BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Berpikir kritis merupakan proses mental untuk menganalisis informasi yang diperoleh. Informasi tersebut didapatkan melalui pengamatan, pengalaman, komunikasi, atau membaca. Selain itu, berpikir kritis didefinisikan sebagai berpikir untuk menyelidiki secara sistematis proses berpikir itu sendiri. Maksudnya tidak hanya memikirkan dengan sengaja, tetapi juga meneliti bagaimana kita dan orang lain menggunakan bukti dan logika. Brookhart menyebutkan bahwa yang termasuk berpikir kritis menurut Barahal adalah meliputi reasoning (penalaran), questioning
(mempertanyakan) dan investigating (menyelidiki), observing (mengamati) dan describing (menggambarkan), comparing (membandingkan) dan
connecting (menghubungkan), menemukan kompleksitas, dan menjelajahi sudut pandang.
Berpikir kreatif adalah suatu proses berpikir yang menghasilkan bermacam-macam kemungkinan jawaban. Dalam pemecahan masalah apabila menerapkan berpikir kreatif, akan menghasilkan banyak ide-ide yang berguna dalam menemukan penyelesaian masalah. Berpikir kreatif sebagai kombinasi antara berpikir logis dan berpikir divergen yang didasarkan pada intuisi tapi masih dalam kesadaran. Ketika seseorang menerapkan berpikir kreatif dalam suatu praktek pemecahan masalah, pemikiran divergen menghasilkan banyak ide yang berguna dalam menyelesaikan masalah. Dalam berpikir kreatif dua bagian otak akan sangat diperlukan. Keseimbangan antara logika dan kreativitas sangat penting.
berpikir tingkat tinggi. kemampu-an berpikir tingkat tinggi (HOTS) meliputi kemam-puan logika dan penalaran (logic and reasoning), analisis (analysis), evaluasi (evalu-ation), dan kreasi (creation), pemecahan ma-salah (problem solving), dan pengambilan keputusan (judgement).
Self Regulasi atau pengaturan diri adalah kemampuan dalam diri seseorang untuk memunculkan dan memonitor sendiri pikiran, perasaan dan perilaku untuk mencapai suatu tujuan tertentu, dalam hal ini ialah tujuan belajar. pengelolaan diri berkaitan dengan pembangkitan diri baik pikiran, perasaan serta tindakan yang direncanakan dan adanya timbal balik yang disesuaikan pada pencapaian tujuan personal. Dengan kata lain, pengelolaan diri berhubungan dengan metakognisi, motivasi dan perilaku yang berpartisipasi aktif untuk mencapai tujuan personal. Dalam hal ini tujuan yang dimaksud bersifat umum, misalnya tujuan dalam belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa regulasi diri yang dimaksud dalam penelitian ini ialah kemampuan seseorang dalam mengontrol perilakunya sendiri, meliputi aspek metakognisi, motivasi dan perilaku.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Apa yang dimaksud dengan berfikir kritis,kemampuan berfikir kritis ? 2. Apa yang dimaksud dengan berfikir kreatif,tahapan,faktor-faktor, dan
ciri berfikir kreatif ?
3. Apa yang di maksud dengan HOTS?
4. Apa yang dimaksud dengan Self Regulation,faktor dan fase self regulation ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
1. Mengetahui tentang berfikir kritis dan kemampuan berfikir kritis 2. Mengetahui tentang berfikir kreatif,tahapan,faktor-faktor, dan ciri
3. Mengetahui tentang HOTS
4. Mengetahui tentang self regulation,faktor dan fase self regulation
BAB II PEMBAHASAN 2.1 BERPIKIR KRITIS
2.1.1 Pengertian Berfikir Kritis
Menurut Inch berpikir kritis adalah proses dimana seseorang mencoba menjawab pertanyaan yang sulit yang informasinya tidak ditemukan pada saat ini secara rasional. Berpikir kritis merupakan proses mental yang terorganisasi dengan baik dan berperan dalam proses mengambil keputusan untuk memecahkan masalah dengan menganalisis dan menginterpretasikan data.
konsep berpikir kritis, yaitu: Kemampuan
-kemampuan untuk memahami masalah, menyeleksi informasi yang penting untuk menyelesaikan masalah, memahami asumsi.
-asumsi, merumuskan dan menyeleksi hipotesis yang relevan, serta menarik kesimpulan yang valid dan menentukan kevalidan.
kesimpulan
-kesimpulan berpikir kritis adalah sebuah proses yang kompleks dan jika dilakukan dengan baik, berpikir kritis akan membantu kita dalam mengkaji gagasan.
-gagasan yang rumit secara sistematis untuk dapat memahami lebih baik, baik dalam masalah ataupun akibat.
mencari semua argumen,fakta, dan penalaran. penalaran yang relevan yang dapat mendukung pembuatan keputusan yang baik.1
Sedangkan menurut Menurut Alec Fisher bahwa, berpikir kritis merupakan ‘berpikir reflektif’ dan mendefinisikannya sebagai berikut; Pertimbangan yang aktif, persistent (terus-menerus), dan teliti mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja dipandang dari sudut alasan-alasan yang mendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang menjadi kecenderungannya.
Berpikir kritis bertujuan untuk membuat siswa mampu mentransfer prinsip-prinsip abstrak dengan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Artinya siswa yang dapat berpikir kritis akan mampu mengumpulkan dan menilai informasi yang relevan, menghasilkan kesimpulan dan pemecahan masalah dengan alasan yang baik, juga berpikir kritis merupakan pemahaman dan evaluasi yang terampil pada observasi, komunikasi, informasi dan argumentasi.
