• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian EM-4 (Effective Microorganism-4) Pada Pakan Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pemberian EM-4 (Effective Microorganism-4) Pada Pakan Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Biologi Ikan Lele (Clarias gariepinus)

Ikan lele memiliki tubuh yang licin, berlendir dan tidak bersisik. Secara morfologi, bentuk tubuh lele memanjang, agak bulat pada bagian tengahnya dan bagian belakang berbentuk pipih. Kepala lele pipih dengan memiliki panjang yang hampir mencapai seperempat panjang tubuhnya. Sekitar mulut terdapat empat pasang sungut peraba (barbels) yang berfungsi sebagai alat peraba saat mencari makan atau saat bergerak. Di dekat sungut terdapat juga alat olfaktori yang berfungsi untuk perabaan dan penciuman serta penglihatan lele yang kurang berfungsi dengan baik (Mahyuddin, 2008).

Lele Sangkuriang merupakan spesies kerabat lele dumbo, keunggulan lele sangkuriang dibanding lele dumbo adalah fekunditas telur yang lebih banyak. Keunggulan paling penting adalah nilai konversi pakan atau FCR lele sangkuriang yang berada pada kisaran 0,8 – 1 sedangkan untuk lele dumbo nilai konversi pakannya lebih dari 1 (Khairuman dan Amri, 2008).

(2)

pasang sungut maxiral/ rahang atas dan dua pasang sungut mandibula/rahang bawah (Lukito, 2002).

Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) menurut Kordi, (2010)

Habitat Ikan Lele

Habitat atau lingkungan hidup ikan lele adalah air tawar. Air yang terbaik untuk pemeliharaan ikan lele ialah air sungai, air dari saluran irigasi, air tanah, mata air maupun air sumur. Lele juga relatif tahan terhadap kondisi air yang menurut ukuran kehidupan ikan dinilai kurang baik. Sebagai contoh, lele dapat hidup di kolam penampungan air comberan maupun di sawah dengan kedalaman 5-10 cm saja (Hernowo dan Suyanto, 1999).

Probiotik dan Efective Microorganism-4 (EM4)

Menurut Irianto (2007) penggunaan organisme probiotik dalam akuakultur dapat dilakukan melalui pakan, air maupun melalui perantaraan pakan hidup seperti rotifera atau artemia. Pemberian probiotik dalam pakan berpengaruh dalam saluran pencernaan, sehingga akan sangat membantu dalam proses penyerapan makanan dalam pencernaan ikan.

Phylum : Chordata

Kelas : Pisces

Subkelas : Teleostei

Ordo : Ostariophysi Famili : Claridae Genus : Clarias

(3)

Menurut Irianto (2013) probiotik dapat mengatur lingkungan mikrobia pada usus, menghalangi mikroorganisme patogen dalam usus dengan melepas enzim-enzim yang membantu proses pencernaan makanan. Salah satu bakteri yang diyakini mampu untuk meningkatkan daya cerna pada ikan yaitu Bacillus sp. Menurut Fardiaz (1992) Bakteri Bacillus sp. Mempunyai kemampuan mengsekresikan enzim protease, lipase dan amilase.

Mekanisme kerja probiotik diantaranya dapat sebagai penstimulasi sistem imun non-spesifik pada ikan. Namun, pemberian probiotik yang dilakukan secara terus menerus dapat menurunkan keefektifannya, sehingga pemberian probiotik dengan waktu berselang diharapkan akan lebih efektif dan dapat menghasilkan sistem imun yang lebih baik karena setiap probiotik yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung merangsang aktifnya sistem imun (Septiarini dkk., 2012).

Efective Microorganism (EM-4) diproduksi oleh Indonesia Kyusei Nature Farming Societies dengan distributor PT Songolangit Persada Jakart. EM-4 mengandung bakteri fermentasi dari genus Lactobacillus, Actinomycetes, bakteri

fotosintetic dan ragi (Laksmawati, 2006).

Dalam EM-4 terdapat berbagai mikroorganisme yang bermanfaat, yaitu

(4)

EM-4 mengandung 90% bakteri Lactobacillus sp. (bakteri penghasil asam laktat), Streptomyces sp., jamur pengurai sellulosa dan ragi. EM-4 merupakan suatu tambahan untuk mengoptimalkan pemanfaatan zat-zat makanan karena bakteri yang terdapat dalam EM-4 dapat mencerna sellulose, pati, gula, protein, lemak ( Surung, 2008).

