• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA FASILITAS BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PEMBUATAN BUSANA WANITA PADA SISWA KELAS XI DI SMK NU 01 KENDAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA FASILITAS BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PEMBUATAN BUSANA WANITA PADA SISWA KELAS XI DI SMK NU 01 KENDAL"

Copied!
188
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN ANTARA FASILITAS BELAJAR DENGAN

PRESTASI BELAJAR PEMBUATAN BUSANA WANITA

PADA SISWA KELAS XI DI SMK NU 01 KENDAL

skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Prodi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Konsentrasi Tata Busana

oleh

Alfiyatur Rohmaniyah 5401410140

JURUSAN TEKNOLOGI JASA DAN PRODUKSI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)
(3)
(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

1. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Q.S Al-ashr: 6). 2. If you want to be success, you must to spirit don‟t be careless (Peneliti).

PERSEMBAHAN:

1. Bapak, Ibu, kakak, dan adik tercinta yang selalu memberikan semangat, kasih sayang dan doa.

2. Keluarga besar Ponpes Balekambang & Ponpes Durrotu Aswaja yang selalu

memberikan motivasi dan do‟a.

3. Teman-temanku seperjuangan yang selalu membantu dikala susah maupun senang. 4. Almamaterku Unnes yang selalu menjadi

(5)

v

ABSTRAK

Rohmaniyah, Alfiyatur. 2014.“Hubungan Antara Fasilitas Belajar Dengan Prestasi Belajar Pembuatan Busana Wanita Pada Siswa Kelas XI di SMK NU 01 Kendal”. Skripsi, Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Dr. Trisnani Widowati, M. Si.

Kata kunci: busana wanita, fasilitas belajar, prestasi belajar.

Prestasi belajar merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam dunia pendidikan, karena prestasi belajar dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan siswa dalam mengikuti pelajaran. Pembuatan busana wanita adalah kumpulan bahan kajian dan pelajaran yang mempelajari tentang pembuatan busana salah satunya pembuatan blus luar wanita. Peningkatan prestasi belajar pembuatan busana wanita dipengaruhi beberapa faktor penting dalam proses belajar mengajar. Fasilitas belajar adalah sarana dan prasarana yang digunakan dalam proses belajar mengajar, dengan tersedianya fasilitas belajar yang memadai diharapkan siswa akan memperoleh prestasi belajar yang optimal. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah Apakah ada hubungan antara fasilitas belajar dengan prestasi belajar pembuatan busana wanita pada siswa kelas XI di SMK NU 01 Kendal? Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara fasilitas belajar dengan prestasi belajar pembuatan busana wanita pada siswa kelas XI di SMK NU 01 Kendal.

Populasi penelitian adalah siswa kelas 2 kompetensi keahlian busana butik di SMK NU 01 Kendal sebanyak 74 siswa. Pengambilan sampel dengan Teknik Simple Random Sampling sebesar 37 siswa. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah fasilitas belajar dan variabel terikat adalah prestasi belajar pembuatan busana wanita.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa fasilitas belajar termasuk dalam kategori cukup, hal ini dikarenakan sekolah berusaha untuk menyediakan fasilitas belajar secara optimal akan tetapi belum mencukupi dengan banyaknya siswa yang ditampung. Prestasi belajar masuk dalam kategori cukup, dikarenakan siswa menggunakan fasilitas belajar disekolah dengan seadanya sehingga menghasilkan prestasi belajar yang cukup. Hasil analisis dengan product moment diperoleh r hitung 0,943 lebih besar dari r tabel 0,325, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara fasilitas belajar dengan prestasi belajar pembuatan busana wanita teruji kebenarannya.

(6)

vi

PRAKATA

Puji syukur senantiasa terucap kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga tersusunlah skripsi berjudul:

Hubungan Antara Fasilitas Belajar Dengan Prestasi Belajar Pembuatan Busana Wanita Pada Siswa Kelas XI di SMK NU 01 Kendal”.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar, untuk itu ucapan terima kasih disampaikan kepada:

1. Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang yang telah memberi izin dan kesempatan untuk mewujudkan skripsi ini.

2. Ketua Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang yang telah memberi izin dalam penulisan skripsi ini.

3. Dr. Trisnani Widowati, M. Si sebagai Dosen Pembimbing yang dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Mokh. Izudin, M.Pd selaku Kepala SMK NU 01 Kendal yang telah memberikan izin peneliti untuk penelitian.

5. Siswa kelas XI SMK NU 01 Kendal Program Kompetensi Keahlian Busana Butik semester 3 yang telah bersedia bekerjasama serta bersemangat dalam pelaksanaan penelitian.

6. Semua pihak yang telah membantu hingga tersusunnya skripsi ini.

Semoga segala bantuan yang telah diberikan menjadi catatan amal tersendiri dihari perhitungan kelak dan semoga Allah SWT memberi balasan yang setimpal, Amin. Semoga hasil penelitian skripsi ini dapat memberikan manfaat pada para pembaca, serta saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan skripsi ini.

Semarang, 23 Desember 2014 Peneliti

(7)

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

HALAMAN PENGESAHAN. ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Batasan Masalah ... 4

1.3 Rumusan Masalah... ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

1.6 Penegasan Istilah... ... 5

1.7 Sistematika Penelitian Skripsi ... 8

BAB 2 LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS 2.1 Belajar ... 10

2.1.1 Pengertian Belajar... ... 10

2.1.2 Tujuan dan Ciri-ciri Belajar ... 11

2.1.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar ... 15

2.2 Pembelajaran ... 22

2.2.1 Pengertian Pembelajaran ... 22

2.2.2 Komponen-komponen Pembelajaran ... 23

2.3 Prestasi Belajar ... 59

2.3.1 Pengertian Prestasi Belajar ... 59

2.3.2 Evaluasi Prestasi Belajar ... 67

(8)

viii

2.4.1 Pengertian Busana ... 68

2.4.2 Fungsi Busana ... 69

2.4.3 Jenis-jenis Busana ... 72

2.5 Tinjauan Program Keahlian Busana Butik di SMK NU 01 Kendal... 77

2.6 Hubungan Antara Fasilitas Belajar Dengan Prestasi Belajar Pembuatan Busana Wanita ... 78

2.7 Kerangka Berfikir... 79

2.8 Hipotesis ... 81

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 82

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 82

3.3 Populasi dan Sampel ... 82

3.4 Variabel Penelitian ... 83

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 84

3.5.1 Metode Dokumentasi... ... 84

3.5.2 Metode Angket... 85

3.6 Instrumen Penelitian ... 85

3.6.1 Uji Coba Instrumen ... 88

3.6.2 Penskoran Instrumen ... 91

3.7 Teknik Aanalisis Data ... 91

3.7.1 Metode Analisis Deskriptif Persentase ... 91

3.7.2 Uji Hipotesis ... 93

3.7.3 Uji Keberartian Koefisien Determinasi ... 94

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 96

4.1.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian... . 96

4.1.2 Analisis Data ... 97

4.2 Pembahasan... 103

4.2.1 Penyediaan Fasilitas Belajar... 103

(9)

ix

4.3 Keterbatasan Penelitian... 108

BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan ... 109

5.2 Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA... 111

(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Angket Fasilitas Belajar... 86

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Variabel Terikat…... 87

Tabel 3.3 Tabel Skor Jenjang Kualitatif…... 93

Tabel 4.1 Komponen Yang Dinilai Dari Praktek Pembuatan Blus………... 96

Tabel 4.2 Data Persentase Fasilitas Belajar………... 98

Tabel 4.3 Data Persentase Prestasi Belajar……… 99

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data Fasilitas Belajar………... 100

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Mesin Jahit Umum... 40

Gambar 2.2 Mesin Jahit Khusus... 41

Gambar 2.3 Mesin Jahit Serba guna... 41

Gambar 2.4 Mesin Jahit Tangan... 42

Gambar 2.5 Mesin Jahit Kaki... 42

Gambar 2.6 Mesin Jahit Listrik... 43

Gambar 2.7 Buku Kostum/Pola... 43

Gambar 2.8 Skala………... 44

Gambar 2.9 Penggaris/Mistar... 44

Gambar 2.10 Pensil Hitam……... 45

Gambar 2.11 Penghapus………... 45

Gambar 2.12 Pensil Merah/Biru... 45

Gambar 2.13 Pita Ukur………... 46

Gambar 2.14 Kertas Sampul…... 46

Gambar 2.15 Kertas Roti………... 46

Gambar 2.16 Gunting Kain……... 47

Gambar 2.17 Gunting Kertas…... 47

Gambar 2.18 Gunting Benang…... 48

Gambar 2.19 Gunting Zig-zag…... 48

Gambar 2.20 Gunting Listrik…... 49

Gambar 2.21 Meja Potong……... 49

Gambar 2.22 Rader………... 50

Gambar 2.23 Karbon Jahit... 50

Gambar 2.24 Kapur Jahit... 50

Gambar 2.25 Jarum Mesin Jahit... 51

Gambar 2.26 Jarum Jahit Tangan... 51

Gambar 2.27 Jarum Pentul……... 52

Gambar 2.28 Tudung Jari……... 52

(12)

