• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektifitas Pelayanan Pengguna Tunanetra Pada Perpustakaan Yayasan Pendidikan Tunanetra Sumatera (YAPENTRA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektifitas Pelayanan Pengguna Tunanetra Pada Perpustakaan Yayasan Pendidikan Tunanetra Sumatera (YAPENTRA)"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perpustakaan Khusus

Dalam Undang Undang No.43 Bab I Pasal I “Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan atau karya rekam secara professional dengan sisitem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi para pemustaka”.

Menurut Hasugian (2009 : 74), timbulnya berbagai bentuk perpustakaan disebabkan oleh berbagai faktor yakni :

1. Koleksi atau bahan perpustakaan

2. Masyarakat / pengguna yang dilayaninya 3. Instansi dimana perpustakaan itu berada

Maka dengan adanya berbagai faktor tersebut diatas timbul berbagai jenis perpustakaan,yang salah satu diantaranya ialah perpustakaan khusus. Berikut ini merupakan beberapa pendapat para ahli mengenai definisi perpustakaan khusus.

Menurut Hasugian (2009 : 81) “Perpustakaan Khusus adalah perpustakaan yang diselenggarakan oleh lembaga atau instansi negara, pemerintah, pemerintah daerah ataupun lembaga atau instansi swasta yang layanannya diperuntukkan bagi pengguna di lingkungan lembaga atau instansi yang bersangkutan”.

Menurut Sutarno NS (2000 : 39) “Perpustakaan Khusus adalah tempat penelitian dan pengembangan, pusat kajian, serta penunjang pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia / pegawai ”.

Menurut P Sumardji (1999 : 16) “Perpustakaan khusus merupakan perpustakaan dengan koleksinya yang bersifat khusus, yang digunakan sebagai sarana penunjang mengembangkan pengetahuan bagi masyarakat khusus (lingkungan khusus) dalam bidang tertentu”.

(2)

melaksanakan fungsinya tersebut demi tercapainya kesesuaian antara tujuan instansi atau organisasi dengan fungsi perpustakaan.

2.1.1 Tujuan Perpustakaan Khusus

Tujuan didirikannya perpustakaan khusus tidak hanya memberikan layanan kepada pemustaka serta meningkatkan kegemaran membaca, namun juga untuk memperluas wawasan dan pengetahuan pemustaka. Hal tersebut sesuai dengan (Bimbingan Teknis Perpustakaan Khusus, 2010 : 3) bahwa : Tujuan perpustakaan khusus adalah untuk memenuhi kebutuhan bahan perpustakaan/informasi di lingkungannya dalam rangka mendukung pengembangan dan peningkatan lembaga maupun kemampuan sumber daya manusia.

Tujuan perpustakaan secara umum menurut Sutarno NS (2006 : 53) adalah “Menghimpun, menyediakan, mengolah, memelihara, dan mendayagunakan semua koleksi bahan pustaka, menyediakan sarana pemanfaatannya, dan melayani masyarakat pengguna, yang membutuhkan informasi dan bahan bacaan”.

Tujuan perpustakaan khusus menurut Hasugian (2009 : 82) adalah“Perpustakaan yang hanya menyediakan koleksi khusus yang berkaitan dengan misi dan tujuan dari organisasi atau lembaga yang memilikinya dan biasanya hanya memberikan pelayanan yang khusus hanya kepada staf organisasi atau lembaganya saja”.

2.1.2 Visi dan Misi

Visi Perpustakaan Khusus

Visi adalah masa depan yang dicita-citakan, predictable (dapat diprediksi), dan dapat diperhitungkan untuk diwujudkan berdasarkan dan berpijak pada kondisi, kekuatan, kenyataan, dan kemampuan, yang dimiliki sekarang. Dengan kata lain, visi adalah suatu mimpi tentang masa depan yang akan datang tapi menjadi kenyataan. Jadi visi sangat penting buat suatu perpustakaan begitu pula dengan perpustakaan khusus supaya semua yang telah ditargetkan dalam mendirikan suatu perpustakaan khusus dapat terwujud sesuai dengan lembaga induknya. Menurut Sutarno NS (2006 : 51) “Visi perpustakaan khusus adalah sama dengan visi lembaga induknya yang bersangkutan”.

Misi Perpustakaan Khusus

(3)

Namun pada prinsipnya menurut Zulfikar Zen (2006 : 52) secara garis besar misi perpustakaan dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Memberikan layanan informasi yang sesuai dengan kebutuhan pemakainya.

b. Mendukung dan berpartisipasi dalam program – program perpustakaan bagi masyarakat pemakainya.

c. Memberikan kemudahan kepada pengembangan informasi peningkatan ilmu pengetahuan dan ketrampilan.

d. Menciptakan dan memantapkan kebiasaan membaca masyarakat pengguna perpustakaan tersebut.

2.1.3 Tugas Perpustakaan Khusus

Berdasarkan Buku Pedoman Pengelolaan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi (1999 : 34) tugas perpustakaan khusus adalah “Menyusun kebijakan dan melakukan tugas rutin untuk mengadakan, mengolah, dan merawat pustaka serta mendayagunakannya baik bagi instansi tersebut maupun diluar instansi tersebut”.

Tugas perpustakaan khusus instansi pemerintah adalah:

1. Menunjang terselenggaranya pelaksanaan tugas lembaga induknya dalam bentuk penyediaan materi perpustakaan dan akses informasi.

