41
BAB III
ANALISIS BALOK LENTUR DI ATAS PONDASI ELASTIS
3.1Pondasi Tiang Mengapung
Pondasi tiang mengapung merupakan jenis pondasi tiang yang sering
digunakan pada lapisan tanah lunak, ujung tiang tidak menyentuh lapisan tanah
keras, sehingga kapasitas dukung pondasi hanya terdapat pada tahanan dinding tiang.
Pondasi mengapung sangat bergantung pada koefisien friksi, diameter dan
panjangnya tiang yang merupakan sifat fisik dari pondasi tiang yang digunakan.
3.1.1Pondasi Tiang Tunggal dengan Beban Vertikal
Menurut Peck (1996), pemakaian tiang untuk mendukung pondasi pelat yang
ditempatkan dibawahnya pada tanah lempung dapat mengurangi terjadinya
penurunan dibandingkan bila tanpa memakai tiang. Dan tiang gesek panjang lebih
menguntungkan dibanding memperlebar telapak atau pelat pendukung. Tiang
panjang pada telapak kecil relatif mampu mengurangi penurunan, dibanding
sejumlah besar tiang gesekkan pendek pada telapak yang besar secara praktis kurang
menguntungkan.
Menurut Peck dan Hanson (1996), pondasi tiang digunakan bila lapisan tanah
untuk pondasi pada kedalaman normal tidak mampu untuk mendukung beban,
sedangkan tanah lapisan tanah keras (
bed rock
) sangat dalam, sehingga disaat
pondasi mendukung beban yang akan bekerja pada pondasi adalah tahanan ujung dan
42
PQs
Qp
Gambar 3.1 Gaya Yang Bekerja Pada Tiang Tunggal Pada Tanah
Menurut Morisson (1939) dalam Hardiyatmo (2001), distribusi tekanan pada
tiang yang dibebani dengan total P dihitung dengan menggunakan teori elastis
Boussines dimana seperempat beban total P dianggap bekerja pada setiap potongan
dan intesitas tekanan vertikal terlihat pada ujung bawah tiang (gambar 3.2a).
Dari intesitas tekanan setiap bagian pada tiang, dan dengan menggambar
gelembung tekanan yang sama, maka diperoleh gelembung tekanan (gambar 3.2b).
P
Q/4 Q/4
Q/4
Q/4
P Q/4
a. Tekanan vetikal ujung b. Gelembung tekanan tiang tunggal
Gambar 3.2 Distribusi Tekanan Tiang Gesek Dalam Tanah Lempung Lunak
(Chellis, 1961 dalam Hardiyatmo, 2001)
3.1.2. Kelompok Tiang dengan Beban Vertikal
Menurut Hardiyatmo (2001), gelembung tekanan kelompok tiang menjadi
saling tumpang tindih, dan akhirnya menghasilkan gelembung tekanan yang mirip
43
P
P P P
penuh, maka masing-masing tiang menerima beban sebesar P dari tiang lainnya
(gambar 3.3).
Gambar 3.3 Gabungan beberapa Gelembung pada Kelompok Tiang Dinding Gesek
Kapasitas kelompok tiang apung akan dipengaruhi oleh faktor berikut:
a.
Jumlah kapasitas tiang tunggal pada kelompok tiang bila jarak tiang jauh.
b.
Tahanan gesek tiang adalah gesekan antara bagian luar kelompok tiang dengan
tanah sekitarnya, jika jarak tiang terlalu dekat.
3.1.3. Tiang Gesek
Tiang gesek adalah tiang yang kapasitas dukungnya lebih ditentukan oleh
perlawanan gesek antara dinding tiang dan tanah disekitarnya (gambar 3.4).
Gambar 3.4. Tiang Gesek
Menurut Teng (1962) untuk memenuhi tiang gesek disarankan jarak tiang minimum
44
Q
q=kh
3.2Pelat Tipis Sebagai Pile Cap pada Pondasi Tiang Pancang
Pile cap yang berupa pelat tipis diatas tiang pancang akan melengkung dan
melendut apabila dibebani secara terpusat. Lendutan maksimum akan terjadi pada
daerah pusat beban dan semakin mengecil saat menjauhi pusat beban. Lendutan akan
mengakibatkan perbedaan momen pada tiap-tiap potongan elemen pelat. Besarnya
momen yang terjadi akan sebanding dengan nilai lendutan yang terjadi pada pelat.
Dengan memperhitungkan adanya tekanan tanah lateral pada tiang pancang,
dimana daya dukung tanah dasar yang ada di bawah permukaan pelat dan kondisi
pelat yang terhubung dengan pondasi tiang pancang secararigid akan mengakibatkan
pendistribusian beban Q dari pelat ke pondasi tiang pancang sebagai berikut.
Gambar 3.5 Gaya-gaya pada pelat dengan adanya tekanan vertikal tanah
Dari gambar diatas terlihat jelas bahwa pondasi tiang akan mengalami rotasi.
Besarnya rotasi tiang dapat dihitung dengan terlebih dahulu menghitung koefisien
kekakuan rotasi tiang.
Dalam perencanaan pile cap kali ini hubungan antara pile cap dan tiang
pancang dianggap sangat rigid. Dengan kondisi tanah lunak tekanan tanah lateral
sangat mempengaruhi daya dukung tiang pancang sehingga rotasi yang terjadi pada
tiang pancang akan menjadilebih kecil dimana distribusi momen yang terjadi akan
45
Mp1 Mp2
M1-ki M2-ki
M2-ka M1-ka
P1 P2
q=kh Q
Gambar 3.6 Gaya-gaya pada pelat dengan adanya tiang-tiang
Namun pada pile cap hambatan lekat pada tiang sangat mempengaruhi rotasi
tiang. Sehingga koefisien rotasi tiang akan bergantung pada koefisien tekanan tanah
lateral yang ada. Timbulnya rotasi pada tiang menyebabkan tanah di belakang tiang
akan melawan gerakan rotasi tiang dengan memobilisasi tekanan tanah lateral.
Besarnya tekanan tanah lateral per satuan luas tiang di belakang tiang yaitu :
t h h
k
H
p
.
.
3.1
dengan :
p
h= tekanan tanah lateral per satuan luas tiang (kN/m
2)
k
h= koefisien reaksi subgrade horizontal (kN/m
3)
t= rotasi tiang (rad)
Gambar 3.7 Momen perlawanan tiang
Tekanan tanah lateral akan menimbulkan momen perlawanan pada ujung
tiang yang nilainya adalah
kh.L.
t1/3 L
46
2.
