• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai Ekonomi Air Resapan Hutan Lindung Gunung Sinabung Dan Twa Deleng Lancuk Untuk Kebutuhan Sektor Rumah Tangga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Nilai Ekonomi Air Resapan Hutan Lindung Gunung Sinabung Dan Twa Deleng Lancuk Untuk Kebutuhan Sektor Rumah Tangga"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Hutan sebagai Pengatur Tata Air

Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1)

undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Menurut

Undang-undang tersebut. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan

berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan

alam lingkungan, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Dalam

daur hidrologi, hutan mempunyai pengaruh dan peranan yang sangat penting.

Keberadaan penutupan hutan terhadap siklus hidrologi sangat penting, terutama

terhadap neraca air dan iklim mikro. Selan itu hutan juga dapat memberikan

naungan, mengurangi kecepatan angin, debu dan suara serta menurunkan suhu

yang ekstrim. Hutan mampu mengintersepsikan curahan hujan, mengurangi dan

mencegah bahaya erosi serta mengurangi limpasan permukaan (surface run of ). Hutan diyakini salah satunya berfungsi sebagai pengatur tata air, menjaga

waktu dan penyebaran aliran air sungai, menjaga iklim mikro dan mampu

melindungi daerah dibawahnya dari berbagai bencana seperti banjir. Telah banyak

penelitian di berbagai negara yang mempelajari pengaruh pengaturan jumlah dan

komposisi vegetasi hutan terhadap perilaku aliran air, menunjukkan bahwa aliran

air tahunan meningkat jika vegetasi dihilangkan atau dikurangi dalam jumlah

cukup (Asdak, 1995).

Sebagai unsur pengatur hidro-orologis, hutan beserta komponen vegetasi

stratanya merupakan sistem pengatus dan berfungsi efektif dalam melindungi

(2)

hujan agar tetap berada di tanah lapisan permukaan, mengendalikan laju limpasan

permukaan (runoff), maupun melindungi tanah dari bahaya erosi (Soerjono, 1987).

Hutan dengan penyebarannya yang luas, dengan struktur dan kompoisisi

yang beragam diharapkan mampu menyediakan manfaat lingkungan yang amat

besar bagi kehidupan manusia antara lain jasa peredaman terhadap banjir, erosi,

serta sedimentasi dan pengendalian daur air. Peran hutan dalam pengendalian daur

air dapat dikelompokan sebagai berikut:

1. Sebagai pembuang atau pengurang cadangan air di bumi melaui proses:

a) Evapotranspirasi

b) Pemakaian air konsumtif untuk pembentukan jaringan tubuh vegetasi.

2. Menambah titik-titik air di atmosfer.

3. Sebagai penghalang sampainya air ke bumi melaui proses intersepsi.

4. sebagai pengurang atau peredam energi kenetik aliran air lewat:

a) Tahapan permukaan air dari bagian batang di permukaan.

b) Tahapan aliran air permukaan karena adanya serasah dipermukaan.

5. Sebagai pendorong kearah perbaikan kemampuan watak fisik tanah untuk

memasukan air lewat system parakaran, penambahan, penambahan bahan

organik, atau adanya kegiatan biologi di dalam tanah (Suryamojo, 2004).

Penilaian Hutan

Nilai sumberdaya hutan ini dapat diklasifikasi berdasarkan beberapa

kelompok. Nilai diklasifikasikan berdasarkan cara penilaian atau penentuan besar

nilai dilakukan (Davis dan Johnson dalam Widiyastutik, dkk, 1987), yaitu dengan

(3)

kegunaan, yaitu nilai yang diperoleh dari penggunaan sumberdaya tersebut oleh

individu tertentu, dan (c) nilai sosial, yaitu nilai yang ditetapkan melalui

peraturan, hukum, ataupun perwakilan masyarakat. Membuat klasifikasi nilai

manfaat yang menggambarkan Nilai Ekonomi Total (Total Economic Value) berdasarkan cara atau proses manfaat tersebut diperoleh (Munasinghe, 1993).