2. Mengumpulkan terbitan dari dan tentang lembaga induknya. 3. Memberikan jasa perpustakaan dan informasi.

4. Mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk menunjang tugas perpustakaan.

5. Meningkatkan literasi informasi. Untuk keperluan tersebut diatas dibutuhkan kerjasama yang erat antara pustakawan dan peneliti agar semua koleksi serta fasilitas yang disediakan betul betul yang dibutuhkan oleh user (pengguna).

2.1.4 Fungsi Perpustakaan Khusus

Fungsi perpustakaan selalu dikaitkan dengan jenis perpustakaan dan misi yang diembannya. Berikut ini adalah fungsi perpustakaan secara umum yaitu :

1. Fungsi penyimpanan, bertugas menyimpan koleksi (informasi) karena tidak mungkin semua koleksi dapat dijangkau oleh perpustakaan.

(4)

3. Fungsi pendidikan, perpustakaan menjadi tempat dan menyediakan sarana untuk belajar baik dilingkungan formal maupun non formal.

4. Fungsi rekreasi, masyarakat dapat menikmati rekreasi kultural dengan membaca dan mengakses berbagai sumber informasi hiburan seperti : Novel, cerita rakyat, puisi, dan sebagainya.

5. Fungsi kultural, Perpustakaan berfungsi untuk mendidik dan mengembangkan apresiasi budaya masyarakat melalui berbagai aktifitas, seperti : pameran, pertunjukkan, bedah buku, mendongeng, seminar, dan sebagainya.

Fungsi perpustakaan khusus secara khusus yaitu :

a. Mengembangkan koleksi yang menunjang kinerja lembaga induknya. Dalam hal ini, perpustakaan khusus menyediakan koleksi yang berkaitan dengan instansi sebagai langkah awal memperkenalkan dan membantu kinerja lembaga yang itu sendiri.

b. Menjadi focal point untuk informasi terbitan lembaga induknya, yaitu menyediakan koleksi yang berhubungan dengan panduanpanduan birokrasi, koleksi yang sesuai dengan kebutuhan kedinasan dan perlu melakukan identifikasi kebutuhan koleksi berdasarkan kebutuhan personal.

c. Mengorganisasi lembaga induknya. Merupakan pusat informasi tentang substansi kedinasan.

d. Mendayagunakan koleksi, dilakukan dalam rangka memberikan layanan kepada para pemustaka, sehingga peningkatkan secara umum kegemaran membaca harus menjadi budaya, mencerdaskan seluruh personal/karyawan agar menjadi cerdas dalam rangka memberikan layanan secara prima dan profesional.

e. Menerbitkan literature sekunder dan tersier dalam bidang lembaga induknya, baik cetak maupun elektronik. Dalam hal ini biasaanya lembaga induk dapat menerbitkan majalah atau buletin mengenai profil lembaga dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan. f. Menyelenggarakan pendidikan pemustaka, hal ini sangat penting karena penggunaan

perpustakaan menyebabkan tidak banyak pemustaka yang mau memanfaatkan jasa layanan perpustakaan. akibatnya pemustaka kurang tahu tentang kegunaan perpustakaan, begitu juga dengan bahan pustakanya. sehingga membutuhkan dorongan dan ajakan untuk berkunjung ke perpustakaan.

(5)

h. Ikut serta dalam kerjasama perpustakaan serta jaringan informasi. Agar dapat membantu secara maksimal, maka perpustakan berperan aktif dalam membangun kerjasama dengan perpustakaan lain dan melakukan berbagai inovasi baru supaya menjadi perpustakan yang lebih baik.

Poernomowati (2010 : 4) dalam (Bimbingan Teknis Perpustakaan Khusus, 2010)

2.2 Koleksi Perpustakaan Khusus

Koleksi merupakan salah satu faktor utama (pilar) bagi perpustakaan. Adanya koleksi yang memadai dan beragam akan dapat memenuhi kebutuhan informasi bagi pemustaka. Oleh karena itu, pemanfaatan koleksi harus dimaksimalkan. Dalam (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003 : 711) Pemanfaatan mengandung arti “proses, cara dan pembuatan memanfaatkan sesuatu untuk kepentingan sendiri”. Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan pemanfaatan koleksi perpustakaan adalah suatu proses atau cara memanfaatkan koleksi yang ada di perpustakaan untuk menemukan informasi yang dibutuhkan. Contoh pemanfaatan koleksi di perpustakaan adalah menggunakan koleksi perpustakaan dan meminjam buku untuk digunakan agar dapat bermanfaat diluar perpustakaan. Menurut (Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi, 2004 : 160) “Koleksi adalah sejumlah pustaka tentang suatu perkara tertentu, atau jenis tertentu, yang di kumpulkan oleh seseorang atau suatu perpustakaan”. Sedangkan berdasarkan Yuyum (2010 : 7) dalam Bimbingan Teknis Perpustakaan Khusus, 2010 “Koleksi Perpustakaan khusus adalah semua hasil karya tulis, karya cetak (printed materials), dan atau karya rekam (non printed materials) yang dikumpulkan dan diproses berdasarkan aturan tertentu untuk dilayankan dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi pemustaka, dan dikembangkan sesuai dengan kepentingan pemustaka dengan memperhatikan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi”. Pengertian tersebut juga didukung (KEP- 014/J.A/2/1998 Pasal 1 ayat 4 dalam Muryani, 2001 : 8) menyebutkan : 16 “koleksi adalah semua bahan pustaka tulisan, cetakan dan rekaman, baik yang berupa buku, peraturan perundang-undangan, terbitan berkala, lembar lepas, media pandang dengar maupun bentuk grafis”.

