( Editor Akodemik),

(17)

Vol.2 Tahun.I. No.2 (2011)

HeralleN 6l

mkoh informal. Informan No.3 adalah (satu-satunya Aleg perempuan di sumbar) yang duduk kembali untuk kedua kalinya di parlemen. Informan

ini

tidak

memiliki

hubungan kerabat dengan

tokoh informal,

namun

s'rminya

mendukung sepenuhnya atas aktifitas

politik

yang dilakukan'

tra pun menganggap

-bahwa

salah satu bentuk aset

politik

yang mesti

dimiliki

Caleg,

k.pe.cuyuu,

konstituen merupakan modal besar yang

kus

tetap dijaga. DiungkaPkannYa:

"Saya sering

interaksi,

berbincang dan

memberikan

bantuan kepada kelompok-kelompok

kecil

yang

membutuhkan,

misalnya

dengan

kelompok

pedagang ikan segar keliling, pedang buah keliling, kelompok seni

tradisional. Saya berdialog dengan mereka dan membantu kebutuhan kelompok, misalnya dengan membelikan alat

musik, bantuan

dana

untuk

tambahan

modal

dagatg

mereka. Jadi kerjasama yang begini

lebih

membangun figur saya dengan kedekatan emosi. Meski tak dinafikan juga ada loyalitas yang diukur dengan materi," (wawancara

informan

No.4,

Senin 15 Juni 2009).

Diungkapkan

juga

oleh

informan

ini

bahwa

kepercayaan

;tituen

itu

sangat penting baginya,

tapi lebih

sangat penting lagi

iaga kepercayaan

tonstituin

yang sudah diperoleh 5 tahun lalu. Maka

*rk

segan-segan secara

rutin

menghabiskan

waktu

akhir

minggUnya

nrk

m*endatangi

konstituen,

turba,

mengadakan program binaan'

iskusi, dan tatap muka lainnya

kepada

konstituen'

Seperti tkannya:

"Kepercayaan dari masyarakat sangat penting, mending kehilangan waktu istirahat atau tidur daripada kehilangan kepercayaan

masyarakat. Karena

susah membentuk kepercayaan

itu

lagi.

Maka

harus all out berkunjung ke konstituen, 40

jam di

kantor

dewan seminggu,

4 jam

perhari selama 7

haisekitar

28 jam di wilayah konstituen, malah kadang lebih karena Sabtu Mrnggu biasanya mulai daripagi, maka adaiadisekitar 36-an jam semingguuntuk

konstituen.

Ini

saya lakukan rutin terutama sejak 3 tahun

terakhir

ini".

(Wawarrcara

Informan

incumbent

No'4,

Senin 15

Juni

2009).
(18)

Vol. 2 Tahun.

t

No.2 (2011) HalerueN 62

Jadi tampaknya

Aleg/aabgsatu

ini

memanfatkan aspek kapital

sosial,

tak

hanya

melalui jaringan,

dan

nilai-nilai yang dianut di

masyarakat Sumbar

dan

partai

politik

yang menaunginya, namun

kepercayaan konstituen juga tetap diiaga.

4.2

Strateg,

AIeg Terpilih

Pertama kalinya

4.2.1.

Pemetaan'Wilayah, Fokus dan Konsisten

Sama halnya dengan Caleg incumbent, dua informan yang baru

saja

terpilih

untuk pertama kafunya sebagai Aleg

ini

mengaku

memiliki

strategi menerapkan sistem pemetaan

wilayah

yang sudah

dipelajari

berdasar pengalaman ketika Pemilu tahun 2004

lalu.

Dapat dipahami, karena mereka

'pemain

lama'

atau

orang

yang dulunya

iruga

suda!

bertarung

di

arena

politik,

namun

masih sebatas penggembira,

tidak

terpilih menjadi

arrggota

dewan

karena saat

itu

mereka sebagai Caleg

dengan nomor

o*i

s

dan

7.

Lagipula sistem Pemilu

2004

ketika

itu

tidak mengenal suara terbanyak, hanya berdasar nomor urut belaka. Informan

No.5

yang menjadi caleg nomor

urut

2

pada Pemilu

2009 ini mengakubelajar dari pengalaman gagal tahun

2004lalu.