Nilai guna langsung merupakan nilai dari manfaat yang langsung dapat

diambil dari SDH. Sebagai contoh manfaat penggunaan sumber daya hutan

sebagai input untuk proses produksi atau sebagai barang konsumsi. Berbeda

dengan nilai guna tidak langsung, yaitu nilai dari manfaat yang secara tidak

langsung dirasakan manfaatnya, dan dapat berupa hal yang mendukung nilai guna

langsung, seperti berbagai manfaat yang bersifat fungsional yaitu berbagai

manfaat ekologis hutan. Sedangkan nilai bukan guna yaitu semua manfaat yang

dihasilkan bukan dari hasil interaksi secara fisik antara hutan dan konsumen

(pengguna). Nilai pilihan mengacu kepada nilai penggunaan langsung dan tidak

langsung yang berpotensi dihasilkan di masa yang akan datang. Hal ini meliputi

manfaat-manfaat sumber daya alam yang disimpan atau dipertahankan untuk

kepentingan yang akan datang (sumber daya hutan yang disisihkan untuk

pemanenan yang akan datang), apabila terdapat ketidakpastian akan ketersediaan

SDH tersebut, untuk pemanfaatan yang akan dating (Munasinghe, 1993).

Nilai bukan guna meliputi manfaat yang tidak dapat diukur yang

diturunkan dari keberadaan hutan di luar nilai guna langsung dan tidak langsung.

Nilai bukan guna terdiri atas nilai keberadaan dan nilai warisan. Nilai keberadaan

adalah nilai kepedulian seseorang akan keberadaan suatu SDH berupa nilai yang

(4)

dan kultural. Sementara nilai warisan adalah nilai yang diberikan masyarakat yang

hidup saat ini terhadap SDH, agar tetap utuh untuk diberikan kepada generasi

akan datang. Nilai-nilai ini tidak terefleksi dalam harga pasar

(Bishop dalam Genoya, 1999).

Nilai Ekonomi Hutan

Hutan berfungsi sebagai pengatur tata air, yaitu dengan cara menahan air

hujan guna mengurangi erosi permukaan dan meresapkannya ke dalam tanah, dan

selanjutnya dilepas secara teratur ke dalam berbagai aliran air permukaan dan di

bawah permukaan. Distribusinya lebih baik bagi berbagai kepentingan di luar

hutannya itu sendiri (Darusman, 1993).

Nilai ekonomi dibedakan menjadi nilai guna (use value) dan nilai tanpa penggunaan (non-usevalue). Selanjutnya nilai guna dibedakan menjadi nilai guna langsung dan nilai guna tidak langsung. Contoh dari nilai guna langsung adalah

nilai untuk kayu bulat, kayu bakar, dan hasil hutan lainnya seperti madu dan air.

Nilai guna tidak langsung, di antaranya nilai terhadap konservasi lahan dan air,

penyerap karbon, pencegah banjir, dan keanekaragaman hayati. Kemudian nilai

tanpa penggunaan meliputi nilai pilihan dan nilai keberadaan. Selanjutnya seperti

yang telah dikemukakan di atas untuk sumber daya alam yang mudah diukur

kuantitasnya dan diketahui harganya di pasar baik melalui pasar yang

(5)

Teknik penilaian manfaat sumberdaya hutan berdasarkan kriteria yang

menggambarkan karakteristik setiap jenis nilai, baik nilai guna langsung, nilai

guna tidak langsung, nilai pilihan dan nilai keberadaan. Untuk metode penilaian

nilai guna langsung terdiri atas :

(i) Nilai manfaat sosial bersih

Metode ini menggunakan data demand dan supply yang lengkap secara series sehingga dapat disusun kurva supply dan demand untuk menentukan nilai

barang berdasarkan perpotongan kedua kurva tadi sebagai harga keseimbangan.

(ii) Harga pasar

Metode ini digunakan untuk barang atau jasa hutan yang memiliki harga

pasar. Data yang diperlukan adalah harga dan jumlah setiap jenis barang/jasa

hutan. Metode fakta pasar dan nilai kini bersih termasuk dalam teknik penilaian

ini. Metode nilai kini bersih mencoba untuk menghitung nilai saat ini dari hasil

penggunaan lahan hutan.

