• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemikiran Politik Martin Luther Tentang Relasi Agama Dan Negara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemikiran Politik Martin Luther Tentang Relasi Agama Dan Negara"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

BIOGRAFI MARTIN LUTHER

2.1 Riwayat Hidup Martin Luther

Martin Luther lahir di anak seorang, petani Ayah, nenek dan moyang Martin Luther adalah petani-petani tulen.” Demikianlah Luther pernah berkata kepada teman-temannya, para sarjana. Ciri-ciri anak petani tidak pernah lepas dari dirinya, baik secara lahiriah maupun secara rohaniah.29

29

Y. Eko Budi Susilo, Gereja dan Negara (Hubungan Gereja Katolik Indonesia dengan Negara Pancasila, Jakarta, Averros Press, 2002, hal 1

Namun ciri-ciri tersebut tidak benar secara harfiah. Ayah Luther, Hans Luther, setelah perkawinannya dengan Margaretha Lindemmannn, meninggalkan tanah pertanian orang tuanya di Mohra, disebelah barat Hutan Thuringen, untuk mencari penghidupan baginya. Ia sudah mulai bekerja di pertambangan tembaga Eisleben. Ia berperawakan kecil, tangannnya kuat. Setiap orang dapat melihat bahwa ia adalah orang yang ingin maju di dunia. Istrinya, yang perawakannnya juga tidak besar, bersedia mendapinginya. Mereka terpaksa membangun masa depan dengan tangan mereka sendiri, karena tidak seorangpun di antara keduanya yang mendapat banyak warisan. Tetapi mereka cukup gembira dan percaya kepada pertolongan Allah.

▸ Baca selengkapnya: prinsip keteladanan hidup martin luther

(2)

Ayahnya menghendaki agar ia menjadi ahli hukum. Di masa mudanya Luther dikenal sebagai mahasiswa yang cerdas dan berani. Setiap saat di waktu senggangnya ia gunakan untuk belajar, sehingga mengurangi tidurnya, bahkan kadang juga mengambil waktu makannya. Namun di atas segalanya, ia bersuka cita mempelajari firman Allah. Ia menemukan sebuah Alkitab yang dirantai ke dinding biara, sehingga untuk membacanya ia sering pergi ke situ. Sementara keyakinannya mengenai dosa semakin mendalam, ia mulai mencari pengampunan dan kedamaian atas usahanya sendiri. Ia menghidupkan suatu kehidupan yang ketat, dengan berpuasa, berjaga dan berdoa sepanjang malam, dan menyiksa diri untuk menundukkan sifat-sifat jahatnya, dimana hal ini tidak bisa diatasi oleh kehidupannnya sebagai biarawan.

Orangtua Luther sangat memperhatikan pendidikan dan pelatihan anak-anaknya. Mereka berusaha mengajarkan pengetahuan akan Allah dan mempraktikkan kebijakan Kristen. Doa-doa ayahnya sering dinaikkan dengan didengar oleh anaknya, agar anaknya boleh mengingat nama Tuhan, dan pada suatu hari membantu memajukan kebenaran-Nya. Setiap kesempatan untuk memupuk moral dan intelektual yang diberikan oleh kehidupan mereka yang keras kepada mereka untuk dinikmati, selalu dikembangkan oleh orangtua ini. Mereka berusaha dengan sungguh-sungguh dan dengan sabar untuk mempersiapkan anak-anak mereka bagi suatu kehidupan yang `saleh dan berguna, meski kadang-kadang mereka melatih terlalu keras. Bagi Luther sendiri, meskipun menyadari adanya kesalahan dalam cara orang tuanya mendidik, ia menemukan bahwa dalam disiplin yang direpakan orang tuanya terdapat lebih banyak dukungan daripada hukuman.

(3)

ke masa depan yang gelap dengan gemetar, dan dengan ketakutan yang terus-menerus menganggap Allah itu sebagai hakim yang lalim yang tidak menaruh belas kasihan, seorang tiran yang jahat, bukannya seorang Bapa Surgawi yang baik hati.

Namun, di bawah ketawaran hati yang begitu banyak, Luther terus berusaha maju menuju standar moral yang tinggi dan keungguluan intelektual yang menarik jiwanya. Ia haus akan pengetahuan, kesungguhan serta pikirannya yang praktis menuntunnya untuk menginginkan yang kuat dan berguna, daripada yang menyolok dan dangkal.

Ia kemudian mendalami teologi terutama dari paham Augustinus (Augustianisme). Dalam kehidupannya, ia pernah mengalami peristiwa mistis yang mengakibatkan dirinya gandrung akan mistisime Katolik, juga dipengaruhi oleh seorang mistikus yang bernama John Wicliff yang hidup sekitar abad XII. Setelah menyelesaikan studinya dari Universitas Wittenberg, ia menjadi guru besar tafsir Al Kitab di Universitas tersebut serta memegang sejumlah jabatan.30

30

Firdaus Syam, ,Pemikiran Politik Barat Sejarah, Filsafat, Ideologi, dan pengaruhnya Terhadap Dunia Ke-3, Jakarta: Bumi Aksara, 2007, hal 89-90

(4)

Luther masih tetap menjadi anggota gereja kepausan yang sungguh-sungguh dan tidak pernah berpikir yang lain-lain. Dengan pemeliharaan Allah ia telah dituntun untuk mengunjungi Roma. Ia melakukan perjalanan dengan berjalan kaki, dan menginap di biara-biara sepanjang perjalanan. Di salah satu biara di Italia ia dipenuhi keheranan melihat kekayaan, keindahan dan kemewahan yang disaksikannya. Para biarawan tinggal di apartemen yang megah dengan pendapatan yang memuaskan, berpakaian yang paling mewah dan paling mahal dan memakan makanan yang mewah. Dengan sangat ragu-ragu, Luther membandingkan pemandangan ini dengan penyangkalan diri dan kesukaran yang dialaminya dalam hidupnya sendiri. Pikirannya menjadi bingung.31

Hidup seseorang mahasiswa pada zaman itu sama sekali tidak memperlihatkan ciri kebebasan sebagaimana berlaku sekarang ini. Sebaliknya, siapa yang mau belajar di sebuah universitas, ia harus mondok di salah satu asrama mahasiswa yang diatur seperti biara. Seluruh studi dan kehidupan pribadi para pemuda diawasi secara ketat oleh pemimpin asrama. Siapa saja di sana yang berkelakuan tidak baik, dia tidak memperbolehkan mengikuti ujian. Di luar asrama, para mahasiswa mengenakan pakaian seragam, yaitu toga, semacam Kota Erfurt, tempat Luther akan memasuki sekolah tinggi, pada zaman itu merupakan suatu kota yang besar dan mempunyai banyak tempat industry. Walaupun masa gemilang kota itu sudah lewat, namun penduduknya, yang mempunyai gaya hidup gembira dan sering kali mewah, tampaknya belum melihatnya. Dikota itu banyak biara dan gereja juga rohaniawan yang tidak terhitung jumlahnya. Mereka mendapat tumpangan di sana.

Universitas yang usianya lebih dari seabad itu adalah salah satu universitas terbaik di Jerman, khususnya untuk jurusan hukum. Setiap tahun tidak kurang dari 400 mahasiswa mendaftarkan diri. “Siapa yang ingin belajar dengan baik, hendaklah pergi ke Erfert,” begitulah bunyi ucapannya. Luther memang melakukan keduanya. Pada tahun 1501 ia mendaftarkan diri di sana.

31

(5)

jubah yang dipakai guru besar, hakim atau pendeta dengan baret, sehingga mereka segera dapat dikenali. Di asrama ini, idup keagamaan dan kegerejaan sangat diperhatikan.

Kuliah yang harus diikuti dan buku yang harus dibicarakan di sana, semuanya itu ditetapkan lebih dahulu dengan teliti. Sebelum seseorang memulai studi yang sebenarnya pada fakultas pilihannya, dia harus lebih dulu menjalani kursus persiapan, semacam kursus pendidikan umum, selama beberapa tahun sebelum spesialisasi, yang disebut Fakultas Artes. Disanalah diberikan mata pelajaran pengetahuan umum, artes libares, keahlian-keahlian itu adalah gramatika (tata bahasa), logika, astronomi, geometri, filsafat alam (natural philosophy), metafisika, bahkan music. Siapa yang telah menyelesaikan bahan pelajaran yang tidak sedikit ini diperbolehkan mengikuti ujian dan diangkat menjadi magister (bnd. Bhs. Ing., master). Magister semacam ini dapat mengikuti studi dalam teologi, hukum, atau kedokteran. Namun demikian, sejalan dengan itu, ia sendiri dapat memberi kuliah di Fakultas Artes.