xii

Gambar 2.30 Mata Nenek……... 53

Gambar 2.31 Bantalan Jarum…... 53

Gambar 2.32 Cermin…………... 54

Gambar 2.33 Boneka Jahit... 54

Gambar 2.34 Setrika Manual…... 55

Gambar 2.35 Setrika Elektrik Otomatis... 56

Gambar 2.36 Setrika Dengan Semprotan Air... 56

Gambar 2.37 Setrika Uap………... 57

Gambar 2.38 Papan Setrika……... 57

Gambar 2.39 Bantalan Setrika…... 58

Gambar 2.40 Mesin Pres………... 58

Gambar 2.41 Pengambilan Ukuran... 74

Gambar 3.1 Validitas Instrumen... 89

Gambar 3.2 Reliabilitas Instrumen... 90

Gambar 3.3 Deskriptif Persentase...92

Gambar 3.4 Uji Korelasi Product Moment... 94

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Nama Siswa... 113

Lampiran 2 Kisi-Kisi Instrumen Angket Fasilitas Belajar... 114

Lampiran 3 Perhitungan Validitas Item... 131

Lampiran 4 Hasil Uji Validitas………... 133

Lampiran 5 Perhitungan Reliabilitas Instrumen... 138

Lampiran 6 Surat Angket Penelitian... 139

Lampiran 7 Instrumen Penelitian... 140

Lampiran 8 Hasil Angket Fasilitas Belajar... 147

Lampiran 9 Uji Normalitas Data Fasilitas Belajar... 150

Lampiran 10 Penilaian Prestasi Belajar Praktek Menjahit Blus... 151

Lampiran 11 Kriteria Penilaian Prestasi Belajar... 152

Lampiran 12 Hasil Prestasi Belajar Pembuatan Blus... 158

Lampiran 13 Uji Normalitas Data Prestasi Belajar...163

Lampiran 14 Analisis Korelasi………...…………... 164

Lampiran 15 Uji Korelasi Product Moment………... 165

Lampiran 16 Perhitungan Korelasi Dan Determinasi... 166

Lampiran 17 Tabel Harga Kritik R Product Moment... 167

Lampiran 18 Hasil Deskriptif Persentase... 168

Lampiran 19 Struktur Kurikulum Busana Butik SMK... 170

Lampiran 20 Nilai Praktek Pembuatan Blus………...…... 172

Lampiran 21 Desain Ruang Praktek Jahit... 176

Lampiran 22 Dokumentasi Penelitian... 177

Lampiran 23 Permohonan Judgement Expert... 179

Lampiran 24 Lembar Judgement Expert………... 180

Lampiran 25 Usulan Topik... 182

Lampiran 26 Usulan Pembimbing... 183

Lampiran 27 SK Pembimbing... 184

Lampiran 28 Surat Ijin Observasi... 185

Lampiran 29 Surat Ijin Penelitian... 186

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Sekolah Menengah Kejuruan adalah salah satu jenjang pendidikan menengah dengan kekhususan mempersiapkan lulusannya untuk siap bekerja. Pengertian ini mengandung pesan bahwa setiap institusi yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan harus berkomitmen menjadikan tamatannya mampu bekerja dalam bidang tertentu sebagaimana ditegaskan dalam penjelasan pasal 15 UUSPN

(Nur‟aini, 2006: 6). Sekolah Menengah Kejuruan bertujuan khusus membekali siswa agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam berkompetisi dan mampu mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminati

(Nur‟aini, 2006: 75).

Prestasi belajar merupakan faktor yang sangat penting dalam dunia pendidikan, karena prestasi belajar dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengadakan evaluasi proses belajar mengajar dan sangat berguna bagi peningkatan kualitas pengajaran baik bagi siswa yang bersangkutan maupun kepada pihak yang terkait dalam proses pengajaran tersebut.

(15)

memiliki bakat dan kepandaian serta adanya kurikulum dan tenaga pengajar yang bagus namun tanpa adanya fasilitas belajar yang baik hasil belajarpun belum tentu dapat optimal.

Fasilitas belajar adalah segala sesuatu yang memudahkan untuk belajar. Fasilitas belajar mengajar yang ada di SMK diantaranya adalah ruang belajar, perpustakaan, koperasi, ruang praktek, fasilitas listrik, perlengkapan menjahit, alat bantu jahit lainnya dan musholla. Proses belajar mengajar program keahlian busana butik di SMK NU 01 Kendal menerapkan sistem pengajaran teori dan praktek, pelajaran teori dilaksanakan terlebih dahulu baru kemudian melaksanakan praktek. Salah satu mata pelajaran yang diberikan pada siswa kelas dua program keahlian busana butik adalah mata pelajaran pembuatan busana wanita.

(16)

Proses belajar pembuatan blus wanita, fasilitas yang di perlukan adalah mesin jahit, obras, dan alat bantu menjahit lainnya seperti alat membuat pola, rader (alat untuk memindahkan tanda pola), memotong, kelengkapan menjahit, alat untuk mengepres, dan alat untuk menyetrika. Fasilitas belajar yang memadai akan memberi dorongan pada siswa untuk bersungguh-sungguh dalam mengikuti pelajaran menjahit blus wanita, seperti melakukan banyak latihan, aktif mengikuti pelajaran, rajin, kreatif, dan tepat waktu dalam menyelesaikan tugasnya.

SMK NU 01 Kendal memiliki lima program keahlian. Salah satunya adalah busana butik. Program ini memiliki dua ruang laboratorium jahit, yang isinya 1 laboratorium untuk mesin jahit manual sebanyak 30 mesin jahit manual, sedangkan 1 laboratorium lagi isinya mesin jahit garment, mesin obras, mesin wool soom, alat press, meja potong, mesin lubang kancing, mesin bordir, papan setrika, paspop, setrika listrik, setrika uap, perlengkapan menyetrika dll. Akan tetapi tidak semuanya dapat berfungsi dengan baik, karena sebagian mesin saat dalam kondisi praktek ada kalanya yang rusak, itu juga menjadi kendala bagi siswa dalam praktek. Pelaksanaan dalam praktek pembuatan busana wanita ini tidak hanya dikerjakan disekolah saja tetapi dilanjutkan dirumah, oleh sebab itu fasilitas belajar di rumah harus ada, jika ingin mendapatkan hasil yang maksimal. Kenyataannya tidak semua siswa memiliki mesin jahit di rumah, karena perekonomian mereka yang menengah kebawah menjadikan belum bisa untuk membeli mesin jahit.

(17)

dengan fasilitas belajar yang memadai, karena meskipun siswa belajar dengan baik dan latihan yang cukup, jika fasilitas belajar tidak lengkap maka hasil belajar yang diperoleh kurang baik. Sebaliknya, walaupun fasilitas belajar lengkap namun faktor internal dari siswa itu sendiri yaitu bakat dan minat mereka kurang maka hasil belajarnya pun tidak maksimal. Temuan observasi diperoleh hasil belajar siswa kelas XI BB1 SMK NU 01 Kendal dalam membuat blus wanita mulai dari awal hingga finishing berkisar antara 60-71, padahal standar KKM di SMK NU 01 Kendal sebesar 72, sehingga masih dalam kategori kurang.

Berdasarkan uraian diatas, mendorong peneliti mengadakan penelitian

dengan judul “Hubungan Antara Fasilitas Belajar Dengan Prestasi Belajar Pembuatan Busana Wanita Pada Siswa Kelas XI di SMK NU 01 Kendal”.

1.2

Batasan Masalah

Demi menghindari perkembangan permasalahan secara luas dalam penelitian ini, sehingga diperlukan suatu batasan masalah yang jelas dalam penelitian ini. Adapun permasalahan yang perlu dibatasi adalah: Fasilitas belajar yang ada di SMK NU 01 Kendal dan prestasi belajar pembuatan busana wanita kelas XI Busana Butik.

1.3

Rumusan Masalah

Permasalahan penelitian yang dapat dirumuskan adalah :

1.3.1 Apakah ada hubungan antara fasilitas belajar dengan prestasi belajar pembuatan busana wanita pada siswa kelas XI di SMK NU 01 Kendal? 1.3.2 Seberapa besar hubungan antara fasilitas belajar dengan prestasi belajar

(18)

1.4

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu :

1.4.1 Mengetahui ada tidaknya hubungan antara antara fasilitas belajar dengan prestasi belajar pembuatan busana wanita pada siswa kelas XI di SMK NU 01 Kendal.

1.4.2 Mengetahui seberapa besar hubungan antara fasilitas belajar dengan prestasi belajar pembuatan busana wanita pada siswa kelas XI di SMK NU 01 Kendal.

1.5

Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti dengan harapan memberikan manfaat kepada pihak lain, diantaranya:

1.5.1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan perbandingan dan masukan bagi peningkatan prestasi belajar khususnya yang berkaitan dengan penyediaan fasilitas belajar.

1.5.2 Sebagai masukan bagi lembaga pendidikan agar dapat mencukupi fasilitas belajar menjahit busana wanita sesuai dengan yang diharapkan.