Bahwa

dulu tahun

2004lafuia

ditempatkan

padaDapil

tV

(Wilayah

Padang Selatan, Bungus Teluk Kabung) suara yang diperoleh ketika

itu

cukup banyak (1.50-0 suara), bahkan

kalau

memakai sistem suara terbanyak suaan bisa duduk, hanya karenposisinya pada nomor

urut

yang besar, makanya tak terPilih

Belajar dari situasi 5 tahun

lalu itu,

strategi yang

dipakai

pada Pemilu

200i ini

ia

mempelajari peluang dimana suara dari massa bisa banyak diraih dan bagaimana agar nomor urut dapat yang

kecil.

Awalnya

pimpinan Parpol meletal&an

Aleg

informan nomor 5

ini

sebagai caleg

paaiOapflI,

namun setelah dipelajari, teroyata peluang

di

sana kecil,

t**u

r.iama

Caleg dari Parpol yang sama salingbersaing; lagipula nomor urutnya

jadi

nomor

urut 4

dan

massa yang

ingin

diperoleh suaranya cukup

kitat

bersaing dengan Parpol

lain.

Al*rimya

ia pelajari

lagi

dan sampai pada keputusan minta pindah wilayah pemilihan:

"Kita

harus pintar baca dan

lihat

situasi, setelah saya pelajari, saya berkesimprrlan kalau saya nxau dapatbanyak

slulra, saya harus ke

Dapil

I,

Padang Barut dan Padang

TJtara, saya perkirakan

disini

saingan kecil dan ternyata memang

di

wilayah

ini

saja saya dapat seribu delapan ratus snara dan

di

Padang Utara tiga ratus tujuh

puluh

Edit a ( E dil or Akade mik), J ar nal Pusinilok-U nivercitas

(19)

I I

a o b

l,

)r

Ifc,LavaN 63 Vol. 2 Tahun.I, No. 2 (2011)

tiga

suara."

(Wawancara Informan No.5, Sabtu 13 Juni 200e).

Dari

pernyataan tersebut tampak bahwa

informan

ini

menganalisis dan melakukan pemetaan secara realistis mengenai

jumlah

massa yang

dimiliki

dan luas lahan yang diperebutkan.

Strategi menggarap wilayah yang menjadi basis massa dengan tonsisten dan fokus tampak pulapada informan nomor

6.

Informan

ini

sebagai Caleg dari Dapil

II

Sumbar (terdiri dari Kabupaten Agam,

Kota

Bukittinggi,

Kota

Pariaman, Kabupaten Padang Pariaman

).

Caleg

ini

hanya

melakukan audiensi,

turba

dan

mendatangi berbagai basis massanya pada satu-satunya

wilayah

daerah kampung asalnya saja

di

tawasan Kabupaten Padang Pariaman persisnya di wilayah Kayutanam, Sicincin, Pakandangan,IJlakan, Nan Sabaris dankecamatan 6X11 Enam Lingkung.

Keyakinan dan konsistensi menggarap satu

lokasi

Kabupaten Padang Pariaman yang

juga

menjadi kampung asal

si

Caleg menjadi strateginya. Hal itu karena sebelumnya sudah mempelajari karakteristik pe.nduduk

dan

budaya daerah Kabupaten Padang Pariaman tersebut yakni dengan cara mendekati komunitas dan kelompok serta penduduk yang menjadi basis massa, mengumpulkan keluarga besar

Ninik

Mamak dan Datuk.

"Setelah mengumpulkan

semuanya

dan

menghimpun kekuatan yang bisa

dimiliki,

maka saya

intens

berada di kampung ini, bahkan selama 6 bulan menjelang Pemilu

rutin

hidup berdekatan dan melakuk anberbagaikegiatan dengan masyarakat dan kelompok organisasi

di

kampung. Pulang

ke

Padang,

tempat keluarga

menetap,

hanya

sekali

seminggu sekadar ganti pakaian dan mengisi kulkas yang kosong. Bahkan mungkin

tidak

percaya bahwa ada acara kampanye a?$arpartai Golkar di Bukittinggi mendatangkan pimpinan pusat, saya tidak hadir di sana, karena waktunya bentrok dengan kegiatan

di

lokasi basis massa saya, saya

lebih memilih

yang

terakhir

ini,

namun

dipertanyakan banyak kolega partai." (Wawancara informan

No.6

Sabtu,

11

Juli

2009).

Pernyataan informan

di

atas menunjukkan keteguhannya untuk tetap

fokus

pada

wilayah

kampung asalnya

itu,

bahkan disebutkan informan ini selama Februari-April, menjelang Pemilu ia hanya bisa

tidur

Wa

(Editor Akademik), Jurnal Pusindok-U niversilas Andalas

ta

tn

-lalas

(20)

,

, I

HemlanN 65 Vol. 2 Tahun. t, No. Z (Zoff)

etnis

mereka

akan diconterng

untuk

Pemilu

nanti,".