.
.
3
1
L
d
k
Mp
t h3.2
sehingga akan di dapat persamaan koefisien subgrade horizontal (
k
h) yakni :
2
.
.
.
3
L
d
M
k
t p
h
3.3
dengan :
k
h= koefisien reaksi tanah horizontal (kN/m
3)
Mp
= Momen perlawanan tiang (kN.m)
t= perpindahan horizontal ujung bawah tiang (meter)
d
= diameter tiang (meter)
L
= tinggi tiang (meter)
Besarnya momen perlawanan tiang tergantung dari besarnya rotasi dari tiang
tersebut yang disebabkan oleh pelat. Untuk menentukan besarnya momen
perlawanan tiang, terlebih dahulu nilai rotasi tiang(
tiang)dianggap sama dengan
besarnya rotasi pelat(
pelat)tepatpada join antara pelat dan tiang. Maka dapat dihitung
momen perlawanan tiang yaitu :
.
k
Mp
3.4
dengan :
Mp
= momen perlawanan tiang (kN.m)
k
= kekakuan rotasi tiang (kN.m)
47
l M1 M2
Mp1 Mp2
Untuk mencari nilai kekakuan tiang
k
-tiangmaka persamaan 3.4 dimodifikasi
menjadi:
Mp
k
tiang
3.5
3
.
.
.
k
d
L
2k
b htiang
3.6
subsitusikan
b=
.L
, maka persamaan 3.6 menjadi:
3
.
.
d
L
3k
k
htiang
3.7
dengan:
k
h= koefisien reaksi subgrade tanah horizontal (kN/m
3)
d
= diameter tiang (m)
k
-tiang= kekakuan rotasi tiang (kN.m)
L
= panjang tiang (m)
(a)
(b)
Gambar 3.8 Skema distribusi tekanan tanah (a) pelat tanpa tiang (b) pelat dengan tiang
Nilai koreksi momen perlawanan tiang
n
merupakan fungsi dari
k
-pelatdan
48
tiang pelat
pelat
k
k
k
n
3.8
Nilai
k
-tiangdi dapat pada persamaan 3.7 dan
k
-pelatdiperoleh dengan persamaan :
3
pelat vk
k
3.9
dengan:
k
v= koefisien reaksi tanah vertikal (kN/m
3)
λ
= fleksibilitas pelat sebagai balok di atas tanah (m
-1)
k
-pelat= kekakuan rotasi pelat (kNm)
Nilai
k
vdidapatkan dengan membandingkan tegangan rata-rata dan
didapatkan dengan membandingkan tegangan rata-rata dan lendutan rata-rata pada
uji beben pada pelat fleksibel. Tegangan rata-rata dihitung dengan memperhitungkan
luas kontak pelat dengan tanah, sedangkan lendutan merupakan lendutan rata-rata
sepanjang pelat yang menyentuh tanah (lihat gambar 3.6) :
a v
AC
Q
k
/
3.10
11
1
(
2
1
ni i
a
Ii
L
3.11
dengan :
Q = beban titik (kN)
AC = luas bidang kontak pelat dan tanah (m
2)
a= lendutan rata-rata pelat fleksibel (m)
i= lendutan dititik ke-I pelat fleksibel (m)
i
= nomor titik pengukuran 1 sampai n dengan
i=
n= 0
49
L
= Panjang pelat yang menyentuh tanah (m)
Gambar 3.9Hitunganlendutan rata-rata pelatfleksibel
3.3Balok Diatas Pondasi Elastis (
Beam on Elastic Foundation
)
Pelat penutup (pile cap) yang diasumsikan sebagai balok. Analisis lendutan
balok pada pondasi elastis (
beam on elastic foundation
) dikembangkan berdasarkan
asumsi bahwa gaya reaksi pada setiap titik akan sebanding dengan defleksi pada titik
tersebut yang dikembangkan oleh Winkler, 1867 (Hetenyi, 1974).
Gambar 3.10 Balok mendukung beban vertical di atas tumpuan elastis
Dari gambar 3.10 dapat dilihat bahwa akibat beban P balok akan terdefleksi,
menghasilkan gaya reaksi yang terdistribusi secara menerus pada media
pendukungnya. Besarnya p pada setiap titik sebanding dengan defleksi balok y pada
titik tersebut, sehingga p = ky. Gaya reaksi diasumsikan bekerja vertikal dan
berlawanan dengan defleksi balok. Pada saat defleksi kearah bawah (positif) akan
terjadi tekanan pada media pendukung, sebaliknya bila defleksi negatif akan terjadi
tarikan pada media pendukung, di sini diasumsikan bahwa media pendukung dapat
menahan tarikan. Sehingga asumsi p = k.y mengimplikasikan bahwa media
pendukung bersifat elastis, berlaku hukum Hooke. Elastisitas media pendukung dapat
B
B
P
x
y
50
dirumuskan sebagai gaya yang terdistribusi persatuan luas akan menyebabkan
defleksi yang besarnya satu satuan.
Balok yang ditinjau mempunyai penampang melintang yang sama, dengan
lebar yang didukung fondasi B, sehingga defleksi pada balok ini akan menyebabkan
reaksi sebesar B.k
vpada pondasi, akibatnya pada titik defleksi = y akan
menimbulkan reaksi (perunit panjang balok) sebesar p = B.k
v.y, untuk menyingkat
cukup ditulis p = ky dengan k yang sudah memperhitungkan lebar dari balok.
Konstanta media pendukung, k
odisebut koefisien reaksi fondasi (Hetenyi, 1974).
Pada saat balok berdefleksi, kemungkinan selain reaksi arah vertikal bisa juga
terjadi raeksi arah horisontal (friksi) pada sepanjang permukaan balok yang
menempel pada tanah. Pada analisis, pengaruh gaya horisontal tersebut diabaikan
karena kontribusinya kecil.
Persamaan umum garis defleksi untuk balok prismatik lurus pada fondasi
elastis yang diberikan beban lentur transversal adalah,
)
sin
cos
(
)
sin
cos
(
C
1x
C
2x
e
C
3x
4x
e
51
3.4 Balok dengan Panjang Tak Terhingga (Infinite Beam)
3.4.1 Balok dengan Panjang Tak Terhingga yang Terbebani Secara Terpusat
Gambar 3.11 Balok panjang tak terhingga dibebani beban terpusat dan momen titik
(Hetenyi, 1974)
Balok dengan panjang tak terhingga (infinite beam) adalah balok dengan
pengaruh beban pada salah satu ujung sudah tidak berpengaruh pada ujung lainnya,
dapat diasumsikan bahwa kedua ujung terletak berjauhan (infinite beam).