Indikator berpikir kritis menurut Alec Fisher diantaranya yaitu: 1) Mengenal masalah
2) Mencari cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah-msalah itu
3) Mengumpulkan data dan menyusun informasi yang diperlukan 4) Mengenal asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang tidak dinyatakan 5) Memahami dan menggunakan bahasa secara tepat, jelas dan khas 6) Menganalisis data
7) Menilai fakta dan mengevaluasi pernyataan-pernyataan
8) Mengenal adanya hubungan yang logis antar masalah-masalah
9) Menarik kesimpulan-kesimpulan dan kesamaan-kesamaan yang diperlukan
10) Menguji kesamaan-kesamaan dan kesimpulan-kesimpulan yang seseorang ambil
11) Memnyusun kembali pola-pola kenyakinan seseorang berdasarkan pengalaman yang lebih luas
12) Membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal yang kualitas-kualitas tertentu dalam kehidupan sehari-hari.
Kemudian, Fisher mendefinisikan kriteria berpikir kritis sebagai:
1. Suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang; 2. pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran
yang logis semacam suatu keterampilan untuk menerapkan metode-metode tersebut.
3. Berpikir kritis menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan.
Istilah berpikir kritis (critical thinking) sering disamakan artinya dengan berpikir konvergen, berpikir logis (logical thinking) dan reasoning. R.H Ennis mengungkapkan bahwa berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Oleh karena itu, indikator kemampuan berpikir kritis dapat diturunkan dari aktivitas kritis siswa sebagai berikut :
(1). Mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan. (2). Mencari alasan.
(3). Berusaha mengetahui informasi dengan baik.
(4). Memakai sumber yang memiliki kredibilitas dan menyebutkannya. (5). Memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan.
(6). Berusaha tetap relevan dengan ide utama. (7). Mengingat kepentingan yang asli dan mendasar. (8). Mencari alternatif.
(9). Bersikap dan berpikir terbuka.
(11). Mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan.
(12). Bersikap secara sistimatis dan teratur dengan bagian-bagian dari keseluruhan masalah.
Indikator kemampuan berpikir kritis yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 1 adalah mampu merumuskan pokok-pokok permasalahan. Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 3, 4, dan 7 adalah mampu mengungkap fakta yang dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu masalah. Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 2, 6, dan 12 adalah mampu memilih argumen logis, relevan dan akurat. Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 8 dan 10, dan 11 adalah mampu mendeteksi bias berdasarkan pada sudut pandang yang berbeda. Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 5 dan 9 adalah mampu menentukan akibat dari suatu pernyataan yang diambil sebagai suatu keputusan.
2.1.2 Indikator Berfikir Kritis
Indikator-indikator kemampuan berpikir kritis menurut R.H Ennis terdiri atas dua belas komponen yaitu:
1. Merumuskan masalah; 2. Menganalisi argumen;
3. Menanyakan dan menjawab pertanyaan; 4. Menilai kredibilitas sumber informasi;
5. Melakukan observasi dan menilai laporan hasil observasi; 6. Membuat deduksi dan menilai deduksi;
7. Membuat induksi dan menilai induksi; 8. Mengevaluasi;
9. Mendefinisikan dan menilai definisi; 10. Mengidentifikasi asumsi;
11. Memutuskan dan melaksanakan; dan 12. Berinteraksi dengan orang lain.
dapat diyakini kebenarannya. Jadi, keterampilan berpikir kritis tidak lain merupakan keterampilan keterampilan memecahkan masalah (problem solving) yang menghasilkan pengetahuan yang dapat dipercaya. Sehingga, ada dua hal tanda utama berpikir kritis. Pertama, berpikir kritis adalah berpikir layak, memandu ke arah berpikir deduksi dan pengambilan keputusan yang benar dan didukung oleh bukti bukti yang benar. Kedua, berpikir kritis adalah berpikir reflektif yang menunjukkan kesadaran yang utuh dari langkah langkah berpikir yang mengarah kepada deduksi dan pengambilan keputusan.2
2.1.3 Instrumen Berfikir Kritis
Kisi-kisi soal berfikir kritis
No Aspek Indikator Subindikator No
soal 1 Memberika
n penjelasan sederhana
Memfokuskan pertanyaan
Menganalisis argumen
Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan
Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan
kemungkinan jawaban
Menjaga kondisi berpikir
Mengidentifikasi kesimpulan
Mengidentifikasi kalimat-kalimat pertanyaan
Mengidentifikasi kalimat-kalimat bukan pertanyaan
Mengidentifikasi dan menangani suatu
ketidaktepatan
Bertanya dan menjawab pertanyaan
Melihat struktur dari suatu argumen
Membuat ringkasan
Menyebutkan contoh
Memberikan penjelasan Sederhana
2 Membangu n
keterampila n dasar
Mengobservasi dan
mempertimban gkan laporan observasi
Mempertimban gkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak
Melibatkan sedikit dugaan
Menggunakan waktu yang singkat antara observasi dan laporan
Melaporkan hasil observasi
Merekam hasil observasi
Menggunakan bukti-bukti yang benar
Menggunakan akses yang baik
Menggunakan teknologi
Mempertanggung jawabkan hasil observasi
Mempertimbangkan keahlian
Mempertimbangkan kemenarikan konflik
Mempertimbangkan kesesuaian sumber
Mempertimbangkan reputasi
Mempertimbangkan
penggunaan prosedur yang tepat
Mempertimbangkan risiko untuk reputasi
Kemampuan untuk memberikan alasan Kebiasaan berhati-hati 3 Menyimpul
kan
Mendeduksi dan
mempertimban gkan hasil deduksi
Menginduksi dan
mempertimban gkan hasil induksi
Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan
Siklus logika Euler
Mengkondisikan logika
Menyatakan tafsiran
Mengemukakan hal yang umum
Mengemukakan kesimpulan dan hipotesis
mengemukakan hipotesis
merancang eksperimen
menarik kesimpulan sesuai fakta
menarik kesimpulan dari hasil menyelidiki
Membuat dan menentukan hasil pertimbangan
berdasarkan latar belakang fakta-fakta
Membuat dan menentukan hasil pertimbangan
berdasarkan akibat
Membuat dan menentukan hasil pertimbangan
berdasarkan penerapan fakta
Membuat dan menentukan hasil pertimbangan keseimbangan dan masalah 4 Memberika n penjelasan lanjut Mendefinisika n istilah danmempertim bangkan suatu definisi Mengidentifika si asumsi-asumsi
Membuat bentuk definisi
Strategi membuat definisi
bertindak dengan
memberikan penjelasan lanjut
mengidentifikasi dan menangani ketidakbenaran yg disengaja Membuat isi definisi.