(wawancara Informan nomor 5, Sabtu 13 Juni 2009).

Sementara

itu

informan

nomol

6

memiliki

kapital sosial dalam bentuk

jaringan

komunitas kelompok seperti Kelompok Senam Lansia, PKK, Posyandu. Lebih lanjut, ia memiliki posisi atau status dalam lingkungan adatsebagai Ketua Bundo Kanduang Kabupaten PadangPariaman- Posisi

jabatanfi"gt"p

adat

ini

amat menguntungkan Caleg

ini,

sebab institusi

adat dansegala kegiatan pada wilayah yang menjadi basis massanya amat dihargai komunitas setempat.

"sebagai Ketua Bundo Kanduang, saya merasa beruntung' Sebab

posisi

itu

merupakan

arena

yang amat

gampang

dimasuki Caleg,

efektif

untuk melakukan

sosialisasi,

kampanye

di

setiap iven acara adat," (wawancara informan nomor 6, Sabtu, 11

Juli

2009).

Kapital

sosial

lainnya

yang

juga tak kalah penting

adalah kemudahan alses pada tokoh informal dan tokoh adat dikomunitas yang oenj adi basis massa nya, karena keluarga dan kerabat dekat berada dalam posisi 'terpandang'

di

komunitas adat setempat. Kakak kandung Caleg

zdalag Datuk Penghulu, pimpinan suku Sikumbang, Ayah

(Haji Abdul

Saleh Tuanku

Mudo

yang dipanggil Buya) dikenal masyarakat sebagai

Tuanku

Haji.

Tuanku

Haji juga

dikenal sebagai tokoh informal, orang IETtama

di

Sicincin yang

datang

ke

Kota

Padang,

ibukota

provinsi,

fukerja

dan menetap

di

Padang,

terakhir

Pensiun

Wakil

KanwiT

Izndgp2g.

Otomatis masyarakat setempat mengenal dan menyebut

C-aleg

ini

sebagai

Anak

Tuangku

{ji.

Situasi yang demikian dipahami

ceali

oleh Caleg

ini. Ia

yakin, berdasar pengamatan, pengalaman dan Snag telah

dipelajari

karakteristiknya, bahwa masyarakat Kabupaten Padang Pariaman wilayah basis massanya masih kuat

kultur

ketokohan

idormal

seperti ninik mamak, tuangku dan kelompok relijiusnya. Kondisi

ffi

dijadikan peluang untuk perolehan suara sebanyak-banyaknya.

{.3.

Caleg Gagal dan

Aleg Terpilih

lagi

Dari

6

informan yang

digali infomasi

dar. datanya, ternyata 3

Grtg

lolos bisa duduk di lembaga dewan perwakilan sedangkan

tigalagi

&il'k.

Uraian sebelumnya mengenai strategi dan modal sosial yang terkait

hgan

6 informan

di

atas

turut

mempengaruhi

faktor

keterpilihan.

h(MitorAkademik),

Jurnal Pusindok-U niversitas Andalas
(21)

Vol.2 Tahun.I, No. Z (ZOU)

HelaueN

66

untuk

mengetahui.lebih

jauh

penyeb

ab

gagar dan suksesnya Careg ini,

selain

dari

pemanfaatan kapital sosial aan strategi yurrg Jijutunkan, bisa pula dilihat dari dua faktor; eksternal dan intemal.

4.3.1

Faktor

Elsternal

a)

Kebiiakan

Parpol

Kebijakan internar

parpor

agakaya

turut

sebagai salah satu dari

sekian

banyak

faktor

mereka

terpilih

atau

tidal.

Keterpilihan

(elektabilitas) informan

nomor 3

ini

agaknya

j.oga

tak

terlepas

dari

dukungan p artainya. Diakui bahwa

partaipotiiit

ietagai kendarian yang memang memiliki kordinasi cukup bagus dan mengarrggup semua pihak 1e_rtluat dalam pemenangan

pemilu.

Informan yu"g

u.i"u"ng

di

bawah PKS

ini

mengakui bahwa kebijakan parpolnya

l"t"p

berperan strategis

agar kadernya bisa dyduk di parremen.

rurpot

uertanggung jawabdaram

{!ram

membangkitkan kepercayan konstituen ke batei,-sebau suara

caleg juga untuk

partai.

Agenda partai meribatkan

cab{)ebgterpilih

dalam tiap program ke massa konstituen.

.

