MASYARAKAT HUKUM ADAT:
DALAM REFLEKSI PERUBAHAN
KEBIJAKAN KEHUTANAN
Potret Awal
◦Ruang kelola sumber daya alam menjadi ruang konflik, solusi menjauhkan penyelesaian persoalan.
◦Masyarakat dianggap tidak memiliki kapasitas untuk
mengelola hutan. Ketimpangan penguasaan lahan.
◦Kepentingan transaksional-oligarki.
◦Kriminalisasi. Sumat
era Jawa
Klaim kawasan hutan Perambahan kawasan hutan Masyarakat dengan perusahaan Antar pemegang izin
Status Quo
◦MHA disebutkan dalam berbagai perundang-undangan urusan sumber daya alam, termasuk kehutanan.
◦MHA menjadi penyandang hak dalam pengelolaan SDA termasuk kehutanan.
◦Pengukuhan kawasan hutan berjalan, penataan batas hingga 77%.
◦Kebijakan perhutanan sosial masuk ke dalam bagian yang diselenggarakan pemerintah – target nasional, renstra KLHK.
Pengukuhan kawasan hutan
Pengukuhan kawasan hutan
Penunjukan (126 juta hektar kawasan hutan
dan lindung perairan) Penunjukan (126
juta hektar kawasan hutan
dan lindung perairan)
Penataan batas Penataan batas
Realisasi tata batas (2009),
219 ribu km (77,64%) Realisasi tata batas (2009), 219 ribu km
(77,64%)
Penetapan kawasan hutan (2014), 62 juta
hektar (63%) Penetapan kawasan hutan (2014), 62 juta
hektar (63%)
Penetapan kawasan hutan (2009), 13 juta hektar (11,4%)
Aktivisme Konstitusionalisme
Apa yang diperoleh:◦Penegasan regulasi bahwa secara konstitusional MHA dapat menjadi subyek
hukum dalam pengelolaan hutan.
◦Pelaksanaan kebijakan kehutanan – khususnya perencanaan hutan atau
pengukuhan kawasan hutan harus melalui sesuai prinsip afirmasi (FPIC), tidak boleh otoriter.
K
Kawasan Hutan K
Kawasan Hutan Hutan Hak
Hutan Hak Hutan
Adat Hutan
Adat
Pekerjaan Rumah
Menyisakan persoalan:
◦Efektivitas di lapangan. Perubahan di undang-undang tidak
serta merta berlaku di lapangan (perubahan paradigma SE KLH, retroaktivitas, ceruk hukum, dsbg)
◦Konsensus tentang definisi subyek hukum dan bagaimana
mendelineasinya. Perubahan dalam UU tidak menjelaskan
siapa disebut sebagai MHA. (kekhawatiran ‘free rider’ dan ‘elite capture’, pemetaan partisipatif)
◦Sinkronisasi dengan berbagai kebijakan lain – dan situasi
lapangan. Bagaimana mekanisme transisi dan penyelesaian
persoalan untuk mewujudkan tercapainya hak MHA dalam
Gerakan Nasional
Penyelamatan SDA
Korsupmonev Percepatan PengukuhanKawasan Hutan
◦Harmonisasi regulasi (pengukuhan kawasan hutan, perencanaan ruang, penegakan hukum)
◦Penyelarasan prosedur dan teknis pengukuhan kawasan hutan (peta partisipatif, batas wilayah,
identifikasi masyarakat, hutan adat)
◦Penyelesaian konflik (inkuiri
nasional, desk penyelesaian konflik)
Monev GN-PSDA di 34 Provinsi
◦ Penyelesaian konflik di daerah (pemetaan konflik dan aksi penyelesaian)
◦ Perluasan wilayah kelola rakyat
Kerangka (Persoalan) Regulasi
UU 5/1960, UU 26/2007,UU 41/1999
Subyek Hukum
(RPP Hutan Adat)
Permendagri 52/2014
Penguasaan Tanah
PP 24/1992
PermenATR 9/2015
Perber 4 Menteri Penguasaan
Tanah
PP 44/2004
Permenhut P.44/2012 jo.