Produk EM-4 merupakan kultur effective microorganism-4 dalam medium cair berwarna coklat kekuning-kuningan yang menguntungkan untuk prtumbuhan dan produksi ternak dengan ciri-ciri berbau asam manis. EM4 peternakan mampu memperbaiki jasad renik didalam saluran pencernaan ternak sehingga kesehatan ternak akan meningkat, tidak mudah stres dan bau kotoran akan berkurang. Pemberian EM4 pada pakan dan air minun ternak akan meningkatkan nafsu makan ternak karena aroma asam manis yang ditimbulkan. EM4 peternakan tidak mengandung bahan kimiawi, sehingga aman bagi ternak (Kukuh, 2010).

(5)

mas terdapat pada perlakuan yang diberi probiotik 2ml/kg yaitu sebesar 9.8% (Ahmadi dkk., 2012).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Beauty dkk., (2012) dengan pemeliharaan lele yang diberikan EM4 dengan dosis 0.5 ml/l dengan kepadatan ikan 2 ekor/l menghasilkan kelulusan hidup tertinggi sebesar 80.56 %, sedangkan pertumbuhan panjang dan bobot tertinggi dengan dosis 1ml/l dengan kepadatan 1 ekor per liter sebesar 4.56 g dan 1,62 cm.

Pakan Ikan Lele

Ikan membutuhkan materi dan energi untuk pertumbuhan yang diperoleh dari pakan. Kebutuhhan pakan untuk setiap ikan tentunya berbeda-beda. Kandungan nutrisi yang dibutuhkan oleh ikan dalam pakan untuk mencapai pertumbuhan maksimal adalah protein, karbohidrat, vitamin dan mineral (Amri dan Khairuman 2003).

Pakan merupakan salah satu unsur penting dalam kegiatan budidaya yang menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan budidaya. Pakan pada kegiatan budidaya umumnya adalah pakan komersial yang menghabiskan sekitar 60-70% dari total biaya produksi yang dikeluarkan. Hal inilah yang menyebabkan pentingnya pakan sehingga perlu dilakukan penelitian untuk memperbaiki nilai nutrisi pakan yaitu dengan penambahan probiotik (Arief dkk., 2014).

(6)

anaknya sendiri jika kekurangan pakan.Selain itu pakan buatan pabrik dalam bentuk pelet sangat digemari lele (Hernowo dan Suyanto, 1999).

Pelet merupakan pakan terbaik untuk lele. Karena pelet buatan pabrik mengandung gizi dan proteinnya telah dipertimbangkan dengan cukup baik. Ukuran pelet beragam dan diberikan berdasarkan umur dan bukaan mulut ikan lele. Mungkin yang perlu dipertimbangkan ketika memberikan pellet adalah harganya yang relative tinggi, namun pemberian pelet dapat dicampur dengan bahan yang mengandung protein hewani seperti sifut air, bekicot, bekatul dan lain sebagainya. Pemberian pelet harus dikontrol, Jika terlalu banyak, ikan akan keracunan. Takaran perhari sekitar 5% dari bobot tubuhnya (Agus dkk., 2001).

Kualitas air

Lingkungan hidup merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembudidayaan lele sangkuriang. Salah satu faktor lingkungan hidup yang perlu diperhatikan adalah oksigen (Dissolved oxygen/DO). Kandungan oksigen dalam air akan sangat berpengaruh terhadap tingkat produksi lele sangsuriang karena berpengaruh terhadap proses metabolisme. Jika kekurangan oksogen maka pertumbuhan ikan lele akan lambat. Kadar DO yang rendah menurunkan nafsu makan ikan lele. Lele akan hidup normal jika konsentrasi DO-nya 5-7 mg/l (Prihartono dkk, 2000).

Faktor-faktor yang berhubungan dengan lingkungan hidup ikan senantiasa harus dijaga dan diperhatikan. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah: suhu

berkisar antara 24 – 30C, pH 6,5 – 7,5, oksigen terlarut 5 – 6 mg/l. Dengan

(7)

kepesatan tubuhnya maupun kemampuan dalam menghasilkan benih ikan (Djoko, 2006). Adapun kualitas air media hidup ikan lele dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kualitas Air Media Hidup Lele

Parameter Nilai yang dianjurkan

Suhu 25°C - 30°C

pH 6,5 – 8,6

Laju pergantian air (10-15) % perhari

Ketinggian air 50 cm-70 cm

Kecerahan 25 cm – 35 cm

Sumber : (SNI : 01- 6484.4 – 2000)

Oksigen Terlarut

Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang sangat penting di ekosistem perairan, terutama sekali dibutuhkan dalam proses respirasi bagi sebagian organisme air. Umumnya kelarutan oksigen dalam air sangat terbatas. Dibandingkan dengan kadar oksigen diudarayang mempunyai konsentrasi sebanyak 21% volume., air hanya mampu menyerap oksigen sebanyak 1% volume saja (Barus, 2004).