(6)

penelusuran informasi. Koleksi perpustakaan khusus difokuskan pada koleksi muktahir di dalam subyek yang menjadi tujuan perpustakaan tersebut atau untuk mendukung kegiatan badan induknya.

Pembinaan koleksi perpustakaan khusus menekankan pada beberapa jenis bahan pustaka seperti referensi, buku teks, majalah, jurnal ilmiah, hasil penelitian dan sejenisnya dalam bidang khusus, baik dalam bentuk tercetak maupun media rekam lainnya.

2.3 Pelayanan Pengguna

Pelayanan perpustakaan merupakan salah satu kegiatan utama di setiap perpustakaan dalam melayani penggunanya. Bagian layanan berhubungan secara langsung dengan pemakai dan sekaligus merupakan barometer keberhasilan penyelenggaran perpustakaan. Oleh karena itu dari layanan akan dikembangkan gambaran dan citra perpustakaan, sehingga seluruh kegiatan perpustakaan akan diarahkan dan terfokus kepada bagaimana memberikan layanan yang baik sebagaimana dikehendaki oleh masyarakat pengguna.

Menurut Zulfikar Zen (2006 : 90) “Layanan yang baik adalah layanan yang dapat memberikan rasa senang dan puas kepada pemakai”. Baik buruknya citra perpustakaan juga ditentukan bagian ini. Oleh karena itu setiap perpustakaan selalu berupaya penuh guna memuaskan pemakai perpustakaan tersebut.

Menurut Darmono (2006 : 34) dalam pelayanan, perlu diperhatikan asas sebagai berikut :

1. Selalu berorientasi kepada kebutuhan dan kepentingan pemakai perpustakaan.

2. Layanan diberikan atas dasar keseragaman, keadilan, merata dan memandang pemakai perpustakaan sebagai satu kesatuan yang menyeluruh dan tidak dipandang secara individual.

3. Layanan perpustakaan dilandasi dengan tata aturan yang jelas dengan tujuan umtuk mengoptimalkan fungsi layanan. Peraturan perpustakaan perlu didukung oleh semua pihak agar layanan perpustakaan dapat berjalan dengan baik.

4. Layanan dilaksanakan dengan mempertimbangkan faktor kecepatan, ketepatan, dan kemudahan dengan didukung oleh administrasi yang baik.

(7)

pengguna yaitu kegiatan pemberian layanan, bimbingan informasi agar pemakai perpustakaan dapat menggunakan bahan pustaka dengan mudah, cepat dan tepat serta jelas dimengerti oleh pemakai perpustakaan.

2.3.1 Pengertian Pelayanan Pengguna

Salah satu kegiatan utama perpustakaan adalah melaksanakan kegiatan pelayanan

pemakai yang berupa layanan bahan pustaka dan menyebarluaskan informasi yang dimiliki

oleh perpustakaan tersebut. Melalui pelayanan perpustakaan tersebut pengguna akan

memperoleh informasi secara optimal serta memanfaatkan berbagai sarana penelusuran

yang tersedia, seperti katalog dan OPAC (Online Public Access Cataloging).

Dalam buku Perpustakaan Perguruan Tinggi : Buku Pedoman (2004 : 71)

menyatakan bahwa pelayanan perpustakaan adalah pemberian informasi dan

fasilitas kepada pengguna dapat memperoleh informasi yang dibutuhkannya secara

optimal dari berbagai media dan memanfaatkan berbagai alat bantu penelusuran

yang tersedia

Sedangkan menurut Darmono (2006 : 134), bahwa definisi layanan perpustakaan adalah “Suatu layanan yang menawarkan semua bentuk koleksi yang dimiliki perpustakaan kepada pemakai yang datang ke perpustakaan dan meminta informasi yang dibutuhkannya”. Dengan kata lain tujuan layanan perpustakaan adalah cara untuk mempertemukan pembaca (pemakai) dengan bahan pustaka yang mereka minati dan membantu memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat tentang informasi yang sesuai dengan kebutuhan. Jadi hakikat layanan perpustakaan adalah penyediaan segala bentuk informasi kepada pemakai dan penyediaan segala alat bantu penelusurannya.

Selain pendapat di atas Gronroos (dalam Ratminto, 2005:2) pelayanan adalah suatu aktifitas atau serangkaian aktifitas yang bersifat tidak kasat mata yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi yang berupa pemberian bantuan kepada pemakai perpustakaan dalam proses peminjaman dan pengembalian pustaka.

(8)

2.3.2 Tujuan Pelayanan Pengguna

Sebagai organisasi perpustakaan harus mempunyai tujuan yang jelas agar perpustakaan dapat menentukan target yang akan dicapai. Setiap perpustakaan mempunyai tujuan-tujuan yang berbeda-beda, tetapi pada dasarnya tujuan perpustakaan adalah kepuasan pengguna.

Darmono (2006 : 135) menyatakan bahwa tujuan layanan perpustakaan adalah membantu memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat tentang informasi yang sesuai dengan kebutuhan. Membantu memenuhi kebutuhan dimaksudkan agar memberikan layanan kepada pengguna untuk mencari informasi yang dibutuhkan dengan cepat dan tepat sedangkan tuntutan masyarakat tentang informasi yang dibutuhkan yang sesuai dengan kebutuhan dimaksud agar segala kebutuhan informasi sesuai dengan yang dikehendaki pembaca.

