ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR
IPS SISWA KELAS V SD NEGERI 1 RAJABASA RAYA KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh
DEVIYANTI PANGESTU
Masalah penelitian ini adalah prestasi belajar IPS yang masih rendah, lingkungan belajar di sekolah yang kurang kondusif dan motivasi belajar yang masih rendah pada siswa kelas V SD Negeri 1 Rajabasa Raya Kota Bandar Lampung. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara lingkungan belajar di sekolah dengan prestasi belajar IPS, hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar IPS, hubungan antara lingkungan belajar di sekolah dan motivasi belajar dengan prestasi belajar IPS. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode asosiatif korelasional dengan pendekatan ex post facto dan survey. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri 1 Rajabasa Raya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) terdapat hubungan antara lingkungan belajar di sekolah dengan prestasi belajar IPS dengan koefisien korelasi r sebesar 0,939; (2) terdapat hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar IPS dengan koefisien korelasi r sebesar 0,569; (3) terdapat hubungan antara lingkungan belajar di sekolah dan motivasi belajar secara bersama-sama dengan prestasi belajar IPS dengan koefisien korelasi R sebesar 0,941.
HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR
IPS SISWA KELAS V SD NEGERI 1 RAJABASA RAYA KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh
DEVIYANTI PANGESTU
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah:
1. SD AL-Kautsar Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2006. 2. SMP Negeri 25 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2008.
3. SMA Negeri 15 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2011.
Pada tahun 2011, kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Lampung pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Ilmu Pendidikan, Program Studi
S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Deviyanti Pangestu, dilahirkan di Bandar Lampung,
pada tanggal 3 Agustus 1993, merupakan anak pertama dari dua bersaudara, dari Bapak Deden dan
MOTO
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan),
bekerja keras (untuk urusan yang lain) (Q.S Al-Insyirah 6-7)
Barang siapa yang menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan meuju surga
(Bukhari Muslim)
Kebahagiaan terindah dalam hidupku adalah membat bahagia dan bangga untuk orang-orang yang kucintai
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur kehadirat Allah SWT, dan dengan segala ketulusan serta kerendahan hati,
Sebentuk karya kecil ini ku persembahkan kepada:
Kedua orang tuaku tercinta Apak dan Amak yang senantiasa selalu mendo’akan, memberikan dukungan dan memotivasi penulis dengan penuh kesabaran, kasih
sayang, dan keikhlasan.
Adikku tersayang Jovano, mbah Dhani tersayang dan seluruh keluarga besar Wardhani & Dudung yang telah memberikan dukungan selama ini.
Orang-orang yang kusayangi dan semua rekan-rekan yang selalu memberi motivasi dan membantuku hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Lingkungan Belajar di Sekolah dan Motivasi Belajar dengan Prestasi
Belajar IPS Kelas V SD Negeri 1 Rajabasa Raya Kota Bandar Lampung”. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan sebagai Sarjana Pendidikan di Universitas
Lampung.
Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari hambatan yang datang baik dari luar dan dari dalam diri penulis. Penulisan ini juga tidak lepas dari
bimbingan dan bantuan serta petunjuk dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Riswanti Rini, M.Si., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
3. Bapak Dr. Darsono, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
4. Bapak Dr. Sultan Djasmi, M.Pd., selaku Pembimbing I, yang telah banyak membantu mengarahkan, membimbing, dan memberi dorongan dengan
5. Ibu Dra. Erni Mustakim, M.Pd., selaku Pembimbing II, yang telah banyak
membantu mengarahkan, membimbing, dan memberi dorongan dengan kesabaran dan tulus sampai skripsi ini selesai.
6. Ibu Dr. Een Y. Haenilah, M.Pd., selaku Penguji, yang telah banyak membantu mengarahkan, membimbing, dan memberi dorongan dengan kesabaran dan tulus sampai skripsi ini selesai.
7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staff Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu
pengetahuan, motivasi, dan pandangan hidup yang baik kepada penulis. 8. Seluruh warga sekolah tempat penelitian di SD Negeri 1 Rajabasa Raya Kota
Bandar Lampung yang telah membantu kelancaran selama penelitian.
9. Kedua orang tuaku, adikku, mbah dani, serta keluarga besarku yang selalu menyayangi, mendo’akan, dan selalu memberikan dukungan untuk
kesuksesanku.
10. M.Irvan Surachman yang selalu memberikan motivasi dan mendo’akan untuk kesuksesanku.
11. Pak Maman dan Mama Yayuk yang selalu mendukung dan mendo’akan untuk kesuksesanku.
12. Teman seperjuangan di PGSD UPP Kampus angkatan 2011 yaitu, Ira, Dara, Yevie, Wayas, Nora, Laili, Yeti, Mba Rina, Ayu, Tata, Mona, Isyar, Alif, Banda, Cumai, Mba Nur, Uma, Mba Nit, Isna, Mba Cit, Iin, Fisca, Dyah,
Lukman yang telah membantu, memotivasi sampai skripsi ini selesai. Tak
lupa terimakasih atas kekeluargaan dan kebersamaan yang telah diberikan. 13. Teman SMA Juzna, Dwi, Aulia, dan Ria yang telah memotivasi dan
mendoakan.
14. Teman KKN Gedung Agung Windy, Sovia, Icha, Sela, Sri, Tia dan Tri. 15. Atu, Mami, Papi dan Ncie yang telah memotivasi dan mendoakan.
16. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis khususnya. Kritik dan saran yang membangun demi peningkatan kualitas skripsi
ini di masa mendatang sangat penulis harapkan.