1.6

Penegasan Istilah

Penegasan istilah dalam skripsi ini di maksudkan agar dapat memberikan gambaran atau arahan yang lebih jelas dalam memahami isi penelitian ini kepada para pembaca. Istilah-istilah yang perlu diuraikan adalah sebagai berikut :

1.6.1 Hubungan

(19)

Hubungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu keadaan yang menghubungkan antara fasilitas belajar dengan prestasi belajar pembuatan busana wanita.

1.6.2 Fasilitas Belajar

Menurut Suharsimi Arikunto dikutip oleh Suryosubroto (2004: 114) dikatakan bahwa fasilitas yang ada di sekolah terdiri dari sarana dan prasarana pendidikan. Sarana pendidikan adalah alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang ada sebelum adanya sarana. Fasilitas belajar dalam penelitian ini dibatasi pada kondisi fisik ruang praktek, perlengkapan menjahit, alat bantu menjahit dan buku-buku penunjang praktek.

1.6.3 Prestasi Belajar

(20)

Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai hasil belajar pembuatan busana wanita pada siswa kelas XI di SMK NU 01 Kendal.

1.6.4 Pembuatan Busana Wanita

Menjahit adalah melekatkan (menyambung, mengelim, dan sebagainya) kain dengan jarum dan tangan (KBBI, 2007: 208). Menjahit busana wanita merupakan salah satu materi dari program pokok yang didalamnya mempelajari tentang teknik pengolahan pembuatan busana wanita sesuai dengan perkembangan mode dan tuntutan konsumen. Pengolahan yang di maksud disini adalah menganalisa desain, memilih bahan tekstil, mengambil ukuran, membuat pola kontruksi, merancang bahan dan harga, teknik menjahit dan penyelesaiannya, pengemasan dan penataan. Pembuatan busana wanita dalam penelitian ini adalah menjahit blus.

1.6.5 Siswa

Siswa adalah subjek yang terlibat dalam kegiatan belajar-mengajar di sekolah (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 22). Siswa yang dimaksud dalam penelitian adalah siswa kelas XI SMK NU 01 Kendal.

1.6.6 Program Keahlian Busana Butik

(21)

1.6.7 SMK NU 01 Kendal

SMK NU 01 Kendal merupakan tempat dilaksanakannya penelitian yang memiliki lima program kompetensi keahlian, yaitu: Akuntansi, Administrasi Perkantoran, Pemasaran, Busana Butik, Jasa Boga. Adapun kompetensi keahlian dalam penelitian ini adalah kompetensi keahlian Busana Butik.

1.7

Sistematika Skripsi

Sistematika penulisan skripsi secara garis besar terbagi menjadi tiga bagian yaitu :

1.7.1 Bagian Awal Skripsi

Bagian awal skripsi terdiri dari sampul lembar berlogo, halaman judul, halaman pengesahan, pernyataan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran.

1.7.2 Bagian Isi Skripsi

(22)
(23)

10

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1

Belajar

2.1.1 Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu usaha untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan tidak hanya diperoleh dari lingkungan sekolah, akan tetapi dapat diperoleh dari keluarga dan masyarakat. Konsep tentang belajar telah banyak didefinisikan oleh para pakar psikologi yaitu: belajar merupakan suatu perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman (Slavin, 1994: 152). Gagne (1977: 3) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia yang berlangsung selama periode waktu tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan. Belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman (Gage dan Berliner, 1983: 252). Morgan et.al (1986: 140) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman dikutip oleh Catharina Tri Anni (2012: 66).

(24)

perubahan kelakuan. Pengertian ini sangat berbeda dengan pengertian lain tentang belajar, yang menyatakan bahwa belajar adalah memperoleh pengetahuan; belajar adalah latihan-latihan pembentukan kebiasaan secara otomatis, dan seterusnya.

Beberapa pendapat mengenai pengertian belajar diatas maka dapat dikemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku secara keseluruhan melalui latihan dan pengalaman serta sebagai hasil interaksi dengan lingkungan baik dikeluarga, sekolah, maupun masyarakat.

2.1.2 Tujuan dan Ciri-ciri Belajar

2.1.2.1Tujuan Belajar

Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa. Tujuan belajar adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses belajar (Oemar Hamalik, 2008: 73).

(25)

Gagne dan Briggs (1979: 119) mengklasifikasikan tujuan belajar didalam buku psikologi pendidikan (Catharina Tri Anni, 2012: 74) kedalam lima kategori yaitu: 1) kemahiran intelektual (intellectual skills); 2) strategi kognitif (cognitive strategies); 3) informasi verbal (verbal invormation); 4) kemahiran motorik (motor skills); dan 5) sikap (attitudes). Berikut penjelasan secara ringkas.

Kemahiran intelektual merupakan kemampuan yang membuat individu kompeten. Kemampuan ini berentangan mulai dari kemahiran bahasa sederhana seperti menyusun kalimat sampai pada kemahiran teknis maju seperti teknologi rekayasa dan kegiatan ilmiah. Misalnya kemampuan untuk menggunakan internet dalam mendesain blus wanita (Catharina Tri Anni, 2012: 74).

Strategi kognitif merupakan kemampuan yang mengatur perilaku belajar, mengingat dan berpikir seseorang. Misalnya kemampuan mengendalikan perilaku ketika membuat pola blus wanita. Sedangkan informasi verbal merupakan kemampuan yang diperoleh siswa dalam bentuk informasi atau pengetahuan verbal. Informasi verbal yang dipelajari diharapkan dapat diingat kembali setelah siswa menyelesaikan kegiatan siswa. Siswa akan terus mengingat segala sesuatu yang sudah diajarkan oleh guru dalam pembuatan blus wanita (Catharina Tri Anni, 2012: 74).

(26)

negatif) terhadap benda, orang, ataupun situasi yang sedang dihadapi. Misalnya setelah selesai menjahit blus wanita, setiap ada perca kain yang berserakan masing-masing siswa bergegas untuk membersihkannya (Catharina Tri Anni, 2012: 74). Penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa belajar bertujuan untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan pembentukan sikap.

2.1.2.2Ciri-ciri Belajar

Belajar dan mengajar merupakan dua aktifitas yang berlangsung secara bersamaan, simultan dan memiliki fokus yang dipahami bersama (Pupuh dan Sobry, 2007: 10). Sebagai suatu aktifitas yang terencana, belajar memiliki tujuan yang bersifat permanen, yaitu terjadinya perubahan pada siswa. Ciri-ciri perubahan dalam pengertian belajar menurut Slameto (1987) dikutip oleh Pupuh dan Sobry (2007: 10) meliputi:

2.1.2.2.1 Perubahan yang Terjadi Secara Sadar

Siswa dengan sengaja belajar untuk mendapatkan suatu ilmu pengetahuan. Ini berarti individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya seseorang belajar membuat blus luar wanita karena ingin memperoleh ilmu tentang teknik-teknik membuat blus luar wanita (Slameto dikutip Pupuh F, 2007: 10).

2.1.2.2.2 Perubahan dalam Belajar Bersifat Fungsional

(27)

Misalnya seseorang belajar membuat blus luar wanita akan terus belajar agar lebih terampil dalam membuat blus luar wanita (Slameto dikutip Pupuh F, 2007: 10). 2.1.2.2.3 Perubahan dalam Belajar bersifat Positif dan Aktif

Perubahan dalam belajar selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri. Misalnya siswa yang pada semester satu SMK belum dapat menjahit, setelah belajar dengan terus menerus dan berlatih akan dapat menjahit dengan teknik yang benar sehingga hasilnya akan semakin baik (Slameto dikutip Pupuh F, 2007: 10).

2.1.2.2.4 Perubahan dalam Belajar tidak bersifat Sementara

Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. Misalnya meskipun seseorang sudah dapat menjahit akan terus mengembangkan kemampuannya dengan terus berlatih agar kemampuannya terus bertambah dan lebih terampil (Slameto dikutip Pupuh F, 2007: 10).

2.1.2.2.5 Perubahan dalam Belajar Bertujuan atau Terarah

(28)

2.1.2.2.6 Perubahan Mencakup Seluruh Aspek Tingkah Laku

Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku, seperti sikap kebiasaan, pengetahuan, dan sebagainya. Misalnya siswa kelas satu SMK yang belum dapat menjahit, setelah lulus SMK sudah terampil menjahit karena selama menempuh pendidikan terus menerus memperoleh ilmu dan pengetahuan tentang teknik-teknik menjahit yang benar (Slameto dikutip Pupuh F, 2007: 10).

Penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri belajar adalah adanya perubahan yang terjadi secara sadar, perubahan yang bersifat fungsional, perubahan yang bersifat positif dan aktif, perubahan yang bersifat tidak sementara, perubahan yang bertujuan dan terarah dan perubahan yang mencakup seluruh aspek tingkah laku.

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu berasal dari dalam diri orang yang belajar dan ada pula dari luar dirinya, dibawah ini dikemukakan faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar (M. Dalyono, 2009: 55).