(6)

berdebat. Oleh karena itu, ia memperoleh julukan “filsuf” dari teman-temannya.32

Pada zaman itu, ajaran humanismus tumbuh dengan pesatnya suatu gerakan yang menentang scholastic dan bertujuan kembali pada sastra klasik serta semangat Yunani sehingga tidak bersikap kritis terhadap Gereja Roma. Di kota Erfurt, Luther hamper-hampir tidak berkenalan dengan gerakan ini. Ia memang membaca buku-buku dari beberapa pengarang latin, seperti Plautus dan Vergilius,

, tetapi keberatannya yang utama ialah mengenai isi pengajaran yang diberikan oleh para guru besar di Erfurt. Sebab universitas pada Abad Pertengahan tidak mengenal kebebasan pengajaran. Dengan sumpah, para dosen telah mewajibkan diri untuk menguliahkan kakarangan-karangan Amenurut asas-asas pikiran filsuf ini, para teolog Roma Katolik telah menyusun ajaran mereka. Dari segi tertentu, keadaan di Erfurt masih menguntungkan, karena di sini skolastik dikuliahkan sesuai dengan jurusan William dari Occam, seorang rahib Fransiskan Inggris. Melalui caranya sendiri, rahib ini telah berusaha menyesuaikan filsafat Aristoteles dengan dogma gereja. Dalam hal itu ia cukup berhasil melepaskan diri dari filsuf kafir tersebut. Occam telah menekankan bahwa akal budi manusia tidak sanggup memahami rahasia-rahasia iman, tatapi bahwa kemauan haruslah lebih kuat di banding akal budi. Ajaran tersebut memaksa manusa percaya pada dalil-dalil ajaran gereja, walaupun dalil itu tidak masuk akal kelihatannya.

Mengenai kemauan ini. Luther kemudian sangat menetang guru-gurunya. Saat itu ia tidak mau tahu lagi tentang ketaatan pada dogma-dogma gereja. Tetapi manusia tidak dapat dengan akal budinya menajelaskan keajaiaban-keajaiban pernyataan Allah dan kehidupan beriman. Baginya, semua itu selalu tetap merupakan rahasia dan kebodohan, namun tetap dipegang teguh oleh Luther . Malahan orang dapat berkata bahwa keajaiban pernyataan Allah ini adalah salah satu asas dasar teologinya. Tetapi kemudian, guru besarnya yang paling baik, yakni Profesor Trutvetter, sedikitpun tidak mau tahu lagi tentang dirinya, karena dia telah menghancurkan ajaran scholastic.

32

(7)

sehingga ia hafal bagian-bagian penting buku itu. Sebagai teolog, ia tetap merasa asing terhadap gerakan tersebut.

Kehidupan di asrama mahasiswa itu diatur dengan ketat. Walaupun demikian, kehidupan yang ketat tidak menutup kesempatan baginya untuk menjalin persahabatan dan beramah tamah. Betapapun keras dan tekunnya mendalami persoalan-persoalan keagamaan, ia juga sempat menikmati kesenangan dan hiburan bersama para sahabatnya. Dalam perkumpulannya, orang suka bernyanyi. Luther memainkan kecapi. Ia belajar sendiri memainkan alat itu. Ketika menjadi mahasiswa tahun kkeempat, ia mendapat kesempatan untuk memainkannya dalam sebuah peristiwa istimewa33

33

Ibid

.

Hal itu terjadi dalam liburan Paskah. Luther ingin mengunjungi orangtuanya. Bersama seorang teman ia mengadakan perjalanan dengan berjalan kaki ke Mansfeld, yang memakan waktu tiga hari. Tetapi menjelang tiba di Erfurt, kakinya mengalami luka parah akibat pedangnya sendiri tidak ada seorang pun pada zaman itu yang mengadakan perjalanan tanpa senjata. Ternyata pembuluh nadinya terkena hampir tidak mungkin menahan darah yang keluar. Sementara temannya tadi berlari ke kota untuk memanggil dokter. Luther dicekam oleh ketakutan akan kematiannya. Dalam ketakutannya itu ia berdoa dengan sepenuh hatinya, “O Maria tolonglah!”

(8)

Mengenai kehidupan kerohanian Luther selama tahun-tahun kemahasiswaannya, kita hanya mendengar sedikit saja. Sebagaimana semua orang muda, ia tentu mengalami saat-saat kebimbangan dan godaan, tetapi ia menghibur hatinya dengan ajaran gereja, doa, dan sakramen. Ia sendiri menceritakan bahwa sebagai mahasiswa yang berumur 20 tahun baru pertama kali ia menemukan sebuah Alkitab yang lengkap di perpustakaan universitas itu. Awalnya ia hanya mengenal bagian-bagian Kitab Suci yang dibacakan di gereja menurut jadwal yang tetap. Kini dengan penuh perhatian ia membaca riwayat Hanna dan Samuel. Tetapi ia tidak dapat teruas membacanya karena sudah waktunya untuk mengikuti kuliah. Orang ingin membuktikan bahwa cerita itu hanya rekaan orang saja. Sebab, sungguh mustahil jika seorang siswa dari “Saudara-saudara yang hidup rukun” belum pernah melihat Alkitab, dan seorang mahasiswa tidak boleh begitu saja mencari-cari buku di perpustakaan. Tetapi, karena Luther sendiri begitu tegas memberitahukan kenang-kenagan masa mudanya, maka keberatan semacam itu tidak lah penting. Selanjutnya, orang tentu tidak boleh menarik kesimpulan terlalu banyak dari kejadian ini.

Dalam waktu singkat, kira-kira empat tahun, Luther telah tamat dari kursus Artes. Ia menempuh ujian magister pada bulan Februari 1505, dan lulus sebagai peringkat kedua dari 17 calon. “Sungguh mulia dan hormat kalu ornag mengangkat para magister dan berjalan membawa obor di depan mereka serta menghormati mereka! Saya berpendapat bahwa tidak ada kegembiraan yang fana dan duniawi lainnya yang dapat dibandingkan dengna lulus ujian tersebut,” kata reformator itu kemudian hari. Dalam perkataan tadi, masih terasa sukacita yang tak dapat tidak memnuhi jiwanya, ketika iapertama kali boleh memakai baret magisternya dan menyelenggarakan kuliah pertamanya bagi para pemula di kursus Artes. Kegembiraan yang lebih besar lagi terjadi di rumah orangtua Luther. Ayahnya sangat bangga kepadanya, bahkan sang ayah selanjutnya menyapa anaknya yang pintar itu dengan “tuan”.

(9)

kemungkinan menjadi guru besar pada kursus Artes dengan tidak melanjutkan studi sendiri dalam mata kuliah tertentu hanya menghasilkan penghidupan yang melarat. Selain itu, ia tidak mungkin menjadi seorang teolog. Sebab jika demikian, Martin tidak dapat menikah. Justru wanita kaya, yang telah disediakan oleh ayahnya, harus membuka jalan baginya ke dalam istana salah satu raja. Sebgai ahli hukum, sudah tentu ia akan berhasil memperoleh kemajuan dalam pekerjaannya.

Namun, pada bulan-bulan liburan sebelum kuliah hukum di mulai, tampak ada sesuatu yang tidak beres. Ada kemuraman meliputi wajah magister muda itu. Apakah kematian salah seorang temannya yang tiba-tiba itu menyebabkan ia begitu murung? Tetapi ia sendiri member alas an lain: ketakutan karena dosa-dosanya dan rasa takut menghadapi pengadilan terakhir. Kita tidak tahu sudah berapa lama ia melakukan atau menghalaukan pergumulan rohani itu. Yang pasti, dalam lubuk hatinya, ia sangat gelisah. Semenjak kecil ia sudah belajar bahwa Kristus telah member silihan atas dosa-dosa kita dengan pengorbanan-Nya di kayu salib.

Namun, ia juga telah belajar bahwa walaupun begitu, Ia, Hakim Kekal itu, menuntut silihan dari orang-orang Kristen yang hidup dalam dosa. Sebab tanpa silihan itu mereka tidak dapat berdiri di hadapan-Nya. Bahwa Kristus adalah adil, ia pun tahu. Bahwa ia sendiri adalah seorang berdosa, ia juga tahu. Ia takut dengan maut dan hukuman di neraka.

2.2 Gerakan Reformasi Protestan oleh Martin Luther

(10)

sakramen Gereja. Kaum agamawan telah berubah menjadi tiran, menjadi politikus-politikus professional, dan menjadi diktator-diktator yang berkedok inklerius, kepastoran, komuni, termasuk bursa penebusan dosa (pengampunan dosa).34

Keberatan Luther terhadap beberapa ajaran gereja saat itu sebenarnya sudah mulai sejak dia mengerti doktrin anugerah (sekitar akhir 1514). Dalam risalah kuliahnya setelah tahun 1515, Luther mulai menyoroti kesalahan ajaran seperti konsep orang kudus dan Paus sebagai perantara. Namun kritik Luther ini hanya berkutat sejauh dinding kampus. Sampai tibalah hari yang monumental itu, ketika Luther memakukan

Peristiwa pemicu reformasi adalah penjualan surat penghapusan siksa (aflat) di Jerman oleh Johann Tetzel. Kritik Luther terhadap penyimpangan Gereja dimulai ketika ia mengeluarkan doktrin Justification by faith. Doktrin ini berisikan 95 pernyataan protes kepada gereja dan lembaga kepausan yang telah menyelewengkan kekuasaannya dengan membuka bursa penebusan dosa dalam bentuk surat pengampunan dosa.

