• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Respon Kedukaan Pasien Saat Terdiagnosa HIV Positif di Rumah Sakit Paru Dr Ario Wirawan Salatiga T1 462009004 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Respon Kedukaan Pasien Saat Terdiagnosa HIV Positif di Rumah Sakit Paru Dr Ario Wirawan Salatiga T1 462009004 BAB IV"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

39 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Setting Penelitian

4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan beralamat di jalan Hasanudin, No. 806 Salatiga, Jawa Tengah. Sesuai dengan SK menteri kesehatan RI, nomor 1208/Menkes/SK/IX/2002, Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan (RSPAW) atau yang lebih dikenal masyarakat sekitar dengan istilah Sanatorium menjadi satu – satunya rumah sakit paru di Provinsi Jawa Tengah. Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan merupakan Rumah Sakit Vertikal di Salatiga yang berkembang dengan baik. Selain memberikan pelayanan kesehatan paru, Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan juga mampu memberikan pelayanan kesehatan umum, dan oleh karena standar mutu menejemen yang baik, Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan

mendapatkan sertifikat ISO 9001-2008.

4.1.2 Pelaksanaan Penelitian

4.1.2.1 Persiapan Penelitian

(2)

40 Wirawan Salatiga. Penelitian mulai mempersiapkan berbagai surat-surat penelitian pada bulan Februari 2014 dan mulai melakukan penelitian pada bulan Maret 2014.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara, sehingga peneliti menyiapkan beberapa panduan wawancara sebelum terjun ke lapangan. Peneliti juga membuat informed consent yang berisi surat penjelasan penelitian dan surat

persetujuan menjadi partisipan. Dalam proses wawancara, peneliti juga menggunakan alat perekaman yaitu handphone, serta alat tulis untuk mencatat semua hasil wawancara atau data-data tambahan dalam bentuk tertulis yang berasal dari partisipan. Penggunaan alat perekam dilakukan apabila mendapatkan ijin dari partisipan dan tidak keberatan dengan adanya alat perekam tersebut.

4.1.2.2 Pelaksanaan Penelitian

(3)

41 1. Partisipan 1

Tanggal Waktu Keterangan

13 Maret 2014

19.25 WIB  Mengucapkan

terimakasih kepada partisipan

 Menjelaskan maksud dan

tujuan penelitian

 Penandatanganan pada

informed concent

 Melakukan pendekatan

dengan partisipan

 Wawancara selama 1 jam

11 menit

(4)

42 mengucapkan terima kasih kepada partisipan dan peneliti juga melakukan perjanjian dengan partisipan untuk bertemu kembali apabila masih ada data – data yang kurang. Wawancara yang dilakukan peneliti terhadap partisipan 1 adalah 1 jam 11 menit. 2. Partisipan 2

Tanggal Waktu Keterangan

24 Maret 2014

14.15 WIB  Mengucapkan

terimakasih kepada partisipan

 Menjelaskan maksud dan

tujuan penelitian

 Penandatanganan pada

informed concent

 Melakukan pendekatan

dengan partisipan

 Wawancara selama 58

Menit

(5)

43 menandatangani informed concent yang telah disediakan peneliti dan peneliti melakukan pendekatan kepada partisipan. Setelah melakukan pendekatan kepada partisipan, peneliti melakukan kontrak waktu untuk bertemu kembali untuk melakukan wawancara. Wawancara dilaksanakan selama 58 Menit di ruang tamu Mas T. Setelah dilakukan wawancara peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada partisipan dan peneliti juga melakukan perjanjian dengan partisipan untuk bertemu kembali apabila masih ada data – data yang kurang.