Untuk kondisi pelat dengan pembebanan yang terpusat P seperti terlihat pada
gambar 3.11 persamaan lendutan (y) balok, rotasi (
), momen (M) dan gaya lintang
(Q) dengan kondisi panjang pelat yang tak terhingga dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut :
x
A
k
P
y
2
3.13a
x
B
k
P
dx
dy
252
λx
C
λ
P
M
dx
y
d
EI
4
2 2
3.13c
x
D
P
Q
dx
y
d
EI
2
3 3
3.13d
Untuk kondisi pelat dengan pembebanan momen yang terpusat M
0seperti
terlihat pada gambar 3.11 persamaan lendutan (y) balok, rotasi (
), momen (M) dan
gaya lintang (Q) dengan kondisi panjang pelat yang tak terhingga dapat dihitung
dengan persamaan sebagai berikut :
x
o
B
k
M
y
2
3.14a
x
o
C
k
M
33.14b
x o
D
M
M
2
3.14c
x o
A
M
Q
2
3.14d
dengan:
)
sin
(cos
x
x
e
A
x
x
3.15a
x
e
B
xx
sin
3.15b
)
sin
(cos
x
x
e
C
xx
3.15c
x
e
53
3.4.2 Balok dengan Panjang Tak Terhingga yang Terbebani Secara Merata
Untuk balok yang terbebani secara merata dapat dibagi dalam 3 kondisi titik
tinjauan yang akan dihitung reaksinya. Kondisi tersebut antara lain titik tinjauan C
berada dibawah beban merata, titik tinjauan C berada dikiri beban merata, dan titik
tnjauan C berada di kanan beban merata. Kondisi tersebut seperti ditunjukkan pada
gambar 3.12 berikut ini.
a
b
dx
x
b
dx
x
a
a
b
dx
x
A
C
B
A
A
B
B
C
C
q
q
q
a)
b)
c)
Gambar 3.12 Titik tinjau gaya dalam pada balok panjang tak terhingga dengan beban merata
(Hetenyi, 1974)
Untuk kondisi pelat dengan pembebanan merata dengan titik tinjauan berada
dibawah beban merata q seperti terlihat pada gambar 3.12(a)persamaan lendutan (y)
balok, rotasi (
), momen (M) dan gaya lintang (Q) dengan kondisi panjang pelat
yang tak terhingga dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
a b
c
D
D
k
q
y
2
2
3.16a
a b
c
A
A
k
q
54
a b
c
B
B
q
M
2
4
3.16c
a b
c
C
C
q
Q
4
3.16d
Untuk kondisi pelat dengan pembebanan merata dengan titik tinjauan berada
di kiri beban merata q seperti terlihat pada gambar 3.12(b) persamaan lendutan (y)
balok, rotasi (
), momen (M) dan gaya lintang (Q) dengan kondisi panjang pelat
yang tak terhingga dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
a b
c
D
D
k
q
y
2
3.17a
a b
c
A
A
k
q
2
3.17b
a b
c
B
B
q
M
2
4
3.17c
a b
c
C
C
q
Q
4
3.17d
Untuk kondisi pelat dengan pembebanan merata dengan titik tinjauan berada
di kanan beban merata q seperti terlihat pada gambar 3.12(c) persamaan lendutan (y)
balok, rotasi (
), momen (M) dan gaya lintang (Q) dengan kondisi panjang pelat
yang tak terhingga dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
a b
c
D
D
k
q
y
2
3.18a
a b
c
A
A
k
q
2
3.18b
a b
c
B
B
q
M
24
3.18c
a b
c
C
C
q
Q
55
3.5Balok dengan Panjang Terhingga (Finite Beam)
Balok dengan panjang terhingga adalah balok akibat beban yang bekerja pada
salah satu ujung akan mempengaruhi ujung yang lainnya. Balok mempunyai panjang
yang terhingga (finite).
Gambar 3.13 Mekanisme pemberian gaya dan momen ujung (Hetenyi, 1974)
Pada balok dengan panjang terhingga, harus memenuhi persamaan diferensial
garis elastic dan kondisi ujungnya (boundary condition). Persamaan untuk
menentukan lendutan pada balok dengan panjang terhingga diturunkan dari
persamaan lendutan dengan panjang tak terhingga dengan mengkondisikan pelat
dengan panjang terhingga seperti pelat dengan panjang tak terhingga yaitu dengan
memberikan gaya (P
OAdan P
OB) dan momen (M
OAdan M
OB) pada ujung pelat, agar
pengaruh momen dan gaya lintang pada ujung pelat dengan panjang terhingga
seperti pelat dengan panjang tak terhingga. Ilustrasi pemberian gaya dan momen
MB
Q
P
POA
POB
MOB
MOA
A
A
B
B
A
B
P
q
q
q
l
l
MA
Q
P
56
ujung pada balok tak terhingga untuk menjadikan balok terhingga seperti pada
Gambar 3.6.
Persamaan
–
persamaan yang digunakan adalah,
0
Untuk memecahkan keempat sistem persamaan diatas maka harus dicari nilai
58
a
b
Gambar 3.14a.Grafik untuk menentukan nilai A
χ, B
χ, C
χ, dan D
χb. Grafik E
I, E
II, F
I, dan F
II(Hetenyi, 1974)
Untuk mempermudah perhitungan, Hetenyi, (1974) memberikan nilai
A
x,
B
x,
C
x,
D
x,
E
I, dan
E
IIdalam bentuk grafik dan tabel dalam fungsi
x
(jarak).Grafik
fungsi
A
x,
B
x,
C
x,
D
x,
E
Idan
E
IIdapat dilihat seperti dalam Gambar 3.12.