Kandungan oksigen dalam perairan bertindak sebagai limiting factor. Oksigen sangat esensial bagi ikan untuk bernafas dan merupakan komponen utama dalam metabolisme. Kandungan oksigen terlarut di perairan selayaknya tidak boleh kurang dari 4 ppm. Apabila kandungan oksigen dalam air budidaya

ikan kurang dari 4 ppm dan suhu 20-23C dapat menyebabkan laju pertumbuhan,

(8)

Tabel 2. Pengaruh kelarutan oksigen pada ikan budidaya

Konsentrasi oksigen terlarut Pengaruh

Kurang dari 1 mg/l Terjadi kematian apabila berlangsung lebih dari beberapa jam

1-5 mg/l Pertumbuhan akan terganggu apabila

berlangsung terus-menerus 5 mg/l –sampai jenuh Sangat baik untuk pertumbuhan

Di atas jenuh Dapat membahayakan apabila terjadi pada seluruh bagian tambak

Sumber : Kordi dan Andi (2007)

pH (Derajat Keasaman)

Nilai pH menyatakan konsentrasi ion hidrogen dalam suatu larutan, didefenisikan sebagai logaritma dari resiprokal aktivis ion hidrogen dan secara

matematis dinyatakan sebagai pH= log 1/H, dimana H+ adalah banyaknya

hydrogen dalam mol per liter larutan. Kemampuan air untuk mengikat atau melepaskan sejumlah ion hydrogen akan menunjukkan apakah larutan tersebut bersifat asam atau basa (Barus, 2004).

(9)

Tabel 3. Hubungan pH air dengan kehidupan ikan budidaya

pH air Pengaruh Terhadap Ikan <4,5 Air bersifat racun bagi ikan

5-6,5 Pertumbuhan ikan terhambat dan ikan sangat sensitif pada bakteri dan parasit 6,5-9,0 Ikan mengalami pertumbuhan optimal

>9,0 Pertumbuhan ikan terhambat

Sumber : Kordi (2004).

Suhu

Dalam setiap penelitian pada ekosistem air, pengukuran temperatur air merupakan hal yang mutlak dilakukan. Hal ini disebabkan karena kelarutan berbagai jenis gas di dalam air serta aktivitas biologis-fisiologis di dalam ekosistem air sangat di pengaruhi oleh temperature. Menurut hokum Van’t Hoffs,

kenaikan temperature sebesar 10C (hanya pada kisaran temperature yang masih

di tolerir) akan meningkatkan laju metabolisme, akan menyebabkan konsumsi oksigen meningkat, sementara itu di lain pihak dengan meningkatnya temperatur akan menyebabkan kelarutan oksigen dalam air akan berkurang. Hal ini dapat menyebabkan organisme air akan mengalami kesulitan untuk melakukan respirasi (Barus, 2004).

(10)

kelarutan oksigen dalam air, padahal kebutuhan oksigen bagi ikan akan semakin besar karena tingkat metabolism semakin tinggi. Toleransi ikan terhadap temperature akan tergntung pada spesies ikan, tahap perkembangan, oksigen terlarut, polutan dan musim ( Handajani dan Wahyu, 2010).

Amonia

  Amonia yang ada di perairan berasal dari sisa metabolisme ikan yang

terlarut dalam air, feses ikan, serta dari makanan ikan yang tidak termakan dan mengendap di dasar kolam budidaya (Pillay, 2004). Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan konsentrasi amonia meningkat antara lain membusuknya makanan ikan yang tidak termakan, menurunnya kadar oksigen terlarut pada kolam yang apabila oksigen terlarut berkisar antara 1-5 ppm mengakibatkan pertumbuhan ikan menjadi lambat sedangkan oksigen terlarut yang kurang dari 1 ppm dapat bersifat toksik bagi sebagian besar spesies ikan (Rully, 2011).

