DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Indonesia merupakan kawasan tropis yang dipengaruhi oleh dua benua yaitu; Asia dan Australia. Hal ini antara lain juga menjadikan kawasan ini kaya akan keanekaragaman flora dan fauna. Walaupun demikian informasi mengenai kekayaan flora dan fauna belum banyak dipublikasikan di Indonesia, khususnya mengenai amfibi & reptil (Mistar, 2008). MenurutDarmawan (2008), Indonesia memiliki dua dari tiga ordo amfibi yang ada di dunia, yaitu Gymnophiona dan Anura. Ordo Gymnophiona dianggap langka dan sulit diketahui keberadaannya, sedangkan ordo Anura merupakan yang paling mudahditemukan di Indonesia mencapai sekitar 450 jenis atau 11% dari seluruh jenis Anura di dunia. Ordo Caudata merupakan satu-satunya ordo yang tidak terdapat di Indonesia.
Taman Wisata Alam/Cagar Alam Sibolangit, merupakan satu kesatuan dengan hutan Tahura Bukit Barisan merupakan salah satu kawasan yang memiliki biodiversitas sangat tinggi.Fauna yang hidup disini antara lain kera (Macaca fascicularis), lutung (Presbytis sp), rangkong (Buceros sp), burung kutilang (Pycnonotus sp), kacer (Copsycus saularis), srigunting (Dicrurus sp), babi hutan (Sus sp), kancil (Tragulus javanicus), trenggiling (Manis javanica) serta berbagai jenis amfibi (Siregar, 2010).Namun untuk waktu yang sekarang ini, keberadaan ribuan jenis amfibi tersebut semakin terancam. Sebanyak 32%amfibi dunia, yaitu sebanyak 2.393 spesies amfibi tercatat dalam daftar merah IUCN (IUCNRed List) dengan status terancam. Sejak awal kemunculannya di bumi sekitar 300 juta tahun lalu, selama dua dekade terakhir, amfibi terus mengalami penurunan populasi. Jumlahspesies yang punah hingga saat ini diperkirakan mendekati angka 168 spesies sedangkan34% spesies amfibi mengalami penurunan angka populasi (amphibiaweb.org dalam Nuraini, 2009). Salah satu jenis amfibi yang mengalami penurunan angka populasi adalah katak pohon bergaris (P. leucomystax).
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
2
P. leucomystax merupakan jenis yang dapat ditemukan pada hampir semua tipe habitat (Irawan, 2008). Namun karena kegiatan pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana serta penebangan menimbulkan perubahan lingkungan fisik yang menyebabkan penurunan amfibi jenis ini. Menurut Hernowo et al. (1991) perubahan menimbulkan kekhawatiran terhadap keberadaan dan kelangsungan hidup satwaliar yang terdapat disekitarnya. Lemckert (1999) juga mengatakan bahwa aktivitas penebangan mempunyai dampak negatif yang signifikan pada jenis-jenis amfibi.
Iskandar (2000) menyatakan P. leucomystax (Katak pohon bergaris) termasuk ke dalam marga Polypedates dan P. leucomystax merupakan model yang baik untuk mempelajari pola pergerakan katak pohon dihubungkan dengan kemampuan jenis ini untuk menyebar luas. Hal tersebut karena P. leucomystax
adalah salah satu jenis katak yang sering ditemukan diantara tumbuhan atau di sekitar rawa dan bekas tebangan hutan sekunder. Jenis ini sering mendekati hunian manusia, karena tertarik oleh serangga sekitar lampu. Untuk itu diperlukan pengetahuan mengenai tingkat kesukaan habitat dan perilaku suatu jenis pada
luasan area tertentu (Beard et al. 2003).
Arah pergerakan untuk amfibi dipengaruhi oleh kondisi habitat (Duellman dan Trueb, 1986). Pergerakan adalah suatu strategi dari individu ataupun populasi
untuk menyesuaikan dan memanfaatkan keadaan lingkungannya agar dapat hidup dan berkembang biak secara normal (Alikodra, 2002).
Selama ini penelitian tentang pergerakan banyak dilakukan di luar negeri dan pada umumnya lebih menuju kelompok mamalia sementara untuk kelompok amfibi masih tergolong sedikit. Di Indonesia sendiri hanya beberapa penelitian tentang pergerakan amfibi yang telah dilakukan oleh Sholihat (2007) dan Susanto (2011), disamping itu data mengenai amfibi di kawasan Taman Wisata Alam/Cagar Alam Sibolangit dapat dikatakan masih minim sehingga untuk kepentingan konservasi di masa yang akan datang, dilakukan penelitian tentang “Pola Pergerakan Harian Dan Penggunaan Mikrohabitat Katak Pohon Bergaris
(Polypedates leucomystax) Di Taman Wisata Alam/Cagar Alam Sibolangit,
Sumatera Utara”.
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU 3
1.2Permasalahan
Adanya kegiatan pengelolaan dan pembangunan fisik yang dilakukan di sekitar Taman Wisata Alam/Cagar Alam Sibolangit, Sumatera Utara akan berpengaruh terhadap amfibi serta populasi spesies amfibi, namun demikian sampai saat ini belum diketahui bagaimanakah pola pergerakan harian dan mikrohabitat oleh P. leucomystax di Taman Wisata Alam/Cagar Alam Sibolangit.
1.3Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan :
a. Memetakan pola pergerakan P. leucomystax di Taman Wisata Alam/Cagar Alam Sibolangit, Sumatera Utara.
b. Mengetahui mikrohabitat oleh P. leucomystax di Taman Wisata Alam/Cagar Alam Sibolangit, Sumatera Utara dihubungkan dengan aktivitas harian jenis ini.
1.4 Hipotesis Penelitian
Terdapat perbedaan yang signifikan dari pola pergerakan harian dan total jarak pergerakan harian katak P. leucomystax jantan dan katak P. leucomystax
betina pada masing-masing lokasi.
1.5 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diketahui pola pergerakan harian
P. leucomystax di Taman Wisata Alam/Cagar Alam Sibolangit, Sumatera Utara sehingga dapat menjadi dasar penelitian lanjut mengenai pola pergerakan harian dan informasi bagi instansi terkait serta dapat menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya dan untuk mendorong minat kita dalam mengenal dan melakukan penelitian tentang amfibi di Indonesia.