Bila peran pa{pol lemah, maka Caleg dalam

parpol

yang sama

bisa

jadi

saling

sikut-sikutan.

Hal

ini

tampak

pada2ltegtiaigyung

tak lagi terpilih, mereka berasal dari parpol

ying

menurut mJreka terkesan

kurang

memiliki

kekuatan

untuk

konsisten

dengan

aturan

standar

penentuan

caleg,

meski sudah

ada

aturan namun

tak

sepenuhnya dipatuhi, masih ada kepentingan

politisi

(laki-laki) untuk

mendominasi. Informan No. I dari PBB, mestinya bisa dalam posisi nomor

urut

r

, namun

'mengalah' untuk berada di posisi nomor urut 2,karcnaambisi koleganya

yang juga

jadi

caleg lainnya sangat

kuat

untuk

bisa

menang.

seperti dikatakannya:

"secara atural-partai saya bisa pada posisi nomor

urut

1, namun kemudian menerima

untuk

posisi

nomor

urvt

2 dan

cukup

percaya

dan optimis dingan

sistem suara terbanyak. Tapi ternyata memang gagaljuga untuk duduk

lagi"

(Wawancara

informu, no.i J"rrirrig forri

2O0g).

Sedikit berbeda_dengan kegagalan informan

nomor

l,

kegagalan

yang dialami informan No.2 untuk bisa sebagai Aleg lagi

terkiit

uetJrapa hal misalnya,

trik

untuk kampanye bareng

a."gu;.i.g

yurrg

m.*ifiU

nomor

urut

sama untuk caleg tingkat pusat, provinsi

din-kota.

Nomor

urut caleg yang sama menurutnya, akan lebih mudah diingat konstituen

kalau didatangi

3

orang

caleg

dengan nomor

urut

sama.

serain itu, aturan partai dalam menempatkan dirinya sebagai Caleg ditingkat yang

Edita ( Editor Almde mik), lurnal Pusindok-ltnivenitas Andalas

(22)

Vol. 2 Tahun . I, No. 2 (2011)

HeuiueN 67

berbeda saat menjadi Aleg, cukup membuatnya dalam posisi yang kurang menguntungkan:

-'AwalnyasayaberpikirakantetapjadiCalegtingkatkota'

tapi

kemudian dapat surat pemberitahuan

dari

Parpol' saya dipastikan

ikut

dalam Pemilihan Tingkat provinsi Sumbar dan

itu

waktunya sangat dekat dengan deadline

memasukkannamacategkeKPU,sehinggasayatak

punya banyak waktu

untuk

sosialiasi pada

Dapil

I['

5

iituyut

di

Sumbar

yang menjadi tempat

suara saya

dihitung.

Saya abai

dt'gu"

strategi

untuk

memetakan

suara terba

"yi*-"A"di

wilayah mana pada level

provinsi'

mungkininiresikokarenadulunyasebagaiAnggota

DPRD Kota Padang dengan basis massa di

Koto

Tagah dan Nanggalo. -" 1*u*u'c-ara informan No'2 Senin 29 Juni 2009).

t

j

,

1

r

t

;

I

ri

rn Pa iki

rotr

.en

trl

ng

--,b

B

Sistem dan Praktek Pemilu

Pelaksanaanp.-ir"legislatifberjalanlancarmeskisejumlah

nmtes dari beberap a Culeg gagalsempat bermunculan' namun setidaknya Gtrrra

keseluruhan

rr"ti"r"p"*ilu

Legislatif

bisa

diterima'

Hanya saja

m:h

tetap adapenilaian minus

dari

Caleg yang

melgalami

langsung

&

kali

proses pemitit ar, 2004 dar- 2009' Menurut informan nomor 2'

turn

Pemilu

kali

ini

banyak suara CalegymLg

hilu"q'

Bahwa.dalam

Jadi terlihat bahwa kebijakan pattaimenempatkan Caleg

rda

level yang tak didu garlyasangat beresiko untuk bisa merebut

hnyak

suara.

rrc

penghitungan suara tak ada jaminan bahwa suara caleg tidak hilang'

trycrti

'

dikatakannYa:

"Diprediksi suara hilang

itu

banyak, karena ada sekitar tiga

.ribulebihTPSdiSurnbar,kalauPemilu2004suaradariTPS

drbawa ke kelurahan dulu dan ada tabulasi dan lengkap dengan

formulisCldikelurahan.NamunPemilu200ginidariTPS

i""gt""g

ke Panitia Pemilihan Kecamatan

(PFK)

di

fd-uti",

tak lagi ke kelurahan, sehingga aturan yang dibuat KPU

ini

rawan dengan kehilangan suara, kalaupun mau protes harus ada

formulir-Cl,

Nah

formulir

Cl

juga tak ada' Selain

itu dijumpai penggelembungan suara," (wawancara informan lncumUent nomor 2, Senin 15 Juni 2009)'

Akademik), f umal Pusinilok'U niversilas Andalas

(23)

VoL 2 Tahun. I, No. 2 (2011)

HalnrleN

68

senada dengan pernyataan informan nomor 2, informan nomor 4

juga

merasakan perbedaan signifikan pelaksanaafl sistem Pemilu 2004

a*gu"

pemilu

2b09.