Oktober 1517. Tanggal bersejarah yang kini dirayakan sebagai Hari Reformasi. Pemakuan 95 dalil merupakan reaksi Luther atas penjualan surat pengampunan dosa (indulgensi) yang berlangsung di hampir seluruh daratan Eropa. Penjualan surat ini atas amanat Paus Leo X (1475-1521, berkuasa sejak 1513). Dia adalah seorang Paus yang begitu fanatik dengan segala yang berbau seni Renaisans. Ambisinya adalah membangun basilika Santo Petrus dengan arsitektur ala Renaisans yang mewah dan mengisinya dengan aneka barang seni kelas tinggi. Sayangnya, keuangan gereja yang morat marit tidak melapangkan ambisinya itu. Untuk menggalang dana yang dibutuhkan, dia memerintahkan penjualan surat pengampunan dosa secara luas dan intensif.

Berikut 95 Doktrin/dalil yang di keluarkan Martin Luther tersebut :

34

(11)

1. Tuhan dan Guru kita Yesus Kristus, ketika Ia mengucapkan "Bertobatlah," dan seterusnya, menyatakan bahwa seluruh hidup orang-orang yang percaya harus diwarnai dengan pertobatan.

2. Kata ini tidak boleh dimengerti mengacu kepada hukuman sakramental; maksudnya, berkaitan dengan proses pengakuan dan pelepasan (dosa), yang diberikan oleh imam-imam yang dilakukan di bawah pelayanan imam-imam. 3. Dan, pertobatan tidak hanya mengacu pada penyesalan batiniah; tidak, penyesalan batiniah semacam itu tidak ada artinya, kecuali secara lahiriah menghasilkan pendisiplinan diri terhadap keinginan daging. 4. Jadi, hukuman itu terus berlanjut selama ada kebencian pada diri sendiri - maksudnya, penyesalan batin yang sejati berlanjut: yaitu, sampai kita masuk ke dalam kerajaan surga.

5. Paus tidak memiliki kekuatan maupun kuasa untuk mengampuni kesalahan apa pun, kecuali yang telah ia diberikan dengan otoritasnya sendiri, atau oleh peraturan.

6. Paus tidak memiliki kuasa untuk mengampuni dosa apa pun, kecuali dengan menyatakan dan menjaminnya te1ah diampuni Allah; atau setidaknya ia dapat memberikan pengampunan pada kasus-kasus yang menjadi tanggung jawabnya, da1am kasus tersebut, jika kuasanya diremehkan, kesalahan akan tetap ada.

7. Allah tidak pernah mengampuni dosa apa pun, tanpa pada saat yang sama Dia menundukkan diri manusia itu, merendahkan diri da1am sega1a sesuatu, kepada otoritas imam, wakilnya.

(12)

11. Benih ilalang tentang mengubah hukuman kanonik menjadi hukuman di api penyucian tampaknya tentu saja telah ditaburkan sementara para uskup tertidur.

12. Pada mulanya, hukuman kanonik dikenakan bukan sesudah, melainkan sebe1um pengampunan, sebagai ujian untuk pertobatan mendalam yang sejati. 13. Orang yang sekarat melunasi semua hukuman dengan kematian, dianggap sudah mati sesuai hukum kanon dan mendapat hak dilepaskan dari hukum kanon.

14. Kebaikan atau kasih yang tidak sempurna dari orang yang sekarat pasti menyebabkan ketakutan yang besar; dan makin sedikit kebaikan atau kasihnya, makin besar ketakutan yang diakibatkannya.

15. Rasa takut dan ngeri tersebut sudah cukup bagi dirinya sendiri, tanpa berbicara hal-hal lain, tanpa ditambah penderitaan di api penyucian karena hal itu sangat de kat dengan kengerian keputusasaan.

16. Neraka, api penyucian, dan surga tampak berbeda seperti halnya keputusasaan, hampir putus asa, dan kedamaian pikiran itu berbeda.

17. Jiwa da1am api penyucian, tampaknya harus seperti ini: saat kengerian menghilang, kasih meningkat.

18. Namun, hal itu tampaknya tidak terbukti dengan penalaran apa pun atau ayat Alkitab mana pun, api penyucian berada di luar kebaikan seseorang atau meningkatnya kasih.

19. Hal itu juga tidak terbukti; bahwa jiwa dalam api penyucian yakin dan mantap dengan berkat mereka sendiri; mereka semua, bahkan jika kita bisa sangat yakin dengan hal tersebut.

(13)

21. Jadi, para pengkhotbah pengampunan dosa, yang berkata bahwa dengan surat pengampunan dosa dari Paus, seseorang dibebaskan dan diselamatkan dari semua hukuman, melakukan kesalahan.

22. Sebab sesungguhnya ia tidak menghapuskan hukuman, yang harus mereka bayar dalam kehidupan sesuai dengan peraturan, bagi jiwa-jiwa di api penyucian.

23. Jika pengampunan sepenuhnya bagi semua hukuman bisa diberikan kepada seseorang, sudah tentu tidak akan diberikan kepada seorang pun kecuali orang yang paling sempurna - yaitu, kepada sangat sedikit orang. 24. Oleh karena itu sebagian besar orang pasti tertipu dengan janji pembebasan dari hukuman yang bersifat tidak pandang bulu dan sangat manis itu.

25. Kekuasaan seperti itu dimiliki Paus atas api penyucian secara umum, seperti halnya dimiliki setiap uskup di keuskupannya dan setiap imam di jemaatnya sendiri, secara khusus.

26. Paus bertindak dengan benar dengan memberikan pengampunan dosa kepada jiwa-jiwa, bukan dengan kekuasaan kunci-kunci (yang tak ada gunanya dalam hal ini), meLainkan dengan doa syafaat.

27. Orang yang berkata bahwa jiwa seseorang terlepas dari api penyucian segera setelah uang dimasukkan ke dalam peti yang menimbulkan bunyi gemerencing, berkhotbah dengan gila.

28. Sudah tentu, ketika uang yang dimasukkan dalam peti menimbulkan bunyi gemerencing, ketamakan, dan keuntungan mungkin meningkat, tetapi doa syafaat gereja tergantung pada kehendak Allah semata-mata. 29. Siapa tahu apakah semua jiwa di api penyucian ingin dibebaskan darinya atau tidak, sesuai dengan cerita yang dikisahkan tentang Santo Severinus dan Paschal?

(14)

31. Seperti halnya petobat sejati itu jarang, demikian juga orang yang sungguh-sungguh membeli surat pengampunan dosa itu jarang - maksudnya, sangat jarang.

32. Orang yang percaya bahwa, melalui surat pengampunan dosa, mereka dijamin mendapatkan keselamatan mereka, akan dihukum secara kekal bersama dengan guru-guru mereka.

33. Kita harus secara khusus berhati-hati terhadap orang yang berkata bahwa surat pengampunan dari Paus ini merupakan karunia Allah yang tak ternilai harganya, yang menyebabkan seseorang diperdamaikan dengan Allah. 34. Sebab kasih karunia yang disalurkan melalui pengampunan ini hanya berkaitan dengan hukuman untuk memenuhi hal-hal yang bersifat sakramen, yang ditentukan oleh manusia.

35. Orang yang mengajar bahwa penyesalan yang mendalam itu tidak diperlukan oleh orang-orang yang membeli jiwa-jiwa keluar dari api penyucian atau membeli lisensi pengakuan, tidak mengkhotbahkan doktrin Kristen.

(15)

40. Penyesalan yang sejati mendambakan dan mencintai hukuman, sementara hadiah pengampunan dosa menjadikannya lega dan membuat manusia membencinya, atau paling tidak memberikan kesempatan bagi mereka untuk membencinya.

41. Pengampunan dosa apostolikharus dinyatakan dengan penuh hati-hati,jika tidak, orang-orang secara salah akan menduga hal itu diletakkan pada perbuatan baik kasih lainnya.

42. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa Paus tidak pernah berpikir bahwa pembelian surat pengampunan dosa dalam cara apa pun bisa dibandingkan dengan karya kasih karunia.

43. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa orang yang memberi kepada orang miskin, atau memberi pinjaman kepada orang yang kekurangan, berbuat lebih baik daripada jika ia membeli surat pengampunan dosa. 44. Karena, me1alui kasih, kasih meningkat, dan manusia menjadi lebih baik; sementara melalui surat pengampunan dosa, ia tidak menjadi lebih baik, tetapi hanya lebih bebas dari hukuman.

45. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa orang yang memandang seseorang yang kekurangan dan melewatinya, memberikan uang untuk mendapatkan pengampunan dosa, tidak sedang membeli surat pengampunan dosa dari Paus untuk dirinya sendiri, tetapi murka Allah. 46. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa, kecuali mereka memiliki kekayaan yang berlimpah, mereka terikat untuk melakukan hal yang perlu untuk dipakai bagi keperluan rumah tangga mereka sendiri dan dengan cara apa pun tidak boleh menghamburkannya untuk mendapatkan surat pengampunan.

47. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa, meskipun mereka bebas untuk membeli surat pengampunan dosa, mereka tidak diwajibkan untuk melakukannya.

(16)

agar doa yang tekun dinaikkan baginya, daripada uang yang sudah siap untuk dibayarkan.

49. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa pengampunan dari Paus itu berguna,jika mereka tidak meletakkan kepercayaan mereka penyucian; tetapi paling berbahaya, jika melaluinya mereka kehilangan rasa takut mereka kepada Allah.

50. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa,jika Paus mengetahui tuntutan para pengkhotbah pengampunan dosa, ia akan lebih menyukai jika Basilika St. Petrus dibakar sampai menjadi abu, daripada dibangun dengan kulit, daging, dan tulang domba-dombanya.

51. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa, seperti halnya merupakan kewajiban, demikian juga itu merupakan harapan Paus yang jika perlu menjual Basilika St. Petrus dan memberikan uangnya sendiri kepada banyak orang, yang darinya para pengkhotbah pengampunan dosa menarik uang. 52. Sia-sialah harapan untuk mendapatkan keselamatan melalui surat-surat pengampunan dosa, bahkan sekalipun itu komisaris, tidak, bahkan Paus sendiri - harus menjanjikan jiwanya sendiri bagi mereka.

53. Orang yang, demi memberitakan pengampunan dosa, mengutuk firrnan Allah untuk meredakan ketenangan di gereja lainnya, adalah musuh Kristus dan Paus.

54. Kesalahan dilakukan terhadap firman Allah jika, dalam khotbah yang sama, waktu yang sama atau lebih lama dihabiskan untuk membahas surat pengampunan daripada untuk membahas firman Allah.

(17)

57. Tampak jelas bahwa kekayaan tersebut bukanlah kekayaan semen tara; sebab kekayaan tersebut tidak untuk dibagikan secara gratis, tetapi hanya ditimbun oleh banyak pengkhotbah surat pengampunan dosa. 58. Kekayaan itu juga bukan kebaikan Kristus dan para Rasul; sebab tanpa peran Paus, kebaikan selalu menghasilkan kasih karunia kepada manusia rohani; dan salib, kematian, dan neraka bagi manusia lahiriah. 59. St. Lawrence berkata bahwa harta benda gereja adalah orang-orang miskin di gereja, tetapi ia berbicara menurut penggunaan kata itu pada zamannya. 60. Kami tidak tergesa-gesa berbicara jika kami berkata bahwa kunci gereja, yang diserahkan melalui kebaikan Kristus, adalah kekayaan itu. 61. Sangat jelas bahwa kuasa Paus pada hakikatnya sudah memadai untuk mengampuni hukuman dan kasus-kasus yang khusus diberikan padanya. 62. Kekayaan gereja yang sejati adalah Injil Kudus dari kemuliaan dan kasih karunia Allah.

63. Namun, kekayaan itu paling dibenci karena membuat orang yang pertama menjadi yang terkemudian.

64. Sementara kekayaan surat pengampunan dosa paling diterima karena membuat yang terakhir menjadi yang pertama.

65. Oleh karena itu kekayaan Injil adalah jala, yang pada mulanya digunakan untuk menjala orang kaya.

66. Kekayaan surat pengampunan dosa adalah jala yang sekarang digunakan untuk menjala kekayaan orang.

(18)

mereka dan memerhatikan dengan segenap telinga mereka supaya orang-orang ini tidak mengkhotbahkan keinginan mereka sendiri, namun mengkhotbahkan apa yang diperintahkan oleh Paus.

71. Biarlah orang yang berbicara menentang kebenaran surat pengampunan dosa Paus terkucil dan terkutuk.

72. Namun, pada sisi lain, orang yang mengeluarkan segenap kemampuannya untuk menentang hawa nafsu dan penye1ewengan kebebasan para pengkhotbah pengampunan, biarlah ia diberkati.

73. Seperti halnya Paus secara adil menghardik orang yang menggunakan berbagai cara untuk merusak perdagangan surat pengampunan. 74. Terlebih-lebih jika ia menghardik orang yang, dengan dalih surat pengampunan, menggunakannya sebagai alasan untuk merusak kasih kudus dan kebenaran.

75. Berpikir bahwa sur at pengampunan Paus memiliki kuasa sedemikian sehingga mereka bisa membebaskan manusia bahkan jika - meskipun itu tidak mungkin - ia telah bersalah kepada Bunda Allah, merupakan kegilaan. 76. Sebaliknya, kami meneguhkan bahwa surat pengampunan Paus tidak bisa menghapuskan dosa paling remeh sekalipun, sepanjang hal itu terkait dengan kesalahannya.

77. Ungkapan yang mengatakan bahwa seandainya St. Petrus menjadi Paus sekarang, ia tidak bisa memberikan kasih karunia yang lebih besar, merupakan penghujatan kepada St. Petrus dan Paus.

78. Kami sebaliknya meneguhkan bahwa Paus saat ini atau Paus lain mana pun memiliki kasih karunia yang lebih besar yang dapat digunakan menurut kehendaknya - yaitu, InjiI, kuasa, karunia kesembuhan, dan sebagaimana tertulis (1 Korintus XII.9.)

(19)

81. Khotbah mengenai surat pengampunan dosa yang tidak terkontrol ini bukanlah hal yang mudah, bahkan juga bagi orang terpelajar, tidak bisa menyelamatkan Paus dari fitnah, atau, dalam semua peristiwa, pertanyaan kritis kaum awam.

82. Misalnya: "Mengapa Paus tidak mengosongkan api penyucian demi kasih yang paling kudus, dan kebutuhan jiwa yang mendesak - ini menjadi yang paling benar dari semua alasan - jika ia menebus jumlah jiwa yang tidak terbatas demi hal yang paling hina, uang, untuk digunakan membangun Basilika - ini menjadi alasan yang paling sepele?"

83. Sekali lagi: "Mengapa misa penguburan dan misa peringatan hari kematian masih berlanjut, dan mengapa Paus tidak mengembalikan, atau mengizinkan penarikan dana yang diwariskan untuk tujuan ini; karena hal ini merupakan kesalahan untuk berdoa bagi orang-orang yang sudah ditebus?" 84. Sekali lagi: "Apakah karena kesalehan yang baru kepada Allah dan Paus, maksudnya, demi uang, pejabat gereja mengizinkan orang yang tidak beriman dan musuh Allah untuk menebus jiwa-jiwa yang saleh dan mengasihi Allah dari api pencucian, namun tidak menebus jiwa yang saleh dan terkasih itu, berdasarkan kasih yang cuma-cuma, demi kebutuhannya jiwa-jiwa itu sendiri?"

85. Sekali lagi: "Mengapa peraturan tentang penyesalan dosa, yang sudah lama dihapuskan dan mati dalam kenyataannya karena tidak digunakan, sekarang dipatuhi lagi dengan memberikan surat pengampunan dosa, seolah-olah peraturan-peraturan tersebut masih hidup dan berlaku?" 86. Sekali lagi: "Mengapa Paus, yang kekayaannya saat ini jauh lebih banyak daripada orang yang paling kaya di antara orang kaya, tidak membangun Basilika St. Petrus dengan uangnya sendiri, sebaliknya dengan uang dari. orang-orang percaya yang miskin?"

(20)

88. Sekali lagi: "Berkat yang lebih besar apakah yang akan diterima gereja jika Paus, tidak satu kali, seperti yang ia lakukan sekarang, memberikan peng¬ampunan dosa dan berkat seratus kali sehari kepada setiap orang yang setia dalam iman?"

89. Oleh karen a keselamatan jiwa, bukannya uang, yang dicari Paus melalui surat pengampunannya, mengapa ia menunda surat-surat dan pengampunan dosa yang diberikan sejak lama karen a keduanya sama-sama manjur? 90. Untuk menindas keberatan dan argumen kaum awam dengan kekuatan semata-mata dan tidak menyelesaikannya dengan memberikan penjelasan, berarti memberi kesempatan kepada gereja dan Paus untuk dicemooh musuh-rnusuh mereka dan membuat orang-orang Kristen tidak senang. 91. jika, kemudian, pengampunan dikhotbahkan sesuai semangat dan pikiran Paus, sernua pertanyaan ini akan diselesaikan dengan mudah - tidak, bahkan tidak akan ada.