Penjelasan bukan pernyataan Mengonstruksi argumen 5 Mengatur strategi dan taktik Menentukan suatu tindakan Berinteraksi dengan orang lain
Mengungkap masalah
Memilih kriteria untuk mempertimbangkan solusi yang mungkin
Merumuskan solusi alternatif
Menentukan tindakan sementara
Mengulang kembali
Mengamati penerapannya
Menggunakan argumen
Menggunakan strategi logika
Menggunakan strategi retorika
Menunjukkan posisi, orasi,
atau tulisan
Contoh soal
Memfokuskan pada pertanyaan
1. Perhatikan pernyataan berikut : lambung, mulut, usus halus, anus, usus besar. Sebutkan urutan saluran pencernaan pada manusia!
Menganalisis argumen
2. Dari sebuah eksperimen, diperoleh data sebagai berikut :
No Suhu (C0) Proses perubahan wujud zat
Wujud benda 1
2 3 4 5
< 0 40 90 95 > 95
Mencair Mencair Mendidih Menguap Menguap
Padat - cair Cair Cair – gas Cair – gas Cair - gas Bagaimana pendapat anda tentang data diatas?
2.2 BERPIKIR KREATIF
2.2.1 Pengertian Berpikir Kreatif
Menurut Torrance kreativitas adalah proses kemampuan individu untuk memahami kesenjangan atau hambatan dalam hidupnya, merumuskan hipotesis baru, dan mengomunikasikan hasil-hasilnya, serta sedapat mungkin memodifikasi dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan.3
Menurut Munandar berpikir kreatif adalah aktivitas untuk melihat atau memikirkan hal-hal yang luar biasa, yang tidak lazim, memadukan informasi yang tampaknya tidak berhubungan dan mencetuskan solusi atau
gagasan-gagasan baru yang menunjukan kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), orisinalitas dalam berpikir (originality) dan elaboration.
Berpikir kreatif adalah suatu proses berpikir yang menghasilkan bermacam-macam kemungkinan jawaban. Dalam pemecahan masalah apabila menerapkan berpikir kreatif, akan menghasilkan banyak ide-ide yang berguna dalam menemukan penyelesaian masalah. Berpikir kreatif sebagai kombinasi antara berpikir logis dan berpikir divergen yang didasarkan pada intuisi tapi masih dalam kesadaran. Ketika seseorang menerapkan berpikir kreatif dalam suatu praktek pemecahan masalah, pemikiran divergen menghasilkan banyak ide yang berguna dalam menyelesaikan masalah. Dalam berpikir kreatif dua bagian otak akan sangat diperlukan. Keseimbangan antara logika dan kreativitas sangat penting. Jika salah satu menempatkan deduksi logis terlalu banyak, maka kreativitas akan terabaikan. Dengan demikian untuk memunculkan kreativitas diperlukan kebebasan berpikir tidak dibawah kontrol dan tekanan.4
Dalam KBBI, kreatif didefenisikan sebagai kemampuan untuk mencipta atau proses timbulnya ide baru. Pada intinya pengertian kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menciptakan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, dalam bentuk ciri-ciri aptitude maupun non aptitude, dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, dan semuanya relatif berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya. Sebenarnya, ada banyak pengertian kreativitas, misalnya ada yang mengartikan kreativitas sebagai upaya melakukan aktivitas baru dan mengagumkan. Di lain pihak, ada yang menganggap bahwa kreativitas adalah menciptakan inovasi baru yang mencengangkan.
2.2.2 Tahapan Proses Berfikir Kreatif
Terdapat 3 tahapan perkembangan kreativitas diantaranya:
1. Tahap prekonvensional (Preconventional phase) Tahap ini terjadi pada usia 6 – 8 tahun. Pada tahap ini, individu menunjukkan spontanitas dan emosional dalam menghasilkan suatu karya, yang kemudian mengarah kepada hasil yang aestetik dan menyenangkan. Individu menghasilkan sesuatu yang baru tanpa memperhatikan aturan dan batasan dari luar. 2. Tahap konvensional (Conventional phase) Tahap ini berlangsung pada
usia 9– 12 tahun. Pada tahap ini kemampuan berpikir seseorang dibatasi oleh aturan-aturan yang ada sehingga karya yang dihasilkan menjadi kaku. Selain itu, pada tahap ini kemampuan kritis dan evaluatif juga berkembang.