3. Partisipan 3

Tanggal Waktu Keterangan

9 Mei 2014 08.20  Mengucapkan

terimakasih kepada partisipan

 Menjelaskan maksud dan

tujuan penelitian

 Penandatanganan pada

informed concent

 Melakukan pendekatan

dengan partisipan

 Wawancara selama 47

(6)

44 Untuk partisipan 4 bernama Mas A. Sebelum melakukan wawancara, peneliti mengucapkan terimakasih karena partisipan telah menyediakan waktu untuk bertemu, kemudian memperkenalkan diri kepada partisipan dan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian. Setelah partisipan paham akan maksud dan tujuan peneliti, partisipan menandatangani informed concent yang telah disediakan peneliti dan peneliti melakukan

pendekatan kepada partisipan. Setelah melakukan pendekatan kepada partisipan, peneliti melakukan kontrak waktu untuk bertemu kembali untuk melakukan wawancara. Wawancara dilaksanakan selama 47 Menit di Rumah Sakit saat partisipan melakukan kontrol. Setelah dilakukan wawancara peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada partisipan dan peneliti juga melakukan perjanjian dengan partisipan untuk bertemu kembali apabila masih ada data – data yang kurang.

4.2 Gambaran Umum Partisipan 1. Identitas Partisipan 1

Nama : Mbak E

Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 33 Tahun Status : Menikah

(7)

45 duduk di salah satu Sekolah Dasar di Salatiga. Kehidupan ekonomi partisipan tergolong rendah karena pendapatan perbulan tidak tetap. Mbak E bekerja sebagai buruh toko sedangkan suaminya bekerja sebagai kuli bangunan. Setiap harinya Mbak E bekerja dari pukul 8 pagi sampai dengan pukul 4 sore kecuali hari minggu mbak E libur bekerja.

Mbak E memeriksakan diri dan mengetahui bahwa terkena HIV sekitar 2 bulan yang lalu. Namun sebenarnya Mbak E mulai mencurigai tentang penyakitnya semenjak beliau masih bekerja menjadi TKW. Sewaktu bekerja menjadi TKW, mbak E juga menjadi pekerja sex untuk mendapatkan penghasilan lebih. Awalnya Mbak E bekerja menjadi pekerja sex diajak oleh temannya yang berasal dari Indonesia. Teman mbak E sudah lama menggeluti pekerjan tersebut dan penghasilannya jauh lebih tinggi dibandingkan menjadi pekerja rumah tangga sehingga Mbak E tertarik mengikutinya. Teman Mbak E saat ini sudah meninggal karena HIV, dulunya teman Mbak E cerita bahwa mengalami gejala yang aneh seperti badan tetap kurus padahal porsi makan besar, terlebih berat badannya turun bahkan bertambah berat, beberapa bulan diare hingga demam, hal itu membuat Mbak E takut jika terkena HIV.

2. Identitas Partisipan 2

Nama : Mas T

(8)

46 Usia : 28 Tahun

Status : Belum Menikah

Partisipan lahir tahun 1986 di Salatiga sebagai anak ke 3 dari 4 bersaudara. Partisipan selama ini bekerja sebagai penjual ayam di pasar. kehidupan ekonomi partisipan tergolong cukup. Partisipan saat ini belum menikah tetapi sudah memiliki pacar dan dia bercerita kalau sudah pernah melakukan hubungan layaknya suami istri dengan pasangannya. Partisipan menduga bahwa penyakitnya yang di deritanya saat ini karena partisipan pernah melakukan hubungan dengan PSK.

3. Identitas Partisipan 3

Nama : Mas A

Jenis Kelamin : Laki – laki Usia : 35 Tahun

Status : Menikah

(9)

47 Partisipan mengetahui tentang penyakitya 2 minngu yang lalu. Awalnya saat memeriksakan diri pasien hanya akan memeriksakan apakah terkena Tubercholosis Paru atau tidak. Setelah melakukan pemeriksaan TB, pihak rumah sakit menawarkan untuk melakukan pemeriksaan HIV dan partisipan menyetujui. Hasil dari kedua pemeriksaan tersebut adalah positif.