Dari paparan di atas dapat diambil kesimpulan yaitu tujuan pelayanan adalah memberikan jasa pelayanan perpustakaan kepada pengguna perpustakaan untuk mendayagunakan bahan pustaka atau informasi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna dengan demikian koleksi bahan pustaka dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin demi pencapaian tujuan perpustakaan.

2.3.3 Fungsi Pelayanan Pengguna

Dalam buku Pedoman Perguruan Tinggi Depdikbud (2004: 3), menyatakan bahwa perputakaan adalah sebagai tempat mengumpulkan, melestarikan, mengolah, menyediakan, pemanfaatan menyebarluaskan informasi.

Fungsi pelayanan perpustakaan adalah mempertemukan pembaca dengan bahan pustaka yang mereka minati. Harus di usahakan agar perpustakaan menyelenggarakan kegiatan yang membuat pembaca senang datang ke perputakaan.

(9)

2.3.4 Jenis Pelayanan Pengguna

Jenis layanan yang diberikan perpustakaan ada beberapa macam. Jenis layanan biasanya juga dipengaruhi oleh jenis perpustakaan dan masyarakat yang dilayaninya. Sebagaimana layaknya perpustakaan lain, perpustakaan khusus harus dapat memberikan layanan yang efektif, cepat dan professional terhadap semua pemakai perpustakaan. Prinsip pelayanan yang dilaksanakan harus mengacu pada sistem manajemen mutu dan pelayanan prima yaitu mendudukkan kepuasan konsumen sebagai tujuan / sasaran perpustakaan. Berikut ini merupakan jenis layanan perpustakaan beserta penjelasannya menurut beberapa para ahli perpustakaan.

1. Layanan Sirkulasi

Dalam Buku Pedoman Umum Penyelenggaran Perpustakaan Khusus (1999 : 37) “Layanan sirkulasi adalah kegiatan peredaran koleksi perpustakaan di luar perpustakaan”. Pelayanan ini ditujukan agar pengguna perpustakaan dapat meminjam dan membaca bahan pustaka lebih leluasa sesuai kesempatan yang ada perpustakaan.

Menurut Darmono (2001: 141) layanan sirkulasi atau layanan peminjaman dan pengembalian bahan pustaka adalah ”Satu kegiatan di perpustakaan yang melayani peminjaman dan pengembalian buku.” Layanan pengembalian dan peminjam bahan pustaka merupakan kegiatan yang dilakukan hampir semua perpustakaan.

Sedangkan menurut Zulfikar Zen (2006 : 93) layanan sirkulasi adalah “Kegiatan melayani pemakai jasa perpustakaan dalam pemesanan, peminjaman, dan pengembalian bahan pustaka beserta penyelesaian administrasinya.”

Menurut Darmono (2001 : 144) bagian layanan sirkulasi mempunyai tugas melayani pengunjung perpustakaan khususnya dalam hal berikut ini:

1) Mengawasi keluarnya setiap bahan pustaka dari ruang perpustakaan. 2) Pendaftaran anggota perpustakaan

3) Peminjaman dan pengembalian bahan pustaka

4) Memberikan sanksi bagi anggota yang terlambat mengembalikan pinjaman 5) Memberikan peringatan bagi anggota yang belum mengembalikan pinjaman 6) Menentukan penggantian buku yang dihilangkan anggota

7) Membuat statistik sirkulasi 8) Penataan koleksi di jajaran / rak

(10)

1. Keanggotaan

Pendaftaran anggota adalah salah satu tugas layanan sirkulasi. Setiap perpustakaan harus menentukan siapa yang boleh dan berhak menjadi anggota perpustakaan. Selain itu perpustakaan juga menentukan persyaratan apa saja yang perlu dipenuhi oleh pengguna untuk menjadi anggota perpustakaan. Dalam hal ini perpustakaan melakukan pencatatan keanggotaan dalam pendaftaran anggota dan membuat kartu anggota yang digunakan untuk melaksanakan peminjaman.

Menurut Martoatmodjo (1994 : 4), kegunaan dari pendaftaran anggota adalah sebagai berikut :

1) Mengukur daya guna perpustakaan bagi mereka yang dilayaninya.

2) Mengukur kedudukan sosialnya dengan jalan mengetahui sejumlah buku yang dipinjam oleh para pembaca.

3) Mengetahui golongan peminjam untuk mengetahui pula kebutuhan pengguna, dapat digunakan sebagai data perbandingan dengan perpustakaaan lain.

2. Peminjaman

Menurut Syahrial - Pamundjak (2000 : 97) yang dimaksud dengan “Peminjaman adalah kegiatan pengedaran koleksi perpustakaan, baik untuk dibaca didalam perpustakaan maupun untuk dibawa keluar perpustakaan”.

Salah satu penyelenggara administrasi peminjaman adalah dengan menggunakan kartu buku. Untuk itu setiap buku di beri kartu buku, dimana tercatat tanda buku, nama pengarang, judul, dan nomor buku induk. Kartu buku ini tersimpan dalam kantong buku yang disediakan. Jika ada orang yang sedang meminjam buku , maka buku dan kartu bukunya serta kartu anggota diserahkan kepada petugas sirkulasi, kemudian petugas sirkulasi melakukan tiga tindakan:

1) Nomor anggota dan tanggal pengembalian dicatat pada kartu buku 2) Tanda buku dan tanda pengembalian dicatat pada kartu anggota 3) Tanggal pengembalian dicatat pada buku yang telah disediakan.