3. Tahap poskonvensional (Postconventional phase) Tahap ini berlangsung pada usia 12 tahun hingga dewasa. Pada tahap ini, individu sudah mampu menghasilkan karya-karya baru yang telah disesuaikan dengan batasan- batasan eksternal dan nilai-nilai konvensional yang ada di lingkungan.
Kreativitas dapat ditingkatkan dengan cara memahami bahwa proses kreatif terdiri dari empat tahap yang masing-masing membutuhkan kerja keras, yaitu:
1. Persiapan : proses mengumpulkan informasi, menganalisa dan mengeksplor solusi. Langkah ini mencakup persiapan akal untuk siap berfikir kreatif, Pelatihan formal, pelatihan saat kerja, pengalaman bekerja dan mengambil peluang belajar lainnya. Pelatihan ini memberikan dasar cara membangun kreatifitas dan inovasi.
2. Inkubasi : Alam bawah sadar memerlukan waktu untuk merefleksi informasi yang dikumpulkan
3. Penerangan : inspirasi tidak datang saat seseorang sedang memikirkan suatu masalah, melainkan ketika dia berada dalam keadaan yang rileks. fase dalam proses kreatif ini terjadi selama fase inkubasi ketika terobosan spontan menyebabkan seorang tersebut mendapatkan suatu pencerahan
simulasi, menguji pemasaran produk atau jasa, menetapkan program pemandu dalam skala kecil, membuat prototype dan banyak kegiatan lainnya yang dirancang untuk memverifikasi bahwa ide baru tersebut bisa diterapkan dengan berhasil dan praktis.
1.2.3 Aspek Berfikir Kreatif
Torrance membagi bebrapa aspek kemampuan berfikir kreatif sebagai berikut :
1. Kelancaran (fluency), merupakan kemampuan untuk menghasilkan sejumlah ide.
2. Keluwesan atau fleksibilitas (flexibility), merupakan kemampuan menghasilkan ide-ide beragam.
3. Kerincian atau elaborasi (elaboration), merupakan kemampuan mengembangkan, membumbui, atau mengeluarkan sebuah ide.
4. Orisinalitas (originality), merupakan kemampuan untuk menghasilkan ide yang tidak biasa di antara kebanyakan atau jarang
2.2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Berfikir Kreatif
Ada tiga aspek yang secara umum menandai orang-orang kreatif :
1. Kemampuan kognitif: termasuk di sini kecerdasan di atas rata-rata, kemampuan melahirkan gagasan-gagasan baru, gagasan-gagasan yang berlainan, dan fleksibilitas kognitif.
2. Sikap yang terbuka: orang kreatif mempersiapkan dirinya menerima stimuli internal maupun eksternal.
3. Sikap yang bebas, otonom, dan percaya pada diri sendiri: orang kreatif ingin menampilkan dirinya semampu dan semaunya, ia tidak terikat oleh konvensi-kovensi. 5
1.2.5 Ciri-Ciri Berfikir Kreatif
Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukan kreativitas sebagai berikut ini ciri-ciri berpikir kreatif pada siswa : 6
1. Ketrampilan Berpikir Lancar
2. Ketrampilan Berpikir Luwes (Fleksibel) 3. Ketrampilan Berpikir Orisinal
4. Ketrampilan Memperinci (Mengelaborasi) 5. Ketrampilan Menilai (Mengevaluasi) 6. Memiliki Rasa Ingin Tahu
7. Bersifat Imajinatif
8. Merasa Tertantang Oleh Kemajemukan 9. Memiliki Sifat Berani Mengambil Resiko
10. Memiliki Sifat Menghargai Dilihat dari bagaimana perilaku anak yang menghargai hak-hak diri sendiri dan hak-hak orang lain.
2.2.6 Instrumen Berfikir Kreatif
Kisi-kisi sola berfikir kreatif
no Aspek
Kemampuan berfikir kreatif
Indikator berfikir kratif No Soal
1 Kemampuan berfikir lancar
(Fluency)
a. Lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya
b. Memberikan banyak gagasan mengenai suatu masalah 2 Kemampuan
berfikir luwes (Flexibility)
a. Memberikan bermacam-macam penafsiran terhadap suatu gambar, cerita, atau masalah;
b. Jika diberi sutau masalah
biasanya memikirkan bermacam-macam cara yang
berbeda untuk
menyelesaikannya;
c. Menggolongkan hal-hal menurut pembagian (kategori) yang berbeda. 3 Kemampuan
berfikir asli (Originality)
a. Memikirkan masalah-masalah atau hal-hal yang tidak terpikirkan oleh orang lain
b. Memilih cara berfikir lain dari yang lain
4 Kemampuan berfikir merinci
(Elaboration)
a. Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain.
Contoh soal
1. Mengapa ketika seseorang membangun rumah, memberikan besi pada tembok bangunan. Apa alsanya, dan apa hubnganya dengan tumbuhan?
2.2 HOTS (High Order Thinking Skills)
2.3.1 pengertian HOTS (High Order Thinking Skills)
atau menemukan kemungkinan jawaban. Menurut King, Goodsone dan Rohani dimana untuk menghasilkan proses berfikir tingkat tinggi, pertanyaan harus mendapatkan jawaban yang belum pernah disajikan7. Keterampilan berpikir tingkat tinggi atau dalam bahasa inggrisnya Higher Order Thinking Skill adalah pola berpikir siswa dengan mengandalkankemampuan untuk menganalisis, mencipta, dan mengevaluasi semua aspekdan masalah.
HOTS memiliki empat aspek, yaitu:
1. Problem solving atau proses dalam menemukan masalah serta cara memecahkan masalah berdasarkan informasi yang nyata, sehingga dapa tditarik kesimpulan.