Bandar Lampung, Mei 2015 Penulis,
xiii
B. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 13
C. Lingkungan Belajar di Sekolah ... 19
D. Motivasi Belajar ... 22
E. Penelitian yang Relevan ... 25
F. Kerangka Pikir ... 26
G. Hipotesis Penelitian ... 29
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 30
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 32
1. Populasi. ... 32
2. Sampel ... 32
3. Teknik Pengambilan Sampel ... 33
D. Variabel Penelitian ... 33
1. Variabel Prestasi Belajar IPS ... 33
2. Variabel Lingkungan Belajar di Sekolah ... 34
3. Variabel Motivasi Belajar ... 35
E. Metode Pengumpulan Data ... 35
1. Observasi ... 35
2. Angket ... 36
xiv
F. Uji Persyaratan Instrumen ... 36
1. Uji Validitas Angket ... 36
2. Uji Reliabilitas Angket ... 37
G. Teknik Analisis Data ... 38
1. Uji Normalitas ... 39
2. Korelasi Ganda ... 40
H. Pengujian Hipotesis ... 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 44
1. Data Lingkungan Belajar di Sekolah ... 45
2. Data Motivasi Belajar ... 46
3. Data Prestasi Belajar IPS ... 48
4. Uji Validitas Angket ... 50
5. Uji Reliabilitas Angket ... 50
6. Uji Normalitas ... 51
7. Pengujian Hipotesis Pertama ... 51
8. Pengujian Hipotesis Kedua ... 52
9. Pengujian Hipotesis Ketiga ... 53
B. Pembahasan ... 56
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 61
B. Saran ... 61
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1. Nilai UAS Mata Pelajaran IPS ... 4
3.1. Perhitungan Jumlah Populasi ... 32
3.2. Perhitungan Jumlah Sampel ... 33
3.3. Interpretasi Koefisien Korelasi ... 43
4.1. Distribusi Frekuensi Lingkungan Belajar di Sekolah ... 45
4.2. Distribusi Frekuensi Kualitatif Lingkungan Belajar di Sekolah ... 45
4.3. Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar ... 47
4.4 Distribusi Frekuensi Kualitatif Motivasi Belajar ... 47
4.5. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar IPS ... 48
4.6. Distribusi Frekuensi Kualitatif Prestasi Belajar IPS ... 49
4.7. Uji Normalitas ... 51
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1. Desain penelitian... ... 31
4.1. Histogram Lingkungan Belajar di Sekolah (X1) ... 46
4.2. Histogram Motivasi Belajar (X2) ... 48
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu hal yang terpenting dalam kehidupan manusia, karena melalui pendidikan akan dapat menciptakan manusia yang berpotensi,
kreatif dan memiliki ide cemerlang sebagai bekal untuk memperoleh masa depan yang lebih baik. Sesuai UU nomor 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yaitu:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sekolah sebagai institusi pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk
mempersiapkan anak didik menghadapi kehidupan masa depan, dengan cara mengembangkan potensi yang dimilikinya. Usaha tersebut akan menjadi optimal jika sekolah sebagai pusat belajar formal bagi peserta didik, dapat
mengembangkan proses belajar mengajar dengan baik beserta seluruh aspek yang mempengaruhinya seperti sarana dan prasarana, situasi kondusif dan faktor-faktor
2
Kualitas prestasi belajar di sekolah menuntut adanya pelaksanaan kegiatan
pembelajaran yang berkualitas. Pelaksanaan pembelajaran yang berkualitas sangat ditentukan oleh guru sebagai orang yang bertanggung jawab secara langsung
terhadap kegiatan pembelajaran. Guru dituntut untuk memiliki sekurang-kurangnya tiga kemampuan pokok yaitu kemampuan merencanakan kegiatan
pembelajaran, mengelola kegiatan belajar mengajar dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Dengan dipenuhinya ketiga kemampuan tersebut diharapkan pembelajaran yang di laksanakan menjadi berkualitas, sehingga sekolah sebagai
lembaga pendidikan formal dapat memberikan bekal yang bermanfaat bagi masa depan peserta didiknya.
Sekolah dikatakan baik apabila memiliki fasilitas yang lengkap, guru-guru yang terampil dan pintar, serta siswa yang berprestasi. Sekolah yang memiliki siswa
yang berprestasi dan kegiatan belajar yang dilakukan terus menerus, juga di pengaruhi oleh guru yang memiliki kompetensi mengajar yang cakap serta mampu menyampaikan ilmu yang mudah untuk dipahami siswa. Salah satu hal
yang jelas bahwa belajar hendaknya menjadi prioritas karena belajar adalah istilah kunci yang paling penting dalam tiap usaha pendidikan. Belajar adalah kegiatan
yang berproses, ini berarti berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan sangat tergantung pada proses yang dialami siswa sebagai anak didik.
3
kegiatan pembelajaran di sekolah dan juga mengukur kinerja guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di sekolah dasar sesungguhnya sangat berguna bagi siswa, tetapi pada kenyataannya banyak siswa yang tidak menyukai
pembelajaran IPS atau tidak penting bagi mereka. Peran guru saat ini khususnya pada guru kelas V SD Negeri 1 Rajabasa Raya yang lebih bersifat fasilitator dan pendamping dalam proses pembelajaran, tidak sebagai orang yang serba tahu
tentang materi pembelajaran namun kenyataanya peran guru saat ini masih sangat mendominasi dalam proses pembelajaran dan kurang melibatkan atau
mengikutsertakan siswa dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi berpusat pada guru.
Pembelajaran IPS yang monoton akan membuat siswa menjadi bosan dan jenuh belajar IPS karena guru selalu mengawali pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah dan mengakhiri pembelajaran dengan memberikan latihan
sebenarnya banyak sumber, metode dan penunjang dalam pembelajaran IPS khususnya sehingga untuk membuat suasana pembelajaran IPS menjadi
menyenangkan dan efektif.
Berdasarkan hasil observasi di lapangan yang dilakuan peneliti di SD Negeri 1
4
Sebagai ilustrasi disajikan data hasil ujian semester ganjil 2014/2015 sebagai
berikut:
Tabel 1.1 Nilai Ujian Akhir Semester Ganjil Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas V SD Negeri 1 Rajabasa Raya Kota Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015.
Sumber: Wali kelas VA dan VB SD Negeri 1 Rajabasa Raya Kota Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015.
Berdasarkan Tabel 1.1 di atas siswa yang memperoleh nilai di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM) dengan nilai >65 ada sebanyak 36 siswa dari 80 siswa
atau sebanyak 45% artinya hanya sebesar 45% yang dapat mencapai daya serap materi. Sedangkan 55% atau sebanyak 44 siswa belum mencapai daya serap minimal. Berasarkan kenyataan di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
IPS siswa kelas V semester ganjil SD Negeri 1 Rajabasa Raya tahun pelajaran 2014/2015 relatif rendah.
Menurut Muhibbin (2008: 132) prestasi belajar sangat dipengaruhi oleh faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal yang diduga mempengaruhi
prestasi belajar siswa yaitu motivasi belajar, sedangkan faktor eksternal adalah lingkungan sekolah. Lingkungan belajar di sekolah merupakan faktor yang mempengarui proses pembelajaran secara langsung. Agar mendapatkan hasil yang
5
kondusif tersebut, siswa akan merasa nyaman dalam belajar, sehingga ilmu yang
disampaikan oleh seorang guru akan mudah dipahami. Kondisi lingkungan yang kondusif itu juga merupakan salah satu faktor pendorong yang dapat memberikan
daya tarik tersendiri dalam proses pembelajaran, sehingga menciptakan ketenangan dan kenyamanan siswa dalam belajar dan siswa akan lebih mudah
untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal. Tetapi pada kenyataannya lingkungan belajar di sekolah pada SD Negeri 1 Rajabasa Raya kurang kondusif yaitu pada saat guru menjelaskan materi banyak siswa yang tidak memperhatikan
dan mengobrol. Karena guru tersebut hanya menggunakan metode ceramah dan tidak menggunakan media pembelajaran sehingga siswa kurang tertarik.
Menurut Iskandar (2012: 182) faktor yang turut serta mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah motivasi belajar siswa. Sardiman (2014: 75) menyatakan
motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual, peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi yang kuat, akan
mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.