(11)

Menurut Buku Pedoman Perguruan Tinggi Depdikbud (2004 : 74), berdasarkan jangka waktunya, cara peminjaman bahan pustaka dibedakan menjadi tiga macam :

1) Peminjaman biasa, misalnya 1 minggu sampai dengan 2 minggu. 2) Peminjaman jangka pendek, misalnya 1 hari sampai dengan 3 minggu. 3) Peminjaman jangka panjang, misalnya 1 bulan sampai 1 semester.

3. Pengembalian

Menurut Buku Pedoman Perguruan Tinggi Depdikbud (2004 : 81) “Buku yang dipinjamkan kepada pengguna harus kembali pada waktunya dan petugas juga harus melihatkeadaan buku tersebut rusak maka peminjam harus memperbaiki atau menggantinya”.

Ada dua cara pengembalian yang biasa dilakukan perpustakaan.

1) Pengguna membawa langsung bahan pustaka yang hendak dikembalikan ke meja layanan.

2) Pengguna mengembalikan buku dengan memasukkannya ke dalam kotak pengembalian.

Langkah kerja yang dilakukan oleh petugas dalam prosedur pengembalian bahan pustaka adalah sebagai berikut :

a. Pengguna datang sendiri ke bagian pelayanan sirkulasi untuk menyerahkan bahan pustaka yang akan dipinjam.

b. Petugas menerima dan memeriksa keutuhan serta tanggal pengembalian pada lembar tanggal pngembalian.

c. Petugas mengambil kartu buku dari kotak kartu buku atas dasar tanggal kembali yang tertera pada lembar tanggal.

d. Petugas mengambil kartu peminjaman dari kotak kartu peminjaman atas dasar nomor anggota yang tertera pada lembar tanggal dan kartu buku.

e. Petugas membubuhkan stempel tanda kembali pada kartu buku, lembar tanggal dan kartu peminjaman.

f. Petugas mengembalikan kartu buku pada catalog kartu buku dan kartu peminjaman pada kotak kartu peminjaman.

(12)

4. Perpanjangan

Perpanjangan dapat diberikan jika tidak ada pengguna lain yang memesan bahan pustaka itu. Perpanjangan hanya dapat di lakukan dua kali saja yang di lakukan petugas perpustakaan untuk memperpanjang bahan pustaka yaitu dengan mencatat pada kartu dan slip pengembalian dengan cara menstempel tanggal kembali yang baru, lalu memberikan buku tersebut kepada peminjam.

Berdasarkan Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi Depdikbud ( 2004 : 83 ) prosedur perpanjangan waktu peminjaman di lakukan dengan cara:

1) Pengguna membawa buku yang di pinjam ke meja layanan. 2) Petugas memeriksa formulir penempaham.

3) Jika tidak ada menempah, petugas membubuhkan tanggal yang baru 4) Pada kartu pinjaman dan girik buku.

5) Jika ada yang menempah, petugas tidak memberikan izin perpanjangan.

Untuk melaksanakan prosedur perpanjangan masa pinjam di perlukan : a. Kartu pinjam

b. Kartu buku

c. Stempel tanggal kembali

Perpanjangan masa peminjaman dilakukan berdasarkan jangka waktu tersendiri lazimnya buku hanya boleh di perpanjang selama dua kali. Perpanjangan bahan pustaka yang di pinjam dilakukan peminjaman dengan cara datang langsung ke perpustakaan dengan membawa bahan pustaka yang dipinjam dan melapor kepada petugas perpustakaan bahan pustaka yang akan dipinjam.

5. Penagihan

Berdasarkan Buku Pedoman Perguruan Tinggi Depdikbud (2004 : 83) “Bila pengguna tidak mengembalikan bahan pustaka pada waktunya perpustakaan akan menagih buku agar segera di kembalikan”. Menurut Syahrial-Pamundjak (2000 : 97 ) Prosedur penagihan bahan pustaka sebagai berikut :

1) Petugas memeriksa keterlambatan pengembalian berdasarkan tanggal kembali bahan perpustakaan, pekerjaan ini harus di lakukan setiap hari.

(13)

3) Bila bahan di kembalikan setelah ditagih, petugas memprosesnya berdasarkan proses pengembalian.

6. Sanksi

Menurut Buku Pedoman Perguruan Tinggi Depdikbud (2004 : 83) pemberian sanksi adalah “Suatu kegiatan/tugas pelayanan sirkulasi yang berupa kegiatan pemerikasaan atas pelanggaran yang dilakukan oleh pengguna serta pemberian sanksi atas pelanggaran tersebut”.

Pelanggaran yang dilakukan oleh pengguna perpustakaan dapat berupa : 1) Terlambat pengembalian bahan pustaka.

2) Mengembalikan bahan pustaka dalam keadaan rusak. 3) Membawa bahan pustaka tampa prosedur yang berlaku. 4) Menghilangkan bahan pustaka.

5) Melanggar tata tertib perpustakaan.

Dalam buku Pedoman Perguruan Tinggi Depdikbud ( 2004 : 84) ada beberapa jenis sanksi yang dikenakan kepada pengguna antara lain:

a. Denda

b. Sanksi administrative, misalnya tidak boleh meminjam bahan perpustakaan dalam waktu tertentu

c. Sanksi akademik, berupa pembatalan hak dalam kegiatan belajar mengajar.