Bahkan

ia

menyebutkan adanya pembelokan isu pemilu Legislatif yang dikaitkan dengan isu Pilpres. Disebutkannya:

'Ada isu yang dihembuskan di tengah masyarakat bahwa

siapa yang ingin presiden SBY

terpilih,

maka

pilih

partai

tertentu, padahal dalam Pemilu

Legislatif, tak

ada

hubungan dengan pilihan Parpol. Akhirnya Caleg yang murni bekeria dapat suara memenuhi BPP, tapi karena suara

partainya sedikit tak

memenuhi

kuota, tak

terpilihlah

Caleg

ini

sebagai

Aleg,"

(Wawancara Informan No.3, Jumat 29

Mai

2009)'

Kondisi

lain

yang

diamati

para

caleg

gagal

ini

adalah kertas lembaran

untuk

mencontreng, yang berisi nama-nama caleg, lumayan besar sehingga

membuat

konstituen

kerepotan

dan

kebingungan

menentukan mana yang akan

dipilih

mengingat foto caleg

di

lembaran tersebut. Apalagr biia konstituennya tak

teliti

dan ingin yang mudah saja. Seperti dikatakan informan nomor 2:

^

"Banyak konstituen

umumnya

suka yang simpel saja, cendrungmemilihcalegpadaurutanatasdanabaimelihat keseluruhan gambar Caleg atau nomor urut yang berada

di

bagian bawah, yah mungkin kerepotan

juga

dengan lembaran kertas yang besar

itu"

(Wawancara Senin, 15 Juni 2009).

Masih

terkait

dengan konstituen, kendala

lain

yang ditemukan adalah pandangan konstituen dan masyarakat umumnyayarLg masih cendrung tersifat

primordial.

Seperti

dikatakan

informan

no

1:

"Konstituen

masih

memilih

Caleg

berdasar

kesukuan' Banyak yang masih berpikir, lebih b aikurang kampuang awak

nan naiak. (Jrang yang awak

krnal.

Mereka masih belum memikirkan soal potensi dan kapabilitas Caleg," ungkapnya (wawancara Senin 29 Juri,2009).

Tampak jelas informan masih

memiliki

keyakinan bahwa masyarakit pemilih cendrung berpikiran tradisional dan cendrung
(24)

llererrlaN 69

Vol.2 Tahun. t, No. Z (ZOff)

etnosentris.

L3.2.

Faktor

Internal

f,apasitas Potensi

Diri

Caleg

nenjadi

amat dihargai masyarakat dan-dipandang

-;rd;;;

nilai

lebih dalam pemenangan pemilu.

Kemampuan dan kapasitas careg daram

mengembangkan potensi

9

9."*t

menjadi Aleg merupakan

asiek

yung

u

ir-.rr.i*tun

pula.

Kualitas

pribadi

seorang

poiitiri

p...rop,ru.,

itu

bisa

diferoleh

dari

lrngalaman

pekerja,al dan organisasi, tingkat

p."aiait*lprofesi

dan

dalam konteks

lokal di

sumatra

Barat

yut ri d.ogu,

p"rili

mereka di cngah komunitas adat. Jgt2Ttansebagai Ketua Bundo

Kurarurg

(rembaga

,datyangkhusus mewakili suara

kium

perempuan daram tatananad.at)

-Dari 6 informan yang diwawancarai dan ditanya kuaritas sebagai

dalam

konteks

l).

pendidikan

dan

profesi,

i).

p"rrgufu*uu,

nnisli

dan 3). Peran-status dalam keluarga dan

kau-,

h-yu"iofo.-*

f:::_i:1T:b

nya menjawab yang sangat

3

aspek tersebut dafam penting

kategori,ung*-p"rti,rg.