(iii) Harga pengganti

Metode ini terdiri dari beberapa teknik :

a. Harga subtitusi. Nilai barang/jasa hutan yang tidak memiliki harga pasar

didekati dari harga barang subtitusinya.

b. Harga subtitusi tidak langsung. Untuk barang subtitusi yang tidak ada harga

pasarnya, maka nilai barang didekati dari harga penggunaan lain dari barang

subtitusi.

c. Biaya oportunitas tidak langsung. Nilai barang/jasa hutan didekati dari faktor

(6)

d. Nilai tukar perdagangan. Harga barang/jasa hutan didekati dari nilai pertukaran

dengan barang yang ada harganya.

e. Biaya relokasi. Nilai barang/jasa hutan didekati dari biaya pemindahan ke

tempat lain dimana manfaat penggunaan dapat digantikan di tempat baru

(James dalam Nurfatriani, 1991).

Sumber Daya Air

Air merupakan kebutuhan utama bagi setiap insan dipermukaan bumi baik

manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. Setiap kegiatan mereka tidak lepas

dari kebutuhan akan air, bahkan segala sesuatu yang hidup berasal dari air. Tubuh

manusia itu sendiri, lebih dari 70% tersusun dari air, sehingga ketergantungannya

akan air sangat tinggi. Manusia membutuhkan air yang cukup untuk memenuhi

kebutuhan pertanian, industri, maupun kebutuhan domestik, termasuk air bersih.

Hal ini berarti bahwa pertambahan jumlah penduduk yang terus menerus terjadi,

membutuhkan usaha yang sadar dan sengaja agar sumber daya air dapat tersedia

secara berkelanjutan. Kebutuhan akan sumberdaya air dan tanah cenderung

meningkat akibat pertambahan jumlah penduduk dan perubahan gaya hidup,

sehingga kompetisi dalam pemanfaatannya juga semakin tajam baik antara sektor

pertanian dengan sektor non-pertanian maupun antar pengguna dalam sektor

pertanian itu sendiri (Sutawan, 2001).

Mata air adalah tempat dimana air tanah ke luar kepemukaan tanah,

keluarnya air tanah tersebut secara alami dan biasanya terletak di lereng- lereng

gunung atau sepanjang tepi sungai. Berdasarkan munculnya ke permukaan air

(7)

a. Mata air (graviti spring) yaitu air mengalir dengan gaya berat sendiri. Pada lapisan tanah yang permukaan tanah yang tipis, air tanah tersebut menembus

lalu keluar sebagai mata air.

b. Mata air artesis berasal dari lapisan air yang dalam posisi tertekan. Air artesis

berusaha untuk menembus lapisan rapat air dan keluar ke permukaan bumi.

Ditinjau dari sudut kesehatan, ketiga macam air ini tidaklah selalu

memenuhi syarat kesehatan, karena ketiga-tiganya mempunyai kemungkinan

untuk tercemar. Embun, air hujan dan atau salju misalnya, yang berasal dari air

angkasa, ketika turun ke bumi dapat menyerap abu, gas, ataupun meteri-materi

yang berbahaya lainnya. Demikian pula air permukaan, karena dapat

terkontaminasi dengan pelbagai zat-zat mineral ataupun kimia yang mungkin

membahayakan kesehatan (Azhar, 1990).

Konsep Valuasi Air

Potensi sumberdaya air bawah tanah tidak merata di seluruh daerah dan

keberadaannya tidak dibatasi oleh wilayah administrasi maupun lahan

kepemilikan. Nilai strategis sumber air bawah tanah tergantung dari keberadaan

sumber air alternatif lainnya. Air bawah tanah di suatu lokasi mempunyai sifat

yang strategis dan vital, apabila tidak ada sumber air alternatife lain yang dapat

dipakai sebagai sumber air baku, misalnya air sungai ataupun air yang dipasok

oleh jaringan air bersih (PDAM) sehingga air bawah tanah menjadi satu-satunya

sumber air di lokasi atau daerah tersebut. Berdasarkan keberadaan sumber air

alternatif tersebut maka nilai strategis air bawah tanah dapat dibedakan menjadi

dua daerah:

(8)

2) Daerah di dalam jangkauan sumber air alternative

Kompensasi pemulihan air bawah tanah merupakan biaya bagi usaha

perbaikan perubahan lingkungan akibat pengambilan air bawah tanah.