P.62/2013
Perber 4 Menteri Penguasaan
Tanah
PP 16/2004
Pengelolaan dan Akses
PP 6/2007 jo. PP 3/2008
(RPP Hutan Adat)
Catatan
◦Tidak ada kesamaan tentang definisi MHA di dalam regulasi
◦Bentuk hukum pengakuan.
◦Batas penyelenggaraan urusan negara dalam hutan adat.
◦Bentuk pengelolaan MHA.
Pengakuan MHA melalui Permendagri 52/2014. Hingga saat ini sebagian besar pengakuan hanya dilakukan
secara umum, tanpa subyek MHA yang spesifik dan wilayahnya.
Identifikasi Bupati melalui
Camat
Identifikasi Bupati melalui
Camat
Verifikasi oleh Panitia Masyarakat Hukum adat
Verifikasi oleh Panitia Masyarakat Hukum adat
Penetapan Masyarakat adat dg SK Bupati/SK Bupati Bersama
Penetapan Masyarakat adat dg SK Bupati/SK Bupati Bersama
5 hal yg diidentifikasi antara lain: sejarah MHA, wilayah adat, hukum adat, harta kekayaan dan benda adat, kelembagaan/sistem
pemerintahan
Mekanisme keberatan dari
masyarakat bersebelahan
Mekanisme keberatan dari
masyarakat bersebelahan
Panitia MHA terdiri dari: Sekda, Kepala SKPD Pemberdayaan masyarakat adat terkait, Kabag Hukum, Camat, SKPD terkait
Pengakuan MHA
Muhajir (2015)
Penetapan MHA; 53 Pengaturan;
71
Penetapan MHA
Pengaturan
Tentang Pengukuhan Hutan
Menentukan siapa yang mengelola
hutan secara langsung
Inventarisasi
Pengukuhan
Penatagunaan Pembentukan
Wilayah Pengelolaan
Rencana Kehutanan Penunjukan
Penataanbatas
Penetapan
PERENCANAAN
PERENCANAAN
PENGELOLAAN
PENGELOLAAN
Menyamakan ruang permainan
Pembuktian
penguasaaan
Identifikasi MHA
Kelembagaan
Menegaskan penguasaan tanah dan akses dalam
kawasan hutan
Penunju
kan n Batas Penataa Pemetaan Penetapan
Apa yang diisi oleh Perber 4 K/L dalam mekanisme pengukuhan:
Menyelesaikan pekerjaan rumah pengukuhan yang tidak selesai:
• Mengacu pada PP 44/2004 dan Permenhut P.44/2012, penataan batas kawasan hutan diberikan ruang untuk tidak menyelesaikan konflik dan penguasaan. Membangun mekanisme tambahan di luar panitia tata batas untuk
melengkapi pengakuhan hak masyarakat.
Mengharmonisasi fungsi administrasi pemerintah dalam mengatur tata kuasa dan tata guna kawasan hutan:
• Identifikasi subyek hukum yang diatur dalam P.44/2012 jo. P.62/2013 bertentangan dengan PP 24/1997 Pendaftaran Tanah.
Penetapan hak atas
tanah
Penetapan hak atas
tanah
Memberikan opsi penyelesaian hak yang secara rasional untuk tetap mempertahankan hutan:
• Permenhut P.44/2012 jo. P.62/2013 tidak banyak memberikan skema
penyelesaian. Di luar itu, kriminalisasi.Perber
Menegaskan penguasaan tanah dan akses dalam kawasan
hutan
Pemohon
Pemohon
Pemerintah
Kabupaten/
Kota
Pemerintah
Kabupaten/
Kota
BPN
BPN
Kementerian Kehutanan Kementerian
Kehutanan
Penegasan/ Pengakuan Hak
dari BPN Penegasan/ Pengakuan Hak
dari BPN
Peta
Penggunaan, Penguasaan
Tanah dan tekstual.