Prosedur yang ditempuh yaitu :

a. Petugas menetapkan tingkat pelanggaran pengguna.

b. Berdasarkan tingkat pelanggaran tersebut, petugas menetapkan sanksi

c. Untuk sanksi administrative, petugas langsung menyelesaikan menurut peraturan perpustakaan

d. Untuk sanksi akademik, kepala perpustakaan mengusulkannya kepada pimpinannya perguruan tinggi agar memberi sanksi kepada pengguna tersebut.

7. Bebas Pustaka

(14)

atau kewajiban lain kepada perpustakaan”. Pemberian surat keterangan bebas pustaka dimasuksudkan agar koleksi terpelihara dan pengguna mematuhi peraturan perpustakaan.

Pemberian surat bebas pustaka memiliki fungsi untuk mencegah atau menekan kemungkinan hilangnya bahan-bahan pustaka karena mahasiswa telah menyelesaikan studi atau staf/pegawai administrasi pensiun.

Menurut Syahrial-Pamundjak (2000 : 97) prosedur pemberian surat keterangan bebas pustaka dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :

1) Pengguna yang membutuhkan tanda bukti bebas pustaka menyerahkan tanda pengenal.

2) Petugas mengambil kartu peminjaman berdasarkan pada nomor anggota yang tertera pada tanda pengenal.

3) Petugas memeriksa ada tidaknya peminjaman yang belum di kembalikan pada kartu peminjaman.

4) Kartu peminjaman yang menunjukkan bahwa pengguna tidak mempunyai peminjaman distempel pada bebas pustaka.

5) Petugas memeriksa tanda bukti bebas pustaka dengan identitas pengguna

2.4 Pelayanan Pengguna Tunanetra

Pemanfaatan perpustakaan saat ini tidak hanya terpusat pada salah satu jenis elemen

masyarakat saja namun telah merambah ke berbagai lapisan masyarakat salah satunya

penyandang tunanetra sebagai pemustaka dalam kategori kelompok khusus. Penyandang

tunanetra ternyata memberikan tanggapan yang positif terhadap keberadaan perpustakaan

yang secara khusus di desain bagi penyandang tunanetra. Seiring dengan respon positif

penyandang tunanetra dalam memanfaatkan perpustakaan, tidak dapat dipungkiri bahwa

tunanetra merupakan individu yang memiliki keterbatasan visual sehingga kadang kala

kemampuan mereka dalam mengkonsepsi makna terkait kehidupan sehari-hari mengalami

hambatan atau gangguan.

(15)

Persatuan Tunanetra Indonesia / Pertuni (2004) mendefinisikan ketunanetraan sebagai berikut: Orang tunanetra adalah mereka yang tidak memiliki penglihatan sama sekali (buta total) hingga mereka yang masih memiliki sisa penglihatan tetapi tidak mampu menggunakan penglihatannya untuk membaca tulisan biasa berukuran 12 point dalam keadaan cahaya normal meskipun dibantu dengan kaca mata (kurang awas).

Khoerunnisa (2010 : 1) menyatakan bahwa tunanetra adalah suatu kondisi dari mata atau indra penglihatan yang karena sesuatu hal tidak berfungsi sebagai mana mestinya, sehingga mengalami keterbatasan dan atau ketidakmampuan melihat.

Selain pendapat di atas Saputro (2009 : 2) menyatakan bahwa tunanetra adalah seseorang yang mengalami gangguan penglihatan, baik itu kebetulan total atau sebagian, sehingga untuk beraktifitas, khususnya komunikasi tulisan memerlukan alat bantu teknik khusus (huruf braille).

Dari uraian di atas dapat menghasilkan kesimpulan bahwa tunanetra adalah hilangnya indra penglihatan sehingga mengalami keterbatasan dan ketidakmampuan untuk melihat dengan sempurna dengan kata lain harus menggunakan alat bantu berupa tulisan huruf braille.

Safaruddin (2010 : 8) menyatakan bahwa prinsipnya pengelolaan perpustakaan dan lingkungan belajar penyandang tunanetra sama dengan pengelolaan perpustakaan dan lingkungan belajar orang-orang nonberkebutuhan khusus. Namun demikian ada hal-hal khusus yang tidal menjadi kebutuhan orang pada umumnya tetapi menjadi kebutuhan penyandang tunanetra. Oleh karena itu perpustakaan dan lingkungan belajar penyandang tunanetra perlu dikelola oleh pihak yang tetkait dengan strategi khusus antara lain,

1) Setiap ruang perpustakaan, tempat dimana penyandang tunanetra memperoleh informasi dan tempat duduk, meja, sampai rak-rak buku perlu diberi tandayang dapat diraba oleh tunanetra. Tanda ini dapat berupa tulisan hurus Braille maupun tanda-tanda tertentu, misalnya relief-relief gambar.

2) Pengaturan ruangan hendaknya memperhatikan keluluasaan gerak pada penyandang tunanetra agar tidak menggangu mobilitas mereka. Ruangan hendaknya tidak terlalu sempit dan jarak antara rak satu dengan rak yang lainnya dapat dilalui oleh dua orang atau lebih.

(16)

telah dikembangkan oleh berbagai pihak yang menaruh minat pada teknologi layanan bagi tunanetra, menghasilkan alat-alat yang bersifat manual, mekanis, sampai alat elektronik yang canggih.