Gambar 3.15 Balok terhingga yang dibebani beban titik pada jarak tertentu
P
A
B
a
b
l
x
59
Pada pelat panjang terhingga dengan kondisi beban tertentu, Hetenyi
memberikan penyelesaian umum (general solution), seperti beban titik yang terletak
pada jarak tertentu pada balok untuk menentukan lendutan, gaya lintang, momen,
dan rotasi, (Gambar 3.13) yaitu :
60
3.6 Pelat pada Pondasi Elastis
Tekanan tanah dibawah pelat yang dibebani akan tergantung pada besarnya
lendutan (
) dan nilai k
vdari tanah. Menurut Ugural (1981) persamaan lendutan
untuk pelat pada fondasi elastis yaitu :
1 11
1
2 2
4
sin
sin
/
/
m n v
b
y
n
a
x
m
k
b
n
a
m
D
Pmn
3.22
Pmn
merupakan fungsi dari beban dan untuk beban titik (Q) ditengah pelat yang
nilainya adalah…
2
sin
2
sin
4
m
n
ab
Q
Pmn
3.23
D
merupakan kekakuan pelat yang nilainya adalah…
)
1
(
12
23
Eh
D
3.24
Menurut Komite 336 ACI (1988) dalam Bowles (1992) lendutan pelat pada
fondasi elastis pada setiap titik pada jarak r dari letak Q dapat dihitung dengan
persamaan :
2 34
D
Z
Q
3.25
nilai-nilai
dan
dapat dihitung dengan persamaan :
4
v
k
D
3.26
61
Momenarah
radial
(Mr)
denganmomentangensial
(Mt)
padapelatdapatdicaridenganpersamaanyaitu :
(
)
1
(
)
4
' 3
4
Z
Z
P
Mr
3.28
(
)
1
(
)
4
' 3
4
Z
Z
P
Mt
3.29
Hitunganmomenarah x (Mx) danarah y (My) yaitu :
)
sin(
)
cos(
Mt
Mt
Mx
3.30
)
cos(
)
sin(
Mt
Mr
My
3.31
NilaiZ
3(
),
Z’
3(
),Z
4(
),Z’
4(
)
ditentukanberdasarkangrafikpadagambar3.14dengannilaimaksimum
0,5,
yaitudibawahbeban Q.
Menurut Hetenyi (1974), perilaku balok dengan lebar di atas fondasi elastis
dapat ditinjau dua dimensi sebagai balok di atas fondasi elastis seperti usulan.
Perilaku lendutan akan tergantung dari nilai
λ
dan dapat dihitung dengan persamaan:
4
4
EI
k
62
Gambar 3.16 Grafiknilai Z
3(
), Z’
3(
),Z
4(
),Z’
4(
) (Bowles, 1992)
Berdasarkan fleksibilitas(kekakuan) balok diatas pondasi elastis dapat
diklasifikasikan dalam tiga group, terdiri dari :
1. balok pendek (kaku)
: λl < π/4
2. balok sedang
: π/4 < λl < π
3. balok panjang (fleksibel)
: λl > π
Untuk balok pendek sebenarnya kita anggap kaku dimana defleksi dan
deformasi balok diatas pondasi adalah seragam karena penurunan untuk tiap
63
Untuk balok sedang dapat kita katakan semielastis dimana defleksi dan
deformasi balok di tiap potongan beragam dan pada umumnya untuk ujung balok
nilai defleksinya mendekati 0.
Untuk balok panjang atau dapat dikatakan balok fleksibel, ujung dari balok
dapat terangkat sehingga bidang sentuh terhadap tanah dasar sebagai media pondasi
elastis dapat berkurang.
Dalam perhitungannya, balokdiatas pondasi elastis dibagi menjadi dua jenis
balok, yakni balok panjang tak berhingga dan balok dengan panjang berhingga.
Untuk
panjang balok berhingga kurang dari π/4, maka seluruh balok akan masuk
dalam tanah. Sedangkan jika panjang balok lebih dari π/4, maka ujung balok akan
terangkat dan bagian yang menyentuh tan
ah hanya sepanjang π/λ (Gambar
3.17).
(a)
(b)
Gambar 3.17
Pelat lajur sebagai balok: (a) balok dengan panjang kurang dari π/λ,
(b) balok dengan panjang lebih dari π/λ
Untuk menghitung lendutan (δ), rotasi (θ)
, momen (M), dan gaya lintang (V)
dari balok dengan panjang tertentu (berhingga) di atas fondasi elastis dengan beban
titik (Q) di tengah bentang seperti pada Gambar 3.15 di atas dapat menggunakan
persamaan 3.47 sampai persamaan 3.50. Dengan memasukkan persamaan-persamaan
sebelumnya maka turunan rumus untuk mencari gaya-gaya dalam pada pile cap akan
diperoleh sebagai berikut:
Q
l =π/λ
Q
l =π/λ
δ
x
65
BAB IV
APLIKASI
4.1 Soal
Sebuah pile cap yang mengikat kelompok tiang akan mendukung sebuah
kolom yang memikul beban aksial kolom (P) = 7500 kN belum termasuk berat
sendiri pile cap. Rencanakan dan berikan rincian tulangan untuk
pile cap
yang
merupakan bagian dari suatu sistem pondasi dengan menggunakan metode
konvensional. Pondasi berada pada tanah lunak yang tidak memiliki perlawanan
ujung tiang yang cukup (tidak ditemukan tanah keras). Data-data tanah yang
diperoleh adalah sebagai berikut:
Soil Layer
Layer 1 :
Lempung berpasir
–
plastisitas sedang
Layer 2 :
Pasir halus
–
plastisitas sangat rendah
Layer 3 :
Pasir berlempung
–
plastisitas rendah
Layer 4 :
Pasir
–
tidak plastis
Layer 5 :
Pasir berlempung
–
plastisitas rendah
Layer 6 :
Lempung
–
plastisitas tinggi
Layer 7 :
Lempung organik
–
plastisitas rendah
Layer 8 :
Pasir halus
–
plastisitas rendah
66
Dept
(m)
Soil
layer
N-SPT
C
u(kN/m
2)
α
γ
w(kN/m
3)