Prestasi belajar IPS di SD Negeri 1 Rajabasa Raya tidak akan tercapai secara maksimal apabila siswa tidak memiliki motivasi belajar, khususnya di sekolah dasar karena keadaan di lapangan tentang motivasi belajar siswa masih sangat
kurang yang diberikan oleh guru, sehingga rendahnya motivasi belajar dalam mata pelajaran IPS adalah masalah yang terjadi pada SD Negeri 1 Rajabasa Raya Kota
6
Adanya motivasi yang kuat akan menimbulkan sikap positif terhadap suatu objek,
karena motivasi yang kuat akan memberikan perasaan senang, tidak cepat bosan, dan bersungguh-sungguh dalam melakukan aktivitas belajar. Begitu juga dengan
sikap yang dimiliki siswa, apabila siswa memiliki sikap positif terhadap pelajaran, maka siswa tersebut akan menunjukkan kesungguhan dalam mengikuti pelajaran
yang diberikan oleh guru, menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan, serta sanggup menghadapi kesulitan dalam pelajaran. Sebaliknya apabila siswa memiliki sikap yang negatif, maka siswa akan memiliki perasaan tidak senang
terhadap pelajaran serta tidak sanggup untuk menghadapi tantangan dan kesulitan yang timbul dari pelajaran yang tidak disenangi.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti
“Hubungan Antara Lingkungan Belajar di Sekolah dan Motivasi Belajar
dengan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas V SD Negeri 1 Rajabasa Raya Kota Bandar Lampung”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka permasalahan
dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Peran guru yang masih mendominasi dalam proses pembelajaran IPS di dalam kelas. Seperti dalam pembelajaran di kelas sejak awal jam
7
memerintahkan siswanya untuk mengerjakan latihan sehingga pembelajaran
berpusat pada guru.
2. Guru kurang melibatkan atau mengikut sertakan siswanya dalam proses
pembelajaran IPS. Seperti dalam pembelajaran di kelas guru sering hanya mengunakan metode ceramah jarang mencoba mengunakan metode atau
strategi yang lain yang membuat siswa lebih aktif.
3. Kurangnya kecakapan guru dalam pemilihan strategi pembelajaran, media alat dan sumber belajar.
4. Lingkungan belajar di sekolah kurang kondusif.
5. Motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Rajabasa Raya Kota Bandar
Lampung dalam mata pelajaran IPS rendah.
6. Nilai mata pelajaran IPS yang masih rendah pada siswa kelas V SD Negeri 1 Rajabasa Raya. Nilai yang diperoleh siswa apabila dirata-ratakan belum
mencapai KKM yang telah di tentukan sekolah yaitu >65.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas maka masalah dalam penelitian ini di batasi pada:
1. Lingkungan belajar di sekolah yang kurang kondusif pada siswa kelas V SD Negeri 1 Rajabasa Raya Kota Bandar Lampung.
8
3. Prestasi belajar IPS yang masih rendah pada siswa kelas V SD Negeri 1
Rajabasa Raya, nilai yang diperoleh siswa apabila di rata-rata belum mencapai KKM yang telah di tentukan yaitu >65.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat hubungan antara lingkungan belajar di sekolah dengan prestasi belajar IPS pada siswa kelas V SD Negeri 1 Rajabasa Raya Kota
Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015?
2. Apakah terdapat hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar IPS
pada siswa kelas V SD Negeri 1 Rajabasa Raya Kota Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015?
3. Apakah terdapat hubungan antara lingkungan belajar di sekolah dan motivasi
belajar secara bersama-sama dengan prestasi belajar IPS pada siswa kelas V SD Negeri 1 Rajabasa Raya Kota Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2014/2015?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini untuk mengetahui:
9
2. Hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar IPS siswa kelas V
SD Negeri 1 Rajabasa Raya Kota Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015?
3. Hubungan antara lingkungan belajar di sekolah dan motivasi belajar secara bersama-sama dengan prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 1
Rajabasa Raya Kota Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015?
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi
belajar.
2. Bagi guru, diharapkan dapat menambah wawasan, memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas khususnya pembelajran IPS di kelas dan meningkatkan
kinerja guru dalam mengajar.
3. Bagi sekolah, diharapkan dapat bermanfaat sebagai acuan untuk
mengoptimalkan pembelajaran dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran di SD Negeri 1 Rajabasa Raya Kota Bandar Lampung.
4. Bagi peneliti lain, memberikan informasi bagi para peneliti berikutnya yang
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Prestasi Belajar
Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam
belajar maka perlu dilakukan evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Adapun prestasi dapat
diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan.
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar,
karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secar garis besar harus
bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat di temukan satu titik
persamaan. Menurut Winkel (2006: 162) prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan
11
Selanjutnya menurut pendapat Djamarah (2008: 54) prestasi belajar pada
hakekatnya adalah hasil akhir dari sebuah proses belajar. Untuk mengetahui prestasi belajar peserta didik biasanya dilakukan evaluasi terhadap materi belajar
yang telah diberikan. Seberapa besar peserta didik mampu memberikan feed back dari setiap evaluasi yang diberikan oleh pendidik.
Nasution (2004: 54) prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila
memenuhi tiga aspek yakni kognitif, afektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam
ketiga kriteria tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Slameto (2010: 54)
adalah sebagai berikut: 1. Faktor intern
Yaitu faktor yang ada di dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor intern terdiri dari:
a. Faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh)
b. Faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan dan kesiapan)
c. Faktor kelelahan. 2. Faktor ekstern
Yaitu faktor yang ada di luar individu. Faktor ekstern terdiri dari:
a. Faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, penegrtian orang tua, dan latar belakang kebudayaan)
b. Faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah)
12
Menurut Muhibbin Syah (2008: 132-139) faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar antara lain: 1. Faktor internal
Faktor internal merupakan faktor atau penyebab yang berasal dari dalam diri setiap individu tersebut, seperti aspek fisiologis dan aspek psikologis.
a) Aspek fisiologis
Kondisi umum jasmani seseorangyang menandai tingkat kesehatanorgan-organ tubuh dan sendi-sendinya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, hal ini dikarenakan kesehatan organ tubuh, khususnya organ indera pendengar dan penglihatan akan sangat mempengaruhi kemampuan peserta didik dalam menyerap informasi dan pengetahuan dalam kegiatan pembelajaran. Jika kondisi kesehatan sendiri kurang sehat, maka peserta didik tersebut tidak akan dapat berkonsentrasi dikarenakan perhatiannya beralih pada ketidaknyamanan tubuh yang dirasakan.
b) Aspek psikologis.
Banyak faktor yang termasuk dalam aspek psikologis diantaranya faktor rohaniah yang dianggap lebih penting. Faktor-faktor ini seperti: tingkat kecerdasan, sikap, bakat, minat dan motivasi.
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal terdapat dua macam yaitu: a) Lingkungan sosial
Lingkunagan sosial mencakup lingkungan sekolah, masyarakat dan lingkungan keluarga.
b) Lingkungan nonsosial
Faktor yang termasuk lingkungan nonsosial yaitu gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan dalam belajar. 3. Faktor pendekatan belajar
Faktor pendekatan belajar merupakan upaya belajar yang meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan mempelajari materi pelajaran.
Selain faktor-faktor di atas, menurut Nasution (2004: 50) prestasi belajar juga dipengaruhi oleh kecakapan dan ketangkasan belajar yang berbeda secara
individual. Walaupun demikian, kita dapat membentuk anak dengan memberi petunjuk-petunjuk itu dengan sendirinya akan menjamin sukses anak dalam
13
Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan prestasi belajar adalah
pencapaian hasil belajar siswa berupa nilai yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan pembelajaran yang diberikan guru kepada siswa melalui evaluasi atau
penilaian pada suatu mata pelajaran termasuk mata pelajaran IPS. Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa mencakup penilaian penguasaan, baik yang besifat
kognitif, afektif, maupun psikomotor.
B. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
1. Konsep Dasar IPS
Pembelajaran IPS berperan merealisasikan ilmu-ilmu sosial yang bersifat teoritis ke dalam dunia kehidupan nyata di masyarakat. Oleh karenanya secara substansi
materi IPS mengintegrasikan dari berbagai ilmu sosial yang diperuntukkan untuk pembelajaran di tingkat persekolahan, sehingga melalui pembelajarn IPS diharapkan siswa mampu membawa dirinya dewasa dan bijak dalam kehidupan
nyata, melalui pembelajaran IPS diharapkan siswa tidak hanya mampu menguasai teori-teori kehidupan di dalam masyarakat tapi mampu menjalani kehidupan nyata
di masyarakat sebagai insan sosial. Warga negara yang mampu mengaplikasikan ilmunya dalam bentuk amalan nyata yang bermanfaat bagi kehidupan di masyarakat.
Ilmu pengetahuan sosial adalah ilmu sosial yang disederhanakan secara ilmiah
14
disajikan secara ilmiah dan pedagogis-psikologis. Sedangkan menurut
Sumaatmadja (2007: 11) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) berkenan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya.
Selain itu Sapriya (2006: 7) IPS merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan
program pengajaran pada tingkat persekolahan.
IPS sebagai program pendidikan, tidak hanya menyajikan pengetahuan sosial semata-mata, melainkan harus pula membina peserta didik menjadi warga
masyarakat dan warga negara yang memiliki tanggung jawab atas kesejahteraan bersama dalam arti yang seluas-luasnya. Oleh karena itu, peserta didik yang
dibinanya tidak hanya cukup berpengetahuan dan berkemampuan berfikir tinggi, melaikan harus pula memiliki kesadaran yang tinggi serta tanggung jawab yang kuat terhadap kesejahteraan masyarakat, bangsa dan negara. Dengan demikian,
pokok bahasan yang disajikan tidak hanya terbatas pada materi yang bersifat pengetahuan, melainkan juga meliputi nilai-nilai yang wajib melekat pada peserta
didik sebagai warga masyarakat dan warga negara.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan, peneliti menyimpulkan
IPS merupakan suatu perpaduan dari ilmu sosial dengan ilmu lainnya yang diorganisasikan secara selektif dengan mempertimbangkan prinsip ilmiah,
15
2. Tujuan Pembelajaran IPS
Tujuan merupakan segala sesuatu atau keinginan yang hendak dicapai. Dalam permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi menyatakan bahwa Mata
pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat
dan lingkungannya.
2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. 3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Menurut Hasan dalam Sapriya (2006: 5) tujuan pendidikan IPS dapat di
kelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu pengembangan intelektual siswa, pengembangan dan rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakat dan bangsa, serta pengembangan diri siswa sebagai pribadi. Selanjutnya menurut Martorella
dalam Sapriya (2006: 8) mengemukakan tujuan utama dari pembelajaran IPS di SD adalah untuk mengembangkan pribadi “warga negara yang baik” (good
citizen).
Sedangkan Sapriya (2006: 133) menyatakan bahwa tujuan IPS yaitu (a) mengajarkan konsep-konsep dasar sejarah, sosiologi, antropologi, ekonomi, dan kewarganegaraan melalui pendekatan pedagogis, dan psikologis, (b) mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, inkuiri, problem solving, dan keterampilan sosial, (c) membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, dan (d) meningkatkan kerja sama dan kompetensi dalam masyarakat yang heterogen baik secara nasional maupun global.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa tujuan pembelajaran IPS adalah untuk mendidik para siswa agar prestasi belajar siswa
16
Keterampilan tersebut meliputi, keterampilan berpikir kritis, meningkatkan
keterampilan bekerjasama dengan teman, dan meningkatkan berpikir kreatif. Selain itu tujuan pembelajaran IPS bertujuan untuk mengembangkan pribadi
warga negara yang baik.
3. Ruang Lingkup Pembelajaran IPS
IPS sebagai program pendidikan, tidak hanya menyajikan pengetahuan sosial semata-mata, melainkan harus pula membina peserta didik menjadi warga
masyarakat dan warga negara yang memiliki tanggung jawab atas kesejahteraan bersama dalam arti yang seluas-luasnya. Oleh karena itu peserta didik yang dibina
tidak hanya cukup berpengetahuan dan berkemampuan berpikir tinggi, melainkan harus pula memiliki kesadaran yang tinggi serta tanggung jawab yang kuat
terhadap kesejahteraan masyarakat, bangsa dan negara. Dengan demikian, pokok bahasan yang disajikan tidak hanya terbatas pada materi yang bersifat pengetahuan, melainkan juga meliputi nilai-nilai yang wajib melekat pada diri
peserta didik tadi sebagai warga masyarakat dan warga negara sebagai bekal kehidupan mereka di masa yang akan datang.
Ruang lingkup IPS meliputi kehidupan manusia dalam masyarakat atau sebagai anggota masyarakat atau dapat juga dikatakan manusia dalam konteks sosial.
Selanjutnya IPS sebagai program pendidikan, ruang lingkupnya sama dengan yang telah diuraikan di atas, namun di tambah dengan nilai-nilai yang menjadi
17
pendidikan, maka harus dimulai dari ruang lingkup IPS sebagai pengetahuan lebih
dahulu.
IPS adalah ilmu sosial yang secara harfiah terbagi menjadi tiga sub bidang ilmu yaitu Geografi, Sejarah dan Kependudukan. Masing masing bagian tersebut dapat
lagi di bedakan berdasarkan bidang kajian masing-masing. Semakin tinggi kompleksitas kedalaman ilmu maka semakin sempit ruang lingkup yang di kaji. Sedangkan untuk sekolah dasar pokok pokok materi mengambil kepada 3 bidang
tersebut yang terkadang di berikan secara terintegrasi. Pengenalan bidang geografi di SD lebih banyak menyajikan fenomena alam baik di Indonesia maupun di luar
negeri yang akan membangkitkan rasa ingin tahu siswa. Sehingga siswa yang kreatif akan secara aktif mencari literatur-literatur tambahan selain buku yang di rekomendasikan oleh sekolah. Bidang sejarah di kenalkan kepada anak SD lebih
banyak menguraikan cerita-cerita kepahlawanan dengan batas pemahaman baik dan buruk.
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006: 575), Ruang lingkup IPS
meliputi aspek-asek sebagai berikut : 1. Manusia, tempat, dan lingkungan. 2. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan. 3. Sistem sosial dan budaya.
4. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.
Dengan demikian ruang lingkup IPS mencakup segala aktivitas-aktivitas sosial
manusia dengan lingkungannya baik masa lampau, sekarang maupun masa yang akan datang. Dengan pengembangan aspek sesungguhnya di antara baik dan
18
fakta dan landasan psikologis suatu peristiwa. Dalam hal ini akan memancing
peluang diskusi yang lebih banyak, sehingga peran serta siswa dalam kegiatan ini akan lebih besar. Kegiatan pembelajaran bidang ini sangat relevan jika disajikan
dengan metode demonstrasi bermain peran. Dimana siswa akan terlibat langsung dengan aspek kejiwaan ketika memerankan tokoh-tokoh sejarah. Bidang
kependudukan lebih banyak mengulas tentang tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan fungsi sosialnya dalam berhubungan dengan orang-orang sekitarnya, baik dalam ruang lingkup yang sempit sampai hubungan antar negara.