Dari urain di atas menyatakan bahwa pengelolaan perpustakaan untuk tunanetra harus memadai fasilitas, memberi tanda dengan huruf braille di rak-rak buku agar dapat diraba penyandang tunanetra dan ruang geraknya tidak terlalu sempit.

Safaruddin (2010 : 7) menyatakan bahwa pelayanan pengguna tunanetra adalah layanan berbasis teknologi bagi tunanetra yang mempunyai kelainan diharapkan dapat membantu penyandang tunanetra untuk dapat mengakses informasi. Berbagai alat bantu yang telah dikembangkan oleh berbagai pihak yang menaruh minat pada teknologi layanan bagi tunanetra, menghasilakan alat-alat yang bersifat manual, mekanis, sampai alat elektronik yang canggih, seperti Komputer dengan program Job

Acces With Speech (JAWS), Printer Braille (Impact Printer), Open Book scanner,

DAISY Player (Digital Ascesible System Player), Buku bicara (Digital Talking Book),

Termoform, dan telesensory.

Dari uraian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa pelayanan pengguna tunanetra adalah memberikan layanan kepada pengguna tunanetra dengan segala keterbatasan fisik di milikinya dalam mencari informasi sesuai dengan kebutuhannya sehingga informasi yang dibutuhkan dapat terpenuhi.

2.4.1 Komputer Berbicara

Khoerunnisa (2010 : 4) menyatakan bahwa Komputer Berbicara adalah Komputer dengan program JAWS. Komputer yang memudahkan penyandang tunanetra mengakses informasi dari internet maupun ketika mengetik adalah computer yang memiliki aplikasi screen reader yang disebut JAWS.

Cara kerja aplikasi screen reader yaitu komputer menerangkan tampilan yang ada pada layar monitor (screen) dengan suara. Mulai dari menu program yang tersedia, sampai menginformasikan dimana letak kursor dan menerangkan tulisan apa saja yang terbaca pada screen (membaca kata perkata maupun huruf demi huruf).

(17)

mentranslate kata dari Bahasa Indonesia ke bahasa Inggris (saduran dari kamus Hasan Sadili). Pembrailannya pun menggunakan dua program, yaitu Duxbury dan MBC MBC

(Mitra Netra Braille Conventer). Duxbury merupakan program dari luar negeri, sedangkan

MBC berasal dari Indonesia. Persamaan dari keduanya adalah dapat mengubah tulisan Braille

ke tulisan awas maupun sebaliknya. Namun, proses ini memilki kelemahan yaitu file yang disimpan formatnya akan berubah dan simbol-simbol khusus (misal arab dan metematika) tidak dapat dikonversikan langsung.

Gambar 1. Komputer Berbicara Sumber : http://lptsurabaya.blogspot.com/ (2012)

Dari uraian di atas komputer berbicara adalah komputer yang menggunakan program jaws yang mengeluarkan suara saat di gunakan penyandang tunanetra dengan berbahasa inggris.

2.4.2 Huruf Braille

Perkembangan Braille di Indonesia sejak tahun 1975 telah disusun buku pedoman menulis Braille menurut EYD, kemudian pada tahun 2000 telah disempurnakan/ dilengkapi sesuai perkembangan teknologi dan informasi, maka diterbitkanlah sistem Braille Indonesia bidang Bahasa Indonesia (Kepmendiknas, Nomor: 052/U/2000, tanggal 13 April 2000), bidang Matematika (Kepmendiknas Nomor: 056/U/2000, tanggal 13 April 2000), bidang Fisika (Kepmendiknas Nomor: 054/U/2000, tanggal 13 April 2000), bidang Kimia (Kepmendiknas Nomor: 055/U/2000, tanggal 13 April 2000). Selain itu telah selesai disusun sistem Braille Musik yang berorientasi pada simbol musik Braille Internasional.

(18)

dengan membuat tusukan pada reglet kemudian untuk membacanya kertas dibalik dibaca dari arah kiri ke kanan. Jika hanya titik pertama dari baris pertama yang timbul, itu huruf a, jika titik pertama dan kedua dari baris pertama yang timbul itu huruf b. Tulisan braille terdiri dari 63 karakter, yang meliputi huruf, angka, tanda baca, tanda ulang, huruf besar .

Pada tahun 1932, tulisan braille diakui sebagai Standard English Braille oleh perwakilan dari perkumpulan penyandang cacat netra seInggris Raya dan Amerika Serikat. Untuk melengkapi dan menyempurnakan tulisan braille, pada tahun 1065 The Nemeth Code of Braille Mathematics and Scientific Notation memodifikasi tulisan braille yang mewakili bermacam-macam simbol khusus yang digunakan untuk bidang matematika dan teknik. Di samping itu juga, masih banyak tulisan braille yang dimodifikasi untuk penulisan notasi musik, tulisan cepat (stenografi) dan macam-macam bahasa di dunia. Saat ini, tulisan tangan dengan menggunakan tulisan braille sudah dimungkinkan dengan menggunakan alat yang bernama ”slate”. Yang terdiri dari 2 buah lembaran baja, yang dihubungkan dengan menggunakan sendi yang berguna untuk memasukkan selembar kertas diantaranya.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa tulisan penemuan Louis Braille sangat berperan penting untuk membantu para penyandang cacat netra mengatasi kendala dalam bersosialisasi dan berkomunikasi antar sesama penyandang cacat netra dan dengan masyarakat umum. Kendala ini dapat teratasi karena masalah pokok penyandang cacat netra adalah individu yang mempunyai kelainan fisik (physical handicap) yang berpengaruh terhadap fungsi sosial dan fungsi emosional, yang termanifestasi dalam bentuk gangguan kepribadian (sikap pasif dan sikap ragu) serta gangguan dalam penyesuaian diri (rendah diri, kurang berani mengenal orang lain, merasa tidak berguna). Karena tulisan braille sudah diakui sebagai standar cetakan dan tulisan bagi penyandang cacat netra, sehingga para penyandang cacat netra tidak perlu takut dan cemas untuk berkomunikasi dengan sesamanya, karena mereka mempunyai ”tulisan” sebagai akses yang bisa dipakai sebagai identitas diri, dimana hal ini nantinya akan menumbuhkan keberanian mereka untuk berkomunikasi dengan orang normal dan melakukan tugas dan fungsinya dalam masyarakat, tanpa terganggu oleh ketunaannya, sama dengan orang normal.