Kompensasi ini dikenakan bagi semua jenis pengambilan air bawah tanah dan

bagi semua tingkat dampak pengambilan air bawah tanah, baik telah ataupun

belum menimbulkan kerusakan lingkungan. Biaya kompensasi pemulihan

kerusakan lingkungan tersebut meliputi :

a. Biaya pemulihan yang diperlukan akibat terjadi penurunan muka air bawah

tanah;

b. Biaya pemulihan yang diperlukan akibat terjadi salinisasi;

c. Biaya pemulihan yang diperlukan akibat terjadi penurunan muka tanah (land subsidence);

d. Biaya pemulihan yang diperlukan akibat terjadi pencemaran air bawah tanah.

Semakin besar volume pengambilanair bawah tanah maka semakin besar

pula resiko kerusakannya sehingga besarnya kompensasi ditentukan secara

progresif tergantung besarnya volume pengambilan air bawah tanah

(Hadipuro, 2000).

Kebutuhan akan Air Rumah Tangga

Air yang dibutuhkan oleh manusia untuk hidup sehat harus memenuhi

syarat kualitas. Disamping itu harus pula dapat memenuhi secara kuantitas

(jumlahnya). Diperkirakan untuk kegiatan rumah tangga yang sederhana paling

tidak membutuhkan air sebanyak 100 L/orang/hari. Angka tersebut misalnya

untuk :

(9)

b. Mandi/mencuci pakaian dan alat rumah tangga : 45L/orang/hari

c. Masak, minum : 5L/orang/hari

d. Menggolontor kotoran : 20L/orang/hari

e. Mengepel, mencuci kendaraan : 10L/orang/hari

(Entjang, 1991).

Jumlah air untuk keperluan rumah tangga perhari perkapita tidaklah sama

untuk tiap negara. Pada umumnya, dapat dikatakan pada negara-negara yang

sudah maju, jumlah pamakaian air per hari per kapita lebih besar dari dari pada

negara berkembang. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan air sangatlah

bervariasi sehingga rata-rata pemakaian air per orang per hari berbeda untuk satu

negara dengan negara lainnya, satu kota dengan kota lainnya, satu desa dengan

desa lainnya. Dengan demikian air yang diperlukan manusia harus memenuhi

secara kuantitatif dan kualitatif. Dari aspek kuantitatif, jumlah air yang

dibutuhkan untuk keperluan minum perorang rata-rata sebanyak 2,5 liter/hari,

Secara keseluruhan kebutuhan suatu rumah tangga untuk masyarakat

Indonesia diperkirakan sebesar 60 liter/hari. Dari segi kualitas, air minum dan air

bersih harus memenuhi syarat kesehatan baik secara fisik, kimia, mikrobiologis

maupun radioaktif sesuai peraturan pemerintah melalui Dinas Kesehatan maupun

Dinas Lingkungan. Air bersih harus bebas dari mikroorganisme patogen, bahan

kimia berbahaya, warna, bau, dan kekeruhan (Sanropie, dkk. 1984 ).

Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Air

Permintaan terhadap air oleh rumah tangga dipengaruhi oleh beberapa

faktor, yaitu jumlah anggota keluarga, pendidikan, umur, pendapatan, biaya

(10)

bagaimana pengaruh dari setiap faktor tersebut terhadap permintaan air, maka

dikembangkan model kausalitas, dimana hubungan tersebut bersifat linier, yang

berarti bahwa perubahan yang terjadi pada peubah bebas akan direspon oleh

permintaan air secara proporsional (Genoya, dkk. 2007).