2. Keterampilan pengambilan keputusan, yaitu ketrampilan seseorang dalam memecahan masalah melalui pengumpulan informasi untuk kemudian memilih keputusan terbaik dalam memecahkan masalah.
3. Keterampilan berpikir kritis, adalah usaha untuk mencari informasi yang akurat yang digunakan sebagiamana mestinya pada suatu masalah
4. Keterampilan berpikir kreatif, artinya menghasilkan banyak ide sehingga menghasilkan inovasi baru untuk
memecahkan masalah8.
2.3.2 Aspek HOTS
Dimensi proses berpikir dalam Taksonomi Bloom sebagaiman yang telah disempurnakan oleh Anderson dan Krathwohl terdiri atas kemampuan: mengetahui (knowing
-7 King, F.J., Goodson, L., Rohani, F. Hingher Order Thinking Skill. A Publication of Educatinal Services Program, now known as the center for Advancement of Learning and Assesment. 2004. h.1
C1), memahami (understanding-C2), menerapkan (applying-C3), menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6). Soal-soal HOTS pada umumnya mengukur kemampuan pada ranah menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6).
Berdasarkan definisi-definisi dari para ahli diatas dapat diketahui bahwa tes berfikir HOTS memuat soal-soal yang memiliki ranah kognitif analisis, evaliasi dan mengkreasi. Adapun indikator berfikir HOTS adalah menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan.
1.Menganalisis (C4)
Mengenalisis adalah kemampuan menguraikan konsep ke dalam bagian-bagian yang lebih mendetail. Kemampuan menganalisis yaitu salah satu komponen yang penting untuk proses tujuan pembelajaran. Adapun contoh dari indikator menganalisis sebagai berikut:
a) Menganalisis informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya.
b) Mampu mengenali serta membedakan factor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit
c) Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan 2. Mengevaluasi (C5)
yaitu memeriksa (checking) dan mengkritik (critiquing). Adapun contoh dari indikator mengevaluasi sebagai berikut: a) Memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, dan
metodologi dengan menggunakan criteria yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektifitas dan manfaatnya.
b) Membuat hipotesis, mengkritik dan melakukan pengujian.
c) Menerima atau menolak suatu pernyataan berdasarkan criteria yang telah ditetapkan.
3. Menciptakan (C6)
Mencipta ialah proses kognitif yang melibatkan kemampuan mewujudkan konsep pada suatu produk. Siswa dikatakan memiliki kemampuan proses kognitif menciptakan, apabila siswa tersebut dapat membuat produk baru. Berpikir kreatif dalam konteks ini yaitu merujuk pada kemampuan siswa dalam mensintesis informasi ke bentuk yang lebih menyeluruh. Proses kognitif pada menciptakan meliputi merumuskan, merencanakan, dan memproduksi. Adapun contoh dari indikator menciptakan sebagai berikut:
a) Membuat generalisasi suatu ide atau cara pandang terhadap sesuatu.
b) Merancang suatu cara untuk menyelesaikan masalah. c) Mengorganisasikan unsur-unsur atau menjadi struktur
baru yang belum pernah ada sebelumnya.9 2.3.3 Faktor – Faktor yang mempengaruhi berpikir HOTS
1. Memiliki kemampuan berfikir inofatif
2. Memiliki kemampuan berfikir kritis dan kreatif 3. Memiliki kemampuan berfikir aktif
4. Memiliki kemampuan berfikir sistematis
5. Memiliki kemampuan berfikir logis
6.Kemauan untuk bekerja sama secara efektif.
7. Adanya dukungan dari keluarga
2.3.4 Ciri – ciri orang yang mempunyai pola berpikir HOTS 1.Mampu mengidentifikasi ide utama
2.menganalisis argument
3.dan menunjukkan kegunaan hal yang diketahui untuk menjawab beberapa soal, sehingga memiliki kemampuan analisis cukup baik. 4.Siswa tersebut juga mampu memberikan penilaian terhadap solusi dan
metode yang digunakan serta melakukan pengujian ulang untuk beberapa soal, sehingga memiliki kemampuan evaluasi cukup baik. 5.Siswa tersebut juga mampu merancang cara pengerjaan dan
menunjukkan jawaban benar untuk beberapa soal, sehingga memiliki kemampuan kreasi cukup baik.
Pada kemampuan logika dan penalaran, siswa menuliskan konten jawaban, bukti serta alasan, dan kejelasan gaya bahasa dengan efektif, baik, dan logis dalam menyelesaikan beberapa soal tes.10
2.3.5 Instrumen Tes Kemampuan Berpikir HOTS
Kisi – kisi Instrumen Tes Kemampuan Berpikir HOTS
Indikator Materi Indikator Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi
No. Soal
Mengidentifikasi ciri-ciri jamur berdasarkan data
Menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih keci luntuk mengenali
pola/hubungan (C4)
Menampilkan data mengenai Memisahkan informasi ke
hasil pengematan morfologi jenis-jenis jamur mikroskopis dan makroskopis
dalam bagian-bagian serta membandingkan dan mengkontraskan perbedaan bagian informasi (C4) Menyelidiki informasi
mengenai hasil pengamatan morfologi jenis-jenis jamur mikrsoskopis dan makroskopis berdasarkan hasil pengamatan
Menggunakan informasi yang dipelajari dalam situasi nyata dan spesifik (c6)
Merumuskan penjelasan terkait ciri-ciri morfologi jenis-jenis jamus mikroskopis
berdasarkan hasil pengamatan
Merumuskan pertanyaan. (C4)
Menyelidiki informasi mengenai peran jenis-jenis jamur mikroskopis dan
makroskopis dalam kehidupan
Memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan dan metodologi dengan
menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya. (c5)
Membuat hipotesis tentang peran jamur dalam kehidupan.