(19)

ujung jari. Sebagian besar pembaca braille terlihat membaca huruf braille oleh penglihatan. Jari sensitif dibutuhkan untuk membaca braille. Ukuran huruf braille yang umum digunakan adalah dengan tinggi sepanjang 0.5 mm, serta spasi horizontal dan vertikal antar titik dalam sel sebesar 2.5 mm.

Gambar 2. Huruf Braille

Sumber : http://www.klikpositif.com/news/read/8338/ownfone-luncurkan-ponsel-braille-untuk-tunanetra.html (2014)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa huruf braille adalah kode didasarkan enam tiitk dengan membaca dari kiri ke kanan yang di susun dalam dua kolom tiga titik.

2.4.3 Printer Braille

Khoerunnisa (2010 : 4) menyatakan bahwa Printer Braille memiliki cara kerja yang mirip dengan printer dot matrix. Proses pencetakan dilakukan dengan cara pengetukan pada kertas, sehingga printer ini lebih bersuara jika dibandingkan dengan printer tinta. Printer braille terdiri dari dua tipe, yaitu COMET dan BRAILLO NORWAY (tipe 200 dan 400). Perbedaan dari dua tipe ini terletak pada hasil cetakannya. Printer COMET hanya dapat mencetak dari dua sisi (satu muka), sedangkan BRAILLO NORWAY dapat mencetak dua sisi (bolak-balik).

(20)

Gambar 3. Printer Braille Sumber : http://www.livingmadeeasy.org.uk/ (2014) 2.4.4 Digital Ascesible System (DAISY) Player

PlayerDigital Ascesible System (DAISY)Player. DAISY Player digunakan untuk mempermudah penyandang tunanetra untuk memperoleh informasi dari buku tertentu yang telah diubah menjadi bentuk suara. Kecepatan dan volume suara dapat diatur sedemikian rupa sesuai kebutuhan. Buku bicara yang digunakan untuk DAISY player ini berupa compact disk.

Gambar 4. DAISY Player Sumber : http://www.dlf-data.org.uk/ (2012)

2.4.5 Buku bicara (Digital Talking Book)

Buku bicara pada dasarnya memilki cara kerja yang hampir sama dengan buku bicara dalam bentuk compact disk (CD). Hanya saja pengoperasian kaset bicara harus menggunakan radio tape.

Gambar 5. Digital Talking Book Sumber : http://www.visiinklusi.com/ (2013)

2.4.6 Termoform

(21)

Gambar 6. Termoform Sumber : http://www.proses-tek.com/ (2011)

2.4.7 Telesensory

Telesensory merupakan suatu alat yang digunakan untuk memperbesar huruf awas agar terbaca oleh penderita tunanetra low vision.

Gambar 7. Telesensory Sumber : http://www.telesensory.com/ (2008)

(22)

Gambar

Gambar 1. Komputer Berbicara
Gambar 2. Huruf Braille
Gambar 5. Digital Talking Book
Gambar 6. Termoform

Referensi

Dokumen terkait

Entitas Pemantau Non Anggota adalah suatu kesatuan yang telah diakui oleh oleh hukum internasional tetapi tidak memiliki kedaulatan yang diakibatkan tidak terpenuhinya

Metode pembelajaran ini dilakukan dengan cara konvensional, guru TK/TPA di dalam menerangkan materi membutuhkan waktu yang lebih banyak karena harus menulis

Dalam Rangka Pembangunan Simpul Jaringan untuk Mendukung Kebijakan Nasional Satu

Diagram-diagram yang dibutuhkan untuk pembuatan penulisan ilmiah ini menggunakan Data Flow Diagram, yang terdiri dari Diagram Konteks, Diagram Zero, Entity Relationship Diagram,

Hendro Gunawan, MA

manfaat dari infak itu sendiri (2) pihak sekolah yaitu dari kepala sekolah dan guru bentuk dukungan itu seperti motivasi untuk giat berinfak dan juga menyampaikan kepada

Agro Indomas Terawan Estate, untuk mengetahui keanekaragaman serangga Ordo Coleoptera yang ditemukan di Hutan sekitar Perkebunan Kelapa Sawit PT.. Agro Indomas

 Peserta didik menganalisis, menghubungkan, dan menyimpulkan data-data yang didapat dari hasil diskusi tentang definisi iman kepada kitab suci, macam-macam kitab suci, dan