Φ
0.0
1
0
0
1.0
0
0
3.0
1
4
26.67 0.96
15,83
4,782
6.0
1
3
20
1.0
15,83
4,782
9.0
1
6
40 0.67
15,83
4,782
12.0
2
12
-
-
19,025 20,816
15.0
2
30
-
-
19,025 20,816
18.0
2
27
-
-
19,025 20,816
21.0
2
42
-
-
19,025 20,816
24.0
3
33
-
-
18,9 24,513
27.0
4
34
-
-
19,3 25,594
30.0
5
14
93.33
0.5
16,6 10,121
33.0
6
11
73.33
0.5
16,5 11,948
36.0
6
15
100
0.5
16,5 11,948
39.0
7
50
333.33
0.5
15,6 10,665
42.0
8
50
-
-
19,8 32,227
45.0
8
50
-
-
19,8 32,227
48.0
8
50
-
-
19,8 32,227
51.0
8
50
-
-
19,8 32,227
54.0
8
41
-
-
19,8 32,227
57.0
9
35
-
-
17,25 25,082
60.0
9
36
-
-
17,25 25,082
67
4.2 Penyelesaian
4.2.1 Perhitungan daya dukung
4.2.1.1 Perhitungan dengan menggunakan data SPT.
Daya dukung ujung tiang
p av
A
pN
SPT
avA
pD
L
SPT
N
Q
40
400
…
untuk
tanah
non
kohesiv
10
3
2
9
C
A
C
N
SPT
Q
p u p u………
untuk tanah kohesiv
Daya dukung selimut tiang
Q
s
2
N
SPT
P
i
L
i………untuk tanah non
kohesiv
Q
s
C
u
P
p
L
i……….untuk tanah kohesiv
4.2.1.2 Perhitungan dengan menggunakan data laboratorium
Daya dukung ujung tiang
Q
p
A
p
q
(
N
q
1
)
………..untuk tanah non
kohesiv
p u cp
A
C
N
Q
………untuk tanah kohesiv
Daya dukung selimut tiang
Q
s
f
i
L
i
P
p
f
i
K
a
0
tan
0
,
8
…….untuk
tanah
non
kohesiv
Q
s
f
i
L
i
P
p
f
i
i
C
u………untuk tanah kohesiv
Dari data diatas diperoleh kapasitas daya dukung untuk satu buah tiang
68
Project : - Calc. Method : Bassed on N-SPT
Ref : - Cu = N-SPT*2/3*10
Skin Friction (Qs) = α*cu*perimeter*Li (c-soil)
Pile Properties 2*N-SPT*perimeter*Li (Φ-soil)
Type : Concrete End Bearing (Qp) = 9*cu*area (c-soil)
Diameter : 0.60 m 40*N-SPTav*l/D*area (Φ-soil)
Area : 0.28 m2 ≤400*N-SPT
av*area
Perimeter : 1.88 m
Unit Weight : 36.00 kN Calc. Method : Kuat Geser Tanah
Skin Friction (Qs) = fi*Li*perimeter (fi=αi*cu) (c-soil)
Soil Layer fi*Li*perimeter (fi=Ka*σ0*tanδ) (Φ-soil)
Layer 1 : Lempung berpasir –plastisitas sedang δ=0,8*Φ
Layer 2 : Pasir halus – plastisitas sangat rendah End Bearing (Qp) = Ap*cu*Nc’ (c-soil)
Layer 3 : Pasir berlempung – plastisitas rendah Ap*q’*(Nq’-1) (Φ-soil)
Layer 4 : Pasir – tidak plastis
Layer 5 : Pasir berlempung – plastisitas rendah Qult = Qs+Qp
Layer 6 : Lempung – plastisitas tinggi Layer 7 : Lempung organik – plastisitas rendah Layer 8 : Pasir halus – plastisitas rendah Layer 9 : Pasir berempung –plastisitas rendah
Dept
(m) Soil layer
Cu
(kN/m2)
α γw
(kN/m3)
Φ Ka tanδ q' σ0 fi Nq’ Nc’
Skin Friction (kN) End
Bearing Qult Local Cumm.
0.0 1 0 1.0 0 0 0 0 - - - - 0 0 0 0 0
3.0 1 26.67 0.96 15,83 4,782 - - - 25,60 - 6,425 144,384 144,384 47,979 192,363
6.0 1 20 1.0 15,83 4,782 - - - 20 - 6,425 112,800 257,184 35,980 293,164
9.0 1 40 0.67 15,83 4,782 - - - 26,8 - 6,425 151,152 408,336 71,960 480,296
12.0 2 - - 19,025 20,816 2,103 0,299 199,55 57,075 35,90 6,947 - 202,476 610,812 332,283 943,095
15.0 2 - - 19,025 20,816 2,103 0,299 256,62 57,075 35,90 6,947 - 202,476 813,288 427,313 1240,601
18.0 2 - - 19,025 20,816 2,103 0,299 313,69 57,075 35,90 6,947 - 202,476 1015,764 522,344 1538,108
21.0 2 - - 19,025 20,816 2,103 0,299 370,77 57,075 35,90 6,947 - 202,476 1218,240 617,391 1835,631
24.0 3 - - 18,9 24,513 2,418 0,356 427,47 56,7 48,85 10,144 - 275,514 1493,754 1094,460 2588,214
27.0 4 - - 19,3 25,594 2,521 0,373 485,37 57,9 54,50 11,367 - 307,380 1801,134 1408,913 3210,047
30.0 5 93.33 0.5 16,6 10,121 - - - 46,66 - 8,404 263,162 2064,296 219,617 2283,913
33.0 6 73.33 0.5 16,5 11,948 - - - 36,66 - 9,255 206,762 2271,059 190,027 2461,086
36.0 6 100 0.5 16,5 11,948 - - - 50 - 9,255 282,000 2553,059 259,140 2812,199
39.0 7 333.33 0.5 15,6 10,665 - - - 166,66 - 8,649 939,962 3493,021 807,232 4300,253
42.0 8 - - 19,8 32,227 2,735 0,483 740,37 59,4 78,46 23,841 - 442,514 3935,536 4735,022 8670,558
45.0 8 - - 19,8 32,227 2,735 0,483 799,77 59,4 78,46 23,841 - 442,514 4378,050 5114,913 9492,963
48.0 8 - - 19,8 32,227 2,735 0,483 859,17 59,4 78,46 23,841 - 442,514 4820,564 5494,805 10315,369
51.0 8 - - 19,8 32,227 2,735 0,483 918,57 59,4 78,46 23,841 - 442,514 5263,079 5874,696 11137,775
54.0 8 - - 19,8 32,227 2,735 0,483 977,97 59,4 78,46 23,841 - 442,514 5705,593 6254,588 11960,181
57.0 9 - - 17,25 25,082 2,111 0,365 1029,72 51,75 39,91 10,758 - 225,092 5930,686 2813,442 8744,128
69
Dept(m) Soil
layer
N-SPT Cu
(kN/m2 )
α
Skin friktion (kN) End Bear. (kN) Qult (kN)
N-SPT Kuat Geser Tanah
N-SPT Kuat Geser Tanah N-SPT
Kuat Geser
Tanah
Average
(Rec.) Local Cumm. Local Cumm.