Membuat hipotesis, mengkritik dan melakukan pengujuan. (c5) Mendesain kegiatan praktikum
peran jamur dalam kehidupan melalui pemanfaatan jamur mikroskopis dan makroskopis dan perannya dalam
kehidupan.
Merancang suatu cara untuk menyelesaikan masalah. (c6)
A B
1. Berdasarkan gambar diatas, paparkan ciri-ciri yang terdapat pada gambar jamur di atas?
2.
2.4 SELF REGULATION 2.4.1 Pengertian Self Regulation
Self Regulasi atau pengaturan diri adalah kemampuan dalam diri seseorang untuk memunculkan dan memonitor sendiri pikiran, perasaan dan perilaku untuk mencapai suatu tujuan tertentu, dalam hal ini ialah tujuan belajar.11 pengelolaan diri berkaitan dengan pembangkitan diri baik pikiran, perasaan serta tindakan yang direncanakan dan adanya timbal balik yang disesuaikan pada pencapaian tujuan personal. Dengan kata lain, pengelolaan diri berhubungan dengan metakognisi, motivasi dan perilaku yang berpartisipasi aktif untuk mencapai tujuan personal. Dalam hal ini tujuan yang dimaksud bersifat umum, misalnya tujuan dalam belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa regulasi diri yang dimaksud dalam penelitian ini ialah kemampuan seseorang dalam mengontrol perilakunya sendiri, meliputi aspek metakognisi, motivasi dan perilaku.12
11 Adicondro, N. & Purnamasari, A. Efikasi Diri, Dukungan Sosial Keluarga dan Self Regulated Learning pada Siswa Kelas VIII. 2011:18, dikutip oleh Akhmad Faisal Hidayat .Hubungan Regulasi Diri Dengan Prestasi Belajar Kalkulus Ii Ditinjau Dari Aspek Metakognisi, Motivasi Dan Perilaku.
Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako, Volume 01 Nomor 01, 2013. Hlm 2
Regulasi diri atau kemampuan mengontrol perilaku sendiri merupakan salah satu dari sekian penggerak utama kepribadian manusia. Melalui regulasi diri, peserta didik akan mampu mencapai prestasi yang optimal selama menjalani proses pendidikan. Selain itu, regulasi diri juga dapat membantu mempercepat peserta didik dalam melakukan adaptasi dari keadaan yang tidak setimbang (disequilibrasi) menuju ke keadaan yang setimbang (equilibrasi) dalam belajar.13
2.4.2 Proses Self Regulation
Bandura mendefinisikan, self regulation sebagai kemampuan untuk mengontrol perilaku mereka sendiri dan juga bekerja keras. Penganturan diri sangat sangat meningkatkan nilai dari prinsip pengamatan jika diterapkan dalam perilaku kita sendiri. Menurut bandura ada tiga proses untuk meujudkan regulasi diri, yaitu:
a. Observasi diri (self observation)
Observasi diri yaitu seseorang mengobservasi perilakunya. Kita melihat diri kita sendiri, perilaku kita, dan menjaganya.
b. Keputusan (judgement)
Keputusan yaitu saat seseorang memutuskan apakah perilakunya sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Seseorang yang membandingkan apa yang dilihat dengan suatu standar.
c. Respon diri (self response)
Respon diri yakni saat seseorang memberikan respons kepada dirinya berdasarkan keputusan yang diambil. Jika kita lebih baik dalam pertandingan dengan standar kita, kita memberi penghargaan jawaban diri pada diri kita sendiri.14
2.4.3 Karakteristik Self Regulation
Journal(2008), Dikutip Oleh Akhmad Faisal Hidayat .Hubungan Regulasi Diri Dengan Prestasi Belajar Kalkulus Ii Ditinjau Dari Aspek Metakognisi, Motivasi Dan Perilaku. Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako, Volume 01 Nomor 01, 2013. Hlm 2
Beberapa peneliti mengemukakan karakteristik perilaku pelajar yang memiliki keterampilan self regulated learning antara lain sebagia berikut: a. terbiasa dan tahu bagaimana menggunkan strategi kognitif (pengulangan,
elaborasi, dan organisasi) yang membantu mereka untuk memperhatikan, mentransformasi, mengorganisasi, mengelaborasi, dan menguasai informasi.
b. Mengetahuai bagaiman merencanakan, mengorganisasikan, dan mengarahkan proses mental untuk mencapai tujuan personal (metakognisi).
c. Memperlihatkan sperangkat keyakinan motivasional dan emosi yang adaktif, seperti tingginya keyakinan diri secara akademik, memiliki tujuan belajar, mengembangkan emosi positif, terhadap tugas (senang, puas, antusias), memiliki kemampuanh untuk mengontrol memodifikasinya, serta menyesuaikan diri dengan tuntuan tugas dan situasi belajar khusus.
d. Mempu merencanakan, mengontrol waktu, dan memiliki usaha terhadap penyelesaian tugas tau bagaimana menciptakan lingkungan belajar yang menyenagkan, seperti mencari tempat belajar yang sesuai atau mencari bantuan dari guru dan teman jika menemuai kesulitan.
e. Menunjukan usaha yang beesar untuk berpartisipasi dalam mengontrol dan mengatur tugas-tugas akademik, iklim, dan struktur kelas.
f. Mampu melaukan stategi disiplin, yang bertujuan menghindari gangguan intternal dan eksternal, menjaga konsentrasi, usaha, dan motivasi selama menyelesaikan tugas.