92. Jadi, menyingkirlah, semua nabi yang berkata kepada umat Kristus, "Damai, damai," dan tidak ada damai!

93. Diberkatilah semua nabi yang berkata kepada umat Kristus, "Salib, salib," dan tidak ada salib!

94. Orang-orang Kristen harus dinasihati untuk setia mengikuti Kristus Sang Kepala mereka melalui penderitaan, kematian, dan neraka. 95. Dan dengan demikian yakin untuk memasuki surga melalui penganiayaan, bukannya melalui damai sejahtera yang palsu.Doktrin ini berupa kertas yang ditempelnya di pintu gerbang gereja istana Wittenberg, 31 Oktober 1517. Tanggal ini kemudian diperingati sebagai Hari Reformasi. Menurut Luther, dari pada membeli surat pengampunan itu lebih baik memberikan uang kepada yang lebih membutuhkan dan itu lebih sejalan dengan ajaran yesus kristus. Tuhanlah yang berhak memberikan ampunan, bukan Gereja dan agamawan.

(21)

pembeli), maka seseorang dapat memperoleh jaminan penghapusan dosa, baik dosanya di masa lalu dan yang akan terjadi di masa depan. Sampai ada penulis yang mengejeknya sebagai "Surat Izin Berdosa" (license to sin). Hebatnya lagi, surat ini pun bisa dibeli untuk "mengeluarkan" jiwa orang yang telah mati dari "api penyucian" (purgatori). Semakin banyak surat yang dibeli, maka semakin banyak jiwa orang tercinta yang telah meninggal untuk dibebaskan.

Surat ini dijual terutama ke kalangan jemaat awam yang mayoritas terdiri dari petani, tukang dan kaum jelata lainnya. Mereka begitu rentan dengan praktik ini. Di samping kepolosan karena tingkat pendidikan yang rendah, mereka pun juga percaya aneka tahayul seperti gambaran dunia kematian. Kondisi inilah yang menjadikan mereka sebagai sasaran empuk penjualan surat indulgensi. Mereka berbondong-bondong menjual segala kepunyaannya hanya untuk bisa membeli surat indulgensi. Gereja bahkan seperti tidak lagi peduli bagaimana jemaat awam yang miskin memperoleh uangnya, yang terpenting uang mereka masuk kas gereja. Ada juga gereja lokal yang menolak praktik ini, seperti gereja di Spanyol yang dipimpin Kardinal Ximenez. Tapi sebagian besar gereja lainnya menjadi perpanjangan tangan Paus dalam penjualan surat indulgensi.

Luther sendiri terpicu oleh khotbah Johann Tetzel, sebagai salah seorang utusan Paus. Dengan berkeliling ke kota-kota di Jerman, Tetzel dengan persuasif berusaha meyakinkan jemaat untuk membeli surat indulgensi. Kalimatnya yang terkenal dan sering diucapkannya, "Saat uang logam bergemerincing masuk kotak uang, maka jiwa dari api penyucian akan terbebaskan." Sangat banyak jemaat yang terbujuk oleh Tetzel. Sekelompok jemaat Wittenberg yang diasuh Luther pun sengaja pergi ke kota Juteborg dan Zerbst yang disinggahi Tetzel. Merekalah yang ketika kembali ke Wittenberg menceritakan semuanya kepada Luther. Penjualan surat indulgensi ini sangat bertolak dengan pengampunan sebagai anugerah Allah yang diimani Luther.

(22)

komprehensif terhadap ajaran gereja lainnya. Keberatan Luther terhadap doktrin gereja lainnya baru muncul di kemudian hari. Kedua, dalil-dalil Luther sebenarnya adalah bagian dari suatu ajakan sopan untuk berdiskusi seputar masalah penjualan surat indulgensi. Pada masa Luther hidup, adalah suatu kebiasaan bila ada topik yang hendak didiskusikan atau diperdebatkan maka seseorang bisa memakukan undangannya di pintu gereja Wittenberg. Bahkan dalam paragraf pengantar dalilnya itu, Luther menuliskan, "Berdasarkan cinta kepada kebenaran dan keinginan untuk memeriksa masalah ini, beberapa dalil di bawah ini untuk kita diskusikan... Siapapun yang tidak bisa berdiskusi secara langsung, dipersilakan menuliskannya." Peristiwa pemakuan dalil oleh Luther sesungguhnya bukan peristiwa yang dramatis, radikal dan aneh untuk ukuran saat itu. Luther hanya mengajak berdiskusi, bukan memberontak dari gereja. Tuduhan bahwa Luther mau memprovokasi jemaat juga harus dibuang. Luther menuliskan dalilnya dalam bahasa Latin, yang tentunya bukan bahasa pakai jemaat awam. Para ahli yakin bahwa ajakan diskusi Luther ini ditujukan kepada kaum akademisi.

Mulanya, reaksi otoritas gereja pun tidak terlalu heboh. Saat Paus Leo X dilaporkan oleh Uskup Agung Albert, dia hanya menganggap Luther sebagai orang yang kehilangan akal sehatnya dan sedang mabuk. Paus tidak terlalu menggubrisnya ketika itu. Tidak lama kemudian, ada pihak-pihak tertentu yang menyalin ulang, mencetak dan membagikan 95 dalil Luther ini keluar Wittenberg. Luther sendiri tidak berada di belakang ini. Tanpa disadarinya, dia semakin terkenal di kalangan jemaat beberapa kota di Jerman. Dengan berlandaskan pandangan Luther, mereka mulai berani menolak membeli surat indulgensi. Pada saat seperti inilah, otoritas gereja baru bereaksi keras.

(23)

membantu keimanan tetapai sama sekali bukan alat / jalan dalam mencapai rahmat Tuhan dan keselamatan. Dalam tulisannya, On Cristian Liberty, Luther menegaskan bahwa bila seseorang memiliki keimanan pasti ia akan melakukan perbuatan-perbuatan baik.35

Kemudian dalam pamflet yang berjudul, “Addres to the Christian Nobility of the German Nation”. Luther secara provokatif menulis: “Tidak ada perbedaan sama sekali antara pastor dan orang biasa. Setiap orang Kristen berhak menafsirkan Al kitab sesuai cara pandangnya masing-masing dan tidak harus menerima tafsiran gereja; Alkitab bukan gereja yang merupakan otoritas tertinggi doktrin Agama.

Kritik Marthin Luther atas sakramen suci gereja tenyata berdampak luas terhadap kehidupan sosial-politik masyarakat. Luther dalam hal ini telah melakukan penelanjangan mitos-mitos (debunking) mistik gereja yang telah lama dipercaya oleh umat, akibatnya timbul pemikiran bahwa pastor/pendeta dan umat tak ada perbedaannya dimata Tuhan, yang membedakannya hanyalah amal kebajikannya.

36

Selain itu Luther juga kritis terhadap cara hidup pastor dan biarawati yang asketis “ mengasingkan diri”. Menurutnya sebuah penyucian dan keselamatan dapat dilakukan tanpa harus mengasingkan diri dari lingkungan sosial tapi bisa juga dengan melibatkan diri secara intensif terhadap berbagai persoalan yang ada di kehidupan dunia, dengan catatan semua itu dilakukan untuk menuju keagungan Tuhan. Gagasan inilah yang disebut wordly ascetism (asketisme duniawi). Bagi

Kritik Luther tentang Alkitab menjadikan kebenaran Agama bersifat Multi Interpretasi. Luther dalam hal ini menolak tradisi keagamaan yang mengistimewakan pastor dalam menafsirkan Alkitab. Selanjutnya Luther menawarkan agar Alkitab yang berbahasa Latin hendaknya diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman agar bangsa Jerman dapat secara langsung membaca dan menafsirkan sendiri kitab suci tanpa harus melalui pastor.

35

Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat, kajian sejarah perkembangan pemikiran Negara, masyarakat, dan kekuasaan, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004, hal 151-152

36

(24)

Luther kerja dalam ajaran Protestanisme merupakan sebuah panggilan Tuhan, dan dengan gagasannya ini berarti Luther telah memunculkan moral kapitalis (capitalism morality) dan itu artinya Luther telah mereformasi ajaran Katolik yang tidak pernah ada dalam ajaran Katolik abad pertengahan.

Gerakan reformasi Luther berlanjut pada wilayah yang lebih dalam yakni mengenai banyaknya para pastor kardinal yang amoral terhadap wanita, berhubungan seks di luar ikatan perkawinan. Luther kemudian menganjurkan perkawinan bagi para pastor. Menurutnya, kesalahan yang pernah terjadi di masa Alexander VI adalah karena adanya larangan menikah bagi pastor dan biarawati. Padahal seks merupakan tuntutan fitrah biologis yang tidak dapat dihilangkan sehingga pelarangan mengakibatkan pemuka agama Katolik berbuat maksiat. Atas perbuatannya, Luther dan pendukungnya dikucilkan dari gereja Roma. Namun hal ini belum memuaskan pihak otoritas gereja yang tetap merasa perlu membungkam Luther dan pendukungnya. Maka pada bulan Maret 1521, Luther dipanggil menghadap dewan gereja (diet) yang sedang bersidang di kota Worm, sebelah barat daya Jerman. Dewan gereja ini terdiri dari para rohaniwan yang bertugas membahas pelbagai isu kontemporer. Tentu saja gerakan Reformasi oleh Luther menjadi agenda utama mereka. Sidang ini diselenggarakan oleh Charles V, Kaisar Roma Suci. Sedikit penjelasan konteksnya, waktu itu pusat pemerintahan gereja dibagi ke dua orang yaitu Paus dan Kaisar Roma Suci. Paus dianggap sebagai kepala gereja. Sedangkan Kaisar Roma Suci adalah semacam pelindung secara politis kedudukan Paus.