Awalnya partisipan tidak percaya dan kaget akan hasil diagnose tersebut. Partisipan kemudian bercerita bahwa pernah 1 kali menggunakan narkoba suntik bersama teman-temannya setelah mabuk – mabukan di sebuah Villa di Bandungan. Kejadiaan itu terjadi pada tahun 2002 dan hanya dilakukan satu kali saja. Istri dari partisipan juga saat ini mengidap penyakit ini dan sempat tidak percaya atas diagnose tersebut. Ayah dan ibu partisipan tidak mengetahui akan penyakit anaknya tersebut, yang mengetahui tentang penyakitnya hanya istri dan kakak ipar yang ada di Boyolali.

4.2. Deskripsi Hasil Analisa 4.2.1. Partisipan 1

4.2.1.1 Penyangkalan

(10)

48 “ Perasaan saya deg degkan mbak, yaa… saya kaget waktu periksa di DKT hasilnya positif, saya gak percaya mbak makanya saya periksa lagi di RSP ternyata hasilnya sama mbak, saya positif HIV mbak”

Pasien belum yakin akan hasil diagnosa tersebut sehingga tidak mempedulikannya, sebab pasien merasa belum lama bekerja sebagai pekerja Seks komersial.

“Saya tu memang belum percaya. Sampai akhirnya saya tu tidak tidak apa ya tidak merespon hasilnya itu mbak, saya diamkan karna saya tu gini. Saya menyangkalnya apa, karena saya ikut terjun dalam emm… pekerjaan itu, itu tu belum lama mbak, yang lebih lama tu temen saya jadi saya gak percaya kalo saya tu emm… kalo sakit ini mbak. “

Saat mengalami penyangkalan akan hasil diagnosa tersebut, pasieh lebih diam memandangi kertas hasil diagnose karena pasien takut jika ada orang lain yang tahu tentang penyakitnya, dan penyangkalan ini berlangsung selama 2 – 3 hari sesuai dengan pernyataan pasien berikut ini

“Sampai akhirnya saya tu tidak tidak apa ya tidak merespon hasilnya itu mbak, saya diamkan”

(11)

49 partisipan hanya memandangi hasil diagnose tersebut dan menyesalinya.

“ga ada tindakan apa – apa mbak Cuma saya liat, diam kalo pas sendiri ya nangis mbak. “

Partisipan tidak banyak bicara tentang penyakitnya terhadap keluarga ataupun lingkungannya karena takut akan respon keluarga yang mungkin terjadi dan juga partisipan tidak percaya akan hasil diagnose tersebut.

“mungkin 2 – 3 hari mbak, saya diam, ga berani banyak bicara mbak, saya lebih banyak diam lah mbak, saya takut mbak. “

Partisipan juga mengalama reaksi fisik yang menunjukkan ketakutan dan jantung berdebar.

“ Perasaan saya deg degkan mbak ” “ Wah mbak, saya langsung lemes mbak,, saya takut mbak”

4.2.1.2. Marah

Kemarahan yang dialami partisipan dengan menyalahkan diri sendiri atas apa yang sudah dilakukannya dimasa lalu.

(12)

50 Partisipan mengalami rasa marah dengan adaptif tanpa membuat efek negative dilingkungan sekitarnya.

“saya tu marahnya gak yang gimana – gimana lho mbak, Cuma jengkel dihati aja. Gak berani saya tunjukan kesapa – sapa mbak. ya saya Cuma diem, sempat nangis juga mbak di awal – awal, sekarang udah gak mbak. “

4.2.1.3. Tawar – menawar

Individu yang telah mampu mengungkapkan rasa marahnya akan menuju tahap tawar – menawar.

Tetapi partisipan ini tidak begitu tampak mengalami tahap tawar – menawar ini. Partisipan tampak menyesali apa yang terjadi terhadap dirinya saat ini karena kelakukan dimasa lalunya dan saat ini

partisipan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.

4.2.1.4. Depresi

(13)

51 “saya si tidak mengurung diri mbak, kalo saya berperilaku aneh pasti nanti banyak yang curiga jadi saya berusaha bersikap biasa saja”

Partisipan takut menunjukan sikap yang berbeda dan menimbulkan kecurigaan pada suaminya, sehingga pasien berusaha menerima keadaannya.