Penerbitan Tanda Bukti
Hak
Penelitian Data Fisik
dan Data Yuridis **
Penelitian Data Fisik
dan Data Yuridis **
Ya Tidak
Perubahan Batas Kawasan
Hutan/RTRW
Pemohon
Pemohon
Sumber:
Perber 4 K/L Tgl 17 Okt 2014
Surat pernyataan penguasaan fisik
tanah secara sporadik (kades + 2 saksi) Pembuktian Klaim
Pihak Ketiga
- Peta Kawasan Hutan
- Peta penggunaan tanah saat ini
- Surat Keterangan yg dimiliki Hak
Bukti tertulis Bukti tidak tertulis
Sebelum penunjukan Setelah Penunjukan a. hak milik; hak guna usaha; hak
guna bangunan; hak pakai; hak pengelolaan (Sebelum penunjukan KH) bagaimana dengan yang hadir sesudah penunjukan KH?)
permukiman, fasilitas umum, fasilitas sosial
didasarkan pada sejarah keberadaan
permukiman, fasilitas umum, fasilitas sosial dalam desa/kampung
b. Hak atas tanah lain (a. hak eigendom, opstal, erfpacht;
b. petuk pajak bumi/landrente, girik, pipil, kekitir, Verponding Indonesia dll;
c. SK riwayat tanah yg dibuat PBB
untuk hak seperti ini harus ada
KLARIFIKASI dari instansi pertanahan
Dengan syarat:
1) Telah ditetapkan dalam Perda, dan
2) Tercatat pada statistik desa/ Kecamatan, dan
3) Penduduk > 10 KK dan terdiri dari < 10 rumah.
4) tidak berlaku pada provinsi yang luas kawasan Hutannya <30%
Menegaskan penguasaan tanah dan akses dalam
kawasan hutan
Pengajuan permohonan
pada
Bupati/Walikota /Gubernur
Pengajuan permohonan
pada
Bupati/Walikota /Gubernur
IP4T melaksanakan identifikasi dan
pemeriksaan lapangan
IP4T melaksanakan identifikasi dan
pemeriksaan lapangan
Musyawarah para pihak
Musyawarah para pihak
Penetapan hak komunal oleh Bupati/Walikota
/Gubernur
Penetapan hak komunal oleh Bupati/Walikota
/Gubernur
Penetapan hak atas tanah dan
pendaftaran sertifikat oleh Kepala Kantor
Pertanahan
Penetapan hak atas tanah dan
pendaftaran sertifikat oleh Kepala Kantor
Pertanahan
Pengakuan hak komunal melalui Permen Agraria dan Penataan Ruang 9/2015.
Tentang Pengelolaan Hutan Hak dan
Hutan Adat
Kawasan Hutan Kawasan Hutan
Hutan Negara Hutan Negara
Tanah dikuasai negara Tanah dikuasai
negara
Hutan Desa, HKm, HTR, Zonasi, PHBM, akses non
komersial Hutan Desa, HKm,
HTR, Zonasi, PHBM, akses non
komersial
Hutan Hak Hutan Hak
Tanah dibebankan hak (Pendaftaran
tanah/penetapan hak atas tanah, PP
24/1997)
Tanah dibebankan hak (Pendaftaran
tanah/penetapan hak atas tanah, PP
24/1997)
Pengelolaan hutan hak (Permen LHK
32/2015)
Pengelolaan hutan hak (Permen LHK
32/2015)
Hutan Adat Hutan Adat
Tanah dikuasai MHA (Permendagri
52/2014, PermenAg dan PR
9/2015) Tanah dikuasai MHA (Permendagri
52/2014, PermenAg dan PR
9/2015)
Pengelolaan hutan ada (belum ada aturan khusus) Pengelolaan hutan