0.0 1 0 0 1.0 0 0 0 0 0, 0 0 0 0
3.0 1 4 26.67 0.96 144.4 144.4 144,384 144,384 67,208 47,979 211,61 192,363 201,986
6.0 1 3 20 1.0 112.8 257.2 112,800 257,184 50,400 35,980 307,6 293,164 300,382
9.0 1 6 40 0.67 151.2 408.4 151,152 408,336 100,800 71,960 509,2 480,296 494,748
12.0 2 12 - - 135.4 543.8 202,476 610,812 1357,168 332,283 1900,968 943,095 1422,031
15.0 2 30 - - 338.4 882.2 202,476 813,288 3392,920 427,313 4275,12 1240,601 2757,860
18.0 2 27 - - 304.6 1186.8 202,476 1015,764 3053,628 522,344 4240,428 1538,108 2889,268
21.0 2 42 - - 437.8 1624.6 202,476 1218,240 4750,088 617,391 6374,688 1835,631 4105,159
24.0 3 33 - - 372.2 1996.8 275,514 1493,754 3732,212 1094,460 5729,012 2588,214 4158,613
27.0 4 34 - - 383.5 2380.3 307,380 1801,134 3845,309 1408,913 6225,609 3210,047 4717,828
30.0 5 14 93.33 0.5 263.2 2643.5 263,162 2064,296 235,192 219,617 2878,69 2283,913 2581,301
33.0 6 11 73.33 0.5 206.8 2850.3 206,762 2271,059 184,792 190,027 3035,09 2461,086 2748,088
36.0 6 15 100 0.5 282 3132.3 282,000 2553,059 252,000 259,140 3384,3 2812,199 3098,249
39.0 7 >50 333.33 0.5 940 4072.3 939,962 3493,021 839,992 807,232 4912,29 4300,253 4606,271
42.0 8 >50 - - 564 4636.3 442,514 3935,536 5654,867 4735,022 10291,17 8670,558 9480,864
45.0 8 >50 - - 564 5200.3 442,514 4378,050 5654,867 5114,913 10855,17 9492,963 10174,066
48.0 8 >50 - - 564 5764.3 442,514 4820,564 5654,867 5494,805 11419,17 10315,369 10867,269
51.0 8 50 - - 564 6328.3 442,514 5263,079 5654,867 5874,696 11983,17 11137,775 11560,472
54.0 8 41 - - 462.5 6790.8 442,514 5705,593 4636,991 6254,588 11427,79 11960,181 11693,985
57.0 9 35 - - 394.8 7185.6 225,092 5930,686 3958,407 2813,442 11144,01 8744,128 9944,069
60.0 9 36 - - 406.1 7591.7 225,092 6155,778 4071,504 2954,836 11663,2 9110,614 10386,907
4.2.2a Perencanaan Dengan Mengambil Jarak Antar Tiang 3Ø
1. Pemilihan dimensi pile cap
Untuk menentukan dimensi pile cap terlebih dahulu ditentukan jumlah tiang
yang dibutuhkan. Beban total yang diterima oleh pile cap adalah sebesar 7500
kN. Karena berat sendiri pile cap belum diperhitungkan maka beban yang
harus dipikul oleh tiang adalah sebesar:
kN
P
P
P
P
total total
kolom total
7875
7500
05
,
1
05
,
1
70
Kita gunakan pemancangan tiang pancang sampai kedalaman 39 m, dimana
kapasitas daya dukung untuk satu buah tiangnya adalah sebesar 4606,271kN.
Sehingga jumlah tiang yang dibutuhkan untuk memikul pile cap adalah
sebesar:
tiang
buah
n
kN
kN
n
P
P
n
pile total
2
271
,
4606
7875
Karena efisiensi tiang belum diperhitungkan dan akibat momen belum
diperhitungkan maka diambil jumlah tiang sebanyak 4 buah. Dalam hal ini
settlement dan defleksi pile cap diperhitungkan (pile cap dianggap fleksibel)
maka jarak antar tiang diambil antara 3,0Ø
–
5,0Ø. Dengan demikian kita
ambil jarak antar tiang ke tiang sebesar 1,8 m. Jarak dari tengah tiang ke tepi
pile cap sebesar 0.6 m. Tebal pile cap diambil 100 cm dengan ketebalan
selimut beton berdasarkan SNI 03
–
2847
–
2002
d
=75mm. Beban sebenarnya
yang harus dipikul oleh seluruh pile adalah:
kN
Q
m
m
m
m
kN
Q
u u
7815
0
,
3
0
,
3
1
/
25
4
,
1
7500
3
71
Gambar 4.1 Gambar rencana pile cap
Perhitungan efisiensi tiang dengan menggunakan persamaan Converse
–
Labarre :
795
.
0
205
.
0
1
435
.
18
2
2
90
2
1
2
2
1
2
1
tan
,
90
1
1
1
D
d
mn
n
m
m
n
Dari efisiensi diatas maka diketahui faktor keamanan dari tiang adalah sebesar:
874
,
1
7815
271
,
4606
4
795
.
0
FS
FS
P
P
n
FS
total pile
Karena faktor keamanan tiang sudah memenuhi syarat untuk perencanaan
pondasi elastis, yakni FS ≥ 1,5 , maka
desain perencanaan diatas dapat
72
2. Analisa Pile Cap Tanpa Tiang dengan Metode BoEF
Menghitung kekakuan pelat, Elastisitas pelat (
E
pelat) dan Inersia pelat (
I
pelat):
4
diasumsikan sebagai tanah lempung sedang,
E
s= 8000 kN/m
2:
12 2menyentuh tanah dasar (tidak ada yang terangkat).
Beban terpusat pada kolom diubah dalam bentuk beban merata selebar kolom
dengan besar 7500kN / 0,6m = 12500kN/m.
Untuk mengetahui gaya-gaya dalam pada pile cap terlebih dahulu kita anggap
pile cap tidak dipikul oleh tiang dan berperilaku sebagai balok dengan panjang
tak hingga (gambar 4.8). Dengan struktur pembebanan yang demikian akan
diperoleh momen ujung akibat beban merata kolom dan beban merata pile cap,
73
q
kolom=7500/0.6
=12500kN/m
q
pile cap=105 kN/m
k = 4641,23 kN/m
2A B C D E
Gambar 4.2 Pembebanan pile cap sebagai balok panjang tak berhingga
Reaksi gaya dalam akibat beban
q
kolomsesuai dengan persamaan
3.13a-d:
Untuk bentang 0
x
1,2
B
aB
b
q
M
2
4
;
C
aC
b
q
Q
4
;
k
D
aD
b
q
y
2
; dan
A
aA
b
k
q
2
.
Untuk bentang 1,2
x
1,8
B
aB
b
q
M
24
;
C
aC
b
q
Q
4
;
k
D
aD
b
q
y
2
2
; dan
A
aA
b
k
q
2
.