2.1.3.1Faktor Internal (yang Berasal dari dalam Diri)

2.1.3.1.1 Kesehatan

(29)

Demikian pula halnya jika kesehatan rohani (jiwa) kurang baik, misalnya mengalami gangguan pikiran, perasaan kecewa karena konflik dengan pacar, orang tua atau karena sebab lainnya, ini dapat mengganggu atau mengurangi semangat belajar dalam pembuatan busana wanita, karena itu pemeliharaan kesehatan sangat penting bagi setiap siswa baik fisik maupun mental agar badan tetap kuat, pikiran selalu segar dan bersemangat dalam melaksanakan kegiatan belajar (M. Dalyono, 2009: 55).

2.1.3.1.2 Inteligensi dan Bakat

Inteligensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat (Reber dikutip Muhibbin S, 2003: 147), sedangkan menurut Abu Ahmadi dan Widodo S (2004: 82) bakat adalah potensi atau kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir. Kedua aspek kejiwaan (psikis) ini besar sekali pengaruhnya terhadap kemampuan belajar, dalam hal ini yang dimaksud adalah intelegensi dan bakat siswa.

(30)

Selanjutnya bila siswa mempunyai inteligensi tinggi dan bakatnya ada dalam bidang yang dipelajari, maka proses belajarnya akan lancar dan sukses bila dibandingkan dengan siswa yang memiliki bakat saja tetapi inteligensinya rendah, demikian pula jika dibandingkan dengan siswa yang inteligensinya tinggi tetapi bakatnya tidak ada dalam bidang tersebut. Siswa berbakat lagi pintar (inteligensi tinggi) biasanya sukses dalam karirnya (M. Dalyono, 2009: 56).

2.1.3.1.3 Minat dan Motivasi

Minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu (Muhibbin S, 2003: 151), sedangkan motivasi ialah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Pengertian motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah (Gleitman 1986; Reber 1988 dikutip oleh Muhibbin S, 2003: 151).

(31)

Motivasi berbeda dengan minat, ia adalah daya penggerak/pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Bisa berasal dari dalam diri dan juga dari luar. Motivasi yang berasal dari dalam diri (intrinsik) yaitu dorongan yang datang dari hati sanubari, umumnya karena kesadaran akan pentingnya sesuatu atau dapat juga karena dorongan bakat apabila ada kesesuaian dengan bidang yang dipelajari. Motivasi yang berasal dari luar (ekstrinsik) yaitu dorongan yang datang dari luar diri (lingkungan), misalnya dari orang tua, guru, teman-teman dan anggota masyarakat. Seseorang yang belajar dengan motivasi kuat, akan melaksanakan semua kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh, penuh gairah atau semangat. Sebaliknya belajar dengan motivasi yang lemah, akan malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pelajaran.

Kuat lemahnya motivasi belajar siswa turut mempengaruhi keberhasilannya, karena itu motivasi belajar perlu diusahakan terutama yang berasal dari dalam diri dengan cara senantiasa memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus dihadapi untuk mencapai cita-cita. Senantiasa memasang tekat bulat dan selalu optimis bahwa cita-cita dapat dicapai dengan belajar (M. Dalyono, 2009: 57).

2.1.3.1.4 Cara Belajar

Cara belajar siswa juga mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan, akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan.

(32)

kesempatan kepada mata, otak serta organ tubuh lainnya untuk memperoleh tenaga kembali.

Selain itu teknik-teknik belajar perlu diperhatikan, bagaimana caranya membaca, mencatat, menggaris bawahi, membuat ringkasan/kesimpulan, apa yang harus dicatat dan sebagainya. Selain dari teknik-teknik tersebut, perlu juga diperhatikan waktu belajar, tempat, fasilitas, penggunaan media pengajaran dan penyesuaian bahan pelajaran.

(33)

semua yang dapat mengganggu otak supaya bahan yang dipelajari dapat diterima dan disimpan dengan baik (M. Dalyono, 2009: 58).

2.1.3.2Faktor Eksternal (yang Berasal dari Luar Diri)

2.1.3.2.1 Keluarga

Keluarga adalah ayah, ibu, dan anak-anak serta famili yang menjadi penghuni rumah. Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup atau kurang perhatian dan bimbingan orang tua, rukun atau tidaknya kedua orang tua, akrab atau tidaknya hubungan orang tua dengan anak-anak, tenang atau tidaknya situasi dalam rumah, semuanya itu turut mempengaruhi pencapaian hasil belajar anak, disamping itu faktor keadaan rumah juga turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Besar kecilnya rumah tempat tinggal, ada atau tidak peralatan/media belajar seperti papan tulis, gambar, peta, ada atau tidak kamar atau meja belajar, dan sebagainya, semuanya itu juga turut menentukan keberhasilan belajar seseorang (M. Dalyono, 2009: 59), adapun siswa SMK NU 01 Kendal rata-rata berasal dari keluarga yang kurang mampu karena mesin jahit sebagai alat bantu praktek di rumah belum bisa di belinya.

2.1.3.2.2 Sekolah

(34)

memperhatikan tata tertib (disiplin), maka murid-muridnya kurang mematuhi perintah para guru dan akibatnya mereka tidak mau belajar sungguh-sungguh di sekolah maupun di rumah. Hal ini mengakibatkan prestasi belajar anak menjadi rendah, demikian pula jika jumlah murid per kelas terlalu banyak (50-60 orang) dapat mengakibatkan kelas kurang tenang, hubungan guru dengan murid kurang akrab, kontrol guru menjadi lemah, murid menjadi kurang acuh terhadap gurunya, sehingga motivasi belajar menjadi lemah (M. Dalyono, 2009: 59), adapun keadaan SMK NU 01 Kendal khususnya dalam penyediaan fasilitas belajar kurang mencukupi dengan jumlah siswa yang ada, oleh karena itu kegiatan praktek pembuatan busana wanita mendapatkan hasil yang kurang sempurna. 2.1.3.2.3 Masyarakat

(35)

2.1.3.2.4 Lingkungan Sekitar

Keadaan lingkungan tempat tinggal juga sangat penting dalam mempengaruhi prestasi belajar. Keadaan lingkungan, bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas, iklim dan sebagainya. Misalnya bila bangunan rumah penduduk sangat rapat, akan mengganggu belajar. Keadaan lalu lintas yang membisingkan, suara hiruk-pikuk orang di sekitar, suara pabrik, polusi udara, iklim yang terlalu panas, semuanya ini akan mempengaruhi kegairahan belajar. Sebaliknya tempat yang sepi dengan iklim yang sejuk ini akan menunjang proses belajar (M. Dalyono, 2009: 60), adapun keadaan lingkungan sekitar SMK NU 01 Kendal iklimnya terlalu panas, bangunan rumah penduduk sangat rapat, dan di depan sekolah terdapat jalan raya menjadikan suara hiruk pikuk orang di sekitar.

2.2

Pembelajaran

2.2.1 Pengertian Pembelajaran

(36)

Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya.

Rumusan tersebut tidak terbatas dalam ruang saja. Sistem pembelajaran dapat dilaksanakan dengan cara membaca buku, belajar di kelas atau di sekolah, karena diwarnai oleh organisasi dan interaksi antara berbagai komponen yang saling berkaitan, untuk membelajarkan siswa.

2.2.2 Komponen-komponen Pembelajaran

Pembelajaran sebagai suatu sistem, merupakan suatu pendekatan mengajar yang mempunyai hubungan sistematik dan sistematis antara komponennya. Hubungan sistematis mempunyai arti, bahwa komponen-komponen tersebut saling berhubungan satu sama lain membentuk satu kesatuan untuk mencapai tujuan. Pembelajaran merupakan suatu sistem, karena pembelajaran terdiri dari beberapa bagian (komponen) yang satu sama lain saling berhubungan dan berpengaruh (Nur‟aini, 2006: 7).

(37)

2.2.2.1Tujuan

Tujuan merupakan suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan pembelajaran. Tidak ada suatu pembelajaran yang diprogramkan tanpa tujuan, karena hal ini merupakan kegiatan yang tidak memiliki kepastian dalam menentukan arah, target akhir dan prosedur yang dilakukan (Pupuh F dan Sobry S, 2009: 13).

Apabila seorang guru akan mengajar, dalam mempersiapkan proses pembelajaran yang pertama kali dilakukan oleh guru adalah merumuskan tujuan yang akan dicapai, setelah itu baru menyusun evaluasi yang akan diperguankan untuk mengukur seberapa jauh tujuan pengajaran dicapai (Nur‟aini, 2006: 7).

Tujuan yang secara eksplisit diupayakan pencapaiannya melalui kegiatan pembelajaran adalah instructional effect biasanya itu berupa pengetahuan, dan keterampilan atau sikap yang dirumuskan secara eksplisit dalam TPK (Tujuan Pembelajaran Khusus) semakin spesifik dan operasional (Catharina Tri Anni, 2012: 159).