(25)

Saat itu, Huss pun diberikan jaminan keselamatan dirinya oleh pihak gereja. Namun yang terjadi malah Huss ditangkap dan dihukum mati dengan cara dibakar hidup-hidup. Setelah menggumuli dengan seksama dan didukung bangsawan Frederick, Luther pun pergi ke Worm. Ketika menanggapi kecemasan para pendukungnya, Luther berkata, "Aku akan tetap pergi ke Worm bahkan seandainya setan begitu banyaknya seperti banyaknya ubin dan atap rumah."

Ternyata Luther bukan saja aman selama perjalanan, namun dia disambut hangat oleh jemaat gereja pada setiap kota transit yang disinggahinya. Setelah dua minggu perjalanan, sampailah Luther di Worm. Sambutan orang banyak di Worm tidak kalah meriahnya seperti yang diterimanya saat perjalanan.

Luther menghadap sidang Worm hanya dua kali. Tidak seperti yang diharapkan, Luther tidak diberi banyak kesempatan untuk menjelaskan posisi teologisnya. Seperti pertemuan Augsburg, Luther kembali dituntut untuk "bertobat" dari ajarannya sendiri dan kembali ke ajaran gereja Roma. Otoritas gereja sengaja mengelak untuk berdebat dengan Luther. Mereka berdalih bahwa doktrin gereja bukanlah untuk didiskusikan. Luther dituduh sedang berspekulasi dengan doktrin gereja yang telah menjadi tradisi berabad-abad. Pada hari kedua Luther menghadap, Luther memberikan jawaban yang terkenal itu, "... kecuali kesalahan pandangan saya diberitahu menurut Alkitab dan alasan yang jelas, maka saya tidak dapat dan tidak mau mengubahnya. Di sinilah saya berdiri. Tidak ada lagi yang dapat saya perbuat."

(26)

Sementara itu, sidang Worm yang masih berlangsung setelah Luther pulang kampung, memutuskan Luther sebagai bidat dan bukan warga gereja. Keputusan ini tertuang dalam Edict of Worms dan resmi ditandatangani oleh Charles V pada tanggal 25 Mei 1521.

Dalam perjalanan pulangnya, Luther "diculik" oleh pegawai bangsawan Frederick. "Penculikan" ini adalah inisiatif Frederick untuk mengamankan Luther dari risiko yang mungkin muncul setelah perlawanan Luther pada sidang di Worm. Pada masa itu, bila otoritas gereja telah menetapkan seseorang menjadi bidat atau sesat maka jemaat yang fanatik merasa sah untuk membunuh yang bersangkutan. Luther diungsikan Frederick ke menara Wartburg yang terletak di pinggiran kota Eisenach. Selama di sana, kehidupan Luther ditunjang oleh Frederick. Jadi tidak benar dengan pendapat umum bahwa Luther bersembunyi ke menara Wartburg atas kehendaknya sendiri.

Luther tinggal di menara Wartburg dengan aman hampir selama setahun. Selama di sana, Luther menyelesaikan penerjemahan Alkitab ke bahasa Jerman dengan tujuan agar jemaat awam pun dapat membacanya. Adalah Melanchthon, sang karib, yang konon pertama kali mendorong Luther melakukan penerjemahan. Namun para ahli juga percaya bahwa penerjemahan ini juga diinspirasikan oleh Erasmus, sahabat Luther yang kerap bersuratan dengannya. Erasmus, yang walaupun seorang Katolik yang taat, dia termasuk yang menganjurkan agar Alkitab bisa dibaca oleh siapapun dengan bahasanya sendiri. Alkitab terjemahan Luther menjadi Alkitab berbahasa Jerman pertama yang diterbitkan. Dalam dua bulan pertama sejak diterbitkan, Alkitab ini terjual 5000 kopi. Suatu angka yang cukup fantastis pada masa itu mengingat penerjemahan dan penjualan bebas Alkitab masih tergolong pelanggaran hukum gerejawi.

(27)

waktu. Karena karakter Melanchthon yang kurang tegas dan tidak pas sebagai pemimpin suatu gerakan yang baru, maka koleganya, Carlstadt, mengambil alih kepemimpinan tersebut. Sebagaimana kita ketahui, Carlstadt adalah salah satu pendukung Luther yang terlibat dalam Perdebatan Leipzig (1519). Karakter Carlstadt lebih mirip dengan Luther. Dia sosok pemimpin yang berapi-api, tangguh dan berani, bahkan cenderung lebih radikal.

Selama menjadi gembala, Carlstadt dengan ekstrim berniat merombak total praktik ibadah gereja terutama liturgi dan simbol. Dalam khotbahnya, Carlstadt mengajak jemaat untuk membuang segala sesuatu yang berhubungan dengan model ibadah gereja sebelum Reformasi seperti patung-patung orang kudus (mirip anjuran Zwingli). Khotbah yang provokatif ini disalahpahami jemaat sebagai ajakan untuk membenci dan memusuhi orang-orang di luar gerakan Reformasi. Kabar ini sampai ke telinga Luther di tempat persembunyiannya. Luther merasa sangat prihatin untuk secepatnya kembali ke gerejanya. Para ahli percaya, saat Luther kembali ke Wittenberg itulah ia memulai Reformasi dalam ranah praktikal, karena sebelumnya hanya menyentuh bidang teologi (konseptual).

(28)

Pada tahun 1523, Luther mengedarkan tulisannya yang berjudul "Ibadah Reformasi Bersama" (Formula Missae et Communionis). Dalam tulisannya, Luther menyatakan bahwa tujuan reformasi ibadah bukan untuk membuang seluruh ibadah pra Reformasi. Menurutnya, ada bagian-bagian ibadah pra Reformasi yang baik dan tidak bertentangan dengan Alkitab. Yang perlu dibuang adalah bagian-bagian yang nyata bertentangan dengan Alkitab. Pada tahun yang sama, Luther menerbitkan "Tentang Penyembahan Ilahi". Luther menekankan kembali agar setiap orang percaya membaca Alkitab, berdoa dan menyembah Allah dalam devosi pribadi tiap hari.

Sebagai seorang pecinta musik, dia sangat menghargai kekayaan musik gerejawi. Ia cukup produktif menggubah lagu untuk dinyanyikan jemaat. Luther juga memakai teknik parodi yaitu membubuhkan syair sakral pada melodi lagu sekuler seperti lagu rakyat. Demikian pula, banyak lagu gereja sebelumnya (Gregorian Chant) diolah kembali dengan mengenakan syair yang baru. Lagunya yang terkenal sepanjang masa seperti "Allah, Bentengku yang Kukuh" (Ein Feste Burg ist Unser Gott). Pada tahun 1524, Luther dibantu Johann Walther menerbitkan buku nyanyian (Wittenberg Gesangbuch). Dalam ibadah, Luther juga mengizinkan pemakaian alat musik sejauh tidak mengganggu penyampaian pesan Alkitab/lagu kepada jemaat. Berbeda sekali dengan Zwingli yang melarang pemakaian alat musik apapun dalam ibadah gereja. Dalam pengantar "Missa Jerman" yang dikarangnya pada tahun 1526, Luther tidak keberatan seandainya aneka alat musik dipakai sejauh mendukung pemberitaan dan pendidikan Firman.

(29)

masih dipungut pajak baik oleh penguasa setempat maupun gereja. Bila wabah penyakit merebak, mereka paling rentan menjadi korban karena kualitas kehidupan yang rendah sebagai akibat dari kondisi ekonomi yang jauh dari memadai. Aneka penderitaan dan ketidakadilan yang kerap mereka alami menjadi latar belakang pemberontakan mereka (The Peasant's Revolt) yang meletus pada tahun 1524.

Selain dipicu oleh kondisi yang memperhatinkan, mereka mengaku bahwa pemberontakan mereka justru diinspirasikan oleh ajaran Luther. Pandangan Luther tentang kesamaan derajat manusia di mata Allah (equality) menguatkan kerinduan para petani untuk memperjuangkan hak-haknya dan melawan "penindasan" para bangsawan. Ketika Luther masih di menara Wartburg, pada tahun 1522, Luther memang pernah menuliskan tentang ketidakadilan dan represi tuan tanah kepada para petani. Luther meminta para tuan tanah agar tidak memakai kekerasan terhadap para petani. Konon, tulisan ini sebenarnya ditujukan langsung kepada para bangsawan, namun ternyata bocor dan diedarkan di kalangan petani. Maka pada bulan Juni 1524, sekelompok besar petani turun ke jalanan di kota Waldshut untuk memprotes perlakuan para bangsawan.