“saya berusaha bersikap biasa saja

walaupun saya takut untuk

menceritakan kepada suami saya, apalagi suami saya tu orangnya gampang marah mbak. Saya takutnya kalau nanti ditinggalkan suami dan keluarga saya mbak, karna pasti mereka malu kalau mendengar saya terkena HIV. “

4.2.1.5 Penerimaan

Partisipan menyadari bahwa hidupnya harus terus berlanjut. Pasien sudah menerima keadaannya walaupun tetap belum bisa menceritakan kepada keluarganya karena ketakutan akan dampak negative yang akan dialaminya nanti.

(14)

52 4.2.2. Partisipan 2

4.2.2.1 Penyangkalan

Pasien sempat memeriksakan ketempat lain karena tidak percaya akan hasil diagnose seperti pernyatan dibawah

“awalnya saya ga percaya mbak, trus memutuskan periksa ketempat lain juga pernah dan hasil sama”

4.2.2.2 Marah

Pasien menyalahkan diri sendiri dan menyadari bahwa penyakit yang dideritanya hasil perilakuknya.

“ya iyaa mbak, gimana ya mbak itu perilaku sendiri mbak , sering ketempat karokean, tapi saya tau juga dari teman – teman saya mbak. eemmm… tapi ya ini kesalahan saya sndiri mbak bukan orang lain .”

4.2.2.3 Tawar – menawar

Pasien melakukan tawar menawar dan menyesali perilakunya dimasa lalu

“Seandainya saya tidak melakukan hal seperti itu yaa mungkin tidak mungkin terjadi seperti ini. “

4.2.2.4 Depresi

(15)

53 penyakitnya diketahui, tetapi setelah mendapatkan informasi bahwa depresi dapat memperburuk keadaan pasien kemudian merubah sikapnya.

“yaa depresi ada ya mbak”

“Dulu si pas pertama diberi tahu penyakit itu saya sempat menyendiri mbak, tapi gak lama. Setelah kemudian – kemudian hari ada yang menjelaskan ee.. kalau depresi tidak terlalu baik, malah memungkinkan kalo ee…penyakitnya ee.. kalau tidak memiliki semangat hidup malah cepat semakin parah”

4.2.2.5 Penerimaan

Pasien awalnya belum bisa menerima kenyataan bahwa terkena HIV tetapi lambat laun pasien dapat menerima kenyataan ini.

yaa,,,waktu pertama si sempet ga terima mbak , Cuman ya setelah lama kemudian ya saya bisa terima kenyataan.”

“ iya mbak saya udah ikhlas aja. “

Pasien sering mengatakan hal yang tampak seperti menerima dan pasrah akan keadaan pasien yang terkena HIV seperti

“ ya truss ya mau di gimanakan lagi. “

Kalau tidak bisa disembuhkan yaa

(16)

54 “ Ya udah kaya gitu mau diapain lagi ya mbak. “

kalo memang sudah seperti ini ya

terima keadaan aja mbak.

Disamping itu pasien juga masih mengalami ketakutan akan keluarga dan lingkungan yang mungkin tidak bisa menerima keadaannya sehingga pasien masih merahasiakannya

saya tu takut mengecewakan keluarga saya mbak, takut keluarga dan lingkungan saya tidak bisa menerimanya, saya belum berani untuk cerita mbak.”

4.2.3 Partisipan 3

4.2.3.1 Penyangkalan

Partisipan shock dengan hasil diagnose HIV karena pasien merasa sudah berhati – hati dengan hidupnya, pasien juga hanya memeriksakan diri di satu rumah sakit.

“rasanya tu hidup saya sudah saya ati – ati banget mbak,”

“ga pernah mbak, saya periksa Cuma di sini aja”

(17)

55 4.2.3.2 Marah

Partisipan mengalami fase marah dengan adaptif, dia tidak menyalahkan orang lain atau pun melakukan hal – hal yang sekiranya dapat merugikan

atau mencelakai orang lain. Tindakan partisipan saat marah hanya terdiam merenungi kelakuaknnya dulu, menyalahkan diri sendiri dan menyesali masa lalunya.