(38)

dalam TPK (Tujuan Pembelajaran Khusus), mereka akan memperoleh apa yang disebut dampak pengiring (nurturant effect). Dampak pengiring dapat berupa kesadaran akan sifat pengetahuan, tenggang rasa, kecermatan dalam berbahasa dan sebagainya. Dampak pengiring merupakan tujuan yang pencapaiannya sebagai akibat mereka menghayati didalam sistem lingkungan pembelajaran yang kondusif, dan memerlukan waktu jangka panjang. Maka tujuan pembelajaran ranah afektif akan lebih memungkinkan dicapai melalui efek pengiring.

Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keseluruhan komponen pembelajaran mengacu pada komponen tujuan pembelajaran, dengan kata lain tujuan pembelajaran akan menjadi titik pusat yang dijadikan acuan dalam keseluruhan upaya belajar mengajar, maka tujuan pembelajaran harus dirumuskan secara jelas, tepat tidak diragukan.

2.2.2.2Subyek Belajar

Subyek belajar dalam sistem pembelajaran merupakan komponen utama karena berperan sebagai subyek sekaligus obyek. Sebagai subyek karena siswa adalah individu yang melakukan proses belajar-mengajar. Sebagai obyek karena kegiatan pembelajaran diharapkan dapat mencapai perubahan perilaku pada diri subyek belajar (Catharina Tri Anni, 2012: 160).

(39)

diperlukan pengetahuan guru tentang diagnosis kesulitan belajar dan analisis tugas.

Uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa siswa adalah salah satu komponen dalam pembelajaran dan merupakan komponen integral, karena bila tidak ada siswa, proses pembelajaran tidak akan berlangsung. Oleh karena itu siswa SMK NU 01 Kendal kelas 2 BB1 merupakan subyek sekaligus obyek dalam proses pembelajaran pembuatan busana wanita.

2.2.2.3Materi Pelajaran

Materi pelajaran merupakan komponen utama dalam proses pembelajaran, karena materi pelajaran akan memberi warna dan bentuk dari kegiatan pembelajaran. Materi pelajaran yang komprehensif, terorganisasi secara sistematis dan dideskripsikan dengan jelas akan berpengaruh juga terhadap intensitas proses pembelajaran (Catharina Tri Anni, 2012: 160).

Menurut Suharsimi Arikunto dikutip Pupuh F (2009: 14), merupakan unsur inti yang ada didalam kegiatan belajar mengajar, karena memang bahan pelajaran itulah yang diupayakan untuk dikuasai oleh siswa. Materi pelajaran dalam sistem pembelajaran berada dalam Silaboratoriumus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan buku sumber. Maka guru hendaknya dapat memilih dan mengorganisasikan materi pelajaran agar proses pembelajaran dapat berlangsung intensif.

(40)

tujuan serta menentukan kegiatan-kegiatan belajar mengajar (Nur‟aini, 2006: 26). Materi pelajaran dalam penelitian ini adalah pembuatan busana wanita untuk kelas dua yaitu blus luar wanita dan bahan pembelajarannya berupa buku paket pembuatan busana wanita dan job sheet dari guru mata pelajaran.

2.2.2.4Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran merupakan pola umum mewujudkan proses pembelajaran yang diyakini efektivitasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran (Catharina Tri Anni, 2012: 160). Penerapan strategi pembelajaran guru perlu memilih model-model pembelajaran yang tepat, metode mengajar yang sesuai dan teknik-teknik mengajar yang menunjang pelaksanaan metode mengajar. Strategi pembelajaran yang tepat guru mempertimbangkan akan tujuan, karakteristik siswa, materi pelajaran dan sebagainya agar strategi pembelajaran tersebut dapat berfungsi maksimal. Adapun strategi pembelajaran yang di pakai untuk mengajar pembuatan busana wanita pada kelas 2 BB 1 dengan menggunakan metode ceramah dan demonstrasi.

2.2.2.5Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari

kata “medium” yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Sehingga

disini media pengajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan

(41)

ini yaitu media visual yang berupa power point untuk menyampaikan pelajaran yang berupa teori, sedangkan untuk pelajaran praktek menggunakan media frahmen dan job sheet sebagai tertib kerja.

Tujuan penggunaan media pembelajaran adalah membantu guru dalam menyampaikan pesan-pesan atau materi pelajaran agar mudah dipahami, menarik

dan menyenangkan siswa (Nur‟aini, 2006: 42). Sebagai salah satu komponen

sistem pembelajaran berfungsi meningkatkan peranan strategi pembelajaran, sebab media pembelajaran menjadi salah satu komponen pendukung strategi pembelajaran di samping komponen waktu dan metode mengajar.

Media digunakan dalam kegiatan instruksional antara lain karena: (1) Media dapat memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata menjadi dapat dilihat dengan jelas, (2) Menyajikan benda yang jauh dari subyek belajar, (3) Menyajikan peristiwa yang komplek, rumit, dan berlangsung cepat menjadi sistematik dan sederhana (Catharina Tri Anni, 2012: 161).

2.2.2.6Penunjang

(42)

2.2.2.6.1 Fasilitas Belajar

Menurut Suharsimi Arikunto dikutip oleh Suryosubroto (2004: 114) dikatakan bahwa fasilitas yang ada di sekolah terdiri dari sarana dan prasarana pendidikan. Sarana pendidikan adalah alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan, sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang ada sebelum adanya sarana.

Prasarana pendidikan terdiri dari: 1) Bangunan sekolah (tanah dan gedung) yang meliputi: lapangan, halaman sekolah, ruang kelas, ruang guru, kantor, ruang praktek, ruang perpustakaan, kamar kecil, musholla, dsb; 2) Perabot sekolah, yang meliputi: meja guru, meja murid, kursi, almari, rak buku, buku-buku, kotak sampah, dsb.

Sarana pendidikan terdiri dari: 1) Alat pelajaran, alat pelajaran adalah: alat atau benda yang dipergunakan secara langsung oleh guru maupun murid dalam proses belajar mengajar (Suharsimi Arikunto 1987: 11 dikutip oeh Agung Sutarto). Alat pelajaran meliputi: buku di perpustakaan, buku murid, alat-alat tulis menulis (seperti papan tulis, kapur, penghapus, penggaris dsb). Alat-alat olah raga (seperti: lembing, takrau, raket tenis lapangan, bad tenis meja, raket bulu tangkis dsb); 2) Alat peraga dan media pengajaran meliputi: benda-benda tiruan, slide, foto, mistar, sketsa/bagan, media audio, media visual dan media audio visual.

(43)

batasan kondisi fisik ruang praktek, peralatan dan perlengkapan menjahit dan buku-buku penunjang praktek.

Fasilitas merupakan alat atau benda pendukung proses belajar mengajar, fungsi fasilitas belajar secara umum adalah untuk menunjang keperluan belajar siswa dan dapat menangkap materi pelajaran yang diterima secara baik serta mampu mempraktekannya seperti yang diharapkan.

Fungsi fasilitas sendiri antara lain sebagai alat bantu, peraga dan sumber belajar (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Z dikutip Pupuh F, 2009: 94). Sedangkan fasilitas belajar pada SMK NU 01 Kendal secara khusus untuk siswa kompetensi keahlian busana butik yang meliputi prasarana pendidikan (segala sesuatu yang ada sebelum adanya sarana) adalah sebagai berikut:

1) Ruangan kelas dengan meja kursi

Ruangan kelas dengan meja kursi berfungsi sebagai sarana yang mendukung berlangsungnya proses belajar mengajar. Ruangan kelas yang baik dengan luas ruangan yang sesuai dengan jumlah siswa akan memberikan kenyamanan bagi siswa dalam mengikuti pelajaran sehingga diharapkan proses belajar mengajar berjalan dengan lancar dan tertib. Ruangan kelas digunakan oleh jurusan busana untuk proses belajar teori.

2) Perpustakaan

(44)

3) Laboratorium jahit

Laboratorium jahit berfungsi sebagai sarana yang sangat penting sekali, untuk mendukung berlangsungnya pelajaran praktek pembuatan busana wanita. Laboratorium jahit ini berisi alat-alat yang digunakan untuk membuat busana dan digunakan sebagai ruang teori, ruang praktek, dan sebagai tempat untuk menyimpan busana yang sudah jadi.

4) Koperasi

Koperasi berfungsi untuk menyediakan alat tulis dan bahan keperluan praktek siswa, sehingga siswa tidak perlu keluar dari lingkungan sekolah.

5) Kantin

Kantin berfungsi untuk menyediakan makanan dan minuman. 6) Daya listrik

Daya listrik yang mencukupi berfungsi sebagai sarana yang mendukung proses belajar mengajar. Misalnya pada pelajaran praktek yang memerlukan listrik yaitu mesin obras, mesin jahit dinamo, setrika dan untuk penerangan ruang, baik ruang kelas maupun ruang praktek.

Penjelasan diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa fungsi fasilitas belajar sangat penting guna menunjang prestasi belajar siswa. Fasilitas belajar sekolah apabila mencukupi dan terkondisikan dengan baik serta dimanfaatkan secara baik akan menunjang proses belajar mengajar siswa.

(45)

bidang ilmu sesuai dengan bidang pekerjaan yang ada pada bidang studi tata busana. Sedangkan dalam penelitian ini yang dimaksud laboratorium busana adalah sarana atau tempat untuk mendukung pembelajaran praktek menjahit blus wanita.