Kompleksitas hubungan tersebut maka akan berdampak kepada dua hal yaitu
positif dan negatif. Bentuk nyatanya adalah hubungan tersebut akan membawa manfaat di satu sisi dan berpotensi konflik di sisi lain. Harapannya adalah anak SD dapat lebih memahami keberadaannya dalam hubungannya dengan
lingkungan alam dan sosial. Baik dalam sekala sempit maupun luas. Sehingga anak-anak kita mempunyai keterampilan dasar dalam upaya membangun hubungan sosial baik dalam sekala regional maupun antar negara. Keterampilan
tersebut berintikan kepada keterampilan aplikatif dan selektif. Keterampilan aplikatif mempunyai pengertian melalui hubungan sosial siswa dapat memetik
keterampilan yang bermanfaat bagi kesejahteraan diri dan komunitasnya. Sedangkan keterampilan selektif adalah siswa mampu menyaring hal-hal yang didapat dari hubungan sosial tersebut agar tidak merugikan diri dan komunitasnya.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa yang dipelajari IPS adalah manusia sebagai
19
(a) substansi materi ilmu-ilmu sosial yang bersentuhan dengan masyarakat dan (b)
gejala, masalah, dan peristiwa sosial tentang kehidupan masyarakat. Kedua lingkup pengajaran IPS ini harus diajarkan secara terpadu karena pengajaran IPS
tidak hanya menyajikan materi-materi yang akan memenuhi ingatan peserta didik tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan sendiri sesuai dengan kebutuhan dan
tuntutan masyarakat. Oleh karena itu, pengajaran IPS harus menggali materi-materi yang bersumber pada masyarakat. Dengan kata lain, pengajaran IPS yang melupakan masyarakat atau yang tidak berpijak pada kenyataan di dalam
masyarakat tidak akan mencapai tujuannya.
C. Lingkungan Belajar di Sekolah
Manusia selama hidupnya akan selalu mendapat pengaruh dari keluarga, sekolah
dan masyarakat luas. Manusia memiliki sejumlah kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pengalaman. Pengalaman itu terjadi karena interaksi manusia dengan lingkungannya. Sehingga manusia dengan lingkungan ada
pengaruh yang saling timbal balik. Sejalan dengan pendapat Rohani (2004: 19) lingkungan belajar di sekolah juga dapat diartikan suatu situasi atau lokasi tempat
terjadinya tingkah laku yang ada di sekitar siswa yang berupa pelaksanaan kegiatan belajar dan dapat mempengaruhi motivasi dan prestasi belajar.
20
lingkungan merupakan suatu keadaan yang ada di sekitar manusia yang dapat
berpengaruh terhadap diri siswa tersebut.
Lingkungan seorang siswa mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
siswa pengaruh itu bisa positif juga negatif. Seperti pendapat Slameto (2010: 72) lingkungan yang baik itu perlu diusahakan agar dapat memberi pengaruh yang positif terhadap anak atau siswa sehingga dapat belajar dengan sebaik-baiknya.
Lingkungan belajar atau lingkungan pendidikan secara umum di bagi menjadi dua
yaitu, lingkungan belajar di rumah dan lingkungan belajar di sekolah. Lingkungan belajar di rumah mempengaruhi kegiatan belajar siswa di rumah. Banyak siswa
yang kurang mampu dalam artian lingkungan belajar di rumah yang kurang kondusif tetapi bisa mendapatkan prestasi yang baik di sekolah. Dengan demikian peran orang tua atau keluarga sangat dibutuhkan dalam perkembangan anak dan
dalam menciptakan lingkungan belajar agar anak bisa merasa nyaman dengan lingkungan belajarnya, setiap anak memiliki sifat yang berbeda-beda untuk itu
orang tua atau keluarga harus bisa mengetahui kondisi anak-anaknya.
Sedangkan dalam lingkungan belajar di sekolah, situasi kelas yang dinamis
memerlukan usaha agar dapat mewujudkan hubungan yang harmonis antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru, sehingga terwujud kerjasama atau
persaingan yang sehat antar siswa. Lingkungan belajar di sekolah tersebut dapat berupa fisik, misalnya ruang kelas, perabotan kelas, kebersihan kelas, meja, kursi, suasana di sekolah dan lain-lain. Lingkungan belajar di sekolah juga bersifat non
21
dengan pendapat Hakim (2003: 18) yang menyatakan bahwa kondisi lingkungan
sekolah yang juga dapat mempengaruhi kondisi belajar antara lain adanya guru yang baik dalam jumlah yang cukup memadai sesuai dengan jumlah bidang studi
yang ditentukan, peralatan belajar yang cukup lengkap, gedung sekolah yang memenuhi persyaratan bagi berlangsungnya proses pembelajaran yang baik, adanya teman dan keharmonisan di antara semua personil sekolah.
Lingkungan belajar di sekolah membentuk kepribadian siswa, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang siswa selalu menyesuaikan dirinya dengan
kebiasaan-kebiasaan lingkungan di sekitarnya. Oleh karena itu, apabila seseorang siswa berada di lingkungan temannya yang rajin belajar, kemungkinan besar hal
tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan belajar sebagaimana temannya.
Dalam lingkungan belajar yang efektif, siswa akan menjadi lebih produktif, hal ini
digambarkan dengan kemudahan pada siswa dalam berpikir, berkreasi juga mampu belajar secara aktif karena lingkungan belajar yang sangat mendukung
sehingga timbul keterkaitan dan kenyamanan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Berbeda halnya dengan seorang siswa yang memiliki sebuah lingkungan belajar yang kotor, pengajar-pengajar yang tidak baik, suasana kelas
yang berantakan, teman-teman yang individualis, serta fasilitas pengajaran yang tidak sesuai, tentunya akan menimbulkan kesan malas dan membosankan,
22
Lingkungan belajar yang kondusif menurut Majid (2007: 165) merupakan tulang
punggung dan faktor pendorong yang dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi proses pembelajaran, sebaliknya lingkungan belajar yang kurang menyenangkan
akan menimbulkan kejenuhan dan rasa bosan.
Berdasarkan uraian diatas peneliti menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan lingkungan belajar di sekolah adalah kesatuan ruang atau kondisi yang dipergunakan untuk perubahan tingkah laku dalam diri seseorang dalam
melakukan kegiatan belajar. Kondisi lingkungan belajar di sekolah yang kondusif akan menciptakan kenyamanan bagi siswa dalam belajar, sehingga akan
mendukung kegiatan belajar dan siswa akan lebih mudah mencapai prestasi belajar yang maksimal.
D. Motivasi Belajar
Motivasi faktor yang sangat penting dalam proses belajar untuk mencapai prestasi
yang diharapkan. Menurut Hamzah (2007: 1) motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku, dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan
dorongan dalam dirinya. Sedangkan menurut Hamalik (2004: 158) menyatakan bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang
23
Dengan demikian dapat diketahui bahwa motivasi merupakan tenaga penggerak,
pendorong, pengganti tenaga yang berasal dari dalam diri seseorang untuk tujuan belajar, yaitu perubahan tingkah laku.