Berdasarkan karakteristik tersebut menunjukan self regulated learning merupakan proses aktif dan konstruktif siswa dalam menetapkan tujuan untuk proses belajarnya dan berusaha untuk memonitor, meregulasi, dan mengontrol kognisi, motivasi, dan perilaku, yang kemudian semua
14
diarahkan dan didorong oleh tujuan dan mengutamakan konteks lingkungan.15
2.4.4 Indikator Self Regulation
Robert j. Marzano membagi indikator self regulation menjadi lima indikator yaitu:
a. Menyadari pemikiranya sediri b. Membuat rencana yang efektif
c. Mengenali dan menggunakan sumber-sumber informasi yang diperlukan
d. Sensitif terhadap umpan balik
e. Mengevaluasi keefektifan tindakan. 16
2.4.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi Regulasi Diri (Self Regulation)
Bokaerts dalam education psikologi jaournal, para penelitin menyepakati bahwa faktor yang paling mendasar dari self regulation adalah keinginan mencapai tujuan. Atribut personal lain yang juga terlihat dalam mempengaruhi self regulation antara lain:
a. keadaan akan penghargaan diri sendiri b. keinginan untuk mencoba
c. komitmen
d. menejemen waktu
e. kesadaran akan metakognitif f. penggunakan strategi yang efesien.
15
Wahyu bintoro, edy purwanto, dan dyah indah noviyani, “Hubungan Self Regulation Learning Dengan Kecurangan Akademik Mahasiswa”, education psychology jurnal issn 2252-634x (2013), h 60, dikutip oleh Ernawati, “Pengaruh Asesmen Portofolio Terhadap Peningkatan Self Regulation Dan Kemampuan Kognitif Siswa Kelas IX Pada Mata Pelajaran Biologi di SMAN 12 Bandar Lampung”,skripsi, (2016), h 68-69.
16
Robert j. Marzano, debra pickering, dan jay mctighe, “Assesing Student Outcomes Performance Assesment Using The Dimensions Of Learning Model”, (Alexandria, Virginia; ASCD, 1993, h 23), dikutip oleh Ernawati, “Pengaruh Asesmen Portofolio Terhadap Peningkatan Self Regulation Dan Kemampuan Kognitif Siswa Kelas IX Pada Mata Pelajaran Biologi di SMAN 12 Bandar
Adapun faktor-faktor yang muncul akibat self regulation yang buruk antara lain: inmplusivitas, tujuan akademik yang rendah, penghargaan diri yang rendah, kontrol yang buruk, serta perilaku menghindar.17
2.4.6 Instrumen Self Regulation
Kisi-Kisi Angket self regulation
Aspek Indikator Nomor Pertanyaan
Self Regulation 1. Menyadari pemikirannya
sendiri
1 s/d 20 2. Membuat rencana secara
efektif
3. Menyadari dan menggunakan sumber-sumber informasi yang diperlukan
4. Sensitif terhadap umpan balik
5. Mengevaluasi keefektifan tindakan
Jumlah 20
Angket Self Regulation
1. Menyadari pemikirannya sendiri Pilihan
skor
Pernyataan 4
3
Saya menggambarkan langkah-langkah pemikiran saya dengan rinci ketika memecahkan suatu masalah atau mengerjakan tugas, yang dapat membantu meningkatkan kemampuan dan membantu saya menjadi siswa yang lebih baik
Saya menggambarkan langkah-langkah pemikiran saya dengan cukup rinci ketika memecahkan suatu masalah atau mengerjakan tugas, yang membantu dalam belajar dan meningkatkan kemampuan saya
17
Mustika Dwi Mulyati, “Hubungan Antara Menejemen Waktu Dengan Self Regulation Learning Pada Mahasiswa, “Education Psychology Jurnal ISSN 225-634X (2013), h 45, dikutip oleh
2
1
Saya tidak memasukkan banyak sumber informasi ketika berusaha berpikir untuk memecahkan masalah atau mengerjakan tugas. saya hanya menjelaskan sedikit manfaat yang saya peroleh dari proses berpikir mengenai suatu hal yang saya pikirkan
Saya menggambarkan pemikiran saya ketika memecahkan masalah atau mengerjakan tugas, tetapi gambaran saya tersebut membingungkan yang akan berpengaruh terhadap kegiatan belajar saya
2. Membuat rencana secara efektif Pilihan skor Pernyataan 4 3 2 1
Saya menentukan tujuan dan menjelaskan masing-masing tahapan yang harus dicapai. Saya membuat jadwal secara rinci untuk masing-masing tahapan dan berusaha mengikuti jadwal tersebut Saya menentukan tujuan dan menjelaskan beberapa langkah yang harus dicapai. Saya membuat dan menggunakan jawdal
Saya mulai mengerjakan sesuatu dengan membuat jadwal yang tidak lengkap. Saya menjelaskan sedikit langkah dalam mencapai tujuan saya
Saya mulai mengerjakan sesuatu dan membiarkan semuanya terjadi apa adanya. Saya tidak menjelaskan tahapan yang harus saya capai dan saya tidak membuat jadwal.
3. Menyadari dan menggunaakan sumber-sumber informasi yang diperlukan Pilihan skor Pernyataan 4 3 2 1
Saya mempersiapkan semua sumber-sumber informasi yang diperlukan untuk belajar sebelum memulai mengerjakan tugas. saya mencari sumber-sumber informasi tersebut sampai dapat untuk menyelesaikan tugas saya.