Menurut Sumarjo dikutip oleh Sri wahyuni (2008: 12) fungsi laboratorium seperti tercantum dalam peraturan pemerintah nomor 5 tahun 1990 pasal 27 yaitu laboratorium merupakan sarana penunjang jurusan dalam pembelajaran IPTEKS tertentu sesuai program studi yang bersangkutan. Pembelajaran IPTEKS tidak hanya terbatas pada ilmu pengetahuan alam atau teknologi saja, tetapi dalam sekolah menengah kejuruan khususnya program studi tata busana yaitu pada pengembangan dan peningkatan keterampilan dan profesionalisme kerja yang dibutuhkan dunia kerja.

Menurut Euis Ratna Dewi dikutip oleh Sri wahyuni (2008: 12) ruang praktek busana terdiri dari:

1) Ruang desain

Ruang desain adalah tempat untuk merancang atau mendesain sebuah busana. Alat, bahan dan perlengkapan desain seperti pensil, pensil warna, kertas gambar, dan meja gambar tersedia secara khusus diruangan tersebut.

2) Ruang pola

(46)

3) Ruang menjahit

Ruang menjahit adalah ruang untuk melaksanakan proses menjahit sampai dengan proses penyelesaian. Ruangan ini terdapat mesin jahit, meja setrika, mesin penyelesaian (mesin obras, mesin wool soom, mesin lubang kancing) dan almari penyimpanan atau penataan.

4) Ruang mengepas

Ruang mengepas adalah sebuah ruangan untuk mencoba atau mengepas busana yang dijahit, dan dilengkapi dengan cermin, rak baju dan tempat gantungan baju.

5) Ruang penyimpanan

Ruang penyimpanan adalah sebuah ruangan untuk menyimpan alat dan bahan pembuatan busana yang berupa rak atau almari pakaian.

6) Ruang praktek busana

Ruang praktek busana adalah ruang untuk melakukan kegiatan pembuatan busana dengan mempergunakan alat dan perlengkapannya. Keberhasilan pembelajaran praktek dapat tercapai harus memperhatikan pengelolaan laboratorium.

Menurut Sri Wahyuni (2008: 13) hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan laboratorium busana adalah:

a. Letak bangunan laboratorium

(47)

dengan gedung dan kamar kecil, sehingga akan menghemat waktu dan tenaga siswa. Hal ini karena bekerja di laboratorium memerlukan waktu yang cukup lama dan menguras tenaga.

b. Luas laboratorium

Luas laboratorium busana sebaiknya disesuaikan dengan jumlah siswa dan jenis kegiatan. Luas ruangan yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk laboratorium busana adalah 3,21 m2 untuk tiap siswa, jadi untuk menentukan kebutuhan seluruh ruangan yang dibutuhkan dengan cara mengalikan jumlah siswa yang akan ditampung yaitu contoh: 20 3,21 m2= 64,20 m2 (atau dengan ukuran 9 emina siregar, 1984: 19). Usahakan ruangan laboratorium busana berbentuk empat segi panjang dengan perbandingan antara panjang dan lebar 3: 2 (menurut Soenarto dikutip oleh Sri wahyuni, 2008: 13). Gambar laboratorium busana yang ideal menurut Euis Ratna Dewi dikutip oleh Sri wahyuni (2008: 14), dapat dilihat di (lampiran 21 hal: 176).

c. Kebersihan dan kesehatan laboratorium

(48)

laboratorium busananya tidak ber AC namun untuk pertukaran udara dan cahaya sudah cukup baik, karena dalam ruangan terdapat jendela yang cukup baik untuk pergantian udara dan penerangan langsung dari sinar matahari juga ditambah dengan lampu.

d. Keamanan laboratorium

Keamanan dari laboratorium adalah hal yang terpenting bagi siswa dalam melakukan kegiatan praktek di laboratorium. Lantai laboratorium sebaiknya terbuat dari ubin yang tidak licin serta rata. Hal ini bertujuan agar siswa merasa aman saat bekerja. Siswa sebaiknya juga memperhatikan alas kaki saat bekerja di laboratorium, contohnya tidak menggunakan sandal atau sepatu ynag berhak tinggi. Perhatikan juga pemasangan instalasi listrik pada tempat yang tidak membahayakan. Peralatan laboratorium sebaiknya diatur dengan baik dan sesuai tahap-tahap bekerja, sehingga tidak membantu lalu lintas kerja dan memberi kesan teratur.

e. Keindahan laboratorium

(49)

f. Tata letak peralatan laboratorium

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penataan barang di laboratorium busana menurut (Euis Ratna Dewi dikutip oleh Sri wahyuni, 2008: 13) adalah:

1) Mesin jahit dan meja potong sebaiknya berdekatan sehingga waktu proses menjahit mudah dijangkau tanpa banyak waktu terbuang percuma.

2) Mesin obras dan mesin jahit sebaiknya ditempatkan berdekatan sehingga waktu pemakaiannya mudah dijangkau.

3) Papan setrika sebaiknya diletakkan dekat dengan aliran listrik sehingga jika dipergunakan tidak perlu memindahkannya.

4) Almari alat dan bahan sebaiknya penempatannya tidak mengganggu aktifitas siswa dan mudah diambil tanpa banyak mengeluarkan waktu dan tenaga. g. Lalu lintas

Peralatan didalam laboratorium sebaiknya diatur dengan baik, sehingga tidak mengganggu siswadalam bekerja dan tidak mengganggu guru dalam mengawasi siswanya. Agar lalu lintas kerja siswa maupun guru tidak saling terganggu sebaiknya meja kerja satu dengan yang lainnya memiliki jarak .

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam lalu lintas ruang kerja menurut (Euis Ratna Dewi dikutip oleh Sri wahyuni, 2008: 14) adalah:

a. Jarak penempatan satu dengan yang lainnya minimal 40 cm atau 2 kali lipat lebar badan seseorang.

(50)

c. Jalur lalu lintas sebaiknya tidak terjadi 2 arah, sehingga terhindar dari tabrakan.

h. Efisiensi

Efisiensi dapat tercapai jika peralatan kerja diatur sesuai urutan kerja, seperti:

a. Jumlah kursi dan meja kerja harus sesuai dengan jumlah siswa. Ukuran meja kerja jangan terlalu tinggi atau terlalu rendah karena akan menimbulkan kelelahan. Ukuran meja yang digunakan sebagai pedoman adalah panjang 1,50 m; lebar 1,00 m; dan tinggi 0,76 m; sedangkan ukuran kursinya panjang 31 cm; lebar 28 cm; dan tinggi 54 cm (Euis Ratna Dewi dikutip oleh Sri wahyuni, 2008: 14). b. Mempergunakan kereta dorong atau beroda untuk mengangkat barang-barang yang berat.

c. Menyediakan tempat penyimpanan yang praktis

Fasilitas belajar adalah segala sesuatu yang diperlukan dalam proses belajar mengajar baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga dapat berjalan lancar, efektif, dan efisien. Fasilitas belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah fasilitas menjahit dengan mengkhususkan pada batasan kondisi fisik ruang praktek, peralatan dan perlengkapan menjahit dan buku-buku penunjang praktek.

a. Kondisi fisik ruang praktek menjahit 1. Luas ruang praktek

(51)

50 . Ruang gerak dengan jarak 2,5 tersebut antara lain 1 untuk mesin jahit dan kursi, 1 untuk meja potong dan 0,5 untuk ruang gerak siswa. Peralatan dan perlengkapan yang harus ada di ruang praktek menjahit adalah almari peralatan dan almari display, mesin obras, papan setrika, mesin jahit, meja potong, ruang pasen, mesin lubang kancing dan mesin zig-zag.

2. Dinding

Dinding adalah struktur bangunan yang terbentuk bidang vertikal dan berguna melindungi, membagi atau melingkungi (Heinz Frick, 2001: 81). Dinding ruang praktek untuk menjahit tidak sepenuhnya terbuat dari tembok, tetapi perpaduan antara setengah tembok dan diatasnya jendela yang dipasang trails. Hal tersebut untuk keamanan dan pada siang hari cahaya terang dapat masuk kedalam ruangan melalui jendela.

3. Lantai

Lantai adalah konstruksi bangunan gedung yang terletak diatas tanah atau diatas pelat lantai (Heinz Frick, 2001: 151). Lantai yang baik untuk ruang praktek menjahit terbuat dari tegel dan keramik.