Pada bulan Februari 1525, para petani mengajukan petisi yang berisi 12 pernyataan (tuntutan) antara lain kebebasan untuk menentukan rohaniwan bagi gerejanya sendiri, penghapusan beberapa pungutan, hak untuk memanfaatkan tanah publik, pembayaran yang lebih adil. Pada akhir petisi, disebutkan bahwa mereka bersedia untuk membatalkan tuntutan mereka sejauh ditemukan bertentangan dengan Alkitab. Hal ini tentu mereka pinjam dari kalimat Luther.

(30)

reformasi secara politis juga. Menurut Luther, dalam kasus para petani, perjuangan yang diperlukan adalah menyadarkan para bangsawan secara persuasif. Seandainya dibutuhkan waktu yang lama sebelum para bangsawan sadar, Luther menganjurkan para petani untuk tetap bertahan dalam penderitaan mereka sama seperti Kristus yang dengan tabah mengalami siksaan.

Selama tahun 1524, aksi protes ini secara umum masih berlangsung damai. Luther terus berupaya untuk meredam aksi para petani ini. Pelbagai pertemuan antara petani dan bangsawan telah berlangsung beberapa kali, namun tidak membuahkan kesepakatan di antara mereka. Hingga pada awal tahun 1525, aksi ini mulai berkembang menjadi aksi yang brutal. Aksi juga semakin luas yang melibatkan jutaan petani yang meliputi sepertiga wilayah Jerman. Pada awal tahun 1525, hampir 40 biara gereja Roma dan kastil dirusak serta dibakar oleh para pemberontak. Salah satu tokoh pemberontakan petani ini adalah Thomas Munzer, salah satu tokoh penting dalam gerakan "Anabaptis", sempalan dari gerakan Reformasi yang lebih radikal dan militan.

Ketika aksi para petani mulai menjurus pada kekerasan, Luther lebih giat menuntut perhatian para bangsawan atas kondisi para petani. Luther juga menuliskan pamflet "Nasihat untuk Berdamai" yang ditujukan kepada kedua pihak. Luther mendesak bangsawan Frederick untuk mengadakan pertemuan akbar antara kedua pihak. Namun kekerasan aksi para petani yang semakin meningkat dalam tempo singkat sangat meresahkan Luther. Kerusuhan di mana-mana mulai muncul sebagai ekses pemberontakan para petani.

(31)

bersifat anjuran langsung atau sekedar penggambaran Luther akan apa yang mungkin terjadi (foretold), namun pada kenyataannya para bangsawan akhirnya mengambil tindakan yang lebih koersif. Pada tahun itu juga, para bangsawan menumpas pemberontakan para petani. Dalam pertempuran antara keduanya di Frankenhausen, sekitar enam ribu petani tewas dibunuh. Ditaksir duaratus ribu lainnya tewas mengenaskan di kota-kota lainnya.

Tragedi ini sangat memukul Luther. Pada masa-masa akhir pemberontakan para petani, Luther masih memohon kepada para bangsawan agar mengampuni kesalahan para petani, dan tidak membunuhnya. Peristiwa ini mengubah konstelasi pendukung Luther. Bila sebelumnya, para petani menganggap Luther sebagai inspirator perjuangan mereka (meski Luther pasti membantahnya). Maka setelah peristiwa ini, sebagian besar petani mulai menuduh Luther sebagai oportunis. Sebaliknya, Luther pun menyesalkan para petani yang telah mengkhianati hakikat gerakan Reformasi. Di kota-kota terutama sebelah selatan Jerman, para petani yang semula adalah pengikut Luther mulai meninggalkannya. Mereka pindah ke gerakan religius radikal seperti "Anabaptis" yang menjamur pada masa itu.

Sebelum gerakan Reformasi merebak, kekuasaan politis gereja Roma mencakup sekitar 300 teritori kecil dan besar, khususnya di Eropa Barat dan Tengah. Hampir semua penguasa daerah tunduk kepada otoritas gereja Roma. Kondisi ini berubah drastis sejak 20 tahun pertama gerakan Reformasi Luther muncul. Dibarengi semangat lokalisme yang menguat di kalangan elit politik, maka mulailah sejumlah besar daerah memutuskan hubungan dengan otoritas gereja Roma. Banyak daerah mengklaim dirinya sebagai teritori Lutheran dan bukan lagi Katolik Roma. Dan tampaknya, hal ini akan terus berkembang. Kondisi ini sangat mencemaskan otoritas gereja Roma.

(32)

sidang digelar di kota Speyer. Agenda sidang terutama untuk mencapai konsesi antara para elit politik. Mana yang memilih Katolik dan mana yang memilih Lutheran. Setiap elit politik diberi kebebasan untuk memilih. Sebagian besar elit politik di Jerman Utara memilih Lutheran sebagai "agama resmi" mereka yang baru. Charles V bermaksud menggertak para elit politik yang memilih Lutheran. Charles V mengira dengan adanya pertemuan di antara para elit politik ini, mampu mengecilkan hati kubu Luther. Ternyata, hasil sidang malah sebaliknya. Elit politik Lutheran justru menganggap sidang ini sebagai kesempatan yang baik untuk mereka mengambil posisi secara formal. Mereka malah menyangka sidang ini sebagai cerminan sikap otoritas gereja yang melunak dan mentoleransi ajaran Luther. Hasil yang tidak sesuai harapan ini, mendorong Charles V mengadakan sidang kedua di kota yang sama pada tahun 1529.

Pada sidang kedua ini, Charles V menguatkan kembali keputusan otoritas gereja yang menyebutkan Luther dan pengikutnya sebagai sesat. Charles V juga memberikan ultimatum kepada elit politik yang masih ragu untuk segera kembali ke Katolik Roma, dan benar-benar melarang ajaran Luther masuk daerahnya. Intervensi politis sepihak ini dan inkonsistensi dari sidang pertama diprotes oleh beberapa bangsawan seperti Elektor dari Saxony, Gubernur dari Brandenburg, dan lainnya. Mereka yang menentang keputusan sidang kedua ini disebut sebagai kelompok "Protestan". Dari sinilah asal mula istilah "Protestan". Protestan bukanlah berarti "kembali kepada Alkitab" (pro testanum) sebagaimana yang sering kita kira.

(33)

dan sidang menolak pengakuan iman tersebut. Bagi mereka, pengakuan iman itu adalah kristalisasi dari ajaran Luther yang justru dilarang gereja selama ini.

Pengakuan iman ini terdiri dari dua bagian besar. Pertama berisikan 21 pernyataan yang merupakan ringkasan doktrin dan kepercayaan Protestan. Pada bagian akhir memuat kritik terhadap pelbagai ajaran dan praktik gereja Roma seperti peran pasif jemaat dalam ibadah, kewajiban hidup selibat (tidak menikah) bagi rohaniwan dan lainnya. Sebelumnya, Luther sendiri telah menikah dengan Catherine von Bora, mantan biarawati, pada tahun 1525. Mereka mempunyai enam orang anak.

Salah satu efek sidang-sidang terakhir adalah ketegangan antara Luther dan pendukungnya tidak lagi sebatas orang awam/rohaniwan dengan otoritas gereja. Namun antarelit politik juga terbagi. Hubungan mereka tidak "seharmonis" dulu. Charles V pun mulai menggalang kekuatan politik dari sesama sekutunya untuk mulai serangan militer terhadap elit politik Lutheran. Kabar ini diketahui oleh para bangsawan Lutheran. Mereka pun menyatukan diri untuk menahan serangan Charles V. Atas prakarsa Philip dari Hesse dan Elektor John dari Saxony, para bangsawan Lutheran berkumpul di Schmalkalden pada bulan Desember 1530. Para bangsawan dari sebelas kota sepakat untuk mendirikan aliansi militer. Mereka pun mengadopsi Pengakuan Iman Augsburg sebagai pengakuan yang resmi. Yang lebih penting lagi, mereka mengeluarkan pakta bersama yang berbunyi bila salah satu kota diserang oleh Charles V maka kota lainnya akan turut membantu.

(34)

antara Katolik dan Protestan. Untuk sementara waktu, hal ini meredam konflik Katolik dan Protestan.

Pemisahan yang tajam antara gereja dan negara merupakan salah satu bentuk pemikiran politik Martin Luther. Dialah yang dengan tegas membagi dua jenis hukum terhadap kedua institusi itu. Khotbah di Bukit adalah untuk gereja dan hukum Taurat adalah bagi negara. Dengan itu, kepada negara diberikan pedang dan sekaligus wewenang penggunaannya untuk memusnahkan kejahatan, tetapi gereja sama sekali tidak boleh menggunakan pedang. Prinsip yang dianut Luther untuk melihat negara berangkat dari pemahaman Paulus (Rm. 13 dan 1 Pet 2:13), yang menekankan perlunya ketaatan kepada pemerintah. Ia juga mengembangkan istilah yang sesungguhnya tidak berbeda dengan rumusan Paulus, bahwa pemerintah itu kehendak dan perintah Allah dan sekaligus berupaya membangun hukum untuk itu, we must firmly it is in the world by God’s will and ordinance.37

We must divide all the children of Adam into two classes; the first belong to the kingdom of God, the second to the kingdom of world. Those belonging to the kingdom of God are all true believers in the Christ. For Christ is the King and Lord in the kingdom of God, as the second psalm and all scriptures say.