Kebutuhan akan penyediaan dan pelayanan air bersih dari waktu ke waktu

semakin meningkat yang cenderung tidak dapat diimbangi oleh kemampuan

pelayanan. Peningkatan kebutuhan ini disebabkan oleh peningkatan jumlah

penduduk, peningkatan kegiatan dan derajat kehidupan warga serta perkembangan

kota/kawasan pelayanan ataupun hal-hal yang berhubungan dengan peningkatan

kondisi sosial ekonomi warga yang dibarengi dengan peningkatan jumlah

kebutuhan air per kapita. Peningkatan kebutuhan air tersebut jika tidak diimbangi

dengan peningkatan kapasitas produksi air bersih akan menimbulkan masalah

dimana air bersih yang tersedia tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat pada wilayah tersebut ( Yusmansyah, 2002).

Administrasi Kabupaten Karo

Kabupaten Karo merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi

Sumatera Utara, terletak pada jajaran Dataran Tinggi Bukit Barisan dan sebelah

barat daya berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia serta merupakan

daerah hulu sungai. Secara geografis Kabupaten Karo terletak pada koordinat

2050’ –3019’ Lintang Utara dan 97055’ - 98038’ Bujur Timur.

a. Sebelah Utara : Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang

b. Sebelah Selatan : Kabupaten Dairi dan Kabupaten Samosir

c. Sebelah Barat : Provinsi Nangroe Aceh Darusalam

(11)

Kabupaten Karo mempunyai wilayah seluas 2.127,25 km2 atau 2,97% dari

luas Provinsi Sumatera Utara. Terdiri dari 17 kecamatan dan 262 desa. Wilayah

yang terluas adalah Kecamatan Mardingding yakni 267,11 km2 (12,56% dari luas

kabupaten) dan kecamatan dengan luas terkecil adalah Kecamatan Berastagi

seluas 30,5 km2 (1,43% dari luas kabupaten).

Teknik Sampling

Teknik penilaian ekonomi, khususnya untuk penilaian manfaat barang dan

jasa hasil hutan non kayu yang tidak memiliki harga pasar dalam satuan moneter

ini, sangat membantu dalam perumusan kebijakan pengelolaan hutan dan sistem

pengelolaan hutan. Karakteristik manfaat hutan yang spesifik ini membutuhkan

pendekatan teknik penilaian yang berbeda dengan manfaat hutan yang memiliki

harga pasar dan diperdagangkan. Dengan diketahuinya nilai ekonomi total dari

sumberdaya hutan, diharapkan akan menciptakan pemanfaatan sumberdaya hutan

yang lebih efisien karena manfaat hutan telah diperhitungkan secara memuaskan

dalam perhitungan ekonomis. Berbagai alasan yang masuk akal mengapa peneliti

tidak melakukan sensus antara lain adalah: (a) populasi demikian banyaknya

sehingga dalam prakteknya tidak mungkin seluruh elemen diteliti; (b)

keterbatasan waktu penelitian, biaya, dan sumber daya manusia, membuat peneliti

harus telah puas jika meneliti sebagian dari elemen penelitian; (c) bahkan kadang,

penelitian yang dilakukan terhadap sampel bisa lebih reliabel daripada terhadap

populasi, misalnya karena elemen sedemikian banyaknya maka akan

memunculkan kelelahan fisik dan mental para pencacahnya sehingga banyak

terjadi kekeliruan; (d) demikian pula jika elemen populasi homogen

(12)

Dalam analisis regresi ada dua jenis peubah, yaitu peubah penjelas

(Explanatory Variable) dan peubah repons (Response Variable). Peubah penjelas adalah suatu peubah yang nilainya dapat ditentukan atau dengan mudah dapat

diukur. Sedangkan peubah respons adalah suatu peubah yang nilainya sukar

ditentukan atau tidak mudah diukur. Biasanya kita ingin mengetahui bagaimana

perubahan-perubahan pada peubah penjelas dapat mempengaruhi nilai dari

peubah respons. Dalam permasalahan regresi ada dua kriteria yang saling

bertentangan, yaitu :

a. Agar persamaan regresi dapat bermanfaat bagi tujuan prediksi, maka kita

biasanya ingin memasukkan sebanyak mungkin peubah penjelas pada

persamaan regresi, sehingga diperoleh nilai prediksi yang baik.

b. Untuk memperoleh informasi dari banyak peubah dan melakukan pengawasan,

maka seringkali diperlukan biaya yang besar dan waktu yang lebih lama.