Pada dasarnya motivasi menurut Hamalik (2004: 162-163) dapat di bagi menjadi dua jenis antara lain:
1. Motivasi intrinsik, adalah motivasi yang tercakup di dalam situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa. Motivasi ini juga sering disebut motivasi murni, yang sebenarnya timbul dari dalam diri siswa sendiri, misalnya keinginan untuk mendapat keterampilan tertentu, memperoleh informasi dan pengertian, mengembangkan sikap untuk berhasil, menyenangi kehidupan, menyadari sumbangannya terhadap usaha kelompok, keinginan diterima oleh orang lain, dan lain-lain.
2. Motivasi ekstrinsik, adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar seperti situasi belajar, seperti penghargaan, lingkungan belajar yang menyenangkan, dan kegiatan belajar yang menarik.
Peranan motivasi intrinsik dan ekstrinsik dalam kegiatan pembelajaran sangat
diperlukan, karena dengan motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik siswa dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakuakan kegiatan pembelajaran.
Menurut Djamarah (2008: 10) belajar adalah proses perubahan prilaku berkat pengalaman dan latihan, artinya tujuan belajar adalah perubahan tingkah laku,
baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organise atau pribadi. Sementara itu menurut Iskandar (2012: 181)
belajar adalah kegiatan yang mengubah tingkah laku melalui latihan dan pengalaman sehingga lebih baik sebagai hasil dari penguatan yang dilandasi untuk mencapi tujuan. Selanjutnya Selameto (2010: 2) mengemukakan belajar adalah
24
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.
Berdasarkan para ahli di atas, peneliti menyimpulkan belajar adalah suatu proses
perubahan tingkah laku yang diperoleh dari hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya yang dilandasi untuk mencapai tujuan tertentu.
Berikut ini ada beberapa pendapat para ahli tentang pengertian motivasi belajar. Hamzah (2007: 23) menyatakan motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswi yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan
tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.
Sedangkan menurut Iskandar (2012: 181) motivasi belajar adalah daya penggerak dari dalam diri individu untuk melakukan kegiatan belajar untuk menambah
pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman. Sejalan dengan pendapat di atas Winkel (2006: 73) mengatakan motivasi belajar adalah keseluruhan daya
penggerak di dalam diri siswa untuk menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu, maka tujuan yang dikehendaki siswa tercapai.
Motivasi belajar mempunyai peranan penting dalam belajar karena tanpa motivasi dalam belajar, maka hasil yang diperoleh tidak akan memuaskan. Dengan
25
mempercepat siswa dalam mempelajari sesuatu dan guru dapat memberi petunjuk
yang bisa membangkitkan kegairahan dalam kegiatan belajar. Memberikan motivasi kepada siswa, berarti menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu.
Siswa akan terdorong melakukan sesuatu apabila merasa ada suatu kebutuhan.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan motivasi belajar adalah daya penggerak atau dorongan yang berasal dari dalam diri dan luar individu untuk
melakukan kegiatan belajar, menambah pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman dalam mencapai suatu tujuan yang dikehendaki siswa.
E. Penelitian yang Relevan
1. Ria Risty Rahmawati (2013) dengan judul: Hubungan Fasilitas Belajar dan Lingkungan Belajar dengan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Sosiologi Siswa
Kelas XI IPS SMA Negeri 3 Sukoharjo Tahun Ajaran 2012/2013. Dari hasil penelitiannya diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara Lingkungan Belajar Siswa dengan Prestasi Belajar Sosiologi
Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 3 Sukoharjo Tahun Ajaran 2012/2013. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data yang menujukkan nilai (r) sebesar 0,559 dan (ρ) = 0,000.
2. Siti Fatimah (2013) dengan judul: Hubungan antara Lingkungan Belajar dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Brelajar Siswa Kelas V di MI Ma’Arif
26
lingkungan belajar terhadap prestasi belajar dengan r hitung < r tabel yaitu
(0,457<0,468).
3. Alimudin S Miru (2009) dengan judul: Hubungan antara Motivasi Belajar
Terhadap Prestasi Belajar Mata Diklat Instalasi Listrik Siswa SMK Negeri 3 Makassar. Dari hasil penelitiannya diperoleh kesimpulan bahwa terdapat
hubungan positif dan berarti antara motivasi belajar dengan prestasi belajar instalasi listrik siswa SMK Negeri 3 Makassar dengan koefisien korelasi ganda 0,353 dan koefisien determinasi 0,124.
4. Mohammad Sainer (2014) dengan judul: Hubungan Antar Motivasi Belajar dan Kebiasaan Membaca Siswa Dengan Prestasi Belajar IPS Pada Siswa
Kelas V SD Negeri di Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014. Dari hasil penelitiannya diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi
belajar IPS dengan koefisien korelasi r sebesar 0,968.
F. Kerangka Pikir
Menurut Sugiyono (2014: 272) kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Sedangkan menurut Arikunto (2013:
99) kerangka pikir adalah bagian dari teori yang menjelaskan tentang alasan atau argumen bagi rumusan hipotesis, akan menggambarkan alur pemikiran peneliti
27
1. Hubungan antara lingkungan belajar di sekolah dengan prestasi belajar
Menurut Majid (2007: 170) lingkungan belajar di sekolah merupakan faktor penting dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Agar mendapatkan prestasi belajar yang maksimal maka di sekolah harus diciptakan suatu lingkungan
yang kondusif untuk belajar. Dengan lingkungan belajar yang kondusif, akan membantu proses pembelajaran di sekolah. Tanpa adanya lingkungan sekolah
yang kondusif, maka siswa akan terganggu dan kehilangan konsentrasi belajar dalam menerima pelajaran. Dengan demikian prestasi belajar yang diperoleh tidak memuaskan.
Sehingga dari uraian di atas diduga terdapat hubungan antara lingkungan belajar di sekolah dengan prestasi belajar siswa. Dengan kata lain semakin baik
lingkungan belajar di sekolah, maka baik pula prestasi belajar yang di peroleh siswa di sekolah.
2. Hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar
Motivasi merupakan salah satu faktor yang berasal dari luar maupun dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Motivasi adalah pendorong
bagi setiap siswa dalam melakukan aktivitas atau kebiasaan-kebiasaan belajarnya. Motivasi belajar membuat seseorang menjadi bergairah dan terarah
dalam mencapai tujuan yang diinginkan berupa prestasi. Sardiman (2014: 75) mengatakan motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual, peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah,
28
yang kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar,
sehingga prestasi belajar siswa akan optimal. Motivasi mempunyai peranan penting dalam pembelajaran karena tanpa motivasi dalam belajar, maka hasil
yang diperoleh tidak akan memuaskan.
Berdasarkan uraian di atas, maka diduga ada hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa. Artinya semakin baik motivasi belajar siswa,
maka semakin baik pula prestasi belajar siswa di sekolah. Begitu juga dengan sebaliknya semakin rendah motivasi, maka semakin rendah pula prestasi
belajar siswa di sekolah.
3. Hubungan antara lingkungan belajar di sekolah dan motivasi belajar dengan prestasi belajar
Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa di bangku sekolah adalah sebuah hasil kerja kerasnya dari belajar. Ada kalanya prestasi itu tinggi namun ada juga
saat-saat prestasi belajar itu menurun. Hal ini hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang bersumber dari dalam diri maupun luar siswa seperti lingkungan
belajar di sekolah dan motivasi belajar.
Berdasarkan pembahsan di atas terdapat hubungan antara lingkungan belajar di
sekolah dan motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa. Dengan kata lain di duga semakin baik lingkungan belajar di sekolah dan motivasi belajar siswa,
29
G. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pikir yang telah dikemukakan di atas
di rumuskan hipotesis sebagai berikut :
1. Ada hubungan antara lingkungan belajar di sekolah dengan prestasi belajar
IPS pada siswa kelas V SD Negeri 1 Rajabasa Raya Kota Bandar Lampung. 2. Ada hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar IPS pada siswa
kelas V SD Negeri 1 Rajabasa Raya Kota Bandar Lampung.
3. Ada hubungan antara lingkungan belajar di sekolah dan motivasi belajar secara bersama-sama dengan prestasi belajar IPS pada siswa kelas V SD
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode asosiatif korelasional dengan pendekatan ex post facto dan survey. Metode asosiatif korelasional merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui ada atau
tidaknya suatu hubungan antara dua variabel atau lebih serta mengetahui seberapa eratnya hubungan dan berarti atau tidak hubungan itu.
Data yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan data yang ada di tempat penelitian sehingga mengunakan pendekatan ex post facto dan survey, menurut Arikunto (2013: 17) kedua pendekatan tersebut khususnya pendekatan ex post
facto mencoba meneliti tentang peristiwa yang telah terjadi dan kemudian
menurut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan
kejadian sedangkan dalam pendekatan survey, penelitian yang diterapkan pada sebuah populasi yang memiliki jumlah besar maupun kecil, akan tetapi data yang digunakan adalah data dari sampel populasi tersebut.
(bersama-31
sama) dengan variabel terikat (Y). Hubungan antara ketiga variabel tersebut dapat
digambarkan dengan desain penelitian sebagai berikut:
Gambar 3.1 Desain penelitian sumber Sugiyono (2014: 70)
Keterangan :
X1 dengan Y = Lingkungan Belajar di Sekolah dengan Prestasi Belajar IPS X2 dengan Y = Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar IPS
X1, X2 dengan Y = Lingkungan Belajar di Sekolah, Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar IPS
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan bulan Maret tahun 2015, yaitu pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015 di SD Negeri 1 Rajabasa Raya Kota Bandar Lampung.
r
r
R
X 2 X 1
32
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2014: 119) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Berdasarkan pendapat tersebut, yang menjadi populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V yang terdiri dari kelas VA dan VB yang berjumlah 80 siswa
di SD Negeri 1 Rajabasa Raya Kota Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015.
Table 3.1 Jumlah seluruh siswa kelas V di SD Negeri 1 Rajabsa Raya Kota Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015.
No Kelas Jumlah
1 VA 40
2 VB 40
Jumlah 80
Sumber: Tata Usaha SD Negeri 1 Rajabasa Raya Kota Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015.
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2014: 120) Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Selanjutnya menurut Sugiyono, (2014: 128) penemuan jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini
berdasarkan penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu yang dikembangkan oleh Isaac dan Michael yaitu di ambil 50% dari populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Rajabasa Raya Kota Bandar Lampung
33
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Probability Sampling yaitu sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi
untuk dipilih menjadi anggota sampel. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 80 siswa maka sampel yang digunakan adalah 40 siswa, pengambilan 40 siswa tersebut menggunakan Simple Random Sampling. Cara pengambilan sampel
dilihat dari nilai ujian akhir semester ganjil yaitu sebagai berikut.
Jumlah sampel tiap kelas =
X jumlah siswa tiap kelas
Tabel 3.2 Perhitungan jumlah sampel berdasarkan nilai
Kelas Nilai Perhitungan Pembulatan
A dan B ≤65
Variabel penelitian menurut Arikunto (2013: 161) variabel penelitian adalah
objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Berdasarkan pendapat tersebut maka variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Prestasi Belajar IPS a. Definisi Konseptual
Djamarah (2008: 54) prestasi belajar pada hakekatnya adalah hasil akhir dari
34
b. Definisi Operasional
Prestasi belajar adalah pencapaian hasil belajar siswa berupa nilai yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan pembelajaran yang diberikan guru kepada siswa
melalui evaluasi atau penilaian pada suatu mata pelajaran termasuk mata pelajaran IPS. Prestasi belajar dalam penelitian ini menggunakan nilai ujian semester ganjil
mata pelajaran IPS, yaitu nilai kognitif saja.
2. Variabel Lingkungan Belajar di Sekolah a. Definisi Konseptual
Hamalik (2004: 195) lingkungan belajar adalah sesuatu yang ada di dalam sekitar
sekolah yang memiliki makna atau pengaruh tertentu kepada siswa. b. Definisi Operasional
Lingkungan belajar di sekolah adalah kesatuan ruang atau kondisi yang
dipergunakan untuk perubahan tingkah laku dalam diri seseorang dalam melakukan kegiatan belajar. Kondisi lingkungan belajar di sekolah yang kondusif akan menciptakan kenyamanan bagi siswa dalam belajar, sehingga akan
mendukung kegiatan belajar dan siswa akan lebih mudah mencapai prestasi belajar yang maksimal. Lingkungan belajar di sekolah meliputi aspek relasi guru
35
3. Variabel Motivasi Belajar a. Definisi Konseptual
Hamzah (2007: 23) motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada
siswa-siswi yang sedang belajar untuk perubahan tingkah laku, pada umummnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.
b. Definisi Operasional
Motivasi belajar adalah daya penggerak atau dorongan yang berasal dari dalam diri dan luar individu untuk melakukan kegiatan belajar, menambah pengetahuan
dan keterampilan serta pengalaman dalam mencapai suatu tujuan yang di kehendaki siswa. Motivasi belajar meliputi aspek dorongan internal dan dorongan
eksternal yang meliputi adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorogan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan menarik dalam pembelajaran, adanya
lingkungan belajar yang kondusif.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dari penelitian ini adalah : 1. Observasi
Menurut Sugiyono (2014: 196) observasi merupakan suatu proses yang kompleks,
suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Jadi dapat
36
2. Angket
Menurut Sugiyono (2014: 193) angket merupakan pengumpulan data dengan cara menggunakan angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan
tujuan penelitian. Tujuan dari teknik ini adalah untuk memperoleh informasi dari siswa. Angket dalam penelitian ini bersifat tertutup agar terdapat kesamaan
jawaban masing-masing responden sehingga proses pengolahan datanya lebih mudah.
3. Dokumentasi
Menurut Arikunto (2013: 274) teknik dokumentasi merupakan suatu cara
pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah, dan
bukan berdasarkan perkiraan. Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data terkait dengan jumlah siswa dan prestasi belajar siswa.
F. Uji Persyaratan Instrumen
Untuk mendapat data yang lengkap, maka alat instrumen harus memenuhi
persyaratan yang baik. Istrumen yang baik dalam suatu penelitian harus memenuhi dua syarat validitas dan reliabilitas.
1. Uji Validitas Angket
Menurut Arikunto (2013: 211) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Instrumen yang valid
37
Selanjutnya menurut Sugiyono (2013: 173) valid berarti instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam penelitian ini menggunakan validitas construct. Menurut Siregar (2014: 77) validitas construct
adalah validitas yang berkaitan dengan kesanggupan suatu alat ukur dalam mengukur pengertian suatu konsep yang diukurnya. Untuk mengukur validitas
angket menggunakan rumus korelasi product moment dengan rumus:
rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
N = Jumlah sampel X = Skor butir soal Y = Skor total
(Sugiyono, 2014: 241)
Dengan kriteria pengujian apabila r hitung > r tabel dengan 0,05 maka alat ukur
tersebut dinyatakan valid, dan sebaliknya apabila r hitung < r tabel maka alat ukur tersebut adalah tidak valid.
2. Uji Reliabilitas Angket
Reliabilitas merupakan alat untuk mengukur sejauh mana alat ukur yang
digunakan dapat dipercaya. Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan bantuan aplikasi SPSS Versi 17 dengan teknik uji alpha cronbach. Teknik ini dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu instrumen penelitian reliabel
38
Kriteria uji reliabilitas dengan rumus alpha adalah apabila rhitung > rtabel, maka alat ukur tersebut reliabel dan juga sebaliknya, jika rhitung < rtabel maka alat ukur tidak
reliabel.
Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks r11
sebagai berikut :
1. Antara 0,800 sampai dengan 1,000 : sangat tinggi 2. Antara 0,600 sampai dengan 0,799 : tinggi 3. Antara 0,400 sampai dengan 0,599 : cukup 4. Antara 0,200 sampai dengan 0,399 : kurang
5. Antara 0,000 sampai dengan 0,100 : sangat rendah.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan cara yang digunakan untuk menguraikan keterangan-keterangan atau data yang diperoleh agar data tersebut dapat dipahami
39
oleh orang lain. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Uji Normalitas dan analisis korelasi ganda (Multiple Correlation).
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan sebagai alat pengumpulan data berdistribusi normal atau tidak. Dalam pengujian
ini menggunakan uji Liliefors, langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Merumuskan hipotesis
H0 = sampel berdistribusi normal
H1 = sampel tidak berdistribusi normal
2. Menentukan nilai rata-rata
∑
Keterangan: n = jumlah siswa Xi = nilai siswa
= nilai rata-rata
Kriteria pengambilan keputusan:
1) Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka ditolak
40
2. Korelasi Ganda
√
Keterangan:
= Korelasi antara variabel X1 dengan X2 secara bersama- sama dengan variabel Y
= Korelasi Product Moment antara X1 dengan Y
= Korelasi Product Moment antara X2 dengan Y = Korelasi Product Moment antara X1 dengan X2 (Sugiyono, 2014: 252)
H. Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hipotesis yang telah dikemukakan, maka bentuk pengujian hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. H0 : Tidak terdapat hubungan antara lingkungan belajar di sekolah dengan
prestasi belajar IPS.
H1 : Terdapat hubungan antara lingkungan belajar di sekolah dengan prestasi
belajar IPS.
2. H0 : Tidak terdapat hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar
IPS.
H1 : Terdapat hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar IPS. 3. H0 : Tidak terdapat hubungan antara lingkungan belajar di sekolah dan
motivasi belajar dengan prestasi belajar IPS.
H1 : Terdapat hubungan antara lingkungan belajar di sekolah dan motivasi
41
Untuk menguji hipotesis antara X1 dengan Y digunakan statistik melalui korelasi
product moment dengan rumus :
= Jumlah kuadrat skor variabel X1 ∑Y2
= Jumlah kuadrat skor variabel Y (Sugiyono, 2014: 241)
Untuk menguji hipotesis antara X2 dengan Y digunakan statistik melalui korelasi product moment dengan rumus :
∑
√ ∑ ∑
Keterangan:
= Koefisien antara variabel X2 dan Y ∑X2Y = Jumlah skor variabel X2 dan Y ∑X22
= Jumlah kuadrat skor variabel X2 ∑Y2
= Jumlah kuadrat skor variabel Y (Sugiyono, 2014: 241)
Untuk menguji hipotesis ketiga yaitu untuk mengetahui besarnya hubungan
42
Pengujian hipotesis menggunakan rumus Korelasi Ganda dengan rumus sebagai
berikut:
√
Keterangan:
= Korelasi antara variabel X1 dengan X2 secara bersama- sama dengan variabel Y
= Korelasi Product Moment antara X1 dengan Y
= Korelasi Product Moment antara X2 dengan Y
= Korelasi Product Moment antara X1 dengan X2 (Sugiyono, 2014: 252)
Dilanjutkan dengan uji F untuk mencari taraf signifikan antara variabel X1, X2 dan Y, dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan:
R = Koefisien Korelasi Ganda k = Jumlah Variabel Independen n = Jumlah Anggota Sampel (Sugiyono, 2014: 252)
Kriteria pengujian hipotesis tolak H0 jika F hitung> F tabel, dan terima H0 F hitung< F tabel. Dimana distribusi dk pembilang k=2 dan dk penyebut (n-k-1) dengan
43
Adapun interpretasi koefisien korelasinya sebagai berikut.
Tabel 3.3 Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,000 – 0,199 Sangat Rendah
0,200 – 0,399 Rendah
0,400 – 0,599 Sedang
0,600 – 0,799 Kuat
0,800 – 1,000 Sangat Kuat
61
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Terdapat hubungan antara lingkungan belajar di sekolah dengan prestasi
belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 1 Rajabasa Raya Kota Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015.
2. Terdapat hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 1 Rajabasa Raya Kota Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015.
3. Terdapat hubungan antara lingkungan belajar di sekolah dan motivasi belajar secara bersama-sama dengan prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 1
Rajabasa Raya Kota Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan di atas, maka dapat diajukan
saran-saran untuk meningkatkan prestasi belajar khususnya mata pelajaran IPS siswa kelas V SD Negeri 1 Rajabasa Raya Kota Bandar Lampung, yaitu sebagai
62
1. Bagi Guru dan Sekolah
1. Guru dan sekolah diharapkan secara bersama-sama dapat menciptakan lingkungan belajar di sekolah dengan sebaik-baiknya. Karena dengan
lingkungan belajar yang baik maka dapat membuat siswa lebih nyaman dalam belajar dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Guru dan sekolah diharapkan memberikan motivasi belajar lebih kepada
siswa yang disertai dengan bimbingan dan pembinaan secara berkesinambungan dan berkelanjutan. Pemberian motivasi tersebut dirasa
penting karena tanpa adanya motivasi belajar dari pihak guru dan sekolah maka minat siswa dalam belajar akan kurang dan mempengaruhi prestasi
belajarnya. 2. Bagi Siswa
1. Siswa diharapkan untuk meningkatkan prestasi belajarnya tidak hanya pada
mata pelajaran IPS tetapi juga pada mata pelajaran yang lainya.
2. Siswa diharapkan dapat menciptakan lingkungan belajar di sekolah dengan sebaik-baiknya dan memotivasi dirinya sendiri untuk giat dalam belajar di
sekolah maupun belajar di rumah.
3. Bagi Peneliti Lain
Bagi peneliti lain atau berikutnya yang akan melakukan penelitian di bidang ini, diharapkan penelitian ini dapat menjadi gambaran, informasi dan masukan tentang hubungan antara lingkungan belajar di sekolah dan motivasi belajar dengan