Saya membuat daftar sumber informasi belajar yang dianggap terpenting (seperti; buku pelajaran, internet, majalah, Koran, dsb), yang diperlukan sebelum memulai mengerjakqn tugas. saya membaca kembali sumber-sumber yang tersedia dan menjelaskan sumber-sumber lain yang dapat saya temukan
Saya tidak mencek tugas saya untuk menyakinkan informasi yang saya dapat, akurat dan benar. Usaha saya hanya sedikit untuk menemukan dan memperbaiki kesalahan dari tugas yang saya kerjakan
4. Sensitif terhadap umpan balik Pilihan
skor
Pernyataan
4
3
2
1
Saya menemukan dan mendengarkan informasi tentang segala sesuatu yang saya lakukan. saya mengubah cara yang saya lakukan ketika umpan balik meyakinkan saya bahwa apa yang saya lakukan kurang baik. saya mencari saran dari sumber-sumber yang saya yakini dapat memberikan informasi lebih baik tentang tugas yang diberikan.
Saya hanya mendengarkan informasi penting tentang apa yang saya lakukan dan mempertimbangkannya apabila hal itu membantu saya dalam mengerjakan tugas. saya mengubah cara yang saya gunakan untuk menyelesaikan tugas ketika umpan balik meyakinkan saya bahwa apa yang saya lakukan kurang baik. Saya mendengarkan informasi tentang apa yang saya lakukan jika informasi tersebut mudah diperoleh. apabila saya tidak suka dengan sumber informasi tersebut, saya mengabaikannya. saya tidak suka mendengarkan saran dari orang lain
Saya tidak mendengarkan informasi yang diterima mengenai apapun yang saya lakukan. saya menolak menerima informasi yang berkaitan dengan mengubah cara/langkah saya dalam mengerjakan tugas
5. Mengevaluasi keefektifan tindakan Pilihan
skor
Pernyataan 4
3
2
Saya mengoreksi secara rinci bagaimana saya mengerjakan tugas dengan melihat nilai yang diberikan dan mencoba mengetahui bagaimana orang lain mengoreksi tugas saya. saya menjelaskan pengaruh dari tugas yang saya kerjakan untuk saat sekarang dan masa mendatang. saya belajar dari keberhasilan dan kegagalan saya
1 Saya mengoreksi bagaimana saya mengerjakan tugas saya, berdasarkan pendapat saya sendiri. saya menjelaskan bagaimana saya belajar dari tugas-tugas saya
BAB III KESIMPULAN
1. Berpikir kritis merupakan proses mental untuk menganalisis informasi yang diperoleh. Informasi tersebut didapatkan melalui pengamatan, pengalaman, komunikasi, atau membaca. Selain itu, berpikir kritis didefinisikan sebagai berpikir untuk menyelidiki secara sistematis proses berpikir itu sendiri. Maksudnya tidak hanya memikirkan dengan sengaja, tetapi juga meneliti bagaimana kita dan orang lain menggunakan bukti dan logika.
2. Berpikir kreatif adalah suatu proses berpikir yang menghasilkan bermacam-macam kemungkinan jawaban. Dalam pemecahan masalah apabila menerapkan berpikir kreatif, akan menghasilkan banyak ide-ide yang berguna dalam menemukan penyelesaian masalah. Berpikir kreatif sebagai kombinasi antara berpikir logis dan berpikir divergen yang didasarkan pada intuisi tapi masih dalam kesadaran.
3. Tujuan utama dari high order thinking skills adalah bagaimana meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik pada level yang lebih tinggi, terutama yang berkaitan dengan kemampuan untuk berpikir secara kritis dalam menerima berbagai jenis informasi, berpikir kreatif dalam memecahkan suatu masalah menggunakan pengetahuan yang dimiliki serta membuat keputusan dalam situasi-situasi yang kompleks.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. dan Asrori. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2011
Ernawati, “Pengaruh Asesmen Portofolio Terhadap Peningkatan Self Regulation Dan Kemampuan Kognitif Siswa Kelas IX Pada Mata Pelajaran Biologi di SMAN 12 Bandar Lampung”,skripsi, 2016
Fasikhah, Siti Suminarti Dan Siti Fatimah. “Self-Regulated Learning (Srl) Dalam Meningkatkan Prestasi Akademik Pada Mahasiswa”. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang. Vol. 01, No.01, 2013
Hidayat, Akhmad Faisal.”Hubungan Regulasi Diri Dengan Prestasi Belajar Kalkulus Ii Ditinjau Dari Aspek Metakognisi, Motivasi Dan Perilaku”.
Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako, Volume 01 Nomor 01, 2013
Irawan, Deddy. Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Dan Kemandirian Melalui Pembelajaran Model 4K Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa Kelas VII.Skripsi. Semarang: Program Studi Pendidikan Matematika. FMIPA. Universitas Negeri Malang. 2015
King, F.J., Goodson, L., Rohani, F. “Hingher Order Thinking Skill. A Publication of Educatinal Services Program, now known as the center for Advancement of Learning and Assesment”. 2004.
Martina. “Pengembangan Instrumen Tes Higher Order Thinking Skill (Hots) Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear DuaVariabel Dan Teorema Pythagoras Kelas VIIISMP Citra Samata Kab. Gowa”. UIN Alauddin Makssar. Skripsi. 2017
Munandar, Utami. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah . Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia . 1999
Pehkonen, Erkki. “The State-of-Art in Mathematical Creativity”. Jurnal Electronic Edition ISSN 1615-679X . Vol. 29 No.3.1997
Julianingsih, Suhaesti. “Pengembangan Instrumen Asesmen Higher Order Thinking Skill (Hots) Untuk Mengukur Dimensi Pengetahuan IPA Siswa Di Smp” Skripsi. 2017