adarahp"rrlidikur,"p.oi.ri

au., s-peran ditengah komunitas. sementara informan

rai""iu

*.rrru*ut

.kb-"f":ilan

Caleg menjadi

Aleg

dan kegagalan

Aleg

untuk

kembali

di

periode kgdua tak terlefas banyak asp"k,

_iui

auri eksternal seperti

praktek

sistem

pimilu

dan kebijakan parpor

?f:.::-l],1!ne.ti

*:tilr:

dan potensi ungsui

,i

cui.e

.v5,

i*

rrg

*i'

Namun aspek lain yang rebih berperan besar dalam pemenangan

ilu

adalah

kiat dan

upuyu

yang

menjadi

stratlgi

--

autu*

mperjuangkan dan

meraih kursi

dewan

perwakilan. Hal

penting II-":_

|?ird

sosiat atau modal sosial juga meqjadi bagian

d*i

ur.,

aspek tersebut dalam kriteria penting.

Analisa

Dembahasatr

y?ng memainkan peran dominan

ortot

Uiru

_".ra;pu*u.r

ro*u

yak.

seperti dikatakan J.A Booth dan p.B Richard

yang mengarrikan

politik

sebagai aktifitas warga negara

untuk mencalai r.r[-,iuruu,

demokrasis,makadalamtpay;*;6"ii;;hr;;;T#i"lr"**,

8

Mardian," Konversi Modalsosiar menuju Modar politik,,, diperoreh dari

htp:/

ffi:

*-**ss.com/200g/05lkonveni-rirodal-sosial-menuju-.oaur-poritit.par.

(Editor Akademik), I

urnal Pus indok-Il niv enitas Andalas

TI

ii'

dh

,5;

(25)

Vol.2 Tahun.I, No.2 (ZOU)

HaLarr.reN 70

itu

diperlukan strategi dan usaha

yangada. mengelola modal atau

kapital

sosial

Dalam

hal

strategi, semua Aleg/Ca\eg

cendrung berstrategi

melakukan pemetaan wilayah, turba dan berhadapan dengai, kosntitue;,

tapi

agaknya ya.,g

benar-benar

mempelajari situasi

dal

karakteristik

masyarakat yang menjadi basis massa dan menganarisa

wilayah

yang berpeluang untuk memberikan suara terbanyak tak sepenuhnya dilakukan

oleh

keenam

Caleg.

Hanya

3 caleg

terpilih

yuog

*.-perlihatkan

kegigihan, konsistensi dan kejelian dalam melihat

pJru.rg

dimana dan bagaimana suara banyak

bisa

diraih.

Contohnyu

irfo.riu,

nomor

5 mengajukan usulan

pindah

Dapil

ke

pimpinan parpolnya,

setelah ia

mengkalkulasi perkiraan suara yang akan diperoleh. Bila masih tetap

di

o"prl

yang ditunjuk parpolnya, kemungkinan dia akan mendapat sriara sedikit dan tak terpilih

jadi

Aleg.

Semua CaGg

p"r.r.rpoui

agaknya memiliki ide yang sama untuk tidak memberikan dana kontan secara langsung pada konstituen

secara

perorangan.

Tampaknya tindakan

ini

mereka

ambil

karena bisa

jadi

terkait kondisi finansial (dana minim) atau berpikiran bahwa meski sudah

diberi, belum tentu masyarakat mau

memilih,

maka dalam situasi

ini,

jaringan sosial dan kepercayaan dengan membina kedekatan emosional caleg dengan pemilih menjadi hal penting untuk bisa berkiprah dan eksis di ranah

politik.

Dalam hal kapital sosiar, konteks lokal

SumatraBaratnilai-nilai

budaya masyarakat setempat (sebagai salah satu aspek

kapital

sosial) yang egaliter memandang kedudukan yang sama perempuan

dan laki-laki dalam konteks adat, danmenerapkan sistem matrilinial.

Nilai

budaya

_demikian

ini

diharapkan akan berdampak pada keleluasaan perempuan

Minang untuk

berkiprah

di

sektor

publik

dan

turut

berimbas menjadi faktor dominan untuk mendapatkan simpati dari komunitas masyarakat setempat.

Dalam kasus informan nomor 6, kapasitas dirinya sebagai Ketua

Bundo

Kanduang,

tokoh

pimpinan

adat yang

mewakili

suara kaum perempuan

di

komunitas adat setempat menjadi

nilai

tambah. Status tersebut sebagai arena untuk bersosialisasi, dikenal masyarakat setempat

dan

mengenal

lebih dekat

dengan masyarakat.