Untuk bentang 1,8
x
3,0
B
aB
b
q
M
24
;
C
aC
b
q
Q
4
;
k
D
aD
b
q
y
2
; dan
A
aA
b
k
q
74
Titik a b a b Aλa-Aλb Bλa-Bλb Cλa-Cλb Dλa+Dλb M(kNm) Q(kN) y(m) (rad)
A 1.2 1.8 0.144622 0.216933 0.02165 -0.04855 0.118747 0.070199 10445.2609 3079.07164 0.09453121 0.00351368 0.9 1.5 0.108466 0.180777 0.017982 -0.05293 0.12385 0.070916 11388.7961 3211.38727 0.09549731 0.00291838 B 0.6 1.2 0.072311 0.144622 0.01399 -0.0575 0.129 0.071495 12372.215 3344.92012 0.09627699 0.00227054 0.3 0.9 0.036155 0.108466 0.009661 -0.06226 0.134186 0.071924 13395.8429 3479.39948 0.09685416 0.00156796 0 0.6 0 0.072311 0.004981 0.067208 0.139397 1.927811 14459.9201 3614.53182 0.09721207 0.00080844
C 0.3 0.3 0.036155 0.036155 0 0.069728 0 1.92772 15002.0956 0 0.09733407 0
0.6 0 0.072311 0 -0.00498 0.067208 -0.1394 1.927811 14459.9201 -3614.5318 0.09721207 -0.0008084 0.9 0.3 0.108466 0.036155 -0.00966 0.062262 -0.13419 -0.07192 13395.8429 -3479.3995 0.09685416 -0.001568 D 1.2 0.6 0.144622 0.072311 -0.01399 0.057505 -0.129 -0.07149 12372.215 -3344.9201 0.09627699 -0.0022705 1.5 0.9 0.180777 0.108466 -0.01798 0.052934 -0.12385 -0.07092 11388.7961 -3211.3873 0.09549731 -0.0029184 E 1.8 1.2 0.216933 0.144622 -0.02165 0.048548 -0.11875 -0.0702 10445.2609 -3079.0716 0.09453121 -0.0035137
Reaksi gaya dalam akibat beban
q
pile capsesuai dengan persamaan
3.16c-d:
B
aB
b
q
M
2
4
;
C
aC
b
q
Q
4
;
k
D
aD
b
q
y
2
2
; dan
A
aA
b
k
q
2
.
Titik a b a b Aλa-Aλb Bλa+Bλb Cλa-Cλb Dλa+Dλb M(kNm) Q(kN) y(m) (rad)
A 0 3 0 0.361555 0.102039 0.246405 0.594848 1.651557 445.321103 129.563575 0.00394147 0.00013911 0.3 2.7 0.036155 0.325399 0.083495 0.265754 0.475548 1.648198 480.291149 103.578886 0.00397946 0.00011383 B 0.6 2.4 0.072311 0.289244 0.063709 0.280795 0.356466 1.645534 507.473185 77.6416844 0.0040096 8.6851E-05 0.9 2.1 0.108466 0.253088 0.04299 0.291533 0.23755 1.643603 526.879785 51.7407176 0.00403144 5.8607E-05 1.2 1.8 0.144622 0.216933 0.02165 0.297974 0.118747 1.642433 538.520062 25.8642018 0.00404468 2.9515E-05
C 1.5 1.5 0.180777 0.180777 0 0.30012 0 1.642041 542.399538 0 0.00404911 0
1.8 1.2 0.216933 0.144622 -0.02165 0.297974 -0.11875 1.642433 538.520062 -25.864202 0.00404468 -2.951E-05 2.1 0.9 0.253088 0.108466 -0.04299 0.291533 -0.23755 1.643603 526.879785 -51.740718 0.00403144 -5.861E-05 D 2.4 0.6 0.289244 0.072311 -0.06371 0.280795 -0.35647 1.645534 507.473185 -77.641684 0.0040096 -8.685E-05 2.7 0.3 0.325399 0.036155 -0.0835 0.265754 -0.47555 1.648198 480.291149 -103.57889 0.00397946 -0.0001138 E 3 0 0.361555 0 -0.10204 0.246405 -0.59485 1.651557 445.321103 -129.56357 0.00394147 -0.0001391
Reaksi total gaya dalam pada pile cap akibat beban yang bekerja:
Titik
x
M(kNm)
Q(kN)
y(m)
q(rad)
A
010890.582 3208.6352 0.0984727 0.0036528
0.3
11869.087 3314.9662 0.0994768 0.0030322
B
0.612879.688 3422.5618 0.1002866 0.0023574
0.9
13922.723 3531.1402 0.1008856 0.0016266
1.2
14998.44
3640.396 0.1012567
0.000838
C
1.515544.495
0 0.1013832
0
1.8
14998.44 -3640.396 0.1012567 -0.000838
2.1
13922.723
-3531.14 0.1008856 -0.001627
D
2.412879.688 -3422.562 0.1002866 -0.002357
2.7
11869.087 -3314.966 0.0994768 -0.003032
75
Sebagaimana kita ketahui pile cap berperilaku sebagai balok berhingga
(memiliki panjang tertententu), maka ujung dari pile cap adalah bebas sehingga
momen dan geser bernilai nol (0). Momen dan geser yang dihitung
sebelumnya, yaitu pada saat kita menganggap pile cap sebagai balok tak
berhingga harus direduksi. Untuk mengetahui reduki gaya dalam tersebut kita
menggunakan persamaan 3.20 pada bab sebelumnya, sebagai berikut:
76
kNm
M
M
M
OA O O534
,
89323
"
'
Momen reduksi ujung balok melawan jarum jam.
kN
P
P
P
OE O O432
,
21569
"
'
Gaya reduksi ujung balok ke atas.
kNm
M
M
M
OE O O534
,
89323
"
'
Momen reduksi ujung balok searah jarum jam.
k = 4641,23 kN/m2
A B C D E
MOA=89323,534 kNm
POA=21569,432 kN
MOE=89323,534 kNm
POE=21569,432 kN
Gambar 4.3 Beban reaksi pile cap sebagai balok berhingga
Reaksi pile cap akibat momen
M
OA.
x o
D
M
M
2
;
Q
M
oA
x
2
;
oB
xk
M
y
2
; dan
o xC
k
M
3Titik x x Aλx Bλx Cλx Dλx M(kNm) Q(kN) y(m) (rad)
A 0 0 1 0 1 1 -44661.76706 5382.555361 0 -0.033689193
0.3 0.036155 0.998724 0.034864 0.928996 0.96386 -43047.69145 5375.687257 -0.009745747 -0.031297127 B 0.6 0.072311 0.995019 0.067208 0.860603 0.927811 -41437.66221 5355.742946 -0.018787072 -0.028993008 0.9 0.108466 0.989063 0.097126 0.79481 0.891936 -39835.45693 5323.684896 -0.027150315 -0.026776512 1.2 0.144622 0.981028 0.124713 0.731603 0.856316 -38244.56994 5280.438977 -0.034861689 -0.024647116 C 1.5 0.180777 0.971081 0.15006 0.67096 0.82102 -36668.22326 5226.894687 -0.041947224 -0.022604113 1.8 0.216933 0.959378 0.173261 0.612856 0.786117 -35109.3775 5163.90544 -0.048432709 -0.020646628 2.1 0.253088 0.946073 0.194407 0.55726 0.751666 -33570.7426 5092.288935 -0.05434365 -0.018773631 D 2.4 0.289244 0.93131 0.213587 0.504137 0.717723 -32054.78851 5012.827582 -0.05970522 -0.016983952 2.7 0.325399 0.915229 0.23089 0.453448 0.684338 -30563.75566 4926.268996 -0.064542223 -0.015276292 E 3 0.361555 0.897961 0.246405 0.405152 0.651557 -29099.66539 4833.326533 -0.068879056 -0.013649234
Reaksi pile cap akibat gaya
P
OA.
x
C
λ
P
M
4
;
Q
P
D
x2
;
A
xk
P
y
2
; dan
B
xk
P
77
Titik x x Aλx Bλx Cλx Dλx M(kNm) Q(kN) y(m) (rad)
A 0 0 1 0 1 1 44743.10495 -10784.71611 0.280045261 0
0.3 0.036155 0.998724 0.034864 0.928996 0.96386 41566.1665 -10394.95663 0.279687925 -0.002353358 B 0.6 0.072311 0.995019 0.067208 0.860603 0.927811 38506.03302 -10006.17424 0.278650256 -0.004536615 0.9 0.108466 0.989063 0.097126 0.79481 0.891936 35562.2728 -9619.281151 0.27698233 -0.006556132 1.2 0.144622 0.981028 0.124713 0.731603 0.856316 32734.1908 -9235.121148 0.274732318 -0.008418239 C 1.5 0.180777 0.971081 0.15006 0.67096 0.82102 30020.84879 -8854.472273 0.271946499 -0.010129221 1.8 0.216933 0.959378 0.173261 0.612856 0.786117 27421.08464 -8478.049438 0.268669275 -0.011695306 2.1 0.253088 0.946073 0.194407 0.55726 0.751666 24933.53089 -8106.507028 0.264943189 -0.013122652 D 2.4 0.289244 0.93131 0.213587 0.504137 0.717723 22556.63255 -7740.441473 0.260808949 -0.014417339 2.7 0.325399 0.915229 0.23089 0.453448 0.684338 20288.66404 -7380.393786 0.256305452 -0.015585356 E 3 0.361555 0.897961 0.246405 0.405152 0.651557 18127.74551 -7026.852064 0.251469813 -0.016632595
Reaksi pile cap akibat momen
M
OE.
x o
D
M
M
2
;
Q
M
oA
x
2
;
oB
xk
M
y
2
; dan
o xC
k
M
3Titik x x Aλx Bλx Cλx Dλx M(kNm) Q(kN) y(m) (rad)
A 3 0.361555 0.897961 0.246405 0.405152 0.651557 -29099.66539 -4833.326533 -0.068879056 0.013649234 2.7 0.325399 0.915229 0.23089 0.453448 0.684338 -30563.75566 -4926.268996 -0.064542223 0.015276292 B 2.4 0.289244 0.93131 0.213587 0.504137 0.717723 -32054.78851 -5012.827582 -0.05970522 0.016983952 2.1 0.253088 0.946073 0.194407 0.55726 0.751666 -33570.7426 -5092.288935 -0.05434365 0.018773631 1.8 0.216933 0.959378 0.173261 0.612856 0.786117 -35109.3775 -5163.90544 -0.048432709 0.020646628 C 1.5 0.180777 0.971081 0.15006 0.67096 0.82102 -36668.22326 -5226.894687 -0.041947224 0.022604113 1.2 0.144622 0.981028 0.124713 0.731603 0.856316 -38244.56994 -5280.438977 -0.034861689 0.024647116 0.9 0.108466 0.989063 0.097126 0.79481 0.891936 -39835.45693 -5323.684896 -0.027150315 0.026776512 D 0.6 0.072311 0.995019 0.067208 0.860603 0.927811 -41437.66221 -5355.742946 -0.018787072 0.028993008 0.3 0.036155 0.998724 0.034864 0.928996 0.96386 -43047.69145 -5375.687257 -0.009745747 0.031297127
E 0 0 1 0 1 1 -44661.76706 -5382.555361 0 0.033689193
Reaksi pile cap akibat gaya
P
OE.
x
C
λ
P
M
4
;
Q
P
D
x2
;
A
xk
P
y
2
; dan
B
xk
P
2Titik x x Aλx Bλx Cλx Dλx M(kNm) Q(kN) y(m) (rad)
A 3 0.361555 0.897961 0.246405 0.405152 0.651557 18127.74551 7026.852064 0.251469813 0.016632595 2.7 0.325399 0.915229 0.23089 0.453448 0.684338 20288.66404 7380.393786 0.256305452 0.015585356 B 2.4 0.289244 0.93131 0.213587 0.504137 0.717723 22556.63255 7740.441473 0.260808949 0.014417339 2.1 0.253088 0.946073 0.194407 0.55726 0.751666 24933.53089 8106.507028 0.264943189 0.013122652 1.8 0.216933 0.959378 0.173261 0.612856 0.786117 27421.08464 8478.049438 0.268669275 0.011695306 C 1.5 0.180777 0.971081 0.15006 0.67096 0.82102 30020.84879 8854.472273 0.271946499 0.010129221 1.2 0.144622 0.981028 0.124713 0.731603 0.856316 32734.1908 9235.121148 0.274732318 0.008418239 0.9 0.108466 0.989063 0.097126 0.79481 0.891936 35562.2728 9619.281151 0.27698233 0.006556132 D 0.6 0.072311 0.995019 0.067208 0.860603 0.927811 38506.03302 10006.17424 0.278650256 0.004536615 0.3 0.036155 0.998724 0.034864 0.928996 0.96386 41566.1665 10394.95663 0.279687925 0.002353358