Bila gereja dipisahkan dengan tajam dengan negara, Luther juga memberi penegasan mengenai pemisahan antara kedua warganya. Penjelasannya mengenai hal itu adalah:

38

Pemahaman di atas, terutama menyangkut pandangannya terhadap Alkitab dan pembagian keturunan Adam, membuat Luther dituduh memunculkan dua macam etika di dalam kehidupan orang Kristen di tempat dan waktu yang sama. Sebagai orang Kristen ia memiliki etikanya sendiri dan sebagai waraga negara menganut etika yang lain. De Jonge adalah salah satu yang melihat pemahaman Luther yang mengandung dualisme itu. Namun, hal itu akan lebih jelas bila

37

Marthin Luther, Work of Martin Luther, Vol. III, Philadelphia: Muhlemberg Press, 1930, hal 229.

38

(35)

penggalian terhadap pemikiran Luther dilanjutkan secara mendalam. Bagi Luther, warga gereja memang tidak memerlukan pedang dan hukum negara. Sebab, bila seluruh dunia ini telah dihuni orang-orang yang sungguh-sungguh Kristen, dunia tidak membutuhkan lagi penguasa. Itulah yang memerintah dan menyebabkan mereka tidak berbuat salah kepada orang lain tetapi mengasihi tiap orang, relawwan dan dengan gembira berkorban bagi keadilan, bahkan rela mati bagi orang lain. Hal itulah yang menjadi inti ketika Luther mengatakan:

Where every wrong is suffered and every right is done, no quarrel, strife,

trial, judge, penalty, law or sword is needed.39

If any one attempted to rule the world by gospel, and put aside all secular law and the secural sword, on theplea that all are baptised and Christian, and that according to the Gospel, there is to be among neither would happen? He would loose the bands and chains of the wild and savage beasts, and let them tear and mangle every one, and at the same time say they were quite tame and gentle creatures; but I would have the proof in my wounds. Just so would the wicked under the name of Christian abuse this freedom of the Gospel, carry on their knavery, and say that they where Christians subject neither to law nor sword, as some are already raving and ranting.

Luther memang mengakui ada dua realitas yang sangat bertentangan, yakni realitas yang jahat dan realitas yang baik. Hal itu terjadi disebabkan dunia yang telah jatuh ke dalam dosa dan karena itu kedua realitas yang berlawanan itu, antara yang salah dengan yang benar, baik dengan buruk, baik dengan jahat, tidak dapat dipersatukan. Realitas dunia yang demikian menuntut kekristenan melaksanakan hukumnya tersendiri untuk mengalahkan dan membawa dunia itu ke wilayah hukum Kristen sendiri. Selagi dunia itu, baik sedikit maupun banyak, masih dihuni kejahatan, realitas pedang dari hukum negara merupakan keharusan. Ungkapannya yang berikut dapat diamati secara jelas:

40

39

Ibid 40

(36)

Latar belakang pemikiran yang mengandung semangat yang sangat kuat terhadap penaklukan pagan (non-kristen/kafir) dan kejahatan sangat melekat dalam diri Luther. Itulah sebabnya ia menegaskan bahwa pemerintah itu adalah

indispensable, tetapi penguasa-penguasa itu harus bergantung kepada Allah dan harus menguntungkan rakyat: I belong to the land and people; I must do what is profitable and good for them.

Pembatasan mengenai fungsi dan wewenang negara tidak terlalu jelas dalam pemikiran Luther. Ia hanya menyebutkan jiwa (soul) sebagai hak prerogatif Tuhan, tetapi tetap tidak memberi batas mengenai penggunaan pedang oleh negara. Padahal penggunaan pedang oleh negara bisa saja mengena dengan persoalan jiwa (soul), seperti hukuman mati yang dianut banyak negara.

Orang Kristen juga memiliki fungsi dalam setiap negara, sebab sebagai warga negara mereka juga bertanggung jawab kepada negara. Luther tidak menghendaki kekristenan yang melarikan diri dari dunia ini, tetapi harus menatanya sedemikian rupa. Dengan tegas ia mengatakan:

Christian all belong to the imperial government, which Christ has no

intention of overthrowing. Nor does he teach us to escape from it or to

desert the world and our office and station, but to make use of this rule

and establish order.41

Penekanan pada kepatuhan hukum menjadi ciri kuat dari Luther dan hal itu merupakan salah satu yang penting dalam reformasi yang dilakukannya.

Akan tetapi, walau orang Kristen bertanggung jawab kepada pemerintahdan meskipun Kristus tidak memiliki maksud membuang atau melenyapkan pemerintahan itu, bukan berarti seluruh perilaku pemerintah itu harus dituruti dan diaminkan. Ketika Luther ditanya apakah rakyat diwajibkan mematuhi penguasa yang tidak adil, dengan tegas ia menjawab, No, because no one has right to act contrary to the law. The law is the will of God. You are to

obey God.

41

(37)

Supremasi hukum yang menjadi ciri dari negara modern dan demokratis tidak dapat dilepaskan dari upaya Luther. Pemerintah atau penguasa-penguasa tidak bebas dari hukum, tetapi berada di bawah dan harus takluk kepada hukum. Jika hal itu tidak dilakukan pemerintah atau penguasa-penguasa, Luther dengan tegas menyerukan supaya lebih taat kepada Tuhan.42

Bagi Luther, gereja dan negara adalah two highest gifts of God on earth

dan karena itu harus to be honored and esteemed with all reverence. Dia juga Penolakan Luther atas tuntutan para penguasa dan paus pada masa reformasi merupakan salah satu bentuk perlawanan dan ketidaktaatan yang didasari sentimen keadilan, meski harus menerima resiko langsung pada dirinya. Jose Fuliga menyimpulkan penolakan itu mencakup dua makna, gerejawi dan politik. Tepatnya dikatakan:

When Luther refused the emperor and pope’s demand for him to recant,

this was both an ecclesiastical and civil disobedience. For this reason he

was both excomunicated and placed under the ban.

Luther berupaya untuk berpegang kuat pada Alkitab, termasuk dalam melihat persoalan gereja dan negara. Di dalam dirinya sangat kuat keinginan untuk menjadikan negara itu sebagai alat Tuhan untuk menjaga keamanan, menghilangkan kejahatan dan memberi keuntungan kepada rakyat, termasuk kepada tanah dan negeri (lands). Tetapi, yang paing khas adalah semangat yang luar biasa agar semua orang sungguh-sungguh menjadi Kristen.

Martin Luther sangat yakin apabila semua orang sungguh-sungguh menjadi Kristen, maka segala kekerasan, kejahatan dan jenis-jenis perbuatan yang menista manusia akan hilang. Ketaatan terhadap hukum dari semua orang terutama dari penguasa-penguasa akan menandai terlaksananya kehendak Tuhan. Di situlah gereja bertugas menjalankan fungsi dan prosesnya, dan negara menjaga dengan pedangnya, hingga batas waktu yang ditentukan Tuhan.

42

(38)

Referensi

Dokumen terkait

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: “Untuk mendapatkan penjelasan yang lebih tajam mengenai pemikiran politik Hizbut Tahrir Indonesia

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) biografi genealogi Abdurrahman Wahid; (2) perantauan intelektual Abdurrahman Wahid ketika remaja; dan (3) pemikiran

Dimana keduanya harus menghadapi problem-problem umum yang terjadi di negara-negara muslim, Kekhalifahan sendiri dalam hal ini diperjuangkan oleh Hizbut Tahrir Indonesia

Oleh karena itu menurut Nurcholish Madjid, jika memandang dari sudut Islam, menyatakan bahwa Indonesia bukan negara sekuler (bukan negara yang menganut sekulerisme yang

Hasil penelitian mununjukkan bahwa Haji Abdul Malik Karim Amrullah dalam aktivitas kehidupannya banyak terlibat diberbagai bidang misalnya bidang keagamaan beliau bergelut di MUI

Karena banyak orang dapat mendapatkan asupan vitamin dari makanan, akan lebih baik jika menggunakan uang untuk membeli makanan yang bergizi tinggi dibandingkan dengan tablet atau

Apa yang diasumsikan oleh sebagian orang bahwa Islam menganjurkan umatnya mendirikan negara dengan sistem politik, aturan perundangan, serta pemerintahan

Ini membedakan dengan Abdurrahman Wahid yang meskipun sama-sama memandang hubungan agama dan negara tidak ada kaitan formal, tetapi pemikiran Abdurrahman Wahid