Aihasil, ia

yakin

mendapatkan suara banyak pada wilayah daerah asarnya

itu

saja'tanpa harus susah payah menggarap massa di Kabupaten dan

tota

rainny

uying

memang menjadi haknya

untuk

menggarap

wilayah

tersebut.

E dita ( E dit or Akode mik), furnal Pusindok-Ilniversiias Andalas

I

I

5

,

F

fA

(26)

Hererr,reN 7l Vol. 2 Tahun.I, No. 2 (2011)

Keyakinannya

untuk

memperoleh

suara secara

pribadi

(akhirnya

nemperoleh

sebanyak

7.575)

semakin bertambah

karena

sudah

terstrategi

mempelaj

ari

karakteristik

masyar akat y ang menj

adi

basis Dassa

nya

itu,

yang

masih

cenderung

bersifat

etnosentris,

lebih

aengutamakan putra daerah (anak nagari dan kaum kerabat). Ditambah

fui

dengan status laki-laki disekitarnya (kakak kandung, ayah dan mamak)

lnng

menjadi pendukung,

tim

sukses adalah kerabat dekatnya, orang

trpandang di

tengah masyarakat,

yakni

sebagai

Datuk

Penghulu dan

psnuka

agama yang disegani.

Namun

agaknya

kondisi

ini

tak

bisa digeneralisasi,

harus

-lihatnya

iinforman

secara kontekstual dan kasus per kasus, karena kasus yangnomor 1, yang juga

memiliki

ayah sebagai tokoh adat dikenal luas

tak

sepenuhnya bisa memberikan dukungan

untuk

kalinya

kepada Caleg

ini.

Agaknya

yang

menjadi

persoalan inan adalah membangun dan mempertahankan jejaring yang sudah

dan memelihara kepercayaan konstituen yang sudah diraih lima tahun ya.

Dalam aspek kepercayaan dan jaringan, kasus informan nomor terpilih kembali sebagai Aleg untuk kedua kalinya, dan hubungan konstituennya tak harus dengan materi saja, atau mengandalkan kerabat semata, tapi membangun bentuk komunikasi dan ketokohan melalui kedekatan emosional yang sudah dilakukan jauh hari sebelum periode

berikutnya.

Caleg informan nomor

3

ini

mengolah

sosial dari aspek keperc ay aandengan konsisten kepada konstituen,

munikasi instens, bertatap muka, melakukan binaan

dan

jaringan yang dibuat secara pribadi, bukan atas nama partai diutamakan

dan

dijaga. Meski jaringan itu pada komunitas kecil s€p€rti pedagang ikan

keliling,

pedagangbuah. Namun semua

itu

nnya

dalam upaya memelihara

kepercayaan

yang

sudah lima tahun lalu.

Informan nomor

6

jtga

melakukan ha1 sama,

dekat

dengan

, fokus dan konsisten sehingga kadang rela berjauhan dengan

untuk melakukan binaan dan persuasi kepada komunitasnya. a dalam lupaya membentuk jaringan dan simpati masyarakat. Muara dari adanya jaringan yang dibentuk dengan masyarakat

kelompok binaan Caleg yang pada akhrinya akan berujung lnya kepercayaan konstituen untuk memberikan hak

pilihnya

C-aleg yang

diyakini

akan mampu menyalurkan aspirasi mereka.

Akademik), I ur nal P us in d o k - U niv e rc itas Andalas

*._-^ -t/

(27)

Vol. 2 Tahun.

t

No. 2 (20f0 HaLelaaN

72

Hanya saja membangun kepercayaan, seperti

ini

tidak terungkap pada 3 Aleg dan caleg lainnya, bahwa mereka meski telah melaksanakan strategi

memelihara kepercayaan dengan harus turba ke masyarakat binaan, tapi tampak

tak

segigih dan serutin yang dilakukan 3 Aleg

terpilih

periode 2009-2014. Bahwa berhadapandengan konstituen sekian jam perminggu,

bahkan hanya

tidur

3-5 jam sehari dua bulan mejelang pemilu Legislatif rela dilakukan Caleg yang terpilih ini.

Pemanfaatan

nilai-nilai

sosial budaya yang berada

di

komunitas

setempat

juga

dikelola dengan baik oleh Caleg non ernis Minang. Salah

seorang caleg etnis Tiog Hoa membuktikanya, bahwa informan nomor 5 ini cukup jeli memanfaatkan kapital sosial yang dimiliki. Memanfaatkan

pola komunikasi

dari mulut

ke

mulut

kepada

kelompok

organisasi, kelompok ibadah dan pertemanan sebagai jaringan yang diandalkan untuk bisa memilihnya.

Meski

terdapat variasi bentuk pemmfaatan kapital sosial untuk perolehan suara, bila dibawakan ke situasi politik lokal di sumbar sekarang

ini, nilai-nilai tersebut masih merupakan suatu bentuk

ikatan

tradisional yang mewarnai sistem

politik di

Sumatra Barat sekarang ini.

Vl.

Simpulan

1. Perbandingan strategi caleg perempuan dalam memenangkan kursi di

lembaga

perwakilan

di

sumatra

Barat sangat

terkait

dengan strategi pemetaan wilayah dan pengelolaan kapital sosial yang

dimiliki

dan modal sosial yang ada

di

sekitar lingkungan para

caleg.

Dalam

hal

strategi,

semua caleg berada dalam garis yang sama, dengan melakukan pemetaan wilayah, namun tindak lanjutnya setelah

itu

berbeda-beda.

2. variasi keunggulan, kelebihan dan kekurangan masing-masing Careg/ Aleg dapat

dilihat

dari kemampuan Aleg mengelola kapital sosial yang

dimiliki.

Bahwa ternyata kejelian dan konsistensi dalam memelihara, membangun kepercayaan konstituen, membina jaring anyarryada menjadi

faktor dominan untuk bisa mendapatkan simpati konstituen. Kegagalan

caleg untuk duduk kembali periode berikutnya disebabkan banyak faktor salah satunya

dari

strategi dan memanfaatkan kapital sosial yang ada,

dan juga harus dilihat kasus per kasus. Namun cukup jelas praktek pemilu

dan kebijakan intemal Parpol turut mempengaruhi perolehan suara Caleg. 3. Terkait dengan sistem nilai budaya lokal yang berperan dalam perolehan suara untuk bisa duduk di Parlemen, perempuan politisi di sumatra Barat tak terlepas dari ikatan-ikatan tradisional yang masih melekat erat dengan

budaya Minangkabau. Bahwa hubungan emosionar dengan komunitas

(28)

masyarakat dan posisi j abatanadat baik yang

dimiliki

politisi

perempuan

nnau kerabat perempuan sangat menentukan daram mendapat simpati

dan suara pemilih,

{

Bagi etnis non Minang tapi berpolitik di Ranah Minang, substansi dari

itatan

tradisional berupa hubungan saling kenal dan eniosionat dengan

masyarakatpemilih olehpara Caleg dan kerabatnyajuga merupakan ikatan

uadisional yang

menjadi

strategi dalam proses mendapatkan simpati

fu

suara dari parapemilih.

Eerarvrar.r 73 Vol.2 Tahun.

t, No. Z (ZOff)

--[--uJrama'

Francls.

2002. "[,iodal

sosial"

ha].

153-157

dalam

Kebangkitan Peran Budays,

Bagaimana

Ni],ai-Ntlai

l"iembentuk Kemajuan tianusia, ed Lawrence E

Harrison

dan Samuel P

Huntington,

Jakarta:

LplES.

ng, Robert

l,:.2. ZOO4.

Rapital

Sosia-I, Daiam

perspektif

SosloTogik, Suatu

pengantar,

Depok:

FISIP UI

press.

n," Konversi

tiodal

Soslal

menuju

tiodal

poIitik,,,

Referensi

Dokumen terkait

[r]

informasi tambahan yang ingin diketahui/atau sebagai klarifikasi mengenai kerajaan- kerajaan maritim Indonesia pada masa Islam dalam sistem pemerintahan, sosial, ekonomi,

Hasil pemeriksaan kandungan gizi sampel ikan nila Oreochromis niloticus dari dua tempat yang berbeda, yaitu dari danau Unhas Kota Makassar dan danau Mawang

Pencapaian hasil pelayanan Satlantas Polresta Pekanbaru didasarkan sejauh mana kinerja pegawai Satlantas Polresta Pekanbaru dalam memberikan pelayanan terhadap

Az első rendes tagok közé három pataki diák került be: Balásházy János, Kazinczy Ferenc és Petrovics Frigyes, bár indokolt az elsők közé számítani az 1831 februárjában

Untuk Calon Peserta Ujian Kenaikan Pangkat Penyesuaian Ijazah dari golongan II ke golongan ruang III/a, dalam pangkat Pengatur golongan ruang II/c dengan masa kerja

Banyak peserta magang yang ikut sehingga kelas kami banyak yang kosong bangkunya.. Semoga aksinya berjalan dengan damai dan tidak ada tindakan yang

berarti guru memiliki peran yang penting dalam.. menciptakan kondisi belajar yang harus