“diem si mbak, ga sampe yang banting – banting barang atau marah – marah ke orang, saya cuma nyalahin diri sendiri mbak, nyesel mbak sampe kaya gini ni.”

4.2.3.3 Tawar – menawar

Penyesalan partisipan akan tindakan yang telah dilakukan dulu membuat pasien mengalami tahap ini dan lebih berserah kepada Tuhan, seperti kutipan dibawah ini

“seandainya aja dulu saya ga ngelakuin itu ga bakal sampe gini mbak, tapi ya saya banyak doa mbak, minta ampun sama Tuhan.”

4.2.3.4 Depresi

(18)

56 pada akhirnya pasien memberanikan diri dan istrinya dapat menerimanya.

“sempet mbak tapi ya Cuma 1 – 2 hari karena masih kacau waktu itu mbak. “ “saya tetap berkomunikasi mbak, ya makanya saya berani cerita mbak. “

4.2.3.5 Penerimaan

Penerimaan akan keadaan dan kondisi yang saat ini dialami membuat partisipan lebih mendekatkan diri ke Tuhan, lebih banyak melakukan tindakan baik untuk mendapatkan pengampunan dari Tuhan seperti kutipan dibawah ini

“Tapi apapun itu sudah jadi beban hidup saya, ya saya dah ikhlas mbak. “

“tapi ya udahlah mau diapain lagi mbak. “

“sekarang saya dah terima kok mbak. biar sama Tuhan dikuatin aja mbak, di beri ketabahan.”

(19)

57 “sekarang kan saya diberi kesempatan kedua saya mau berbuat baik ma semua orang, pokoknya ya jangan sampe nularin ini ke siapapun mbak, cukup saya aja.”

4.3 Uji Keabsahan Data

4.3.1. Perpanjangan Pengamatan

Untuk menguji keabsahan data, peneliti melakukan perpanjangan pengamatan. Peneliti kembali kerumah sakit ataupun kerumah pasien dan melakukan sedikit wawancara ulang secara singkat, sambil berbincang – bincang santai partisipan mengungkapkan kemabali perasaan, latar belakang dan kondisi keluarganya kepada peneliti. Peneliti menyimpulkan bahwa data yang peneliti dapat sebelumnya benar adanya karena partisipan mengungkapkan hal yang sama dan semakin terbuka karena peneliti kerap mengunjungi pasien.

4.3.2. Member Chek

Selain menggunakan perpanjangan pengamatan, peneliti juga menggunakan member chek yaitu proses pengecekan data yang berasal dari pemberi data.

4.4. Pembahasan

(20)

58 yang dialami seseorang akibat suatu peristiwa seperti menghadapi kematian atau kematian orang yang dicintai. Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa grief adalah proses psikologis, sosial, dan reaksi fisik seseorang sebagai akibat dari persepsi terhadap kehilangan. Dalam penelitian ini, kehilangan dimaksudkan adalah menghadapi kematian.

Respon kedukaan menurut Kubler-Ross (1969) ada lima tahap yaitu penyangkalan (denial), marah (anger), tawar – menawar (bergaining), depresi (depression), dan penerimaan (acceptance). Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa proses kedukaan pada ke tiga partisipan berbeda dilihat dari factor penyebab terkena HIV. Pada partisipan 1 dan 2 yang tertular karena heterosexual sedangkan partisipan ke 3 tertular melalui jarum suntik.

(21)

59 berdampaknya sangat besar. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Suliswati, 2005 bahwa secara sadar maupun tidak sadar seseorang yang berada pada tahap ini menolak semua fakta, informasi dan segala sesuatu yang berhubungan dengan hal yang dialaminya. Individu merasa hidupnya menjadi tidak berarti lagi.