4. Ventilasi

Ventilasi berfungsi untuk membantu terjadinya pertukaran udara yang bersih dan sehat. Ventilasi tersebut berupa pintu, jendela dan lubang angin.

a. Pintu

(52)

pintu dan ada yang dua daun pintu. Pintu tersebut dapat dibuat dari sepenuhnya kayu atau bisa juga dibuat kombinasi dari kayu dan kaca. Jenis kayu yang cocok untuk pintu dan jendela adalah kayu jati.

b. Jendela

Jendela berfungsi untuk memberikan penerangan dan ventilasi pada satu ruangan (Benny Puspantoro, 2005: 73). Pembuatan jendela untuk ruang praktek menjahit dapat menggunakan satu daun jendela dan bisa juga dengan dua daun jendela. Jendela tersebut terbuat dari kaca yang dibingkai oleh kayu dan dapat dibuka kearah keluar.

c. Lubang angin

Letak dan lebar lubang angin disesuaikan dengan letak dan lebar jendela. Lubang angin dapat dibuat dari kayu yang disesuaikan dengan jendela atau dapat juga dibuat dari batu pasir yang dicetak membentuk lubang angin (batako). 5. Kondisi penerangan

(53)

b. Peralatan dan perlengkapan menjahit

Peralatan dan perlengkapan menjahit yang seharusnya ada di ruang praktek menjahit adalah almari peralatan, almari display, mesin obras, papan setrika, mesin jahit, meja potong, ruang pasen, mesin lubang kancing dan mesin zig-zag.

Alat jahit menjahit adalah semua peralatan yang diperlukan dalam suatu kegiatan menjahit dan digunakan untuk menyelesaikan busana. Alat jahit menjahit menurut Soekarno (2005: 1-11) dan Lisyani Affandi (1995: 18-43) dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: mesin jahit beserta perlengkapannya dan alat bantu menjahit.

(a) Mesin jahit serta kelengkapannya

Menurut Lisyani Affandi (1995: 27) mesin jahit merupakan alat yang sangat diperlukan dalam menjahit. Banyak jenis mesin jahit yang diperdagangkan, tetapi pada dasarnya mesin jahit dapat digolongkan sebagai berikut:

a) Macam-macam mesin jahit menurut kegunaannya yaitu:

[image:53.595.240.386.582.725.2]

a. Mesin jahit umum adalah mesin jahit biasa yang hanya dapat membuat satu jenis tusuk jahitan yaitu tusuk lurus.

(54)
[image:54.595.226.400.196.391.2]

b. Mesin jahit khusus adalah mesin jahit yang hanya dapat digunakan untuk suatu pekerjaan menjahit tertentu, misalnya: mesin jahit obras, mesin jahit zig-zag, mesin jahit terpal, dan lain-lain.

Gambar 2.2 Mesin Jahit Khusus

c. Mesin jahit serba guna adalah mesin jahit umum yang dilengkapi berbagai alat sehingga dapat digunakan untuk melakukan berbagai jenis pekerjaan. Mesin jahit serba guna ini selain dapat membuat tusuk lurus, dapat juga membuat tusuk-tusuk hias lainnya. Selain dapat membuat tusuk-tusuk hias, dapat pula digunakan untuk membuat lubang kancing, untuk menjahit kerah, dan semi obras.

[image:54.595.221.406.572.721.2]
(55)

b) Macam-macam mesin jahit menurut alat geraknya yaitu:

[image:55.595.235.391.252.376.2]

1) Mesin jahit tangan, mesin ini biasa disebut model portable, terdapat pada kotak sehingga dapat diletakkan di atas meja. Cara menjalankan mesin ini yaitu dengan memutarkan engkol yang dipasang pada putarannya. Cepat atau lambatnya putaran tergantung dari kecepatan tangan memutarkan engkol tersebut.

Gambar 2.4 Mesin Jahit Tangan

2) Mesin jahit kaki yaitu mesin jahit yang digerakkan dengan jalan menginjak troper (injakan) yang dihubungkan dengan lingkaran tali kulit dari roda kepala mesin dan roda pada bagian kakinya. Kepala mesin dapat berputar apabila injakan kaki digerakkan naik turun. Pada mesin jahit ini bisa juga dipasang dinamo sehingga meringankan si penjahit dengan tidak usah menggenjot mesin tersebut.

[image:55.595.247.372.583.713.2]
(56)
[image:56.595.244.381.278.404.2]

3) Mesin jahit listrik yaitu mesin jahit yang dijalankan dengan menggunakan motor listrik. Motor listrik ini dapat dipasang pada mesin jahit kaki atau mesin jahit tanpa kaki. Pada mesin jahit ini apabila saklar motor ditekan, maka roda pada kepala mesin jahit akan berputar. Semakin berat injakannya maka semakin besar arus yang mengalir ke motor sehingga roda pada kepala mesin akan bergerak semakin cepat.

Gambar 2.6 Mesin Jahit Listrik (b) Alat Bantu Menjahit

Siswa selain dapat menggunakan mesin jahit juga dapat menggunakan alat-alat menjahit. Alat-alat menjahit meliputi:

a) Alat Untuk Membuat Pola menurut Soekarno (2005: 1) yaitu: 1) Buku kostum/pola.

[image:56.595.253.426.581.719.2]
(57)
[image:57.595.260.418.250.394.2]

2) Skala adalah alat pengukur yang terbuat dari kertas yang cukup tebal tetapi lentur (misalnya karton manila). Skala digunakan untuk menggambar pola yang diperkecil berdasarkan skala tertentu misalnya 1:4, 1:2, 1:6, 1:8. Beberapa produsen yang menjual buku kostum/pola biasanya juga menyertakan sebuah skala didalamnya.

Gambar 2.8 Skala

3) Penggaris/mistar, biasanya digunakan untuk menggambar pola dan mengubah desain. Mistar ada bermacam-macam antara lain: mistar lengkung, mistar panjang atau lurus dan mistar siku-siku. Mistar lengkung pendek digunakan untuk menggambar pola kerung lengan, kerung leher dan garis-garis hias. Mistar lengkung panjang berfungsi untuk menggambar pola sisi gaun, tepi bawah dan garis-garis hias. Setiap siswa minimal memiliki 1 set penggaris.

[image:57.595.240.440.601.712.2]
(58)

4) Pensil hitam

Gambar 2.10 Pensil Hitam 5) Penghapus.

Gambar 2.11 Penghapus 6) Pensil merah/biru.

Gambar 2.12 Pensil Merah/Biru

(59)
[image:59.595.247.377.482.618.2]

metlin. Fungsinya untuk mengambil ukuran, untuk membuat pola, dan lain-lain yang berhubungan dengan pembuatan busana.

Gambar 2.13 Pita Ukur 8) Kertas sampul.

Gambar 2.14 Kertas Sampul 9) Kertas roti/minyak.

Gambar 2.15 Kertas Roti/Minyak b) Alat untuk Memotong meliputi:

1) Gunting

(60)

(a) Gunting kain

[image:60.595.248.378.333.418.2]

Gunting kain adalah gunting yang dipakai khusus untuk menggunting kain. Gunting ini tidak boleh dipakai untuk menggunting kertas atau bahan lain, agar tetap tajam dan tidak mudah tumpul. Gunting kain yang baik adalah yang mempunyai dua buah pegangan. Satu pegangan yang cukup besar agar cukup untuk 4 jari tangan, sedangkan lubang yang lain digunakan untuk tempat ibu jari. Rawatlah gunting dengan hati-hati agar tetap tajam. Gunting yang jatuh dapat berkurang ketajaman dan fungsinya.

Gambar 2.16 Gunting Kain (b) Gunting kertas

Gunting kertas adalah gunting yang digunakan untuk menggunting kertas. Mata gunting kertas yang pernah digunakan untuk menggunting logam biasanya akan bergerigi. Akibatnya saat digunakan untuk menggunting kertas, tidak menghasilkan guntingan yang rapi dan bersih. Gunting kain yang sudah cukup lama digunakan dan agak tumpul, dapat digunakan sebagai gunting kertas.

(61)

(c) Gunting benang

[image:61.595.241.382.531.601.2]

Gunting benang adalah gunting yang digunakan untuk menggunting benang atau bagian-bagian yang sulit untuk digunting dengan gunting besar. Gunting benang mempunyai satu pegangan yang cukup untuk dua buah jari. Memakainya cukup dengan menekannya dengan kedua jari, hingga membuka dan menutup. Jika tidak tersedia bisa juga digunakan gunting kertas kecil.

Gambar 2.18 Gunting Benang (d) Gunting zig-zag

Gunting zig-zag adalah gunting yang digunakan untuk menggunting tiras kain yang tidak mudah terburai tirasnya, misalnya kain flanel. Tepi kain yang digunting dengan gunting ini akan tampak bergerigi (biku-biku). Cara menggunakannya sama dengan gunting kain.

Gambar 2.19 Gunting Zig-zag (e) Gunting listrik

(62)
[image:62.595.265.360.111.238.2]

Gambar 2.20 Gunting Listrik 2) Meja potong

Meja potong harus mempunyai ukuran cukup lebar dan panjang, pada kaki meja sebaiknya menggunakan roda agar mudah dipindahkan. Ukuran untuk meja potong yaitu panjang 200 cm, lebar 150 cm dan tinggi 70 cm.

Gambar 2.21 Meja Potong c) Alat untuk memberi tanda antara lain:

1) Rader

[image:62.595.225.400.390.506.2]
(63)
[image:63.595.262.364.664.738.2]

curdoroy, jeans, gabardin, dan lain-lain), rader beroda kembar (untuk memindahkan dua atau tiga tanda garis sekaligus).