Probiotoik dan Kualitas Air

(11)

perbaikan dalam penggunaan pakan atau memperbaiki nutrisinya, memperbaiki respon inang terhadap penyakit dan memperbaiki kualitas lingkungannya (Verschuere dkk.,2000).

Di dalam perairan terdapat bakteri-bakteri probiotik antara lain, bakteri

Lactococcus sp., Carnobacterium sp., Staphylococcus sp., Lactobacillus sp., Bacillus sp., Eubacterium sp., Bifidobacterium sp., Micrococcus sp., dan

Pseudomonas sp. (Holt et al., 1994). Pada kondisi normal, kelimpahan bakteri probiotik di perairan kolam rendah, sehingga penambahan bakteri probiotik diperlukan untuk meningkatkan pengolahan polimer organik di kolam budidaya (Efendi 2005)

EM-4 dalam media budidaya perikanan, berfungsi sebagai pengatur kondisi mikrobiologi di air atau sedimen, membantu mengatur atau memperbaiki kualitas air, meningkatkan keragaman mikroorganisme dalam air atau sedimen serta meningkatkan kesehatan ikan dengan menghambat efek bakteri patogen. Bakteri probiotik dapat meningkatkan kesehatan ikan dan memperbaiki kualitas air serta digunakan sebagai pakan tambahan sehingga dapat memacu pertumbuhan dan mencegah terjadinya serangan penyakit (Susanto dkk., 2005).

EM4 (Efective Microorganism-4) berguna untuk penetralisir air agar ikan terlindung dari racun dan bakteri-bakteri penyebab penyakit. Sehingga parameter kualitas air seperti suhu, pH, salinitas, Dissolved Oxygen (DO) dan amoniak dapat terkontrol, sehingga kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan lele dalam media pemeliharaan dapat meningkat.

(12)

NH3 pada media pemeliharaan. Terdapat korelasi antara konsentrasi NH3 pada media pemeliharaan dengan tingkat kelangsungan hidup benih ikan lele dumbo. Konsentrasi probiotik EM-4 yang paling baik yaitu 12 mg/L, dimana tingkat kelangsungan hidupnya 52,67%, dan konsentrasi amonianya 0,007 mg/L.

Pertumbuhan

(13)

Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan diantaranya adalah jumlah dan ukuran makanan yang tersedia, jumlah ikan yang menggunakan sumber makanan yang tersedia, suhu, oksigen terlarut, faktor kualitas air, umur, dan ukuran ikan serta kematangan gonad (Efendie, 1979).

Jumlah energi yang digunakan untuk pertumbuhan tergantung pada jenis ikan, umur, kondisi lingkungan, dan komposisi makanan. Semua faktor tersebut akan berpengaruh dalam metabolisme dasar. Energi untuk pemeliharaan tubuh merupakan gabungan antar metabolisme dasar dan dinamika kegiatan spesifik. SDA adalah jumlah panas yang dihasilkan dan merupakan tambahan pada metabolisme dasar sebagai hasil dari pencernaan protein lebih tinggi dibandingkan untuk pencernaan makanan (Buwono, 2000).

Gambar

Tabel 1. Kualitas Air Media Hidup Lele
Tabel 2. Pengaruh kelarutan oksigen pada ikan budidaya
Tabel 3. Hubungan pH air dengan kehidupan ikan budidaya

Referensi

Dokumen terkait

4.1.5 Gambaran self care pada penderita hipertensi berdasarkan indikator kepatuhan diet rendah garam sebagian besar responden responden dengan tingkat kepatuhan sedang

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa perlakuan penambahan myoinositol 50 mg/l tanpa arang aktif memberikan pertambahan jumlah daun terbanyak (Tabel 3). Peningkatan jumlah

Kepemimpinan sekolah agama rakyat diwarisi daripada kepemimpinan terdahulu (pondok) yang masih mengamalkan model kepemimpinan kerohanian Islam dalam pentadbiran

Bentuk unit pelayanan institusional adalah pelayanan kesehatan jiwa komunitas berbasis Rumah Sakit dan unit pelayanan kesehatan jiwa komunitas

Dian Syahfitri Universitas Prima

[r]

3 Amal Rezka Putra Badan Teknologi Nuklir Indonesia 4 Anies Mutiari Balitbang Kementerian Perindustrian 5 Anisyah Dewi Syah Fitri Balitbangda Provinsi Jawa Barat 6 Ari Wibowo

PERATURAN KEPALA DESA JATILOR NOMOR 1 TAHUN