Selanjutnya analis mengenai tahap marah (anger), Suliswati 2005 mengatakan bahwa kemarahan yang dialami oleh seseorang dapat diungkapkan dengan berbagai cara. Individu mungkin menyalahkan dirinya sendiri dan atau orang lain atas apa yang terjadi padanya, serta pada lingkungan tempat dia tinggal. Hal ini terbukti pada semua partisipan. Partisipan 1, 2 dan 3 melalui tahap ini dengan menyesali diri sendiri, marah pada diri sendiri karena tindakan dimasa lalu yang berdampak pada penyakitnya saat ini. Partisipan 1 dan 2 tidak berani menunjukan emosi ke orang lain baik keluarga maupun lingkungan sekitarnya, karena sampai saat inipun partisipan belum berani menceritakan penyakitnya kepada keluarga. Mereka kawatir akan respon keluarga yang tidak menerima keadaan partisipan dan akan menjauhinya. Berbeda dengan partisipan 3 yang berani menceritakan tentang penyakitnya terhadap keluarganya.

(22)

60 memiliki kualitas kehidupan yang lebih baik dalam aspek mental (Ichicawa dan Natpratan,2006). Dukungan social yang baik terutama penerimaan oleh masyarakat merupakan sumber dukungan mental yang paling penting bagi orang yang hidup dengan HIV/AIDS. Pada partispan 3 memberanikan bercerita karena merasa keluargalah yang paling dekat dengan partisipan. Walapun awalnya istri partisipan tidak percaya tetapi saat ini istri partisipan dapat menerima keadaan partisipan. Begitu juga dengan kakak partisipan yang menerima keadaan partisipan seutuhnya.

(23)

61 Pada tahap depresi (depression) diketahui bahwa partisipan 2 dan 3 sempat menyendiri untuk merenungi keadaannya saat ini. Di perlukan waktu 2-3 hari untuk partisipan mengalami tahap ini. Tetapi untuk partisipan 2, beliau benar – benar tidak berkomunikasi dengan keluarga atau lingkungan sekitarnya. Partisipan lebih tertutup pada dunia social sampai seorang temannya menasehati tentang menjalani hidup dengan lebih baik. Individu sering menunjukkan sikap menarik diri, tidak mau berbicara, takut, perasaan tidak menentu dan putus asa. Seseorang yang berada pada tahap ini setidaknya sudah mulai menerima apa yang terjadi padanya adalah kenyataan yang memang harus dia hadapi. (Suliswati, 2005).

Berdeda dengan partisipan 3 yang tetap mencoba berkomunikasi dengan keluarganya seperti dengan istri dan kakaknya. Partisipan 3 memeberanikan bercerita kepada keluarganya karena merasa istri dan kakaknyalah yang saat ini paling dekat dengan partisipan. Kedekatan dan dukungan dari keluarganya yang membuat partisipan 3 menerima keadaan dan tetap bersosialisasi dengan lingkungannya.

(24)

62 dalam batas tertentu dan merasa bahwa mereka tidak mampu melakukan tugas yang di masa lalu dilakukan dengan sedikit kesulitan.

(25)

63 4.5 Keterbatasan Peneliti

Referensi

Dokumen terkait

F t Nominal tensile strength of bolt from LRFD Specification Table J3.2, ksi F u Specified minimum tensile strength of the type of steel being used, ksi F v Nominal shear strength

Pada sel elektrolisis, reaksi kimia akan terjadi jika arus listrik dialirkan melalui larutan elektrolit, yaitu dari energi listrik (arus listrik) diubah menjadi energi kimia

Dari latar belakang yang telah dikemukakan diatas masalah penelitian ini adalah : Bagaimana model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan siswa

Karena umumnya freezer bekerja pada temperatur dibawah 0 o C, maka pada evaporator cenderung akan muncul bunga es (frost). Beberapa freezer ataupun kulkas, didisain

 Menggali informasi dengan cara membaca/ melihat/ mengamati/ menyimak tentang: rumus struktur (gugus fungsi), tatanama, sifat, identifikasi dan kegunaan senyawa-senyawa

Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan

*Alat Peraga Pendidikan *Elektrikal Mekanikal *Komputer *Laboratorium *Percetakan.. KLASIFIKASI ALAT PERAGA

[r]