Gambar 2.22 Rader 2) Karbon jahit

Karbon jahit adalah alat yang digunakan untuk memberi tanda pola pada kain dengan bantuan tekanan rader. Biasanya karbon jahit terbuat dari lapisan lilin berwarna. Karbon jahit yang baik akan mudah terhapus saat terkena setrika yang tidak terlalu panas (Soekarno 2005: 4).

Gambar 2.23 Karbon Jahit 3) Kapur jahit

Kapur jahit adalah sejenis kapur yang digunakan untuk memberi tanda pada kain. Bisa juga untuk menggambar pola di atas kain. Kapur jahit yang baik dapat dihapus dengan mudah (Soekarno, 2005: 4).

(64)

d) Alat untuk menjahit meliputi: 1) Jarum mesin jahit.

Ada beberapa macam jarum mesin jahit menurut Soekarno (2005: 6) yaitu: jarum untuk mesin jahit manual, mesin jahit semi otomatis atau otomatis (bentuknya pipih di salah satu sisi jarum), jarum mesin jahit industri (berbentuk bulat di setiap sisinya), jarum mesin obras (bentuknya lebih pendek dari jarum mesin manual) dalam penggunaannya 3 buah jarum mesin obras digunakan bersama-sama, jarum kembar adalah jarum yang memiliki dua buah mata jarum sekaligus dan biasanya digunakan untuk membuat jahitan aplikasi atau mengelim tiras kain, jarum ballpoint disebut juga jarum anti lotak dan dipakai untuk menjahit bahan yang bisa melar seperti bahan kaos atau stretch.

Gambar 2.25 Jarum Mesin Jahit 2) Jarum jahit tangan

Jarum jahit tangan adalah jarum yang dipakai untuk membuat jahitan dengan tangan, ada beberapa macam jarum tangan menurut Soekarno (2005: 5) antara lain: jarum standar (digunakan untuk menjahit aneka jahitan tangan pada pakaian), jarum tisik (untuk menisik atau memasang payet dan manik-manik kecil), jarum strimin (untuk mengerjakan sulaman pada bahan strimin).

(65)

3) Jarum pentul

[image:65.595.263.363.277.377.2]

Jarum pentul adalah jarum penolong untuk menempelkan pola pada bahan, mengumpulkan bagian-bagian yang sudah dipotong, dan memberi tanda pada saat mengepas (Lisyani Affandi, 1995: 24). Macam-macam jarum pentul yaitu: jarum pentul sedang berkepala kecil, jarum pentul panjang berkepala kecil, jarum pentul panjang tanpa kepala, jarum pentul kecil tanpa kepala.

Gambar 2.27 Jarum Pentul 4) Tudung jari (bidal)

Tudung jari adalah alat yang digunakan untuk penutup jari saat menekan jarum agar jari tidak tertusuk (Lisyani Affandi, 1995: 22). Biasanya bidal dibuat dari logam atau kulit yang keras untuk menahan jarum agar tidak melukai jari.

Gambar 2.28 Bidal 5) Pendedel

(66)
[image:66.595.269.360.166.236.2]

penolong seperti jelujuran (Lisyani Affandi, 1995: 21). Penggunaannya harus hati-hati agar tidak merusak atau merobek bahan.

Gambar 2.29 Pendedel 6) Pengait benang atau mata nenek

Mata nenek adalah alat untuk memasukkan benang kedalam lubang jarum (Soekarno, 2005: 5).

Gambar 2.30 Mata Nenek 7) Bantalan Jarum

Bantalan jarum adalah alat untuk menyimpan atau menyematkan jarum agar tidak mudah hilang dan dapat dengan mudah digunakan (Soekarno, 2005: 6).

Gambar 2.31 Bantalan Jarum e) Alat untuk mengepas meliputi:

1) Cermin

(67)

berkaca dari ujung rambut sampai ujung kaki, lebar cermin kira-kira 50 cm dan penataan cermin diletakkan diruang pasen.

Gambar 2.32 Cermin 2) Boneka jahit

[image:67.595.275.350.603.724.2]

Boneka jahit adalah alat yang diigunakan untuk memperlihatkan bentuk jadi busana atau bagian busana. Busana yang kita buat diletakkan atau dipakaikan pada boneka tersebut, untuk mengetahui jatuhnya jahitan. Beberapa bagian yang perlu diperhatikan saat dicobakan pada boneka antara lain: bahu, pinggang, pinggul, punggung, dan kerung lengan. Boneka jahit biasanya berbentuk torso manusia (badan atas, dari bahu hingga pinggul) dan tanpa lengan. Karena itu boneka jahit juga dikenal dengan nama boneka torso. Boneka ini berbeda dengan mannequin yang digunakan untuk keperluan etalase toko. Boneka torso tersedia dalam beberapa ukuran standar, yaitu S, M, L, dan XL dengan bentuk badan pria dan wanita.

(68)

f) Alat mengukur panjang rok

Alat mengukur panjang rok adalah alat untuk menentukan panjang rok. Caranya dengan mendekatkan alat tersebut pada rok, kemudian tentukanlah panjang rok yang dikendaki dengan jarum pentul atau kapur jahit.

g) Alat untuk menyetrika

Menurut Soekarno (2005: 9-11) alat untuk menyetrika dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1) Setrika

Setrika sangat diperlukan dalam pekerjaan jahit-menjahit. Tidak hanya untuk menyetrika busana yang sudah jadi saja. Setrika juga diperlukan saat membuat bagian-bagian busana, misalnya ban pinggang, kerah, manset, kupnat, dan lain-lain. Pada bagian-bagian tersebut, setrika digunakan untuk memanaskan viselin berperekat agar mudah menempel pada kain. Ada beberapa jenis setrika, antara lain:

(1) Setrika manual

[image:68.595.265.395.635.723.2]

Setrika manual adalah setrika yang tidak bisa diatur temperaturnya. Sumber panasnya dapat berasal dari listrik atau bara arang. Agar tidak merusak kain, lapisi bahan yang disetrika dengan kain katun. Akan lebih baik jika katun tersebut lembab.

(69)

(2) Setrika elektrik otomatis

[image:69.595.282.380.200.269.2]

Setrika elektrik otomatis adalah setrika listrik yang mempunyai temperatur yang dapat disesuaikan dengan jenis kain yang disetrika.

Gambar 2.35 Setrika Elektrik Otomatis (3) Setrika dengan semprotan air

Setrika dengan semprotan air adalah setrika yang mempunyai alat penyemprot air di bagian depannya. Air dapat disemprotkan pada kain sambil menggerakkan setrika. Tujuannya agar kain yang terkena air dapat lebih licin. Kain yang disetrika harus diberi alas kain lembab agar tidak hangus.

Gambar 2.36 Setrika dengan Semprotan Air (4) Setrika uap

(70)
[image:70.595.268.392.110.193.2]

Gambar 2.37 Setrika Uap 2) Papan setrika

Papan setrika berguna untuk alas menyetrika busana maupun bagian busana yang belum jadi. Papan setrika yang baik biasanya beralaskan busa setrika atau bahan tebal. Papan setrika berbentuk khusus akan memudahkan saat menyetrika rok, kemeja, blus, atau lengan. Bagian yang telah disetrika dapat diletakkan di bagian bawah meja, sementara kita menyetrika bagian yang lain.

Gambar 2.38 Papan Setrika 3) Bantalan setrika

[image:70.595.288.380.406.482.2]
(71)
[image:71.595.270.391.166.246.2]

berkupnat yang dipecah (pecah naad). Misalnya lengan jas, jaket, atau safari. Dapat juga untuk menyetrika kaki celana panjang.

Gambar 2.39 Bantalan Setrika h) Alat Untuk Memampat (Mesin Press)

Alat untuk memampat ini memberikan hasil yang sangat rapi dan alat tersebut digunakan dalam pembuatan busana tailor. Alat ini dilengkapi dengan alat pengatur panas, alat pemegang ataup

Gambar

Gambar 2.1 Mesin Jahit Umum
Gambar 2.2 Mesin Jahit Khusus
Gambar 2.5 Mesin Jahit Kaki
Gambar 2.6 Mesin Jahit Listrik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor intern dan faktor ekstern belajar mampu menjelaskan variasi pada prestasi belajar akuntansi kelas XI SMK Negeri 1 Kendal sebesar

Pengaruh Pemanfaatan Fasilitas Dan Lingkungan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI Mata Pelajaran Kewirausahaan SMK Swasta Panca Budi Medan Tahun

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan positif minat belajar komputer terhadap prestasi belajar mata diklat pemograman web kelas XI tahun

DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI SMK PGRI 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012.. Puri Utomo,

Adakah pengaruh motivasi belajar dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran matematika siswa kelas XI Kompetensi Keahlian Busana Butik di

menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “ PENGARUH MOTIVASI BELAJAR, LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI

PENGARUH FASILITAS DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG : Studi di Kelas XI Akuntansi SMK Bina Warga Bandung

Berdasarkan tabel 6 di atas, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara variabel motivasi berprestasi pembuatan pola konstruksi dengan prestasi belajar menjahit