Akibat dari hal tersebut, maka kita menginginkan persamaan regresi yang

mencakup sesedikit mungkin peubah penjelas. Jalan tengah dari kedua kriteria

yang bertentangan tersebut biasanya dikatakan sebagai pemilihan persamaan

regresi terbaik (Fauzi, 1999).

Suatu pengamatan tentang data pencilan dapat menjadi suatu pengamatan

yang berpengaruh apabila pengamatan tersebut besar pengaruhnya dalam

pendugaan koefisien regresi. Sebaliknya, apabila ada suatu pengamatan data

pencilan yang pengaruhnya dikalahkan oleh titik-titik pada nilai-nilai x sekitarnya,

maka pengamatan tersebut tidak terlalu mempengaruhi nilai koefisien regresi

dugaannya. Dalam situasi yang pendugaan terhadap parameternya sangat

(13)

Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan memeriksa apakah

pembuangan satu atau dua pengamatan kritis akan mengubah secara berarti

persamaan regresinya serta kesimpulan-kesimpulannya (Fauzi, 1999).

Rumus umum (generik) untuk menentukan ukuran sampel, kemudian

mengkomparasikannya dengan rumus Slovin.

n = N / N.d2 + 1

Dari penurunan rumus generik di atas, dihasilkan sebuah persamaan yang persis

sama dengan rumus Slovin. Sehingga dengan mencermati persamaan-persamaan

matematis tersebut, dapat diketahui beberapa keterangan mengenai rumus Slovin

yaitu:

(1) Rumus Slovin dapat dipakai untuk menentukan ukuran sampel, hanya jika

penelitian bertujuan untuk yang menduga proporsi populasi.

(2) Asumsi tingkat keandalan 95%, karena menggunakan a=0,05, sehingga

diperoleh nilai Z=1,96 yang kemudian dibulatkan menjadi Z=2.

(3) Asumsi keragaman populasi yang dimasukan dalam perhitungan adalah

P(1-P), dimana P=0,5.

(4) Nilai galat pendugaan (d) didasarkan atas pertimbangan peneliti

Referensi

Dokumen terkait

 Membandingkan panjang dua benda dengan menuliskan istilah panjang dari, lebih pendek dari, sama panjang dengan.  Membandingkan tinggi dua buah benda dengan istilah

Melakukan penelitian dan evaluasi terhadap Data Usulan Teknis terhadap Surat Penawaran Harga yang dinyatakan lengkap dan sah dalam Berita Acara Pembukaan Dokumen

NO MATA KULIAH DOSEN HARI/TANGGAL WAKTU RUANG SESI PESERTA Elan Wisesa A Fauzi Nurhidayat Fahmi yahya Heri Sutrisno Pantomi Heri Sutrisno Pantomi.. Agus Roikhan

Hal selanjutnya yang perlu dilakukan pada pemodelan kali ini adalah menghitung matriks ko- varians dari masing-masing fungsi tujuan ke- menggunakan persamaan 2.10, dengan

Penelitian tahan III yaitu pengujian sampel yang dilakukan setelah mendapatkan perlakuan peredaman rebusan kayu secang selama 10 menit dan dibiarkan terbuka pada

Penelitian ini untuk mengetahui pengelolahan dana zakat produktif yang ada di Rumah zakat kota Malang dan model Pemberdayaan UMKM yang dilakukan oleh Rumah zakat

Dari hasil simulasi terlihat walaupun solusi bebasis algoritma konvensional memiliki tingkat overshoot yang rendah namun masih terjadi osilasi, sementara sistem berbasis

Menurut Rivai dan Basri (2007:7) kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung